Anda di halaman 1dari 11

KREATIVITAS PEMIMPIN DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN

DI LEMBAGA ORGANISASI & DAN HUBUNGANNYA PERSEPSI


DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Chairunnisa Silangit
37153063
UIN Sumatera Utara

Abstrak
Dalam memahami perilaku keorganisasian, penting bagi kita untuk
mempelajari persepsi dan pengambilan keputusan individu, khususnya persepsi
pemimpin. Menurut salusu dalam buku Mesiono ( 2014 : 153 ) yang dikutip
oleh Candra wijaya, bahwa pengambilan keputusan itu ialah proses memilih
suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai situasi.
Persepsi secara umum sangatlah penting dalam mengambil sebuah keputusan.
Hal ini dikaitkan bahwa persepsi akan berhubungan dengan perilaku seseorang
dalam mengambil keputusan terhadap apa yang dikehendaki. Salah sati cara
untuk mengetahui perilaku organisasi adalah dengan menganalisis persepsi
anggota dan individu terhadap suatu masalah yang dihadapi.
Kata kunci : Kepemimpinan, Pengambilan keputusan, persepsi.

Abstract
In understanding organizational behavior, it is important for us to study
individual perceptions and decision-making, especially leader's perceptions.
According to Salusu in Mesiono (2014: 153) quoted by Candra wijaya, that
decision-making is the process of choosing an alternative way of acting in an
efficient method according to the situation. Perception in general is very
important in making a decision. It is attributed that perception will relate to a
person's behavior in making decisions about what is desired. One way to know
the behavior of the organization is to analyze the perceptions of members and
individuals against a problem faced.
Keywords: Leader, Decision-making, perception.

1
PENDAHULUAN
Kehidupan seorang pemimpin dipenuhi dengan serangkaian pembuatan
keputusan untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi dalam lembaga
organisasinya. Seorang pemimpin harus membuat keputusan atau tindakan apa
yang seharusnya diambil atau paling tidak menugaskan orang lain untuk
memutuskan. Kegiatan- kegiatan pelaksanaan hasil keputusan tersebut
biasanya dipimpin oleh pimpinan dan dilaksanakan oleh anggota- anggota lain.
Pembuatan keputusan adalah bagian kunci kegiatan seorang pemimpin.
Kegiatan ini memainkan peran penting, terutama bila seorang pemimpin
melakukan fungsi perencanaan. Perencanaan menyangkut keputusan-
keputusan yang sangat penting dan jangka panjang yang dapat dibuat oleh
seorang pemimpin. Dalam proses perencanaan, pemimpin hendaknya
memutuskan tujuan tujuan organisasi yang akan dicapai, sumber daya yang
akan digunakan, dan siapa yang akan melakukan tugas tersebut.
Di dalam sebuah organisasi, tentunya setiap individu memiliki perilaku
yang berbeda- beda. Dalam pengambilan keputusan itu sendiri juga sangat
berkaitan dengan yang namanya persepsi. Perpsepsi seseorang juga sangat
penting dalam merumuskan perencanaan pengambilan keputusan. Pentingnya
bagi kita memahami persepsi dan pengambilan keputusan individu dan
pengaruhnya terhadap sebuah keputusan yang dicapai. Menurut Robin & Judge
( 2012: 175 ) dalam Candra Wijaya bahwa persepsi merupakan suatu proses
dimana individu mengatur dan menginterprestasikan kesan- kesan sensoris
mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Namun apa yang
diterima seseorang pada dasarnya bisa berbeda dari realitas objektif.
Jika kita ingin memahami perilaku organisasi kita, maka seharusnya kirta
harus memahami perbedaan perpsepsi dan kepribadian dari individu- individu
yang ada didalam organisasi. Karna di dalam organisasi memiliki kepribadian
yang berbeda- beda, dan kepentingan yang berbeda pula. Oleh karena itu,
pembahasan persepsi dan pengambilan keputusan sangat penting dalam upaya
mencapai keputusan yang diinginkan.

