Anda di halaman 1dari 73

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap organisasi baik negeri maupun swasta memiliki gaya

kepemimpinan yang berbeda sehingga berpengaruh pada anggotanya dalam

menjalankan sebuah organisasi. Gaya seorang pemimpin merupakan salah

satu tolak ukur bagi maju dan mundurnya sebuah organisasi tersebut.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Wijaya Supardo (2006) yang

berpendapat bahwa gaya kepemimpinan adalah suatu cara dan proses

kompleks dimana seseorang mempengaruhi orang-orang lain untuk

mencapai suatu misi, tugas dan sasaran serta mengarahkan organisasi

dengan cara yang lebih masuk akal.

Seorang pemimpin mempunyai peranan sangat penting dalam

menjalankan pemerintahan, oleh karena itu gaya kepemimpinan yang

dijalankan oleh seorang pemimpin terhadap organisasinya sangat tergantung

pada kondisi anggota organisasi itu sendiri. Pada dasarnya tidak semua gaya

kepemimpinan akan memiliki kecocokan untuk semua kondisi. Dengan

mengetahui kondisi yang dialami anggotanya, seorang pemimpin dapat

memilih gaya kepemimpinan yang paling tepat, dimana gaya kepemimpinan

yang paling tepat yaitu gaya kepemimpinan yang dapat memaksimalkan

kinerja anggotanya, dan mudah dalam menyesuaikan dengan segala situasi

dalam organisasi. Namun pada kenyataaannya gaya kepemimpinan yang

diterapkan sering kali tidak sesuai dengan situasi yang dialami, hal ini dapat

1
disebabkan karena kurangnya pemahaman seorang pemimpin terhadap

situasi yang dihadapi, sehingga tidak efektif dalam menjalankan roda

pemerintahan. Seorang pemimpin dalam organisasi harus dapat

menciptakan integrasi yang serasi dengan para bawahannya juga termasuk

dalam membina kerja sama, mengarahkan dan mendorong gairah kerja para

bawahan sehingga tercipta motivasi positif yang akan menimbulkan niat dan

usaha (kinerja) yang maksimal, juga didukung oleh fasilitas organisasi

untuk mencapai sasaran organisasi. Seorang pemimpin merupakan salah

satu bagian dari manajemen yang memainkan peran yang penting dalam

mempengaruhi dan memberikan sikap serta perilaku.

Berbicara mengenai gaya kepemimpinan tentu tak terlepas dari hasil

yang dicapai atau kinerja, baik itu kinerja dari pemimpin tersebut maupun

kinerja karyawan. kinerja yang berkualitas tinggi akan didapat ketika unit

unit kegiatan dan dari kepemimpinan itu sendiri terlaksana dengan efektif

dan efisien.

Kantor Desa Manggala yang terletak di Kecamatan Pinoh Selatan,

Kabupaten Melawi. Memiliki seorang Kepala Desa dan dibantu oleh

beberapa staf yang bekerja sebagai pelayan masyarakat, sudah seharusnya

memberikan pelayanan dengan kualitas terbaik pada masyarakat desa

Manggala. Untuk mendapatkan hal tersebut, Kantor Desa Manggala,

Kecamatan Pinoh Selatan, Kabupaten Melawi, harus seefektif mungkin

dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabannya. Namun pada

kenyataannya sering kali ditemukan staf yang tidak bekerja secara efektif,

2
seperti staf yang sering datang terlambat dan sulit diatur. Disinilah

tuntutan kepemimpinan seorang Kepala Desa dalam menjalankan dan

mengelola para staf agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya dengan sebaik-baiknya, untuk menciptakan aparatur pemerintah

desa yang bersih dan bertanggung jawab demi kepuasan masyarakat.

Berdasarkan beberapa masalah yang dipaparkan diatas terdapat banyak

persoalan yang harus diatasi oleh Kepala Desa Manggala selaku pemimpin

yang menjalankan roda pemerintahan, oleh sebab itu diperlukan gaya

kepemimpinan yang tepat guna mengatasi persoalan tersebut dan dengan

dasar inilah peneliti tertarik serta ingin meneliti mengenai “Analisis gaya

kepemimpinan di Desa Manggala, Kecamatan Pinoh Selatan, Kabupaten

Melawi” dan semoga penelitian ini dapat digunakan dengan sebagaimana

mestinya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti

ingin menganalisis gaya kepemimpinan yang diterapkan di Desa Manggala,

Kecamatan Pinoh Selatan, Kabupaten Melawi. Berikut ini adalah beberapa

masalah yang telah diidentifikasi oleh peneliti:

1. Gaya kepemimpinan apa yang diterapkan oleh Kepala Desa Manggala

sebagai seorang pemimpin?

3
2. Bagaimana Kepala Desa Manggala sebagai seorang pemimpin

mengarahkan bawahannya agar memiliki semangat dalam bekerja dan

menjalin hubungan baik dengan bawahannya?

3. Apakah gaya kepemimpinan yang diterapkan di Kantor Desa Manggala

sudah tepat?

4. Bagaimana cara mengatasi staf yang tidak mau diatur dan sering datang

terlambat.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk

mengetahui gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Kepala Desa

Manggala.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Akademisi

Penulis berharap penelitian ini bermanfaat dan dapat memberi

wacana ilmiah bagi lingkungan Universitas Nahdlatul Ulama

Kalimantan Barat. Selain itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai

bahan acuan dalam penulisan karya ilmiah yang akan datang.

1.4.2 Bagi Peneliti

Penelitian ini menambah wawasan dan pemahaman penulis

dalam memahami gaya kepemimpinan Kepala Desa Manggala,

Kecamatan Pinoh Selatan, Kabupaten Melawi secara mendalam.

4
1.4.3 Bagi Institusi

Penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan imformasi

terhadap Institusi terkait gaya kepemimpinan Kepala Desa

Manggala, Kecamatan Pinoh Selatan, Kabupaten melawi.

5
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Kepemimpinan

Kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses yang diterapkan

oleh seorang pemimpin untuk mengarahkan dan mempengaruhi para

anggotanya dalam melakukan tugas dan tanggung jawab yang

diberikan, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara

efektif. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sutrisno (2014 : 213)

“Kepemimpinan adalah suatu proses kegiatan seseorang untuk

menggerakkan orang lain dengan memimpin, membimbing,

memengaruhi orang lain, untuk melakukan sesuatu agar dicapai hasil

yang diharapkan”. Sedangkan Menurut Vincent Gaspersz dalam

Mallapiseng (2015 : 16) mengemukakan bahwa “Kepemimpinan

merupakan proses dimana seseorang atau sekelompok orang,

memotivasi, menginspirasikan, mengerakan dan mengarahkan

aktivitas mereka untuk mencapai sasaran dan tujuan”.

Berdasarkan pengertian kepemimpinan menurut para ahli,

diatas maka dapat disimpulan bahwa kepemimpinan merupakan

proses kegiatan seseorang untuk menggerakkan orang lain dengan

cara memimpin serta mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama

dengan sesama anggota kelompoknya agar tujuan dapat tercapai.

Kepemimpinan juga sering dikaitkan dengan keterampilan,

6
kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang, oleh sebab

itu sifat kepemimpinan tidak selamanya dimiliki oleh seorang

pemimpin, karena orang yang tidak mempunyai jabatan saja bisa

memiliki sifat kepemimpinan yang baik dalam dirinya.

2.1.2 Pengertian kepemimpinan menurut para ahli

Banyak sekali ahli yang memberikan pendapatnya mengenai

kepemimpinan, dan dalam kehidupan sehari-hari kita sering

mendengar kata pemimpin, baik itu Kepala Desa, Bupati, Presiden

dan bahkan kita juga dituntut untuk menjadi pemimpin bagi diri kita

sendiri Berikut adalah pendapat beberapa ahli mengenai

kepemimpinan:

1. Sutrisno (2014) yang berpendapat bahwa kepemimpinan adalah

suatu proses kegiatan seseorang untuk menggerakkan orang lain

dengan memimpin, membimbing, memengaruhi orang lain,

untuk melakukan sesuatu agar dicapai hasil yang diharapkan.

2. Vincent Gaspersz dalam Mallapiseng (2015) yang berpendapat

bahwa kepemimpinan adalah Kepemimpinan merupakan proses

dimana seseorang atau sekelompok orang, memotivasi,

menginspirasikan, mengerakan dan mengarahkan aktivitas

mereka untuk mencapai sasaran dan tujuan.

7
3. Terry (1992). Yang berpendapat bahwa kepemimpinan adalah

aktivitas mempengaruhi orang-orang supaya mencapai tujuan

organisai.

4. Sutarto (1998). Yang berpendapat bahwa kepemimpinan adalah

rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi

orang lain dalam kondisi tertentu agar bersedia bekerja sama

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

5. Stogdill (1998). Yang berpendapat bahwa kepemimpinan adalah

suatu prosen mempengaruhi kegiatan-kegiatan sekelompok

orang yang terorganusasi dalam usaha mereka untuk

menetapkan dan mencapai tujuan.

6. Stonner (1998). Yang berpendapat bahwa kepemimpinan adalah

suatu proses mengenai pengarahan dan usaha untuk

mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan anggota

kelompok.

2.1.3 Pimpinan

Pimpinan dan Pemimpin merupakan dua kata berbeda dengan

makna yang berbeda namun memiliki keterkaitan dan kesamaan

yaitu sama sama mempunyai bawahan atau anggota. Pimpinan

adalah jabatan atau posisi seseorang di dalam sebuah organisasi.

Pimpinan itu bisa atau tidak bisa, mau atau tidak mau harus

memimpin walaupun belum tentu memiliki jiwa seorang pemimpin,

8
sebagai contoh semasa sekolah kita pasti pernah menjadi pemimpin

baik itu pemimpin upacara, ketua OSIS, ketua kelas atau yang

lainnya, walaupun kita tidak bisa tapi kita harus tetap menjalaninya.

Pimpinan harus memiliki pemahaman bahwa ia harus memimpin

karena berdasarkan pengangkatan, yang berarti suka atau tidak suka

kepada bawahannya ia tetap menjadi orang yang memegang jabatan

tersebut.

2.1.4 Pemimpin

Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam

memberikan perintah dan keputusan untuk mempengaruhi perilaku

orang lain demi kepentingan bersama, dan dapat memimpin suatu

kelompok seperti keluarga, komunitas masyarakat, suku, lembaga

hingga negara, sehingga orang-orang yang dipimpinnya, dapat

menerima dirinya sebagai sosok yang layak untuk memimpin

mereka, sebagaimana yang dikemukakan oleh Suradinata (1997:11)

yang berpendapat bahwa pemimpin adalah orang yang memimpin

kelompok dua orang atau lebih, baik organisasi maupun keluarga.

Selain itu pengertian mengenai pemimpin dikemukakan oleh Henry

Pratt Fairchild (2005), yang berpendapat bahwa pemimpin adalah

seorang yang memimpin dengan jalan memprakarsai tingkah laku

sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau

mengontrol usaha dan upaya orang lain lewat suatu kekuasaan.

9
Berikut ini adalah ciri-ciri pemimpin yang efektif menurut Ordway

tead (1986).

1. Pemimpin yang efektif mempunyai Visi yang jelas

Seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinanya harus

mempunyai visi atau tujuan yang jelas dan sesuai dengan tujuan

organisasi, sehingga menumbuhkan komitmen, motivasi dan

semangat untuk bekerja pada bawahnnya.

2. Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang responsive

Maksudnya seorang pemimpin harus dapat cepat dan sigap pada

setiap persoalan, harapan, dan impian yang ingin dicapai, selalu

aktif dalam mencari solusi mengenai masalah yang dihadapi.

3. Pemimpin yang efektif dapat melatih dan membimbing orang-

orang yang dipimpinnya

Artinya seorang pemimpin harus dapat mengarahkan dan

mengembangkan kemampuan bawahnya dalam setiap bidang,

sehingga dapat mempermudah dalam menghadapi segala

persoalan.

