Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS WORK-LIFE BALANCE

DI PT TOP CENTRAL KAROSERI


KARAWANG

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Manajemen
Program Studi Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informatika

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA


FAKULTAS EKONOMOI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TELKOM
BANDUNG
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian
1. Identitas perusahaan (Alamat, logo, sejarah)

PT Tubagus Top Sentral Mandiri merupakan satu dari sekian banyak perusahaan di
bidang manufaktur khususnya pada bidang karoseri pembuatan badan kendaraan komersial yang
didirikan sejak tahun 1990 dengan nama Top Central, Karoseri Top Central. Perusahaan ini
terletak di Karawang (lokasi induk perusahaan), Palembang, Jambi, dan Lampung. Penelitian ini,
difokuskan pada PT Tubagus Top Sentral Mandiri yang memiliki alamat di Jl. Raya Balonggandu
No.234, Kecamatan Jatisari, Karawang, Jawa Barat (Disamping jembatan timbang
Balonggandu). 
2. Karakteristik utama perusahaan (visi dan Misi perusahaan, struktur organisasi, Jumlah
karyawan, pasar, produk, partners, channel distribusi)
Visi adalah suatu pandangan jauh tentang perusahaan, tujuan-tujuan perusahaan dan apa
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut pada masa yang akan datang (Aditya,
2010). Sedangkan Misi adalah pernyataan-pernyataan yang mendefinisikan apa yang sedang/akan
dilakukan atau ingin dicapai dalam waktu dekat atau saat ini (Arman, 2008). PT Tubagus Top
Sentral Mandiri memiliki visi dan misi perusahaan, visi perusahaan menjadi perusahaan karoseri
yang handal, kreatif, dan inovatif yang mewujudkan produk berkualitas dan kuat serta pelayanan
yang mengutamakan kepuasan konsumen. Sementara misi perusahaan adalah membuat produk
karoseri yang berkualitas, kuat dan standar yang ditetapkan oleh pemerintah serta melakukan
pengembangan produk melalui SDM yang profesional dengan kreatif dan inovatif terhadap
produk dengan design yang maksimal.
Struktur organisasi adalah kerangka menyeluruh untuk perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan aktivitas yang dilakukan oleh pihak manajemen (Adzhar Susanto, 2013 : 98). PT
Tubagus Top Sentral Mandiri memiliki struktur organisasi dibawah ini:
Karyawan adalah setiap orang yang bekerja dengan menjual tenaganya (fisik dan pikiran)
kepada suatu perusahaan dan memperoleh balas jasa yang sesuai dengan perjanjian (Hasibuan,
2007). PT Tubagus Top Sentral Mandiri memiliki jumlah karyawan sebanyak 60 orang karyawan
yang terbagi menjadi beberapa unit kerja dengan tanggung jawab kerja yang berbeda antar
bagian. Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan,
diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau
keinginan pasar yang bersangkutan (Tjiptono, 2008). Produk yang dibuat oleh PT Tubagus Top
Sentral Mandiri di antara lain seperti Bak kayu rangka besi, bak besi (plat), Dump Truck, Box
besi, Box alumunium, dan Wing box yang berbahan dasar tebal dengan berbagai macam pilihan
jenis kayu (merbau dan biasa) serta besi yang berkualitas SNI.
Partnership atau kemitraan merupakan suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua
pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip
saling membutuhkan dan saling membesarkan (Hafsah, 2000:43). PT Tubagus Top Sentral
Mandiri memiliki izin resmi dan memiliki SKRB (Surat Keterangan Rancang Bangun) lengkap
dari berbagai jenis kendaraan komersial ATPM seperti Mitsubishi, Hino, Isuzu, UD Truck, dan
Toyota yang diantaranya berasal dari PT Srikandi Diamond Motor, PT Prabu Pura Mandiri, PT
Sun Star Prima, dan beberapa perusahaan dari jabodetabek lainnya. Sementara Plat baja berasal
dari PT Krakatau Steel Cilegon, PT Indro Atmodjo Jakarta, dan Toko Murah Indah Cikampek.
Kemudian supplier untuk pembuatan bak Kayu berasal dari CV Berkah Jaya Cirebon.
Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan atau keinginan
tertentu yang sama, yang mungkin bersedia dan mampu melaksanakan pertukaran untuk
memuaskan kebutuhan dan keinginan itu (Kotler, 1997). Pasar yang dituju oleh PT Tubagus Top
Sentral Mandiri ditujukan kepada perusahaan yang membutuhkan kendaraan (truck) untuk
mengangkut hasil produksi perorangan maupun perusahaan, diantaranya seperti perusahaan
pertanian dan perkebunan (misalnya sawit), Pertambangan, dan Pertamina (Gas Elpiji).
3. Stakeholders utama perusahaan (Pemilik, Manajemen puncak, karakteristik karyawan,
suppliers, distributor/channel, pesaing). 
Stakeholder adalah kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi
oleh pencapaian tujuan organisasi (freeman dan McVea, 2001). Teori stakeholder adalah teori
yang menggambarkan kepada pihak mana saja perusahaan bertanggung jawab (Freeman, 1984). 
PT Tubagus Top Sentral Mandiri dipimpin oleh M. Soleh sebagai direktur utama sekaligus
pemilik perusahaan. Karakter setiap karyawan menjadi hal penting sebagai penunjang kemajuan
sebuah perusahaan, pada PT Tubagus Top Sentral Mandiri terdapat karyawan yang memiliki
karakteristik berupa pekerja keras, percaya diri, memiliki motivasi yang tinggi, jujur, dan
fleksibel.
Persaingan adalah ketika organisasi atau perorangan berlomba untuk mencapai tujuan
yang diinginkan seperti konsumen, pangsa pasar, peringkat survei, atau sumber daya yang
dibutuhkan (Mudrajad Kuncoro, 2005). PT Tubagus Top Sentral Mandiri memiliki persaingan
bisnis dalam dunia industri karoseri yang terdiri dari PT Puma Karoseri Tangerang, PT Sejahtera
Utama Perkasa Karoseri Karawang, PT Bagus Jaya Karoseri Bekasi, dan PT Metalindo Teknik
Utama Karoseri Bandung.

