Anda di halaman 1dari 17

PERAN KELEMBAGAAN LOKAL DALAM

PEMBANGUNAN DESA

Disusun oleh:

Vio Alvionita E071191006

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-nya yang
telah memberikan kesempatan, kekuatan dan kesehatan sehingga saya dapat
meyelesaikan penyusunan Makalah ini yang berjudul “Peran Kelembagaan Lokal
Dalam Pembangunan Desa.“

Adapun tujuan penyusunan makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas


“MID TEST” mata kuliah “Kelembagaan Lokal & Pembangunan” pada semester
ini. Terima kasih saya ucapkan kepada Dosen dan Teman-teman yang telah
membantu baik secara moral maupun materI dalam menyelesaikan tugas ini.

Saya menyadari, bahwa dalam penyusunan makalah yang saya buat jauh
dari kata sempurna baik penyusunan, bahasa maupun penulisannya. Oleh karena
itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang. Diharapkan makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan dan pengetahuan kita khususnya terkait materi dalam pembelajaran mata
kuliah ini.

Mamuju 16 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................5
C. Tujuan ........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Peran & Fungsi Lembaga Desa.................................................................6
B. Hambatan Dalam Pelaksanaan Fungsi & Peran.....................................8
C. Penguatan Kelembagaan Desa Dalam Undang-Undang......................11
BAB III PEMBAHASAN
A. Kesimpulan...............................................................................................13
B. Saran..........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan pedesaan merupakan bagian penting dari
pembangunan karena pedesaan masih dominan. Daerah pedesaan
mencakup 82 persen dari wilayah penduduk Indonesia yang tinggal di
pedesaan mencapai 131,8 juta orang atau lebih dari 56,86 per penduduk
Indonesia tinggal dan menggantungkan hidup. Jumlah desa/kelurahan per
provinsi adalah 83, 820. Pentingnya pembangunan pedesaan adalah untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi dengan pelestarian lingkungan dan
sumber daya alam dengan memperhatikan kepentingan antar daerah dan
kepentingan umum pedesaan secara partisipastif, produktif dan
berkelanjutan dengan berbasis pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu
pembangunan pedesaan patut mendapat perhatian yang tinggi sebagai
prioritas dalam pembangunan nasional.

Dalam pembangunan desa/nagari hal yang perlu diketahui,


dipahami dan diperhatikan adalah berbagai kekhususan yang ada dalam
masyarakat perdesaan. Tanpa memperhatikan adanya kekhususan tersebut
mungkin program pembangunan yang dilaksanakan tidak terimplementasi
seperti yang diharapkan. Kekhususan pedesaan yang dimaksud antara lain
adalah bahwa masyarakat desa relatif sangat kuat keterikatannya pada
nilai-nilai lama seperti budaya atau adat istiadat maupun agama. Nilai-nilai
agama atau biasa disebut dengan budaya tradisional itu sendiri sangat dan
selalu terkait dengan proses perubahan ekonomi, sosial dan politik dari
masyarakat pada tempat dimana budaya tradisional tersebut melekat.
Lembaga atau organisasi lokal merupakan salah satu unsur penting
dalam pembangunan desa. Tanpa adanya institusi atau kelembagaan lokal,
ditambah dengan birokrasi serta pastisipan, infrastruktur tidak akan dapat
dibangun dan dipelihara. Dengan demikian kelembagaan lokal menjadi
faktor dominan terutama dalam memobilisasi partisipasi. Untuk menggerakkan
masyarakat dalam partisipasinya dalam pembangunan, maka perlu adanya tenaga
atau unsur penggerak yang mampu mengorientasikan kemampuan masyarakat
untuk dapat mewujudkan cita-cita pembangunan. Dalam hubungan ini, maka
kepala desa memegang peranan penting yang menentukan. Sebagai pimpinan
tertinggi dan penanggung jawab pelaksanaan pemerintahan serta pembangunan ia
harus mampu mengemban tugas yang dibebankan kepadanya yang saling
berkaitan antar tugas pembangunan multi dimensional.

