Anda di halaman 1dari 59

PENGARUH ETIKA DAN KEPEMIMPINAN

TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DI KANTOR


SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN NIAS

TUGAS KELOMPOK

DISUSUN OLEH KEOMPOK 6 (ENAM)

1. ROMI KURNIAWAN ZAI (202121070)


2. FIRMANSYAH (202121001)
3. IRFAN SYAHPUTRA (202121004)
4. SUCITA MANDASARI (202121005)
5. ERWIN AHMADY (202121034)
6. MHD. IMRON ROSYADI (202121138)

MATA KULIAH : ISU DAN MASALAH DESENTRALISASI


DOSEN : Dr. M. ALI MUSRI S, M.Si

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS PEMBINAAN MASYARAKAT INDONESIA
MEDAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelancaran penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan

pembangunan nasional sangat dipengaruhi oleh kesempurnaan pengabdian aparatur

Negara. Pegawai Negeri Sipil atau aparatur birokrasi adalah merupakan unsur

aparatur Negara yang betugas memberikan pelayanan yang terbaik, adil dan merata

kepada masyarakat. Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan nasional

diperlukan aparatur birokrasi (PNS) yang netral, mampu menjaga persatuan dan

kesatuan bangsa, profesional dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas.

Sekretariat Daerah Kabupaten/Kota (Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 84 Tahun 2000 Tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah)

merupakan unsur staf Pemerintah Kabupaten/Kota dipimpin oleh seorang

Sekretaris Daerah yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada

Bupati/Walikota. Sekretariat Daerah Kabupaten/kota mempunyai tugas membantu

Bupati/Walikota dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan,

administrasi, organisasi dan tatalaksana serta memberikan pelayanan administratif

kepada Seluruh perangkat daerah Kabupaten/Kota. Dalam menyelenggarakan tugas

Sekretariat Daerah Kabupaten/Kota mempunyai fungsi:

a. Pengkoordinasian perumusan kebijakan pemerintah daerah Kabupaten/Kota,

b. Penyelenggaraan administrasi pemerintahan,

c. Pengelolaan sumberdaya aparatur, keuangan, prasarana dan sarana

pemerintahan daerah Kabupaten/Kota,

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati/Walikota tugas Fungsinya.

1
Sekretariat Daerah Kabupaten Nias yang dipimpin oleh Sekretaris, salah

satu tupoksi Sekretariat Daerah adalah Menetapkan perumusan program dan

petunjuk teknis pembinaan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan,

pembinaan kemasyarakatan serta pelayanan teknis administrasi pemerintahan

daerah (PERBUP Nias No. 14 Tahun 2017 tentang Rincian tugas dan fungsi

perangkat daerah). Dalam hal ini pemimpin yang menjadi lokomotif kearah mana

daerah akan dibawa. Kepemimpinan juga merupakan sebuah hubungan yang saling

mempengaruhi diantara pemimpin dan pengikut atau bawahan yang menginginkan

perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya. Dengan demikian

seorang pemimpin harus memiliki kemampuan menciptakan budaya organisasi dan

komunikasi yang berkualitas sehingga menunjang tercapainya tujuan organisasi.

Salah satu permasalahan dalam kepemimpinan ialah proses pengambilan

keputusan, yang dimana merupakan suatu proses yang berlangsung dalam suatu

kelompok ketika pimpinan dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam

organisasi yang dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu dari alternatif-

alternatif yang memungkinkan. Pengambilan keputusan merupakan fungsi utama

dari seorang pemimpin, mulai dari level bawah sampai level atas dalam suatu

organisasi posisi pengambilan keputusan tersebut sangat menentukan akan berhasil

atau tidaknya suatu organisasi.

Kepemimpinan dalam organisasi pemerintahan merupakan fenomena

yang selalu terjadi dan saling melengkapi. Kepemimpinan pemerintahan

merupakan titik sentral dari kegiatan pemerintahan, tanpa pemimpin yang

menerapkan prinsi-prinsip kepemimpinan pemerintah sulit tujuan organisasi

pemerintahan itu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pemimpin

2
pemerintahanlah yang mengetahui dengan baik kemana arah kegiatan-kegiatan

pemerintahan itu dilaksanakan, ibarat nakoda kapal pemimpin pemerintahan

berperanan besar dalam menentukan keberhasilan perjalanan pemerintahan

mencapai tujuan yang telah ditetapan. Sedangkan etika pemerintahan itu sendiri

hakekatnya merupakan salah satu wujud pengendalian terhadap keputusan dan/atau

kegiatan pemerintah dalam rangka pelaksanaan tugas pokok sesuai dengan fungsi

dan kewenangannya. Dalam rangka penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan

inilah diperlukan suatu acuan agar diterima dengan baik oleh masyarakat acuan

mana salah satunya adalah bersandar pada etika pemerintahan.

Kualitas keputusan pimpinan merupakan ukuran dari efektivitas

pemimpin. Proses pengambilan keputusan adalah bagaimana perilaku dan pola

komunikasi manusia sebagai individu dan sebagai anggota kelompok dalam

struktur organisasi yang sangat penting pengambilan keputusan.

Nilai-nilai etika yang hidup dan berlaku dalam suatu masyarakat, bukanlah

sekedar menjadi keyakinan pribadi bagi para anggotanya, akan tetapi juga menjadi

seperangkat norma dalam lembaga. Dengan kata lain, suatu nilai etika harus

menjadi acuan dan pedoman bertindak yang membawa akibat dan pengaruh Etika

merupakan kesediaan jiwa akan kesusilaan atau kumpulan dari peraturan

kesusilaan. Etika merupakan norma dan aturan yang turut mengatur perilaku

seseorang dalam bertindak dan memainkan perannya sesuai dengan aturan main

yang ada dalam lembaga dan masyarakat agar dapat dikatakan tindakan bermoral.

Sesuai dengan moralitas dan perilaku masyarakat setempat, etika dapat

dianggap penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Masalah yang ada dalam

penyelenggaraan pemerintahan semakin lama semakin kompleks. Keberhasilan

3
pembangunan yang telah meningkatkan dinamika dan kecepatan perubahan dalam

lingkungan penyelenggaraan pemerintahan Pemerintah melakukan adjusment

(penyesuaian) yang discretionary power (kekuatan pertimbangan /kebijaksanaan)

yang besar.

Masih Lemahnya profesionalitas pelayanan publik oleh aparatur birokrasi

dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang saling terkait, antara lain oleh faktor

kurangnya pemahaman, penghayatan dan pengamalan terhadap norma-norma etika

yang berlaku bagi segenap aparatur birokrasi. Sebagaimana diketahui bahwa dalam

administrasi/birokrasi publik etika adalah merupakan ketentuan-ketentuan atau

standar-standar yang mengatur perilaku moral para aparatur birokrasi Pemerintah

memiliki pola perilaku yang wajib dijadikan sebagai pedoman atau kode etik yang

berlaku bagi setiap aparaturnya. Etika dalam pemerintahan harus ditimbulkan

dengan berlandaskan pada paham dasar yang mencerminkan sistem yang hidup

dalam masyarakat yang harus dipedomani serta diwujudkan oleh setiap aparatur

dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Secara umum nilai-nilai

suatu etika pemerintahan yang perlu dijadikan pedoman dan perlu dipraktekkan

secara operasional antara lain: bahwa aparat wajib mengabdi kepada kepentingan

umum. Aparat adalah motor penggerak "head" dan "heart" bagi kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, Aparat harus berdiri di tengah-tengah,

bersikap terbuka dan tidak memihak (mediator). Aparat harus jujur, bersih dan

berwibawa, Aparat harus bersifat diskresif, bisa membedakan mana yang rahasia

dan tidak rahasia, mana yang penting dan tidak penting, dan aparat harus selalu

bijaksana dan sebagai pengayom (UU No. 43 tahun 1996, Tentang pokok-pokok

kepegawaian).

4
Setiap organisasi birokrasi ada usaha untuk membentuk etik, tetapi tidak

atau belum dapat diketahui sampai berapa besar pengaruhnya dan juga belum dapat

dipantau dari perbuatan sesorang aparatur, sehingga benar benar dipergunakan

sebagai ukuran nilai perilaku dan tingkah laku "oknum" tersebut. Tetapi apapun dan

bagaimanapun maksud yang hendak dicapai dengan membentuk, menanamkan

kode etik itu adalah membuat para aparatur lebih jujur, dan lebih berdedikasi.

Suatu kepercayaan umum adalah lebih besar dari kepercayaan

perseorangan, dan kepercayaan umum mempengaruhi atau menguasai kepentingan

pribadi atau kode etik pribadi. Usaha lain ke arah itu adalah membina sifat-sifat

yang cocok dengan pelaksanaan tugas-tugas pengabdian yang religious dan

kebudayaan Indonesia, semangat gotong royong dan kekeluargaan, semngat patriot,

jiwa yang dinamis daan penuh inisiatif, kesusilaan dan budi luhur, jujur dan

sederhana, mendahulukan kewajiban daripada hak, mendahulukan kepentingan

umum daripada kepentingan pribadi atau golongan, keikhlasan berkorban, displin,

kepandaian, menghargai waktu, cara berpikir yang rasional. ksediaan bekerja keras.

Sikap etis seorang pemimpin akan berpengaruh langsung terhadap

pengambilan keputusan dalam setiap langkah pencapaian tujuan. Untuk

mewujudkan sikap kerja pegawai yang baik, diperlukan berbagai cara yang dapat

dilakukan oleh seorang pemimpin suatu organisasi, yaitu dengan menggunakan

gaya kepemimpinan yang tepat karena peranan seorang pemimpin penting untuk

mencapai tujuan organisasi sebagaimana yang dibutuhkan.

Seorang pemimpin yang memiliki etika akan mampu membawa organisasi

yang dipimpinnya sampai ke puncak keberhasilan dengan memanfaatkan semua

potensi yang ada pada semua anggota organisasi yang dipimpinnya. Seorang

5
pemimpin menjadikan etika sebagai dasar mengoptimalkan semua bakat dan

potensi sumber daya manusia, dan meningkatkan nilai dari semua sumber daya

yang dimiliki oleh organisasi serta menghargai semua kualitas dan kompetensi

sumber daya manusia. Dan bukan seorang pemimpin yang menciptakan jarak antara

mimpi dan realitas. Tetapi dia seorang pemimpin beretika yang membantu semua

mimpi pengikutnya menjadi kenyataan dalam kebahagiaan.

