KEPEMIMPINAN
Oleh :
DOSEN
Pembahasan:
Unsur penyelenggara pemerintahan daerah Provinsi Sumatera Utara terdiri dari Gubernur
sebagai Kepala Daerah bersama SKPDnya, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Sumatera Utara. Dalam menjalankan tugasnya, Gubernur dibantu oleh Wakil Gubernur yang
bertanggung jawab kepada Gubernur.
6. Mewakili daerah Provinsi Sumatera Utara di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat
menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan; dan
Dalam dunia kerja kepemimpinan atau leader memang menjadi sosok dan topik yang krusial.
Pemimpin yang bijak berkata, "Pemimpin harus dekat dengan bawahannya, tetapi tetap harus
ada jarak." Bukankah ini kalimat yang tidak mudah dicerna? Butuh seni, butuh jam terbang,
butuh latihan, dan butuh latihan untuk mempraktekkannya. Anda diminta untuk menjelaskan
bagaimana menerapkan dalam kepemimpinan!
Pembahasan:
kepemimpinan adalah proses mempengaruhi, memberi contoh, serta member motivasi kepada
orang lain, sehingga dapat mencapai tujuan organisasi dan mendatangkan manfaat bagi
kesejahteraan manusia. Kepemimpinan merupakan faktor yang penting dalam suatu
organisasi. Tugas utama seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya tidak
hanya terbatas pada kemampuannya dalam melaksanakan program-program saja, tetapi lebih
dari itu yaitu pemimpin harus mempu melibatkan seluruh lapisan organisasinya, anggotanya
atau masyarakatnya untuk ikut berperan aktif sehingga mereka mampu memberikan
kontribusi yang positif dalam usaha mencapai tujuan.
Kepemimpinan juga dapat merupakan sesuatu yang dapat dipelajari sehingga dapat
dilaksanakan spontan dan otomatis sepanjang waktu. Para pemimpin atau manager misalnya
dapat segera membuat beberapa keputusan penting mengenai sebuah masalah, sementara
orang lain masih dalam tahap menganalisis masalah.
Pemimpin yang memiliki gaya memimpin yang baik akan membawa perubahan dan
kemajuan besar, pada sebuah lembaga, organisasi, negara dan bangsa. Setiap kelompok
membutuhkan sosok pemimpin yang mampu menjalankan roda kelompok tersebut, guna
mencapai tujuan kelompoknya. Namun seperti apakah gaya kepemimpinan yang baik?
Berikut adalah lima cara untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang sehat dan produktif:
Salag satu kekhawatiran pemimpin dalam mengelola organisasi, adalah ketakutan bahwa
karyawan akan membuat pimpinan terlihat buruk. Karena ketakutan itulah tujuan yang
ditetapkan untuk staf tidak didasarkan pada potensi individu mereka, tetapi lebih tepatnya apa
yang pimpinan inginkan dari mereka. Dapat dimengerti, mereka tidak benar-benar
termotivasi.
Kuncinya, adalah untuk melibatkan karyawan dengan proses penetapan tujuan sehingga
mereka dapat melihat tujuan dalam pekerjaan mereka.
Duduk dan berbincang dengan karyawan tentang tujuan organisasi. Alih-alih memberi tahu
pekerjaan yang dapat menekankan karyawan, tanyakan bagaimana mereka dapat membantu
berkontribusi pada gambaran yang lebih besar. Itu akan memberi tim lebih banyak
kemandirian dan kepemilikan atas nilai prestasi mereka.
Salah satu masalah terbesar dalam sebuah organisasi adalah manajemen yang sepihak.
Semuanya harus dilakukan dengan cara manajer. Hal itu membuat karyawan pasif, tidak
kreatif, inovatif. Karyawan juga tidak bisa bebas mengeluarkan suara dan aspirasinya.
Alih-alih hanya memberikan perintah kepad karyawan, sebaiknya kita meminta pendapat
mereka dan mendiskusikan bagaimana mereka bekerja paling baik baik dan efisien.