Dalam perencanaan pembangunan, lembaga desa sangat berperan penting


untuk menggali potensi dan permasalahan di desa khususnya ketua RT yang
menghimpun pengaduan dan aspirasi masyarakat dalam lingkup RT tersebut dan
dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur desa. Lembaga desa terutama BPD
dan ketua RT harus secara langsung memantau proses pembangunan infrastruktur
untuk melaksanankan sesuai rencana sehingga proses pembangunan berjalan
lancar.

1. Menurut Undang-undang No.6 Tahun 2014 tentang desa,


terdapat 6 lembaga desa yakni: 1.Pemerintah Desa (kepala desa dan
perangkat desa)
2. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
3. Lembaga kemasyarakatan
4. Lembaga adat
5. Kerja sama antar desa
6. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Dalam literatur terkait kelembagaan, lembaga di definisikan
sebagai perangkat hubungan-hubungan norma, keyakinan dan nilai-nilai
yang nyata serta terpusat pada kebutuhan-kebutuhan sosial dan
serangkaian yang penting dan berulang. Kelembagaan di pedesaan lahir
untuk memenuhi kebutuhan sosial masyarakatnya. Sifatnya tidak linear
namun cenderung merupakan kebutuhan individu anggotanya, berupa
kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan hubungan sosial,
pengakuan, dan pengembangan pengakuan. Manfaat utama lembaga
adalah mewadahi kebutuhan salah satu sisi kehidupan sosial masyarakat
dan sebagai kontrol sosial sehingga setiap orang dapat mengatur
perilakunya menurut kehendak masyarakat. Kelembagaan akan terus ada
dimasyarakat, partisipasi masyrakat dalam kelembagaan mutlak diperlukan
untuk keberlangsungan kelembagaan tersebut. Partisipasi berdasarkan
kewenangan masyarakat dibagi kedalam delapan tingkat. Tingkatan
partisipasi tersebut adalah manipulasi, terapi, informasi, konsultasi,
placation, partnership, delegasi kewenangan dan kontrol
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran dan fungsi lembaga desa dalam pembangunan?
2. Apa hambatan dalam pelaksanaan fungsi dan peran lembaga desa
dalam pembangunan?
3. Bagaimana penguatan kelembagaan desa dalam Undang-undang?
C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana peran lembaga desa dalam pembangunan
2. Mengetahui apa hambatan dalam pelaksanaan fungsi dan peran
lembaga desa dalam pembangunan
3. Mengetahui bagaimana penguatan kelembagaan desa dalam Undang-
undang
BAB II

