Disusun Oleh :
Heru Purnomo, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2002
Manajemen Keuangan Internasional Halaman 1
DAFTAR ISI
Halaman
SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) 1
PERTEMUAN KE-1
( Ruang Lingkup Manajemen Keuangan Internasional )
1. Definisi Manajemen Keuangan Internasional …………………………………. 4
2. Pengertian, Alasan Muncul dan Evolusi Perusahaan Multinasional …………… 4
3. Proses Ekspansi Luar Negeri …………………………………………………… 5
4. Karakteristik Perusahaan Multinasional ……………………………………….. 6
5. Fungsi Manajemen Keuangan dalam Perusahaan Multinasional ………………. 8
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Keunggulan Perusahaan Multinasional ……. 10
PERTEMUAN KE-8
( Mekanisme Perdagangan Valuta Asing ).
1. Munculnya Perdagangan Valuta Asing ………………………………………….. 37
2. Arbitrage …………………………………………………………………………. 38
3. Currency Swap …………………………………………………………………… 41
PERTEMUAN KE-6 & 7 ( Hubungan Kurs Valuta Asing dengan Inflasi &
Tingkat Bunga ).
1. Interest Rate Parity Theory.
2. Purchasing Power Parity Theory.
3. International Fisher Effect.
4. Resiko inflasi dan pengaruhnya terhadap Pasar Finansial.
PERTEMUAN KE-1
1. Definisi Manajemen Keuangan Internasional.
2. Pengertian, Alasan Muncul dan Evolusi Perusahaan Multinasional.
3. Proses Ekspansi Luar Negeri.
4. Karakteristik Perusahaan Multinasional.
5. Fungsi Manajemen Keuangan dalam Perusahaan Multinasional.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Keunggulan Perusahaan Multinasional.
Cabang MNC di luar negeri tidak hanya dimiliki oleh MNC induk, tapi kegiatan atau operasionalnya
dari Cabang MNC juga diawasi oleh MNC induk.
Contoh MNC adalah sebagai berikut :
IBM Goodyear General Motor
Texaco Hewlett-Packard Chevron
Coca-Cola Kraft Eastman Kodak
Xerox Motorola American Express
General Electric Ford Motor Merck
Mungkin juga disebabkan karena suatu negara berlebihan dalam memproduksi di dalam negeri,
sehingga perusahaan tersebut mengekspornya ke luar negeri atau sebaliknya kalau negara tidak bisa
memproduksi atau memerlukan biaya banyak jika memproduksi suatu barang, mereka lebih baik
membeli atau mengimpor dari luar negeri dengan biaya yang lebih rendah dan pembayaran yang
lebih panjang jangka waktunya.
Evolusi MNC
1. Pencari Bahan Baku :
MNC yang paling awal.
Memiliki tujuan mengeksploitir (menguasai).
2. Pencari Pasar :
MNC modern yang paling umum.
Tujuannya membuat dan menjual di negara asing.
Contohnya : Singer, Coke, N.V. Philips, dll.
Perkembangan lebih lanjut : Investasi langsung di luar negeri (Akuisisi)
3. Penekan Biaya :
Katagori baru dari MNC.
Tujuannya mencari atau menginvestasi, yaitu lahan produksi murah di luar negeri.
LISENSI
LISENSI.
Merupakan alternatif mendirikan fasilitas produksi di luar negeri.
Keuntungan : investasi minimal, memasuki pasar dalam waktu singkat, resiko keuangan atau
hukum kecil.
Kelemahan : Cash Flow rendah, kesulitan mengontrol kualitas, perusahaan lisensi dapat
menjadi ancaman.
CABANG PENJUALAN.
Disamping lisensi juga bisa dirikan cabang-cabang penjualan di luar negeri. Perusahaan induk
memproduksi suatu produk dan langsung didistribusikan ke perusahaan cabang penjualan. Maka
fungsi dari cabang penjualan hanyalah menyalurkan atau menjual barang atau jasa tersebut
kepada konsumen yang membutuhkannya.
FASILITAS SERVICE.
Fasilitas service dari perusahaan induk juga bisa didirikan di luar negeri, dimana segala sesuatu
fasilitas dari produk tersebut dikirim dari perusahaan induk. Baik itu peralatannya maupun
personalnya (bisa juga tenaga kerja yang dilatih atas lisensi perusahaan induk).
SISTEM DISTRIBUSI.
Perusahaan membuat produknya di dalam negeri dan mendistribusikan ke luar negeri pada
perusahaan cabang.
Transaksi dalam MNC mencakup baik yang terlihat maupun tidak terlihat. Diagram dibawah ini
menunjukkan berbagai transaksi dalam perusahaan induk MNC.
Percepatan / Perlambatan
Investasi Likuiditas
Kompensasi Saldo
Hutang vs Ekuitas
Transfer Harga
Biaya Royalty
Baang Moal
Barang Jadi
Manajemen
Teknologi
Pinjaman
Deviden
Deviden
Aplikasi metodologi dan logika ekonomi keuangan ke dalam keputusan keuangan internasional.
Ekonomi keuangan menunjang manjamen resiko transaksi mata uang asing dan analisa investasi
asing.
3 Konsep ekonomi keuangan yang digunakan bagi manajemen keuangan internasional adalah
sbb :
1. Arbitrase (Arbitrage).
Arbitrase adalah pembelian sekuritas atau komoditi dan penjualannya untuk laba.
Perkembangan Arbitrase :
a. Arbitrase pajak.
Pengalihan untung rugi dari yuridiksi pajak di satu negara ke negara lain.
b. Arbitrase resiko.
Proses yang menyebabkan kesetaraan laba yang disesuaikan resiko atas sekuritas yang
berbeda (bila ketidak sempurnaan pasar tidak terjadi).
Proses arbitrase memastikan adanya efisiensi pasar.
2. Efisiensi Pasar.
Efisiensi pasar adalah pasar dimana harga sekuritas yang diperdagangkan selalu mengikuti
informasi baru.
Studi Pasar Modal AS dan Asing menunjukkan : “sekuritas yang diperdagangkan
dengan harga tepat menurut aturan perdagangan yang berdasarkan harga masa lalu dan
informasi yang diketahui umum, tidak akan memberikan keuntungan lebih dari mereka
yang membeli hanya atas dasar pengambilan keputusan.
Kemampuan prediksi pasar terletak pada kemampuan menngumpulkan sejumlah
penilaian individual dari seluruh dunia di satu tempat.
7. Catatan tambahan.
Definisi sifat MNC :
Ciri MNC sejati : “Keadaan pemikiran, bukan ukuran atau penyebaran asset
Secara singkat : “MNC harus punya komitmen terhadap : pencarian, pelaksanaan, integrasi
pembuatan, pemasaran riset & pengembangan & kesempatan pembiayaan secara global bukan
domestik.
Hal penting dalam operasi MNC :
- Fleksibilitas (fleksibel)
- Adaptibilitas (mampu menyesuaikan diri)
- Kecepatan
- Fokus (mencari dan membangun).
--==o0o==--
Valuta Asing (Valas) atau foreign exchange (forex) atau foreign currency dapat diartikan sebagai
“mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau membiayai
transaksi ekonomi keuangan internasional dan yang mempunyai catatan kurs resmi pada bank
sentral”
Hard Currency :
Mata uang yang sering digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung dalam transaksi
ekonomi dan keuangan internasional dinyatakan sebagai hard currency.
Sedangkan Hard currency diartikan sebagai “mata uang yang nilainya relatif stabil dan kadang
mengalami apresiasi atau kenaikan nilai dibandingkan dengan mata uang lainnya.”
Mata uang hard currency biasanya berasal dari negara industri maju seperti :
Soft currency adalah “mata uang lemah yang jarang digunakan sebagai alat pembayaran dan
kesatuan hitung karena nilainya relatif tidak stabil dan sering mengalami depresiasi atau penurunan
nilai dibandingkan dengan mata uang lainnya.”
Mata uang hard currency biasanya berasal dari negara industri maju seperti :
Cadangan Devisa :
Total Valas yang dimiliki oleh pemerintah dan swasta dari suatu negara termasuk ke dalam
cadangan devisa yang dapat diketahui dari posisi Balance of Payment (BOP) atau neraca
pembayaran internasionalnya.
Makin banyak valas atau devisa yang dimiliki oleh pemerintah dan swasta suatu negara bisa
diartikan makin besar kemampuan negara tersebut melakukan transaksi ekonomi dan keuangan
internasional dan makin kuat pula nilai mata uang negara tersebut.
Cadangan devisa dapat dikelompokkan dalam :
Cadangan devisa resmi atau official forex reserve, yaitu cadangan devisa milik negara yang
dikelola, dikuasai, diurus dan ditatausahakan oleh bank sentral atau Bank Indonesia.
Cadangan devisa nasional atau country forex reserve, yaitu seluruh devisa yang dimiliki oleh
perorangan, badan atau lembaga, terutama perbankan yang secara moneter merupakan
kekayaan nasional (termasuk miliki bank umum nasional)
Bursa Valas atau Pasar Valas dapat diartikan sebagai suatu tempat atau wadah atau sistem dimana
perorangan, perusahaan dan bank dapat melakukan transaksi keuangan internasional dengan jalan
melakukan pembelian atau permintaan (demand) dan penjualan atau penawaran (supply) atas
valuta asing tsb.
Gambaran tentang terjadinya permintaan atau pembelian dan penawaran atau penjualan valas dapat
dilihat pada gambar 1.1, berikut :
USD USD
BNI B.I BCA
IDR IDR
USD 10,000.00
X–C X–D
(N.York) (Jakarta)
Garmen
Gambar 2.1. : “Permintaan dan Penawaran Valuta Asing (Mekanisme Bursa Valas)”
Contohnya : Seorang Importir A (Jakarta) ingin mengimpor mesin dari Eksportir B (New York)
seharga USD10,000.00. Dikarenakan pembayarannya harus dengan USD, maka
Importir A (Jakarta) sebagai nasabah harus datang ke Bank Devisa seperti Bank BNI,
untuk membeli atau meminta USD dengan menjual atau menawarkan rupiah (IDR).
Bila Kurs atau forex rate yang berlaku pada waktu itu sebesar Rp.8.000 / USD, untuk mendapatkan
USD10,000.00, importir A harus membayar rupiah sebesar :
Bank Devisa :
Bank devisa adalah bank umum pemerintah dan swasta yang ditetapkan atau diizinkan oleh
pemerintah untuk menjual, membeli dan menyimpan serta menyelenggarakan lalu lintas
pembayaran internasional atau luar negeri.
Spread :
Adalah selisih antara kurs jual dengan kurs beli valuta asing. Kurs jual lebih tinggi dibandingkan
kurs belinya, disebabkan pihak bank atau pedagang valas berusaha memperoleh keuntungan dari
selisih penjualan dengan pembelian yang dikenal dengan biaya transaksi.
Forex Quotation :
Adalah sistem penulisan yang menyatakan harga atau nilai suatu valas yang dinyatakan dalam valas
lainnya. Didalam bursa valas terdapat 2 jenis sistem penulisannya :
Direct Quotation : adalah sistem yang menyatakan nilai mata uang suatu negara (domestic currency)
yang diperlukan atau diperoleh untuk satu unit valas (foreign currency).