Sementara seperti yang diketahui bahwa kepemimpinan mempunyai

pengaruh yang sangat penting dalam pengambilan keputusan terutama dalam

pemberian pelayanan publik, karena kepemimpinan yang efektif memberikan

pengarahan terhadap usaha-usaha semua pekerja dalam mencapai tujuan-tujuan

organisasi.

Dalam proses pengambilan keputusan yang dilakukan dalam proses

pembangunan daerah terkadang masih menggunakan intuisi cenderung bersifat

subjektif karena tanpa melibatkan bawahan dalam proses pengambilan keputusan

yang seharusnya bersifat objektif. logis, transparan dan konsisten karena

berhubungan dengan tingkat pengetahuan seseorang dan keputusan yang bersifat

rasional banyak berkaitan dengan pertimbangan dari segi daya guna.

Etika dan kepemimpinan mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam

pengambilan keputusan terutama dalam penentuan arah kebijakan organisasi,

karena kepemimpinan yang efektif memberikan pengarahan terhadap usaha- usaha

semua pekerja dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi. Etika dan kepemimpinan

yang efektif dibutuhkan organisasi untuk dapat meningkatkan kinerja semua

pegawai dalam mencapai tujuan organisasi sebagai instansi pemerintahan. Dengan

6
demikian, etika dan kepemimpinan dapat menjadi pedoman yang baik dalam

pengambilan keputusan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik mengangkat judul dan

perlu diteliti: "Pengaruh etika dan Kepemimpinan Terhadap pengambilan

keputusan di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Nias".

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah

adalah :

a. Seberapa besar pengaruh Etika terhadap Pengambilan Keputusan di Kantor

Sekretariat Daerah Kabupaten Nias?

b. Seberapa besar pengaruh Kepemimpinan terhadap Pengambilan Keputusan di

Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Nias?

c. Seberapa besar pengaruh Etika dan Kepemimpinan terhadap Pengambilan

Keputusan di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Nias?

C. Tujuan

Dari rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan adalah sebagai

berikut :

a. Untuk mengetahui besar pengaruh Etika terhadap Pengambilan Keputusan di

Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Nias

b. Untuk mengetahui besar pengaruh Kepemimpinan terhadap Pengambilan

Keputusan di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Nias

c. Untuk mengetahui besar pengaruh Etika dan Kepemimpinan terhadap

Pengambilan Keputusan di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Nias

7
D. Manfaat

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan di atas, maka yg

menjadi manfaat adalah sebagai berikut :

a. Bagi Sekretariat Daerah Kabupaten Nias, diharapkan mampu memberikan

sumbangan pemikiran yang berharga guna pengambilan kebijakan strategi

dalam upaya meningkatkan kinerja pegawai, khususnya dari segi

kepemimpinan, etika lingkungan kerja.

b. Bagi para akademis, hasil ini dapat dimanfaatrkan sebagai sumbangan untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pengembangan

sumber daya manusia.

c. Bagi peneliti khususnya kelompok 6 (enam), hasil ini bermanfaat untuk lebih

memahami dan menerapkan pengetahuan yang dimiliki dan dapat di pakai

sebagai pertimbangan untuk tugas atau hasil penelitian selanjutnya.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Sebelum penelitian lebih lanjut kemudian menyusunnya menjadi karya

ilmiah, langkah awal yang ditempuh dalam penyusunan tesis ini adalah mengkaji

lebih jauh penelitian terdahulu yang mempunyai judul hampir sama dengan yang

akan disusun menjadi karya ilmiah. Maksud pengkajian ini adalah agar dapat

diketahui bahwa apa yang penulis teliti saat ini, tidak sama dengan penelitian dari

tesis-tesis yang lainnya tersebut. Oleh karena itu, untuk menghindari hal-hal yang

tidak diinginkan seperti menduplikasi hasil karya orang lain, maka penulis perlu

mempertegas antara masing-masing judul dan hasil penelitian dari peneliti tersebut,

yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Kristian Soleman DjelaDjela, Riane Johnly Pio,

Sofia A. P. Sambul, 2012 dengan judul Pengaruh Kepemimpinan Exis

Terhadap Prestasi Kerja Pegawai (Studi Kasus Pada Kantor Pajak Pratama

Tobelo Kabupaten Halmahera Utara) Dalam penelitian ini menggunakan jenis

penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu dengan menggunakan pendekatan

korelasi spearman rank, untuk menguji hubungan antara variabel serta untuk

mengukur besarnya pengaruh pada variabel tersebut. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilaksanakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tobelo

Kabupaten Halmahera Utara, maka kesimpulannya adalah; (1) Berdasarkan

hasil koefisien korelasi r menjelaskan bahwa Kepemimpinan etis dan prestasi

kerja pegawai mempunyai pengaruh yang erat. Sedangkan hasil perhitungan

melalui analisis regresi yaitu persamaan Y interprestasi persamaan tersebut

9
artinya apabila Kepemimpinan etis dinaikan I skala akan menyebabkan

peningkatan variabel Y; (2) Variasi Prestasi Kerja Pegawai yang dijelaskan

oleh kepemimpinan etis sebesar nilai koefisien determinasi;

2. Mardiana, 2014 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis Terhadap Kinerja

Pegawai Pada Kantor Sekretariat Daerah Kota Samarinda. Tujuan penelitian

ini mengetahui seberapa signifikan pengaruh gaya kepemimpinan demokratis

terhadap kinerja pegawai di Kantor Sekretariat Daerah Kota Samarinda.

Populasi yang diambil dalam penelitian ini menggunakan metode Sampling

random (probability sampling), yaitu pengambilan contoh secara acak

(random) yang dilakukan dengan cara undian dari keseluruhan pegawai yang

berjumlah 205 orang hanya diambil sebanyak 68 orang. Berdasarkan analisis

data dan pengujian hipotesis diketahui bahwa kedua variabel yaitu gaya

kepemimpinan demokratis(x) dan kinerja pegawai (y) mempunyai pengaruh

yang positif dan sedang, hal ini dibuktikan dengan r 0,543 dimana pedoman

untuk memberikan interpretasi yang dikemukakan oleh Sugiyono berada pada

interval 0,400- 0,599 yang termasuk kategori sedang. Dari hasil penelitian yang

telah dilakukan oleh penulis, gaya kepemimpinan demokratis dan kinerja

pegawai di Kantor Sekretariat Daerah Kota Samarinda termasuk dalam

kategori sedang. Oleh karena itu gaya kepemimpinan yang ada harus

dipertahankan dan ditingkatkan lagi agar kinerja pegawai yang telah baik dapat

dipertahankan dan menjadi lebih baik lagi.

3. Said Rahmadi, 2014 Identifikasi Pengambilan Keputusan Pimpinan Pada

Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional (Bkkbn) Di Provinsi

Kalimantan Timur Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis serta

10
mendeskripsikan dan mengidentifikasi dasar-dasar dalam pengambilan

keputusan pimpinan, serta faktor pendukung dan penghambat dalam

pengambilan keputusan pimpinan di BKKBN Provinsi Kalimantan Timur

Penelitian ini dilaksanakan di Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional Provinsi Kalimantan Timur. Jenis penelitian ini adalah penelitian

deskriptif kualitatif Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara

penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Dengan menggunakan metode

observasi, wawancara dan dokumentasi Analisis data yang digunakan adalah

analisis data model interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman

(2009). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

dalam pengambilan keputusan oleh Kepala BKKBN Provinsi Kalimantan

Timur cenderung didasarkan pada wewenang. rasionalitas, fakta, intuisi dan

pengalaman. Dalam pengambilan keputusan sering kali memakai dasar

kewenangan dan rasional karna ini dianggap hal yang tepat dengan

menyesuaikan situasi yang dihadapi diinternal BKKBN Selain itu faktor

pendukung Kepala BKKBN Provinsi Kalimantan Timur dalam pengambian

keputusan memiliki keabsahan dan legalitas. Disisi lain Kepala BKKBN

Provinsi Kalimantan Timur juga memiliki faktor penghambat dalam

pengambilan keputusan yaitu lemahnya dukungan pegawai dan kurang

profesional dalam melaksanakan tugas yang dijalankan.

11
B. Konsep Etika

1. Pengertian Etika

Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu "Ethes" berarti kesediaan jiwa akan

kesusilaan, atau secara bebas dapat diartikan kumpulan dari peraturan-peraturan

Dalam pengertian kumpulan dari peraturan-peraturan kesusilaan sebetulnya

tercakup juga adanya kesediaan karena kesusilaan dalam dirinya minta minta ditaati

pula oleh orang lain.

Konsep etika menurut Bartens (Keban, 2008) dengan beberapa arti, salah

satu diantaranya dan biasa digunakan orang adalah kebiasaan adat atau akhlak dan

watak.

Menurut Salamoen dan Aya Sofia (Kharron, 2013: 1521 Etika adalah satu

sikap dan perilaku yang menunjukkan kesediaan dan kesanggupan seseorang secara

sadar untuk menaati ketentuan dan norma kehidupan yang berlaku dalam matu

kelompok masyarakat atau organisasi.

Pada kenyataannya etika menjadi suatu hal yang amat dilekatkan dengan

birokrasi. Alasannya sangat sederhana, yakni karena merekalah yang mempunyai

kekuasaan dan mereka juga yang harus membuat keputusan-keputusan. Keputusan-

keputusan mereka itu akan mempengaruhi publik secara keseluruhan. Oleh karena

itu etika senantiasa dihubungkan dengan soal nilai yang mengatur perilaku manusia,

dihadapkan pada benar atau salah sesuatu tindakan dan pada baik atau buruknya

motif dan tujuan tindakan yang dilakukan. Dalam konteks birokrasi pemerintah,

setiap aparatur pemerintah wajib memiliki sikap mental dan perilaku yang

mencerminkan keunggulan watak, keluhuran budi, dan asas etis. la wajib

mengembangkan diri, sehingga sunguh-sunggih memahami, menghayati dan

12
menerapkan berbagai asas etis yang bersumber pada kebajikan-kebajikan moral

(khususnya keadilan) dalam tindakan jabatannya.

