Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Penelitian peranan kepemimpinan pada penyelenggaraan permerintahan

kampung atau desa menarik dilakukan setelah terjadinya pergeseran kedudukan dan

keweanangan desa di Indoensia. Semula desa berada di dalam sistem pemerintahan

daerah untuk melaksanakan azas desentralisasi dan residualitas berubah

kedudukannya untuk menyelenggarakan sistem pemerintahan desa berdasarkan azas

rekognisi dan subsidiaritas dalam peraturan perundang-undangan tersendiri, yaitu

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Pergeseran kewenangan desa yang semula mengikuti azas desentralisasi dan

residualitas sebagaimana diatur dalam UU Nomor 22 Tahun 1999, UU Nomor 32

Tahun 2004 dan terakhir dirubah menjadi UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah dan sekarang menganut azas rekognisi dan subsidiaritas

berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa diharapkan:

1. Membawa perbaikan pada penguatan demokratisasi desa, dahulu desa hanya

menjadi obyek pembangunan oleh pemerintah daerah, sekarang menjadi subjek

pembangunan yang menyelenggarakan pemerintahan, pemberdayaan dan

pelayanan masyarakat di desa secara mandiri. Konsekuensi sebagai subjek

pembangunan, maka dituntut partisipasi aktif masyarakat untuk memilih dan

dipilih dalam pemilihan kepala desa serta memperjuangkan kepentingannya

dalam musyawarah desa.

1
2. Konsekuensi tindak lanjut dari perubahan azas itu adalah untuk pertama kalinya

ada mekanisme pengakuan dan pengaturan desa yang beragam dengan

memperkenakan dua jenis desa, yaitu desa atau dengan nama lain dan desa adat.

Jika desa terbentuk berdasarkan ukuran-ukuran demografis dan adminsitratif, desa

adat terbentuk karena desa adat itu memang memiliki sejarah dan hak asal-

usulnya.

3. Konsekuensi perubahan azas membawa pemerintah desa berhak memilki

dokumen perencanaan yang terintegrasi. Dalam dokumen perencanaan

pembangunan desa memuat program, kegiatan, dan kebutuhan masyarakat desa

yang pendanaannya berasal dari ABPD Desa, ABPD Kabupaten/Kota, dan/atau

swadaya masyarakat desa. Dokumen perencanaan pembangunan desa menjadi

dasar bagi penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBD Desa).

APBD Desa yang telah disusun kemudian ditetapkan oleh Kepala Desa sebagai

Peraturan Desa setiap tahun berjalan. APBD Desa dan realisasi laporan

penggunaan dana desa tahap sebelumnya menjadi dokumen persyaratan untuk

mendapatkan dana desa dari Kementerian terkait melalui Bupati/Walikota (Pasal

17 ayat 2 PP No. 8/2016).

4. Terjadinya konsolidasi keuangan dan aset desa yang dapat digunakan dan

dikembangkan secara optimal. Konsekuensi perubahan azas penyelenggaraan

pemerintahan desa dulunya anggaran desa sepenuhnya bersumber dari APBD

Kabupaten/Kota, saat ini desa memiliki kewenangan mengelola Dana Desa (DD)

dan Alokasi Dana Desa (ADD). Dana desa dalam konteks ini berdasarkan

2
Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2014 yakni dana yang bersumber dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang diperuntukkan bagi desa

yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk

selanjutnya ditransfer ke APBDes untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, pelayanan

dan pemberdayaan masyarakat.

Pergeseran kewenangan desa tersebut patut dirayakan dalam konteks

kedaulatan desa dalam mengurus urusan penyelenggaraan pemerintahannya sendiri

tanpa tergantung lagi kepada pemerintah daerah. Pergeseran kewenangan desa

tersebut juga membawa konsekuensi logis terhadap besarnya mandat dan tanggung

jawab pemerintahan desa atau kampung yang diberikan. Sehingga mau tidak mau,

siap atau tidak siap, peranan kepemimpinan kepala kampung atau kepala desa sangat

diperlukan dalam mengawal konsekuensi-konsekuesni tersebut.

Hasil observasi sementara peneliti di Kampung Linggang Kelubaq Kabupaten

Kutai Barat dengan adanya peregeseran kewenanangan desa membawa perubahan

struktur kekuasaan dan pengambilan keputusan yang sifatnya quasi tradisional-

modern. Di satu sisi ciri kampung dari sisi masyarakat Kampung Kelubaq masih

cenderung melestarikan kebiasaan tradisional tetapi di sisi lain pemerintahan

Kampung Linggang Kelubaq dituntut untuk menyelenggarakan manajemen

pemerintahan desa yang modern yang tunduk dan patuh pada aturan formal peraturan

dan perundang-undangan desa yang berlaku.

3
Dilema Kepala kampung Linggang Kelubaq dalam bayang-bayang quasi

tradisional-modern inilah penelitian peranan kepala kampung menjadi penting

dilakukan untuk melihat sejauhmana Kepala Kampung Lingangg Kelubag mau dan

mampu meningkatkan komitmen organisasionalnya untuk mengakomodasi

kepentingan tradisional kampung disamping menyelenggarakan pemerintahan

kampung dengan prinsip-prinsip manajemen pemerintahan desa yang modern..