2
RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang dikembangkan dalam pembahasan ini
adalah :
 Bagaimana meningkatkan kreativitas dalam mengambil sebuah
keputusan?
 Apakah persepsi penting dalam pengambilan keputusan?, Bagaimana
hubungan antara persepsi dengan pengambilan keputusan?
TUJUAN MASALAH
 Untuk mengetahui bagaimana meningkatkan kreativitas dalam
mengambil sebuah keputusan.
 Mengetahui pentingnya persepsi dalam pengambil keputusan.
 Mengetahui hubungan antara persepsi dengan pengambilan keputusan.

KAJIAN TEORI
 Kepemimpinan
Pengertian kepemimpinan
Setiap organisasi dan semua organisasi tentunya memiliki dan
memerlukan yang namanya seorang pemimpin dan pimpinan tertinggi atau
manajer tertinggi yang harus memimpin kegiatan manajemen di dalam
sebuah organisasinya. Sementara itu, Kreitner dan Kinciki dalam Wibowo
( 2014: 264 ) mendefinisikan bahwa kepemimpinan sebagai proses dimana
seorang individu memengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan bersama.
Kemampuan dan keterampilan pemimpin dalam pengarahan
merupakan faktor penting dalam efektifitas manajer. Bila organisasi dapat
mengidentifikasi kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan, maka
kemampuan menseleksi pemimpin efektif akan meningkat. Menurut
Stoner dalam Handoko ( 2009 : 294 ), kepemimpinan dapat diartikan
sebagai proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-
kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya. Ada
tiga implikasi penting dari definisi tersebut :
Pertama, kepemimpinan menyangkut orang lain, bawahan, dan
pengikut. Kesediaan mereka untuk menerima pengarahan dari pemimpin,

3
para anggota kelompok membantu menentukan status kedudukan
pemimpin. Tanpa bawahan, semua kualitas kepemimpinan seseorang akan
menjadi tidak relevan.
Kedua, kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan
yang tidak seimbang diantara para pemimpin dan anggota kelompok. Para
pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan berbagai kegiatan
para anggota kelompok, tetapi para anggota kelompok tidak dapat
mengarahkan kegiatan- kegiatan pemimpin secara langsung.
Ketiga, selain dapat memberikan pengarahan kepada para
bawahan, atau pengikut, pemimpin juga dapat mempergunakan pengaruh.
Dengan kata lain, para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan,
akan tetapi pemimpin juga dapat memengaruhi bawahan.
Fungsi fungsi kepemimpinan
Pendekatan perilaku organisasi membahas tentang identifikasi
pemimpin. Aspek pertama pendekatan perilaku kepemimpinan
menekankan pada fungsi- fungsi yang dilakukan pemimpin dalam
kelompoknya. Agar kelompok berjalan dengan efektif, seorang pemimpin
harus melaksanakan dua fungsi utamanya adalah :
1. Fungsi fungsi yang berhubungan dengan tugas atau pemecahan suatu
masalah.
2. Fungsi fungsi pemeliharaan kelompok.
Fungsi yang pertama, menyangkut pemberian saran penyelasaian
masalah, informasi dan pendapat, dan fungsi kedua mencakup segala
sesuatu yang dapat membantu kelompok berjalan lebih lancar.
Gaya – gaya kepemimpinan
Gaya pemimpin merupakan norma perilaku yang digunakan oleh
seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang
lain atau bawahannya. Menurut Kartono (2005 : 62 ), gaya kepemimpinan
adalah cara bekerja dan bertingkah laku pemimpin dalam membimbing
para bawahannya untuk berbuat sesuatu.

