Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEPEMIMPINAN DAN PERILAKU ORGANISASI


( Gaya Kepemimpinan, Perkembangan Mutakhir tentang
Kepemimpinan, dan Persepsi dan Komunikasi dalam Organisasi )

Di susun oleh:
1. Yeny Chintya Rani Anggelika (20236013100)
2. Vebriyani Surfi (20236013122)
3. Tri Oktaviani (20236013103)

Dosen Pengampu
Dr. Hj. Nurlina, M.M

PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG


PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
TAHUN AJARAN 2023/2024
ANGKATAN 1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi yang berjudul Gaya
Kepemimpinan, Perkembangan Mutakhir tentang Kepemimpinan, dan
Persepsi dan Komunikasi dalam Organisasi. Dalam penulisan makalah ini
kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki, untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini Penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar– besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada dosen pengampu yang
telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.

Bangka Tengah, Oktober 2023

Tim Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia sebagai anggota organisasi dalam melakukan proses
pekerjaan akan sangat dipengaruhi oleh kepribadian yang berbeda-beda,
misalnya sifat, sikap, nilai-nilai, keinginan dan minat dan itu akan
berpengaruh pada gaya kepemimpinannya juga pada kinerja.
Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku konsisten yang
diterapkan pemimpin dengan melalui orang lain, yaitu pola perilaku yang
perlihatkan pemimpin pada saat mempengaruhi orang lain, seperti
diapersepsikan orang lain. Untuk itu, gaya kepemimpinan seorang
pemimpin akan sangat mempengaruhi kondisi kerja, dimana akan
berhubungan dengan bagaimana pegawai menerima suatu
kepemimpinan, senang atau tidak, suka atau tidak. Di satu sisi gaya
kepemimpinan tertentu dapat menyebabkan peningkatan kinerja disisi lain
dapat menyebabkan penurunan kinerja.
Kemampuan berkomunikasi adalah alat yang paling penting untuk
dimiliki pemimpin untuk dapat menjalankan peranannya tersebut.
Keputusan yang akan diambil oleh organisasi merupakan wewenang
pemimpin, namun komunikasi yang tepat guna tentunya dapat
memberikan kemudahan dalam pelaksanaan keputusan tersebut.
Komunikasi memiliki peranan yang penting dalam organisasi,
sehingga komunikasi organisasi dengan segala teori yang ada didalamnya
menjadi hal yang penting untuk dipelajari. Komunikasi pun menjadi pusat
fenomena dalam organisasi. Saat di dalam organisasi terjadi perubahan
sistem, komunikasi akan turut membangun dan memelihara tercapainya
tujuan organisasi. Hal ini dilakukan dengan memberikan motivasi dan
memberikan inspirasi di antara anggota organisasi yang dapat
meningkatkan inovasi sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat
tercapai. Di dalam organisasi terdapat struktur yang berbeda-beda sesuai
dengan aktifitas yang dilakukan dan komunikasi memegang peranan
dalam mengkoordinasikan hal-hal yang dihasilkan oleh masing-masing
struktur tersebut. Jenjang jabatan di antara karyawan dalam organisasi
juga memerlukan kontrol yang melibatkan jejaring komunikasi, baik secara
formal maupun informal. Oleh karena itulah komunikasi organisasi
menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap interaksi yang terjadi di
organisasi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gaya kepemimpinan demokratis ?
2. Bagaimana gaya kepemimpinan otoriter ?
3. Bagaimana Gaya Kepemimpinan Bebas (Laissez Faire) ?
4. Bagaimana Kepemimpinan dalam Beragam Budaya ?
5. Bagaimana Kepemimpinan Visioner?
6. Bagaimana Menciptakan Komunikasi yang Efektif di Lembaga
Pendidikan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan demokratis.
2. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan otoriter.
3. Untuk mengetahui Gaya Kepemimpinan Bebas (Laissez Faire).
4. Untuk mengetahui Kepemimpinan dalam Beragam Budaya .
5. Untuk mengetahui Kepemimpinan Visioner.
6. Untuk mengetahui Menciptakan Komunikasi yang Efektif di
Lembaga Pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Gaya Kepemiminan Demokratis