2.1.5 Fungsi Kepemimpinan

Seorang pemimpin mempunyai fungsi yang sangat penting,

yaitu mengusahakan agar kelompoknya dapat mencapai tujuan

dengan baik, dalam kerja sama yang produktif. Seperti pendapat

yang diberikan oleh Sutrisno (2014 : 219) “Pemimpin dalam suatu

10
organisasi memiliki fungsi atau peranan yang sangat penting, tidak

hanya secara internal bagi organisasi yang bersangkutan, akan tetapi

juga dalam menghadapi berbagai persoalan.

Fungsi pemimpin dalam organisasi menurut Terry Sutrisno

(2014 : 219) dikelompokkan menjadi empat, yaitu ; perencanaan,

pengorganisasian, penggerak dan pengendalian. Adapun pengertian

dari poin yang disebutkan adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan

Perencanaan adalah sebuah proses untuk menentukan tujuan

yang ingin dicapai pada masa yang akan datang serta

menentukan tahapan dan proses dalam mancapainya, sedangkan

fungsing dari perencanaan adalah membantu manajemen dalam

menyesuaikan diri dengan sejumlah perubahan dan membantu

mengatasi masalam-masalah yang dihadapi.

2. Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan proses membagi/mengatur tugas,

wewenang, tanggung jawab atau pekerjaan menjadi tugas –

tugas kecil, membebankan kepada setiap orang sesuai dengan

bidang dan kemampuannya, mengalokasikan sumber daya serta

mengkoordinasikan dalam rangka mencapai tujuan organisasi

secara efektif. Pengorganisasian mempunyai peranan yang

sangat penting, karena dapat membantu mwujudkan strukjtur

organisasi yang jelas.

11
3. Penggerak

Seorang pemimpin adalah pengerak utama dalam organisasi

yang mampu mengerakan dan mengarahkan para anggotanya

untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

4. Pengendalian

Pengendalian merupakan fungsi kepemimpinan yang mengatur

aktivitas anggotanya secara terarah, terukur dan dalam

koordinasi yang efektif, sehingga organisasi tersebut dapat

mencapai tujuannya secara maksimal.

2.1.6 Gaya kepemimpinan

Gaya kepemimpinan berasal dari kata bahasa inggris yaitu

“Style” yang mengandung arti mode atau kepribadian seseorang

yang menjadi ciri khas dalam memimpin. Gaya kepemimpinan

merupakan cara atau strategi yang diterapkan oleh seorang

pemimpin dalam mengarahkan para bawahannya guna mencapai

tujuan untuk kepentingan bersama. Sebagaiman yang dikemukakan

oleh Soekarso dalam Kumala & Agustina (2018 : 2) menurutnya

definisi gaya kepemimpinan dapat diuraikan sebagai berikut;

1. Gaya Kepemimpinan adalah tindakan atau perilaku pemimpin

dalam mempengaruhi para anggotanya.

2. Gaya Kepemimpinan adalah tindakan atau perilaku seorang

pemimpin dalam menjalankan tugas-tugasnya.

12
Secara umum ada 5 (lima) jenis gaya kepemimpinan menurut

Kabrina Rian Ferdiani (2020) diantaranya yaitu ;

1. Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan demokratis ialah kemampuan seorang

pemimpin dalam mempengaruhi orang lain agar mau bekerja

sama dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara

berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama

antara pimpinan dan bawahan. Seperti pendapat yang

diungkapkan oleh Woods (2004) dalam Laliasa et al. (2018),

gaya kepemimpinan demokratis ialah kemampuan

mempengaruhi orang lain agar mau bekerja sama dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai

kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara

pimpinan dan bawahan. Berikut ini adalah tiga ciri utama yang

dimiliki oleh pemimpin yang menerapkan gaya kepemiminan

demokratis yaitu selalu menerapkan pendekatan dua arah,

mendorong partisipasi dan keterlibatan serta menghargai ide dan

kreativitas.

Pemimpin yang demokratis mempunyai karakter yang

jujur, cerdas, berani, kreatif, kompeten dan adil. Karakter inilah

yang menjadikan bawahannya memiliki kepercayan, rasa hormat,

kesediaan untuk terlibat dan berkontribusi dalam pengambilan

13
keputusan yang ada, kepemimpinan ini juga membuka peluang

untuk bawahannya dalam mengembangkan kemampuannya.

2. Kepemimpinan Autokratis/Otoriter

Gaya kepemimpinan otoriter adalah gaya pemimpin yang

memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari

dirinya sendiri secara penuh, pemimpin dalam sistem ini

biasanya sangat dominan dalam pengambilan keputusan dan

pembentukan kebijakan serta menganggap organisasi hanya

miliknya sendiri, bahkan pemimpin dengan gaya kepemimpinan

ini cenderung digambarkan dengan orang yang mau menang

sendiri. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang

oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan

hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan dan biasanya

mereka tidak mau menrima kritik atau masukan dari

bawahannya. Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan ini adalah

intruksi dari pemimpin sudah sangat jelas mengenai tujuan,

target dan bagaimana melakukanya, dan pemimpin seperti ini

biasanya dapat mengendalikan semua keputusan yang ada,

menganggap bawahan hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan,

tidak mau menerima kritik atau masukan serta yang paling umum

adalah pemimpin dengan gaya kepemimpinan ini selalu

memberikan hukuman dan sanksi berat atas ketidakpatuhan atau

kesalahan yang diperbuat bawahannya, sehingga bawahan

14
merasa takut dan akan menjalankan setiap perintah yang

diberikan oleh atasannya, dalam beberapa situasi gaya

kepemimpinan ini merupakan yang peling efektif.

3. Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformasi atau sering disebut

transformasional merupakan gaya kepemimpinan yang

menginspirasi dan memberdayakan individu, kelompok dan

organisasi dengan cara yang lebih mandiri. Sebagaimana

menurut Robbins dalam Emron Edison dkk (2016). Yang

berpendapat bahwa pemimpin dengan model kepemimpinan

seperti ini umumnya dikenal sebagai sosok yang sangat

karismatik dan merupakan pemegang peran utama dalam

membawa orang-orang yang dipimpinnya dalam mencapai suatu

tujuan yang telah ditentukan. Adapun ciri-ciri gaya

kepemimpinan transformasional menurut Bernard M. Bass yaitu

mempunyai nilai dan integritas dalam bekerja, menetapkan visi

atau tujuan yang jelas dalam sebuah organisasi untuk mencapai

tujuan, memiliki harapan yang tinggi dalam memimpin,

memotivasi orang lain, memberi dukungan kepada bawahannya,

menimbulkan ikatan emosional dengan bawahannya, membuat

orang bekerja melampaui kepentingan pribadi mereka dan

menginspirasi orang lain untuk meraih sesuatu yang tidak

mungkin.

15
4. Gaya kepemimpinan transaksional

Gaya kepemimpinan transaksional adalah gaya

kepemimpinan dimana pemimpin mendorong kepatuhan

pengikutnya melalui dua faktor yaitu imbalan dan hukuman

seperti yang diungkapkan oleh Burn dalam Northouse (2013)

yang berpendapat bahwa gaya kepemimpinan transaksional

adalah ketika seorang pemimpin melakukan suatu kontakdengan

karyawanya dengan tujuan pertukaran sesuatu yang dianggap

bernilai. Sedangkan menururt Bycio dkk. Serta Koh dkk.,

kepemimpinan transaksional adalah gaya kepemimpinan dimana

seorang pemimpin memfokuskan perhatiannya pada transaksi

interpersonal antara pemimpin dan karyawan yang melibatkan

hubungan pertukaran. Pertukaran tersebut berdasarkan pada

kesepakatan mengenai klasifikasi sasaran, standar kerja,

penugasan kerja, dan penghargaan. Para pemimpin dengan gaya

kepemimpinan transaksional bekerja dengan cara memperhatikan

kerja bawahannya untuk menemukan kesalahan dan

penyimpangan.

Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan ini adalah pemimpin

sering menjelaskan terkait apa yang harus dikerjakan oleh

karyawan, meminta karyawan untuk mematuhi aturan dan

standar kerja, adanya kesepakatan kontrak yang mengikat

sehingga menimbulkan tugas dan tangung jawab, pemimpin

16
selalu mengawasi karyawan dalam berkerja untuk memastikan

pekerjaanya sesuai keinginan si pemimpin, menjamin hadiah dan

sanki yang diberikan adil serta mengisolir pekerjaan dari dunia

yang berubah.

5. Kepemimpinan Laizze-faire

Laizze-faire adalah istilah dalam bahasa perancis yang

berarti “biarkan apa adanya” dan istilah ini mulai berkembang

pada abad ke-18 yang menentang intervensi pemerintah dalam

segala urusan bisnis. Tipe kepemimpinan ini merupakan

kebalikan dari tipe kepemimpiann otoriter dari sisi perilaku

pemimpin, kepemimpinan jenis ini sangat dipengaruhi oleh

tipikal atau karakter pemimpin dan biasanya tipikal ini adalah

seorang pembelot, seorang pemimpin dalam tipe kepemimpinan

laizze faire sebenarnya tidak memimpin dalam organisasinya. Ia

membebaskan para pengikutnya melakukan apa yang menjadi

kehendak mereka. Seperti apa yang di ungkapkan oleh Wursanto

(2003) menurutnya kepemimpinan ini adalah pemimpin yang

tidak menguasai bidang tugas yang menjadi wewenangnya dan

akan menyerahkan segala sesuatu kepada bawahannya.

Pada tipe gaya kepemimpinan ini pemimpin sering

kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri, dalam

artian pemimpin tersebut tidak memimpin bawahannya seperti

berpastisipasi dalam pekerjaan dan tanggung jawab, semuanya

17
harus dilakukan oleh bawahannya. Adapun penyebab munculnya

gaya kepemimpinan ini adalah karena kurangnnya semangat dan

gairah kerja pemimpin sebagai seorang penanggung jawab utama

dalam organisasi yang ia pimpin, pemimpin merasa tidak peduli

mengenai sukses apa tidaknya kegiatan kerja dan tujuan

organisasi serta kurangnya kemampuan, pengalaman dan

kecakapan yang dimiliki oleh si pemimpin. Meski demikian

dalam situasi khusus kelompok atau organisasi, gaya

kepemimpinan ini merupakan yang paling efektif dibandingkan

gaya kepemimpinan yang lainnya.

2.1.7 Indikator Gaya Kepemimpinan

Menurut Kartono (2008), gaya kepemimpinan seseorang dapat

dilihat dan dinilai dari beberapa indikator sebagai berikut:

1. Kemampuan Mengambil Keputusan

Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang

sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan

mengambil tindakan yang menurut perhitungan yang merupakan

tindakan yang paling tepat.

2. Kemampuan Memotivasi

kemampuan memotivasi adalah daya mendorong yang

mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk

memberikan tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan

18
berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabannya dan

menunaikan kewajibannya dalam rangka mencapai tujuan.

3. Kemampuan Komunikasi

kemampuan komunikasi adalah kecakapan atau

kesanggupan penyampaian pesan, gagasan atau pikiran kepada

orang lain dengan tujuan orang lain tersebut memahami apa yang

dimaksudkan dengan baik, secara langsung lisan atau tidak

langsung.

4. Kemampuan untuk Mengendalikan Bawahan

Seorang pemimpin harus memiliki keinginan untuk

membuat orang lain mengikuti keinginannya dengan

menggunakan kekuatan pribadi atau kekuasan jabatan secara

efektif dan pada tempatnya demi kepentingan jangka panjang

perusahaan.

5. Tanggung Jawab

Seorang pemimpin harus memiliki tanggung jawab kepada

bawahannya, tanggung jawab seorang pemimpin bisa diartikan

sebagai kewajiban yang wajib memikul dan menanggung segala

sesuatu yang berkaitan dengan bawahannya.

6. Kemampuan Mengendalikan Emosional

Kemampuan mengendalikan emosional adalah hal yang

sangat penting bagi keberhasilan hidup kita. semakin baik

19
kemampuan kita mengendalikan emosi semakin mudah kita akan

meraih kebahagiaan.