1.2. Latar belakang 


Work-life balance adalah konsep yang luas, tidak ada satu definisi yang cocok untuk
semua atau makna penuhnya dapat ditangkap dalam satu definisi tunggal (S. Gupta dan A. Mittal,
2022). Istilah “work life balance” yang berarti keseimbangan kehidupan kerja mengacu pada
pengelolaan dengan memprioritaskan pekerjaan di satu sisi dan kehidupan pribadi di sisi lain.
Dengan kata lain setiap individu menuntut pentingnya work-life balance dalam kehidupannya.
Keseimbangan tidak hanya tentang kesetaraan waktu dalam berbagai aktivitas dan tanggung
jawab yang berhubungan dengan pekerjaan, pada dasarnya pengelolaan dalam lingkungan
kehidupan yang berbeda secara efektif dan efisien tanpa adanya penghambat fisik dan mental.
Saat ini, para pengusaha memiliki banyak kompetitor yang mengharuskan mereka untuk
melakukan pembuktian atas kemampuannya secara maksimal. Bahkan para pengusaha yang
berpengalaman pun berada dalam kompetensi yang sama untuk mengaktualisasikan diri dari
tujuan yang dimiliki. Hal ini memberikan tekanan pada mental yang berdampak pada penurunan
produktivitas dan efisiensinya. Sumber daya manusia merupakan aset sebuah perusahaan maupun
organisasi yang mengharuskan manajer turun tangan untuk menyelesaikan suatu permasalahan,
sehingga menjadi suatu tantangan yang harus diselesaikan.
Work-life balance dapat menimbulkan permasalahan apabila tidak diterapkan dengan
sebaik - baiknya. Namun dengan beberapa pencegahan hal tersebut dapat menjadi kunci
keberhasilan suatu perusahaan, terutama jika perusahaan tersebut mampu menerapkan kebijakan
yang berhubungan dengan sumber daya manusia dengan tujuan untuk menghasilkan
kebermanfaatan serta sebagai penjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan kehidupan
kerja individu. Kemampuan dalam menyesuaikan diri menjadi kunci dalam mengembangkan
peluang kesuksesan bagi setiap individu.
Setiap perusahaan membutuhkan sumber daya manusia yang berpotensi. Mereka
dianggap sebagai salah satu faktor penting dalam suatu perusahaan yang berperan sebagai alat
atau sarana bagi perusahaan untuk mewujudkan tujuannya.
Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya, tidak terlepas dari adanya
peran karyawan yang kompeten, loyal, dan berkomitmen pada perusahaan (S. Gupta dan A.
Mittal, 2022). Untuk menciptakan produktivitas diri yang berkaitan dengan kehidupan pribadi
dan kehidupan kerja, diperlukan komitmen perusahaan untuk mencerminkan loyalitas, motivasi,
dan inisiatif karyawan. Dalam menciptakan kualitas hidup yang baik, bukanlah hal yang mudah
untuk membagi fokus menjadi dua antara kehidupan pribadi ataupun kehidupan kerja. Faktanya
kehidupan pribadi dan pekerjaan merupakan dua hal yang saling berpengaruh satu sama lain dan
tidak dapat dipisahkan. 
Keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi berhubungan dengan kualitas karyawan
dalam menghadapi tekanan pekerjaan tanpa harus mengabaikan segala aspek dalam kehidupan
pribadi mereka. Tingkat work-life balance mereka tidak sebanding dengan besarnya tanggung
jawab dan beban yang dirasakan oleh karyawan. Semakin besar tekanan dan beban kerja, semakin
tinggi pula tingkat stress karyawan, dan akan semakin rendah tingkat work-life balance mereka
(Chan.A,2020).
Work-life balance merujuk kepada seseorang yang menggunakan waktu di pekerjaan dan
kehidupan pribadinya, seperti kegiatan sosial masyarakat, hobi, dan keluarga secara seimbang
(Raditya & Ekowati, 2020). Namun pendapat lain mengatakan work-life balance yaitu
