Disusun oleh:
Ajeng Putri Ayu Winaryati
205120607111032
B-6 Ilmu Pemerintahan
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagaimana desa diberikan hak secara istimewa untuk mengatur sendiri daerahnya bahkan
untuk mengakui dan menjalankan berbagai kewenangan sesuai dengan konteks, kebutuhan
dan kapasitas lokal dari desa tersebut. Kewenangan yang dimiliki oleh desa antara lain
adalah:
1. Kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintahan desa,
2. Pelaksanaan pembangunan desa,
3. Pembinaan kemasyarakatan desa,
4. Pemberdayaan masyarakat desa.
Kewenangan tersebut meliputi kewenangan desa berdasarkan hak asal usul desa,
kewenangan lokal berskala desa, kewenangan yang ditugaskan oleh pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan kewenangan lain yang
ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah provinsi, atau Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
Dalam kekuatan otonomi desa terdapat dua asas, di antaranya asas rekognisi dan asas
subsidiaritas. Asas rekognisi sendiri berarti pengakuan terhadap hak asal usul tanpa adanya
intervensi dan hak asas subsidiaritas yang mana berarti adanya penetapan kewenangan lokal
berskala desa, dan pengambilan keputusan secara lokal untuk kepentingan masyarakat desa.
Kedua asas tersebut mengubah pendekatan kontrol atau pengendalian negara terhadap desa
yang berakibat penempatan posisi desa sebagai subyek pembangunan. Asas rekognisi yang
dimiliki oleh pemerintahan desa sendiri menunjukkan posisi desa sebagai pemerintahan yang
mandiri dimana tidak lagi dikontrol oleh negara secara penuh, sehingga desa harus sanggup
mengelola pemerintahannya sendiri.
Apa yang dimaksudkan sebagai pemerintah desa sendiri tertera pada Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Desa pasal 23 yaitu, Kepala Desa atau yang disebut
dengan nama lain dan yang dibantu oleh Perangkat Desa atau yang disebut dengan nama lain.
Pemerintah desa memegang peranan vital di wilayah desa, khususnya bagi masyarakat desa.
Sehingga, pemerintah desa dituntut untuk mampu mewujudkan tujuan dari otonomi desa,
mengutamakan keberhasilan pembangunan desa, mewujudkan good governance dalam
pemerintahan desa, menghimpun dan memenuhi harapan serta aspirasi masyarakat desa, serta
menyediakan solusi atas permasalahan yang terjadi di desa. Hal tersebut sesuai dengan fungsi
dari pemerintah desa sendiri yakni sebagai administrator penyelenggara utama aktivitas
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, maupun sebagai pembina ketentraman dan
ketertiban di wilayah kekuasaannya (Tarmizi, 2016) 1. Oleh karena itu, untuk dapat
menciptakan aparatur desa yang berkualitas dan terwujudnya pelaksanaan pembangunan
desa, kepala desa sebagai pemimpin pemerintahan desa memegang peranan yang amat vital.
Setiap pemimpin memiliki tipe ataupun gaya kepemimpinannya sendiri. Gaya kepemimpinan
tersebut memiliki korelasi yang sangat erat dengan bagaimana lingkungan kerja dapat
tercipta serta bagaimana output yang diberikan dalam periode kepemimpinan seorang
pemimpin. Gaya kepemimpinan adalah strategi kolektif yang dimiliki oleh seorang
1
Nabella. 2019. Analisis Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Meningkatkan Kualitas Aparatur Desa Angkasa
Pura Kecamatan Sitinjau Laut Kabupaten Kerinci. Jurnal Teori dan Riset Administrasi Publik, Vol. 3 (2).
pemimpin untuk memberikan pengaruh terhadap anggotanya agar dapat mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, selain itu gaya kepemimpinan juga bisa dijelaskan sebagai bentuk
strategi atau perilaku yang sering diimplementasikan oleh seorang pemimpin (Rivai, 2014)
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan gaya kepemimpinan dari kerangka
pemikiran Astryanty (2016).
Empat gaya kepemimpinan menurut Astryanty antara lain adalah, supportive leadership,
dimana dalam gaya kepemimpinan ini pemimpin mengutamakan kesejahteraan dan
pemenuhan kebutuhan anggotanya. Pemimpin dengan gaya kepemimpina ini bersikap
terbuka, bersahabat dan pendekatan terhadap pemimpin dinilai lebih mudah. Gaya
kepemimpinan kedua merupakan directive leadership, pemimpin dengan gaya
kepemimpinan ini secara ketat dan dominan dalam mengarahkan, mengatur dan melakukan
pengawasan terhadap anggota. Pemimpin dengan gaya kepemimpinan direktif cenderung
menentukan perencanaan, jadwal kerja, tujuan, dan standar perilaku anggota, serta secara
ketat menjalankan kepemimpinan dengan menekankan pada aturan yang ada tertera dalam
organisasi. Gaya kepemimpinan ketiga adalah gaya kepemimpinan partisipatif, pemimpin
dengan gaya kepemimpinan ini digambarkan dengan pemimpin yang lebih sering melakukan
konsultasi dan diskusi dengan anggotanya terkait keputusan yang akan ditentukan. Gaya
kepemimpinan ke-empat adalah gaya kepemimpinan achievement-oriented, dimana
pemimpin yang dimaksudkan memiliki orientasi yang jelas terhadap tujuan yang akan diraih.
Pemimpin dengan gaya kepemimpinan achievement-oriented cenderung memiliki
kepercayaan yang tinggi terhadap anggotanya dimana pemimpin tersebut percaya bahwa
anggotanya dapat meraih tujuan yang tinggi.