Salah satu gaya kepemimpinan yang dapat dilakukan oleh kepala
sekolah adalah gaya kepemimpinan demokratis. Gaya kepemimpinan
demokratis merupakan suatu cara seorang pemimpin dalam melibatkan
anggotanya untuk pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
secara bermusyawarah serta mau mendengarkan pendapat dan
menghargai setiap potensi yang dimiliki anggotanya untuk mencapai suatu
tujuan.
Gaya kepemimpinan demokratis merupakan gaya kepemimpinan
modernis dan partisipatif, yaitu dalam pelaksanaan kepemimpinan, semua
anggota diajak berpartisipasi menyumbangkan pikiran dan tenaganya
untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut Woods (2004) dalam Laliasa et al.(2018), gaya
kepemimpinan demokratis merupakan kemampuan mempengaruhi untuk
orang lain agar mau bekerjasama dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan
ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.
Susanti juga menyatakan bahwa gaya kepemimpinan demokratis
mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap kinerja karyawan dan
telah teruji kebenarannya, gaya kepemimpinan demokratis terhadap
kinerja karyawan memiliki persamaan regresi yang signifikan dan linear,
artinya gaya kepemimpinan demokratis dapat mempengaruhi kinerja
karyawan (Susanti, 2015). Menurut Susanti (2015), indikator untuk
mengukur gaya kepemimpinan demokratis adalah :
1. Kemampuan mendorong para bawahan untuk menggunakan
daya kognitif dan daya nalarnya dalam pemecahan berbagai
masalah yang dihadapi.
2. Mendorong penggunaan daya inovasi dan kreatifitas dalam
pelaksanaan tugas.
3. Pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam
pengambilan keputusan atau pemecahan masalah.
4. Hubungan antara pimpinan dan bawahan terjalin dengan baik.

