Anda di halaman 1dari 5

PENGKAJIAN DEMOCRATIC STYLE THEORY DALAM MANAJEMEN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DARI SISI ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN


AKSIOLOGI
Disusun untuk memenuhi Tugas Filsafat Ilmu
Yang dibina oleh : Prof. Dr. M. Idrus Taba, S.E., M.Si

EKO PRAMUKTI WIBOWO


A022211002

PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN


BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
● Teori Demokrasi pada aspek Ontologi
Gaya kepemimpinan demokratis pada umumnya berasumsi bahwa pendapat
orang banyak lebih baik dari pendapatnya sendiri dan adanya partisipasi akan
menimbulkan tanggung jawab bagi pelaksanaanya. Asumsi lain bahwa partisipasi
memberikan kesempatan kepada para anggota untuk mengembangkan diri para
karyawannya sehingga para karyawan dapat terus inovatif dan kreatif (Rivai, 2014).
Rivai (2014) menyatakan bahwa terdapat beberapa karakteristik yang dimiliki
seseorang pemimpin demokratis adalah senang menerima saran dan pendapat
bahkan kritikan dari karyawannya; selalu berusaha mengutamakan kerja sama
(teamwork) dalam usaha pencapaian tujuan, ikhlas memberikan kebebasan yang
seluas-luasnya kepada karyawan berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar
bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar karyawan
tidak berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani berbuat ke-salahan yang lain,
selalu berusaha untuk meenjadikan karyawan lebih sukses daripada pemimpinnya,
dan berusaha untuk mengembangkan kapasitas diri sebagai pemimpin.
Gaya kepemimpinan demokratis banyak dinilai merupakan gaya
kepemimpinan yang paling ampuh untuk membawa kesuksesan perusahaan. Gaya
kepemimpinan ini dinilai dapat memberikan motivasi tersendiri bagi karyawan.
Pemimpin seperti ini akan bergantung pada bawahan mereka untuk menetapkan
sendiri tujuan dan cara bawahan dalam hal pencapaian tujuan perusahaan, dan tugas
pemimpin adalah menjalin komunikasi baik dengan bawahannya untuk memberikan
informasi yang dibutuhkan seorang karyawan dalam penyelesaian pekerjaannya di
dalam perusahaan untuk pencapaian tujuan dari perusahaan.

● Teori Demokrasi pada aspek Epistemologi


Tipe pemimpin demokratis menurut Siagian (2003;27) adalah seorang
pemimpin yang dihormati dan disegani dan bukan ditakuti karena perilakunya dalam
kehidupan organisasional. Perilakunya mendorong para bawahannya menumbuhkan
dan mengembangkan daya inovasi dan kreativitasnya. Dengan sungguh-sungguh ia
mendengarkan pendapat, saran dan bahkan kritik orang lain terutama bawahnnya.
Informasi mengenai gaya kepemimpinan ini penting diketahui oleh pihak
perusahaan sendiri karena gaya kepeminpinan merupakan salah satu komponen
penting yang akan mempengaruhi kinerja karyawan dan secara lebih jauh akan
mempengaruhi kinerja organisasi.
Menurut Hasibuan (2007;216) gaya kepemimpinan demokratis memiliki
kekuatan untuk memotivasi bawahannya, dengan meningkatkan motivasi kerja. Tipe
kepemimpinan demokratis menurut Nawawi (2006;100) adalah menempatkan
manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap kelompok/organisasi. Tipe
ini diwujudkan dengan dominasi perilaku sebagai pelindung dan penyelamat dan
perilaku cenderung memajukan dan mengembangkan organisasi/kelompok. Di
samping itu diwujudkan juga melalui perilaku kepemimpinan senagai pelaksana
(eksekutif).
Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis dan
terarah. Kegiatan-kegiatan pengendalian dilaksanakan secara tertib dan bertanggung
jawab. Pembagian tugas-tugas yang disertai pelimpahan wewenang dan tanggung
jawab yang jelas, memungkinkan setiap anggota berpartisipasi secara aktif. Dengan
kata lain setiap anggota mengetahui secara pasti sumbangan yang dapat
diberikannya untuk mencapai tujuan kelompok/organisasinya. Di samping itu
mengetahui pula bagaimana melaksanakannya secara efektif dan efisien (Nawawi,
2006;101).
Pemimpin dengan tipe demokratis menaruh perhatian penuh pada setiap
gagasan anggota kelompok/organisasinya. Dengan demikian akan selalu terjadi
pertemuan gagasan, yang dapat menghasilkan keputusan terbaik untuk dilaksanakan.
Keputusan seperti itu tidak saja efektif untuk memotivasi agar bekerja, tetapi berguna
juga dalammenumbuhkan rasa kebersamaan. Dalam kebersamaan itu akan terwujud
kesediaan bekerja sama secara efektif dan efisien, yang berpengaruh langsung pada
peningkatan kinerja karyawan yang akan berdampak pada produktivitas kerja.