PEMBAHASAN

A. Peran Dan Fungsi Lembaga Desa


Pembangunan desa merupakan pembangunan yang dilakukan di
desa meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan tujuan
meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan hidup masyarakat desa
berdasarkan kemampuan dan potensi sumber daya manusia yang dimiliki.
Pembangunan desa tidak lepas dari peran aktor penggerak pengembangan
desa dan kelembagaan lokal yang mengelola desa. Pentingnya peranan
lembaga desa dalam pembangunan sangat berpengaruh dari mulai
penyusunan RPJM desa, RKP desa sampai APBD desa bahkan dalam
forum-forum resmi seperti saat musyawarah desa dan musyawarah rencana
pembangunan desa. Peran mereka sangat penting dalam rencana
pembangunan desa sebab merekalah yang paling berkaitan dengan
masyarakat desa. Demi menunjang terlaksananya urusan pembangunan
maka diperlukan keterlibatan lembaga-lembaga desa dalam perencanaan,
pelaksnaan, dan evaluasi pembangunan desa.Tercapainya keberhasilan
pembangunan masyarakat desa maka segala program perencanaan,
pelaksanaan serta evaluasi pembangunan harus melibatkan masyarakat
karena merekalah yang mengetahui permasalahan dan kebutuhan dalam
rangka membangun wilayahnya. Sebab merekalah yang akan
memanfaatkan dan menilai tentang berhasil atau tidaknya pembangunan
di wilayah mereka.
Maka pembangunan itu merupakan proses yang terjadi secara
bertahap dan berkelanjutan guna mewujudkan hal yang lebih baik seiring
dengan dimensi waktu. Pada kenyataan nya banyak program-program
pembangunan yang tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat
dikarenakan pemerintah belum mengoptimalkan peranan masyarakat
dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Dalam
pembangunan desa sangat berperan penting lembaga-lembaga di desa yang
akan mendorong terlaksananya otonomi desa. Pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten sebagai fasilitator, memfasilitasi masyarakat desa
agar mampu melaksanakan pembangunan desanya. Merealisasikan tujuan
pembangunan tersebut maka segenap potensi alam harus digali dan
dikembangkan serta dimanfaatkan sebaik mungkin. Begitu pula dengan
potensi manusia berupa penduduk yang banyak jumlahnya, maka
pengetahuan dan keteampilannya harus ditingkatkan sehingga mampu
menggali dan mengembangkan serta memanfaatkan potensi sistem secara
maksimal dan pelaksanaan program pembangunan tercapai.
Pelaksanaan dan pengendalian pembangunan yang bertumpu pada
masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di dalam wadah negara
Kesatuan Republik Indonesia Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian pembangunan. Meningkatkan kemampuan masyarakat
sebagai sumber daya manusia untuk mengolah dan memanfaatkan potensi
sumber daya alam terutama dalam bidang agrobisnis dan pariwisata.
Meningkatkan ekonomi kerakyatan dalam upaya pengentasan kemiskinan.
Keberhasilan pembangunan desa tidak lepas dari adanya dukungan
berbagai pihak baik pemerintah desa maupun lembaga desa. Lembaga
pemberdayaan masyarakat desa yang dalam hal ini sebagai mitra
pemerintah desa yang mempunyai tugas dan fungsi utama mendorong
partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pelestarian
pembangunan tentunya perlu menjalin hubungan baik dengan pemerintah
desa
a. Fungsi BPD, yakni membahas dan menyepakati rancangan
peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat desa dan mengawasi kinerja
kepala desa.
b. Fungsi Lembaga Kemasyarakatan Desa, yakni menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat, menyusun rencana,
melaksanakan, mengendalikan, melestarikan dan
mengembangkan hasil pembangunan secara partisipatif serta
menumbuhkan, mengembangkan dan menggerakkan prakarsa,
partisipasi, swadaya serta gotong royong masyarakat.
c. Fungsi Lembaga Adat Desa, yakni mengembangkan
musyawarah mufakat untuk pengambilan keputusan dalam
musyawarah desa.
d. Fungsi Badan Permusyawaratan Desa/BPD, yakni menggali,
menampung, mengelola dan menyalurkan aspirasi masyarakat,
menyelenggarakan musyawarah BPD dan musyawarah desa,
membentuk panitia pemilihan kepala desa, memberi
persetujuan pemberhentian atau pemberhentian sementara
perangkat desa, membahas dan menyepakati rancangan
peraturan desa bersama kepala desa, melakukan pengawasan
terhadap kinerja kepala desa serta mengevaluasi laporan
keterangan penyelenggaraan pemerintahan desa.
e. Peran Lembaga Kemasyarakatan Desa, yakni Menampung dan
meyalurkan aspirasi masyarakat, menyusun rencana,
melaksanakan, mengendalikan, melestarikan dan
mengembangkan hasil pembangunan secara pastisipatif dan
menumbuhkan, mengembangkan dan menggerakkan prakarsa,
partisipasi, swadaya serta gotong-royong masyarakat.
f. Peran Lembaga Adat Desa, yakni membantu pemerintah desa
dan sebagai mitra dalam memberdayakan, melestarikan, dan
mengembangkan adat istiadat sebagai wujud pengakuan
terhadap adat istiadat desa.

B. Hambatan Dalam Pelaksanaan Fungsi Dan Peran Lembaga Desa


Adapun kendala-kendala yang timbul dalam pelaksanaan fungsi dan
perannya lembaga desa dalam pembangunan yakni,
1. BPD yang tidak menjalankan fungsi nya dengan baik “check
and balances” dengan baik
2. LKD masih jadi pelaksana belum menjadi pemberdaya (masih
bekerja mekanistik)
3. Musyawarah desa belum banyak dimanfaatkan sesuai dengan
kedudukannya (belum jadi wadah deliberasi)

C. Penguatan Kelembagaan Desa Dalam Undang-Undang


Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 memperkuat masyarakat
desa sebagai subjek pembangunan. Masyarakat desa memiliki sarana
dalam menggalang prakarsa, gerakan dan partisipasi masyarakat desa
untuk pengembangan potensi aset desa untuk kesejahteraan bersama, Salah
satu tujuan dari adanya penataan maupun penguatan pemerintahan desa
adalah pemberikan pengakuan dan penghormatan atas keberadaan desa
maupun masyarakat desa dalam bingkai negara kesatuan. Hal tersebut
yang kemudian memberikan pemerintah desa dan masyarakat desa lebih
leluasa dalam mengelola desa. Penataan yang meliputi pembentukan,
penghapusan, penggabungan dan perubahan status serta penetapan desa.
Oleh karena itu pengaturan desa bertujuan terwujudnya juga penataan
pemerintahan desa. Hal ini agar tercapainya efisiensi dalam
penyelenggaraan pemerintahan di desa, mempercepat peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan kualitas pelayanan publik serta
meningkatkan daya saing. Kesiapan lembaga pemerintahan desa
merupakan salah satu syarat keberhasilan implementasi undang-undang
desa. Hal ini dikarenakan kelembagaan pemerintahan desa menjadi
tumpuan maupun penggerak pelaksanaan undang-undang tersebut,
pemerintah desa terdiri atas kelembagaan pemerintah desa, perangkat desa,
badan permusyawaratan desa, LKMD, PKK, Karang taruna, UPK, PNPM,
RW, RT. Selain itu dalam wilayah desa terbentuk suatu struktur
pemerintahan yakni adanya dusun atau dapat disebut dengan nama lain
yang disesuaikan dengan asal-usul, adat istiadat dan nilai sosial budaya.
(Undang-undang Desa, 2014).
Peraturan yang terdapat di desa setelah Undang-Undang Desa
terdiri dari peraturan desa, peraturan bersama kepala desa, dan peraturan
kepala desa. Peraturan desa ditetapkan oleh kepala desa. Peraturan tersebut
dikeluarkan setelah adanya pembahasan dan kesepakatan bersama dengan
Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Dalam pelaksanaannya peraturan
desa meliputi APBD desa, pungutan, tata ruang dan organisasi
pemerintahan desa. Terkait dalam hubungan susunan pemerintahan,
peraturan desa harus mendapatkan evaluasi dari kepala desa sebelum
ditetapkan menjadi peraturan desa. Apabila tidak mendapatkan dalam
kurun waktu 20 hari, dimana seringkali disebut dengan waktu konsultasi
maka peraturan desa dapat berlaku denhan sendirinya. Dengan demikian,
pemerintah desa menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai dengan
kewenangannya, tetapi pada perencanaan pembangunan dearah tersebut.
Terkait sumber pendapatan desa dalam pembangunan desa (Undang-
Undang Desa, 2014), pendapatan desa berasal dari:
1. Pendapatan asli desa
2. Alokasi APBN
3. Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah
4. Alokasi dana desa merupakan bagian dari dana perimbangan
yang diterima oleh daerah.
5. Bantuan keuangan dari APBD Propinsi, APBD daerah, dana
hibah dari pihak yang tidak mengikat.

Lebih lanjut perencanaan tentang pembangunan desa


diselenggarakan dengan mengikutsertakan masyarakat desa. Lalu terkait
dengan rancangan peraturan desa yang terlebih dahulu wajib
dikonsultasikan kepada masyarakat desa. Dalam proses tersebut,
masyarakat desa berhak untuk memberikan masukan terhadap rancangan
peraturan desa. Keikutertaan masyarakat desa tersebut terwujud atas dasar
musyawarah perencanaan pembangunan desa maupun rancangan peraturan
desa. Artinya, masyarakat didorong untuk terlibat dengan prioritas,
program, kegiatan, dan kebutuhan pembangunan. Pembangunan desa
dilaksanakan sesuai dengan rencana kerja pemerintah desa. Pelaksanaan
pembangunan desa dilaksanakan oleh komponen yang ada di desa
tersebut. Selain itu, pelaksanaan pembangunan desa dilakukan dengan
memanfaatkan kearifan lokal dan sumber daya alam desa.

Sesuai dengan perkembangannya, pembangunan desa yang


dilakukan menggunakan skema pendampingan. Pendampingan
dimaksudkan agar dana desa yang digunakan dapat lebih dimaksimalkan
dan sesuai dengan arah pembangunan. Pendampingan desa berasal dari
Kemendagri maupun Kemendesa. Pendamping desa dari Kemendagri
berasal dari kecamatan, sedangkan pendamping desa dari Kemendesa
berasal dari pihak luar, yang mana hampir sama dengan konsep PNPM.
Pendampingan tersebut tidak hanya sebatas pada peningkatan ekonomi
masyarakat, melainkan juga pada peningkatan kemampuan dan partisipasi
masyarakat. Selain faktor pemerintah desa dan juga masyarakat desa,
terdapat juga peran badan permusyawaratan desa. Seperti halnya pada
pemerintah pusat dan pemerintah daerah, penyelenggaraan pemerintahan
desa juga dilengkapi dan dijalankan oleh lembaga pemerintahan yaitu
lembaga eksekutif dan lembaga legislatif. Lembaga eksekutif dipegang
oleh kepala desa dan perangkatnya, dan embaga legislatif dipegang oleh
Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014, undang-


undang desa juga mengatur tentang keberadaan desa adat. Desa adat dapat
membentuk desa adat sendiri tanpa perlu melebur dengan desa yang telah
ada. Pengaturan tersebut kemudian memberikan peran kepada pemerintah
untuk melakukan penataan kesatuan masyarakat hukum adat, sehingga
dapat ditetapkan menjadi desa adat. Kewenangan desa adat mencakup
pengaturan dan pelaksanaan pemerintahan berdasarkan susunan asli,
pengaturan dan pengurusan ulayat atau wilayah adat, pelestarian nilai
sosial budaya desa adat, penyelesaian sengketa adat berdasarkan hukum
adat yang berlaku, pengembangan kehidupan hukum adat sesuai dengan
kondisi sosialbudaya masyarakat desa adat.

Terkait dengan masyarakat adat yang masih hidup, dimana akan


membentuk desa adat, harus mmemiliki wilayah dan paling kurang
memenuhi salah satu atau gabungan unsur dari terdapat masyarakat yang
memiliki perasaan bersama dalam kelompok adat, pranata pemerintahan
adat, harta kekayaan dan/atau benda adat, serta perangkat norma hukum
adat. Nantinya, perubahan status desa adat tersebut melalui musyawarah
desa dan disetujui oleh pemerintah daerah. Terkait dengan perkembangan
pelaksanaan undang-undang desa dalam bidang ekonomi selama kurang
lebih tiga tahun ini, sektor ekonomi mengalami perubahan yang lebih baik.
Dalam pembangunan desa dan kawasan pedesaan (Berdesa, 2017), telah
dibangun:

1. Jalan desa sepanjang 121.709 km.


2. Jembatan 1.960 km.
3. Pasar desa 5.220 unit.
4. Penahan tanah 291.393 unit.
5. Tambatan perahu 5.116 unit.
6. Air bersih 32.771 unit.
7. MCK 82.356 unit.
8. BUMD desa 21.811
9. Irigasi 41.739 unit
10. Sumur 45.865 unit
11. Embung 2.047 unit
12. Drainase 590.371 unit
13. Sarana olahraga desa 2.366 unit
14. Paud 21.357 unit
15. Polindes 6.041 unit
16. Posyandu 13.973 unit.

Dari pemaparan pelaksanaan undang-undang desa dalam bidang


ekonomi tersebut terlihat pencapaian pembangunan yang lebih baik.
Hanya saja sinergi dan fungsi koordinasi pada pemerintah pusat perlu
ditingkatkan. Dengan demikian, pembangunan desa di bidang ekonomi
lebih baik dibandingkan dengan pembangunan di bidang kelembagaan
desa setelah adanya undang-undang desa.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang berwenang untuk


mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan NKRI
(UU Desa, Pasal 1). Pelaksanaan fungsi dan peran Lembaga Desa dalam
pembangunan desa perpengaruh besar untuk membantu pemerintah desa
melaksanakan pembangunan. Pembangunan desa tidak lepas dari peran
aktor penggerak pengembangan desa dan kelembagaan lokal yang
mengelola desa. Peran masyarakat dan lembaga di dalam pembangunan
pedesaan tidak hanya terbatas pada pemilik manfaat, tapi secara aktif juga
terlibat langsung dalam program pembangunan

B. Saran

Perlu adanya keseimbangan antar pemangku kepentingan dan


penguatan BPD agar tercipta keseimbangan dalam pengelolaan pemerintah
desa. Serta lebih mengaktifkan peran masyarakat untuk mecapai self-
governing community. Pembinaan perlu difokuskan pada kemampuan
menjalankan fungsi representasi aspirasi warga dan pengawasan terhadap
kinerja pemdes, penguatan kapasitas dalam mempersiapkan dan mengelola
penyelenggaraan musdes sebagai wadah pengambilan keputusan strategis
desa dan pengenalan kemampuan untuk menjalankan fungsi legislasi, baik
sebagai inisiator maupun membahas rancangannya bersama pemdes.
Mengupayakan peningkatan kapasitas bagi para pengurus LKD (yang
tidak terbatas pada ketua saja) agar mampu menjalankan fungsi
pemberdayaan masyarakat, termasuk pemberdayaan politik serta
memfasilitasi perimusan prioritas kebutuhan dalam rangka mengatasi
masalah dan mengoptimalkan potensi yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Nasrul, Wedy. "Peran Kelembagaan Lokal Adat dalam Pembangunan


Desa." Jurnal Ekonomi Pembangunan: Kajian Masalah Ekonomi dan
Pembangunan 14.1 (2013)

Hadi, Agus Purbathin. "Eksistensi Desa Adat dan Kelembagaan Lokal: Kasus
Bali." Jurnal: Yayasan Agribisnis Pusat Pengembangan Masyarakat Agrikarya
(PPMA) (2002).

Dharmawan, Arya Hadi. "Konflik-konflik keuasaan dan otoritas kelembagaan


lokal dalam reformasi tata-kelola pemerintahan desa: investigasi teoretik dan
empirik." (2006).

Suryanto, Eko Febri, and Jeki Trimarstuti. KELEMBAGAAN LOKAL DESA


SEBAGAI UPAYA STRATEGI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
PEMBANGUNAN DESA Studi Kasus Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk,
Kabupaten Gunungkidul. Diss. University of Teknologi Yogyakarta, 2021.

Bustang, Bustang, et al. "Potensi Masyarakat dan Kelembagaan Lokal dalam


Pemberdayaan Keluarga Miskin di Perdesaan (Studi Kasus Kabupaten
Bone)." Jurnal Penyuluhan 4.1 (2008).

Widodo, Suwarno, Rosalina Ginting, and Budi Lazarusli. "IbM IPTEKS bagi
Perangkat Desa dan Kelembagaan Lokal di Desa Rogomulyo dan Jatiroto
Kecamatan Kayen Kabupaten Pati." E-Dimas: Jurnal Pengabdian kepada
Masyarakat 5.2 (2014): 64-72.

Statistik, Badan Pusat. ”Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Provinsi dan Topografi


Wilayah, 2003-2008. “jumlah-desa-kelurahan-menurut-provinsi-dan-
topografiwilayah-2003-2014.

Anda mungkin juga menyukai