B. gaya kepemimpinan otoriter


Menurut Herlinda Maya Purnama Sari (2016) Pemimpin otoriter
(otokratis) biasanya merasa bahwa mereka mengetahui apa yang mereka
inginkan dan cenderung mengekspresikan kebutuhan-kebutuhan tersebut
dalam bentuk perintah-perintah langsung kepada bawahan. Dalam
kepemimpinan otokrasi terjadi adanya keketatan dalam pengawasan,
sehingga sukar bagi bawahan dalam memuaskan kebutuhan egoistisnya.
Dalam tipe kepemimpinan otoriter pemimpin selalu mendikte
tentang apa yang harus dikerjakan oleh anggotanya. Inisiatif dan daya fikir
anggota sangat dibatasi sehingga mereka tidak diberi kesempatan untuk
mengeluarkan pendapat mereka. Pemimpin membuat suatu peraturan
tersendiri yang harus di taati dan diikuti oleh seluruh bawahannya (Samsu,
2014)
Menurut Hadari Nawawi (1993) dalam buku Kepemimpinan
Menurut Islam, gaya kepemimpinan otoriter baiasanya memiliki sifat-sifat
sebagai berikut:
1. Menganggap organisasi yang dipimpinnya sebagai milik pribadi
2. Mengidentifikasikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
3. Menganggap bawahan bak sebuah alat semata
4. Tidak menerima saran atau kritik dari anggotanya
5. Terlalu bergantung pada kekuasaan formalnya dan
6. Cara pendekatan kepada bawahannya dengan pendekatan
paksaan dan bersifat kesalahan hukuman.
Menurut Jalaludin (2017) kelebihan gaya kepemimpinan Otoriter ini
ada pada pencapaian prestasinya. Tidak ada satupun tembok yang
menghalangi langkah pemimpin ini. Ketika ia memutuskan suatu tujuan,
itu adalah harga mati tidak ada alas an yang ada adalah hasil. Langkah-
langkahnya penuh perhitungan dan sistematis. Dampak positif lainnya
dalam penerapan model kepemimpinan otoriter yaitu dalam pengambilan
keputusan secara cepat dapat memberi kepuasan pada pimpinan, Model
kepemimpinan otoriter ini juga bisa sangat membantu dalam menciptakan
kedisiplinan kerja, karena pada model kepemimpinan otoriter biasanya
bawahan akan patuh kepada pemimpinnya.
Selain itu, adapula kelemahan gaya kepemimpinan otoriter
Kurniyatillah dkk (2020) ada beberapa Dampak negatif penerapan model
kepemimpinan otoriter antara lain:
1. akan memberikan dampak buruk bagi para rekan kerja,
sebagaimana para rekan kerja akan mudah merasa bosan, sebab
berada di lingkungan dan suasana kerja yang monoton.
2. Pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan otoriter ini juga
memberikan pengaruh terhadap mental rekan kerjanya. Sebab, hal
ini dapat melemahkan regulasi emosi, hak, dan kesejahteraan para
rekan kerja.
3. Berpengaruh pada lingkungan dan suasa kerja yang akan terasa
kaku dan menegangkan sebab pemimpin yang menerapkan gaya
kepemimpinan akan cenderung lebih menutup diri dan membatasi
komunikasi dan sosialisasi dengan rekan kerjanya.
4. Gaya kepemimpinan otoriter ini sangatlah bergantung dengan
kompetensi dari pemimpinnya
5. Gaya kepemimpinan otoriter juga sangat berpeluang memberikan
kerugian besar jika tidak mengambil keputusan dengan baik dan