7. Keberanian Dalam Mengambil Keputusan

Berani dalam mengambil keputusan merupakan salah satu kunci

utama keberhasilan dalam memimpin, keberanian dalam

mengambil keputusan juga akan membuat seorang pemimpin

siap untuk menanggung segala resiko yang akan dihadapi.

2.1.8 Kepemimpinan di indonesia

Gaya Kepemimpinan yang diterapkan di Indonesia sangat

bervariasi tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi, tetapi gaya

kepemimpinan tersebut haruslah sesuai dengan norma-norma

kepemimpinan yang berlaku di Indonesia, yang dicetuskan oleh

tokoh pendidikan nasional yaitu Ki Hadjar Dewantara, yang terdiri

dari tiga (3) kalimat dengan arti yang sangat mendalam yaitu :

1. Ing Ngarso Sung Tudolo.

Ing Ngarso Sung Tudolo yang artinya didepan memberi

teladan, maksudnya bahwa seorang pemimpin harus mampu

memberikan contoh yang baik melalui sikap dan tindakannya

untuk menjadi panutan.

2. Ing Madya Mangun Karso.

Ing Madya Mangun Karso yang berarti ditengah

membangun karsa atau inisiatif. Maksudnya bahwa seorang

20
pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa

atau berkreasi pada setiap tindakannya.

3. Tut Wuri Handayani.

Tut Wuri Handayani yang artinya mengikuti dari belakang

dengan membimbing. Maksudnya bahwa seorang pemimpin

harus mampu mendorong, memotivasi, memberikan semangat

dan mengarahkan orang yang dipimpinnya agar berani

bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

2.1.9 Kepala Desa

Kepala Desa merupakan pemimpin yang memimpin pemerintahan

desa yang ada di Indonesia, Kepala Desa memiliki masa jabatan selama

enam tahun dan dapat diperpanjang lagi selama satu periode hal ini

berdasarkan Undang-Undang nomor 32 tahun 2004. Di setiap wilayah

di Indonesia pasti ada yang namanya desa, karena desa adalah kesatuan

masyarakat yang memiliki wilayah dan hukum untuk mengatur dan

mengurus wilayahnya.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang menjadi objek

penelitian ini, baik berbentuk skripsi atau jurnal.

Berikut ini adalah beberapa penelitian yang dijadikan referensi pada

penelitian ini.

21
1. Nofi Wendari, Dkk. (2021) Gaya Kepemimpinan Kepala Desa di

Kantor Desa Moahino, Kecamatan Wita Ponda, Kabupaten Morowali.

Hasil penelitiannya menyatakan bahwa Gaya Kepemimpinan Kepala

Desa Moahino adalah Demokratis dimana dalam menjelankan perannya

Kepala Desa Moahino, kepemimpinan yang dilakukan sudah cukup

baik peran seperti pemecah konflik, peran pengambil keputusan, peran

penyampai imformasi, peran menjalin hubungan dan komunikasi.

2. Wahyu Seftillia Annisa (2020), Gaya Kepemimpinan Kepala Desa

Pembatang, Kecamatan Pangean, Kabupaten Kuantan Singingi. Hasil

penelitiannya adalah Kepala Desa Pembatang, Kecamatan Pangean,

Kabupaten Kuantan Singingi berada pada situasi gaya kepemimpinan

Laizze Fairre dan gaya kepemimpinan Situasional.

3. Suaib (2018), Analisis Gaya kepemimpinan Kepala Desa di Desa

Mattombang, Kecamatan Mattiro sompe, Kabupaten Pinrang. Hasil dari

penelitiannya adalah Gaya kepemimpinan harus berkemampuan

mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai

tujuan yang telah ditentukan dengan cara segala kegiatan yang

dilakukan diputuskan oleh pimpinan, pengaruh kepemimpinan memiliki

kemampuan untuk menginspirasi,mendorong dan memampukan anak

buah dalam menyusun perencanaan. Gaya kepemimpinan yang

diterapkan adalah gaya kepemimpinan terpusat dan direktif.

4. Lufty Tri Veny (2017), Analisis gaya kepemimpinan PT. PLN Persero

Blega Madura. Hasil dari penelitian ini adalah, Kepemimpinan di PT.

22
PLN Persero Blega Madura memiliki dimensi gaya kepemimpinan

demokratis, sesuai dengan unsur unsur yang terlihat seperti; tanggung

jawab sosial, partisipasi sosial dan dorongan sosial.

5. Daniel Jesse Budiarso (2016) Analisis gaya kepemimpinan di PT Jaya

Mulia Perkasa. Hasil penelitian tersebut adalah; Gaya kepemimpinan

yang diterapkan oleh Danny Pribudi di PT Jaya Mulia Perkasa adalah

kepemimpinan transformasional. Danny Pribudi terbukti memenuhi

semua dimensi yang dimiliki oleh kepemimpinan transformasional,

yaitu karismatik, inspirasional, konsiderasi individual, dan stimulasi

intelektual.

2.3 Kerangka Pikir

Kerangka berpikir adalah gambaran sederhana mengenai alur

pemikiran penelitian agar lebih mudah dimengerti, ada juga yang

menyimpulkan bahwa kerangka berfikir adalah dasar pemikiran yang

memuat perpaduan antara teori dan fakta, observasi dan kajian perpustakaan

yang dijadikan dasar dalam penelitian tersebut, tetapi menurut sugiyono

(2017) mengemukakan bahwa kerangka berpikir merupakan model

konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor

yang telah diidentifikasikan sebagai masalah yang penting, dalam defenisi

yang ada maka dapat disimpulkan bahwa kerangka pikir dibuat lebih identik

untuk karya tulis ilmiah. Berikut ini adalah kerangka berpikir dalam

penelitian ini dan digambarkan dalam bagan sebagai berikut.

23
Kerangka Pikir

Desa Manggala

Kepala Desa Manggala

Indikator

Gaya kepemimpinan

Implementasi

Staf Desa Manggala

Kualitas peayanan yang


diberikan

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

24
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif adalah

suatu pendekatan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi untuk

mengeksplorasi dan memahami persoalan yang menjadi bahasan penelitian

baik individu atau kelompok yang terkait dengan masalah sosial, penelitian

kualitatif bersifat deskriptif dalam menyajikan data yang telah diteliti.

Sebagaimana menurut Qomariyatus Sholihah (2020) berpendapat bahwa

Penelitian Kualitatif merupakan penelitian yang cenderung bersifat

deskriptif dan mengunakan analisis, sedangkan menurut Sugiyono (2019)

metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan

pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek

yang alamiah. Penelitian kualitatif merupakan proses observasi atau

pengamatan objek secara mendalam dengan menggunakan pengalaman

sebagai dasar analisanya. Metode ini kerap digunakan dalam penelitian ilmu

sosial.

Deskriptif adalah sebuah penelitian dengan menggunakan konsep dan

penghimpun fakta, kemudian menceritakan dan menggambarkan suatu

obyek secara rinci dan mendalam. Seperti yang diungkapkan Nazir dalam

Andi Prastowo (2011), metode deskriptif adalah suatu metode yang

digunakan untuk meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu

25
kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa

sekarang. Sedangkan menurut Sugiyono (2018), penelitian deskriptif adalah

penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik

satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan

dengan variabel yang lain.

3.2 Tempat dan waktu penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Desa Manggala, Kecamatan

Pinoh Selatan, Kabupaten Melawi. Penelitian ini dilakukan di tempat

tersebut karena belum ada mahasiswa yang melakukan penelitian

mengenai gaya kepemimpinan Kepala Desa Manggala dan adanya

beberapa persoalan dan situasi yang membuat peneliti berminat

untuk melakukan penelitian ini.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan selama dua bulan yaitu, mulai

bulan Agustus sampai bulan September 2022.

3.3 Subjek dan Objek Penelitian

Pada penelitian ini ada dua (2) sumber data yang akan diteliti yaitu

Subjek yang artinya orang yang melakukan tindakan atau yang

dideskripsikan dan objek yang berarti sesuatu yang menjadi sasaran dalam

penelitian ini.

26
1. Kepala Desa Manggala 1 orang

2. Perangkat Desa Manggala 7 orang

Objek pada peneliti ini adalah masalah-masalah yang berkaitan

dengan gaya kepemimpinan di Desa Manggala, Kecamatan Pinoh Selatan,

Kabupaten Melawi.

3.4 Jenis dan Sumber Data

3.4.1 Jenis Data

Dalam melakukan penelitian ini jenis data yang digunakan

ialah data non-numerik atau angka yang tidak bersifat hitung

hitungan. Data ini biasanya berisi analisa kondisi saat ini pada

organisasi dan memberikan deskripsi mengenai persoalan yang

menjadi objek bahasan dalam penelitian secara mendetail, sehingga

membantu peneliti dalam menentukan permasalahan. Contoh data

kualitatif seperti data wawancara, data observasi, dokumentasi dan

catatan-catatan yang berkaitan dengan permasalahan yang pernah

dihadapi.

3.4.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer dan data sekunder, yaitu:

1. Data primer, adalah data yang diperoleh secara langsung dari

objek yang akan diteliti, yaitu Kantor Desa Manggala, Kecamatan

Pinoh Selatan yang masih bersifat data asli yang dikumpulkan

sendiri oleh peneliti.

27
2. Data sekunder, adalah data yang dicatat, diakses, atau meminta

data baku dari pihak yang telah mengumpulkannya di lapangan

yang masih memiliki relevansi dengan penelitian, seperti dari

buku-buku dan tulisan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam suatu penelitian merupakan suatu hal

yang sangat berguna dan sangat diperlukan dalam memperoleh data yang

sesuai dengan fokus penelitian. Sesuai dengan pendekatan peneliti yang

digunakan dalam penelitian ini.

Maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan meliputi sebagai

berikut:

3.5.1 Observasi

Observasi merupakan pengamatan langsung kelapangan yang

dilakukan oleh peneliti di Kantor Desa Manggala mengenai masalah

gaya kepemimpinan di Desa Manggala.

Observasi atau pengamatan ini dimaksudkan sebagai

pengumpulan data yang selektif dan diambil dari apa yang dilihat

dan dirasakan oleh peneliti selama melakukan penelitian di Kantor

Desa Manggala. Selanjutnya, peneliti memahami dan menganalisis

berbagai gejala yang berkaitan dengan objek penelitian melalui

berbagai situasi dan kondisi nyata yang terjadi baik secara formal

maupun non formal.

28
3.5.2 Wawancara

Wawancara adalah kegiatan tanya jawab secara lisan untuk

memperoleh imformasi menurut Estenberg dalam Sugiyono

(2015:72) wawancara adalah pertemuan yang dilakukan oleh dua

orang untuk bertukar imformasi maupaun suatu ide dengan cara

tanya jawab, sehingga dapat dikerucutkan menjadi sebuah

kesimpulan atau maksna dalam topik tertentu. Untuk kegiatan

wawancara tersebut peneliti telah mempersiapkan beberapa hal

diantaranya menentukan responden yang akan diwawancarai,

mengururus prosedur perizinan melakukan wawancara penelitian

dan mempersiapkan pertanyaan pertanyaan guna mengali imformasi

sebanyak mungkin. Kemudian hasil dari wawancara tersebut diolah

oleh peneliti sendiri, dan pada penelitian ini peneliti akan

mewawancarai Kepala Desa Manggala dan Staf Desa Manggala,

sehingga setelah wawancara peneliti akan mendapatkan data dan

kemudian mengolah data tersebut untuk menyimpulkan

permasalahan yang terjadi.

3.5.3 Studi Pustaka

Yaitu cara pengumpulan data dan telaah pustaka, dimana

dokumen-dokumen yang dianggap menunjang dan relevan dengan

permasalahan yang akan diteliti baik berupa buku-buku, literatur,

laporan tahunan, majalah, jurnal, tabel, karya tulis ilmiah dokumen

peraturan pemerintah dan Undang-Undang yang telah tersedia pada

29
lembaga yang terkait dipelajari, dikaji dan disusun/dikategorikan

sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh data guna memberikan

informasi berkenaan dengan penelitian yang akan dilakukan.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis

kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk

mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau

sekelompok orang dianggap berhasil dari masalah sosial atau kemanusiaan.

Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting,

seperti mengajukan pertanyaan, prosedur-prosedur, mengumpulkan data

yang spesifik dari para partisipan, menganalisis data secara induktif mulai

dari teman-teman yang khusus ke teman-teman umum dan menafsirkan

makna data. Laporan akhir untuk penelitian ini memiliki struktur atau

kerangka yang fleksibel (dalam Ahmad, 2015: 52).

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam

periode tertentu. Jadi, pada saat wawancara peneliti sudah melakukan

analisis terhadap jawaban yang diwawancarai sehingga diperoleh hasil dari

jawaban wawancara yang dilakukan dan poin penting dari responden yang

menjawab pertanyaan pertanyaan tersebut. Apabila jawaban dari responden

belum memuaskan setelah dilakukan analisis, maka peneliti akan

melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu sehingga diperoleh data

30
yang dianggap valid. Jadi, Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu

analisis model Miles dan Huberman. Aktivitas dalam analisis data menurut

Miles dan Huberman yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data

(data display), dan kesimpulan/verifikasi (conclusion/verification).

3.6.1 Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman

segala bentuk data yang diperoleh menjadi suatu bentuk tulisan

(script) yang akan dianalisis. Hasil wawancara, observasi, dan

dokumentasi diubah menjadi bentuk tulisan sesuai dengan

formatnya. Data yang diperoleh dari lapangan akan diterjemahkan

dalam uraian laporan. Data dan laporan akan direduksi, dirangkum,

dan memilah hal yang pokok, memfokuskan hal yang penting dan

dicari tema yang sesuai dengann penelitian melalui proses

penyuntingan, pengkodean, dan pelabelan.

3.6.2 Penyajian Data (Data Display)

Setelah semua data diformat sesuai instrument pengumpulan

data yang telah berbentuk tulisan, selanjutnya dilakukan penyajian

(display) data. Display data pada prinsipnya adalah mengolah data

setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan yang sudah

memiliki alur tema yang jelas kedalam kategori sesuai dengan tema

yang sudah dikelompokkan/dikategorikan, serta akan memecah

tema-tema kedalam bentuk yang lebih konkret dan sederhana yang

disebut dengan subtema yang diakhiri dengan memberi kode

31
(coding) dari subtema sesuai dengan wawancara yang sudah

dilakukan (Herdiansyah:2012). Pada tahap ini peneliti akan

memberikan jawaban dari penelitian yang dilakukan dan sekaligus

memberikan gambaran mengenai gaya kepemimpinan yang

diterapkan oleh Kepala Desa Manggala.

3.6.3 Kesimpulan/Verifikasi (Conclusion/Verification).

Kesimpulan/verifikasi adalah tahapan terakhir dalam penelitian

kualitatif. Kesimpulan dalam analisis kualitatif mengacu dari

jawaban pertanyaan dalam penelitian yang diajukan sebelum dan

mengungkapkan apa (what) dan bagaimana (how) dari temuan

penelitian.

3.7 Keabsahan Data

Keabsahan data diperlukan agar data penelitian kualitatif dapat

dipertanggungjawabkan sebagai penelitian ilmiah, oleh karena itu perlu

dilakukan uji keabsahan data. Memeriksa pada keabsahan data pada

dasarnya selain digunakan untuk menyanggah balik yang dituduhkan pada

penelitian kualitatif yang menggunakan data ilmiah juga sebagai unsur yang

tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif (moleong,

2007). Adapun uji keabsahan data yang dilakukan adalah triangulasi,

triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain. teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah

pemeriksaan melalui sumber lainnya. Menurut (Denzin, 1970) membedakan

empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan

32
penggunaan sumber, metode, penyidik, teori. dalam penelitian ini, peneliti

ini melakukan pengecekan data melalui beberapa sumber lain dengan

melakukan wawancara ke beberapa informan.

Dengan membandingkan data yang diperoleh melalui sumber

wawancara, observasi di lapangan, dan dokumentasi.

3.7.1 Triangulasi Metode

Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan

informasi atau data yang didapat dengan beberapa metode seperti

wawancara, observasi, dan survey. untuk memperoleh informasi

yang sesuai dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

3.7.2 Triangulasi antar Peneliti

Triangulasi antar peneliti dilakukan dengan cara menggunakan

lebih dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis data.

3.7.3 Triangulasi Sumber Data

Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informasi

tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data.

3.7.4 Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu berkenaan dengan waktu pengambilan data,

banyak hasil dari peneliti diragukan kebenarannya karena beberapa

hal, seperti subyektivitas yang lebih dominan ditonjolkan, alat

penelitian yang digunakan dan observasi yang banyak sekali

mengandung kelemahan ketikan dilakukan oleh peneliti apalagi

tanpa pengawasan serta sumber data penelitian yang selalu

33
dipertanyakan kebenarannya. Oleh sebab itu sangatlah penting bagi

peneliti untuk memberikan kejelasan waktu dari penelitian yang

dilakukan guna meyakinkan akan hasil dari penelitian ini.

3.7.5 Triangulasi Teori

Triangulasi teori adalah hasil akhir penelitian kualitatif berupa

sebuah rumusan informasi atau thesis statement. informasi tersebut

selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang relevan untuk

menghindari bias individual penelitian atas temuan atau kesimpulan

yang dihasilkan. selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan

kedalaman pemahaman asalkan peneliti mampu menggali

pengetahuan teoritik secara mendalam atas hasil analisis data yang

telah diperoleh.

34
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1. Profil Desa Manggala

Desa Manggala adalah salah satu desa/kelurahan di Kecamatan

Pinoh Selatan, Kabupaten Melawi, Provinsi Kalimantan Barat.

yang memiliki pusat pemerintahan di jalan Raden Paku Desa

Manggala. Desa Manggala berdiri pada 05 Agustus 1996 dan

diresmikan di Kantor Desa Landau Garong yang namanya diambil

dari dua kampung yaitu Emang dan Gala yang disatukan menjadi

Manggala dan dibina oleh PT. Lahan Cakrawala. Desa Manggala

sudah dijabat oleh tiga Kepala Desa yaitu:

1. Burhan(1996-2008)

Kepala Desa pertama adalah bapak Burhan yang menjabat

Kepala Desa dari mulai didirikannya hingga tahun 2008, yang

pada saat itu Desa Manggala masih berada di Kecamatan

Nanga Pinoh, Kabupaten Sintang.

2. Lazarus, S.Pd.K.(2008-2014)

Kepala Desa kedua dijabat oleh bapak Lazarus,S.Pd.K.

mulai dari tahun 2008 saat PT.Lahan Cakrawala resmi

melepaskan pembinaannya di Desa Manggala. Beliau

merupakan Kepala Desa pertama yang ditentukan oleh

35
pemilihan umum dan pada saat itu sudah berada diKecamatan

Pinoh Selatan,Kabupaten Melawi.

3. Kamsuri,S.H.(2015-2020)

Kepala Desa ketiga adalah bapak Kamsuri,S.H. Menjabat

dari tahun 2015 hingga 2020 dan dipilih melalui pemilihan

umum yang sudah lebih dikenal dengan sebutan Pilkades.

4. Lazarus,S.Pd.K.(2021-sekarang)

Kepala Desa keempat kembali dijabat olek bapak

Lazarus,S.Pd.K. mulai dari tahun 2021 hingga saat ini, dan saat

ini Desa Manggala dikategorikan sebagai Desa Swakarya yaitu

desa yang memiliki tingkat perkembangan sedang berkembang

dan umumnya dicirikan dengan kualitas kesehatan masyarakat

yang belum baik, pendidikan masyarakat cukup baik dan

perekonomian yang cukup berkembang, desa ini bisa

mengelola sumber daya dimiliki tetapi masih membutuhkan

pembinaan. sedangkan batas wilayah Desa Manggala terdiri

dari Desa Labai di sebelah utara, Desa Semadin Lengkong di

sebelah timur, Desa Landau Tubun di sebelah selatan dan Desa

Senempak di sebelah barat. Desa Manggala meliliki jumlah

penduduk sebanyak 670 KK yang terdiri dari laki laki sebanyak

1298 jiwa dan perempuan sebanyak 1135 jiwa. Data ini diambil

dari publikasi hasil pengelolaan profil desa tingkat Desa

Manggala yang berdasarkan pada Undang Undang nomor 06

36
tahun 2014 tentang desa dan peraturan Menteri Dalam Negeri

nomor 12 tahun 2007 tentang pedoman penyusunan dan

pendayagunaan profil desa.

4.1.2. Visi dan Misi

Visi adalah sebuah pandangan tentang tujuan jangka panjang

atau rencana yang akan dicapai suatu organisasi. Visi adalah

rangkaian kata yang menggambarkan impian, nilai dan cita-cita

sebuah organisasi di masa yang akan datang. Menurut Wibisono

(2006), “visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan atau

cita-cita sebuah organisasi”.

Misi merupakan cara yang digunakan untuk mencapai visi yang

telah ditetapkan. Menurut Druckr (2000), “Misi merupakan alasan

mendasar eksistensi sebuah organisasi”. Pernyataan ini

menjelaskan bahwa misi organisasi adalah tahapan, proses atau

upaya yang dilakukan oleh suatu lembaga atau organisasi dengan

tujuan bisa mencapai visi guna menentukan batas dan maksud

aktivitas organisai.

Visi dan misi harus saling mendukung karena merupakan satu

kesatuan serta dua komponen yang menentukan masa depan

sebuah perusahaan atau organisasi, oleh sebab itu sangatlah

penting untuk seorang pemimpin menetapkan visi dan misi yang

jelas dan terukur.

37
4.1.2.1. Visi

“Mewujudkan masyarakat Desa Manggala yang mandiri,

berdaya saing dan sejahtera”.

4.1.2.2. Misi

1. Mewujudkan tata kelola pemerintah desa yang baik, bersih

dan transparan.

2. Mengoptimalkan dana desa untuk meningkatkan

perekonomian masyarakat melalui Program Nasional

Pemberdayaan masyarakat(PNPM) Desa Manggala.

3. Meningkatkan pemberdayaan dan peran serta masyarakat

Desa Manggala dalam pembangunan desa melalui gotong

royong dan kegiatanlainnya.

4. Meningkatkan pelayanan kesehatan desa.

5. Meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana Desa

Manggala.

6. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat untuk

mencapai taraf kehidupan yang lebih baik dan layak

sehingga menjadi desa yang maju dan mandiri.

4.1.3. Letak dan Kondisi Geografis

Letak dan kondisi geografis adalah kondisi atau keadaan suatu

wilayah yang berkaitan dengan dilihat dari keadaan aspek-aspek

geografis, aspek-aspek tersebut adalah letak, luas, bentuk dan

posisi. Berikut ini adalah keadaan/kondisi geografis Desa

38
Manggala, mempunyai luas wilayah 10.640,80 KM2, dengan

bentuk dataran yang bergelombang hingga berbukit. Desa

Manggala merupakan bagian dari Kecamatan Pinoh Selatan

bersama dengan sebelas desa lainnya yaitu: Desa Bayur raya, Bina

Jaya, Landau Garong, Landau Tubun, Mandau Baru, Nanga

Kelawai, Nanga Pintas, Nyangai, Sungai Bakah, Pelinggang, dan

Senenpak. Desa Manggala terdiri dari 7 dusun, adapun 7 dusun

yang terletak di desa Manggala adalah Dusun Mangun Jaya, Jaya

Karya, Kebati, Emang raya, Melaban Cukuh, Simpang permai dan

Maram jaya.

Desa Manggala memiliki kondisi Geografis yaitu berada di

ketinggian 30 M2 DPL dan suhu udara yang berkisar antara 26 o

hingga 29o Celcius.