4
Menurut Mondy dan Premeaux dalam Mesiono (2014: 91 ) yang
dikutip Candra Wijaya, terdapat tiga dasar gaya kepemimpinan yang lebih
dikenal secara luas yaitu :
a. Gaya Otokratik
Pemimpin menyuruh kerjaan apa yang ditentkan oleh pemimpin, dan
harus dipatuhi tanpa bertanya. Gaya ini cukup berhasil jika tugas itu
sederhana dan dikerjakan berulang- ulang ditambah lagi waktu
pemimpin untuk berhubungan dengan pekerja sangat terbatas dan
singkat.
b. Gaya Partisipatif
Para pekerja dilibatkan dalam mengambil sebuah keputusan,
sedangkan keputusan akhir terletak pada pemimpin. Para pekerja akan
merasa ikut bertanggung jawab untuk mewujudkan rencana yang
mereka buat.
c. Gaya Demokratis
Pemimpin mencoba melakukan apa yang diinginkan oleh sebagian
besar bawahan. Dengan gaya partisipatif dan gaya demokratis banyak
bawahan lebih menyukai gaya tersebut, karna gaya demokratis, masih
mendengarkan pendapat dan mewujudkan keinginan bawahan.
 Pengambilan Keputusan
Pengertian Pengambilan keputusan
Keputusan merupakan hasil pemecahan dalam suatu masalah yang
harus dihadapi dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan mengenai “apa yang harus dilakukan?” dan
seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan
bahwa keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran
yang berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat
digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Achmad Idrus (
2015: 239 ).
Menurut Nasrul Syakur ( 2011: 111 ), Pengambilan keputusan
adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakekat suatu masalah
dengan pengumpulan fakta-fakta dan data, menentukan alternatif yang

5
matang untuk mengambil suatu tindakan yang tepat. Pengambilan
keputusan merupakan proses pemilihan berbagai alternatif dan merupakan
kegiatan dinamis yang setiap saat dilakukan seorang pemimpin.
Pengambilan keputusan menurut George R. Terry adalah pemilihan
alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang
ada. Sedangkan menurut S. P. Siagian pengambilan keputusan adalah
suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi
dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan
yang paling tepat.
Pengambilan keputusan merupakan proses pembatasan dan
perumusan masalah. Membuat beberapa alternative pemecahan beserta
konsekuensinya maing-masing alternative, kemudian memilih satu
alternative pemecahan terbaik untuk selanjutnya melaksanakan keputusan
tersebut. Dengan demikian, maka pemecahan masalah yang timbul dalam
organisasi itu perlu dibuatkan beberapa alternative, sebab apabila
alternative yang telah dipilihnya itu ternyata tidak cocok tinggal
menggunakan alternative lainnya. Jadi tidak usah mengadakan penelitian
atau analisis lagi. Ibnu Syamsi ( 1983: 129 ).
Pengambilan keputusan adalah bagian kunci kegiatan manajer dan
menggambarkan proses melalui serangkaian kegiatan yang dipilih sebagai
penyelesaian suatu masalah. Selanjutnya pengambilan keputusan
menentukan serangkaian kegiatan pencapaian tujuan organisasi. Hal ini
tidak hanya dilakukan oleh manajer puncak (Top Manajer), tetapi juga
dilakukan manajer menengah (Middle Manajer). Handoko ( 2003: 129 ).
Pengambilan keputusan adalah suatu sistem pendekatan ynag
sistematis terhadap hakekat suatu masalah dengan pengumpulan fakta-
fakta dan data, menentukan alternatif yang matang untuk mengambil suatu
tindakan yang tepat. Pengambilan keputusan merupakan proses pemilihan
berbagai laternatif dan merupakan kegiatan dinamis yang setiap saat
dilakukan seorang pemimpin.

6
Prinsip Pengambilan Keputusan
Suatu keputusan merupakan ketetapan yang dampaknya Prinsip
merupakan asas dasar atau suatu kebenaran yang menjadi pokok dasar
berfikir, bertindak dan sebagainya. Prinsip-prinsip pembuatan keputusan
merupakan sekumpulan aturan pokok asas dasar bagi pembuat keputusan
yang menjadi pokok dasar dalam membuat keputusan. Menurut
Engkoswara (2015: 110). Beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh
para pembuat keputusan adalah :
a. Keputusan berada dalam kekuasaan, keputusan tidaklah sah apabila
dibuat bukan oleh orang yang memiliki kekuasaan. Keputusan
organisasi sepenuhnya dibuat dibawah tindakan pembuat keputusan.
b. Mempertimbangkan semua hal yang relevan dan membuang jauh-jauh
hal yang tidak relevan.
c. Pembuat keputusan tidak boleh membuat keputusan untuk pembuatan
tidak jujur dan untuk tujuan yang salah.
d. Pembuat keputusan harus menjamin bahwa kegiatan didasarkan pada
bukti.
e. Keputusan harus masuk akal.
f. Orang yang mungkin terkait dengan keputusan harus disetujui dengan
prosedur yang adil yang merupakan prinsip-prinsip keadilan.
g. Mempertimbangkan kebijakan pemerintah.
h. Pembuat keputusan tidak mendasarkan keputusannya hanya atas
petunjuk orang lain atau seseorang.
Faktor-Faktor Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain faktor-faktor:
1. Keadaan intern organisasi;
2. Tersedianya informasi yang diperlukan;
3. Keadaan ekstern organisasi;
4. Kepribadian dan kecakapan pengambilan keputusan.
Dalam proses pengambilan keputusan terdapat macam-macam
dasar pengambilan keputusan tergantung dari permasalahannya. Adapun