2. Etika Dalam Birokrasi Pemerintahan

Sesuai dengan moralitas dan perilaku masyarakat setempat, etika dapat

dianggap penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Masalah yang ada dalam

penyelenggaraan pemerintahan semakin lama semakin kompleks. Keberhasilan

pembangunan yang telah meningkatkan dinamika dan kecepatan perubahan dalam

lingkungan penyelenggaraan pemerintahan. Pemerintah melakukan adjusment

(Penyesuaian) yang menuntut discretionary power (kekuatan yang

pertimbangan/kebijaksanaan) yang besar.

Etika dalam pemerintahan harus ditimbulkan dengan berlandaskan pada

paham dasar yang mencerminkan sistem yang hidup dalam masyarakat yang harus

dipedomani serta diwujudkan oleh setiap aparatur dalam hidup bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. Secara umum nilai-nilai suatu etika pemerintahan yang

perlu dijadikan pedoman dan perlu dipraktekkan secara operasional antara lain:

bahwa aparat wajib mengabdi kepada kepentingan umum. Aparat adalah motor

penggerak "head" dan "heart" bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bemegara, Aparat harus berdiri di tengah-tengah, bersikap terbuka dan tidak

memihak (mediator), Aparat harus jujur, bersih dan berwibawa. Aparat harus

bersifat diskresif, bisa membedakan mana yang rahasia dan tidak rahasia, mana

yang penting dan tidak penting, dan aparat harus selalu bijaksana dan sebagai

pengayom.

Berbicara mengenai etika pemerintahan tidak terlepas dari etika birokrasi,

birokrasi merupakan instrumen penting dalam masyarakat modern yang

13
kehadirannya tak mungkin terelakkan. Eksistensi birokrasi ini sebagai konsekuensi

logis dari tugas utama negara (pemerintahan) untuk menyelenggarakan

kesejahteraan masyarakat (social welfare). Negara dituntut terlibat dalam

memproduksi barang dan jasa yang diperlukan oleh rakyatnya (public goods and

services) baik secara langsung maupun tidak langsung bahkan dalam keadaan

tertentu negara yang memutuskan apa yang terbaik bagi rakyatnya. Untuk itu

negara membangun sistem administrasi yang bertujuan untuk melayani

kepentingan rakyatnya yang disebut dengan istilah birokrasi.

Kaitannya dengan etika pemerintahan maka hal yang terkait proses

penyelenggaraan pemerintahan adalah menyangkut pentingnya melaksanakan

tugas dan tanggung jawab, mentaati berbagai ketentuan dan peraturan perundang

undangan, melaksanakan hubungan kerja yang baik, serta menciptakan lingkungan

kerja yang kondusif, disamping itu aparatur pemerintah dalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan koridor etika pemerintah perlu memberikan pelayanan

terbaik khususnya dalam proses pelayanan publik, dengan demikian dapatlah

dipahami bahwa konteks dalam beretika akan menjadi pedoman bagi setiap

aparatur pemerintah khususnya dalam melaksanakan tugasnya.

Sehubungan dengan etika bagi aparatur pemerintah/birokrasi, pemerintah

telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan

Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil, yang antara lain mengatur

mengenai kode etik bagi segenap PNS dalam menjalankan tugas dan melakukan

tindakan jabatan. Kode etik merupakan pedoman sikap, tingkahlaku, dan perbuatan

aparatur/PNS didalam melaksanakan tugasnya dan pergaulan hidup sehari-hari.

Dengan kode etik diharapkan akan terwujud PNS/aparatur yang menjunjung tinggi

14
kehormatan serta keteladanan sikap, tingkahlaku dan perbuatan dalam tugas

kedinasan.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

menyebutkan bahwa ada beberapa kode etik dimaksudkan antara lain agar pegawai

aparatur sipil negara “Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab,

dan berintegritas tinggi; melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin”.

1. Jujur, merupakan terjemahan dari shidiq yang artinya benar, dapat dipercaya.

Dengan kata lain jujur adalah perkataan dan perbuatan sesuai dengan

kebenaran (Rusyan 2006;25)

2. Tanggungjawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah keadaan

wajib menanggung segala sesuatunya. Berkewajiban menanggung, memikul

tanggung jawab, menanggung segala sesuatunya, dan menanggung akibatnya

3. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Integritas adalah sifat, mutu

dan keadaan yang menggambarkan suatu kesatuan yang utuh, sehingga

mempunyai potensi dan kemampuan yang selalu memancarkan kejujuran dan

kewibawaan

4. Cermat Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah penuh minat

(perhatian); saksama; teliti.

5. Dispiln menurut Siswanto (2001) memandang bahwa disiplin adalah suatu

sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturan-peraturan

yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup

menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila

ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya.

15
C. Konsep Kepemimpinan

1. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan (Nawawi 2005:115) adalah sebuah fungsi yang

menentukan bagi keberhasilan organisasi, terlebih lagi dalam sebuah organisasi

yang belum mapan atau sedang mencari bentuk yang lebih baik atau sedang

berproses menuju perubahan.

Menurut Cleeton dan Mason (Syafiic 2013 106) Kepemimpinan adalah

"Leadhership indicates the ability to influence men and secuire result through

emotional appeals rather than through the exercise of authority" Kepemimpinan

menunjukkan kemampuan mempengaruhi orang-orang dan mencapai hasil melalui

imbalan emosional dan ini lebih baik dibandingkan dengan melalui penggunaan

kekuasaan.

Secara historis terdapat 3 konsep Kepemimpinan (Adisasmita 2011:170),

yakni:

a. Konsep Kepemimpinan yang mendasarkan pendekatan sifat. Konsep ini

menguraikan kepemimpinan dari sudut sifat pribadi seorang pemimpin. Pada

masa lalu, bahkan sampai sekarang, seorang pemimpin biasanya memiliki sifat

berani.

b. Konsep kepemimpinan yang mendasarkan pendekatan pada situasi, dimana

konsep ini lebih menekankan bahwa kunci efektivitas kepemimpinan

seseorang terletak pada situasi dimana seorang pemimpin menjalankan

kegiatannya.

c. Konsep kepemimpinan yang mendasarkan pendekatan aktivitas social, konsep

ini menekankan sifat hubungan antara pemimpin dengan pengikutnya.

16
Kepemimpinan merupakan faktor terpenting dalam suatu organisasi.

Menurut Stogdi dalam M. Sobry Sutikno (2014:15). "Terdapat hampir sama

banyaknya definisi tentang kepemimpinan dengan jumlah orang yang telah

mencoba mendefinisikannya." Stogdill menyatakan bahwa, "Kepemimpinan

sebagai konsep manajemen dapat dirumuskan dalam berbagai macam definisi

tergantung dari mana titik tolak pemikirannya."

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan

adalah kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakan orang lain untuk

mencapai tujuan Kepemimpinan dalam organisasi diarahkan untuk mempengaruhi

orang-orang yang dipimpinnya, agar mau berbuat seperti yang diharapkan ataupun

diarahkan oleh orang yang memimpinnya.

Menurut Wahjosumidjo (Wijayanti, 2012), secara garis besar dimensi

kepemimpinan adalah sebagai berikut :

a. Bersifat adil. Dalam kegiatan suatu organisasi, rasa kebersamaan diantara para

anggota adalah mutlak, sebab rasa kebersamaan pada hakikatnya merupakan

pencerminan dari pada kesepakatan antara para bawahan maupun antara

pemimpin dengan bawahan dalam mencapai tujuan organisasi

b. Memberi sugesti. Sugesti biasanya disebut sebagai saran atau anjuran. Dalam

rangka kepemimpinan, sugesti merupakan pengaruh dan sebagainya, yang

mampu menggerakkan hati orang lain dan sugesti mempunyai peranan yang

sangat penting di dalam memelihara dan membina harga diri serta rasa

pengabdian, partisipasi, dan rasa kebersamaan diantara para bawahan.

c. Mendukung tujuan. Tercapainya tujuan organisasi tidak secara otomatis

terbentuk, melainkan harus didukung oleh adanya kepemimpinan. Oleh karena

17
itu, agar setiap organisasi dapat efektif dalam arti mampu mencapai tujuan

yang telah ditetapkan, maka setiap tujuan yang ingin dicapai perlu disesuaikan

dengan keadaan organisasi serta memungkinkan para bawahan untuk bekerja

sama.

d. Katalisator. Seorang pemimpin dikatakan berperan sebagai katalisator, apabila

pemimpin itu selalu dapat meningkatkan segala sumber daya manusia yang

ada, berusaha memberikan reaksi yang menimbulkan semangat dan daya kerja

cepat semaksimal mungkin.

2. Tipe Kepemimpinan

Corak atau gaya kepemimpinan akan berpengaruh terhadap efektivitas

pemimpin. Menurut Tery dalam Swanto dan Priansa (2016), tipe kepemimpinan

tersebut antara lain :

a. Kepemimpinan pribadi (Personal leadership). Seorang pimpinan dalam

melaksanakan tindakannya dilakukan dengan cara kontak pribadi. Instruksi

disampaikan secara oral ataupun langsung pribadi disampaikan oleh manajer

yang bersangkutan.

b. Kepemimpinan non pribadi (Nompersoned leadership). Segala peraturan dan

kebijakan yang berlaku pada setiap birokrasi melalui hawahannya atau

menggunakan media non pribadi, baik rencana, instruksi maupon program

penyediaannya.

c. Kepemimpinan Otoriter (Authoritarian leadership). Pimpinan yang bertipe

otoriter biasanya bekerja dengan sungguh-sungguh teliti dan cermat. Pemimpin

bekerja menurut peraturan dan kebijakan yang berlaku dengan ketat. Meskipun

18
agak kaku dan segala instruksinya harus dipatuhi oleh para bawahan, para

bawahan tidak berha mengomentarinya.

d. Kepemimpinan demokratis (Democrative leadership). Pada kepemimpinan

yang demokratis, pimpinan beranggapan bahwa ia merupakan bagian integral

yang sama sebagai elemen perusahaan dan secara bersamaan seluruh elemen

tersebut bertanggungjawab terhadap organisasi.

e. Kepemimpinan paternalistik (Paternalistic leadership). Kepemimpinan yang

paternalistik dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakkan dalam

hubungan antara pimpinan dengan organisasi. Tujuannya adalah untuk

melindungi dan memberikan arah, tindakan, dan perilaku ibarat peran seorang

bapak kepada anaknya.

f. Kepemimpinan menurut bakat (Indigenous leadership). Tipe kepemimpinan

menurut bakat biasanya muncul dari kelompok informal yang didapatkan dari

pelatihan meskipun tidak langsung. Dengan adanya sistem persaingan, dapat

menimbulkan perbedaan pendapat yang seru dari kelompok yang

bersangkutan.

