Anda di halaman 1dari 34

KEPEMIMPINAN

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS AL WASHLIYAH MEDAN

Yuni Andri Ekawati, S.E., M.M.


BAB VIII
Kepemimpinan Partisipatif

Topik Pembahasan
1. Defenisi Kepemimpinan Partisipatif
2. Ciri-Ciri Kepemimpinan Partisipatif
3. Manfaat Gaya Kepemimpinan Partisipatif.
4. Kekurangan Gaya Kepemimpinan Partisipatif.
5. Perusahaan yang Cocok untuk Menerapkan Kepemimpinan
Partisipatif
6. Cara Kerja Gaya Kepemimpinan Partisipatif
7. Tips Menerapkan Kepemimpinan Partisipatif
1. Defenisi Kepemimpinan Partisipatif

• Kepemimpinan partisipatif didefinisikan seorang pemimpin


mengikutsertakan anak buah bersama-sama berperan didalam proses
pengambilan keputusan.
• Model kepemimpinan seperti ini diterapkan apabila tingkat kematangan
anak buah berada pada taraf kematangan moderat sampai tinggi. Mereka
mempunyai kemampuan, tetapi kurang memiliki kemauan kerja dan
kepercayaan diri.
• Dengan penggunaan gaya partisipatif ini, pemimpin dan bawahan saling
tukar menukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan.
• Dalam aktivitas menjalankan organisasi, pemimpin yang menerapkan gaya
ini cenderung berorientasi kepada bawahan dengan mencoba untuk lebih
memotivasi bawahan dibandingkan mengawasi mereka dengan ketat.
• Adapun definisi kepemimpinan partisipatif menurut Yuki (dalam
Husain 2011, p, 12) terdapat empat poin penting yaitu :
1. Mengembangkan dan mempertahankan hubungan
2. Memperoleh dan member informasi
3. Membuat keputusan
4. Mempengaruhi orang
• Menurut Burhanuddin dalam bukunya analisis administrasi
manajemen dan kepemimpinan pendidikan, mendefinisikan model
kepemimpinan partisipatif sama pengertiannya dengan
kepemimpinan demokratis, yaitu seorang pemimpin mengadakan
konsultasi dengan para bawahannya mengenai tindakan-tindakan dan
keputusan-keputusan yang diusulkan atau dikehendaki oleh pimpinan,
serta berusaha memberikan dorongan untuk turut serta aktif
melaksanakan semua keputusan dan kegiatan_x0002_kegiatan yang
telah ditetapkan.
• Menurut Hasibuan (2011:162), gaya kepemimpinan partisipatif adalah
cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau
bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan
organisasi.
• Menurut Hersey dan Blanchard dalam Wirawan (2013:352) gaya
kepemimpinan partisipatif seseorang adalah pola perilaku yang di
exhibit ketika mencoba mempengaruhi aktivitas orang lain seperti yang
dipersepsikan oleh orang tersebut.
• Gaya kepemimpinan partisipatif sangat penting karena gaya
kepemimpinan partisipatif mencerminkan apa yang dilakukan oleh
pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya untuk merealisasi
visinya (Wirawan,2013:351).
• Menurut Putong (2015:35) gaya kepemimpinan partisipatif atau
perilaku kepemimpinan adalah seorang pemimpin dalam melaksanakan
fungsi-fungsi kepemimpinan bervariasi dan dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain pendidikan, pengalaman, kepribadian, dan situasional.
• Menurut Nawawi (2003:115), gaya kepemimpinan partisipatif
adalah perilaku atau cara yang dipilih dan dipergunakan pemimpin
dalam mempengaruhi pikiran, perasaan,sikap dan perilaku para
anggota organisasi bawahannya.
• Dessler (2002, p, 27) mengatakan bahwa menjadi pemimpin yang
partisipatif berarti melibatkan anggota tim dalam pembuatan
keputusan. Hal ini terutama penting manakala pemikiran kreatif
diperlukan untuk memecahkan masalah yang kompleks atau
membuat keputusan yang akan berdampak pada anggota tim.
• Dari berbagai definisi kepemimpinan dan model kepemimpinan
partisipatif diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan
partisipatif adalah pemimpin yang lebih menekankan pada kerja
kelompok sampai ditingkat bawah, yaitu pemimpin menunjukkan
keterbukaan dan memberikan kepercayaan yang tinggi pada
bawahan. Sehingga dalam proses pengambilan keputusan dan
penentuan target pemimpin selalu melibatkan bawahan.
2. Ciri-Ciri Kepemimpinan Partisipatif