Jika mereka melihat cara berbeda untuk melakukan sesuatu, biarkan mereka mencobanya.
Lagi pula, selama mereka menyelesaikan pekerjaan dan melakukannya dengan baik, apa
bedanya jika mereka memilih metode yang berbeda.
3.Sistem Kerja Fleksibel
Opsi kerja yang fleksibel dan jarak jauh terkadang menjadi ketakutan bagi pemimpin. Hal ini
membuat karyawan keluar dari pandangan dan jauh dari kendali mereka. Tetapi
kenyataannya adalah sebagian besar karyawan lebih produktif ketika mereka diberi
kebebasan untuk bekerja di tempat yang mereka sukai.
Dalam survei Flexjobs pada bulaan Agustus terhadap lebih dari 3.100 profesional, 65 persen
mengatakan mereka bekerja lebih baik di lokasi di luar kantor. Entah itu karena karyawan
ingin keluar dari gangguan kantor atau merasa lebih terinspirasi bekerja di sebuah kedai kopi.
Untuk itu para pemimpin perlu melepaskan karyawan dari meja mereka. Membiarkan
karyawan bekerja dnegan bebas dimanapun ia kehendakinya, selama proyek atau tugas yang
diberikan dapat diselesaikan dengan baik dan maksimal. Hal ini juga akan memberi mereka
lebih banyak kemandirian profesional dan mengurangi sifat mikromanajer dalam diri kita.
Ketika karyawan dapat memilih penghargaan mereka sendiri, itu lebih efektif. Itulah yang
membuat platform pengakuan seperti Blueboard menonjol.
Alih-alih mengakui karyawan dengan cara yang menurut manajemen harus membuat mereka
merasa baik, mereka dapat memilih kepuasan mereka sendiri. Itu membuat penghargaan lebih
pribadi dan lebih memotivasi.
Feedback ataupun umpan balik yang hebat memungkinkan karyawan untuk belajar dan
tumbuh. Jika seorang manajer hanya mengatakan, “Anda harus melakukan hal-hal seperti
ini,” karyawan merasa terkendali.
Pilihan yang lebih baik adalah fokus pada fakta dan hasil daripada proses. Misalnya, jika
tujuan memenangkan 10 akun baru telah ditetapkan, mintalah umpan balik seputar apakah
harapan itu dipenuhi atau tidak.
Karyawan dapat melihat hasil mereka dan berpikir tentang apakah proses mereka berfungsi
atau tidak seperti yang mereka harapkan. Mereka dapat melihat apa yang mereka lakukan
dengan benar dan apa yang mengarah pada kesuksesan mereka, serta bagaimana mereka
perlu beradaptasi.
pembasan:
Namun, pembaharuan dan peningkatan mutu pendidikan berjalan bukan tanpa kendala.
Hakikat dan maksud pembaharuan pendidikan tersebut belum semua pihak mampu menerima
dan memahami. Pelaksanaan kurikulum yang ditetapkan pemerintah berlangsung seolah-olah
tanpa perubahan. Tuntutan kurikulum berbasis tema sulit dipenuhi apalagi dengan kelas yang
kondusif sejuk dan menyenangkan.
Moving class (kelas bergerak) belum bisa dilaksanakan yang terbentur dengan mata
pelajaran dan kelengkapan berbagai fasilitas pendukungnya. Perpustakaan sekolah sebagai
kebutuhan vital pun tidak begitu lengkap dengan buku-buku penunjang. Sehingga adanya
perpustakaan sekolah tidak memotivasi kepada siswa untuk memanfaatkannya dalam
pengalaman belajar. Penyebaran guru belum merata. Sekolah terpencil masih banyak
kekurangan guru. Status ekonomi dan sosial guru juga belum memadai. Timbul krisis
motivasi guru yang disebabkan oleh penghasilan yang sangat rendah lebih-lebih guru swasta.
Dilain sisi, peran dan tugas guru yang strategis ini menuntut adanya guru yang
memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar.
Guru yang kesehariannya bergaul dan berkomunikasi serta membimbing para siswa dituntut
untuk bertindak profesional. Dalam artian, agar dia dapat melaksanakan amanat sebagai
pendidik diperlukan bekal kompetensi yang memadai. Kompetensi itu meliputi kemampuan
(ability), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge).
4.pembahsan:
Joko Widodo yang kerap dipanggil dengan nama Jokowi merupakan salah satu presiden yang
menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia. Jokowi memiliki gaya dan pendekatan
kepemimpinan yang khas dan berbeda dengan presiden sebelumnya. Gaya kepemimpinan
yang tegas, lugas dan bijaksana. Selain itu presiden jokowi juga dikenal memiliki gaya
kepemimpinan yang pro rakyat. Dikarenakan ia selalu dekat dengan rakyatnya, dan selalu
mencari tahu apa permasalahan yang ada di masyarakat.
Kepemimpinan Jokowi dikenal oleh masyarakat sebagai blusukan. Tanpa diduga dan tanpa
terjadwal pula, kerap kali ia menghampiri masyarakat dan pejabat pemerintahan yang ada
dibawahnya. Hasilnya, ia bisa melihat kondisi yang lebih spontan. Karena itu pula ia bisa
lebih
dekat dengan rakyat. Kebiasaan blusukan ini juga dibawa ketika menjabat Gubernur DKI
Jakarta. Hingga kini saat menjadi sebagai presiden, kebiasaan itu pula dibawanya.
Hal ini terlihat mengenai permasalahan kemaritiman, khususnya nelayan. Jokowi langsung
blusukan ke kampung bahari tamblaklorok, Semarang, untuk mengunjungi para nelayan .
b. SBY dan Jokowi sama-sama pemimpin. Yang satu pemimpin negara alias presiden, satu
lagi pemimpin provinsi atau gubernur. Dua-duanya punya kewenangan untuk mengatur
lembaga dan institusi yang dibawahinya.
Namun ada perbedaan mencolok terkait gaya kepemimpinan keduanya. SBY cenderung
mengandalkan kemampuan bawahannya, mendorong mereka agar bekerja secara maksimal.
Sementara Jokowi tipe pejuang (fighter) yang langsung turun ke lapangan menyelesaikan
persoalan. Namun sebelum terjun ke lapangan, yang biasanya ditemani bawahannya, ia
memegang data ihwal persoalan daerah yang dikunjunginya.
Gaya kepemimpinan SBY nyatanya tidak efektif. Bawahannya malah kadang berseteru
antarinstansi. Misalnya kasus yang melibatkan Polri dan KPK, yaitu “Cicak Vs Buaya” dan
kasus korupsi simulator SIM. Atau antara Polri dan TNI. SBY selalu berdalih tidak ingin
melakukan intervensi hukum.
SBY berharap para pucuk pimpinan lembaga tersebut bersikap profesional, dewasa dalam
bertindak. Namun nyatanya lembaga-lembaga tersebut belum mampu melakukannya. Mereka
masih butuh instruksi dari atasan untuk bergerak.
Sebaliknya Jokowi, yang sangat mengerti watak birokrasi korup Jakarta (juga di mana-mana),
tanpa kompromi melakukan hal-hal yang dianggapnya melakukan perubahan. Ia mengungkap
kebusukan birokrasi dan layanan publik yang diperdagangkan. Wakilnya, Ahok, juga tanpa
tedeng aling-aling membabat orang dan kelompok yang berani menghambat kerja-kerjanya—
misalnya calo-calo di Rumah Susun Marunda.
Sebaiknya SBY mencontoh gaya kepemimpinan Jokowi. Ia tak perlu sungkan turun ke
lapangan dan memberikan solusi persoalan yang tengah merundung lembaga bawahannya.
Persoalan korupsi, kolusi, dan nepotisme yang akut di negeri ini tak bisa diselesaikan dengan
gaya kepemimpinan seperti itu.