Penulisannya : dilakukan dengan menempatkan nilai domestic currency didepan dan unit foreign
currency-nya dibelakang.
Indirect Quotation : adalah sistem yang menyatakan nilai valas (foreign currency) yang diperlukan
atau diperoleh untuk satu unit domestic currency.
Penulisannya : dilakukan dengan menempatkan nilai foreign currency di depan dan unit domestic
currency di belakang.
Kurs valas atau forex rate untuk semua mata uang, kecuali JPY dan ITL, biasanya ditulis dengan
sistem empat desimal seperti ( JPY 0.0125 / Rp ).
PIP merujuk pada angka kelima dibelakang koma ( 0.00001 ). Untuk USD/JPY point merujuk angka
desimal keenam dan angka desimal ketujuh untuk USD/ITL.
Spot rate adalah bursa valas dimana dilakukan transaksi jual dan beli valas dengan kurs spot
dengan cara immediate delivery atau dalam jangka waktu 2 X 24 jam.
Spot Market diartikan sebagai suatu bursa valas setempat, misalnya di Jakarta, Tokyo, New York,
Paris, Hongkong, Singapura dan tempat lain di mana berlaku spot rate. { ( t + 1 ) atau ( t + 2 ) }
Contohnya :
Tgl 1 Agustus 1998, Seorang Pengusaha di Jakarta perlu valas sebanyak USD 10.000 untuk anaknya
yang akan sekolah di AS.
Pengusaha tersebut adalah nasabah bank BNI, ia datang ke bank dan menanyakan spot rate atau kurs
jual USD pada tanggal 1 Agustus 1998 tersebut, ternyata Rp.12.000,00 / USD
Bila Pengusaha dan bank tersebut ada kesepakatan akan spot rate tersebut, maka pengusaha tersebut
akan menyerahkan uang sejumlah : USD 10.000 x Rp.12.000,00 / USD = Rp. 120.000.000,00.
Dan bank BNI harus menyerahkan valas sebanyak USD 10.000 pada tanggal 1 Agustus 1998 (t+1)
atau selambat-lambatnya pada tanggal 3 Agustus 1998 { max 2 x 24 jam atau (t+2)}
Cross Rate :
Tabel 2.1.
Daftar Kurs Valas tanggal 1 Agustus 1998
Bank BNI
Valas Kurs Beli Kurs Jual
Kurs Notes Kurs Notes
USD 4.800,00 5.500,00
AUD 3.125,00 3.675,00
JPY 36,50 43,75
Dari daftar spot rate diatas dapat pula dihitung spot cross rate atau kurs silang yang berlaku tgl 1
Agustus 1998, misalnya sbb:
Manajemen Keuangan Internasional Halaman 16
Spot cross rate JPY / USD untuk kurs beli notes :
JPY Rp JPY 1
/ Rp X / USD = / Rp.43,75 X Rp.4..800 / USD
JPY 109,71
= / USD
Perhitungan cross rate digunakan oleh para arbitrage (pedagang valas) untuk melakukan
international tringular arbitrage, yaitu tindakan untuk mencari keuntungan atas perbedaan spot rate
yang sedang berlaku denga cross rate di tiga tempat bursa valas yang berbeda.
Contohnya:
Sebuah perusahaan di Indonesia butuh dana untuk membayar kontrak pembelian bahan baku dari
Singapura senilai SGD1.000.000 dalam jangka waktu 90 hari atau 3 bulan. Spot rate saat itu, tgl 1
Agustus 1998 adalah Rp.8.500,00 / SGD.
Karena fluktuasi kurs yang tidak menentu dan diperkirakan SGD akan apresiasi terhadap IDR, maka
pimpinan perusahaan melakukan forward contract dengan bank atau money changer / dealer dengan
kurs forward untuk 90 hari Rp.9.000,00 / SGD. Pada waktu jatuh tempo tgl 1 November 1998 maka
pimpinan perusahaan akan memperoleh dana sebesar SGD 1.000.000 dengan membayar kepada
bank atau money changer / dealer sebesar :
Transaksi perdagangan CFC dilakukan dengan face to face di trading floor yang disiapkan oleh IMM
melalui broker yang berbeda dengan forward contract yang dinegosiasikan melalui telepon.
Tanggal jatuh tempo currency futures contract selalu pada setiap hari Rabu ke-3 bulan Maret, Juni,
September dan Desember.
Di CFM, pedagang valas atau pengusaha lain juga bisa memperoleh keuntungan dengan tindakan
tertentu. Tindakan spekulator untuk memperoleh keuntungan tsb dapat digambarkan sbb:
Spekulasi CFM
DEM 125,000
CFC CFC
Kontrak Beli Harga Rendah Kontrak Jual Harga Tinggi
( USD 0,53 / DEM ) ( USD 0,52 / DEM )
Premium for GBP Option on April 8, 1991 ( USD cents per unit ).
Exercise Call Option Put Option
(strike) Price April May June April May June
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
$ 1.7750 1.38c - 3.64c 1.65c 3.68c 4.75c
$ 1.8000 .61c 1.79c - 3.00c - -
$ 1.8500 .24c .91c - - 8,15c 9.68c
Catatan :
1. Kolom (1) terdapat daftar nilai exercise atau strike price GBP option untuk call maupun put.
2. Kolom (2), (3) & (4) adalah premium atau option cost per unit pada bulan April, Mei & Juni
dalam USD cents untuk GBP Call Option.
Call Option
Call option bisa digunakan perusahaan untuk melindungi atau meng-cover open position dari
payable.
Contoh :
Sebuah perusahaan AS ikut tender proyek di Jerman senilai DEM 625,000 dalam waktu 3 bulan.
Maka perusahaan tsb dapat melakukan kontrak untuk DEM call option dengan asumsi :
Exercise / strike price = USD 0.50 / DEM
Call option premium = USD 0.02 / unit
Future spot rate = USD 0.53 / DEM
Jadi untuk meng-cover DEM 625,000 diperlukan 10 option contract ( 625,000 dibagi 62,500 = 10
option).
Apabila asumsi future spot rate jadi kenyataan & perusahaan tidak meng-cover open position dengan
beli DEM call option, maka perusahaan bayar = DEM 625,000 x USD 0.53/DEM
= USD 331,250
Catatan :
Break Event Point Future Spot rate = strike price + call option
Makin tinggi apresiasi FSR terhadap SP (strike price), makin besar call option direalisasikan
dengan dapat keuntungan.
Makin rendah FSR terhadap SP (strike price), call option contract di expired-kan
Put Option
Put option bisa digunakan perusahaan untuk menghindari resiko kerugian atau mengcover open
position dari receivable.
Contoh :
Perusahaan USA punya receivable : GBP 31,250 yang jatuh tempo 3 bulan dengan asumsi :
Strike price = USD 1.40 / GBP
Premium put option = USD 0.016 / unit
Future spot rate 3 bln = USD 1.30 / GBP
Karena GBP diperkirakan akan depresiasi, maka perusahaan menutup kontrak put option untuk
melindungi option position dengan perhitungan sbb:
Strike price = 31,250 x USD 1.40 = USD43,750
Biaya Premium = 31,250 x USD 0.016 = USD 500 -
Net income dengan put option contract = USD43,250
Resiko kerugian yang bisa dihindari = USD 43,260 - USD 40,625 = USD 2,625
Dalam hal ini straddle dapat dilakukan dan untung dalam hal :
Bila kurs GBP naik $1.56 / GBP, maka spekulator merealisasikan call option contract dan
membiarkan put option contract-nya expired.
Maka akan untung : $ 0.01 / GBP
Karena Penjualan di Bursa Valas dinilai sebesar $ 1.56 / GBP
Belinya berdasarkan call option contract : $ 0.55 / GBP, yaitu = SP + Tot. By. Premium
= $ 1.50 + $ 0.05
Bila kurs GBP turun $ 1.44 / GBP, maka spekulator merealisasikan put option contract dan call
option di expired-kan.
Maka akan untung : $ 0.01 / GBP
Karena di pasar valas nilainya $ 1.44 / GBP
Penjualannya berdasarkan put option $ 1.45 /GBP ( $ 1.50 - $ 0.05 )
6. Eurocurrency Market.
Eurocurrency market adalah pasar uang internasional yang kemudian dikenal sebagai Eurodollar
market yang mulai tumbuh dan berkembang pada awal tahun 1960.
Pelaku utama dalam Eurocurrency market adalah bank besar yang disebut dengan Eurobank, yang
menerima deposito dan memberikan pinjaman dalam berbagai currency.
Interest rate :
USA bank loan 6%
Euro bank loan 5% Spread (5%-4%) < (6%-3%)
Eurodollar deposit 4% (1%) < (3%)
USA bank deposit 3%
Selain LIBOR, untuk wilayah Asia dikenal dengan SIBOR (Singapore Interbank Offer Rate), di
Indonesia (Jakarta) dikenal juga istilah JIBOR (Jakarta Interbank Offer Rate).
-----o0o-----
Ketiga jenis sistem penentuan kurs valas ini masih ada yang menggunakannya atau sudah berubah
menjadi sistem kurs mengambang.
Berdasarkan Article of Agreement tentang IMF yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Maret 1947
sampai 15 Agustus 1971 (dekrit Nixon) telah ditetapkan SMI dengan ketentuan sebagai berikut :
1. SMI didasarkan pada standar emas.
Maksudnya : setiap mata uang anggota IMF dikaitkan dan konvertibel dengan emas (gold
exchange standard)
Uang Dollar AS senilai $ 35 1 ounce ( 28,3496 gram emas )
$ 1 28,3496 / 35 gram emas
Manajemen Keuangan Internasional Halaman 23
USD digunakan sebagai “numeraire” (standar kesatuan hitung).
2. Sistem nilai tukar (foreign exchange rate) antar anggota IMF harus stabil
3. Kurs nilai tukar hanya boleh berfluktuasi atau bervariasi antara 1 – 2,5 % diatas atau dibawah
kurs resmi
4. Setiap anggota pada prinsipnya dilarang menggunakan kebijakan devaluasi, yaitu penurunan
nilai mata uangnya terhadap valas untuk memperbaiki posisi atau mengatasi defisit BOP
5. Anggota IMF yang mengalami kesulitan BOP dapat menerima bantuan IMF berupa SDR
(Special Drawing Right). SDR adalah uang kertas emas yang dikeluarkan IMF tahun 1969
sebagai reserve currency dan likuiditas internasional.
Pada tgl 19 Maret 1973, mulai berlaku sistem kurs mengambang (generalized floting), karena negara
anggota European Community memberlakukan mata uang mereka dengan kurs mengambang
terhadap USD.
Sistem kurs mengambang terkendali ini digunakan oleh negara saat ini, termasuk Indonesia.