7
pengambilan keputusan itu berdasarkan intuisi, rasional, fakta,
pengalaman, dan wewenang.

 Persepsi
Menurut Suhendi Dan Anggara ( 2012 : 67 ) dalam buku Candra
Wijaya mengenai persepsi, bahwa persepsi adalah sebagai proses
pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap
ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus.
Stomulus dapat diperoleh dari proses penginderaan terhadap objek,
peristiwa, atau hubungan- hubungan yang diproses denga otak. Persepsi
juga diartikan sebagai proses dimana individu mengatur dan
menginterprestasikan kesan- kesan sensoris mereka guna memberikan arti
bagi lingkungan mereka. Namun apa yang diterima seseorang pada
dasarnya bisa berbeda- beda dari realitas objektif.
Faktor- faktor yang mempengaruhi persepsi
Faktor- faktor yang mempengaruhi persepsi terbagi atas tiga bagian :
a. Faktor dalam diri si pengerti, seperti sikap- sikap, motif, minat,
pengalaman dan harapan.
b. Faktor dalam diri target, seperti: sesuatu yang baru, gerakan, suara,
ukuran, latar belakang, kedekatan, kemiripan.
c. Faktor- faktor dalam situasi seperti, waktu, keadaan kerja, keadilan
sosial.

PEMBAHASAN
Setiap pemimpin pasti bertanggung jawab terhadap masa depan
organisasinya. Untuk itu tujuan yang telah ditetapkan harus dapat tercapai
dengan berbagai aktivitas dan kebijakan. Salah satu yang harus dilakukan
pemimpin dalam rangka pencapaian tujuan organisasi adalah pengambilan
keputusan. Dalam mengambil sebuah keputusan, tugas pemimpin sekiranya
harus bisa menyelesaikan masalah yang ingin dicapai dengan meningkatkan
kreativitas dalam pengambilan keputusan dan dapat memahami proses
pengambilan keputusan yang rasional.

8
A. Meningkatkan Kreativitas Dalam Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan bukan hanya mampu menyelesaikan masalah
yang dihadapi. Akan tetapi dalam mengambil keputusan haruslah bersifat
rasional dan masuk akal serta diterima oleh para bawahan. Dalam mengambil
sebuah keputusan juga membuthkan kreativitas, yaitu kemampuan
menciptakan ide- ide baru yang bermanfaat. Mengapa kreativitas penting
dilakukan karena dengan melakukan hal tersebut kita dapat menilai dan
memahami masalah lebih mendalam. Adapun hal- hal kreatif menurut Ismara (
2009 ) yang dapat dilakukan pemimpin dalam mengambil sebuah keputusan
ialah :
a. Tahap pertama yaitu orientasi masalah tersebut. Yaitu merumuskan
masalah dan mengidentifikasi aspek- aspek masalah tersebut. Dalam
prospeknya, sipemikir mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan
dengan masalah yang dipikirkan.
b. Tahap kedua yaitu preparasi, pikiran harus mendapat sebanyak mungkin
informasi yang relevan dengan masalah tersebut. Kemudian informasi itu
diproses untuk menjawab pertanyaan yang diajukan terhadap orientasi.
c. Tahap ketiga adalah inkubasi, ketika pemecahan masalah mengalami
kebuntutan maka biarkan pikiran beristirahat sebentar. Sementara itu
pikiran bawah sadar kita akan bekerja secara otomatis untuk memecahkan
masalah.
d. Tahap keempat adalah iluminasi, proses yang berakhir, karena si pemikir
mulai mendapatkan ilham serta serangkaian pengertian yang dianggap
dapat memecahkan masalah.
e. Tahap kelima adalah verifikasi, melakukan pengujian atas pemecahan
masalah tersebut, apabila gagal maka tahapan sebelumnya harus di ulangi
lagi.
Disamping tahap- tahap tersebut berfikir kreatif juga mesti ditunjang
oleh beberapa hal seperti kemampuan kognitif. Yaitu seseorang harus
mempunyai kecerdasan yang tinggi, maka ia harus secara terus menerus
mengembangkan kemampuan intelektualnya. Sikap terbuka, cara berpikir
kreatif akan tumbuh apabila seseorang bersikap terbuka pada lingkungan