4.1.4. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah sebuah sistem yang digunakan

untuk mendefinisikan hierarki dalam sebuah organisasi dengan

tujuan menetapkan cara sebuah organisasi dapat beroperasi dan

membantu organisasi tersebut dalam mencapai tujuan di masa

depan. Menurut hasibuan tahun 2011 struktur organisasi adalah

suatu gambar yang mengambarkan tipe organisasi,

pendepartemenan organisasi, kedudukan, jenis wewenang

pejabat,bidang dan hubungan pekerjaan, garis perintah dan

tanggung jawab, rentang kendali dan sistem pimpinan organisasi.

39
Kepala dusun
Simpang Permai
KAUR
Perencanaan

LPM/Lembaga Adat
BKAD dan BUM Desa
Kepala dusun
Sekertaris Desa Kebati
KAUR
Keuangan

Kepala dusun
Melaban Cukuh
KAUR
Administrasi

Kepala Desa Kepala dusun


Mangun Jaya

KASI
kesejahteraan
Kepala
dusun Jaya
Karya
BPD
Pelaksana Teknis

KASI
Pelayanan Kepala dusun
Maram Jaya

KASI
Pemerintahan
Kepala dusun
Emang Raya

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Desa Manggala.

40
Berikut ini adalah pemangku jabatan pada pemerintah Desa Manggala

tahun 2022.

1. Kepala Desa : Lazarus S.Pd. K.

2. Sekertaris Desa : Sarifalah

a. Kepala Seksi Administrasi : Fahmi Alimin

b. Kepala Seksi Keuangan : Agus Suparman,SE.

c. Kepala Seksi Perencanaan : Rusma Irwan

3. Pelaksana Teknis.

a. Kepala Urusan Pemerintahan : Mariyandi,SP.

b. Kepala Urusan Pelayanan : Syarifudin

c. Kepala Urusan Kesejahteraan : Misgianto

4. Kepala Dusun

a. Emang Raya : Sulaiman

b. Maram Jaya : Yanto

c. Simpang Permai : Jaimin

d. Melaban Cukuh : Temotius Z

e. Jaya karya : Sarbinus

f. Kebati : Joni Rupianto

g. Mangun Jaya : Muhammad Isro’i

Tugas pemerintah desa adalah menyelengarakan pemerintahan,

menetapkan aturan, pembinaan ketentraman dan ketertiban desa, melindungi

masyarakat desa dan mengelola penataan wilayah. Sedangkan tugas masing

masing jabatan pada pemerintah Desa Manggala adalah sebagai berikut:

41
1. Kepala Desa

Kepala Desa adalah pemimpin yang bertanggung jawab untuk

merencanakan, mengatur, mengerakan, mengontrol, mengawasi dan

mengevaluasi kinerja para staf yang dipimpinnya. Oleh sebab itu

seorang Kepala Desa mempunyai kewenangan, kewajiban serta hak

yang harus dipenuhi.

Wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah

orang lain untuk melakukan suatu tindakan guna mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Berikut ini adalah wewenang seorang Kepala Desa.

a. Memimpin penyelengaraan pemeritahan desa.

b. Mengangkat dan memberhentikan pemerintahan desa.

c. Memegang kekuasaan pengelolaan keuangan dan aset desa.

d. Menetapkan peraturan desa.

e. Menetapkan anggaran dan belanja desa.

f. Membina ketentraman dan ketertiban masyarakat desa.

g. Membina kehidupan masyarakat desa.

h. Membina dan meningkatkan perekonomian masyarakat desa serta

mengintegrasikan agar mencapai perekonomian yang produktif

untuk kemakmuran masyarakat desa.

i. Mengembangkan sumber pendapatan desa.

j. Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian aset dan kekayaan

negara guna meningkatkan masyarakat desa.

k. Mengembangakn kehisupan sosial dan budaya masyarakat desa.

42
l. Menempatkan tekhnologi tepat guna.

m. Mengoordinasikan pembangunan desa secara pastisipatif.

n. Melaksanakan wewenang lain sesuai peraturan perundang-

undangan.

Kewajiban adalah sesuatu diwajibkan, yang harus dilaksanakan,

dapat berupa pekerjaan atau tugas menurut hukum atau segala sesuatu

yang menjadi tugas manusia. Kewajiban seorang Kepala Desa adalah

sebagai berikut.

a. Memegang teguh dan mengamalkan pancasila, undang undang dasar

1945, keutuhan negara serta bhineka tungal ika.

b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

c. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat desa.

d. Mematuhi dan menegakkan peraturan perundang undangan.

e. Melaksanakan kehidupan yang berdemokrasi dan keadilan gender.

f. Melaksanakan prinsipi tata pemerintahan desa yang sesuai dengan

yang telah ditetapkan.

g. Menjalin kerja sama dan koordinasi denagn seluruh pemangku

kepentingan masyarakta desa.

h. Menyelengarakan administrasi pemerintahan desa yang baik.

i. Mengelola keuangan dan aset desa.

j. Melaksanakan kewenangan yang menjadi kewajiban seorang Kepala

Desa.

43
Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan sesuatu yang

semestimya diterima atau dilakukan melalui pihak tertentu dan tidak

dapat diganggu oleh pihak lain manapun juga, yang pada prinsipnya

dapat dituntut secara paksa olehnya Prof.Dr. Notonagoro. Adapun hak

yang dimiliki kades adalah sebagai berikut.

a. Mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa.

b. Mengajukan perancangan dan menetapkan peraturan desa.

c. Menerima gaji, tunjangan dan intensif lainnya.

d. Mendapatkan perlindungan hukum atas kebijakan yang dilaksanakan

e. Memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya

kepada perangkat desa.

2. Sekretaris Desa

Sekertaris Desa atau yang sering di singkat SEKDES adalah pembantu

Kepala Desa selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keungan desa

mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berada dibawah Kepala

Desa. Berikut ini adalah tugas seorang Sekertaris Desa.

a. Sebagai pelaksana urusan surat menyurat, kearsipan dan laporan.

b. Sebagai pelaksana urusan keuangan.

c. Sebagai pelaksana urusan administrasi pemerintahan, pembangunan,

dan kemasyarakatan.

d. Melaksanakan fungsi Sekertaris Desa dalam membantu Kepala Desa

dengan membawahi beberapa kepala urusan yaituKepala Urusan

Administrasi, keuangan dan perencanaan.

44
e. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh Kepala Desa.

3. Kepala Seksi Pemerintahan

Kasi Pemerintahan adalah perangkat desa yang berkedudukan sebagai

pelaksana teknis yang membantu Kepala Desa sebagai unsur pelaksana

tekhnis dan pelaksana tugas operasional dibidang pemerintahan desa.

Berikut ini adalah tugas kepala seksi pemerintahan desa.

a. Melaksanakan manajemen tata kepemerintahan.

b. Menyusun rancangan regulasi/peraturan desa.

c. Pembinaan yang berkaitan masalah pertanahan

d. Pembinaan masalah ketentraman dan ketertiban masyarakat.

e. Pelaksana uapaya pelindungan masyarakat desa.

f. Pelaksana upaya pelindungan kependudukan.

g. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh Kepala Desa.

4. Kepala Seksi Pelayanan

Kepala Seksi Pelayanan bertugas membantu Kepala Desa dalam

melaksanakan tugas pelayanan sosial kemasyarakatan dan peningkatan

kapasitas. Berikut ini adalah tugas seorang Kepala Seksi Pelayanan desa.

a. Membantu kapala desa dalam melaksanakan tugas pelayanan sosial

masyarakat

b. Mengupayakan peningkatan kapasitas pelayanan desa

c. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh Kepala Desa.

45
5. Kepala Seksi Kesejahteraaan

Kepala Seksi Kesejahteraan adalah perangkat desa yang mengelola

mengenai kesejahteraan masyarakat desa. Berikut ini adalah tugas

Kepala Seksi Kesejahteraan di Kantor Desa Manggala.

a. Mengumpulkan, mengelola dan mengevaluasi data kesejahtraan

masyarakat desa.

b. Memberikan pelayan masyarakat dibidang produktifitas hasil

pertanian dan peternakan.

6. Kepala Urusan Administrasi

Kepala Urusan Administrasi adalah perangkat desa yang menbidangiu

Berikut ini adalah tugas seorangKepala Urusan Administrasi desa.

a. Melaksanakan pelayanan dibidang pemerintahan desa.

b. Melaksanakan pemungutan pajak, retribusi dan bidang lainnya.

c. Melaksanakan tugas-tugas keagrariaan.

d. Memberikan pelayanan kependudukan dan catatan sipil.

e. Mengumpulkan, mengelola dan mengevaluasi data dibidang

pemerintahan desa.

f. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh Kepala Desa.

7. Kepala Urusan Keuangan

Kepala Urusan Keuangan adalah perangkat desa yang membidangi

urusan keungan desa. Berikut ini adalah tugas seorang Kepala Urusan

Keuangan desa.

46
a. Melaksanakan fungsi kebendaharan dalam urusan pelayanan

administrasi keungan desa.

b. Menerima, menyimpan, mengelola dan mengeluarkan keuangan

desa.

c. Menyelengarakan pembukuan keuangan desa.

d. Melaksanakan pertanggung jawaban keuangan.

e. Menjalankan tugas tugas yang diberikan oleh sekertaris desa.

8. Kepala Urusan Perencanaan

Kepala urusan perecanaan adalah perangkat desa yang berkedududkan

sebagai unsur staf sekertariat desa yang membidangi urusan perencanan

Berikut ini adalah tugas seorang Kepala Urusan Perencanaan desa.

a. Menyusun perencanaan anggaran.

b. Melaksanakan anggaran kegiatan sesuai bidang tugasnya.

c. Mengelola keuangan desa.

d. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh sekertaris desa.

9. Kepala Dusun

Kepala Dusun/Lingkungan adalah perangkat desa yang berkedudukan

sebagai satuan tugas kewilayahan yang bertugas membantu Kepala

Desa, kepala dusun berkedudukan sebagai perangkat desa yang

memberikan pelayanan secara pangsung kepada masyarakat. Tugas

soerang kepala dusun adalah membina ketentraman dan ketertiban,

melaksanakan upaya pelindungan masyarakat, mobilitas kependudukan

dan menata serta mengelola wilayah.

47
10. BPD

BPD(Badan Permusyawaratan Desa) adalah sebuah badan yang

membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepala

Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa dan

melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa. Untuk Anggota BPD Desa

Manggala berjumlah 7(tujuh) orang yang diwakili oleh setiap Dusun.

11. LPM/Lembaga Adat, BKAD dan BUM Desa

Merupakan lembaga lembaga yang memeiliki peranan penting

dalam suatu pemerintahan desa. Adapun penjelasannya adalah sebagai

berikut.

LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat) adalah atau organisasi

yang dibentuk atas prakarsa masyarakat desa sebagai mitra pemerintah

desa dalam menampung dan mewujudkan aspirasi masyarakat dibidang

pembangunan, sebelum dikenal dengan LPM dulu lembaga ini disebut

dengan LKMD(Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa).

Lembaga Adat adalah lembaga kemasyarakatan yang dibentuk

masyarakat untuk membantu pemerintah desa dan merupakan mitra

dalam memberdayakan, melestarikan dan mengembangkan adat istiadat

yang mendukung pembangunan.

BKAD (Badan Kerja Sama Antara Desa) adalah badan yang

memayungi implementasi PNPM dan kerjasama antar desa.

BUM Desa adalah badan usaha milik desa dan merupakan usaha

desa yang dikelola oleh pemerintah desa dan berbadan hukum.

48
4.2. Hasil dan Pembahasan

4.2.1. Hasil Pengamatan Penelitian (Observasi)

Pada penelitian ini peneliti pertama-tama melakukan

pengamantan terhadap objek penelitian selama satu bulan, mulai

dari peneliti mengajukan izin penelitian ke pemerintah Desa

Manggala hingga melakukan wawancara penelitian. Adapun hasil

pengamatan penelitian yang peneliti lakukan adalah sebagai

berikut.

1. Penelitian ini adalah penelitian pertama yang dilakukan di

Kantor Desa Manggala.

2. Pemerintah Desa Manggala sangat antusias dengan adanya

penelitian ini.

3. Lingkungan kerja di Kantor Desa Mangala cukup kondusif

dengan suasana yang tenang dan teratur.