Komitmen organisasional yang dimaksud di sini adalah kemamauan dan

kemampuan Kepala Kampung untuk menjadi lokomotif ke arah mana desa akan

dibawanya. Komitmen organisasional adalah kemauan dan kemampuan kepala

kampung dalam memberikan pengaruh terhadap sumber daya yang ada di desa

terutama sumber daya manusia aparatnya maupun masyarakat desanya untuk

meningkatkan suatu kerja sama demi tercapainya visi-misi desanya yang telah

dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes)

selama satu periode.

Konsep komitmen organisasional lebih banyak diadopsi dari teori manajemen

dan perilaku organisasi yang diterapkan dalam perusahaan swasta dan organisasi

publik. Komitmen orgnisasi dalam organisasi lebih banyak berfokus pada relasi

antara pimpinan dan pegawai atau dalam organisasi swasta lebih banyak berfokus

pada relasi antara manajer dan karyawan untuk menunjukkan sikap atau perilakunya

dalam organisasi dengan membuktikan loyalitas untuk mencapai visi, misi, nilai, dan

tujuan organisasi.

4
Pengertian komitmen organisasional tersebut sejalan dengan penjelasan

pendapat Wibowo (2017) Komitmen dalam organisasi bisa diartikan sebagai sikap

atau perilaku yang ditampilkan seseorang terhadap organisasi dengan membuktikan

loyalitas untuk mencapai visi, misi, nilai, dan tujuan organisasi. Loyalitas tersebut

terbentuk karena adanya kepercayaan satu sama lain, kedekatan emosi, dan

keselarasan harapan antara anggota dengan organisasi. Oleh karena itu, seorang

anggota memiliki keinginan yang kuat agar tetap menjadi bagian penting organisasi.

Penelitian terdahulu lebih banyak meneliti pada lokasi organisasi publik

maupun swasta. Peneltian terbaru dilakukan oleh Leonardo (2020) yang berjudul

Peran Pemimpin Dalam Meningkatkan Komitmen Organisasional di PT. LSS

(LEMBAH SAWIT SUBUR) Kecamatan Linggang Bingung Kabupaten Kutai Barat

Kalimantan Timur yang menyimpulkan bahwa peran dalam meningkatkan komitmen

organisasional karyawan pada PT. LSS Kecamatan Linggang Biggung telah

terlaksana dengan baik. Hal ini dibuktikan dari terpenuhinya peran-peran yang

dilaksanakan pemimpin/manajer. Meliputi (1). Peran interpersonal yang terdiri dari

sebagai tokoh, sebagai pemimpin, dan sebagai penghubung, (2). Peran informasional

yang terdiri dari sebagai pemonitor, sebagai pembagi informasi, dan sebagai juru

bicara, (3). Peran pengambil keputusan yang terdiri dari sebagai wirausaha, sebagai

pereda gangguan, sebagai pengalokasi sumber daya, dan sebagai penegosiasi.

Berbeda dengan penelitian terdahulu, kebaruan penelitian ini karena

dilaksanakan di Kampung yang melihat relasi antara Kepala Kampung dengan Staf

Kampung dan Warganya sekaligus dalam bayang-bayang quasi tradisonal-modern

5
dalam meningkatkan komitmen organisasi di Kampung Lingangg Kelubag untuk

meningkatkan suatu kerja sama, saling percaya, dan loyalitas organisasi di Kampung

demi tercapainya visi-misi desanya yang telah dituangkan dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) selama satu periode.

Dengan latar belakang masalah tersebut, Peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Peran Kepemimpinan dalam Peningkatan Komitmen

Organisasional di Pemerintahan Kampung Linggang Kelubaq””

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan fenomena pada latar belakang pemikiran di atas, maka yang

menjadi masalah utama dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Peran

Kepemimpinan dalam Peningkatan Komitmen Organisasional di Pemerintahan

Kampung Linggang Kelubaq”

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Peran

Kepemimpinan dalam Peningkatan Komitmen Organisasional di Pemerintahan

Kampung Linggang Kelubaq.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis yang

dijabarkan sebagai berikut :

1.4.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis untuk memperkaya

referensi tentang Peran Kepemimpinan dalam Peningkatan Komitmen

6
Organisasional di organisasi tingkat masyarakat tansisi dari tradisional menuju

organisasi modern yang dinamikanya berbeda pada organisasi publik maupun

organisasi swasta dimana komitmen organisasional sering diteliti.

1.4.2. Manfaat Praktis

Secara praktis, manfaat penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan

bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) untuk menerapkan peranan

kepemimpinan yang terbaik dalam Peningkatan Komitmen Organisasional di

Pemerintahan kampung atau desa. Sehingga diharapkan menemukan kesimpulan dan

saran dalam usaha penyelenggaraan pemerintahan kampung atau desa yang lebih baik

lagi di masa-masa mendatang.

Anda mungkin juga menyukai