Anda di halaman 1dari 6

BAB I

a. Latar Belakang
Berawal dari krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 dimana krisis tersebut telah
mengubah kinerja dan prospek ekonomi negara-negara terutama di Asia Tenggara secara
dramatis. Indonesia merupakan negara yang paling parah terkena dampak dari krisis yang
terjadi pada tahun 1997, dimana krisis yang paling mendasar dirasakan Indonesia saat itu
adalah lemahnya fundamental ekonomi dan keuangan yang berdampak pada tidak
bergeraknya sendi-sendi perekonomian bangsa.
Besarnya hutang-hutang luar negeri perusahaan-perusahaan swasta dan pemerintah saat
itu menjadi masalah terbesar yang dihadapi negara Indonesia, belum lagi sederetan bank
yang tak mampu beroperasi dan harus mengalami penggabungan serta likuidasi sebagai
dampak dari krisis yang terjadi di tahun 1997. Namun dibalik krisis yang melanda saat itu,
telah membuka mata sekaligus memberikan pelajaran yang baik tidak saja bagi pemerintah
Indonesia namun juga bagi pelaku-pelaku bisnis di tanah air. Seiring dengan krisis yang terjadi
saat itu, disisi lain juga dihadapkan pada globalisasi yang sudah mulai bergulir, dimana era ini
telah memberikan pengaruh besar diseluruh dunia. “Dunia Tanpa Batas” begitulah istilah
yang digunakan oleh Kenichi Omae dalam bukunya yang sangat terkenal “Borderless World”
untuk menggambarkan era globalisasi yang telah berlangsung sejak tahun 1993. Globalisasi
telah menjadikan negara-negara diseluruh penjuru dunia saling terhubung dan saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Derasnya arus informasi yang masuk dan bisa
diakses kapan saja oleh orang-orang diseluruh penjuru dunia, telah pula merubah budaya dan
perilaku orang-orang diseluruh dunia begitu pula perubahan dibidang ekonomi dan bisnis.
PT. Garuda Indonesia adalah salah satu emiten yang memiliki payable dengan
menggunakan mata uang asing yang lumayan besar. Oleh karena itu untuk menjaga nilai dari
suatu kurs agar terhindar dari eksposur maka dilakukanlah hedging.

b. Rumusan Masalah
1. Berapa utang valas PT Garuda Indonesia
2. Perhitungan Hedging untuk PT Garuda Indonesia
3. Instrumen Hedging apa yang cocok diterapkan kepada PT. Garuda Indonesia

1
BAB II
a. Case Garuda 1
Pada tahun 2013 kinerja PT Garuda TBK tertekan pelemahan Rp yang mengakibatkan
beban biaya bahan bakar avtur membengkak. Menurut direktur utama Garuda Emirsyah,
selama setahun depresisasi mencapai 14 %.”ini memberatkan karena banyak pengeluaran
perseroan menggunakan USD” katanya senin pekan lalu.
Menurut Emir dampak ini sangat terasa pada anak perusahaan Citilink. Hingga kwartal
ketiga, Citilink merugi hingga USD 4,6 juta, yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan
secara keseluruhan. Pada kuartal ketiga 2013, Garuda mencatat rugi bersih USD 37,2 juta.
Akibatnya, laba usaha anjlok 75% menjadi USD 22,1 juta

Pertanyaan :