• Keberhasilan seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku


bawahan banyak dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan.
• Setiap gaya kepemimpinan memiliki ciri serta karakteristik yang
berbeda-beda, begitu pula dengan gaya kepemimpinan partisipatif.
• Kepemimpinan partisipatif termasuk model kepemimpinan situasi
yang muncul karena model kepemimpinan ini tidak mampu
memberikan jawaban terhadap persoalan-persoalan yang muncul
dalam kepemimpinan saat ini.
• Realitanya kepemimpinan partisipatif memiliki kemiripan dengan
kepemimpinan demokratis yang mana pemimpin memberikan
kepercayaan terhadap anggota dengan diiringi loyalitas dari para
anggota.
• Menurut Wahjo Sumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Cet.1
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1999), h. 28-29,perilaku
kepemimpinan tersebut dapat ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Pendekatan akan berbagai persoalan dengan pikiran terbuka.
b. Mau atau bersedia memperbaiki posisi-posisi yang telah terbentuk.
c. Mencari masukan dan nasehat yang menentukan.
d. Membantu perkembangan kepemimpinan yang posisional dan
kepemimpinan yang sedang tumbuh.
e. Bekerja secara aktif dengan perseorangan atau kelompok.
f. Melibatkan orang lain secara tepat dalam pengambilan keputusan
• Sedangkan menurut H. Hadari Nawawi dalam bukunya kepemimpinan
mengefektifkan organisasi menuliskan bahwa kepemimpinan partisipatif
sama pemahamannya dengan kepemimpinan kompromi (compromiser) yang
menunjukkan karakteristik, sebagai berikut:
1. Seorang pemimpin dalam gaya ini, untuk mempertahankan kekuasaannya tidak
berorientasi pada anggota organisasi, tetapi pada pimpinan atasannya yang berpengaruh
dan menentukan jabatan kepemimpinannya
2. Mengikutsertakan bawahan dalam mengambil keputusan, bukan untuk kesempatan
menyampaikan gagasan, kreativitas dan lain-lain
3. Dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaan pekerjaan, pemimpin selalu
memperhitungkan untung rugi bagi dirinya, bukan bagi bawahan atau organisasinya
4. Tidak tertarik pada pengembangan pekerjaan dan organisasi melainkan untuk menjalankan
tugas guna mempertahankan kepemimpinannya
5. Mampu bekerja sama dengan bawahan dalam melaksanakan pekerjaan
6. Memberikan dorongan atau motivasi secara selektif pada anggota organisasi atau
bawahan.
• Sedangkan menurut ahli lainnya, yaitu Wahjosumidjo dalam Fitriani
(2013), gaya kepemimpinan partisipatif dapat dicirikan oleh:
1. Pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah atau dengan kata lain apabila
pemimpin akan mengambil keputusan, dilakukan setelah adanya
saran dan pendapat dari bawahan
2. Pemimpin memberikan keleluasaan bawahan untuk melaksanakan
pekerjaan
3. Hubungan dengan bawahan terjalin dengan baik dan dalam suasana
yang penuh persahabatan dan saling mempercayai
4. Motivasi yang diberikan kepada bawahan tidak hanya didasarkan atas
pentingnya peranan bawahan dalam melaksanakan tugas-tugas
organisasi.
• Selain itu, Baharuddin (2012:54) juga mengemukakan bahwa ciri
kepemimpinan partisipatif ialah:
1. Pemimpin melakukan komunikasi dua arah
2. Secara aktif mendengar dan merespon segenap kesukaran bawahan
3. Mendorong bawahan untuk menggunakan kemampuan secara operasional
4. Melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan
5. Mendorong bawahan untuk berpartisipasi, dan
6. Tingkat kematangan bawahan dari sedang ke tinggi.