Selanjutnya yang paling penting untuk diingat ialah macam pribadi

pemimpin dan bentuk kepemimpinannya yang bagaimanakah yang paling cocok

bagi kepentingan kelompok, dalam kondisi serta situasi tertentu. Kelompok

individu yang sehat lahir-batin dan intelek, pasti akan memilih seorang pemimpin

dengan sifat-sifat kepribadian utama dan intelek. Misalnya, memiliki intelegensi

yang tinggi, bersifat terbuka, demokratis, dan sensitive terhadap kebutuhan aspirasi

para anggota kelompoknya.

19
Intelegensi rendah, sikap yang egoistis atau individualistis, tidak

bertanggungjawab merupakan ciri-ciri yang tidak patut dimiliki oleh seseorang

pemimpin demokratis dalam kelompok individu yang sehat. Maka pemimpin yang

tidak efesien itu semisal mesin thermostat kuno yang secara tidak perduli

memberikan panasnya (perintah, intruksi, komando, tekanan, dan kesewenang-

wenangnya) kepada sekitarnya. Sebab memiliki kepribadian yang kaku, tertutup,

tidak peka, tidak perduli, dan selalu tidak mau menerima pesan serta informasi dari

para pengikutnya. Sifat-sifatnya tidak "lumrah", tidak patut, dan tidak komunikatif

3. Fungsi dan Azas-azas Kepemimpinan

Fungsi kepemimpinan ialah memandu menuntun, membimbing,

membangun, member atau membangun motivasi-motivasi kerja, mengemudikan

organisasi, menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang baik, memberikan

pengawasan yang efesien dan membawa para pengikutnya kepada sasaran yang

ingin dituju sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan.

Gaya kepemimpinan menurut Thoha (2013:49) mengatakan bahwa gaya

kepemimpinan terbagi menjadi dua kategori gaya yang ekstrem yaitu

a. Gaya kepemimpinan otokratis, gaya ini dipandang sebagai gaya yang di

dasarkan atas kekuatan posisi dan penggunaan otoritas.

b. Gaya kepemimpinan demokratis, gaya ini dikaitkan dengan kekuatan personal

dan keikutsertaan para pengikut dalam proses pemecahan masalah dan

pengambilan keputusan.

Para Pemimpin dalam menjalankan dan melaksanakan rencana yang

diinginkan menerapkan power (kekuasaan) yang dimiliki dengan tujuan agar

tercapai dan berjalannya pekerjaan sesuai dengan rencana. Kekuasaan (power)

20
adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Pemimpin yang menggunakan

power dalam setiap rencana kerja yang dijalankan adalah sesuatu yang positif, asal

power tersebut dilakukan dengan mengikuti batas-batas yang dibenarkan dalam

dunia kerja. Misalnya, seorang pimpinan disuatu perusahaan/instansi memiliki hak

untuk memutasi pegawai/staf dari posisinya atau mempromosikan untuk

menempati posisi strategis. Kewajiban bagi pihak pegawai/staf untuk

memperlihatkan kemampuan dalam bekerja keras serta kedisplinan yang tinggi agar

pimpinan tertarik untuk menempatkan diposisi startegis.

Penggunaan kekuasaan oleh seorang pemimpin akan semakin terlihat

dalam setiap keputusan - keputusan yang dianggap memiliki nilai penting dan

memiliki pengaruh besar bagi profit atau mendapatkan kepuasan Pemimpin yang

ideal (Fahmi 2014:25) adalah mampu memprediksi kondisi yang akan terjadi

dikemudian hari, serta menggunakan power yang dimiliki untuk melindungi

instansi dari berbagai kondisi yang akan terjadi dikemudian hari.

D. Konsep Pengambilan Keputusan

1. Pengertian Pengambilan Keputusan

Setiap organisasi baik dalam skala besar maupun kecil, terdapat terjadi

perubahan-perubahan kondisi yang mempengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan

eksternal dan internal organisasi. Dalam menghadapi perkembangan dan perubahan

yang terjadi maka diperlukan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat. Proses

pengambilan keputusan yang cepat dan tepat dilakukan agar roda organisasi beserta

administrasi dapat berjalan terus dengan lancar.

Menurut Davis (dikutip oleh Syamsy 2000:3-4) Keputusan adalah hasil

pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas hal itu berkaitan dengan atas

21
pertanyaan-pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan dan seterusnya

mengenai unsur-unsur perencanaan terutama keputusan ini dibuat untuk

menghadapi masalah-masalah atau kesalahan yang terjadi terhadap rencana yang

ditelah digariskan atau penyimpangan serius terhadap rencana yang telah ditetapkan

sebelumnya. Sedangkan yang dimaksud pengambilan keputusan Menurut Siagian

yang dikutip oleh Pasalong (2008 155) suatu pendekatan yang sistematis terhadap

suatu masalah yang dihadapi.

Dari penjelasan pengambilan keputusan diatas, dapat penulis simpulkan

bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternative

terbaik dari beberapa alternative secara sistematis untuk menindaklanjuti sebagai

suatu cara pemecahan masalah.

Pengambilan keputusan tersebut dilakukan oleh seorang manajer atau

administrator Kegiatan pembuatan keputusan meliputi pengindentifikasian

masalah, pencarian alternatif penyelesaian masalah, evaluasi daripada

alternatifalternatif tersebut, dan pemilihan alternatif keputusan yang terbaik.

Kemampuan seorang pimpinan dalam membuat keputusan dapat ditingkatkan

apabila ia mengetahui dan menguasai teori dan teknik pembuatan keputusan.

Dengan peningkatan kemampuan pimpinan dalam pembuatan keputusan maka

diharapkan dapat meningkatkan kualitas keputusan yang dibuatnya, sehingga akan

meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja organisasi.

Pembuatan keputusan diperlukan pada semua tahap kegiatan organisasi

dan manajemen. Misalnya, dalam tahap perencanaan diperlukan banyak kegiatan

pembuatan keputusan sepanjang proses perencanaan tersebut. Keputusankeputusan

yang dibuat dalam proses perencanaan ditujukan kepada pemilihan alternatif

22
program dan prioritasnya. Dalam pembuatan keputusan tersebut mencakup

kegiatan identifikasi masalah, perumusan masalah, dan pemilihan alternatif

keputusan berdasarkan perhitungan dan berbagai dampak yang mungkin timbul.

Begitu juga dalam tahap implementasi atau operasional dalam suatu organisasi,

para manajer harus membuat banyak keputusan rutin dalam rangka mengendalikan

usaha sesuai dengan rencana dan kondisi yang berlaku. Sedangkan dalam tahap

pengawasan yang mencakup pemantauan, pemeriksaan, dan penilaian terhadap

hasil pelaksanaan dilakukan untuk mengevalusai pelaksanaan dari pembuatan

keputusan yang telah dilakukan.

Hakikatnya kegiatan administrasi dalam suatu organisasi adalah

pembuatan keputusan. Kegiatan yang dilakukan tersebut mencakup seluruh proses

pengambilan keputusan dari mulai identifikasi masalah sampai dengan evaluasi dari

pengambilan keputusan yang melibatkan seluruh elemen-elemen dalam

administrasi sebagai suatu sistem organisasi. Artinya dalam membuat suatu

keputusan untuk memecahkan suatu permasalahan yang ditimbulkan dari adanya

perubahan-perubahan yang terjadi dalam organisasi dibutuhkan informasi yang

cukup baik dari internal maupun eksternal organisasi guna mengambil keputusan

yang tepat dan cepat.

Pada akhirnya, kegiatan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat

merupakan bagian dari kegiatan administrasi dimaksudkan agar permasalahan yang

akan menghambat roda organisasi dapat segera terpecahkan dan terselesaikan

sehingga suatu organisasi dapat berjalan secara efisien dan efektif

Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan

tegas. Hal itu berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai apa

23
yang harus dilakukan" dan seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan Dapat

juga dikatakan bahwa keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses

pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat

digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Keputusan itu sendiri merupakan unsur kegiatan yang sangat vital. Jiwa

kepemimpinan seseorang itu dapat diketahui dari kemampuan mengatasi masalah

dan mengambil keputusan yang tepat Keputusan yang tepat adalah keputusan yang

berbobot dan dapat diterima bawahan Ini biasanya merupakan keseimbangan antara

disiplin yang harus ditegakkan dan sikap manusiawi terhadap bawahan. Keputusan

yang demikian ini juga dinamakan keputusan yang mendasarkan diri pada human

relations.

2. Dasar-Dasar Pengambilan Keputusan

Menurut Terry (dalam Ibnu, 2000 17-22) ada lima dasar-dasar

pengambilan keputusan meliputi: Intuisi, yaitu merupakan keputusan berdasarkan

perasaan subjektif dari pengambil keputusan Rasional Pengambilan keputusan

bersifat objektif, logis, transparan dan konsisten karena berhubungan dengan

tingkat pengetahuan seseorang dan keputusan yang bersifat rasional banyak

berkaitan dengan pertimbangan dari segi daya guna. Lalu Fakta yaitu merupakan

pengambilan keputusan yang didasarkan pada kenyataan objektif yang terjadi

sehingga keputusan yang diambil dapat lebih sehat, solid dan baik serta ada yang

berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan itu didukung oleh sejumlah

fakta yang memadai. Kemudian Wewenang merupakan pengambilan keputusan ini

didasarkan pada wewenang dari manajer yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari

bawahannya dan banyak sekali keputusan yang diambilnya karena wewenang

24
(authority) yang dimilikinya. Dan yang terahkir Pengalaman yaitu merupakan

pengambilan keputusan yang didasarkan pada pengalaman seorang manajer dan

kerap kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan, pimpinan mengingat-ingat

apakah kasus atau permasalahan semacam ini pernah terjadi

Dalam membuat suatu keputusan yang baik ada beberapa syarat yang

harus dipahami oleh seorang pemimpin, Syarat-syarat itu antara lain :

a. Keputusan bersifat strategis

b. Keputusan berkaitan langsung dengan tujuan.