Secara grafis mekanisme sistem kurs tersebut adalah sbb :
9.000
8.000
7.000
Ddc D’fc
D’dc Dfc
QRp(-) (+) Q$
Rp Rp Rp 0 $ $ $
Keterangan :
Q Rp = Kuantitas Rp Sfc & Dfc = Supply & Demand Foreign Currency
Q$ = Kuantitas $ Sdc & Ddc = Supply & Demand Domestic Currency
Sistem kurs ini pernah diterapkan oleh beberapa negara Afrika yang mengaitkan dengan mata
uang Perancis (FRF), ada lagi yang mengaitkannya dengan GBP, USD & SDR.
Di negara Eropa (MEE), April 1972 juga menerapkan sistem kurs ini dikenal dengan “snake
system” yang mulai berkembang menjadi “ European Monetary System (EMS).
Snake system & EMS adalah mata uang anggota MEE dikaitkan nilainya dengan European
Currency Unit (ECU) dan dapat berfluktuasi dalam batas 2,25 % diatas atau dibawah kurs
tengah.
Contoh:
Kurs tengah DEM = 6,90 ECU
Kurs tengah FRF = 2,06 ECU
6,90
Kurs tengah antara DEM & FRF = / 2,06 = 3,35
Sehingga, jika fluktuasinya dalam batas 2,25 % diatas/dibawah kurs tengah. Maka upperlimit dan
lowerlimit FRF/DEM adalah :
Upperlimit FRF/DEM = Central rate x ( 1 + 0,0225 )
= 3,35 x 1,0225 = 3,425
Lowerlimit FRF/DEM = Central rate x ( 1 – 0,0225 )
= 3,35 x 0,9775 = 3,275
Salah satu variasi dari pegged exchange rate dikenal dengan Currency Board System (CBS).
Dilakukan CBS dengan cara mengaitkan dan menetapkan nilai tukar tetap antara mata uang suatu
negara dengan hard currency tertentu yang didasarkan pada jumlah mata uangnya yang beredar dan
cadangan devisa yang dimilikinya (berupa hard currency).
Faktor atau kondisi yang bisa mempengaruhi fluktuasi kurs valas terdapat 7 macam, yaitu :
Pada mekanisme pasar menyatakan : “setiap perubahan permintaan dan penawaran barang atau
jasa akan mengubah harga barang/jasa tersebut “, demikian juga halnya valas, dalam grafik
perubahan tersebut bisa dilihat sbb:
Manajemen Keuangan Internasional Halaman 25
Pengaruh Permintaan & Penawaran
Terhadap Kurs Valuta Asing
Sfc X bj
S’fc Cm
A2
Rp.5.500/USD
Rp.5.000/USD A1
Rp.4.500/USD A3
D’fc M bj
Dfc C
X xbj
Keterangan :
QUSD = kuantitas USD
Sfc = supply foreign currency
Dfc = demand foreign currency
Xbj = ekspor barang & jasa
Mbj = impor barang & jasa
Cm = capital impor
Cx = capital ekspor
Contoh struktur BOP, diambil dari data departemen keuangan RI, Desember 1997 :
Posisi ( saldo dR ) dalam BOP dapat mempengaruhi kurs valas, karena alasan berikut ini :
Bila posisi saldo dR (+) supply valas > demand valas
( Sfc > Dfc atau Ddc > Sdc )
untuk periode tsb, sehingga menimbulkan efek atau
sentimen (+) dalam arti nilai Rp relatif stabil pada
bursa valas dannn dapat menghilangkan isu
devaluasi.
Bila posisi saldo dR (-) Sfc < Dfc atau Ddc < Sdc, sehingga menimbulkan efek atau
Sentimen (-) dalam arti nilai Rp relatif lemah dan
diikuti dengan isu devaluasi.
Bagaimana tingkat inflasi dapat mempengaruhi kurs valas dapat dilihat pada grafik berikut ini :
S’
S
JPY 110/USD
JPY 105/USD
JPY 100/USD
D’
D
USD USD Q USD
Keterangan :
Dilain pihak :
Kenaikan harga barang di USA akan mengurangi impor Jepang terhadap USA sehingga
mengakibatkan permintaan USD justru menurun.
Perkembangan tingkat inflasi tsb akan mempengaruhi supply & demand valas, sehingga di grafik
akan bergeser dari JPY 100/USD - JPY 105/USD - JPY 110 /USD
4. Tingkat bunga.
Pengaruh tingkat bunga terhadap kurs valas ent digambarkan pada grafik pada halaman berikut
ini :
Keterangan:
Pemerintah Jerman perlu dana besar untuk membangun wilayah eks Jerman Timur. Karena
permintaan dana besar tersebut , Jerman menaikkan tingkat bunga untuk menarik modal L.N ke
Jerman terutama dari USA.
Banyaknya valas (USD) yang akan masuk ke Jerman akan menyebabkan peningkatan
permintaan DEM dan penawaran USD sehingga kurs valas berubah dari DEM 2.00 /USD - DEM 1.90 /USD
5. Tingkat pendapatan.
Jika kenaikan pendapatan masyarakat Indonesia tinggi, sedangkan kenaikan jumlah barang yang
tersedia entimen kecil, tentu impor barang akan meningkat.
Peningkatan impor akan berefek pada peningkatan demand valas yang pada gilirannya akan
mempengaruhi kurs valas.
Rp.5.500/USD
Rp.5.000/USD
D’
D
Biasanya pengawasan pemerintah untuk tujuan tertentu mengakibatkan pengaruh kurs valas
terjadi, seperti dalam bentuk kebijaksanaan moneter, entim dan perdagangan L.N.
Contohnya :
Pengawasan lalu lintas devisa
Peningkatan trade barier
Pengetatan uang beredar
Penaikan tingkat bunga
Adaya ekspektasi (harapan) bahwa : tingkat inflasi atau defisist BOT USA akan menurun atau
sebalikya dapat mempengaruhi kurs valas USD.
Adanya spekulasi / isu devaluasi Rp karena entime current account yang besar juga
berpengaruh terhadap kurs valas dimana valas secara umum mengalami apresiasi.
Adanya isu & rumor, misalnya presiden atau menteri keuangan sakit parah, dapat mempe-
ngaruhi entiment & ekspektasi masyarakat sehingga mempengaruhi permintaan dan penawaran
valas yang akan berakibat pada fluktuasi kurs valas.
---=o0o=---
Teori IRP :
Menyatakan : perbedaan tingkat bunga (sekuritas) pada IMM = Forward rate premium/discount
Dengan kata lain : dengan IRP akan dapat ditentukan berapa perubahan kurs forward (FR)
dibandingkan degan spot rate (SR) bila terdapat perbedaan tingkat bunga antara home country
dengan foreign country.
Dengan demikian. Seorang pemilik dana akan dapat menentukan dalam mata uang apa dananya akan
diinvestasikan, yaitu dengan membandingkan besarnya perbedaan tingkat bunga antara 2 negara
(home & foreign country) dengan perbedaan antara FR &SR yang ditentukan oleh Forward rate
premium/discount.
Hubungan antara forward premium/disc. Dari suatu valas dengan tingkat bunga dari pasar uang tsb,
menurut teori IRP dapat ditentukan dengan formula :
An = ( Ah / SR ) ( 1 + if ) FR
Dimana :
An adalah jumlah uang dalam negeri (domestic currency) yang akan diterima pada akhir
periode suatu investasi/deposito.
Ah adalah jumlah uang dalam negeri (domestic currency) yang diinvestasikan.
if adalah interest rate / tingkat bungan foreign investment/deposit.
SR adalah Spot Rate
FR adalah Forward Rate
An = ( Ah / SR ) ( 1 + if ) [ SR ( 1 + p )]
An = Ah ( 1 + if ) ( 1 + p )
Menurut formula umum, rate of return (ROR) yang akan diperoleh dari investasi /deposito yang
dilakukan di luar negeri (rf) adalah sebesar :
rf = ( 1 + if ) ( 1 + p ) – 1
Innvestor akan investasi/deposito dalam bentuk valas bila : “rate of return (rf) luar negeri sama atau
minimal lebih tinggi dari tingkat bunga dalam negeri / home country interest (ih)
Dengan kata lain dapat dirumuskan jadi if ih
Bila rf di substitusikan dengan ih maka akan diperoleh :
( 1 + if ) ( 1 + p ) – 1 = ih
( 1 + if ) ( 1 + p ) = ( 1 + ih )
(1+p) = ( 1 + ih )
( 1 + if )
p = ( 1 + ih ) -1
( 1 + if )
contohnya :
Tingkat bunga pertahun FRF = 6 % dan USD = 5 %
Jika USD sebagai home currency, maka perhitungannya :
p = ( 1 + ih ) -1
( 1 + if )
p = ( 1 + 0,05 ) - 1
( 1 + 0,06 )
p = -0,0094 = -0,94 %
Contoh lain :
Tingkat bunga pertahun IDR = 15 % dan USD = 6 %
Jika IDR sebagai home currency, maka perhitungannya :
p = ( 1 + ih ) -1
( 1 + if )
p = ( 1 + 0,15 ) - 1
( 1 + 0,06 )
p = 0,0849 = 8,49 %
Contoh :
Harga 1 kg apel merk USA, di Jakarta Rp.8.000,- dan di NewYork $1.
Ini berarti : harga 1 kg apel merk USA, adalah Rp.8.000 = $1.
Maka :
Kurs valas Rp/$ berdasarkan Paritas daya beli dari masing-masing mata uang adalah sebesar
Rp.8.000,-
Kenyataanya :
Forex rate yang diperhitungkan berdasarkan teori PPP absolute tidak lagi sesuai dengan kurs valas
yang ditetapkan oleh pemerintah.
Perbedaan kurs valas tsb dikenal sebagai “overvaluation atau undervaluation”
Teori PPP absolut tidak realistis lagi karena tidak memperhitungkan biaya transfer, tarif dan kuota.
Kemudian muncul teori PPP relatif yang menyatakan : “harga suatu produk yang sama akan tetap
berbeda karena ketidaksempurnaan pasar yang disebabkan oleh faktor biaya transfer, tarif dan kuota.
Menurut teori PPP relatif, kurs valas akan berubah untuk dapat mempertahankan purchasing power.
Perubahan forex rate tsb dapat di hitung sbb :
Home country = Ph ( 1 + Ih )
Foreign country = Pf ( 1 + If ) ( 1 + ef )
Keterangan :
Ph = Price index home country
Ih = Inflation rate home country
Pf = Price index foreign country
If = Inflation rate foreign country
ef = % perubahann kurs
ef = 1 + Ih -1
1 + If
Kesimpulan :
Jika Ih > If, maka ef > 0 (+), maksudnya Kurs valas akan apresiasi
Jika Ih < If, maka ef < 0 (-), maksudnya Kurs valas akan depresiasi
Contoh 1:
Tingkat inflasi Indonesia =9%
Tingkat inflasi USA =3%
Spot rate tgl 1/08 = Rp. 8.000,/$
Berdasarkan perhitungan teori PPP dapat diperkirakan perubahan forex rate u 1 tahun y.a.d :
ef = 1 + Ih -1
1 + If
= 1 + 0,09 - 1
1 + 0,03
= 1,058 – 1 = 0,058 = 5,8 %
Contoh 2:
Tingkat inflasi USA =3%
Tingkat inflasi Jepang =1%
Spot rate tgl 1/08 = Y100,/$
Berdasarkan perhitungan teori PPP dapat diperkirakan perubahan forex rate u 1 tahun y.a.d :
ef = 1 + Ih -1
1 + If
= 1 + 0,01 - 1
1 + 0,03
= 0,98058 – 1 = -0,01942 = -1,94 %
Dengan menggunakan teori PPP dapat diperoleh suatu formula u/ memperkirakan forex rate y.a.d yang
dikenal dengan forward rate :
FR = SR [ 1 + ( 1+ Ih ) - 1 ]
( 1 + if )
FR = SR ( 1+ Ih )
( 1 + if )
FR = SR [ 1 + ( Ih - if ) ]
“Tingginya tingkat inflasi di Indonesia ( sekitar 8%) di bandingkan di USA (sekitar 3%) merupakan
penyebab utama dari terjadinya depresiasi Rp terhadap USD yang mencapai sekitar 5 % per-tahun”.