benar serta pertimbangan yang matang.
6. Minimnya perubahan atau inovasi yang di lakukan jika menerapkan
gaya kepemimpinan otoriter, sebab wewenang dalam melakukan
perubahan dan mengambil keputusan adalah murni dari
pemimpinnya.
7. Jika diterapkannya gaya kepemimpinan otoriter dalam dunia
Pendidikan maka akan sangat berdampak buruk pada tumbuh
kembang dan menghambat kelancaran proses pembelajaran
peserta didik di lingkungan sekolah.

C. Gaya Kepemimpinan Bebas (Laissez Faire)


Pada gaya kepemimpinan laissez-faire bawahan dianggap memiliki
kemampuan untuk mandiri dalam segala hal. Sehingga dalam gaya
kepemimpinan laissez-faire ini bawahan diberi kebebasan untuk
mengambil segala bentuk keputusan terkait dengan pekerjaannya tanpa
campur tangan dari siapapun bahkan pemimpin mereka (Yulia, n.d.,
2017).
Pimpinan tidak membuat peraturan tentang pelaksanaan pekerjaan
dan hanya sedikit melakukan kontak atau hubungan dengan para
bawahan sehingga bawahan dituntut untuk memiliki kemampuan dan
keahlian yang tinggi. Kepemimpinan semaunya sendiri (laissez faire)
memberikan kebebasan yang mutlak pada kelompok (Tumbol et al.,
2014).
Berdasarkan pendapat beberapa peniliti dapat disimpulkan bahwa
Gaya kepemimpinan laissez faire (bebas) yaitu gaya kepemimpinan yang
lebih banyak menekankan keputusan kelompok. Pimpinan akan
menyerahkan keputusan kepada keinginan kelompok serta dalam
bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan tersebut kepada
bawahan.
Adapun sifat gaya kepemimpinan laissez faire seolah-olah tidak
tampak, sebab pada tipe ini seorang pemimpin memberikan
kebebasan penuh kepada para anggotanya dalam melaksanakan
tugasnya. Disini seorang pemimpin mempunyai kenyakinan bahwa
dengan memberikan kebebasan yang seluas-luasnya terhadap
bawahan maka semua usahanya akan cepat berhasil. Tingkat
keberhasilan organisasi atau lembaga yang dipimpin dengan gaya laissez
faire semata-mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi
beberapa anggota kelompok dan bukan karena pengaruh dari
pemimpinnya(Sutikno, 2009: 157).
Dari pernyataan di atas terlihat jelas bahwa tipe kepemimpinan
jenis ini menggambarkan pemimpin yang tidak mau berfikir keras. Hal
ini terlihat bahwa pemimpin jenis ini memberikan kuasa penuh kepada
bawahannya baik dalam melaksanakan berbagai kegiatan yang ada
dalam organisasi itu, maupun memberikan kebebasan kepada
bawahannya dalam mengatasi masalah yang ada dalam organisasi,
termasuk organisasi pendidikan. Jika hal ini dibiarkan maka proses
pembelajaran yang akan berlangsung tidak akan ada yang
mengarahkannya karena setiap guru akan berbuat dan bertindak
sendiri-sendiri dalam melaksanakan proses pembelajarannya itu. Tipe
kepemimpinan yang seperti ini biasanya akan menimbulkan rasa kurang
memiliki terhadap lembaga tempat mereka bekerja karena mereka
akan bekerja sesuai dengan keinginan mereka sendiri bukan
berdasarkan kepada petunjuk ataupun keputusan dari pemimpin.