9
internalnya dan eksternal. Profesi sebagai pemimpin pendidikan sekolah
menuntut kemampuan tinggi dalam memecahkan masalah dengan tepat dan
benar, maka dari sikap terbuka dapat memperluas minat serta wawasan.
Sebagai contoh, seorang pemimpin pendidikan tidak memahami apa tugasnya
sebagai kepala sekolah, sehingga bagaimana bisa dia menjalankan tugasnya
dengan baik dan benar.
B. Hubungan Persepsi Dengan Pengambilan keputusan
Dalam mengambil sebuah keputusan akan memberikan juga yang
namanya pengambilan keputusan secara individual Pengambilan keputusan
secara individual baik ditingkat bawah maupun atas, merupakan suatu yang
amat penting dalam ruang lingkup organisasi. Akan tetapi pengambilan
keputusan secara individual dan kualitas dari pilihan keputusan individu
sebagian besar dipengaruhi oleh persepsi mereka.
Pengambilan keputusan dilakukan ketika terjadi sebuah permasalahan.
Terdapat suatu penyimpangan akan masalah tersebut dan otomatis banyak
dari individu organisasi menyampaikan penyelasaian masalahnya berupa
persepsi dari mereka. Ada terdapat 3 faktor yang mempengaruhi persepsi
adalah :
1. Perceiver, orang yang memberikan persepsi.
2. Target, orang atau objek yang menjadi sasaran persepsi.
3. Situasi, keadaan pada saat persepsi dilakukan.
Suatu individu akan mengambil keputusan ketika ia dihadapkan pada
dua pilihan atau lebih alternatif. Oleh karena itu, pengambilan keputusan
individu merupakan bagian penting dari perilaku organisasi. Tetapi cara
individu dalam mengambil sebuah keputusan tersebut dan kualitas pilihannya
dipengaruhi oleh persepsi. Setiap keputusan membutuhkan kita untuk
menginterprestasikan dan mengevaluasi informasi yang diterima.

10
KESIMPULAN
Persepsi adalah suatu proses yanh ditempuh oleh setiap individu untuk
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi
makna kepada lingkungan mereka. Ketika seorang individu melihat sesuatu
sasaran dan berusaha menginterprestasikan apa yang ia lihat maka
interprestasi tersebut sangat dipengaruhi oleh karakteristik dari pribadi
individu.
Dalam mengambil sebuah keputusan, tentunya pemimpin sebagai
leader kelompok harus mampu mempunyai ide- ide kreatif dalam mengambil
suatu permasalahan. Ide yang di sampaikan pun harus berdasarkan keputusan
yang rasional. Jadi hubungan persepsi dengan pengambilan keputusan sangat
lah penting didalam lingkup organisasi, karena dengan adanya perbedaan
persepsi dapat memudahkan dalam menyelesaikan masalah.

DAFTAR BACAAN

Chaniago, N. S. (2011). Manajemen Organisasi. Bandung: Citapustaka Media

Perintis.

Engkoswara, & Komariah, A. (2015). Administrasi Pendidikan. Bandung:


Alfabeta.
Syamsi, I. (2000). Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi. Jakarta: Bumi
Aksara.
Wijaya.C. (2017). Perilaku Organisasi, Medan : Lembaga Peduli Pengembangan

Pendidikan Indonesia (LPPPI).

Handoko, H. (2009).Manajemen. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta

11

Anda mungkin juga menyukai