Menurut Fahmi (2014 72) ada 4 (empat) syarat dalam pengambilan

keputusan, yakni

a. Keputusan yang diambil harus memenuhi persyaratan rasionalitas dan logika

yang berarti menuntut pendekatan ilmiah berdasarkan berbagai teori dan azas

yang telah berhasil dikembangkan oleh para ahli

b. Keputusan yang diambil dengan menggunkan pendekatan ilmiah digabung

dengan daya piker yang kreatif, inovatif, intuitif dan bahkan rasional.

c. Keputusan yang diambil harus dapat dilaksanakan.

d. Keputusan yang diambil harus diterima dan dipahami baik oleh sekelompok

pimpinan yang bertanggungjawab atas penyelenggaraan berbagai kegiatan dan

melaksanakan keputusan maupun oleh para pelaksana kegiatan operasional

3. Jenis-Jenis Pengambilan Keputusan

Menurut Pasalong (2008:168-170) berdasarkan kriteria yang

menyertainya, pengambilan keputusan dapat diklasifikasikan atas beberapa jenis

yaitu sebagai berikut

25
a. Berdasarkan programnya, pengambilan keputusan dapat dibedakan menjadi

dua kelompok yaitu :

1) Pengambilan keputusan terprogram yaitu pengambilan keputusan yang

tersifat rutinitas berulang-ulang dan cara menanganinya telah ditentukan.

2) Pengambilan keputusan tidak terprogram, yaitu pengambilan keputusan

yang tidak rutinitas dan sifat unik sehingga memerlukan pemecahan

masalah yang khusus,

b. Berdasarkan lingkungannya, keputusan dapat dibedakan menjadi empat

kelompok, yaitu sebagai berikut :

1) Pengambilan keputusan dalam kondisi tidak pasti, yaitu pengambilan

keputusan berlangsung hal-hal sebagai berikut alternatif yang harus dipilih

hanya memiliki satu konsekuensi / jawaban hasil, ini berarti hasil

keputusan dari setiap alternative tindakan tersebut ditentukan dengan pasti.

2) Keputusan yang akan diambil, didukung oleh informasi/data yang

lengkap, sehinggap dapat diramalkan secara akurat atau eksak hasil dari

setiap tindakan yang dilakukan, dalam kondisi ini, pengambilan keputusan

secara pasti mengetahui apa yang akan terjadi dimasa mendatang. teknik

pemecahannya antara lain model antrian

Dari pejelasan diatas dapat ditarik kesimpulan dalam teori-teori

pengambilan keputusan atau pendekatan pendekatan dapat di gunakan oleh parah

pemimpin birokrasi dalam suatu proses pemilihan alternatif sebagai pemecahan

masalah teori pengambilan keputusan dapat pula di gunakan dalam kehidupan

sehari-hari yang tidak luput dari masalah.

26
E. Kerangka Pemikiran

Berhasil tidaknya suatu organisasi atau institusi dalam mencapai tujuan

ditentukan oleh faktor Sumber Daya Manusia, yang memiliki kinerja yang tinggi

dan baik dapat menunjang tercapainya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan

oleh organisasi atau institusi. Pada proses ini fungsi pemimpin mempunyai peran

yang sangat erat menentukan dalam pelaksanaan organisasi, karena pemimpin

merupakan titik sentral di dalam mengarahkan sumber-sumber yang ada untuk

terciptanya suatu tujuan organisasi.

Hasil kerja yang di capai oleh pegawai dalam suatu organisasi sesuai

dengan wewenang dan tanggung jawab yang diberikan organisasi dalam upaya

mencapai visi, misi, dan tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak

melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika dan hasil kerja haik

secara kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan oleh seorang pegawai dalam

periode tertentu sesuai dengan tanggung jawab yang di berikan.

Etika harus dimiliki setiap Pemimpin agar bisa mendukung tercapainya

suatu tujuan terutama dalam pengambilan keputusan, karena suatu keputusan dapat

menetukan arah kebijakan suatu organsasi.

27
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

Variabel X1
Etika
a. Jujur
b. Bertanggung Jawab
c. Berintegritas Tinggi
d. Cermat
e. Disiplin

UU No. 5 Tahun 2004

Variabel Y
Pengambilan keputusan

a. Berdasarkan Program
b. Berdasarkan Lingkungan

Pasalong (2008)
Variabel X2
Kepemimpinan
a. Bersifat Adil
b. Memberi Sugesti
c. Mendukung Tujuan
d. Katalisator

Wahjosumidjo dalam
Wijayanti (2012)

28
F. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan

penelitian sampai terbuktik melalui data yang terkumpul. Berdasarkan

permasalahan yang diangkat dengan dilandasi kajian teori yang ada, maka hipotesis

dalam penelitian ini adalah :

1. Besarnya pengaruh etika terhadap pengambilan keputusan di Kantor

Sekretariat Daerah Kabupaten Nias dengan melalui dimensi sebagai berikut :

Jujur, Bertanggung Jawab, Berintegritas Tinggi, Cermat dan Disiplin.

2. Besarnya pengaruh kepemimpinan terhadap pengambilan keputusan di Kantor

Sekretariat Daerah Kabupaten Nias dengan melalui dimensi sebagai berikut :

Bersifat Adil, Memberi Sugesti. Mendukung Tujuan dan Katalisator.

3. Besarnya pengaruh etika dan kepemimpinan terhadap pengambilan keputusan

di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Nias ditentukan oleh dimensi Etika

dan Kepemimpinan.

29
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Untuk memudahkan pemahaman terhadap penelitian maka peneliti

menetapkan lokasi penelitian yaitu Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Nias.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan ialah metode penelitian kuantitatif

Menurut Sugiyono (2013:13) mengatakan bahwa penelitian kuantitatif merupakan

metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yang

kongkrit/empiris, obyektif terukur rasional dan sistematis

Sedangkan metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang

dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal yang sudah

disebutkan yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian (Sugiyono,

2013:3).

Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa metode kuantitatif deskriptif

adalah metode yang dilakukan untuk menjawab persoalan persoalan tentang

keadaan atau kondisi yang terjadi sekarang. Kondisi atau keadaan yang dimaksud

mencakup studi tentang fenomena-fenomena sebagaimana adanya dilapangan

ataupun untuk mengetahui kontribusi antar variabel yang akan diteliti.

C. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan batasan tentang tinjauan konsep yang

telah diklasifikasikan kedalam bentuk variabel yang akan diteliti. Selain itu defenisi

30
operasional merupakan unsur penelitian yang memberikan batasan pengukuran

suatu variabel.

Dalam melakukan penelitian ini, beberapa konsep perlu dibuat indikato

terhadap variabel-variabel penelitian.

1. Variabel Bebas (Variabel Independen)

Variabel independent adalah varibael bebas yang menjadi sebab

perubahan atau timbulnya variable dependen. Dalam penelitian ini variable

independent (X1) adalah Etika yang dibentuk pada dimensi karakteristik menurut

UU No. 5 Tahun 2004 dan X2 adalah Kepemimpinan yang dibentuk pada dimensi

karakteristik menurut Wahjosumidjo (Wijayanti, 2012).

Variabel bebas (X1) Etika terdiri dari dimensi-dimensi menurut UU No. 5

Tahun 2004 sebagai berikut :

a. Jujur

b. Bertanggung Jawab

c. Berintegritas Tinggi

d. Cermat dan

e. Disiplin

Variabel bebas (X2) Kepemimpinan terdiri dari dimensi-dimensi menurut

Wahjosumidjo (Wijayanti, 2012) sebagai berikut :

a. Bersifat Adil

b. Memberi Sugesti

c. Mendukung Tujuan

d. Katalisator

31
2. Variabel Terikat / Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen adalah variabel terikat yang dipengaruhi, akibat dari

adanya variabel bebas. Dikatakan sebagai variabel terikat karena variabel terikat

dipengaruhi oleh variabel independen (variabel bebas). Variabel dependen disebut

juga dengan variabel terikat, variabel output, konsekuen, variabel tergantung,

kriteria, variabel terpengaruh dan variabel efek. Dalam penelitian ini variabel

dependen (Y) Pengambilan Keputusan yang dibentuk dalam dimensi karakteristik

menurut Pasalong (2008).

Variabel terikat (Y) Pengambilan Keputusan terdiri dari dimensi-dimensi

menurut Pasalong (2008) sebagai berikut :

a. Berdasarkan Program

b. Berdasarkan Lingkungan

Untuk memudahkan jalannya penelitian dikemukakan dimensi ketiga

variable penelitian sebagai berikut :

Tabel 3.1
Operasional Variabel
Variabel Dimensi Indikator Item
Etika (X1) 1. Jujur a. Dapat dipercaya
2. Tanggung a. Berkewajiban menanggung
Jawab b. Memikul tanggung jawab
UU No. 5 3. Integritas a. Kewibawaan
Tahun 2004 4. Cermat a. Teliti
5. Disiplin a. Menghormati
Kepemimpinan 1. Bersifat Adil a. Tidak memihak
2. Memberi a. Pengabdian
Sugesti b. Partisipasi

32
Wahjosumidjo 3. Mendukung a. Bekerjasama
(Wijayanti, Tujuan b. Menyesuaikan keadaan
2012) 4. Katalisator a. Memberikan reaksi
1. Berdasarkan a. Terprogram
Pengambilan
program b. Tidak terprogram
Keputusan (Y)
2. Berdasarkan a. Didukung oleh informasi
lingkungan b. Belum pernah terjadi
Pasalong (2008)
c. Internal maupun eksternal
Sumber : Hasil Olahan Penelitian, 2022

D. Populasi dan Sampel

Berikut ini akan dibahas mengenai pengertian dari populasi dan sampel, antara

lain :

1. Populasi

Populasi merupakan kumpulan individu sejenis yang berada pada wilayah

dan pada waktu tertentu. Menurut Sugiyono (2014:90) populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas : obyek/subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik.

Dari pendapat para ahli di atas dapat ditegaskan bahwa populasi

merupakan objek / subjek tempat penelitian. Dalam penelitian ini populasinya

adalah seluruh aparat Pegawai di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Nias yang

berjumlah 32 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti dan dipandang

sebagai suatu pendugaan terhadap populasi, namun bukan populasi itu sendiri.

33
Menurut Sugiyono (2014:91) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Selanjutnya jika subjeknya lebih

serratus dapat di ambil 10-15% atau 20-25% atau lebih.

Dari pendapat para ahli diatas dapat ditegaskan bahwa sampel merupakan

jumlah yang dimiliki dari populasi. Berdasarkan pendapat di atas, maka sampel

dalam penelitian ini adalah seluruh aparat Pegawai di Kantor Sekretariat Daerah

Kabupaten Nias yang berjumlah 32 orang.

E. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden dilapangan, yaitu data

yang terkait dengan proses pengaruh perilaku kepemimpinan terhadap pelayanan

publik di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Nias yang diperoleh melalui

penyebaran angket (quisioner) yang meliputi : data hasil kuesioner, identitas

responden, dan hasil wawancara serta observasi.

2. Data Sekunder

Yaitu data pendukung yang diperoleh dari instansi pemerintah yang erat

kaitannya dengan penelitian ini. Data ini merupakan data yang sudah tersedia dari

objek penelitian yang diambil oleh peneliti dari tempat penelitian dimana data ini

bersifat telah publikasikan atau diolah sebelumnya. Data ini bisa berupa penjelasan

umum, struktur organisasi dan fungsi setiap unit kerja dan data sekunder lainnya

dianggap perlu dan berguna bagi peneliti.

34
F. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2019:224) menyatakan bahwa teknik pengumpulan

data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan

utama dalam penelitian adalah mendapatkan data.

Teknik pengumpulan data terdiri dari observasi, quisioner (angket),

interview (wawancara), studi literatur dan dokumentasi.

a. Observasi. diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan

pencatatan ini dilakukan terhadap objek di tempat terjadi / berlangsungnya

peristiwa. Berdasarkan jenisnya observasi dibagi menjadi dua yaitu observasi

langsung dan observasi tidak langsung.

1. Observasi langsung, observasi yang dilakukan di mana observer berada

bersama objek yang diselidiki.

2. Observasi tidak langsung: observasi yang dilakukan tidak pada saat

berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diteliti, misalnya dilakukan

melalui film, rangkaian slide / foto

Teknik pertama ini adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

secara langsung. Untuk melakukan observasi seorang peneliti diharuskan

untuk melakukan pengamatan di tempat terhadap objek penelitian untuk

diamati menggunakan pancaindra yang kemudian dikumpulkan dalam

catatan atau alat rekam. Menurut Sutrisno Hadi (1986) dalam Sugiyono

(2014:166) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang

kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan

35
psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan

ingatan.

b. Quesioner (Angket). Teknik yang kedua adalah menggunakan

quisioner/angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberikan beberapa pertanyaan terkait penelitian yang akan

diberikan kepada responden. Sebelum menyebarkan kuesioner peneliti

diharuskan untuk melakukan pengujian terkait dengan pertanyaan -

pertanyaan yang akan diberikan, dikarenakan hasil pertanyaan ini

nantinya akan digunakan sebagai alat ukur yang valid dan realibel.

c. Interview (Wawancara), digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan

yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit / kecil, di

Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Nias.

d. Studi Literatur. Untuk dapat melakukan teknik pengumpulan

data, studi literatur peneliti melakukan pengumpulan studi literatur yang

memiliki relevansi dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan untuk

menunjang penelitian.

e. Studi Dokumentasi. Teknik pengumpulan data yang terakhir adalah

dengan cara melakukan studi dokumen. Dalam studi dokumen peneliti

mengandalkan dokumen sebagai salah satu sumber data sebagai

penunjang penelitian. Contoh dokumen yang digunakan dapat berupa

sumber tertulis, film, gambar dan foto.

36
G. Teknik Pengukuran Skor

Dengan skala likert Sugiyono (2019:147) merupakan bahwa skala likert

adalah metode yang mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan menyatakan setuju dengan

ketidaksetujuan terhadap subjek, objek atau kejadian tertentu. Dengan skala ini,

responden diminta untuk memberikan respon terhadap setiap pernyataan dengan

cara memilih salah satu jawaban yang tersedia.

Menentukan score (nilai), untuk mendapatkan data kuantitatif diajukan

beberapa pertanyaan kepada responden berdasarkan indikator-indikator penelitian

yang berhubungan dengan variabel bebas dan variabel terikat dalam beberapa item-

item pernyataan dengan menentukan nilainya secara bertingkat untuk setiap

alternatif jawaban (a, b, c, d dan e) sebagai berikut:

Tabel 3.2
Instrument Skala Libert
Skala Score (Nilai)
Selalu (Sl) 5
Sering (Sr) 4
Kadang-kadang (KK) 3
Hampir Tidak Pernah (HTP) 2
Tidak Pernah (TP) 1
Sumber : Sugiyono (2014:107)

H. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2014:169) dalam penelitian kuantitatif, analisis data

merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain

terkumpul. Kegiatan dalam analisis data berdasarkan variabel dan jenis responden,

mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap

37
variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah,

dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.

Untuk mengumpulkan dan mengelompokkan data yang diperlukan, maka

peneliti menggunakan teknik analisis data korelasi product moment

Korelasi Product Moment

Untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (X) dan variabel terikat

(Y), maka peneliti menggunakan rumus korelasi product moment yang dikutip oleh

Sugiyono (2019:183), sebagai berikut:

𝑛. ∑𝑥𝑦 − (∑𝑥)(∑𝑦)
𝑟 𝑥𝑦 =
√{𝑛. (∑𝑥 2 ) − (∑𝑥 )2} {𝑛. (∑𝑦 2 )−(∑𝑦)2}

Keterangan rumus :
rxy : Koefisien dan korelasi antara variabel X dan Y
n : Jumlah Responden
X : Etika dan Kepemimpinan
Y : Pengambilan Keputusan
X2 : Variabel Bebas Yang Telah Dikuadratkan
Y2 : Variabel Terikat Yang Telah Dikuadratkan
XY : Product Moment Variabel X dan Y

Untuk melihat kuat atau tidaknya upaya peningkatan kedua variabel

diinterprestasikan pada pengkategorian koefisien korelasi yang ditemukan oleh

Sugiyono (2019:184) sebagai berikut:

Tabel 3.3
Interprestasi Koefisien Product Moment
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono (2019:184)

38
Untuk mengetahui tingkat signifikan pengaruh perilaku kepemimpinan

terhadap pelayanan publik Di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Nias dilakukan

uji hipotesa terhadap r dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Menentukan Hipotesa Statistik:

a. Menentukan taraf nyata ɑ = 5%

b. Menentukan uji statistik t → n = 32

39
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Analisis Dan Pembahasan

Hasil penelitian yang dikemukakan diperoleh data primer menyangkut

karakteristik responden, tanggapan responden terhadap variabel bebas (X1) Etika

dengan jumlah angket yang disebarkan kepada 32 orang responden sebanyak 6 item

pernyataan, (X2) Kepemimpinan dengan jumlah angket yang disebarkan kepada 32

orang responden sebanyak 6 item pernyataan,dan variabel terikat (Y) Pengambilan

Keputusan dengan jumlah angket yang disebarkan kepada 32 orang responden

sebanyak 5 item pernyataan di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Nias diperoleh

hasil sebagai berikut :

1) Karakteristik Responden
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambaran umum responden yang ada dalam penelitian ini adalah

Pemimpin dan Pegawai di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Nias. Karakteristik

responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Laki – laki 8 25,00
2 Perempuan 24 75,00
Jumlah 32 100
Sumber : Data Primer, 2022

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa responden berdasarkan

jenis kelamin pada Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Nias adalah pegawai yang

40
berjenis kelamin laki-laki berjumlah 8 orang (25%) dan perempuan berjumlah 24

orang (75%).

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Gambaran umum responden yang ada dalam penelitian ini adalah

pemimpin dan pegawai di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Nias. Karakteristik

responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 SMA 4 12,50
2 Diploma 8 25,00
3 S1 20 62,50
Jumlah 32 100
Sumber : Data Primer, 2022

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa responden berdasarkan

pendidikan pada Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Nias adalah pegawai yang

berpendidikan SMA berjumlah 4 orang (12,5%), pegawai yang berpendidikan

Diploma berjumlah 8 orang (25%), dan pegawai yang berpendidikan S1 berjumlah

20 orang (62,5%).

2) Hasil Uji Variabel Bebas (X) Terhadap Variabel Terikat (Y)

a. Tanggapan Responden Terhadap Variabel Bebas (X1) Etika

Untuk memudahkan penilaian dan rata-rata tersebut maka dibuat interval.

Dalam penelitian ini, peneliti menentukan banyak kelas interval sebanyak 5.

Berdasarkan Sugiyono (2017 : 228) maka rumus yang digunakan sebagai berikut.

41
Rentang
Panjang kelas interval =
Banyak Kelas
Dimana :

Rentang = Nilai tertinggi – Nilai terendah

Berdasarkan rumus diatas, maka panjang kelas interval adalah :

30 - 23
Panjang kelas interval = = 1,4
5
Maka interval dari kriteria penilaian adalah sebagai berikut :

a. Angka 23 s/d 24,4 tergolong kategori sangat rendah

b. Angka 24,4 s/d 25,8 tergolong kategori rendah

c. Angka 25,8 s/d 27,2 tergolong kategori sedang

d. Angka 27,2 s/d 28,6 tergolong kategori tinggi

e. Angka 28,6 s/d 30 tergolong kategori sangat tinggi

Tabel 4.3
Tabulasi Jawaban Responden Terhadap Variabel Bebas (X1)
Etika
No Item Pernyataan
Jlh
Res 1 2 3 4 5 6
1 5 4 4 5 4 4 26
2 4 5 5 4 5 5 28
3 5 5 5 4 5 5 29
4 5 5 5 5 5 5 30
5 5 5 5 4 5 5 29
6 4 5 5 5 5 5 29
7 5 4 4 5 4 4 26
8 3 5 4 5 5 5 27
9 5 5 4 5 5 5 29
10 4 4 5 4 4 4 25
11 5 4 5 4 4 4 26
12 4 4 4 5 4 4 25
13 4 4 5 4 4 4 25
14 5 5 5 4 5 5 29
15 5 5 5 4 5 5 29
16 4 5 4 4 5 5 27
17 4 4 4 3 4 4 23
18 4 5 5 4 5 5 28
19 5 5 4 4 5 5 28
20 4 4 4 4 4 4 24

42
21 5 5 5 4 5 5 29
22 4 5 5 5 5 5 29
23 5 4 5 4 4 4 26
24 5 5 5 5 5 5 30
25 5 5 5 5 5 5 30
26 5 5 5 5 5 5 30
27 5 5 4 5 5 5 29
28 4 5 5 4 5 5 28
29 4 4 5 5 4 4 26
30 5 5 5 4 5 5 29
31 4 5 4 4 5 5 27
32 4 4 4 3 4 4 23
Jumlah 878
Sumber : Data Primer Diolah, 2022

Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan jawaban responden terhadap

variabel bebas (X) Perilaku Kepemimpinan sebagai berikut :

fxi 878
= = 27,44
n 32
Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui rata-rata jawaban

responden terhadap variabel bebas (X1) Etika adalah 27,44 angka ini tergolong pada

Angka 27,2 s/d 28,6 yaitu kategori tinggi, artinya Etika yang berlangsung di Kantor

Sekretariat Daerah Kabupaten Nias diperoleh dengan sangat tinggi.

b. Tanggapan Responden Terhadap Variabel Bebas (X1) Kepemimpinan

Untuk memudahkan penilaian dan rata-rata tersebut maka dibuat interval.