Teori IFE menerangkan tentang hubungan antara % perubahan SR (Spot rate) dengan tingkat bunga
(i) pasar uang di berbagai negara menyatakan : “SR akan berubah dengan persentase yang sama
tetapi dengan arah berlawanan dengan perbedaan atau selisih tingkat bunga antar 2 negara.
Keterangan :
- SR1 = Spot rate periode 1
- SR2 = Spot rate periode 2
-i($) = Tingkat bunga di USA
- i (Y ) = Tingkat bunga di Jepang
Menurut teori IFE, actual or effective return (r) dari investasi pada pasar surat berharga di pasar uang
(financial market) Luar negeri tergantung pada foreign interest (if) dan % perubahan nilai forex rate
(ef).
r = ( 1 + if ) ( 1 + ef ) – 1
Menurut teori IFE, effective return pada home investment/deposit (ih) pada dasarnya secara rata-rata
akan sama dengan effective return pada foreign investment/deposit (r), sbb :
r = ih
( 1 + if ) ( 1 + ef ) – 1 = ih
( 1 + if ) ( 1 + ef ) = ( 1 + ih )
( 1 + ef ) = ( 1 + ih )
( 1 + if )
ef = ( 1 + ih ) - 1
( 1 + if )
Kesimpulannya :
Bila ih > if, maka ef > 0 (+), sehingga foreign currency akan Apresiasi.
Apresiasi akan menaikkan foreign return atau hasil penerimaan investor home country dari
investasi L.N.
Bila ih < if, maka ef < 0 (_), sehingga foreign currency akan Depresiasi
Depresiasi akan menurunkan foreign return atau hasil penerimaan investor home country dari
Investasi L.N.
Contoh :
Effective return home investment (ih) = 11 %
Interest rate foreign deposit (if) = 12 %
Agar effectivee return dari kedua investasi ini sama bagi investor domestik maka persentase perubahan
foreign currency akan mencapai :
ef = ( 1 + ih ) - 1
( 1 + if )
ef = ( 1 + 11% ) - 1
( 1 + 12% )
= -0,0089
= -0,89 %
Kalau terjadi sebaliknya (tingkat bunga USA lebih tinggi dibandingkan tingkat bungan di LN),
selisih 2 % sedangkan forward rate GBP = USD 1,51/GBP atau apresiasi sebesar 0,67%, maka
investor domestik meminjamkan yang di LN dan menginvestasikan di dalam negeri (USA)
Dengan demikian investor domestik akan untung dari selisih tingkat bunga 2% yang akan lebih besar
dari apresiasi pinjamannya dala GBP sebesar 0,67%
PERTEMUAN KE-8
1. Munculnya Perdagangan Valuta Asing.
2. Arbitrage
3. Currency Swap
ERA GLOBALISASI
Cenderung INTEGRASI EKONOMI
REGIONAL :
DENGAN TUJUAN : AFTA, NAFTA, LAFTA, CEE,
“Meningkatkan arus CACM, APEC
perdagangan dan investasi
antar anggota”
Cenderung
PERDAGANGAN
INTERNASIONAL
1. Locational Arbitrage.
Arbitrage dapat terjadi jika ada perbedaan kurs jual & kurs beli antar bank atau antar money
changer.
Perbedaan tsb memberi peluang arbitrageur untuk mencari keuntungan dari selisih kurs yang
berbeda.
Perbedaan kurs dari beberapa bank pd lokasi atau kota yang sama dapat terjadi karena adanya
perbedaan penawaran dan permintaan valas yang diharapinya.
Bank A Bank B
Kurs Beli Rp. 5.000 / USD Rp. 5.050 / USD
Kurs Jual Rp. 5.025 / USD Rp. 5.080 / USD
Dari data diatas terdapat peluang bagi arbitrageur untuk dapat keuntungan dengan jalan :
Membeli USD pada Bank A ( Kurs jual bank Rp. 5.025 / USD )
Menjual USD pada Bank B ( Kurs beli bank Rp. 5.050 / USD )
Kurs jual USD ( yg rendah di Bank A) bisa mengakibatkan meningkatnya atau banyaknya
permintaan atau pembelian USD di Bank A.
Sehingga mengakibatkan kurs jual di Bank A akan naik.
Sebaliknya:
Dengan banyaknya penawaran USD oleh arbitrageur di Bank B akan menyebabkan turunnya
kurs beli USD di Bank B ( yaitu dari Rp. 5.050 / USD - Rp. 5.025 / USD )
Akhirnya :
Karena naiknya permintaan USD di Bank A dan naiknya penawaran USD di Bank B akan
mengakibatkan Kurs Jual di Bank A = Kurs Beli di Bank B
Proses ini disebut dengan realigment due to locational arbitrage atau proses penyamaan kurs
yang terjadi karena adanya locational arbitrage.
Proses ini berjalan sangat cepat sekali sehingga yang bisa melakukan locational arbitrage
hanyalah mereka para arbitrageur yang memiliki terminal komputer yang bisa akses ke berbagai
bank atau bursa valas di berbagai lokasi.
Pukul 11.00 WIB Pada saat yang sama : Pada saat yang sama : Pada saat yg sama :
Kegiatan Bursa Valas Bursa valas sudah tutup Kondisinya masih pagi Sudah tenga malam
sedang berlangsung (subuh). (Bursa sudah tutup)
Sore / malam hari Aktivitas transaksi va las di Bursa sedang pen uh atau ramai.
Contoh :
Investor atau pemilik modal di Jakarta ingin mencari keuntungan dengan melakukan
triangular arbitrage. Dia menghubungi forex dealernya untuk melakukan kontrak trading
valas pada salah satu bank BCA sebesar USD 100,000
Menurut informasi dari terminal komputer di bank yang berhubungan dengan jaringan reuters
melalui satelit palapa & intersat ternyata spot rate di 3 bursa adalah sbb :
Ternyata ada perbedaan antara cross rate menurut perhitungan ( 3 x 1.33 = 3,99 ) dengan
cros rate yang ada di Paris ( 5 )
Perbedaan tersebut merupakan indikator bagi investor untuk mendapatkan keuntungan denga
melakukan “triangular arbitrage”
Langkah-langkahnya :
Modal yang ada USD 100,000 di Paris
Investor meminta kepada Forex dealer untuk membeli FRF dengan kurs FRF 5.00 / USD,
sehingga akan diperoleh FRF 500,000.00
FRF 500,000.00 di transfer ke Frankfurt untuk membeli DEM dengan kurs ( DEM 0.33 /
FRF ), sehingga akan diperoleh DEM 165,000.00
Dari mutasi diatas ternyata dengan modal USD 100,000.00 (Paris) pada akhirnya investor
mendapatkan hasil USD 123,750.00 (NewYork). Berarti investor mendapatkan keuntungan
sebesar USD 23,750.00 sebelum dipotong komisi, biaya transfer dalam waktu singkat.
Akibat mutasi diatas akan terjadi realigment atau keseimbangan cross rate, yaitu :
TEMPAT AKTIVITAS TRIANGULAR DAMPAK TRIANGULAR
BURSA ARBITRAGE ARBITRAGE
PARIS Pembelian FRF dengan meng- Bank akan menaikkan kurs jual
gunakan USD FRF terhdp USD, krn permintaan
naik ( misal jadi : FRF 4.76 /USD )
FRANKFURT Pembelian DEM dengan meng- Bank akan menaikkan kurs jual
gunakan FRF DEM terhdp FRF, krn permintaan
naik ( misal jadi : FRF 3.20 /USD )
NEW YORK Pembelian USD dengan meng- Bank akan menaikkan kurs jual
gunakan DEM USD terhdp DEM, krn permintaan
naik ( misal : DEM 1.4875 /USD )
Akhirnya :
Bila cross rate sudah terkoreksi sesuai dengan realigment, peluang internasional arbitrage
akan hilang, yaitu :
FRF FRF DEM
/ USD = / DEM X / USD
4.76 = 3.20 X 1.4875
3. Currency Swap.
Pengertian umum : “suatu kontrak transaksi pembelian/penjualan valas dengan spot rate yang di-
kombinasikan dengan pembelian/penjualan valas yang sama dengan forward rate” (J.O. Grabbe, 1996 : 313 )
Contoh :
Seorang pengusaha mendapat pinjaman USD 100.000 untuk jangka waktu 180 hari. Kemudian
pinjaman tersebut dikonversikan ke dalam rupiah dengan spot rate Rp. 5.000/USD, sehingga menjadi
: USD 100.000 X Rp. 5.000/USD = Rp. 500.000.000,00
Untuk menghindari resiko kerugian atau melindungi open position terhadap utangnya, maka
pengusaha tersebut melakukan transaksi swap.
Maksudnya : pada saat yang bersamaan melakukan pula pembelian USD dengan forward rate
kursnya misalkan Rp.5.500/USD
Dengan melakukan transaksi swap ini, pengusaha akan terhindar dari resiko kerugian dari fluktuasi
(apresiasi) kurs valas USD yang mungkin akan lebih tinggi dari forward rate.
Dalam prakteknya di Bursa Valas Internasional, transaksi swap dilakukan dengan berbagai bentuk,
yaitu :
Currency swap
Merupakan kontrak dari 2 pihak untuk saling menyerahkan sejumlah valas tertentu terhadap
sejumlah valas lainnya.
Dengan kata lain : cureency swap dapat merupakan pertukaran antara sejumlah tertentu dari
valas yang berbeda
“Dalam hal ini perusahaan dan bank A dapat melakukan interest rate swap agreement”
o Bank A mengeluarkan utang senilai USD 50 millions dengan tingkat bunga tetap 11,5 %
o Perusahaan juga sama tapi dengan tingkat bunga mengambang 1 % diatas LIBOR
Manajemen Keuangan Internasional Halaman 41
Selanjutnya :
Perusahaan mengeluarkan coupon payment kepada Bank A dengan bunga 12 %, sedangkan bank
membayar dengan bunga LIBOR kepada perusahaan, seperti :
12 %
PERUSAHAAN BANK A
LIBOR
LIBOR + 1% 11,5 %
Dari tindakan interest rate swap, bank A dan perusahaan dapat keuntungan berupa pengurangan
biaya bunga pinjaman sebesar :
Perusahan : hanya membayar bunga 13 % dibandingkan 14 %
Bank A : hanya membayar bunga (LIBOR – 0,5%) dibandingkan bunga LIBOR (11,5%)
Berdasarkan kondisi pasar & sesuai dengan tujuan, currency swap dpt dibagi :
1. Long-term Forward Contract.
Tipe ini tidak berbeda dengan forex forward market yang biasa dilakukan pada interbank
market. Akan tetapi, karena pada interbank market tsb terdapat valas atau maturity tertentu
yang jarang ditransaksikan, timbul barter transaksi yang dikenal sebagai long-term-forward
contract.