1. Sebutkan dan jelaskan faktor yang menyebabkan kurs Rp terdepresiasi sebesar


14% selama setahun 2013 ? Buat analisis Saudara dilihat dari aspek makro & mikro
ekonomi serta aspek internal dan eksternal ekonomi Indonesia
2. Jelaskan mengapa perusahaan seperti PT. Garuda Indonesia sangat terpengaruh
dengan fluktuasi kurs Rp jika dilihat dari kegiatan operasionalnya
3. Sebutkan dan jelaskan dampak depresiasi Rp terhadap mismatch keuangan PT.
Garuda
4. Secara teoritis keuangan internasional, sebutkan dan jelaskan tindakan atau
langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan Manajemen Keuangan PT. Garuda
Indonesia untuk menghindari kerugian yang lebih besar terhadap A/P dan A/R nya.
5. Dengan asumsi PT. Garuda Indonesia pada kwartal ketiga 2013 memiliki catatan
keuangan sbb :
A/P USD 37,2 juta dan A/R USD 22,1 juta.
Kurs rata-rata pada kwartal ketiga atau SR: Rp: 11,500/USD
Estimasi kurs pada awal 2014 atau FR: RP: 12,000/USD
Berdasarkan data dan informasi diatas saudara diminta untuk
menentukan/menghitung

a. Apakah perlu dilakukan hedging atau tidak dan jika perlu berapa USD yang
harus dihedging
b. Apakah hedging lebih baik dilakukan dengan Forward Market Hedging atau
Money Market Hedging bila diketahui tingkat bunga Rp = 5% dan USD = 1%
Jawaban :

1. Kurs Rp terdepresiasi pada tahun 2013 disebabkan oleh banyaknya kebutuhan


USD yang tinggi, sedangkan persediaan dolar tak sebanyak permintaan.

2
Kebutuhan itu terutama permintaan dari korporasi untuk pembayaran dividen,
pelunasan pinjaman, repatriasi keuntungan. Selain itu Indonesia juga memiliki
masalah struktural seperti defisit transaksi berjalan selama 26 bulan. Defisit
transaksi berarti menunjukkan cerminan ekonomi Indonesia dimana besarnya
impor, mulai dari impor BBM sampai bahan pangan jumlahnya lebih besar
dibanding ekspor.
Dari aspek eksternal dapat dilihat bahwa pada tahun 2013 Ben Bernanke selaku
ketua the Fed (bank sentral AS) pada saat itu di depan kongres menyatakan bahwa
adanya rencana untuk mengurangi Quantitative Easing (QE). Tidak lama setelah
itu , mata uang di beberapa negara emerging markets pun anjlok. Yang dimaksud
dengan QE adalah program the Fed untuk mencetak uang dan membeli obligasi
atau aset-aset finansial lainnya dari bank-bank di AS. Program ini dilakukan untuk
memberi suntikan dana ke bank-bank di AS dalam rangka pemulihan pasca krisis
finansial 2008. Peristiwa ini menandakan bahwa nilai obligasi dan aset-aset
finansial lain di AS akan naik. Iniilah ekspektasi para investor portofolio yang
mengeluarkan modalnya dari negara emerging markets seperti Indonesia untuk
dialihkan ke Amerika Serikat dikarenakan ekonomi AS yang mulai stabil.
2. Fluktuasi kurs Rp tentu sangat berpengaruh terhadap kegiatan perusahaan yang
memiliki pengeluaran operasional dengan USD seperti Garuda. Hal ini karena
dalam industri penerbangan 70 % biaya operasional dikeluarkan dalam mata uang
USD khususnya pada segmen bahan bakar seperti avtur. Dengan mayoritas
pengeluaran dalam bentuk USD maka fluktuasi Rp yang cenderung terdepresiasi
akan sangat mempengaruhi kegiatan operasional perusahaan dimana Garuda
harus membayar lebih mahal untuk bahan bakar dan tetap menstabilkan harga
tiket
3. Mismatch keuangan adalah keadaan dimana nilai tukar berubah dan
mempengaruhi jumlah pendapatan dan pembayaran yang dilakukan dalam
bentuk USD. Currency mismatch akan sangat terasa merugikan apabila tidak
diantisipasi saat membuat anggaran. Anggaran yang telah ditetapkan tanpa
menghitung adanya kemungkinan depresiasi terhadap USD tentu sangat berisiko
terhadap likuiditas perusahaan terlebih untuk perusahaan yang mayoritas
pengeluaran operasionalnya dalam bentuk USD seperti PT. Garuda.
4. Secara teoritis PT. Garuda dapat menggunakan instrumen derivative seperti
forward,swap dan option sebagai lindung nilai (hedging) guna menjaga eksposur
nilai tukar yang bisa mengganggu kegiatan operasional perusahaan.
5. Menurut saya PT Garuda harus melakukan hedging guna melindungi hutangnya
dari currency exposure. Dilihat dari kurs pada kuartal ke 3 tahun 2013 maka
jumlah yang harus dihedging adalah Rp 427,800,000,000 atau setara dengan US$
37,200,000 dengan kurs 11,500/USD agar terhindar dari eksposur pada saat
tanggal pembayaran.
Teknik hedging yang tepat menurut saya adalah dengan Money Market Hedging
karena biayanya yang jauh lebih rendah Rp 8,651,162,790 dibanding dengan
Forward Market Hedging.
Untuk perhitungannya saya lampirkan di bawah

3
 Forward Market Hedging
3 Month Rate = Rp 11,455/USD
Jadi nominal yang harus dibayar oleh PT. Garuda pada saat maturity date adalah
12,000 X 37,200,000 = Rp 446,400,000,000
 Money Market Hedging
Rate : US : 1% Annum 1 Quarter Interest : 1% / 3 = 0.33%
ID : 8% Annum 1 Quarter Interest : 8% / 3 = 2.67%
1. PT Garuda harus meminjam dari bank sebesar Rp 426,378,737,541 dan
ditukarkan ke dalam USD dengan spot rate 11,500 menjadi US$
37,076,411 (US$ 37,200,000/(1+0.01/3). Dibagi 3 karena bunga deposito
di AS sebesar 1 % per tahun dan asumsikan PT Garuda akan
mendepositokan uangnya selama 4 bulan atau 1 kuartal.
2. Tempatkan uang sebesar US$ 37,076,411 tadi selama 4 bulan dengan
bunga tahunan sebesar 1 %. Uang yang didepositokan akan naik menjadi
US$ 37,200,000 pada saat maturity date atau jatuh tempo.
3. Pada saat jatuh tempo total utang beserta dengan bunganya sebesar
2.67% adalah Rp 437,748,837,209

4
BAB III
a. Kesimpulan
Dampak adanya globalisasi, telah mendorong berbagai perusahaan di Indonesia untuk
ambil peran di dalamnya . Hambatan seperti jarak yang jauh dan perbedaan zona waktu
bukan lagi penghalang antar perusahaan dalam memenuhi kegiatan operasionalnya.
Dalam perdangan internasional tentu dibutuhkan mata uang yang disetujui bersama
contohnya US Dollar. Ketersediaan valuta asing di suatu perusahaan guna menopang
kegiatan operasional merupakan suatu hal yang wajib khususnya bagi perusahaan yang
memiliki mayoritas pengeluaran operasionalnya dalam mata uang asing seperti PT.
Garuda Indonesia
PT. Garuda Indonesia memiliki utang dalam mata uang USD sebesar $37,200,000 atau
apabila dikonversikan ke rupiah dengan kurs 2013 adalah Rp 427,800,000,000. Apabila
PT. Garuda Indonesia tidak melakukan hedging maka nominal utang tersebut akan
bertambah dalam Rupiah dikarenakan USD yang terapresiasi dan IDR yang terdepresiasi.
Oleh karena itu manajer keuangan dihadapkan dengan berbagai pilihan hedging
seperti Forward Market Hedging dan Money Market Hedging. hedging dilakukan guna
menjaga spread antara spot rate dan future spot rate. Menurut saya Money Market
Hedging merupakan instrumen derivative yang layak dicoba oleh PT. Garuda Indonesia
dalam usaha melindungi nilai utangnya. Money Market Hedging terbukti 8 Miliar lebih
murah dibanding dengan Forward Contract Hedging.

5
Daftar Pustaka

https://www.investopedia.com/articles/forex/020414/money-market-hedge-how-it-works.asp

Anda mungkin juga menyukai