Dalam penelitian ini, peneliti menentukan banyak kelas interval sebanyak 5.

Berdasarkan Sugiyono (2017 : 228) maka rumus yang digunakan sebagai berikut.

Rentang
Panjang kelas interval =
Banyak Kelas
Dimana :

Rentang = Nilai tertinggi – Nilai terendah

Berdasarkan rumus diatas, maka panjang kelas interval adalah :

30 - 24
Panjang kelas interval = = 1,2
5

43
Maka interval dari kriteria penilaian adalah sebagai berikut :

a. Angka 24 s/d 25,2 tergolong kategori sangat rendah

b. Angka 25,2 s/d 26,4 tergolong kategori rendah

c. Angka 26,4 s/d 27,6 tergolong kategori sedang

d. Angka 27,6 s/d 28,8 tergolong kategori tinggi

e. Angka 28,8 s/d 30 tergolong kategori sangat tinggi

Tabel 4.4
Tabulasi Jawaban Responden Terhadap Variabel Bebas (X2)
Kepemimpinan
No Item Pernyataan
Jlh
Res 1 2 3 4 5 6
1 5 5 5 4 5 5 29
2 5 4 5 5 4 5 28
3 5 5 5 5 5 5 30
4 5 5 5 5 5 5 30
5 5 5 5 5 5 5 30
6 5 4 4 5 4 5 27
7 5 5 5 4 5 5 29
8 5 3 4 4 3 5 24
9 4 5 4 4 5 4 26
10 5 4 4 5 4 5 27
11 4 5 5 5 5 4 28
12 4 4 4 4 4 4 24
13 5 4 5 5 4 5 28
14 5 5 4 5 5 5 29
15 5 5 5 5 5 5 30
16 5 4 5 4 4 5 27
17 5 4 5 4 4 5 27
18 4 4 4 5 4 4 25
19 5 5 4 4 5 5 28
20 5 4 5 4 4 5 27
21 5 5 4 5 5 5 29
22 5 4 5 5 4 5 28
23 4 5 4 5 5 4 27
24 5 5 5 5 5 5 30
25 4 5 5 5 5 4 28
26 5 5 5 5 5 5 30

44
27 4 5 5 4 5 4 27
28 5 4 5 5 4 5 28
29 5 4 5 5 4 5 28
30 5 4 5 4 4 5 27
31 4 4 4 5 4 4 25
32 5 5 4 4 5 5 28
Jumlah 888
Sumber : Data Primer Diolah, 2022

Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan jawaban responden terhadap

variabel bebas (X) Perilaku Kepemimpinan sebagai berikut :

fxi 888
= = 27,75
n 32
Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui rata-rata jawaban

responden terhadap variabel bebas (X2) Kepemimpinan adalah 27,75 angka ini

tergolong pada Angka 27,6 s/d 28,8 yaitu kategori tinggi, artinya Kepemimpinan

yang berlangsung di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Nias diperoleh dengan

sangat tinggi.

c. Tanggapan Responden Terhadap Variabel Terikat (Y) Pengambilan

Keputusan

Untuk memudahkan penilaian dan rata-rata tersebut maka dibuat interval.

Dalam penelitian ini, peneliti menentukan banyak kelas interval sebanyak 5.

Berdasarkan Sugiyono (2017 : 228) maka rumus yang digunakan sebagai berikut.

Rentang
Panjang kelas interval =
Banyak Kelas
Dimana :

Rentang = Nilai tertinggi – Nilai terendah

Berdasarkan rumus diatas, maka panjang kelas interval adalah :

25-20
Panjang kelas interval = =1
5

45
Maka interval dari kriteria penilaian adalah sebagai berikut :
a. Angka 20 s/d 21 tergolong kategori sangat rendah

b. Angka 21 s/d 22 tergolong kategori rendah

c. Angka 22 s/d 23 tergolong kategori sedang

d. Angka 23 s/d 24 tergolong kategori tinggi

e. Angka 24 s/d 25 tergolong kategori sangat tinggi

Tabel 4.5
Tabulasi Jawaban Responden Terhadap Variabel Bebas (X2)
Pengambilan Keputusan
No Item Pernyataan
Jlh
Res 1 2 3 4 5
1 5 4 4 5 5 23
2 4 5 5 4 5 23
3 5 5 5 4 5 24
4 5 5 5 5 5 25
5 5 5 5 4 5 24
6 4 5 5 5 4 23
7 5 4 4 5 5 23
8 3 5 4 5 4 21
9 5 5 4 5 4 23
10 4 4 5 4 4 21
11 5 4 5 4 5 23
12 4 4 4 5 4 21
13 4 4 5 4 5 22
14 5 5 5 4 4 23
15 5 5 5 4 5 24
16 4 5 4 4 5 22
17 4 4 4 3 5 20
18 4 5 5 4 4 22
19 5 5 4 4 4 22
20 4 4 4 4 5 21
21 5 5 5 4 4 23
22 4 5 5 5 5 24
23 5 4 5 4 4 22
24 5 5 5 5 5 25
25 5 5 5 5 5 25
26 5 5 5 5 5 25

46
27 5 5 4 5 5 24
28 4 5 5 4 5 23
29 4 4 5 5 5 23
30 4 4 4 4 5 21
31 5 5 5 4 4 23
32 4 5 5 5 5 24
Jumlah 732
Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan jawaban responden terhadap

variabel bebas (X) Perilaku Kepemimpinan sebagai berikut :

fxi 732
= = 22,87
n 32
Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui rata-rata jawaban

responden terhadap variabel terikat (Y) Pengambilan Keputusan adalah 22,87

angka ini tergolong pada Angka 22 s/d 23 yaitu kategori sedang, artinya

Pengambilan Keputusan yang berlangsung di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten

Nias diperoleh dengan sedang.

B. Analisa Korelasi X1 Terhadap Y dan X 2 Terhadap Y Serta X1X2 Terhadap Y

1. Uji Korelasi Product Moment X1 Terhadap Y

Untuk mengetahui Etika dengan Pengambilan Keputusan di Kantor

Sekretariat Daerah Kabupaten Nias, dilakukan analisis dengan menggunakan data

berikut:

Tabel 4.6
Koefisien Korelasi Variabel Bebas (X1) Etika Dengan Variabel Terikat (Y)
Pengambilan Keputusan
No.Res X Y X2 Y2 XY
1 26 23 676 529 598
2 28 23 784 529 644
3 29 24 841 576 696
4 30 25 900 625 750
5 29 24 841 576 696
6 29 23 841 529 667
7 26 23 676 529 598

47
8 27 21 729 441 567
9 29 23 841 529 667
10 25 21 625 441 525
11 26 23 676 529 598
12 25 21 625 441 525
13 25 22 625 484 550
14 29 23 841 529 667
15 29 24 841 576 696
16 27 22 729 484 594
17 23 20 529 400 460
18 28 22 784 484 616
19 28 22 784 484 616
20 24 21 576 441 504
21 29 23 841 529 667
22 29 24 841 576 696
23 26 22 676 484 572
24 30 25 900 625 750
25 30 25 900 625 750
26 30 25 900 625 750
27 29 24 841 576 696
28 28 23 784 529 644
29 26 23 676 529 598
30 29 21 841 441 609
31 27 23 729 529 621
32 23 24 529 576 552
Jlh 878 732 24222 16800 20139
Sumber : Data Primer Diolah, 2022.

Dari tabel di atas dapat diketahui hubungan etika terhadap pengambilan

keputusan dengan menggunakan rumus product moment sebagai berikut:

𝑛. ∑𝑥𝑦 − (∑𝑥)(∑𝑦)
𝑟 𝑥𝑦 =
√{𝑛. (∑𝑥 2 )−(∑𝑥)2 } {𝑛. (∑𝑦 2)−(∑𝑦)2 }
Dimana :
rxy : Koefisien dan korelasi antara variabel X1 dan Y
n : 32
X : 878
Y : 732
X2 : 24.222
Y2 : 16.800
XY : 20.139

48
32(20.139) − (878)(732)
𝑟 𝑥𝑦 =
√{32(24.222) − (878)2 } {32(16.800) − (732)2 }

644.448 − 642.696
𝑟 𝑥𝑦 =
√{(775.104) − (770.884)} {(537.600) − (535.824)}

1.752
𝑟 𝑥𝑦 =
√(4.220) (1.776)

1.752
𝑟 𝑥𝑦 =
√7.494.720

1.752
𝑟 𝑥𝑦 =
2.737,65

𝑟 𝑥𝑦 = 0,64

Berdasarkan pedoman tabel 3.3 dapat dilihat bahwa tingkat kategori antara

variabel bebas (X1) dengan variabel terikat (Y) berada pada tingkat kategori kuat.

Ini terbukti bahwa hasil perhitungan koefisien korelasi product moment berada

diantara 0,60 – 0,799 yaitu 0,64 yang menandakan interprestasi kuat. Angka

koefisien korelasi rxy apabila dikompresikan pada tabel kritik product moment

(n=32) dengan df 5% terdapat angka t tabel 0,34 (LAMPIRAN I) dimana rxy > t

tabel yaitu 0,64 > 0,34. Ini berarti pengaruh etika terhadap pengambilan keputusan

di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Nias mempunyai hubungan yang kuat.