• Melansir Status.net, di bawah ini adalah sifat dan prinsip paling umum
yang penting dalam kepemimpinan partisipatif:
1. Budaya diskusi yang terbuka dan jujur
Sosok kepemimpinan partisipatif dengan tulus memancing pendapat dari anggota timnya untuk
membantu mereka membuat keputusan. Mereka menginginkan pendapat berbobot dari sebanyak
mungkin orang yang terlibat. Setiap ide maupun masukan dipandang sebagai aset yang harus diizinkan
mengalir dengan bebas dalam diskusi.
2. Menumbuhkan kepercayaan
Tidak seperti pemimpin dengan gaya otokratis atau transaksional, pemimpin
memainkan peran penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang menarik
dan terbuka.
Tujuannya agar setiap karyawan merasa nyaman berdiskusi dan berbagi
pendapat karena tahu akan ditanggapi dengan serius.
3. Penekanan pada moralitas dan nilai-nilai
Sosok dengan kepemimpinan partisipatif percaya bahwa setiap orang
memiliki hak untuk didengar.Maka itu, mereka juga percaya bahwa sebagai
pemimpin mereka harus memfasilitasi interaksi ini untuk kebaikan kelompok.
Ide-ide akan paling baik didistribusikan dalam kelompok, karena ini berarti
semua pendapat dan saran dapat segera dibedah dan dianalisis satu per satu.
• Cleverism
menyatakan pemimpin partisipatif idealnya harus memiliki karakteristik serta
keterampilan berikut ini:
1.Approachable (Mudah Didekati): Gaya kepemimpinan ini tidak akan efektif jika pemimpinnya “dingin” atau
agresif. Anggota tim justru akan segan untuk bekerja sama dengannya, apalagi ketika harus berdiskusi.Maka dari
itu, pemimpin perlu menjadi seseorang yang mudah bergaul.
2.Komunikatif: Pemimpin harus bisa berkomunikasi dengan baik, serta jelas dan gamblang agar tidak menimbulkan
kebingungan. Keterampilan komunikasi juga termasuk kemampuan untuk mendengarkan.
3.Bijaksana: Pemimpin harus memiliki empati yang tinggi karena akan berhubungan erat dengan timnya, yang
mungkin mencakup semua jenis karakter berbeda. Empati membantu menciptakan lingkungan terbuka yang
mendorong kolaborasi.
4.Open-minded (Berpikiran Terbuka): Pemimpin harus dapat menerima saran, masukan, konsep, dan ide berbeda
dengan pandangan yang objektif dan tidak memihak, bahkan jika itu bertentangan dengan apa yang benar dan
seharusnya dilakukan. Jika pemimpin tidak bisa menyingkirkan bias, diskusi akan berjalan alot.
5.Kompeten: Tidak mudah menjadi pemimpin yang harus menampung beragam jenis ide. Mungkin juga akan sulit
untuk menjaga diskusi tidak keluar jalur karena semuanya boleh “berbicara”. Itu kenapa seorang pemimpin
partisipatif haruslah kompeten dan cerdas dalam mengendalikan dan memfasilitasi diskusi, serta dalam cara
mereka mendekati dan memanfaatkan ide-ide dari anggota.
6.Empowering (memberdayakan), seorang pemimpin harus bisa memberdayakan para bawahan ataupun anggota
tim-nya. Sebagai pemimpin yang partisipatif. Pemimpin harus memastikan bawahan memiliki kesempatan untuk
belajar dan mengembangkan dirinya sendiri. Oleh karena itu, sudah menjadi tugas seorang pemimpin dalam
memberikan kesempatan sehingga para bawahan bisa menjadi pemimpin yang baik.
3. Manfaat Gaya Kepemimpinan Partisipatif

• Sebagai gaya kepemimpinan populer hari ini, gaya kepemimpinan


partisipatif memiliki beberapa manfaat/kelebihan/keuntungan
antara lain sebagaimana berikut:
1. Meningkatkan Produktivitas
Gaya kepemimpinan yang melibatkan seluruh anggota merupakan
kunci utama untuk mewujudkan kekompakan dan kesolitan kerja
seluruh tim.
Alhasil semua anggota merasa dihormati dan dihargai sehingga dapat
meningkatkan produktivitas kerja seluruh anggota.
2. Meningkatkan Daya Fikir Anggota
Keterlibatan antar anggota mengharuskan mereka memiliki ide yang kreatif
sehingga para anggota terpacu untuk berfikir inovatif dalam menghadapi
setiap persoalan.