4. Kepala Desa Manggala sebagai seorang pemimpin mampu

mengoordinasikan bawahannya, memiliki motivasi yang

mampu untuk terus maju dalam mencapai tujuan, selalu

bersikap positif, percaya diri, memiliki komunikasi yang baik,

memiliki emosional yang stabil dan tentu bertanggung jawab.

5. Kerja sama tim dan kebersamaan antara Staf dan Kepala Desa

cukup baik, hal ini terlihat cukup jelas saat peneliti melakukan

penelitian di Kantor Desa Manggala.

49
4.2.2. Hasil Wawancara Penelitian(Interview)

Ada beberapa proses yang harus dilakukan oleh peneliti

sebelum menjabarkan hasil wawancara. Pertama tama adalah

menyiapkan berkas untuk wawancara, melakukan wawancara,

selanjutnya mengumpulkan hasil wawancara dan memahami isi

dari wawancara kemudian memaparkan hasil wawancara tersebut.

Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan, peneliti

mendapatkan jawaban dari setiap pilihan gaya kepemimpinan yang

diterapkan dan peneliti dapat menyimpulkan mengenai Gaya

Kepemimpinan yang diterpakan oleh Kepala Desa Manggala yaitu:

1. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan demokratis ialah kemampuan seorang

pemimpin dalam mempengaruhi orang lain agar mau bekerja

sama dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan

cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan

bersama antara pimpinan dan bawahan. Seperti pendapat yang

diungkapkan oleh Woods (2004) dalam Laliasa et al. (2018),

gaya kepemimpinan demokratis ialah kemampuan

mempengaruhi orang lain agar mau bekerja sama dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai

kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara

pimpinan dan bawahan. Penerapan gaya kepemimpinan

demokratis sering diterapkan pada kelompok dengan latar

50
belakang yang berbeda, karena pada situasi tersebut gaya

kepemimpinan ini sangat menguntungkan karena dapat

mempertimbangkan seluruh aset penting yang dapat

disampaikan oleh masing-masing perwakilan atau anggota,

sehingga didapatkan hasil yang mendekati sempurna. Untuk

jawaban atas gaya kepemimpian demokratis adalah Kepala

Desa Manggala baik dari cara memimpin, sikap dan

pengambilan keputusan beliau selalu melibatkan bawahannya

dan menerima saran serta kritikan yang diberikan, beliau

menganggap bahwa segala urusan tidak hanya semata-mata

diselesaikan oleh pemimpin. jawaban ini juga sesuai dengan

hasil wawancara yang dilakukan kepada Kepala Desa

Manggala mengenai Gaya Kepemimpinan Kepala Desa

Manggala.

“ya, tentu saja perlu, kalau bekerja sendiri kan tidak


mungkin, karena salah satunya itu perlu komunikasi, kalau
komunikasi kita bagus kan anak buah juga paham, memang
dalam setiap pekerjaan saya tekankan harus bekerja sama,
tentu hasilnya juga bagus, pekerjaan susah jadi mudah, tapi
tergantung kepemimpinan kita juga kalau kepemimpinan kita
keras maka banyak anak buah yang tidak sepaham akan
menyulitkan, jadi yang efektifnya kerja sama yang baik
dalam memajukan desa agar Desa Manggala bisa menjadi
contoh bagi desa-desa lainnya”(wawancara pada hari
Rabu,31 Agustus 2022, di Kantor Desa Manggala).

Berdasarkan hasil wawancara diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa Kepala Desa Manggala dalam melakukan

kegiatan atau pengambilan keputusan selalu melibatkan

51
bawahannya, seorang pemimpin tidak dapat bekerja sendiri,

perlu adanya kerja sama yang baik dengan bawahannya

umtuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepala Desa

Manggala dalam memimpin tidak ingin bersikap terlalu keras

kepada bawahannya karena hal tersebut justru membuat para

bawahannya menjadi tidak sepaham dan merasa tidak

nyaman dalam melakukan pekerjaanya. Kesimpulan tersebut

sesuai dengan ciri-ciri gaya kepemimpian demokratis yaitu

selalu menerapkan pendekatan dua arah, mendorong

partisipasi dan keterlibatan serta menghargai ide dan

kreativitas.

“Yang pertama kita adakan keterbukaan tetang apa yang


saya ajukan, jika saya mengajukan sesuatu berarti saya juga
harus siap diprotes, kalaupun ada masukan ya kita terima
secara terbuka, gitu bah, apapun persoalannya yang dihadapi
itu tidak seolah olah diselesaikan oleh kepala, tidak!
Semuanya harus terbuka sehingga kita bisa berjalan antara
atasan dan bawahan bisa berjalan bersama, kalau ada
bawahan yang tidak terima sulit untuk berjalan semestinya,
maka keterbukaan itu penting dan memang harus komunikasi
lalu kita ingatkan dengan semuanya” (wawancara pada hari
Rabu,31 Agustus 2022, di Kantor Desa Manggala).”

Berdasarkan hasil wawancara diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa Kepala Desa Manggala dalam

memberikan aspirasi atau membuat keputusan selalu terbuka

kepada stafnya, siap untuk diprotes atau dikritik jika ada

keputusan yang tidak sesuai dengan Visi dan Misi yang telah

52
ditetapkan. Kepala Desa Manggala sebagai seorang

pemimpin menekankan bahwa segala persoalan tidak bisa

hanya diselesaikan oleh pimpinan semata, perlu campur

tangan dari para staf desa dalam menentukan solusi dan

keputusan bersama agar tujuan dapat dicapai dngan baik.

Kesimpulan ini sesuai dengan ciri-cir gaya kepemimpinan

demokratis yaitu menerapkan pendekatan dua arah, dengan

mendorong diskusi dan musyawarah bersama untuk membuat

keputusan, pemimpin tidak memaksakan keputusannya

secara sepihak, meskipun ia mempunyai wewenang dalam

mengatur bawahannya. Untuk membuat keputusan seorang

pemimpin yang demokratis selalu mendengar suara atau

masukan dari setiap bawahannya, setiap orang mempunyai

hak untuk menukarkan ide dan gagasannya meskipun

keputusan akhir tetap berada di tangan seorang pemimpin.

“Ya kita terima, tetapi kita harus tau dulu itu kritik segi
apanya, kalau dari segi cara saya memimpin ya kita adakan
evaluasi bersama, apakah kepemimpinan saya tidak disukai?,
apakah cara saya memimpin keras?, itu kita evaluasi bersama
sehingga kita antara saya dengan anak buah yang saya pimpin
sama - sama merasa nyaman” (wawancara pada hari Rabu,31
Agustus 2022, di Kantor Desa Manggala).

Dari hasil kesimpulan diatas sesuai dengan salah satu ciri-

ciri gaya kepemimpinan demokratis yaitu mendorong

partisipasi dan keterlibatan bawahannya, dengan memberikan

53
kesetaraan hak dalam menyampaikan pendapat, kritik dan

saran. Partisipasi anggota kelompok merupakan bagian yang

paling penting dalam proses itu sendiri, bukan hanya pada hasil

yang didapatkan. Dengan mendorong setiap anggotanya untuk

terlibat dan berpastisipasi dalam setiap kegiatan, maka seorang

pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan demokratis

akan meningkatkan loyalitas dan motivasi bawahannya.

Karena setiap masukan atau suara yang diberikan oleh

bawahannya yang didengar dan diambil, akan membuat

bawahannya merasa dihargai dan dianggap penting, sehingga

menimbulkan semangat untuk bekerja lebih baik lagi.

Partisipasi dan terlibatnya bawahan dalam pengambilan

keputusan membuat keputusan yang diambil oleh pemimpin

menjadi keputusan bersama dan menjadi tanggung jawab

bersama, bukan hanya keputusan pemimpin semata. Dengan

begitu maka bawahan atau anggota kelompok dapat menerima

dan mendukung keputusan tersebut.

Diperkuat oleh hasil wawancara kedua yaitu kepada bapak

Agus Suparman,S.E. selaku Kepala Urusan keungan. Adapun

hasil wawancaranya adalah sebagai berikut.

“Semenjak Kepala Desa dipegang oleh pak kades, beliau


selalu menghimbau kepada kami untuk selalu memberikan
pelayan yang terbaik kepada masyarakat dan jangan
menganaktirikan pihak-pihak tertentu. Kalau ada kendala
waktu kerja beliau selalu membantu kami untuk mengatasi

54
masalah, pak kades juga mudah untuk diajak bicara dan mudah
ditemui, kalau mau ambil keputusan juga biasanya
mengadakan rapat atau bertanya kepada kami apa kami setuju
dengan keputusannya dan kalau ada kegiatan beliau selalu
hadir kalau ndak sibuk, jadi gitu di”.(wawancara 31, Agustus
2022 di Kantor Desa Manggala).
Dari hasil wawancara ini dapat disimpulkan bahwa

pendapat tersebut sesuai dan mendukung apa yang

diungkapkan oleh Kepala Desa Manggala pada wawancara

sebelumnya yaitu, selalu mendorong partisipasi dan

keterlibatan serta menghargai ide dan kreativitas dari

bawahannya. Hal ini tentu saja dapat meningkatkan kualitas

kerja secara drastis dan kontribusi yang lebih baik dari

bawahannya.

Selanjutnya, hal yang sama di ungkapkan oleh Kepala

Urusan Perencanaan yaitu bapak Rusma Irwan dalam

wawancara Gaya kepemimpinan Kepala Desa Manggala.

“Saya menilai beliau orangnya sudah terbuka dan


transparan dalam berkegiatan, beliau sering melibatkan kami
dalam rapat atau musyawarah desa”(wawancara 31 Agustus
2022).
Kesimpulan dari hasil wawancara ini adalah Kepala Desa

Manggala sebagai seorang pemimpin dalam memimpin

menerapkan sistem yang terbuk atau transparan baik dalam

pengambilan keputusan atau kegiatan yang berkaitan dengan

desa. Keterlibatan staf desa juga terlihat dari hasil yang

diungkapkan oleh Kepala Urusan Perencanaan yang

55
menyatakan bahwa Kepala Desa Manggala sering melibatkan

stafnya dalam rapat dan musyawarah desa.

2. Gaya Kepemimpinan Outokratis/otoriter

Gaya kepemimpinan otoriter adalah gaya pemimpin yang

memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil

dari dirinya sendiri secara penuh, pemimpin dalam sistem ini

biasanya sangat dominan dalam pengambilan keputusan dan

pembentukan kebijakan serta menganggap organisasi hanya

miliknya sendiri, bahkan pemimpin dengan gaya

kepemimpinan ini cenderung digambarkan dengan orang

yang mau menang sendiri. Segala pembagian tugas dan

tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter

tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas

yang telah diberikan dan biasanya mereka tidak mau

menrima kritik atau masukan dari bawahannya. Adapun ciri-

ciri gaya kepemimpinan ini adalah intruksi dari pemimpin

sudah sanga jelas mengenai tujuan, target dan bagaimana

melakukanya, dan pemimpin seperti ini biasanya dapat

mengendalikan semua keputusan yang ada, menganggap

bawahan hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan, tidak

mau menerima kritik atau masukan serta yang paling umum

adalah pemimpin dengan gaya kepemimpinan ini selalu

memberikan hukuman dan sanksi berat atas ketidakpatuhan

56
atau kesalahan yang diperbuat. Untuk jawaban atas gaya

kepemimpian ini adalah tidak, karena dalam memimpin

Kepala Desa Manggala selaku seorang pemimpin tidak

memimpin dengan rasa takut atau keras tetapi selalu

mengutamakan keterbukaan, kerja sama, mau menerima

kritik dan saran yang diberikan serta tidak menerapkan sanksi

bagi stafnya yang melanggar peraturan, tetapi lebih

memberikan pendekatan dua arah yang dapat menimbulkan

rasa tanggung jawab dan moral dalam bekerja, sehingga

bawahan yang beliau pimpin merasa nyaman dengan

lingkungan kerjanya.

