Anda di halaman 1dari 5

RINGKASAN

ORGANISASI DAN MANAJEMEN PEMERINTAHAN


System pemerintahan tingkat desa
Pengertian sistem pemerintahan desa adalah “suatu kebulatan atau keseluruhan proses atau
kegiatan berupa antara lain proses pembentukan atau penggabungan desa, pemilihan kepala
desa, peraturan desa, kewenangan, keuangan desa dan lain-lain yang terdiri dari berbagai
komponen badan publik seperti Perangkat Desa, Badan Pemusyawaratan Desa, dan Lembaga
Kemasyarakatan Desa”.
“Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2004 tentang Dana Desa yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pada Pasal 1 ayat 2 menjelaskan bahwa Dana Desa
adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang
diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
(Kehik & Mael, 2017)”
Keberhasilan dari setiap program pemerintah dilihat dari kesejahteran dan kemadirian suatu
desa. Hal ini wajar karena komposisi dari penduduk Indonesia menurut sensus terakhir pada
tahun 2010 bahwa 50,21% penduduk Indonesia bertempat tinggal di pemukiman pedesaan
(BPS, 2015). Maka dari itu prioritas utama bagi suksesnya pembangunan nasional adalah
pembangunan desa. “Agar dapat melaksanakan perannya dalam mengatur dan mengurus
komunitasnya, desa berdasarkan ketentuan peraturan pemerintah nomor 72 tahun 2005
tentang desa”, (Rahayu, 2017) kewenangan yang diberikan mencangkup;
a. “Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa”;
b. “Urusan pemerintahan menjadi kewenangan Kabupaten/kota yang diserahkan
pengaturannya kepada desa”
c. “Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota; dan”
d. “Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan
kepada desa”

“Tujuan dari Alokasi Dana Desa adalah : “1) Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi
kesenjangan”; “2) Meningkatkan perencanaan dan penganggaran pembangunan ditingkat
desa dan pemberdayaan masyarakat”; “3) Meningkatkan pembangunan infrastruktur
pedesaan”: “4) meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan, sosial dalam rangka
mewujudkan peningkatan sosial”; 5)” meningkatkan ketentraman dan ketertiban
masyarakat”; 6) “meningkatkan pelayanan kepada masyarakatdesa dalam rangka
pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat”; 7) “mendorong peningkatan
keswadayaan dan gotong royong msyarakat”; dan 8) “meningkatkan pendapatan desa dan
masyarakat desa melalui Badan usaha Milik Desa (Bumdes)”.(Nurcholis, 2017)”. “Sasaran
dari Program Alokasi Dana Desa adalah semua wilayah yang ditetapkan paling
membutuhkan di Indonesia, namun realitanya sebaran pembangunan masih sebagian besar
terdapat di pulau Jawa. “Walaupun pengalokasian dana desa telah diatur oleh pemerintah
pusat dan pemerintah daerah masih mengalami hambatan terbukti terdapat 8 (delapan) desa di
Kabupaten Subang, dan sampai saat ini belum menyelesaikan surat pertanggung jawaban
(SPJ) penggunaan ADD/DD Tahun Anggaran 2016”.
Dan juga di dalam Sistem informasi pelayanan administrasi kependudukan yang dibangun
dapat mgelola dn melayani warga untuk pembuatan surat permohonan domisili, surat
permohonan Kartu Keluarga (KK), surat permohonan KTP, surat permohonan pindah dan
surat permohonan SKCK. Sistem ini juga mengelola data warga sehingga setiap pengelolaan
surat selalu terhubung pada database warga sehingga surat yang dikeluarkan bersesuaian
dengan data warga di setiap kelurahan. Dengan adanya sistem ini, dapat mengurangi
kesalahan pihak kelurahan dalam membuatan surat karena format surat telah diatur oleh
system serta membantu dalam pengarsipan yang tertata dengan baik.

KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN INDONESIA


A. Gaya kepemimpinan pemerintahan Indonesia
Kepemimpinan dalam bahasa Inggris disebut leadership. Secara morfologi, leadership berasal
dari kata kerja (verb) to lead yang artinya: memimpin, menggiring, atau mengarahkan. Guru
manajemen modern Peter Drucker menyebutkan betapa pentingnya peranan kepemimpinan
para manajer dalam sebuah organisasi, karena seorang pemimpin mampu merubah keadaan
dan membuat segala impian dan cita-cita organisasi dapat terwujud sesuai dengan harapan
(makes thing happen).
Gaya kepemimpinan diukur berdasarkan beberapa model: (1) model intruksi meliputi
pemimpin menegaskan kembali peranan dan tanggung jawab serta mengawasinya, pemimpin
menekankan pentingnya batas waktu dan tugas, pemimpin mengambil langkah-langkah untuk
mengarahkan bawahan ke arah pelaksanaan tugas dengan baik. (2) model konsultasi terdiri
dari cara pemimpin memberikan pengarahan dalam urusan pekerjaan kepada bawahannya,
pemimpin memberikan masukan terhadap bawahan, melibatkan diri untuk berinteraksi, dan
memastikan tanggung jawab bawahan. (3) model partisipasi meliputi mendiskusikan masalah
dan pembuatan keputusan bersama-sama, secara aktif mendengar dan memberikan dukungan
kepada bawahan dalam melaksanakan tugas, dan memberikan sebagian tanggung jawab
dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Semakin baik dan bagus gaya
kepemimpinan seorang pemimpin maka akan semakin tinggi kinerja para pegawainya.
Sepanjang perjalanan sejarah negara Indonesia dari masa pasca kemerdekaan hingga orde
reformasi, meninggalkan catatan-catatan yang cukup menarik untuk dikaji kembali seiring
perkembangan tata kepemimpinan negara dan pemerintahan dari periode ke periode
kepresidenan. Setiap pemimpin negara tersebut memiliki ciri khas dan gaya
kepemimpinannya masing-masing yang berbeda satau sama lain. Suatu negara tertentu
dengan sistem pemerintahan tertentu ternyata mampu mengekspreikan praktik kebijakan
maupun realita politik yang sama sekali berbeda, terkadang menyimpang bahkan
bertentangan dengan tata dan sistem ideal (Rudianto, 2006:65).
Gaya kepemimpinan sangat mempengaruhi struktural dibawahnya. Hal tersebut terjadi pada
Presiden Republik Indonesia dari masa ke masa yang memiliki gaya kepemimpinan berbeda
dan mempengaruhi struktural dibawahnya. Pada masa orde lama, Terjadi Perubahan Sistem
Pemerintahan dari Presidensial menjadi Sistem Pemerintahan Parlementer dan kembali lagi
ke UUD 1945. Hal ini menyebabkan terjadi ketidakseimbangan dalam dunia perpolitikan
dimana terjadinya pergantian kabinet hingga tujuh kali. Akibat yang dapat dirasakan dari
pergantian kabinet dalam waktu yang singkat menyebabkan masyarakat Indonesia pada saat
itu hilang kepercayaan karena program-program kerja kabinet tidak dapat direalisasikan.
Kemudian pada masa orde baru, Pemilihan Presiden pada masa itu terjadi tidak demokratis.
Selain itu, terjadi penyimpangan seperti aspirasi masyarakat kurang didengar, semaraknya
korupsi, kolusi, nepotisme, dan bertambahnya kesenjangan sosial.
Pada masa orde baru ini Pegawai Negeri Sipil (PNS) ikut berpolitik, kemudian adanya
Dwifungsi ABRI, yaitu ABRI memiliki kedudukan dalam pengambilan keputusan.
Selanjutnya, pada masa reformasi terjadi perbaikan-perbaikan seperti mulai terjadi banyak
pembenahan yaitu dibuatnya Undang-Undang yang mengatur tentang Anti Monopoli dan
persaingan sehat, perubahan undang-Undang Partai Politik, dan yang paling penting adalah
Undang-undang Otonomi Daerah yang mampu menahan gejolak disintegrasi yang telah
diwarisi pada masa Orde Baru, mulai banyak partai politik yang berkembang. Terjadi
perubahan pada saat reformasi, yaitu bahwa demokrasi pancasila mulai dilakukan, yang
ditandai dengan dihapuskannya Dwi fungsi ABRI yaitu, terdapat larangan bagi militer untuk
ikut serta dalam politik untuk menjaga kenetralan bagi partai politik dan masyarakat, dan
PNS tidak dapat berpolitik (Sridanti, 2014). Sehingga ABRI dan PNS kedudukannya bersifat
netral.
Pada dasarnya kepemimpinan mengandung kesamaan pemahaman bahwa
kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain untuk
mencapau tujuan bersama yang positif, juga adanya unsur-unsur orang yang memimpin, yang
dipimpin, adanya organisasi dan adanya tujuan yang ingin dicapai bersama.

B. Beberapa variable yang mempengaruhi kepemimpinan pemerintahan Indonesia


Pemimpin dan kepemimpinan dapat didefinisikan melalui beberapa pendekatan, diantaranya :
1. Pendekatan berdasarkan karakteristik pribadi. Pendekatan ini menekankan atribut-atribut
pribadi sang pemimpin. Asumsi yang digunakan dalam pendekatan ini bahwa seseorang
pemimpin memiliki ciri-ciri yang tidak dimiliki oleh orang-orang lain yang bukan pemimpin.
Pendekatan ini lebih menekankan bahwa kemampuan pemimpin telah dimiliki seseorang
secara alamiah sejak dilahirkan atau bahkan sejak dalam kandungan. Para penganut teori ini
berpendapat bahwa certain people are born to be leader. Pendapat ini disebut trait theory.
2. Pendekatan berdasarkan perilaku. Pendekatan ini sangat diwarnai oleh pendekatan yang
berfokus pada aspek psikologis, terutama psikologi kepemimpinan kelompok. Pendekatan ini
disebut pendekatan behavioral atau environmental.
3. Pendekatan berdasarkan kekuasaan-pengaruh. Pendekatan ini memahami kepemimpinan
berdasarkan proses mempengaruhi antara para pemimpin dan pengikutnya. Pendekatan ini
disebut sebagai pendekatan kepemimpinan karismatik.
4. Pendekatan situasional. Pendekatan ini menekankan kontekstualitas yang dihadapi
pemimpin dalam organisasi seperti tuntutan pekerjaan, sifat pekerjaan, hubungan moralitas
atasanbawahanm, serta faktor-faktor eksternal dan karakteristik para pengkikutnya.
Pendekatan kepemimpinan seperti ini disebut kepemimpinan kontinjensi (contingensi
leadership) atau (situational leadership).
Kepemimpinan memiliki peranan penting karena pemimpin merupakan fungsi manajemen,
yang dapat mempengaruhi bawahan dalam bekerja sehingga dapat mencapai tujuan
organisasi. Oleh karena itu keberhasilan Kepemimpinan pemerintahan dipengaruhi atas
beberapa variabel atau sesuatu yang dapat berubah-ubah. Setidaknya ada tiga variabel yang
sangat mempengaruhi, yaitu :
Variabel Situasi dan Kondisi : hal ini dapat menentukan tindakan yang akan diambil oleh
seorang pemimpin atau calon pemimpin dapat dilahirkan dalam situasi seperti ini. Contoh :
ketika pada awal kemerdekaan bangsa ini membutuhkan seorang orator yang mampu
memotivasi semangat untuk merdeka maka mucullah Soekarno. Di era tahun 1965 dimana
situasi genting atas peristiwa Gerakan 30 September/PKI, maka muncullah Soeharto. Ketika
terjadi peristiwa kejahatan, kekacauan, perampokan maka hadirlah kepolisian untuk
mengendalikan keamanan dan ketertiban. Di era pandemic Covid 19 saat ini kehadiran tenaga
medis, dokter sangat diharapkan sebagai pahlawan kesehatan, dan seterusnya.
Variabel Orang Banyak Sebagai Pengikut : rakyat jelata atau massa yang selama ini
dikenal diam, tetapi dalam kondisi tertentu bisa menjadi kekuatan besar ketika terjadi
domonstrasi bahkan menimbulkan anarkisme. Karena jumlah yang sangat banyak melebihi
aparat keamanan, ketika terjadi kerusuhan masa maka sulit untuk dikendalikan. Banyak
contoh yang terjadi akibat dari  orang banyak ( silent mayority ) melakukan gerakan dan
bahkan bisa menjatuhkan pemerintahan seperti, masa yang mendukung Corry Aquino untuk
menjatuhkan Ferdinad Marcos. Gerakan mahasiswa yang didukung Amein Rais untuk
menjatuhkan rezim Soeharto yang sudah 30 tahun berkuasa. Fidel Castro bergabung dalam
suatu gerakan untuk menggulingkan diktator Rafael Trujillo. Upaya tersebut gagal. Tapi
semangat reformasi Castro malah semakin membara. Dari Republik Dominika, Castro
langsung menuju Bogota untuk ikut serta dalam kericuhan antipemerintah.
Variabel Pemimpin :  Meski memiliki kekuasaan dan kekuatan, tetapi seorang pemimpin
tetaplah manusia. Dia memiliki perasaan sedih, gembira, iba, dendam, senang,  susah, marah,
galau. Suatu saat dia bisa menjadi lembut penuh kasih, santun tetapi dapat juga berubah
menjadi kejam, licik, dan bahkan bengis ketika kemarahannya mencapai puncak. 
Oleh karena itu variabel ini perlu dikaji melalui berbagai disiplin ilmu seperti : manajemen,
administrasi, pemerintahan, politik, kejiwaan bahkan ilmu kesehatan. Supaya pemimpin
dapat mengambil kebijakan dengan kebaikan moral, logika, agar penguasa dapat berbuat nahi
munkar untuk masyarakatnya.

Anda mungkin juga menyukai