Desa Wonorejo terletak di Kecamatan Poncokusumo yang merupakan salah satu dari empat
kecamatan yang dinilai paling maju se-Kabupaten Malang. Namun, sayangnya penulis belum
dapat menemukan pembangunan secara signifikan di Desa Wonorejo sendiri. Sehingga,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait kualitas pembangunan desa Wonorejo dan
kaitannya dengan gaya kepemimpinan kepala desa Wonorejo. Penulis beranggapan bahwa
gaya kepemimpinan Kepala Desa memiliki andil yang sangat besar dalam pembentukan
kualitas aparatur desa, serta dapat dinilai dari wujud pembangunan desa tersebut. Penelitian
ini mengacu pada penelitian terdahulu berjudul “Analisis Gaya Kepemimpinan Kepala Desa
Dalam Meningkatkan Kualitas Aparatur Desa Angkasa Pura Kecamatan Sitinjau Laut
Kabupaten Kerinci”. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka diambillah tema
“Korelasi Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Kinerja Aparatur Desa dan
Dampaknya Dalam Pelaksanaan Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Wonorejo,
Poncokusumo, Malang)”
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini maka peneliti menggunakan metode Survey. Dengan tingkat
Eksplanasi deskriptif dan analisa data kualitatif. Menurut Sugiyono (2016:6) metode
Survey adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang
alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data,
dengan melakukan test wawancara terstruktur. Eksplanasi deskriptif menurut Sugiyono
(2016: 35) adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap
keberadaan variabel mandiri, baik hanya satu variable atau lebih (variabel yang berdiri
sendiri) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan antara varibel satu dengan
varibel yang lainnya. Menurut Arikunto (2010: 282) deskriptif adalah membandingkan
dengan kenyataan yang sebenarnya dengan teori- teori yang ada hubungannnya dengan
permasalahan guna menarik suatu kesimpulan dan di tabulasikan dalam bentuk tabel-
yang mengambil sampel dari populasi yang ada.
3.2 Wawancara
Wawancara merupakan pembicaraan yang dilakukan dengan maksud dan tujuan
tersembunyi, komunikasi dilakukan oleh dua atau lebih orang yaitu antara yang
mewawancarai dengan informan atau narasumber yang kemudian memiliki pengetahuan
serta jawaban yang diperlukan atau yang diinginkan. Wawancara juga dapat diartikan
teknik untuk mengumpulkan data dari sumber informasi secara langsung melalui proses
tanya jawab secara mendalam kepada informan. Sebelum melakukan wawancara, agar
2
1Ginandjar Kartasasmita, Pembangunan Untuk Rakyat, (Jakarta : PT. Pustaka Cidesindo,1996). hlm. 392
proses berjalan sesuai dengan baik, maka peneliti akan menyiapkan poin-poin pertanyaan
terlebih dahulu yang disusun menjadi susunan daftar wawancara.
Terdapat 2 jenis teknik wawancara yaitu : wawancara terstruktur dan tidak terstruktur,
dalam hal ini wawancara terstruktur akan sering melibatkan pada subyek atau komponen
yang terlibat secara intensif. Sedangkan untuk wawancara tidak terstruktur, dilakukan
dengan menyesuiaikan keadaan/situasi dilapangan. Wawancara seperti ini dilakukan
apabila ada kesempatan di lapangan, data yang diperoleh lebih tidak beraturan, karena
wawancara tidak terstruktur tidak memiliki susunan daftar wawancara. Dalam hal ini
peneliti akan menetapkan jenis informan dalam penelitian yaitu :
1. Informan Kunci (Key Informan) adalah mereka yang mengetahui dan memiliki
berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.
2. Informan Utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial
yang diteliti. Informan utama yang akan didapatkan dalam penelitian ini adalah
fasilitator/pendamping, yaitu kepala bidang bagian hubungan masyarakat serta para staf
terkait.
3. Informan Tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi
walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti. Informan tambahan
adalah dari masyarakat luas daerah kecamatan Batu serta anggota organisasi mitra terkait
dan Pesantren. Informan ini didapatkan ketika peneliti menerapkan teknik snowball
sampling di lapangan.
3.3 Informan
Menentukan informan digunakan dua teknik. Yaitu teknik “Purposive Sampling” dan
“Sampling Jenuh”. Purposive Sampling yaitu teknik pengambilan informan secara
subjektif dengan maksud, tujuan dan pertimbangan tertentu, yang mana menganggap
bahwa informan yang dijadikan sampel tersebut memiliki informasi yang dibutuhkan atau
diperlukan dalam penelitian nantinya. Sedangkan Sampling Jenuh adalah teknik
penentuan sampel bila semua anggota populasi dijadikan atau digunakan sebagai sampel
karna juga jumlah populasi yang relatif kecil, kurang dari 30 orang atau penelitian yang
ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Adapun data informan
sebagai berikut:
No Nama/Instansi Jabatan/Peran
.
1. Sokeh Kepala Desa Wonorejo
2. M. Bagus Mukmin Sekretaris Desa Wonorejo
3. Moch. Yusron Abdilah Kaur Perencanaan
4. Bahrul Ulum Kasi Kesejahteraan Rakyat
5. Nurul Aini Kamituwo
6. Siti Khotimah Kasi Pelayanan
7. Dian Maya Andriana Kasi Pemerintahan
Tabel 1.2 Data Informan Wawancara
Adapun jenis dan sumer data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Dari paparan diatas dan berdasarkan masalah yang diteliti serta tujuan penelitian maka
yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah Gaya Kepemimpinan Kepala Desa
Wonorejo kemudian pemeliharaan hubungan anatara atasan dan bawahan