3. Gaya Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformasi atau sering disebut

transformasional merupakan gaya kepemimpinan yang

menginspirasi dan memberdayakan individu, kelompok dan

organisasi dengan cara yang lebih mandiri. Sebagaimana

menurut Robbins dalam Emron Edison dkk (2016). Yang

berpendapat bahwa pemimpin dengan model kepemimpinan

seperti ini umumnya dikenal sebagai sosok yang sangat

karismatik dan merupakan pemegang peran utama dalam

membawa orang-orang yang dipimpinnya dalam mencapai

suatu tujuan yang telah ditentukan. Adapun ciri-ciri gaya

kepemimpinan transformasional menurut Bernard M. Bass

57
yaitu mempunyai nilai dan integritas, menetapkan visi atau

tujuan yang jelas, memiliki harapan yang tinggi, memotivasi

orang lain, memberi dukungan, menimbulkan ikatan

emosional, membuat orang bekerja melampaui kepentingan

pribadi mereka dan menginspirasi orang lain untuk meraih

sesuatu yang tidak mungkin. Untuk jawaban atas gaya

kepemimpinan ini adalah benar dan ini sesuai dengan hasil

wawancara yang dilakukan dan didapatkan hasil yaitu, Kepala

Desa Manggala merupakan sosok pemimpin yang berwibawa,

cukup disegani oleh bawahan dan berpengalaman dalam

memimpin karena beliau menjabat sebagai Kepala Desa bukan

untuk yang pertama kali. Kepemimpinannya yang dijalankan

dapat menginspirasi dengan memberikan motivasi dan arahan

dan memberdayakan individu dengan cara memberikan

bimbingan serta pelatihan. Hal ini sesuai dengan pernyataan

yang di berikan Kepala Desa Manggala mengenai Gaya

Kepemimpinan Kepala Desa Manggala.

“Saya meminpin ini tidak mau bawahan saya takut, takut


akan seorang pemimpin, ya kalau kita ditakuti bagaimana kita
mau menjalin komunikasi dengan bawahan, maka dalam
memimpin ya kita perlu yang pertama namanya pendekatan
kepada bawahan, kita berikan semangat kemudian kita
berikan kepercayaan dan tanggung jawab, sebelum kita
berikan tanggung jawab kita berikan arahan terlebih dahulu,
kita koordinasikan dan kita komunikasikan dengan bawahan
ter sebut mengenai tugas dan tanggung jawab yang akan kita
berikan sehingga bawahan paham dengan apa tugasnya,
sehingga tugas yang kita berikan dapat dijalankan dengan

58
baik”(wawancara pada hari Rabu,31 Agustus 2022, di Kantor
Desa Manggala).
“Pertama, perlu komunikasi kepada anak buah agar apa
yang kita sampaikan dapat diterima oleh mereka, dan untuk
mengetahui hal apa saja yang menyulitkan bagi mereka
sehingga kita bisa memberikan arahan kepada mereka, kedua
perlunya lingkungan kerja yang nyaman bagi mereka dan
rasa nyaman dalam berkerja, makanya saya memimpin tidak
dengan rasa takut, kalau bawahan takut bagaimana saya mau
menjalin kerja sama yang baik, terus perlu adanya program
yang mengembangkan kemampuan mereka, contoh kita
adakan pelatihan, kita ikutkan kegiatan yang membuat
mereka berkembang, juga kita perlu keterbukaan dalam kritik
atau masukan sehingga apa yang dikeluhkan oleh mereka kita
tau”(wawancara pada hari Rabu,31 Agustus 2022, di Kantor
Desa Manggala).
“Untuk kedepannya kami akan mengupayakan
pembangunan dan pengembangan potensi yang desa ini
miliki dan masih jadi PR buat kami, untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat, serta menjadikan Desa Manggala
lebih baik dari sebelumnya”( wawancara 05 Desember 2022)

Berdasarkan hasil wawancara diatas Kepala Desa

Manggala sebagai seorang pemimpin memiliki ciri-ciri yang

yang dimiliki oleh gaya kepemimpinan transformasional yaitu,

mempunyai nilai dan integritas dalam memimpin hal ini

terlihat dari cara ia memimpin melalui sikap dan tindakannya,

mempunyai visi atau tujuan yang jelas dalam memajukan dan

mensejahterakan masyarakat Desa Manggala, memiliki

harapan yang tinggi dan memotivai staf yang ia pimpin untuk

melaksanakan dan melakukan tanggunng jawabnya, sehingga

mampu menginspirasi, mendorong dan meningkatkan

kemampuan staf Desa Manggala dalam membuat sebuah

rencana kegiatan, target dan tujuan yang ingin di capai.

59
Diperkuat dengan hasil wawancara langsung

kepadaKepala Urusan Administrasi yaitu bapak Fahmi Alimin,

mengenai Gaya kepemimpinan Kepala Desa Manggala.

Adapun jawaban hasil wawancaranya adalah sebagai berikut.

“Menurut saya, kalau menurut saya Kepala Desa sekarang


bagus, beliau juga orangnya okelah, segi memimpin dia tu
apa namanya berwibawa, cukup disegani lah orangnya .
beliau juga sudah sangat berpengalaman dalam memimpin,
karna kan ini bukan kali pertama jadi kades, arahan dan
motivasi yang diberikan juga sangat berhasil buktinya kami
selalu semangat dalam bekerja dan kami juga merasa nyaman
dalam kepemimpinan beliau” (wawancara 31 Agustus 2022
di Kantor Desa Manggala)

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

kepemimpinan memiiki kemampuan untuk mempengaruhi staf

atau bawahannya dalam memberikan pelayanan, pemimpin

yang baik harus memiliki kharisma yang dapat mengerakan

staf yang ia pimpin sehingga staf yang ia pimpin merasa

percaya diri dan bekerja dengan baik.

Dan diperkuat lagi dengan hasil wawancara kepada

Sekertaris Desa Manggala yaitu bapak Sarifallah mengenai

Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Manggala.

“Saya menilai bapak Kepala Desa sudah berperan aktif


sebagai seorang pemimpin misalnya dalam hal gotong royong
beliau kadang hadir dan walaupun tidak hadir beliau akan
membantu dengan cara lain misalnya menyediakan air
minum kemasan, beliau juga sering mengunjungi rumah
rumah masyarakat itulah yang membuat beliau disenangi,
juga biasanya kalo ada masyarakat yang datang kerumah
untuk mengajukan aspirasi dan kami pun mudah untuk
bertemu beliau dan untuk pelatihan yang pernah dilakukan

60
ada Pelatihan peningkatan kapasitas kinerja Kepala Desa dan
Perangkat Desa serta sistem pengelolaan Keuangan
Desa”(wawancara 31 Agustus 2022).
.

Berdasarkan hasil wawancara Kepala Seksi Pemerintahan

Desa Manggala yaitu bapak Mariyandi,S.P tentang Gaya

Kepemimpinan Kepala Desa Manggala. Hasilnya adalah

Kepala Desa Manggala selaku pemimpin selalu berperan aktif

dan memiliki kharisma yang cukup utuk membuat bawahannya

menghormati dan menghargainya sebagai seorang pemimpin.

“ ya, saya sih cukup nyaman dengan kepemimpinan


beliau, karena beliau orangnya ramah dan baik kepada kami”(
wawancara 31 Agustus 2022)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut diperoleh

kesimpulan bahwa, Kepala Desa Manggala selaku pemimpin

mampu membuat staf yang bekerja merasa nyaman dengan

kepemimpinannya dan menimbulkan kesan yang cukup baik

pada mereka.

4. Gaya Kepemimpinan Transaksional

Gaya kepemimpinan transaksional adalah gaya

kepemimpinan dimana pemimpin mendorong kepatuhan

pengikutnya melalui dua faktor yaitu imbalan dan hukuman

seperti yang diungkapkan oleh Burn dalam Northouse (2013)

yang berpendapat bahwa gaya kepemimpinan transaksional

adalah ketika seorang pemimpin melakukan suatu kontak

dengan karyawanya dengan tujuan pertukaran sesuatu yang

61
dianggap bernilai. Sedangkan menururt Bycio dkk. Serta Koh

dkk., kepemimpinan transaksional adalah gaya kepemimpinan

dimana seorang pemimpin memfokuskan perhatiannya pada

transaksi interpersonal antara pemimpin dan karyawan yang

melibatkan hubungan pertukaran. Pertukaran tersebut

berdasarkan pada kesepakatan mengenai klasifikasi sasaran,

standar kerja, penugasan kerja, dan penghargaan. Para

pemimpin dengan gaya kepemimpinan transaksional bekerja

dengan cara memperhatikan kerja bawahannya untuk

menemukan kesalahan dan penyimpangan.

Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan ini adalah pemimpin

sering menjelaskan terkait apa yang harus dikerjakan oleh

karyawan, meminta karyawan untuk mematuhi aturan dan

standar kerja, adanya kesepakatan kontrak yang mengikat

sehingga menimbulkan tugas dan tangung jawab, pemimpin

selalu mengawasi karyawan dalam berkerja untuk memastikan

pekerjaanya sesuai keinginan si pemimpin, menjamin hadiah

dan sanki yang diberikan adil serta mengisolir pekerjaan dari

dunia yang berubah. Untuk jawaban atas gaya kepemimpinan

ini adalah tidak, karena Gaya kepemimpinan transaksional

adalah gaya kepemimpinan dimana pemimpin mendorong

kepatuhan pengikutnya melalui dua faktor yaitu imbalan dan

hukuman. Para pemimpin dengan gaya kepemimpinan

62
transaksional bekerja dengan cara memperhatikan kerja

bawahannya untuk menemukan kesalahan dan penyimpangan,

sedangkan yang diterapkan oleh Kepala Desa Manggala adalah

jika bawahan yang dipimpinnya melakukan kesalahan maka

langkah pertama yang dilakukan adalah berkomunikasi dengan

yang bersangkutan dengan memanggil dan memberikan

teguran.

Berdasarkan hasil wawancara kepada Kepala Seksi

Kesejahteraan Desa Manggala yaitu Bapak Misgianto

mengenai Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Manggala.

“Untuk sanksi saya rasa belum ada, yang ada hanya


berupa teguran secara langsung kepada kami kalau ada
masalah, tapi untuk saat ini belum ada yang bermasalah,
kalaupun ada kita selesaikan secara kekeluargaan, pernah sih
saya ada masalah karena saya punya PKH, sedangkan
perangkat desa tuh ngak boleh ada yang punya PKH, itu kan
bukan kemauan saya, dulu memang saya masih miskin dan
belom jadi perangkat desa makanya saya dapat PKH, itu ada
beberapa masyarakat yang protes ke pak kades, saya
dipanggil, saya bilang itu kan bukan salah saya, itu kan yang
nentukan bukan saya dan keadaan yang seperti itu, dan dari
pada dicopot lebih baik dialihkan PKH-nya soalnya masih
banyak yang perlu”(wawancara 23 Agustus 2022).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan

bahwa, Kepala Desa Manggala selaku pemimpin tidak

menerapkan sistem sanksi bilamana ada stafnya yang

bermasalah, tetapi menerapkan sistem pendekatan dua arah

sehingga permasalahan tersebut dapat diselesaikan secra

kekeluargaan. Hal ini bertentangan dengan ciri utama gaya

63
kepemimpinan transaksional yang menerapkan imbalan atau

hadiah dan sanksi dalam sistem pemerintahannya.

5. Gaya Kepemimpinan Laizze Faire

Laizze-faire adalah istilah dalam bahasa perancis yang

berarti “biarkan apa adanya” dan istilah ini mulai berkembang

pada abad ke-18 yang menentang intervensi pemerintah dalam

segala urusan bisnis. Tipe kepemimpinan ini merupakan

kebalikan dari tipe kepemimpiann otoriter dari sisi perilaku

pemimpin, kepemimpinan jenis ini sangat dipengaruhi oleh

tipikal atau karakter pemimpin dan biasanya tipikal ini adalah

seorang pembelot, seorang pemimpin dalam tipe

kepemimpinan laizze faire sebenarnya tidak memimpin dalam

organisasinya. Ia membebaskan para pengikutnya melakukan

apa yang menjadi kehendak mereka. Seperti apa yang

diungkapkan oleh Wursanto (2003) menurutnya

kepemimpinan ini adalah pemimpin yang tidak menguasai

bidang tugas yang menjadi wewenangnya dan akan

menyerahkan segala sesuatu kepada bawahannya.