3. Kerjasama Antar Anggota


Kepemimpinan Partisipatif mewajibkan seluruh anggota dapat melakukan
kerjasama. Hal ini bertujuan agar seluruh gagasan dapat terakomodir dengan
baik dan terciptanya lingkungan kerja yang nyaman bagi semua anggota.

4. Menumbuhkan Loyalitas
Kepercayaan seorang pemimpin kepada anggota secara tidak langsung akan
menumbuhkan loyalitas para anggota kepada organisasi maupun perusahaan.
5. Meningkatkan Kolaborasi
Biasanya dalam sebuah organisasi ataupun perusahaan sering terjadi
persaingan antar anggota maupun antar karyawan. Namun dengan gaya
kepemimpinan partisipatif persaingan tersebut akan berubah menjadi
sebuah kolaborasi.

6. Keputusan Berlaku Untuk Bersama


Latar belakang sebuah kebijakan dan keputusan dalam gaya
kepemimpinan partisipatif adalah usulan dan pendapat dari para anggota.
Jadi ketika sebuah keputusan lahir maka keputusan tersebut wajib diikuti
oleh seluruh anggota serta bersifat mengikat.
Selain itu, sebuah keputusan lebih dapat diterima oleh para anggota
karena pengambilan keputusan melalui mekanisme musyawarah.
7. Terbentuknya Tim Yang Solid
Kesolidan menjadi salah satu manfaat gaya kepemimpinan ini. Selain adanya
kerjasama dan kolaborasi, gaya kepemimpinan ini meletakan anggota sebagai
bagian penting dalam proses pembangunan dan kesuksesan sebuah perusahaan
dan organisasi.

8. Membentuk karyawan yang mandiri


Anggota tim yang aktif mengambil bagian dalam pengambilan keputusan
cenderung menunjukkan kemandirian lebih tinggi saat bekerja.
Pasalnya, mereka sudah tahu apa peran mereka di situ, paham apa yang harus
dilakukan dan bagaimana caranya, dan mengerti apa tujuan dari pekerjaan
tersebut.
Dengan berbekal pengetahuan ini, mereka tidak begitu memerlukan pengawasan
manajerial yang intensif.
4. Kekurangan Gaya Kepemimpinan Partisipatif

• Meskipun memiliki beberapa manfaat dan keuntungan gaya kepemimpinan


partisipatif juga memiliki berbagai macam kekurangan antara lain:
1. Pengambilan Keputusan Terlalu lama
Dengan adanya mekanisme musyawarah maka memungkinkan terjadinya tukar
ide dan fikiran. Bila musyawarah dapat berjalan dengan lancar maka keputusan
akan segera selasai.
Namun seandainya terjadi debat kusir dan pemimpin tidak mampu menengahi
maka yang ada keputusan akan molor dan terhambat.
Gaya kepemimpinan ini tidak memungkinan untuk mengambil keputusan
secara cepat meskipun keadaan memaksa untuk mengeluarkan keputusan
secara cepat.
2. Rawan Terjadi Konflik
Perbedaan pendapat antar anggota sering terjadi dalam gaya
kepemimpinan partisipatif meski hal itu dapat diminimalisir ketika
seorang pemimpin memiliki pengaruh dan kepemimpinan yang kuat.
Ditambah lagi, ketidaksepakatan selama prosesnya dapat dengan
mudah menyebabkan konflik dan masalah antar anggota jika ada yang
merasa pendapat mereka tidak didengarkan atau dihormati.
3. Tidak cocok kala terjadi krisis
Gaya kepemimpinan partisipatif juga tidak efektif digunakan dalam
keadaan krisis karena proses pengambilan keputusan yang berlarut-
larut.
5. Perusahaan yang Cocok untuk Menerapkan
Kepemimpinan Partisipatif