Dalam hal ini, bila terdapat 2 perusahaan atau institusi yang saling membutuhkan, dapat
dilakukan currency swap dalam bentuk long-term-forward contract berdasarkan kesepakatan
kedua belah pihak tentang jangka waktu dan harga pertukaran kedua valas. Kesepakatan ini
juga dapat dilakukan dengan perantara broker. Dan broker-lah yang mempertemukan kedua
pihak tsb.
Bila misalnya tingkat bunga valas A lebih tinggi daripada valas B, pihak yang menerima
valas A akan membayar selisih tingkat bunga tsb kepada pihak yang menerima valas B.
Misalnya :
USD 1,000,000 di swap-kan dengan JPY 180,000,000 dengan tingkat bunga USD 5% lebih
tinggi daripada tingkat bunga JPY.
Dengan demikian, pihak yang menerima USD harus membayar kepada pihak yang menerima
valas JPY sebesar :
5 % X USD 1,000,000 = USD 50,000.
5. Swaptions
Bentuk lain dari currency swap adalah kombinasi antara option dengan swap yang dikenal
dengan swaptions contract, yaitu suatu kontrak yang memberikan hak merealisasikan (enter)
atau membatalkan (exit) suatu swap dengan syarat dan kondisi tertentu.
1. Definisi Forex Exposure dan Jenis Resiko Fluktuasi Kurs Valas Terhadap
Perusahaan.
Forex exposure (FE) dapat diartikan sebagai suatu risiko yang akan dihadapi oleh perusahaan
sebagai akibat perubahan atau fluktuasi kurs valas. Suatu perusahaan MNC atau perusahaan yang
melakukan transaksi internasional (ekspor dan impor) tentu arus kas (cash flow nya) akan
terpengaruh secara langsung oleh fluktuasi kurs valas. Misalnya jika terjadi depresiasi domestic
currency atau rupiah terhadap USD dan JPY, tentu beban impor akan semakin meningkat, tetapi
sebaliknya penerimaan ekspor dapat pula meningkat.
Bahkan, perusahaan yang tidak melakukan transaksi internasional pun secara tidak langsung akan
terpengaruh dengan fluktuasi kurs valas. Adanya perubahan kurs valas tentu akan mempengaruhi
supply dan demand di dalam negeri sehingga akan berpengaruh pula pada cash flow perusahaan.
Pada dasarnya, pengaruh fluktuasi kurs valas tidak hanya terjadi terhadap transaksi perusahaan,
tetapi juga berpengaruh terhadap nilai sekarang (present value) dari transaksi yang dilakukan dan
neraca serta laporan rugi laba perusahaan.
Secara umum, pengaruh fluktuasi kurs valas terhadap perusahaan dapat dibedakan atas tiga macam,
yaitu :
1. Transaction Exposure.
2. Economic / Operating Exposure
3. Translation / Accounting Exposure.
Ada juga buku yang menambahkan exposure keempat, yaitu tax exposure. Pada dasarnya tax
exposure merupakan bagian dari Translation Exposure.
A. Menentukan Perkiraan Neto dari Inflow dan Outflow dalam Setiap Valas.
Dalam hal ini, jika USD apresiasi terhadap rupiah, maka net effect nya akan merugikan
perusahaan karena nilai outflow nya meningkat dan sebaliknya jika USD depresiasi terhadap
rupiah, net effect nya akan menguntungkan perusahaan karena nilai outflow nya menurun jika
dinilai dalam rupiah.
Perkiraan net transaction inflow dan outflow juga dilakukan oleh perusahaan MNC dengan
noncentralized approach atau centralized approach. Noncentralized approach dilakukan oleh
MNC dengan menetapkan masing masing subsidiary nya melakukan net transaction inflows dan
outflow nya sendiri-sendiri. Akan tetapi, kebijaksanaan ini dapat menimbulkan biaya hedging
yang lebih tinggi.
• Misalnya suatu MNC memiliki subsidiary I yang mempunyai transaction inflow dari ekspor
bulanannya ke Inggris sebesar GBP20 juta.
• Subsidiary II mempunyai transaction outflows dari impor bulanannya dari supplier di Inggris
sebesar GBP 20 juta.
Jika masing masing subsidiary melakukan hedging atas transaction exposure nya sendiri sendiri,
tentu biaya akan lebih tinggi. Hal ini dapat terjadi karena biasanya spread antara kurs jual dan
kurs beli untuk forward rate pada bank sekitar 1%. Dengan demikian, spread untuk GBP20 juta
= GBP200,000 per bulan atau mencapai GBP2,4 juta per tahun.
Dalam hal ini, jika dilakukan centralized approach, tentu biaya hedging yang harus dibayar pada
bank dapat dihindari atau dikurangi dan perusahaan akan menghemat biaya tersebut
Perusahaan yang memiliki beberapa transaction dalam berbagai valas dapat menjumlahkan
seluruh hasil konversi transaksi valas ke dalam mata uang lokal atau domestic currency seperti
contoh transaksi pada sebuah MNC Amerika pada Tabel 6.1 di bawah ini.
Tabel 10.1
Tingkat Risiko atau Exposure Valas
Dari data/informasi di atas perlu dicatat. beberapa hal penting sebagai berikut..
• Pada posisi di atas, net position dalam forex tidak dapat dilakukan offsetting.
• Open position terbesar (nonoffset) adalah dalam FRF, yaitu net inflow FRF40 millions (kolom 4).
• Dengan menggunakan kemungkinan range of forex rate untuk USD, dapat ditentukan nilai
minimum dan nilai maksimum kemungkinan nilai inflow dan outflow untuk masing masing forex
seperti tercantum pada kolom 6.
Forex Corelation :
Faktor penting lain yang menentukan risiko atau transaction exposure adalah forex correlation, yaitu
kuat atau tidaknya hubungan antara berbagai valas atau forex.
Berdasarkan pengamatan terhadap forex correlation, dapat dikemukakan bahwa secara umum mata
uang Eropa mempunyai korelasi yang kuat dan positif dengan USD. Ini berarti bahwa apabila DEM
apresiasi terhadap USD, mata uang Eropa lainnya seperti FRF, CHF, dan lain lain akan apresiasi juga
dengan tingkat yang relatif sama dan demikian pula sebaliknya. Nilai tukar USD terhadap CAD
relatif stabil atau tetap.
Hal yang sama juga dapat diamati terhadap korelasi rupiah dengan valas hard currency pada
umumnya, terutama sekali USD. Bila USD apresiasi terhadap rupiah dengan tingkat tertentu, maka
JPY, DEM, FRF, dan lain lain juga akan apresiasi dengan tingkat yang relatif sama dan demikian
pula sebaliknya.
Pada contoh di bawah ini akan ditunjukkan bagaimana menentukan transaction exposure dari suatu
MNC USA yang memiliki beberapa transaction dalam berbagai valas.
• Outflow ke Eropa:
= USD 1,000,000.00 DEM 2,000,000 x USD 0.50/DEM
Economic exposure juga dapat berpengaruh terhadap perusahaan domestik yang tidak melakukan
transaksi luar negeri (ekspor dan impor). Misalnya suatu perusahaan Indonesia memproduksi suatu
produk dari bahan baku lokal dari produksinya hanya dipasarkan di dalam negeri atau dengan kata
lain perusahaan tersebut tidak melakukan transaksi luar negeri. Walaupun demikian, cash flow
perusahaan ini tetap akan terpengaruh oleh fluktuasi rupiah.
Misalnya, karena apresiasi rupiah, impor produk yang sama dari luar negeri akan meningkat
disebabkan harganya relatif menjadi lebih murah. Karena adanya persaingan dari produk impor, tentu
penjualan perusahaan Indonesia akan menurun. Dengan kata lain, cash flow nya akan terpengaruh
karena adanya fluktuasi rupiah terhadap valas.
Bila perusahaan meminta perlindungan kepada pemerintah, misalnya dengan tariff barrier ataupun
non tariff barrier maka tentu hal ini akan menjadi hambatan bagi usaha penggalakan free trade area
(FTA). Oleh karena itu, dapat dikatakan juga bahwa peningkatan usaha pembentukan wilayah
perdagangan / free trade juga tergantung pada stabilitas kurs valas.
Pengaruh perubahan / fluktuasi kurs valas ini akan tercermin pada income statement atau laporan rugi
laba suatu perusahaan seperti contoh di bawah ini:
Misalkan, sebuah perusahaan Indonesia memproduksi kayu lapis untuk pasar dalam negeri dan
mengekspor ke Jepang yang dinilai dalam JPY.
Diasumsikan skenario fluktuasi kurs Rp/JPY dan perkiraan penjualan dalam negeri ke Jepang sebagai
berikut:
Tabel 10.2
Pengaruh Fluktuasi Kurs Rp/JPY terhadap Penjualan Dalam Negeri
Diasumsikan pula income statement perusahaan dari pemasaran dalam negeri dan di Jepang dapat
dilihat pada Tabel 10.2
Manajemen Keuangan Internasional Halaman 48
Berdasarkan asumsi skenario perubahan kurs valas di atas, economic exposure yang mungkin terjadi
terhadap income statement perusahaan dapat diukur sebagaimana tercantum pada skenario Tabel 10.3
Kesimpulan pokok yang dapat dicatat dari perhitungan di atas adalah bahwa setiap perubahan kurs
valas akan berpengaruh terhadap present value dari cash flow atau penerimaan dan pengeluaran
perusahaan, yaitu sebagai berikut.
Tabel 10.3
Income Statement
Operating Expenses
Tabel 10.4
Economic Exposure
2. Sales di Jepang
7. Operating Expenses
(Direct Cost) Rp 45 Rp 45 Rp 45
8. EBIT Rp 55 Rp 80 Rp105
9. Interest Expenses
• Di Dalam Negeri Rp 16 Rp 16 Rp 16
• Di Jepang
• Apresiasi rupiah dari Rp2l/JPY menjadi Rp20/JPY ternyata menyebabkan EBT menurun dari 32,5 juta
rupiah menjadi 9 juta rupiah atau rugi.
• Depresiasi rupiah dari Rp2l/JPY menjadi Rp22/JPY ternyata menyebabkan EBT meningkat dari 32,5
juta rupiah menjadi 56 juta rupiah.
Dalam hal ini,, makin besar peranan suatu subsidiary MNC di luar negeri maka akan makin besar
pula pengaruhnya terhadap consolidated financial statement dari MNC tersebut. Misalnya suatu
MNC yang lebih banyak melakukan ekspor dari home country nya sendiri, maka pengaruh
Jika subsidiary berada di negara yang kurs valasnya relatif stabil, translation/ accounting exposure
ini akan relatif kecil dan demikian pula sebaliknya.
Bagaimana metode yang digunakan untuk menilai asset dan liabilities akan menentukan tingkat
translation/accounting exposure.
Berikut ini ditunjukkan contoh translation/accounting exposure yang dialami suatu MNC USA yang
memiliki subsidiary di UK.
Tabel 10.5
Translation/Accounting Exposure
Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa meskipun pene¬rimaan subsidiary di UK meningkat 20%,
yaitu dari GBP5 M menjadi GBP6 M, ternyata consolidated income statement MNC USA tersebut
menurun sebesar USD5.1 M (USD12M USD6.9 M).
Hal ini dapat terjadi karena depresiasi GBP yang relatif besar, yaitu dari USD2.40/GBP menjadi
GBP1.15/GBP dan bukan karena kesalahan atau kegagalan subsidiary UK,
Sebagai kesimpulan umum dari uraian beberapa macam exposure di atas, beberapa faktor penentu
tingkat exposure dapat diringkaskan sebagaimana terdapat pada Tabel 10.6
Tabel 10.6
1. Transaction Exposure • Nilai receivable/payable yang akan diterima dalam masing-masing valas.
Risiko suatu negara adalah risiko yang berkaitan dengan aktivitas-aktivitas dan kejadian-kejadian
yang terjadi di negara lain di mana perusahaan domestik mempunyai beberapa kontak bisnis. Satu
bentuk dari Country risk adalah political or sovereign risk risiko yang berkenaan dengan perubahan
yang tidak terantisipasi dalam kebijakan-kebijakan pemerintah negara lain (expropriation,
nationalism, exchange freeze, dll). Beberapa penulis menjelaskan lebih jauh risiko politik dalam
bentuk social/cultural dan economic risk.
Social/cultural risks adalah akibat-akibat buruk yang menyertainya yang timbul dari kepercayaan-
kepercayaan, nilai-nilai dan sikap-sikap dari populasi negara lain secara keseluruhan (Herring dalam
Baker, 1993: 1.7). Bentuk dari risiko ini bersifat jangka panjang dan kurang bersifat langsung
dibanding risiko politik dan secara potensial lebih berbahaya. Risiko social/cultural berkembang
menjadi risiko-risiko politik pada saat fondasi (groundswell) populernya cukup untuk membangkitkan
kekuatan politik yang sebelumnya pergerakan-pergerakan ke arah tersebut secara esensial bersifat
impoten.
Economic risk adalah lebih dari sekedar risiko politik–adalah suatu perubahan dalam kebijakan
pemerintah yang dihasilkan dari analisis ekonomi dari costs dan benefits suatu perubahan daripada
dihasilkan dari filosofis atau nasionalistik ideal.
Contoh :
Keputusan-keputusan tentang persyaratan pembebasan pengembalian kembali utang oleh beberapa
negara.
Risiko Kegagalan Sistem Keuangan Internasional (Risk of International Financial System Failure)
Bentuk lain dari risiko adalah risiko berubahnya aturan-aturan yang saat ini diterima dan cara-cara
beroperasi dalam sistem internasional (currently accepted rules & ways of operating in international
system). Sebagai contoh runtuhnya sistem perbankan atau keluarnya beberapa negara dari GATT
Asumsi bahwa manajemen membuat keputusan-keputusan untuk kepentingan para pemegang saham,
risiko nilai tukar/kurs timbul kapan pun perusahaan harus berhubungan sekarang atau pun di masa
datang dalam valas selain mata uang yang digunakan oleh para pemegang saham untuk mendanai
konsumsinya.
Dalam contoh importir memiliki utang yang didenominasi (dinyatakan dalam USD) sementara para
pemegang saham perusahaan menggunakan AUD untuk membiayai konsumsinya. Oleh karena itu,
importir menghadapi risiko kurs valas.Tentu saja tidak hanya importir/eksportir yang terpengaruh
oleh risiko nilai tukar/kurs, perusahaan yang tidak bertransaksi dalam valas pun (tidak melakukan
aktivitas internasional, ekspor maupun impor) terpengaruh oleh risiko nilai tukar.
Contoh :
Penjual (retailer) jam tangan Indonesia menjual jam tangan impor dari berbagai negara seperti Jepang
dan Swiss. Retailer tersebut tidak pernah bertransaksi dalam pasar valas/melaksanakan transaksi
ekspor dan impor. Akan tetapi, peluang-peluang bisnis dan konsumsinya terpengaruh oleh perubahan
nilai yen dan franc Swiss (apresiasi yen dan franc terhadap IDR/rupiah). Hal ini terjadi karena retailer
tersebut setiap harinya menjual barang-barang impor (buatan Jepang dan Swiss). Dengan adanya
apresiasi tersebut, harga barang impor tersebut akan naik, sehingga harga jualnya akan naik pula dan
pada gilirannya tentu akan berpengaruh pada peluang bisnis dan konsumsi retailer tersebut.
Demikian pula dengan perusahaan AS yang secara eksklusif menjual di Amerika dan membeli
seluruh input-nya dari sumber-sumber AS terpengaruh oleh risiko nilai tukar karena revenues dan
expenses-nya yang didenominasi dalam dollar (USD). Perusahaan menghadapi risiko nilai tukar valas
karena perubahan-perubahan dalam USD akan mempengaruhi posisi kompetitifnya (De Maskey,
1992: 68). Risiko kurs valas dapat pula mempengaruhi perusahaan-perusahaan yang mempunyai
utang dalam valas dengan subsidiary-subsidiary asing, joint operation, atau investasi tidak langsung.
Para dealer yang juga terkena pengaruh valas harus mengatasi risiko valas karena posisi valas yang
mereka geluti. Mereka juga harus mengatasi risiko kredit karena rekanan bisnis mereka tidak
memenuhi kewajibannya. Mereka (para dealer) dapat mengatasi risiko tersebut dengan cara (Shapiro,
1996: 11).
a. Menggunakan forward contracts & currency options
b. Memperlebar kuotasi bid-ask serta membatasi posisi suatu valas yang mereka inginkan (akan
mereka ambil dalam setiap valas).
c. Mereka dapat membatasi risiko kredit dengan membatasi posisi yang akan mereka ambil dengan
setiap nasabah (yang diinginkan atas dasar persetujuan) dan dengan cara menetapkan margin
requirements yang beragam sesuai dengan tingkat risiko dari masing-masing nasabah (bank
umumnya tidak melakukan hal ini).
Prinsip Hedging
Hedging sebagai strategi keuangan akan menjamin bahwa nilai valas yang digunakan untuk
membayar (outflow) atau sejumlah uang asing yang akan diterima (inflow) di masa datang tidak
terpengaruh oleh perubahan dalam fluktuasi kurs valas. Prinsip dasar hedging adalah untuk
melakukan komitmen lain penyeimbangan dalam valas yang sama. Yakni, komitmen kedua untuk
sejumlah yang sama dari komitmen awal namun berlawanan tanda. Oleh karena itu, misalnya
importir New Zealand yang mempunyai komitmen untuk membayar tunai dalam poundsterling, akan
Contoh:
Perusahaan AS membeli tekstil dari Inggris dengan pembayaran GBP 1.000.000 dalam 90 hari. Kurs
pada saat itu adalah GBP = USD 1. Importir dikatakan dalam posisi short GBP/poundsterling (karena
utang GBP yang harus dibayar di masa datang) dan menuju posisi long. Selama 90 hari GBP
mungkin naik (apresiasi), sehingga dapat menaikkan biaya dollar tekstil. Importir dapat melindungi
risiko nilai tukar valas dengan segera bernegosiasi dengan pihak bank, untuk menggunakan forward
contract 90 hari dengan mematok kurs pada GBP 1 = USD 1,72. menurut forward contract, dalam 90
hari bank akan memberikan importir sejumlah GBP 1.000.000 (yang akan digunakan untuk
membayar pesanan tekstilnya) dan importir akan memberi pihak bank USD 1.720.000 (ekuivalen
dollar dari GBP 1.000.000 pada forward rate USD 1,72). Dalam istilah teknis importir
mengkompensasi posisi short dalam GBP dengan posisi long melalui forward market yaitu dengan
membeli pound/GBP untuk future delivery.
Contingent Hedging
Telah diasumsikan bahwa hedging telah dipertimbangkan dalam konteks pre-existing fixed
commitment (komitment tetap) yang melibatkan valas. Tidak semua risiko nilai tukar melibatkan
komitmen-komitmen. Perusahaan-perusahaan yang melakukan transaksi bisnis yang mungkin tetapi
tidak pasti terjadi tidak dapat melakukan hedging dengan forward contract terhadap perubahan-
perubahan kurs. Akan tetapi, perusahaan harus menggunakan option contract yang memberi pemilik
hak tetapi bukan kewajiban untuk membeli (call) atau menjual (put) sejumlah mata uang tertentu pada
harga tertentu selama periode perjanjian tersebut. Options valas dari jenis ini diperdagangkan pada
Jika suatu perusahaan mempunyai beberapa subsidiary di beberapa negara atau mempunyai transaksi
dalam beberapa valas, maka harus dicari terlebih dahulu net trans¬action exposure atau suatu
konsolidasi dari seluruh inflow dan outflow untuk setiap valas dalam suatu periode seperti contoh
pada Tabel 10.9 di bawah ini. Konsolidasi ini perlu dilakukan karena tujuan financial management
adalah memaksimalkan nilai perusahaan secara keseluruhan, bukan subsidiary tertentu saja.
Tabel 10.9
Teknik Hedging Transaction Exposure
Hedging Technique Hedging Payable Hedging Receivable
• Money Market Hedging Meminjam uang lokal, dan mengkonversinya ke valas payable dan
menginvestasikan sampai saat payable jatuh tempo Meminjam valas receivable dan mengkonversikan
kedalam uang lokal serta menginvestasikannya. Membayar pinjaman dengan cash inflow dari
receivable
• Forward Contract Hedging Membeli forward contract valas untuk payable Menjual forward contract
valas untuk receivable
• Future Contract Hedging Membeli future contract valas untuk payable Menjual future contract valas
untuk receivable
• Currency Option Contract Membeli call option contract valas payable Membeli put option contract
valas receivable
Rangkuman
Forex exposure (FE) dapat diartikan sebagai suatu risiko yang akan dihadapi oleh perusahaan sebagai
akibat perubahan atau fluktuasi kurs valas. Suatu perusahaan MNC atau perusahaan yang melakukan
transaksi internasional (ekspor dan impor) tentu arus kas (cash flow nya) akan terpengaruh secara
langsung oleh fluktuasi kurs valas.
Bentuk lain dari risiko adalah risiko berubahnya aturan-aturan yang saat ini diterima dan cara-cara
beroperasi dalam sistem internasional (currently accepted rules & ways of operating in international
system).
Hedging sebagai strategi keuangan akan menjamin bahwa nilai valas yang digunakan untuk
membayar (outflow) atau sejumlah uang asing yang akan diterima (inflow) di masa datang tidak
terpengaruh oleh perubahan dalam fluktuasi kurs valas.
Peirson menggolongkan tiga kategori perusahaan yang seharusnya melakukan hedging. Kategori 1
adalah once-off transaction, kategori 2 adalah the committed exporter/importir, dan kategori 3 adalah
perusahaan multinasional.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Mudrajat Kuncoro, “Manajemen Keuangan Internasional”, Edisi Kedua, BPFE, Yogyakarta, 2001
Bank Dagang Negara, “Dasar-dasar Operasi Forex dan Money Market”, Jakarta, 1989
.
Bank Dagang Negara, “Dealing Room“, Jakarta, 1989
Carter E Eudene dan Rodriguez Rita M, “International Financial Management”, Third Edition,
Prentice Hall Inc, New Jersey, 1984
Hamdy Hady Dr, “Forex For Manager”, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1999
Shapiro Alan c, “Multinational Financial Management”, Fourth Edition USA, Allan and Bacon, 1992
Dra. Sri Handaru Yuliati MBA dan Handoyo Prasetyo, S.E, “Dasar-dasar Manajemen Keuangan
Internasional”, Edisi Kedua, Andi, Yogyakarta, 2002
Sawidji Widoatmodjo, Lie Ricky Ferlianto dan Joni Rizal, “Forex On-Line Trading” Elex Media
Komputindo, Jakarta 2005
Uzair Achmadi HM, Bank Notes (BN) dan Devisa Umum(DU), 2000
Diposkan oleh Zani di 08.02
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Daftar Referensi
1. Agus Sartono, 2001. Manajemen Keuangan Internasional Yogyakarta: BPFE.
2. Hamdy Hady. 2001. Valas Untuk Manajer. Jakarta: Ghalia Indonesia.
3. Jose Rizal Joesoef, 2008, Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing, Salemba Empat
4. Purnomo Yusgiantoro, 2004, Manajemen keuangan Internasional, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
KISI-KISI
SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER
MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL
Pertemuan ke-8
1. Pelajari locational arbitrage & Tringular arbitrage ( pelajari contoh soal hitungan pada foto
copy-an ).
2. Pelajari juga definisi-definisi locational, triangular dan Covered Interest Arbitrage.
KISI-KISI
UJIAN AKHIR SEMESTER
(Manajemen Keuangan Internasional)
Menurut Eitmen, Stonehill dan Moffet (1992:116) ada beberapa keterangan dan ketentuan pokok
yang perlu diketahui sehubungan dengan COM, antara lain sbb :
a. Penjual currency option disebut sebagai writer atau grantor
b. Currency option market dapat dilakukan dalam 7 mata uang yang sama dengan currency futures
contract (AUD, CAD, GBP, JPY, DEM, FRF dan CHF).
c. Satuan kontrak adalah setengah dari satuan currency futures contract.
d. Transaksi dilakukan berdasarkan strike atau excersice price atau harga berlaku yang disepakati
dimana pemilik kontrak diizinkan untuk merealisasi kontraknya (call/put option).
e. American option memberikan hak kepada pembeli kontrak untuk merealisir (exercise) option
yang dibelinya pada setiap waktu antara tanggal penulisan kontrak dan tanggal jatuh temponya
(expire date).
f. European option hanya dapat direalisasi pada waktu atau tanggal jatuh temponya
g. Suatu currency option yang exercise price-nya sama dengan spot price disebut sebagai at the
money.
h. Suatu currency option yang akan menguntungkan jika direalisasi segera disebut sebagai in the
money yang terdiri atas :
- In the money calls, yaitu call option yang exercise price-nya lebih rendah atau dibawah
currency spot price.
- In the money puts, yaitu put option yang exercise price-nya lebih tinggi atau di atas currency
spot price.
i. Suatu currency option yang tidak akan menguntungkan jika direalisasi segera disebut sebagai out
of the money yang terdiri atas :
- Out of the money calls, yaitu call option yang exercise price-nya lebih tinggi atau di atas
currency spot price-nya.
- Out of the money puts, yaitu put option yang exercise price-nya lebih rendah atau di bawah
currency spot price-nya.
j. Premium atau option price adalah biaya currency option yang ditetapkan dan dibayar di muka
oleh pembeli kepada penjual option.
Currency option ini dapat dibeli atau dijual dalam 3 macam pasar :
1. Physical currency option yang dibeli pada bursa over the counter (interbank)
2. Physical currency option yang dibeli pada bursa valas seperti Philadephia Stock
Exchange
3. Currency option untuk future contract yang dibeli pada bursa future contract seperti
International Money Market (IMM)
Premium for GBP Option on April 8, 1991 ( USD cents per unit ).
Exercise Call Option Put Option
(strike) Price April May June April May June
Manajemen Keuangan Internasional Halaman 60
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
$ 1.7750 1.38c - 3.64c 1.65c 3.68c 4.75c
$ 1.8000 .61c 1.79c - 3.00c - -
$ 1.8500 .24c .91 - - 8,15c 9.68c
Catatan :
1. Kolom (1) terdapat daftar nilai exercise atau strike price GBP option untuk call maupun put.
2. Kolom (2), (3) & (4) adalah premium atau option cost per unit pada bulan April, Mei & Juni
dalam USD cents untuk GBP Call Option.
3. Kolom (5), (6) & (7) dicantumkan premium atau option cost per-unit, masing-masing bulan
April, Mei dan Juni untuk GBP put option.
Call Option
Call option bisa digunakan perusahaan untuk melindungi atau meng-cover open position payable
dari transaksi keuangan internasionalnya.
Contoh :
Sebuah perusahaan AS ikut tender proyek di Jerman senilai DEM 625,000 dalam waktu 3 bulan.
Maka perusahaan tsb dapat melakukan kontrak untuk DEM call option dengan asumsi :
Exercise / strike price = USD 0.50 / DEM
Call option premium = USD 0.02 / unit
Future spot rate = USD 0.53 / DEM
Jawab :
Standar unit kontrak currency option = ½ x currency futures
= ½ x 125,00
= 62,500 unit DEM
Jadi untuk meng-cover DEM 625,000 diperlukan 10 option contract ( 625,000 dibagi 62,500 = 10
option).
Apabila asumsi future spot rate jadi kenyataan & perusahaan tidak meng-cover open position dengan
beli DEM call option, maka perusahaan bayar = DEM 625,000 x USD 0.53/DEM
= USD 331,250
Kesimpulanya :
Dengan membeli DEM call option perusahaan untung sebesar :
USD 331,250 - USD 325,00 = USD 6,250
Catatan :
Break Event Point Future Spot rate = strike price + call option
Currency call option juga dapat digunakan oleh speculator untuk mencari keuntungan.
Misalnya seorang speculator mempunyai Informasi sbb :
Call option premium tgl 1 Mei = USD 0.4900 / CHF
Strike price = USD 0.4400 / CHF
Option expired date pada bulan September
Bila bulan Agustus ternyata spot rate = USD 0.4900 / CHF, maka realisasi currency call option
contract-nya akan mendapat keuntungan sebesar 62,500 x (USD 0.49 – USD 0.01) = USD 2,500
Put Option
Put option bisa digunakan perusahaan untuk menghindari resiko kerugian atau mengcover open
position receivable dari transaksi keuangan internasionalnya.
Contoh :
Perusahaan USA punya receivable : GBP 31,250 yang jatuh tempo 3 bulan dengan asumsi :
Strike price = USD 1.40 / GBP
Premium put option = USD 0.016 / unit
Future spot rate 3 bln = USD 1.30 / GBP
Karena GBP diperkirakan akan depresiasi, maka perusahaan menutup kontrak put option untuk
melindungi option position dengan perhitungan sbb:
Strike price = 31,250 x USD 1.40 = USD 43,750
Biaya Premium = 31,250 x USD 0.016 = USD 500 -
Net income dengan put option contract = USD 43,250
Resiko kerugian yang bisa dihindari = USD 43,260 - USD 40,625 = USD 2,625
Straddle
Yaitu melakukan sekaligus call option dan put option disebabkan tingkat apresiasi atau depresiasi
valas lebih tinggi dari total biaya premium yang dikeluarkan untuk menutup kontrak call & put
option.
Namun, staddle ini dapat juga dilakukan oleh seorang speculator jika tingkat apresiasi atau
depresiasi valas tsb lebih tinggi daripada total biaya premium yang dikeluarkan untuk menutup call
option dan put option contract.
Contoh :
Manajemen Keuangan Internasional Halaman 62
Strike price = USD 1.50 / GBP
Call option premium = USD 0.03 / unit
Put option premium = USD 0.02 / unit
Total option premium = USD 0.05 / unit
Dalam hal ini straddle dapat dilakukan dan untung dalam hal :
Bila kurs GBP naik (Apresiasi) $1.56 / GBP, maka spekulator merealisasikan call option contract
dan membiarkan put option contract-nya expired.
Dengan cara ini speculator akan dapat keuntungan sebesar USD 1.01/GBP.
Alasannya penjualan dibursa valas dinilai USD 1,56/GBP, sedangkan pembeliannya berdasarkan
nilai call option contract-nya hanya sebesar USD 1,55/GBP, yaitu = Stri.Pric + Tot. By. Premium
= $ 1.50 + $ 0.05
Bila kurs GBP turun (Depresiasi) $ 1.44 / GBP, maka spekulator merealisasikan put option
contract dan call option di expired-kan.
Dengan cara ini speculator akan dapat keuntungan sebesar USD 1.01 / GBP
Karena di pasar valas nilainya $ 1.44 / GBP
Penjualannya berdasarkan put option $ 1.45 /GBP ( $ 1.50 - $ 0.05 )
2. Eurocurrency Market.
Eurocurrency market adalah pasar uang internasional yang kemudian dikenal sebagai Eurodollar
market yang mulai tumbuh dan berkembang pada awal tahun 1960. Pasar uang ini sebenarnya
dimulai dari simpanan emas Uni Soviet dalam bentuk deposito dollar di bank Inggris untuk
membiayai impor gandumnya dari USA.
Pasar ini semakin berkembang karena USD banyak digunakan sebagai alat transaksi dagang atau
keuangan internasional, terutama Eropa.
USD yang banyak beredar tersebut ditempatkan (disimpan) dalam bentuk deposito pada bank-bank
di luar Amerika, terutama di Eropa, yang kemudian disebut Euro dollars (Roland Martin, 1985:785).
Pelaku utama dalam Euro currency / Euro dollar adalah bank besar yang disebut dengan Euro bank,
yang menerima deposito dan memberikan pinjaman dalam berbagai currency.
Hal ini mendorong berkurangnya spread antara kewajiban membayar bunga deposito dengan hasil
yang diperoleh dari kredit oleh bank-bank di Eropa, namun tetap dapat keuntungan yang wajar.
Basic interest untuk Eurodollar loan biasanya dikaitkan dengan London Interbank Offer Rate
(LIBOR), yaitu rate atau tingkat bunga pinjaman yang berlaku antarbank di London yang dijadikan
patokan dasar untuk menentukan tingkat bunga pinjaman pada pasar internasional.
Selain LIBOR, untuk wilayah Asia dikenal dengan SIBOR (Singapore Interbank Offer Rate), di
Indonesia (Jakarta) dikenal juga istilah JIBOR (Jakarta Interbank Offer Rate).
Sejak terjadinya kenaikan harga minyak bumi setelah pecahnya perang Arab-Israel tahun 1967,
beberapa negara anggota OPEC dari Timur Tengah paling banyak memanfaatkan Euro dollars
market ini, terutama dari dolar hasil penjualan minyaknya yang dikenal sebagai Petro dollar.
Proses recyling daur ulang Euro dan petro dollars inilah yang semakin mendorong berkembangnya
Euro currency atau Euro dollar market hingga sekarang menjadi sumber dana bagi perusahaan
multinasional dan negara sedang berkembang termasuk Indonesia.
Secara luas, Euro currency market dapat juga diartikan dan meliputi bank di Asia yang menerima
deposito dalam foreign currency, terutama USD yang kemudian dikenal sebagai Asian dollars
market.
Asian dollars market ini dapat berkembang karena tuntutan dunia usaha untuk mengakomodasi atau
melayani kebutuhan yang semakin meningkat dari dunia bisnis di Asia akan USD sebagai alat
transaksi keuangan atau perdagangan Internasional.
Sumber utama (supplier) dari Asian dollars market ini adalah lembaga keuangan, perusahaan
multinasional dan lembaga pemerintah yang kelebihan cash dollars. Sebaliknya peminjam utama
adalah perusahaan-perusahaan industri atau manufacturing yang memerlukan pendanaan untuk
pengembangan usahanya, terutama di kawasan Asia.
3. Currency Swap.
Pengertian umum : “suatu kontrak transaksi pembelian/penjualan valas dengan spot rate yang di-
kombinasikan dengan pembelian/penjualan valas yang sama dengan forward rate” (J.O. Grabbe, 1996 : 313 )
Contoh :
Seorang pengusaha mendapat pinjaman USD 100.000 untuk jangka waktu 180 hari. Kemudian
pinjaman tersebut dikonversikan ke dalam rupiah dengan spot rate Rp. 5.000/USD, sehingga
menjadi : USD 100.000 X Rp. 5.000/USD = Rp. 500.000.000,00
Untuk menghindari resiko kerugian atau melindungi open position terhadap utangnya, maka
pengusaha tersebut melakukan transaksi swap.
Dengan melakukan transaksi swap ini, pengusaha akan terhindar dari resiko kerugian dari fluktuasi
(apresiasi) kurs valas USD yang mungkin akan lebih tinggi dari forward rate.
Dalam prakteknya di Bursa Valas Internasional, transaksi swap dilakukan dengan berbagai bentuk,
yaitu :
Currency swap
Merupakan kontrak dari 2 pihak untuk saling menyerahkan sejumlah valas tertentu terhadap
sejumlah valas lainnya.
Dengan kata lain : cureency swap dapat merupakan pertukaran antara sejumlah tertentu dari
valas yang berbeda
“Dalam hal ini bank A dan perusahaan B dapat melakukan interest rate swap agreement”
Bank A mengeluarkan utang senilai USD 50 millions dengan tingkat bunga tetap 11,5 %
Perusahaan B juga mengeluarkan utang senilai USD 50 millions tapi dengan tingkat bunga
mengambang 1 % diatas LIBOR
Selanjutnya :
Perusahaan mengeluarkan coupon payment kepada Bank A dengan bunga 12 %, sedangkan bank
membayar dengan bunga LIBOR kepada perusahaan, seperti :
12 %
PERUSAHAAN BANK A
LIBOR
LIBOR + 1% 11,5 %
Manajemen Keuangan Internasional Halaman 65
FLOATING RATE FIXED RATE
DEBT HOLDER DEBT HOLDER
Dari tindakan interest rate swap, bank A dan perusahaan B dapat keuntungan berupa
pengurangan biaya bunga pinjaman sebesar :
Perusahan B: hanya membayar bunga 13 % dibandingkan 14 %
Bank A : hanya membayar bunga (LIBOR – 0,5%) dibandingkan bunga LIBOR (11,5%)
Secara umum, motif ekonomi dari currency swap ini dapat berupa :
- Risk sharing (pembagian resiko)
- Arbitrage (sepanjang tidak ada IRP)
Berdasarkan kondisi pasar & sesuai dengan tujuan, currency swap dpt dibagi :
6. Long-term Forward Contract.
Tipe ini tidak berbeda dengan forex forward market yang biasa dilakukan pada interbank
market. Akan tetapi, karena pada interbank market tsb terdapat valas atau maturity tertentu
yang jarang ditransaksikan, timbul barter transaksi yang dikenal sebagai long-term-forward
contract.
Dalam hal ini, bila terdapat 2 perusahaan atau institusi yang saling membutuhkan, dapat
dilakukan currency swap dalam bentuk long-term-forward contract berdasarkan kesepakatan
kedua belah pihak tentang jangka waktu dan harga pertukaran kedua valas. Kesepakatan ini
juga dapat dilakukan dengan perantara broker. Dan broker-lah yang mempertemukan kedua
pihak tsb.
Bila misalnya tingkat bunga valas A lebih tinggi daripada valas B, pihak yang menerima
valas A akan membayar selisih tingkat bunga tsb kepada pihak yang menerima valas B.
Misalnya :
USD 1,000,000 di swap-kan dengan JPY 180,000,000 dengan tingkat bunga USD 5% lebih
tinggi daripada tingkat bunga JPY.
Dengan demikian, pihak yang menerima USD harus membayar kepada pihak yang menerima
valas JPY sebesar :
5 % X USD 1,000,000 = USD 50,000.
10. Swaptions
Bentuk lain dari currency swap adalah kombinasi antara option dengan swap yang dikenal
dengan swaptions contract, yaitu suatu kontrak yang memberikan hak merealisasikan (enter)
atau membatalkan (exit) suatu swap dengan syarat dan kondisi tertentu.
4. Hedging.
Perusahaan yang memiliki cash flow (inflow/outflow) valas yang relatif besar, biasanya akan
mempunyai resiko yang relatif tinggi pula terhadap fluktuasi kurs valas. Hal ini mendorong
perusahaan melakukan pengendalian atau manajemen transaction exposure guna menghindari atau
mengurangi resiko tersebut dengan melakukan hedging.
( Valas / Forex )
Hedging Apresiasi Depresiasi
( FR > SR ) ( FR < SR )
Receivable (-) (+)
( Inflow ) ( tidak perlu ) ( perlu )
Payable (+) (-)
( Outflow ) ( perlu ) ( tidak perlu )
Kesimpulan :
Bila perusahaan memiliki receivable dalam suatu valas yang akan apresiasi (FR>SR),
hedging tidak perlu dilakukan, sebaliknya : Jika valas tersebut akan depresiasi (FR<SR),
hedging perlu dilakukan.
Bila perusahaan memiliki payable dalam suatu valas yang akan apresiasi (FR>SR),
hedging perlu dilakukan, sebaliknya : Jika valas tersebut akan depresiasi (FR<SR),
hedging tidak perlu dilakukan.
Setiap perusahan yang akan melakukan hedging terhadap seluruh atau sebagian dari transaksi atau
cash flow internasionalnya dapat memilih alternatif dari beberapa teknik hedging di bawah ini yang
paling sesuai dengan kepentingan perusahaannya :
Misalnya :
Perusahaan perlu dana USD 1,000,000 dalam 30 hari untuk membiayai impornya.
Tingkat bunga USD adalah 6 % per-tahun ( 0,5 % per-bulan)
Spot rate waktu itu Rp. 5000 / USD
Untuk mendapatkan dana USD 1,0000,000 dalam 30 ahri, dapat didepositokan dana untuk
hedging sbb :
Dengan mendepositokan dana USD 995,024,87 selama 30 hari, perusahaan akan dapat
dipastikan memperoleh dana yang diperlukan sebesar USD 1,000,000 atau dengan kata lain
perusahaan sudah pasti terlindungi dari fluktuasi kurs USD.
Misalnya :
Perusahaan memerlukan dana USD 1,000,000 seperti contoh sebelumnya, tetapi tidak
mempunyai dana tunai. Untuk itu perusahaan dapat meminjam dana sebesar 4.975.124,350
dengan bunga pinjaman 18 % per-tahun atau 1,5 % per-bulan
Kemudian pinjaman ini dikonversikan dalam USD dengan kurs jual spot rate Rp. 5000 /
USD, sehingga akan diperoleh dana USD senilai :
Kemudian hasil konversi senilai USD 995,024.87 didepositokan dengan tingkat bunga 0,5 %
per-bulan sehingga pada akhirnya atau setelah 30 hari akan diperoleh dana sebesar :
USD 995,024.87 x ( 1 + 0,5 % ) = USD 1,000,000,000
Teknik hedging transaction exposure yang dilakukan dengan cara kedua ini akan
menguntungkan apabila ternyata future spot rate (FSR) USD mengalami apresiasi sedemikian
rupa terhadap SR sehingga :
Misalnya :
Untuk menghindari resiko terhadap fluktuasi (apresiasi) JPY, perusahaan dapat melakukan
hedging dengan forward contract, mis : dengan forward rate JPY 100/USD atau USD 0.01/JPY.
Dengan menggunakan teknik hedging forward contract ini, perusahaan USD tsb akan terhindar
dari resiko fluktuasi JPY, terutama jika JPY apresiasi sehingga future spotrate dari JPY/USD
menjadi lebih tinggi daripada JPY 100/USD, misalnya menjadi JPY 95/USD.
Sebaliknya, jika perusahaan mempunyai receivable yang relatif besar dalam valas yang
diperkirakan akan mengalami depresiasi, perusahaan dapat juga melakukan hedging atas
receivable-nya untuk menghindari resiko kerugian terhadap fluktuasi (depresiasi) kurs valas.
Untuk menentukan apakah terhadap suatu receivable atau payable harus dilakukan hedging atau
tidak, dapat digunakan formula sbb:
1. Hedging Payable.
Catatan :
RCHp = Real Cost of Hedging Payable
NCHp = Nominal Cost Hedging Payable
NCp = Nominal Cost Payable without Hedging
2. Hedging Receivable.
Catatan :
RCHr = Real Cost of Hedging Receivable
NCHr = Nominal Cost Hedging Receivable
NCr = Nominal Cost Receivable without Hedging
Perusahaan yang memiliki future payable atau future receivable dalam valas tertentu dapat
melindunginya dengan menggunakan future contract hedging sehingga perusahaan mempunyai
suatu kepastian tentang jumlah yang akan dibayar atau diterima dalam nilai domestic currency.
Namun, future contract hedging dalam hal tertentu dapat merugian perusahaan :
Bila future spot rate-nya lebih rendah (valas depresiasi) terhadap future contract rate-nya,tentu
future contract hedging akan merugikan perusahaan.
Bila future spot rate-nya lebih tinggi (valas apresiasi) terhadap future contract rate-nya,tentu
future receivable contract hedging akan merugikan perusahaan.
Kesimpulannya :
Money Market Hedging Meminjam uang lokal dan Meminjamkan valas recei-
mengkonversinya ke valas vable & mengkonversikan
payable & menginvestasikan ke dalam uang local serta
sampai saat payable jatuh menginvestasikannya.
tempo Membayar pinjaman dengan
cash inflow dari receivable