Pada tipe gaya kepemimpinan ini pemimpin sering

membiarkan setiap orang berbuat semaunya sendiri, dalam

artian pemimpin tersebut tidak memimpin bawahannya seperti

berpastisipasi dalam pekerjaan dan tanggung jawab, semuanya

harus dilakukan oleh bawahannya. Adapun penyebab

64
munculnya gaya kepemimpinan ini adalah karena kurang

semangat dan gairah kerja pemimpin sebagai seorang

penanggung jawab utama dalam organisasi yang ia pimpin,

pemimpin merasa tidak peduli mengenai sukses apa tidaknya

kegiatan kerja dan tujuan organisasi serta kurangnya

kemampuan, pengalaman dan kecakapan yang dimiliki oleh si

pemimpin. Meski demikian dalam situasi khusus, kelompok

atau organisasi gaya kepemimpinan ini merupak yang paling

efektif dibandingkan gaya kepemimpinan yang lainnya. Untuk

pilihan Gaya Kepeminpinan Laizze Faire adalah tidak hal ini

dikarenakan Kepala Desa Manggala merupakan tokoh atau

public figure yang berpengaruh di Desa Manggala, beliau

dapat memimpin dan menjalankan organisasi dengan baik

sehingga bertolak belakang dengan pengertian yang

diungkapkan oleh Wursanto (2003) menurutnya kepemimpinan

ini adalah pemimpin yang tidak menguasai bidang tugas yang

menjadi wewenangnya dan akan menyerahkan segala sesuatu

kepada bawahannya.

Hal ini berdasarkan pada hasil wawancara yang dilakukan

kepada Kepala Desa Manggala.

“Dalam memimpin ya kita perlu yang pertama namanya


pendekatan kepada bawahan, kita berikan semangat
kemudian kita berikan kepercayaan dan tanggung jawab,
sebelum kita berikan tanggung jawab kita berikan arahan
terlebih dahulu, kita koordinasikan dan kita komunikasikan
dengan bawahan tersebut mengenai tugas dan tanggung

65
jawab yang akan kita berikan sehingga bawahan paham
dengan apa tugasnya, sehingga tugas yang kita berikan dapat
dijalankan dengan baik”(wawancara pada hari Rabu,31
Agustus 2022, di Kantor Desa Manggala).

Dan diperkuat oleh hasil wawancara yang dilakukan

kepada bapak Syarrifudin selaku Kepala Seksi Pelayanan.

“Kalau untuk memimpin, saya menilai beliau sangat


mampu dan bisa dipercaya, dalam rapat atau kegiatan lainnya.
Beliau juga sering ngasih arahan dan evaluasi sebelum saya
melakuan kegiatan, jadi saya paham dengan apa yang harus
saya kerjakan.”

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan

bahwa, Kepala Desa Manggala sebagai seorang pemimpin

dapat memimpin dan menjalankan pemerintahan dengan baik,

ia juga cukup berpengalaman sehingga mampu menjalankan

organisasi untuk mencapai tujuan yang terdapat didalam visi

misi Desa Manggala. Ia juga sanggat berperan dalam

memajukan desa agar desa menjadi lebih baik

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti,

dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan yang diterapkan

oleh Kepala Desa Manggala berada pada situasi Gaya

Kepemimpinan Demokratis dengn ciri-ciri selalu menerapkan

pendekatan dua arah, mendorong partisipasi dan keterlibatan

serta menghargai ide dan kreativitas dan Gaya Kepemimpinan

Transformasional dengan ciri-ciri, hal ini didukung dengan

66
hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada beberapa

responden yang telah memberikan jawabannya. Kepala Desa

Manggala selaku seroang pemimpin selalu melibatkan

bawahannya dalam setiap pengambilan keputusan beliau

menganggap bahwa segala kegiatan atau keputusan tidak bisa

hanya diselesaikan oleh seorang pemimpin, alangkah baik jika

segala keputusan diambil secara musyawarah bersama

sehingga ada kesepahaman antara pemimpin dan yang

dipimpin, dalam hal kritik atau saran beliau selalu mau

menerima saran serta kritik yang diberikan oleh staf desa dan

masyarakat, beliau juga memiliki kemampuan dalam

mengarahkan dan memimpin bawahannya dalam menjalankan

kegiatan sehingga kegiatan tersebut berjalan dengan baik.

4.2.3. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti melalui pengamatan, wawancara dan dokumentasi

penelitian, maka akan ditentukan gaya kepemimpinan Kepala Desa

Manggala yang dipimpin oleh bapak Lazarus S.Pd.k. Setelah

melalui pembahasan yang panjang maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa Kepala Desa Manggala menerapkan gaya kepemimpinan

demokratis dan tranformasional, hasil ini didukung dengan

67
banyaknya petunjuk yang didapatkan peneliti selama melakukan

penelitian. Adapun beberapa petunjuknya sebagai berikut.

1. Kepala Desa Manggala dalam memimpin tidak ingin

menerapkan sikap yang keras dan rasa takut, tapi lebih kepada

pendekatan dan komunikasi dengan staf.

2. Kepala desa saat ini memiliki jiwa yang berwibawa, disegani

dan berwawasan luas.

3. Kepala Desa Manggala dalam setiap pengambilan keputusan

selalu melibatkan staf dalam bermusyawarah untuk mufakat.

4. Keterbukaan dan komunikasi adalah hal penting yang

membuat seorang pemimpin mudah dan dapat menjalin

kerjasama yang baik dengan staf.

5. Kepala desa selalu aktif dalam setiap kegiatan sosial

kemasyarakatan dan selalu mengingatkan stafnya agar

memberikan pelayan yang terbaik.

Selanjutnya untuk melihat keabsahan data yang telah

peneliti temukan, maka peneliti melakukan perbandingan dengan

penelitian terdahulu dan dari kelima penelitian tersebut terdapat

tiga penelitian yang jawabanya sama dengan gaya kepemimpinan

yang diterapkan di Desa Manggala yaitu penelitian yang dilakukan

oleh Nofi Wendari, Dkk. Dengan judul Gaya Kepemimpinan

Kepala Desa di Kantor Desa Moahino, Kecamatan Wita Ponda,

Kabupaten Morowali. Dengan hasil penelitiannya menyatakan

68
bahwa Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Moahino adalah

Demokratis kemudian penelitian yang dilakukan oleh Lufty Tri

Veny tahun 2017 dengan judul penelitian Analisis gaya

kepemimpinan PT. PLN Persero Blega Madura, dan hasil dari

penelitian ini adalah, Kepemimpinan di PT. PLN Persero Blega

Madura memiliki dimensi gaya kepemimpinan demokratis.

selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Daniel Jesse

Budiarso pada tahun 2016, dengan judul Analisis gaya

kepemimpinan di PT Jaya Mulia Perkasa dan didapatkan hasil

penelitian tersebut adalah Gaya kepemimpinan yang diterapkan

oleh Danny Pribudi di PT Jaya Mulia Perkasa adalah

kepemimpinan transformasional.

Sementara itu terdapat dua penelitian yang memberikan

hasil yang berbeda, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Wahyu

Seftillia Annisa pada tahun 2020, dengan judul penelitian Gaya

Kepemimpinan Kepala Desa Pembatang, Kecamatan Pangean,

Kabupaten Kuantan Singingi. Hasil penelitiannya adalah Kepala

Desa Pembatang, Kecamatan Pangean, Kabupaten Kuantan

Singingi. Berada pada situasi gaya kepemimpinan Laizze Fairre

dan gaya kepemimpinan Situasional. Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Suaib tahun 2018, dengan judul Analisis Gaya

kepemimpinan Kepala Desa di Desa Mattombang, Kecamatan

Mattiro sompe, Kabupaten Pinrang. Hasil dari penelitiannya adalah

69
Gaya kepemimpinan yang diterapkan adalah gaya kepemimpinan

terpusat dan direktif. Hal ini berbeda karena penelitian ini

menggunakan model Path Goal, yaitu teori kepemimpinan yang

berusaha meramalkan efektivitas gaya kepemimpinan dalam

berbagai situasi.

Berdasarkan kelima penelitian tersebut dan ditambah

dengan penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa, gaya

kepemimpinan demokratis dan gaya kepemimpinan transaksional

merupakan gaya kepemimpinan yang sering diterapkan pada

pemerintahan desa. gaya kepemimpinan tersebut sangat cocok

dengan kondisi masyarakat indonesia yang majemuk, dengan

berbagai suku dan agama serta golongan. Akan tetapi pada kondisi

tertentu juga ada pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan

lainnya dikarenakan lebih cocok dan sesuai dengan kondisi dan

situasi yang dihadapi.

70
BAB V

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah dibahas pada

BAB sebelumnya yaitu tentang analisis gaya kepemimpinan di Desa

Manggala, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Gaya kepemimpinan adalah cara atau strategi yang diterapkan oleh

seorang pemimpin dalam mengarahkan para bawahannya guna

mencapai tujuan untuk kepentingan bersama dan seorang pemimpin

dalam menjalankan kepemimpinannya tidak hanya semata-mata

mengandalkan kemampuannya dalam menjalankan suatu organisasi

yang dipimpinnya, tapi harus ada kerja sama yang baik dengan

bawahan

2. Kepala Desa Manggala sebagai seorang pemimpin sering melibatkan

stafnya dalam setiap pengambilan keputusan beliau mengangap

bahwa segala kegiatan atau keputusan tidak bisa hanya diselesaikan

oleh seorang pemimpin, alangkah baik jika segala keputusan di ambil

secara musyawarah bersama sehingga ada kesepahaman antara

pemimpin dan yang dipimpin, dalam hal kritik atau saran beliau

selalu mau menerima saran serta kritik yang diberikan oleh staf dan

masyarakat, beliau juga memiliki kemampuan dalam mengarahkan

dan memimpin stafnya dengan baik.

71
3. Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Kepala Desa Manggala

saat ini berada pada situasi gaya kepemimpinan Demokratis dan

Tranformasional.

4. Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang pemimpin dalam

mengelola suatu organisasi harus dapat mempengaruhi, mengarahkan

dan membawa organisasi tersebut dalam mencapai tujuan.

5. Penelitian ini lebih menonjolkan sosok seorang pemimpin dalam

menjalankan kepemimpinannya dan hasil yang didapatkan

berdasarkan ciri-ciri yang diperlihatkan oleh Kepala Desa Manggala

dalam menjalankan kepemimpinannya.

6. Perbedaan lainnya pada penelitian ini adalah adanya triangulasi

waktu yang peneliti tambahkan agar penelitian lebih jelas dan dapat

dibuktikan kebenarannya.

5.2. Saran

1. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selajutnya yang melakukan penelitian ini

diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini menjadi lebih baik

lagi, agar penelitian ini dapat lebih sempurna. Penelitian ini

mengunakan metode kualitatif, oleh sebab itu disarankan untuk

peneliti selanjutnya jika ingin mengambil penelitian yang sama

dengan judul yang sama, maka sebaiknya dilakukan dengan metode

72
kuantitatif, hal ini disarankan karena perlunya pembuktian yang

lebih mendalam atas jawaban yang ada pada penelitian ini.

2. Bagi pihak Desa Manggala

Penelitian ini menunjukan bahwa gaya kepemimpinan yang

diterapkan oleh Kepala Desa Manggala sudah cukup efektif, oleh

sebab itu diharapkan kepada Kepala Desa Manggala untuk lebih

memperhatikan staf yang dipimpinnya dalam pengambilan

keputusan seperti mempertimbangkan dan menerima saran yang

diberikan, sehingga staf akan merasa lebih dihargai. Selanjutnya

perlu adanya peraturan dan dukungan terhadap segala kegiatan yang

dilakukan agar kegiatan tersebut berjalan dengan baik.

73

Anda mungkin juga menyukai