• Meski tampaknya ideal, kenyataannya tidak semua organisasi cocok dengan


gaya kepemimpinan partisipatif.
• Kepemimpinan partisipatif sering diterapkan di organisasi nirlaba (non-
profit), dewan sekolah atau universitas, dan perusahaan yang berpikiran
maju.
• Gaya kepemimpinan ini tampak paling berhasil dalam organisasi atau
perusahaan yang memiliki peran jelas dan memerlukan sedikit manajemen
atau pengawasan, seperti perusahaan teknologi atau perusahaan konstruksi.
• Namun, kepemimpinan partisipatif secara umum dapat diterapkan di
organisasi mana pun untuk memenuhi kebutuhannya.
• Mendian Steve Jobs (CEO Apple), Bill Gates (bos Microsoft), Jeff Bezos
(eks-CEO Amazon), hingga Jack Stahl (eks-presiden dan CEO Coca-
Cola) memimpin dengan gaya ini.
• Cukup banyak pula presiden dari berbagai belahan dunia yang telah
menggunakan gaya kepemimpinan partisipatif selama masa jabatan
mereka. Beberapa di antaranya adalah George Washington dan
Abraham Lincoln, mantan Presiden Amerika Serikat.
6. Cara Kerja Gaya Kepemimpinan Partisipatif

• Peran pemimpin partisipatif lebih sebagai moderator atau fasilitator untuk


menawarkan bimbingan dan menjaga diskusi tetap seimbang serta terkendali.
Maka dari itu, pemimpin yang menerapkan gaya ini tidak hanya duduk diam dan
memberikan banyak perintah, tetapi juga ikut berpartisipasi.
• Bagaimana cara kerja gaya kepemimpinan partisipatif? Mari simak langkah-
langkahnya di bawah ini.
1. Memulai Suatu Diskusi/Pembicaraan
Langkah pertama, pemimpin berkewajiban memulai suatu pembicaraan, sekaligus
memiliki wewenang menetapkan prosedur atau SOP diskusi berlangsung. Aturan
tersebut bersifat tetap meski topik yang didiskusikan berbeda-beda. Contohnya,
masing-masing anggota mengungkapkan pendapatnya, kemudian sang pemimpin
merespons atau menambahkannya.
2.Membagi wawasan berupa informasi dan pengetahuan
Langkah kedua selain membuat aturan dalam berjalannya diskusi atau percakapan dalam suatu tim,
seorang pemimpin juga bertanggungjawab dalam membagikan informasi yang dibutuhkan saat
pemecahan masalah, dan juga seorang pemimpin berkewajiban membagikan pengetahuan kepada
anggota tim atau bawahannya.
Pengetahuan yang dimaksudkan di sini dapat berupa ilmu yang dimiliki sang pemimpin ataupun skill
yang dikuasai oleh seorang pemimpin. Hal ini penting dikarenakan dengan semakin banyak
pengetahuan yang diberikan kepada bawahan, akan semakin maju juga para bawahan atau anggota
tim dalam memberikan saran, masukan, maupun ide.
Tetapi bagaimanapun juga baik informasi ataupun pengetahuan yang diberikan sangat penting bagi
pemimpin untuk menentukan mana informasi dan pengetahuan yang bisa di bagikan kepada para
bawahan ataupun anggota tim.
Hal ini dikarenakan tingkat pengetahuan dan informasi yang tidak setara diberikan kepada bawahan
atau anggota tim dapat merusak pengambilan keputusan yang tepat.
Sebagai contoh, seorang marketing manager dari PT ABC berdiskusi dengan tim nya untuk membangun
campaign marketing yang dapat meningkatkan engagement brand perusahaan-nya, walaupun sang
manager mengetahui untuk meningkatkan engagement bisa dengan cara membeli engagement, tetapi
sang manager tidak memberikan/mengajarkan knowledge tersebut kepada anggota tim-nya.
3. Memotivasi Anggota Mengungkapkan Ide atau Solusi
Langkah ketiga, pemimpin partisipatif harus bisa mendorong para anggota
tim untuk memberikan pendapatnya masing-masing dari sebuah masalah
yang ingin dipecahkan. Caranya dengan melakukan brainstorming yang dapat
mengasah kreativitas anggota. Pemimpin juga bisa juga menciptakan
lingkungan kerja yang lebih terbuka agar karyawan merasa dihormati dan
tidak malu menyuarakan ide.