kemampuan seseorang untuk menjalankan tuntutan dan kewajiban antara pekerjaan dan
kehidupan keluarga (Hafid & Prasetio, 2017). Work-life balance merupakan rasa puas yang
melibatkan peran waktu dan psikologis dalam pekerjaan dan kehidupan pribadi dan tidak ada
perseteruan antara kedua peran tersebut (Ula, 2015).
Terdapat teori yang berhubungan antara kehidupan pekerjaan dan kehidupan pribadi yaitu
teori border. Teori border merupakan upaya individu untuk mengatur dan bernegosiasi antara
pekerjaan dan keluarga untuk mencapai keseimbangan, upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan
mengatur hubungan antara pekerjaan dan keluarga serta selalu mengkomunikasikan dengan
anggota keluarga tentang masalah yang terjadi di keluarga dan pekerjaan (Pradhan, 2016).
Dalam penelitian lain menyebutkan bahwa terdapat 4 faktor yang menyebabkan
seseorang dapat memiliki work- life balance, seperti yang diungkapkan oleh Schabracq,
Winnubst dan Cooper (2003) yaitu :
1. Karakteristik Kepribadian
Hal ini berpengaruh terhadap kehidupan kerja dan diluar kerja. Terdapat hubungan
antara tipe attachment yang diperoleh individu saat masih kecil dengan work-life
balance. Individu yang memiliki secure attachment cenderung mengalami positive
spillover dibandingkan individu yang memiliki insecure attachment.
2. Karakteristik Keluarga
Ini merupakan salah satu faktor penting yang bisa menentukan ada tidaknya konflik
antara pekerjaan dan kehidupan pribadi seseorang.
3. Karakteristik Pekerjaan
Karakteristik ini meliputi pola kerja, beban kerja dan jumlah waktu yang digunakan
untuk bekerja dan memicu adanya konflik, baik konflik dalam pekerjaan maupun
konflik dalam kehidupan pribadi.
4. Sikap
Ini merupakan evaluasi terhadap berbagai aspek dalam dunia sosial, dimana dalam
sikap terdapat komponen seperti pengetahuan, perasaaan dan kecenderungan untuk
bertindak. Sikap dari masing-masing individu merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi work-life balance.
Work-life balance secara umum berkaitan dengan waktu kerja, fleksibilitas,
kesejahteraan, keluarga, demografi, migrasi, waktu luang dan sebagainya. Work-life balance
merupakan hal yang esensial karena tidak tercapainya work-life balance berakibat pada
rendahnya kepuasan kerja, rendahnya kebahagiaan, work-life conflict, dan burnout pada
karyawan. Beberapa ahli memberikan pandangan tentang aspek-aspek work-life balance.
Terdapat tiga aspek work-life balance (Hudson, 2005), yaitu :
1. Time Balance (Keseimbangan Waktu)
Keseimbangan waktu mengacu pada kesetaraan antara waktu yang diberikan individu
pada kehidupan pekerjaannya dengan waktu yang diberikan untuk kehidupan pribadinya
atau kehidupan lain diluar pekerjaan.
2. Involvement Balance (Keseimbangan Keterlibatan)
Aspek ini berkaitan dengan komitmen dan psikologis seseorang yang berhubungan
dengan kehidupan pekerjaan atau kehidupan pribadi. Keseimbangan tersebut berkaitan
dengan tingkat stres dan keterlibatan individu dalam bekerja hingga dalam kehidupan
pribadinya.
3. Satisfaction Balance (Keseimbangan Kepuasan)
Aspek ini mengacu pada kepuasan seseorang dengan aktivitas pekerjaan mereka dan
kehidupan pribadi mereka, jumlah tingkat kepuasan suatu individu terhadap kegiatan
pekerjaannya maupun hal-hal di luar pekerjaannya. Kepuasan tersebut akan muncul
dengan sendirinya ketika karyawan sudah merasa bahwa apa yang dilakukan selama
bekerja sudah baik dalam menunjang kebutuhan pekerjaan maupun keluarga.