2. Uji Korelasi Product Moment X2 Terhadap Y

Untuk mengetahui Kepemimpinan dengan Pengambilan Keputusan di

Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Nias, dilakukan analisis dengan

menggunakan data berikut:

49
Tabel 4.7
Koefisien Korelasi Variabel Bebas (X2) Kepemimpinan Dengan Variabel
Terikat (Y) Pengambilan Keputusan
No.Res X Y X2 Y2 XY
1 29 23 841 529 667
2 28 23 784 529 644
3 30 24 900 576 720
4 30 25 900 625 750
5 30 24 900 576 720
6 27 23 729 529 621
7 29 23 841 529 667
8 24 21 576 441 504
9 26 23 676 529 598
10 27 21 729 441 567
11 28 23 784 529 644
12 24 21 576 441 504
13 28 22 784 484 616
14 29 23 841 529 667
15 30 24 900 576 720
16 27 22 729 484 594
17 27 20 729 400 540
18 25 22 625 484 550
19 28 22 784 484 616
20 27 21 729 441 567
21 29 23 841 529 667
22 28 24 784 576 672
23 27 22 729 484 594
24 30 25 900 625 750
25 28 25 784 625 700
26 30 25 900 625 750
27 27 24 729 576 648
28 28 23 784 529 644
29 28 23 784 529 644
30 27 21 729 441 567
31 25 23 625 529 575
32 28 24 784 576 672
Jlh 888 732 24730 16800 20359
Sumber : Data Primer Diolah, 2022.

Dari tabel di atas dapat diketahui hubungan kepemimpinan terhadap

pengambilan keputusan dengan menggunakan rumus product moment sebagai

berikut:

50
𝑛. ∑𝑥𝑦 − (∑𝑥)(∑𝑦)
𝑟 𝑥𝑦 =
√{𝑛. (∑𝑥 2 )−(∑𝑥)2 } {𝑛. (∑𝑦 2)−(∑𝑦)2 }
Dimana :
rxy : Koefisien dan korelasi antara variabel X1 dan Y
n : 32
X : 888
Y : 732
X2 : 24.730
Y2 : 16.800
XY : 20.359
32(20.359) − (888)(732)
𝑟 𝑥𝑦 =
√{32(24.730) − (888)2 } {32(16.800) − (732)2 }

651.488 − 650.016
𝑟 𝑥𝑦 =
√{(791.360) − (788.544)} {(537.600) − (535.824)}

1.472
𝑟 𝑥𝑦 =
√(2.816) (1.776)

1.472
𝑟 𝑥𝑦 =
√5.001.216

1.472
𝑟 𝑥𝑦 =
2.236,34

𝑟 𝑥𝑦 = 0,66

Berdasarkan pedoman tabel 3.3 dapat dilihat bahwa tingkat kategori antara

variabel bebas (X2) dengan variabel terikat (Y) berada pada tingkat kategori kuat.

Ini terbukti bahwa hasil perhitungan koefisien korelasi product moment berada

diantara 0,60 – 0,799 yaitu 0,66 yang menandakan interprestasi kuat. Angka

koefisien korelasi rxy apabila dikompresikan pada tabel kritik product moment

(n=32) dengan df 5% terdapat angka t tabel 0,34 (LAMPIRAN I) dimana rxy > t

tabel yaitu 0,66 > 0,34. Ini berarti pengaruh kepemimpinan terhadap pengambilan

51
keputusan di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Nias mempunyai hubungan

yang kuat.

3. Uji Korelasi Product Moment X1 dan X2 Terhadap Y

Untuk mengetahui Etika dan Kepemimpinan dengan Pengambilan

Keputusan di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Nias, dilakukan analisis dengan

menggunakan data berikut:

Tabel 4.8
Koefisien Korelasi Variabel Bebas (X1) Etika dan (X2) Kepemimpinan
Dengan Variabel Terikat (Y) Pengambilan Keputusan
No.Res X Y X2 Y2 XY
1 55 23 3025 529 1265
2 56 23 3136 529 1288
3 59 24 3481 576 1416
4 60 25 3600 625 1500
5 59 24 3481 576 1416
6 56 23 3136 529 1288
7 55 23 3025 529 1265
8 51 21 2601 441 1071
9 55 23 3025 529 1265
10 52 21 2704 441 1092
11 54 23 2916 529 1242
12 49 21 2401 441 1029
13 53 22 2809 484 1166
14 58 23 3364 529 1334
15 59 24 3481 576 1416
16 54 22 2916 484 1188
17 50 20 2500 400 1000
18 53 22 2809 484 1166
19 56 22 3136 484 1232
20 51 21 2601 441 1071
21 58 23 3364 529 1334
22 57 24 3249 576 1368
23 53 22 2809 484 1166
24 60 25 3600 625 1500
25 58 25 3364 625 1450
26 60 25 3600 625 1500
27 56 24 3136 576 1344

52
28 56 23 3136 529 1288
29 54 23 2916 529 1242
30 56 21 3136 441 1176
31 52 23 2704 529 1196
32 51 24 2601 576 1224
Jlh 1766 732 97762 16800 40498
Sumber : Data Primer Diolah, 2022.

Dari tabel di atas dapat diketahui hubungan kepemimpinan terhadap

pengambilan keputusan dengan menggunakan rumus product moment sebagai

berikut:

𝑛. ∑𝑥𝑦 − (∑𝑥)(∑𝑦)
𝑟 𝑥𝑦 =
√{𝑛. (∑𝑥 2 )−(∑𝑥)2 } {𝑛. (∑𝑦 2)−(∑𝑦)2 }
Dimana :
rxy : Koefisien dan korelasi antara variabel X1 dan Y
n : 32
X : 1.766
Y : 732
X2 : 97.762
Y2 : 16.800
XY : 40.498
32(40.498) − (1.766)(732)
𝑟 𝑥𝑦 =
√{32(97.762) − (1.766)2 } {32(16.800) − (732)2 }

1.295.936 − 1.292.712
𝑟 𝑥𝑦 =
√{(3.128.384) − (3.118.756)} {(537.600) − (535.824)}

3.224
𝑟 𝑥𝑦 =
√(9.628) (1.776)

3.224
𝑟 𝑥𝑦 =
√17.099.328

3.224
𝑟 𝑥𝑦 =
4.135,13

𝑟 𝑥𝑦 = 0,78

53
Berdasarkan pedoman tabel 3.3 dapat dilihat bahwa tingkat kategori antara

variabel bebas (X1) Etika (X2) Kepemimpinan dengan variabel terikat (Y)

Pengambilan Keputusan berada pada tingkat kategori kuat. Ini terbukti bahwa hasil

perhitungan koefisien korelasi product moment berada diantara 0,60 – 0,799 yaitu

0,78 yang menandakan interprestasi kuat. Angka koefisien korelasi rxy apabila

dikompresikan pada tabel kritik product moment (n=32) dengan df 5% terdapat

angka t tabel 0,34 (LAMPIRAN I) dimana rxy > t tabel yaitu 0,78 > 0,34. Ini berarti

pengaruh etika dan kepemimpinan terhadap pengambilan keputusan di Kantor

Sekretariat Daerah Kabupaten Nias mempunyai hubungan yang kuat.

54
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Besarnya pengaruh etika terhadap pengambilan keputusan di Kantor

Sekretariat Daerah Kabupaten Nias sebesar 0,64 atau 64% dengan melalui

dimensi jujur, bertanggung jawab, berintegritas tinggi, cermat dan disiplin.

2. Besarnya pengaruh kepemimpinan terhadap pengambilan keputusan di Kantor

Sekretariat Daerah Kabupaten Nias sebesar 0,66 atau 66% dengan melalui

dimensi bersifat adil, memberi sugesti, mendukung tujuan dan katalisator.

3. Besarnya pengaruh etika dan kepemimpinan secara simultan terhadap

pengambilan keputusan di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Nias sebesar

0,78 atau 78% dengan melalui variabel etika yang terdiri dari beberapa dimensi

yaitu jujur, bertanggung jawab, berintegritas tinggi, cermat dan disiplin serta

melalui variabel kepemimpinan yang terdiri dari beberapa dimensi yaitu

bersifat adil, memberi sugesti, mendukung tujuan dan katalisator.

B. Saran

1. Sekretariat daerah lebih memberikan kesempatan kepada bawahan yang luas

untuk menyalurkan saran-saran dalam pengambilan keputusan.

2. Perlu diperhatikan oleh atasan langsung kepada pegawai / staff dengan

melakukan pendekatan dan pendampingan kepada pegawai yang memiliki

kesulitan atau masalah dalam pekerjaan.

55
3. Pemimpin dapat mengarahkan, memotivasi, mengawasi dan memberikan

komunikasi yang baik dengan bawahannya dan dapat meminimalisir

kesalahan.

56
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2011. Manajemen Pemerintahan Daerah. Makassar : Graha


Ilmu.

Fahmi, Irham. 2014. Manajemen Kepemimpinan. Bandung : Alfabeta.

Keban, Y.T. 2008. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik : Konsep, Teori
dan Isu. Yogyakarta : Gava Media

Kharron. 2013. Etika Politik. Bandung : Nuansa Cendika.

Nawawi. 2005. Manajemen Pemerintahan. Jakarta : PT. Grafindo Persada.

Pasalong, Harbani. 2008. Teori Administrasi Publik. Bandung : Alfabeta.

Rusyan, Tabrani. 2006. Pendidikan Budi Pekerti. Jakarta : Inti Media Cipta
Nusantara

Siswanto. 2001. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, cetakan kedua. Jakarata :


Bumi Aksara

Sutikno, M Sobry. 2014. Pemimpin dan Kepemimpinan. Lombok : Holistica

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi Dengan Metode


R&D. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.


2019. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.

Syafiie, Kencana. 2013. Ilmu Pemerintahan. Jakarta : Bumi Aksara.

Swanto dan Priansa. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Alfabeta

Syamsy, Ibnu. 2000. Pengambilan Keputusan Sistem Informasi. Jakarta : Bina


Aksara

Wijayanti, Dwi Wahyu. 2012. Pengaruh Kepemimpinan dan MOtivasi Kerja


Terhadap Kinerja Pegawai Pada PT. Daya Anugrah Semesta Semarang,
Skripsi, Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri
Semarang.

Sumber Lain – Lain


Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan
Kode Etik Pegawai Negeri Sipil

57
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2000 Tentang Pedoman
Organisasi Perangkat Daerah

PERBUP Nias No. 14 Tahun 2017 Tentang Rincian Tugas Dan Fungsi Perangkat
Daerah

Undang-Undang Nomor No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

Undang – Undang No. 43 tahun 1996, Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

58

Anda mungkin juga menyukai