Indikator Gaya Kepemimpinan Demokratis


Berikut adalah indikator yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi
variabel gaya kepemimpinan demokratis menurut Lippits dan White yang diambil dari
Maryanto dan Ismu (2010);
1.Dimensi variabel pendelegasian tanggung jawab adalah ketika para
pemimpin demokratis mampu melimpahkan dan memberikan tanggung
jawab kepada para bawahannya.
2. Dimensi variabel keaktifan adalah kemampuan berinteraksi terhadap seluruh
bagian yang berada di dalam organisasinya dengan baik. Karena pada
dasarnya pemimpin demokratis tidak mampu bekerja sendiri, pemimpin ini
membutuhkan dorongan dari seluruh bagian yang berada dalam
organisasinya.
3. Dimensi variabel pengambilan keputusan adalah melakukan pengambilan
keputusan secara bersama dan seluruh anggota dalam organisasinya ikut
memberikan pertimbangan ketika pemimpin mengambil keputusan yang
diambil.
4. Dimensi variabel empati merupakan salah satu sudut pandang dalam
berpikir karena pemimpin memandang anggotanya dan dia memiliki
kepribadian, kemampuan dan buah pemikiran yang perlu diperhatikan juga.

Gaya kepemimpinan demokratis merupakan suatu cara yang dimiliki oleh


seseorang dalam mempengaruhi sekelompok orang atau bawahan untuk bekerja
sama. Gaya kepemimpinan demokratis dalam penelitian ini diukur melalui beberapa
indikator menurut Ariani (2015) yang mengacu pada penelitian Pasalong (2013) yang
terdiri dari:
1) Keputusan dibuat bersama
a. Terlibat bersama-sama dalam membuat dan pengambilan keputusan
b. Melakukan aktivitas bersama demi pencapaian suatu tujuan organisasi.
2) Menghargai potensi setiap bawahannya
a. Menghargai setiap potensi bawahan
b. Memberikan penghargaan berupa bonus atau sertifikat kepada bawahan
yang berprestasi
3) Mendengar kritik, saran/pendapat dari bawahan
a. Mendengar kritik dari bawahan
b. Mendengar saran/pendapat dari bawahan
4) Melakukan kerjasama dengan bawahannya
a. Dapat bekerja sama dengan bawahan dalam pencapaian tujuan organisasi
b. Pemimpin terjun langsung ke lapangan untuk menjalankan tugas dan
mengontrol bawahan
● Teori Demokrasi pada aspek Aksiologi
Adapun aspek aksiologi yang berkenaan dengan manfaat dan nilai-nilai dalam
teori kepemimpinan demokrasi yaitu :
1. Kejujuran
2. Kecerdasan (Intelegensi)
3. Keberanian
4. Kreativitas
5. Kompetensi
6. Rasa keadilan

Menurut Robbins dan Coulter (2002), gaya kepemimpinan demokratis adalah


pemimpin yang cenderung mengikutsertakan karyawan dalam pengambilan
keputusan, mendelegasikan kekuasaan, mendorong partisipasi karyawan dalam
menentukan bagaimana metode kerja dan tujuan yang ingin dicapai, dan memandang
umpan balik sebagai suatu kesempatan untuk melatih karyawan. Gaya kepemimpinan
demokratis dalam penelitian ini diukur melalui keputusan dibuat bersama, menghargai
potensi setiap bawahannya, mendengar kritik, saran dan pendapat dari bawahan,
serta melakukan kerjasama dengan bawahannya (Pasalong, 2013).
Hubungan antara pemimipin dan bawahan harmonis dan tidak kaku.
Keputusan dan kebijaksanaan diambil melalui diskusi sehingga bawahan akan
merasa dihargai dan dibutuhkan peranannya. Mengembangkan daya kreatif dari
bawahan karena dapat mengajukan pendapat dan saran.

Anda mungkin juga menyukai