D. Kepemimpinan dalam Beragam Budaya


E. Kepemimpinan Visioner
Kepemimpinan visioner adalah kemampuan pemimpin dalam
mencipta, merumuskan, mengkomunikasikan atau mensosialisasikan atau
mentransformasikan dan mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal
yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil interaksi sosial diantara
anggota organisasi dan stakeholders yang diyakini sebagai cita-cita
organisasi di masa depan yang harus diraih atau diwujudkan melalui
komitmen semua personil (Aan Komariah dan Cepi Triatna, 2005: 82).
Kepemimpinan visioner menekankan bahwa keberadaan visi
sangat penting bagi organisasi yang ingin mewujudkan organisasi efektif
dan kompetitif. Kekuatan kepemimpinan menghasilkan berbagai kebijakan
dan operasionalisasi kerja yang di bimbing oleh visi organisasi. Sebuah
organisasi yang ingin maju dan kompetitif harus mempunyai visi yang
jelas, dipahami oleh semua anggotanya (Wahyudi,2009: 18).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulakan bahwa
kepemimpinan visioner adalah kemampuan pemimpin dalam mencipta,
merumuskan, mengkomunikasikan atau mensosialisasikan atau
mentransformasikan dan mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal
yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil interaksi sosial diantara
anggota organisasi dan stakeholders yang diyakini sebagai cita-cita
organisasi di masa depan yang harus diraih atau diwujudkan melalui
komitmen semua personil untuk mencapai organisasi.
Kepala sekolah dengan gaya pemimpin yang visioner memiliki ciri-
ciri sebagai berikut:
1. Komitmen Terhadap Nilai Spiritual
Merupakan ciri yang paling menonjol dari pemimpin visioner. Kepala
sekolah mewujudkan integritas pribadi, memancarkan energi, vitalitas,
dan kehendak yang kuat untuk bertindak.
2. Visi yang Inspiratif
Memiliki visi yang mampu memberikan inspirasi dalam bentuk
kemampunan mewujudakan visi yang telah ditetapkan sekolah,
didukung oleh inspirasi positif dari masa depan, serta arah yang jelas
tentang bagaimana mencapai visi sekolah tersebut.
3. Hubungan baik
Kepala sekolah yang visioner menghormati hubungan baik dengan
siapa pun, yang diwujudakan dalam bentuk kepedulian kepada orang
lain dan menganggap bahwa mereka itu merupakan aset terbesar
bagi sekolah. Pemimpin visioner mengedepankan pendekatan
kemitraan dan menciptakan ras berbagai visi dan makna dengan
orang lain.
4. Inovatif
Kepala sekolah yang visioner berani mengambil langkah inovatif. Ia
mampu merubah paradigma, ia yang sudah tidak sesuai dengan
perkembangan zaman, kemudian menciptakan strategi yang inovatif
dengan pemikiran konseptual, sistemik, strategik, dan aplikatif (Donni
Juni Priansa dan Rismi Somad, 2014: 217).
Dari beberapa ciri kepemimpinan visioner diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa komitmen terhadap nilai spiritual merupakan ciri yang
paling menonjol dari kepimpinan visioner. Karena komitmen terhadap nilai
spiritual merupakan wujud kedekatan dengan Tuhan.

F. Menciptakan Komunikasi yang Efektif di Lembaga Pendidikan


Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dipisahkan
dari proses komunikasi, dalam berbagai proses kehidupan proses
interaksi merupakan sebuah keniscayaan. Karenanya memahami gaya
komunikasi yang tepat dan menyenangkan sangat penting terutama
dalam hal mengelola pendidikan. Biasanya keberhasilan sebuah
lembaga pendidikan memiliki benang merah dengan ketetapatan gaya
komunikasi pimpinan dan kemampuan mengorganisasi bawahan.
Komunikasi organisasi menjadi alat paling strategis dalam
menjalankan berbagai kegiatan organisasi sehingga tugas pokok dan
fungsinya dapat terlaskana dalam mencapai tujuan secara efektif dan
efisien. Menurut Gibs dan Hotgetts sebagaimana yang dikutip
oleh Syafaruddin (2016:266) bahwa ada empat jenis komunikasi
dalam organisasi , yaitu terdiri dari:
1. Komunikasi dari atasan kepada bawahan
komunikasi yang mengalir dari manajer kepada pegawai. Proses
komunikasi ini digunakan untuk menginformasikan, bersifat
langsung, berkoordinasi danmengevaluasi pegawai. Ketika manajer
Menyusun sasaran kepada pegawaimereka makan digunakan mereka
komunikasi dari atas ke bawah. Mereka jugamenggunakan
komunikasi dari atas ke bawah ketika membagi tugas kepada
pegawai,memberi informasi tentang kebijakan dan prosedur
organisasi, memaparkan masalah yang perlu mendapat perhatian atau
mengevaluasi kinerja.
2. Komunikasi dari bawahan kepada pimpinan
adalah komunikasi yang megalir dari pegawai kepada manajer.
Komunikasi ini menjaga manajer menyadari bagaimana perasaan
pegawai atas pekerjaan mereka, teman kerjanya, dan organisasi
secara umum. Para manajer juga melaksanakan komunikasi dari
bawah ke atas untuk menerima, gagasan-gagasan tentang
bagaimana sesuatu pekerjaan, sarana dan prasarana, fasilitas, layanan
dapat ditingkatkan.
3. komunikasi horizontal (komunikasi pada level yang sama dalam
organisasi)
adalah komunikasi yang berlangsung antara orang-orang dalam
level dari hirarki yang sama dalam struktur formal. Dalam
kompleksitas organisasi hal merupakan hal yang penting. Banyak yang
menyebutnya, kegiatan ini sebagai komunikasi lateral yang dalam
sistem informal.
4. Komunikasi Diagonal (komunikasi individu dalam level dan bidang
berbeda)
komunikasi yang melintasi sekaligus berbagai bidang kerja dan level-
level organisasi. Seorang analisis kredit adalah orang yang
mengkomunikasikan secara langsung dengan manajer pemasaran
regional tentang problem pelanggan yang dicatat bidang berbeda dan
level organisasi berbeda sejatinya menggunakan komunikasi diagonal.
Sebab cara ini bisa lebih efisien dan cepat, komunikasi diagonal dapat
menguntungkan. Peningkatan penggunaan e-mail sebagai fasilitas
komunikasi diagonal. Pada banyak organisasi, pegawai tertentu dapat
berkomunikasi dengan e-mail dengan pegawai yang lain,
mempertimbankan bidang kerja organisasi dalam level yang sama,
komunikasinya bahkan sampai dengan manajer level lebih tinggi.
Dalam interaksi sehari-hari di dunia pendidikan menunjukkan
bahwa sebagian besar aktifitas guru maupun dosen di ruang kelas adalah
kegiatan komunikasi baik verbal maupun non verbal. Oleh karenanya,
hasil buruk penerimaan materi oleh para siswa maupun mahasiswa
belum tentu karena guru atau dosennya yang salah kaprah, bisa
jadi justru karena metode komunikasi mereka yang sangat buruk di
depan anak-anak didik. Kedua, komunikasi pendidikan akan menunjukkan
arah dari proses konstruksi sosial atas realitas pendidikan. (Nawawy,
2017:59).
Kepala sekolah melakukan komunikasi organisasi dengan
wakil, staf dan guru dalam berbagai kegiatan yang secara formal
diatur dan menjadi panduan dalam dan melalui kegiatan-kegiatan,
yaitu:
1. Mengumpulkan data dan informasi untuk membuat
keputusan, perencanaan dan menetapkan anggaran sekolah, atau
rencana anggaran dan pendapatan sekolah/madrasah (RAPBS/M).
2. Menyusun, menyampaikan dan melembagakan visi, misi, tujuan
dan sasaran sekolah pada berbagai dokumen, terbitan yang
dilakukan institusi;
3. Mengkomunikasikan dan membagi tugas kepada wakil kepala
sekolah, staf, wali kelas dan guru-guru dan komite sekolah;
4. Menyampaikan visi, misi dan tujuan serta pengarahan dan
pembinaan dalam berbagai upacara dan pelaksanaan program
serta kegiatan.
5. Menyampaikan visi, misi, tujuan, sasaran dalam rapat kerja untuk
menetapkan rencana sekolah, jangka pendek, menengah dan
jangka Panjang.
6. Melakukan komunikasi, dialog dan diskusi untuk pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan dalam kegiatan rapat pimpan
sekolah, rapat kerja, evaluasi, koordinasi, dan rapat panitia, dan
atau rapat unit dan rapat Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP).

Sejatinya kegiatan pendidikan adalah proses komunikasi antara


guru dengan anak didik dalam lingkup kegiatan yang luas. Di satu sisi
guru atau pendidik yang berperan mendidik anak melalui penyampaian
pesan-pesan berupa materi atau isi pelajaran dengan menggunakan
berbagai metode agar isi pesan sampai kepada anak didik untuk
dapat mengubah perilakunya kepada yang lebih baik. Dalam
konteks ini perubahan perilaku diindikasikan dengan bertambahnya
pengetahuan anak, dari tidak mengetahui sesuatu menjadi tahu,
kemudian dari tidak mau melakukan sesuatu yang baik berubah
menjadi mau melakukan yang baik, dan dari tidak bisa melakukan
satu perbuatan berubah menjadi bisa melakukan perbuatan yang baik
sebagai bukti anak terampil melakukan satu perbuatan yang diinginkan
sesuai tujuan pembelajarannya.
Dengan komunikasi efektif di lembaga pendidikan, khususnya
yang terlihat dari pelayanan terbaik pihak manajemen sekolah,
kualitas dan keunggulan lulusan sebagaimana harapan stakeholders,
maka keterampilan komunikasi untuk para personil sekolah memang
menjadi tugas manajer dan pemimpin sekolah untuk selalu ditingkatkan
agar semakin jelas manfaat atau kontribusi keterampilan dan efektivitas
komunikasi dalam mewujudkan pencapaian tujuan pendidikan di
lembaga Pendidikan.
Komunikasi dalam organisasi pendidikan dapat berlangsung kapan
saja yang melibatkan orang-orang yang berada dalam organisasi itu,
baik atasan, bawahan atau unsur pimpinan dan unsur bawahan,
antara guru dan siswa di sekolah, maupun antara siswa dengan
siswa lainnya, maupun antara guru dan orang tua murid dan lain
sebagainya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, maka pada bagian penutup ini dapat ditarik kesimpulan
bahwa gaya kepemimpinan seorang pemimpin itu ada beberapa gaya
kepemimpinan, yaitu gaya kepemimpinan demokratis, gaya
kepemimpinan otoriter, gaya kepemimpinan bebas (laisse faire) dan gaya
kepemimpinan visioner. Setiap gaya kepemimpinan tersebut memiliki
kelebihan dan kelemahannya masing-masing.
Gaya kepemimpinan seorang pemimpin dapat berjalan dengan
efektif jika seorang pemimpin dapat berkomunikasi dengan baik dalam
suatu organisasi.
Melalui komunikasi yang efektif pada lembaga pendidikan,
khususnya yang terlihat dari pelayanan terbaik pihak manajemen
sekolah, kualitas dan keunggulan lulusan sebagaimana harapan
stakeholders, maka keterampilan komunikasi untuk para personil
sekolah memang menjadi tugas manajer dan pemimpin sekolah untuk
selalu ditingkatkan agar semakin jelas manfaat atau kontribusi
keterampilan dan efektivitas komunikasi dalam mewujudkan
pencapaian tujuan pendidikan di lembaga pendidikan
B. Saran
Setiap gaya kepemimpinan yang digunakan oleh seorang
pemimipin, tentunya gaya kepemimpinan tersebut memiliki kelebihan dan
kelemahannya masing-masing. Hendaknya gaya kepemimpinan yang
harus digunakan oleh seorang pemimpin ialah harus melihat
situasi/keadaan di dalam organisasi tersebut. Tentunya, gaya
kepemimpinan tersebut harus menciptakan komunikasi yang efektif dalam
suatu Lembaga Pendidikan. Agar gaya kepemimpinan yang dipadukan
dengan komunikasi yang baik dalam suatu organisasi dapat mewujudkan
tujuan Lembaga Pendidikan yang ingin dicapai.
DAFTAR PUSTAKA

Laliasa, G., Nur, M., & Tambunan, R. (2018). Pengaruh Gaya


Kepemimpinan Demokratis, Lingkungan Kerja dan Motivasi
Kerja terhadap Kinerja Pegawai Dinas Perkebunan dan
Holtikultura Provinsi Sulawesi Tenggara. Journalof Economic and
Business Vol.1, 83-103.
Susanti, Y. (2015). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis
terhadap Kinerja Pegawai pada Kantor Kecamatan Sungai
Pinang Kota Samarinda. eJournal Ilmu Administrasi Negara Vol.3
No. 1.
Tumbol, C.L. et al. (2014). Gaya Kepempinan Otoktratis, Demokratik, dan
Laissez Faire Tehadap Peningkatan Prestasi Kerja Karyawan
Pada KPP Pratama Manado. Jurnal EMBA, Vol. 2 No.1. hal. 38–
47.
Yulia, E. (2017). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Stres Kerja
dan kinerja Karyawan (Studi pada Karyawan PTPN XI Unit
Usaha PG Semboro). Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 51 No.2.
hal. 22–31.
Sutikno, Sobri. 2009. Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Prospect
Komariah, Aan & Cepi Triatna. 2005. Visionary Leadership: Menuju
Sekolah Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara
Wahyudi. 2009. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi
Pembelajar: Learning Organization. Bandung: Alfabeta.
Nawawy, Fory Armin. (2017). Komunikasi dan Organisasi Pendidikan.
Gorontalo: Ideas Publishing.

Anda mungkin juga menyukai