Dalam work-life balance terdapat empat dimensi yang menjadi pendukung dalam
pembentukan work-life balance (Fisher, Bulger, dan Smith (2009), yaitu :
1. Work Interference with Personal Life (WIPL)
Mengacu pada sejauh mana pekerjaan dapat mengganggu kehidupan pribadi individu.
Misalnya, bekerja dapat membuat seseorang sulit mengatur waktu untuk kehidupan
pribadinya. 
2. Personal Life Interference with Work (PLIW)
Mengacu pada  sejauh  mana  kehidupan pribadi  individu mengganggu kehidupan
pekerjaannya. Misalnya, apabila individu memiliki masalah di dalam kehidupan
pribadinya, hal ini dapat mengganggu kinerja individu pada saat bekerja. 
3. Personal Life Enhancement of Work (PLEW)
Mengacu pada sejauh mana kehidupan pribadi seseorang dapat  meningkatkan performa 
individu  dalam dunia kerja. Misalnya, apabila individu merasa senang dikarenakan
kehidupan pribadinya menyenangkan  maka hal  ini  dapat  membuat suasana hati
individu pada saat bekerja menjadi menyenangkan.
4. Work Enhancement of Personal Life (WEPL)
Dimensi ini mengacu pada sejauh mana pekerjaan dapat meningkatkan kualitas
kehidupan pribadi individu. Misalnya keterampilan yang diperoleh individu pada saat
bekerja, hal ini memungkinkan individu untuk memanfaatkan keterampilan tersebut
dalam kehidupan sehari - hari.

Menurut penelitian yang dilakukan Banatun Nafis dari Universitas Padjajaran


menunjukan bahwa Bank BJB Cabang Indramayu menerapkan work life balance dengan
menciptakan program “BJB Pengembanganku” yang bertujuan untuk mengembangkan potensi
diri pada karyawan Bank BJB Cabang Indramayu. Program tersebut berjalan dengan maksimal
dalam yang dibuktikan dengan diterapkannya ilmu-ilmu yang dihasilkan di program
pengembangan diri pada pelaksanaan pekerjaan sehari-hari. Pada objek penelitian ini work life
balance menjadi tanggung jawab karyawan, namun perusahaan ikut andil dalam proses
penyeimbangan kehidupan kerja. Penerapan work life balance tersebut menghasilkan work life
balance yang baik dikarenakan semua dimensi yang dimiliki para karyawan menunjukan hasil
positif.
Berdasarkan hasil penelitian T. Elfira Ramayati dari universitas Amir Hamzah
menunjukkan bahwa wanita karir dapat menyeimbangkan work life balance dengan adanya
bantuan keluarga. Penerapan tersebut menjadikan aspek time balance, involvement balance, dan
satisfaction balance sebagai acuan dalam keberhasilan untuk mencapai work life balance dalam
kehidupan sehari-hari. Work life balance menjadi tanggung jawab wanita karir karena
memerlukan komitmen yang kuat dengan keluarga untuk saling percaya dan mendukung setiap
keputusan yang diambil. 
Saat ini penelitian yang membahas work life balance masih sangat terbatas, terutama
pada industri manufaktur. Masih sedikit penelitian yang membahas mengenai pemaknaan atas
work life balance dan upaya untuk mengurangi konflik dari setiap domain kehidupan (Grady &
McCarthy, 2008). Industri manufaktur merupakan industri pengolahan, yaitu suatu usaha yang
mengolah atau mengubah bahan mentah menjadi barang jadi ataupun barang setengah jadi yang
mempunyai nilai tambah, yang dilakukan secara mekanis dengan mesin, ataupun tanpa
menggunakan mesin (BPS: 2008). 
PT Tubagus Top Sentral Mandiri yang merupakan satu dari sekian banyak perusahaan di
bidang manufaktur khususnya pada bidang karoseri pembuatan badan kendaraan komersial. PT
Tubagus Top Sentral Mandiri memiliki 60 karyawan yang terbagi menjadi beberapa unit kerja
dengan tanggung jawab Kerja yang berbeda antar bagian. Berdasarkan hasil pra-riset dengan
pihak manajemen dan beberapa karyawan PT Tubagus Top Sentral Mandiri yang dilakukan pada
bulan Mei 2022 ditemukan adanya permasalahan berupa kehidupan pribadi yang menjadi
penghambat bagi pekerjaan dan beban kerja (workload) yang tinggi berupa ketidakberhasilan
beberapa karyawan dalam menghadapi tekanan, yaitu kesulitan membagi waktu antara pekerjaan
dengan kehidupan pribadi dan tekanan dari beban kerja (workload) yang selalu menuntut
pencapaian target. Beban kerja atau workload merupakan sekumpulan atau sejumlah kegiatan
yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu
tertentu (Wiranata, 2014:7). Tingginya workload menyebabkan produktivitas kinerja karyawan
menurun, hal tersebut menyebabkan menurunnya proses produksi sehingga target perusahaan
menjadi tidak tercapai. Beban kerja yang tinggi harus ditangani dengan serius karena hal tersebut
berhubungan dengan karyawan yang menjadi tanggung jawab suatu perusahaan. Berdasarkan
hasil wawancara dengan pihak Manajemen PT Tubagus Top Sentral Mandiri, terdapat kendala
pada proses pembuatan bak besi tepatnya pada bagian pemotongan yang disebabkan terlambatnya
proses pengerjaan yang melewati target waktu yang telah ditetapkan, hal tersebut disebabkan oleh
keterbatasan karyawan dalam mendistribusikan personal resources yang berupa waktu, perhatian,
komitmen, dan energi pada domain kehidupannya. Hal tersebut menimbulkan konflik peran (role-
conflict) dan menimbulkan dampak yang serius pada proses produksi. Adanya tekanan dari
workload dianggap sebagai hal yang serius untuk diperhatikan dan menjadi masalah yang penting
(G.Raditya dan D. ekowati, 2020).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua dimensi pembentuk work-life balance
sebagai acuan dalam penelitian yaitu Work Interference with Personal Life (WIPL)  dan Personal
Life Interference with Work (PLIW). Peneliti menggunakan dua dimensi tersebut berdasarkan
hasil observasi dan wawancara pra-riset yang dilakukan pada bulan Mei 2022.
Berdasarkan fenomena yang telah peneliti dapatkan di PT Tubagus Top Sentral Mandiri,
maka penulis memilih judul “Analisis Work-Life Balance di PT Tubagus Top Sentral
Mandiri”. 
1.3. Identifikasi masalah
1. Bagaimana penerapan work-life balance di PT Tubagus Top Sentral Mandiri
2. Apa saja dimensi work-life balance yang muncul di PT Tubagus Top Sentral Mandiri?
3. Bagaimana cara karyawan menyeimbangkan antara pekerjaan dan kehidupan pribadinya?
1.4. Fokus Penelitian
Penelitian ini berfokus untuk mengetahui bagaimana penerapan work-life balance di PT Tubagus
Top Sentral Mandiri.
1.5. Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa work-life balance yang terjadi di PT
Tubagus Top Sentral Mandiri.
1.6. Batasan Masalah
Penelitian ini hanya membahas mengenai work-life balance yang terjadi dan diterapkan di PT
Tubagus Top Sentral Mandiri.

Anda mungkin juga menyukai