4. Memproses Ide dan Informasi


Langkah keempat, pemimpin merangkum ide dan informasi untuk kelompok.
Setelah itu, menganalisis, mengeksplorasi, dan memahami semua pro-kontra
dari informasi yang telah dikumpulkan. Dalam gaya kepemimpinan
partisipatif, pemimpin perlu memilah mana informasi terbaik yang akan
dijadikan sebagai dasar pemecahan suatu masalah.
5. Membuat Sebuah Keputusan Terbaik
Langkah kelima, pemimpin mengambil keputusan dari informasi yang sudah
dianalisis. Pada umumnya, proses decision-making bergantung pada dimensi
partisipasinya. Pemimpin partisipatif biasanya membuat keputusan
berdasarkan konsensus, di mana semua anggota tim setuju dengan keputusan
yang diambil.

6. Mengkomunikasikan Keputusan yang Telah Diambil


Langkah terakhir, pemimpin wajib menginformasikan keputusan tersebut
kepada seluruh anggota tim dan memberikan alasan yang tidak merugikan
pihak mana pun. Pada bagian ini, anggota bisa memberikan saran atau kritik
dari keputusan yang telah ditentukan. Setelah itu, baik pemimpin maupun
anggota sama-sama melaksanakan keputusan tersebut sesuai peran dan
tugasnya masing-masing.
7. Tips Menerapkan Kepemimpinan
Partisipatif
• Berikut adalah beberapa tips yang bisa kamu coba untuk memanfaatkan gaya
kepemimpinan partisipatif di kantor:
1. Catat semua ide yang disarankan
Setiap ide pasti berguna, tapi mungkin tidak tepat untuk digunakan dalam semua situasi. Maka
itu, bukan hal yang asing jika seorang pemimpin mau tidak mau harus menolak banyak ide.
Namun, mereka harus mahir mengkomunikasikan hal ini dengan cermat dan hati-hati agar
tidak melukai perasaan orang lain.
Idealnya, kamu sebagai pemimpin harus bisa memberi tahu anggota meeting mengapa gagasan
mereka tidak digunakan untuk saat ini, dan bagaimana itu dapat digunakan di masa depan jika
memungkinkan.
Ada baiknya kamu juga mencatat dan menyimpan semua ide, masukan, dan gagasan yang
terlontar selama proses pengambilan keputusan. Mungkin tidak semua bisa diterapkan hari ini,
tapi siapa tahu bermanfaat di masa depan.
2. Buat meeting yang efisien
Tidak ada seorang pun yang mau berlama-lama meeting demi
mencapai keputusan.Maka, seorang manajer dengan gaya
kepemimpinan partisipatif harus membuat sistem meeting yang efisien.
Buatlah kerangka meeting dengan topik dan tujuan yang sudah jelas.
Jika nanti selama meeting ada masalah khusus yang tidak berkaitan
dengan topik utama, catat dulu untuk dibahas di luar waktu meeting
tersebut.
Buatlah jadwal diskusi yang khusus untuk membicarakan masalah
tersebut nanti. Ini akan membuat setiap waktu meeting lebih efisien
dan keputusan dapat lebih cepat dibuat.
3. Libatkan orang yang tepat
Sebelum membuat jadwal diskusi, cermati dulu apa yang jadi akar
masalahnya. Dengan begitu, kamu akan bisa menentukan siapa-siapa
saja yang diundang untuk terlibat memecahkan masalahnya.
Sebagai contoh, jika ada masalah pada penampilan website yang terkait
sistem IT/backend libatkanlah orang-orang IT.
Tidak usah melibatkan tim konten/desain grafis ke dalam meeting
meski mereka mungkin juga terkena dampaknya.
Masalah spesifik ini mengharuskan keterlibatan orang yang memiliki
pelatihan dan pengetahuan dalam situasi tersebut untuk mendapatkan
masukan yang berguna.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai