Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

“TATA KELOLA PEMERINTAHAN DESA”

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah:

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Dosen Pengampu:

Linawati, S.Pd., M.Si.

Disusun oleh:

1. Resa ega praskananta (18.1.02.01.0046)


2. Ayu Nur Fetriyani (18.1.02.01.0044)
3. Fitriani Nur Okpa (18.1.02.01.0014)
4. Ahmad Anas Murtado (18.1.02.01.0060)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Tata
Kelola Pemerintah Desa pada mata kuliah Akuntansi Sektor Publik dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah Pengetahuan tentang sistem Informasi Akuntansi Penggajian pada suatu
entitas dan juga bagaimana mengetahui Unsur Pengendalian Intern di dalamnya. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi
siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saranyang
membangun demi perbaikan di masa depan.

Kediri, 01 Juni 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN.................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................... 6
1.3 Tujuan Makalah.......................................................................................................... 6
BAB II...................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN...................................................................................................................... 7
2.1 Desa Dan Penyelenggaraan Kelembagaan Desa......................................................... 7
2.2 Peraturan Desa............................................................................................................10
2.3 Pembangunan Desa Dan Pembangunan Kawasan Pedesaan......................................13
2.4 Administrasi Desa.......................................................................................................16
2.5 Keuangan Desa Dan Asset Desa................................................................................18
2.6 APBDesa.....................................................................................................................19
2.7 Asset desa dan BUMDes............................................................................................20
BAB III.....................................................................................................................................25
PENUTUP................................................................................................................................25
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................25
3.2 Saran..............................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA
...............................................................................................................................................2
6

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemerintah desa merupakan simbol formil kesatuan masyarakat desa. Pemerintah
desa sebagai badan kekuasaan terendah selain memiliki wewenang asli untuk mengatur
rumah tangga sendiri juga memiliki wewenang dan kekuasaan sebagai pelimpahan secara
bertahap dari pemerintah di atasnya. Pemerintahan desa diselenggarakan di bawah pimpinan
seorang kepala desa beserta perangkat desa yang membantunya untuk mewakili masyarakat
desa guna hubungan keluar maupun ke dalam masyarakat yang bersangkutan.Pemerintahan
desa memiliki peranan signifikan dalam pengelolaan proses sosial di dalam masyarakat, tugas
utama yang harus ditempuh pemerintah desa adalah bagaimana cara untuk mengembangkan
prinsip keterbukaan informasi kepada publik, memberikan pelayanan sosial yang baik
sehingga dapat membawa warganya pada kehidupan yang sejahtera, rasa tentram dan
berkeadilan. Pemerintahan desa diharapkan harus mampu mengembangkan peran aktif
masyarakat agar senantiasa memiliki dan turut bertanggung jawab terhadap perkembangan
kehidupan bersama sebagai warga desa. Melalui Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004
sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah,
undang-undang ini memberikan wacana dan paradigma baru dalam upaya mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan pelayanan pemberdayaan, dan
peran serta masyarakat dalam proses pembangunan, serta daya saing daerah dengan
memperhatikan prinsip keterbukaan.Perangkat desa sebagai salah satu unsur pelaku desa
memiliki peran penting tersendiri dalam mengembangkan kemajuan bangsa melalui desa.
Perangkat desa merupakan bagian dari unsur pemerintah desa yang terdiri dari sekretaris desa
dan perangkat desa lainnya yang merupakan aparatur desa dibawah naungan kepala
desa(Gunawan, 2013).
Perangkat desa yang dimaksud biasanya jumlah dan sebutannya disesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat yang biasa dikenal dengan sebutan
kepala urusan (KAUR), kepala seksi (KASI), dan unsure kewilayahan atau kepala dusun
(KADUS) yang ada di setiap pemerintahan desa. Perangkat desa dituntut dapat mengelola
dan mengembangkan masyarakat dan segala sumber daya yang kita miliki secara baik (Good

4
Governance)yang bercirikan demokratis juga desentralistis.Sudah menjadi idaman dari
masyarakat negara-negara di dunia jika kepala pemerintahan desa mengembangkan
kepemerintahan yang baik, sehingga kepala pemerintahan desa mampu mengelola
pemerintahan secara baik (good governance). Selama ini banyak kalangan masyarakat
memandang terhadap pemerintahannya sendiri yang dirasa kurang simpatik dan cenderung
bersikap sebagai penguasa daripada pelayan masyarakat. Tuntutan dan tantangan pemerintah
desa di era reformasi ini adalah mengembangkan goodgovernancedi mana kepala desa
mampu melayani masyarakat secara baik, menciptakan iklim yang memungkinkan kreativitas
masyarakat berkembang dan mampu mengatasi masalah-masalah dalam masyarakat secara
arif dan bijaksana, sehingga masyarakat makin merasa dipayungi oleh pemimpinnya.
Menurut Mustafa (2013:186-187),good governance diartikan sebagai pengelolaan
pemerintahan yang baik. Kata “baik” di sini adalah mengikuti kaidah kaidah tertentu sesuai
dengan prinsip-prinsip dasar good governance. Kunci utama untuk memahami good
governanceadalah pemahaman prinsip-prinsip didalamnya. Bertitik tolak dari prinsip ini
maka didapatkan tolak ukur kinerja suatu pemerintahan. Baik buruknya pemerintahan bisa
dinilai bila ia telah bersinggungan dengan semua unsur prinsip-prinsip good governance,
yaitu: partisipasi masyarakat, tegaknya supremasi hukum, transparansi, peduli pada
stakeholder, berorientasi pada konsensus, kesetaraan, efektivitas dan efisien, akuntabilitas,
dan visi strategis.
Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dalam
Sakapurnama (2012:15), merumuskan prinsip good governancemeliputi wawasan kedepan
(visionary), transparansi, partisipasi, pertanggung jawaban, supremasi hukum, demokrasi,
profesionalisme, daya tanggap, efisien dan efektif, desentralisasi, kemitraan dengan dunia
usaha dan masyarakat, komitmen pengurangan kesenjangan, komitmen pada lingkungan
hidup, komitmen pada pasar yang fair. Menurut kaloh (2009:172), good governance
mengandung makna bahwa bahwa pengelolaan kekuasaan yang didasarkan pada aturan-
aturan hukum yang berlaku, pengambilan kebijaksanaan secara transparan, serta
pertanggungjawaban kepada masyarakat. Keinginan pemerintah beserta perangkat desa untuk
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, salah satunya dengan mengembangkan UU
No 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik. Menurut Sakapurnama, (2012:16)
bahwa salah satu prinsip yang terkandung dalam good governancedan berkaitan erat dengan
keterbukaan informasi adalah prinsip transparansi. Keterbukaan informasi diharapkan dapat
menghasilkan persaingan politik yang sehat, toleran, dan kebijakan pemerintah dibuat
berdasarkan prefensi publik. Keterbukaan informasi juga dipandang sebagai bagian penting
5
dan tak terpisahkan dari demokrasi. Solihin (2006:10) dalam Sakapurnama (2012:16),
menjelaskan transparansi merupakan akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk
memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintah dan berbagai kebijakan public
1.2 Rumusan Masalah
1. Untuk memahami Desa dan penyelenggaraan kelembagaan desa?
2. Apa yang dimaksud Peraturan Desa?
3. Apa yang dimaksud Pembangunan desa dan pembangunan kawasan perdesaan?
4. Apa yang dimaksud Administrasi desa ?
5. Apa yang dimaksud Keuangan desa dan aset desa ?
6. Apa yang dimaksud APBDes ?
7. Apa yang dimaksud Aset desa dan BUMDes?

1.3 Tujuan Makalah


1. Menjelaskan tentang desa dan penyelenggaraan kelembagaan desa.
2. Menjelaskan peraturan di desa.
3. Menjelaskan pembangunan desa dan pembangunan kawasan perdesaan.
4. Menjelaskan administrasi desa.
5. Menjelaskan keuangan desa dan aset desa.
6. Menjelaskan APBDes.
7. Menjelaskan Aset desa dan BUMDes.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Desa dan penyelenggaraan kelembagaan desa

Pemerintah Desa adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh pemerintah
desa dan badan permusyawaratan desa (BPD) dalam mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal- usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Lembaga atau institusi adalah wadah untuk
mengemban tugas dan fungsi tertentu dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Oleh
karena itu keberadaan lembaga desa merupakan wadah untuk mengemban tugas dan
fungsi Pemerintahan Desa. Tujuan penyelenggaraan pemerintah Desa adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan masayarakat, sehingga tugas pemerintah desa adalah
memberikan pelayanan (Service) dan pemberdayaan (empowerment), serta pembangunan
(development) yang seluruhnya ditujukan bagi kepentingan masyarakat.

Istilah lembaga identik dengan organisasi. Dalam suatu organisasi senantiasa


terdapat struktur organisasi yang jelas. Didalam kehidupan organisasi senantiasa terjadi
hubungan kerja antar unit- unit kerja dalam organisasi itu. Bahkan terjadi pula hubungan
kerja dengan organisasi- organisasi lainnya.

A. Jenis-Jenis Lembaga di Desa

Menurut Undang- undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, terdapat enam
lembaga Desa yakni :

1. Pemerintah Desa (Kepala Desa dan Perangkat Desa);


2. Badan Permusyawaratan Desa (BPD);
3. Lembaga kemasyarakatan;
4. Lembaga Adat;
5. Kerjasama Antar Desa; dan

7
6. Badan Usaha Milik Desa(BUMDes);

Dalam menyelenggarakan pembangunan Desa, Desa mendayagunakan lembaga-


lembaga seperti yang tersebut diatas, untuk pelaksanaan fungsi penyelenggaraan
Pemerinthan Desa., pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa,
dan pemberdayaan masyarakat Desa.

Masing-masing lembaga Desa tersebut memiliki kedudukan, tugas dan fungsi


tertentu dalam konstruksi penyelenggaraan pemerintah desa yakni:

 Kedudukan suatu lembaga desa mencerminkan peran yang diemban oleh lembaga
desa tersebut;
 Tugas dan kedudukan lembaga desa merupakan derivasi atau uraiaian lebih lanjut dari
kewenangan desa, sehingga seluruh kewenangan desa dapat diselenggarakan secara
efektif oleh lembaga- lembaga desa tersebut.

B. Kedudukan Kelembagaan Desa dan Pemerintah Desa


1. Pemerintah Desa
Pemerintah Desa berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa,
bersama- sama dengan Badan Permusyawaratan Desa menyelenggarakan urusan
pemerintahan desa. Kedudukan Pemerintah Desa tersebut menenmpatkan Pemerintah
desa sebagai penyelenggara utama tugas- tugas pemerintahan desa dalam rangka
memberikan pelayanan kepada masyarakat, pemberdayaan masyarakat, dan
pembanguna masyarakat desa.
Dengan begitu kompleksnya permasalahan dalam penyelenggaraan pemerintahan
desa, maka pemerintah desa terdiri dari Kepala Desa selaku kepala pemerintahan desa
dan dibantu oleh Perenagkat Desa selaku pembantu tugas- tugas Kepala Desa.
Perangkat Desa merupakan unsur yang terdiri dari :

 Unsur staf (Sekretariat Desa);


 Unsur lini (pelaksana teknis lapangan); dan
 Unsur kewilayahan (para Kepala Dusun)

Diantara unsur pemerintah desa yaitu unsur kepala (Kepala Desa), unsur
pembantu kepala atau staf (Sekretaris Desa dan para Kepala Urusan), unsur pelaksana

8
teknis fungsional (para Kepala Seksi), dan unsur pelaksana teritorial (Kepal Dusun),
senantiasa ditata dalam suatu kesatuan perintah dari Kepala Desa dan terdapat
hubungan kerja sesuai pembagian kerja yang jelas diantara unsur-unsur organisasi
Pemerintah Desa tersebut, sehingga tidak terjadi tumpang tindih kerja serta terciptanya
kejelasan tanggungjawab dari setiap orang yang ditugaskan pada unit-unit kerja
Pemerintah Desa

2. Badan Permusyawaran Desa

Badan permusyawaratan Desa (BPD) adalah lembaga yang melaksanakan fungsi


pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan
keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis. Badan Permusyawaratan Desa
mempunyai fungsi :

 Membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa;


 Menampung dan Menyalurkan aspirasi masyarakat desa;
 Melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa;

Keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa merupakan perwakilan dari


penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah yang pengisiannya dilakukan secara
demokratis. Masa jabatan Badan Permusyawaratan Desa adlah selama 6 (enam) tahun
terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah/ janji. Anggota BPD dapat dipilih paling
banyak selama 3 (tiga) periode.

Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah gasal, paling sedikit 5 orang dan
paling banyak 9 orang, dengan memperhatikan wilayah, perempuan, penduduk, dan
kemampuan Keuangan Desa.

3. Lembaga Kemasyarakan Desa

Lembaga kemasyarakan desa wadah partisipasi masyarakat desa sebagai mitra


Pemerintah Desa. Lemabag Kemasyarakatan Desa mempunyai fungsi :

 menanamkan dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan masyarakat;


 meningkatkan kualitas dan mempercepat pelayanan Pemerintah Desa kepada
masyarakat Desa;

9
 menumbuhkan, mengembangkan, dan menggerakkan prakarsa, partisipasi, swadaya,
serta gotong royong masyarakat;
 meningkatkan kesejahteraan keluarga;
 meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

4. Lembaga Adat

Lembaga Adat adalah lembaga desa yang menyelenggarakan fungsi adat istiadat
dan menjadi bagian dari susunan asli desa yang tumbuh dan berkembang atas prakarsa
masyarakat desa. Lemabaga adat mempunyai tugas membantu pemerintahan desa dan
sebagai mitra dalam memberdyakan, melestarikan dan mengembangkan adat istiadat
sebagai wujud pengakuan terhadap adat istiadat masyarakat desa.

5. Kerjasama Antar Desa

Kerjasama Antar Desa meliputi ;

 Pengembangan Usaha Bersama yang dimiliki desa untuk mencapai nilai ekonomis
yang berdaya saing;
 Kegiatan kemasyarakatan, pelayanan, pembangunan desa, dan pemberdyaan antar
desa;
 Bidang keamanan dan ketertiban;

6. Badan Usaha Milik Desa

Badab Usaha Milik Desa dikelola dengan semangat kekeluargaan dan


kegotongroyongan dalam bidang ekonomi dan pelayanan umum. Hasil usaha BUMDes
digunakan untuk :

 Pengembangan usaha;
 Pembanguna Desa, pemberdyaan masyarakat desa, pemberian bantuan untuk
masyarakat miskin melalui hibah, bantuan sosial dan kegiatan dana bergulir;

2.2 Peraturan Desa

10
Sebagaimana dalam UU no 6 tahun 2014 Tentang Desa, Peraturan Desa (Perdes)
bisa didefinisikan sebagai peraturan perundang-undangan yang dibentuk dan ditetapkan
oleh Kepala Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Dalam rangka
memperluas kewenangan otonomi desa, Peraturan ini berlaku untuk wilayah desa
setempat. Peraturan Desa merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakatnya.

Guna memenuhi kaidah tentang peraturan desa, maka penyusunannya harus sesuai
ketentuan dalam pembuatan Peraturan Desa (Perdes) yang bisa dilihat pada BAB VII UU
No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, untuk memudahkannya kami uraikan sebagai berikut:

1. Jenis peraturan di Desa terdiri atas Peraturan Desa, peraturan bersama Kepala Desa,
dan peraturan Kepala Desa.
2. Pembentukan Perdes dilarang bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau
ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi (hierarki peraturan
perundang-undangan).
3. Perdes ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan
Permusyawaratan Desa.
4. Rancangan Perdes tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes),
pungutan, tata ruang, dan organisasi Pemerintah Desa harus mendapatkan evaluasi
dari Bupati/Walikota sebelum ditetapkan menjadi Perdes.
5. Hasil evaluasi Rancangan Perdes tersebut kemudian diserahkan kepada Kepala Desa
oleh Bupati/Walikota paling lama 20 (dua puluh) hari kerja terhitung sejak
diterimanya rancangan peraturan tersebut oleh Bupati/Walikota.
6. Kepala Desa wajib memperbaiki Rancangan Perdes yang mengalami revisi sesuai
dengan arahan Bupati/Walikota dengan kurun waktu paling lama 20 (dua puluh) hari
sejak diterimanya hasil evaluasi.
7. Jika Bupati/Walikota tidak memberikan hasil evaluasi terhadap rancangan Perdes
dalam batas waktu tersebut di atas (paling lama 20 hari), Peraturan Desa tersebut
berlaku dengan sendirinya
8. Rancangan Peraturan Desa wajib dikonsultasikan kepada masyarakat Desa.
9. Masyarakat Desa berhak memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalam rangka
penyiapan atau pembahasan terhadap Rancangan Peraturan Desa.

11
10. Peraturan Desa dan peraturan Kepala Desa diundangkan dalam Lembaran Desa dan
Berita Desa oleh Sekretaris Desa.
11. Kepala Desa menetapkan Peraturan Kepala Desa sebagai aturan pelaksanaannya.

Pedoman Penyusunan PERDES


Proses penyusunan peraturan desa meliputi berbagai tingkat penyelesaian, seperti
tingkat persiapan, penetapan, pelaksanaan, penilaian dan pemaduan kembali produk yang
sudah jadi. Perangkat Desa yang merancang peraturan desa diharuskan mempunyai
pengetahuan yang memadai tentang keadaan sosial budaya, sosial ekonomi dan sosial
politik masyarakat desa. Proses penetapan peraturan desa memerlukan pengetahuan dan
pemahaman yang baik guna meminimalisir Perdes yang tidak sesuai dengan kondisi
masyarakat.
Penyusunan Peraturan Desa membutuhkan partisipasi masyarakat agar hasil akhir
dari peraturan desa yang disusun tersebut dapat memenuhi aspek keberlakuan hukum dan
dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan pembentukkannya. Partisipasi masyarakat dapat
berupa masukan dan sumbang pikiran dalam perumusan substansi pengaturan peraturan
desa.
Pembentukan Perdes yang baik harus memenuhi beberapa azas pembentukan
peraturan perundang – undangan, yaitu sebagai berikut :

1. kejelasan tujuan, 
2. kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat, 
3. kesesuaian antara jenis dan materi muatan, 
4. dapat dilaksanakan, 
5. kedayagunaan dan kehasilgunaan, 
6. kejelasan rumusan, dan 
7. keterbukaan.

Peraturan desa dapat dibatalkan apabila tidak terpenuhinya azas-azas tersebut di


atas. Pejabat yang berwenang membatalkan peraturan desa adalah Bupati/Walikota. Perdes
hendaknya dibuat dengan mempertimbangkan kebutuhan dan kemampuan masyarakat.
Oleh karena itu, proses penyusunan peraturan desa hendaknya memperhatikan aspirasi
sekaligus melibatkan masyarakat desa setempat. Muatan Peraturan Desa harus mampu
mendukung penyelenggaraan otonomi desa dan menampung kondisi khusus desa. Program
penyusunan Perdes dilakukan dalam suatu program legislasi desa, sehingga diharapkan
12
tidak terjadi tumpang tindih dalam penyiapan suatu materi Perdes. Ada beberapa jenis
Perdes yang ditetapkan oleh Pemerintahan Desa antara lain:

1. Retribusi Desa, 
2. Tata Kelola Kawasan Hutan Rakyat, 
3. Rencana Konservasi Desa, 
4. Tata Ruang Wilayah Desa, 
5. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), 
6. Perangkat Desa, 
7. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), dan peraturan umum lainnya.

2.3 Pembangunan desa dan pembangunan kawasan pedesaaan

Pembangunan Kawasan Perdesaan adalah pembangunan antar desa yang


dilaksanakan dalam upaya mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan dan
pemberdayaan masyarakat desa melalui pendekatan partisipatif yang ditetapkan oleh
Bupati/Walikota. Hal ini dalam ketentuan umum Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 5 tahun 2016 tentang Pembangunan
Kawasan Perdesaan.

Peraturan Menteri ini rupanya untuk menjembatani dan menggarisbawahi


pembangunan kawasan perdesaan, yang mana desa sudah memiliki RPJMDesa sendiri
dan kemudian harus melihat lingkungan antar desa, kemudian apa kemauan
pembangunan yang dimaui oleh Kabupaten/Kota. Peraturan Menteri ini hanya melihat
dan mempertimbangkan aspirasi masyarakat, di setujui oleh Kepala Desa dan Tokoh
Masyaarakat Desa. Sementara prosesnya akan diekseskusi oleh TKPKP yang
kepanjangannya adalah Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan setelah
menjadi peraturan bupati atau walikota. Atau lebih tepatnya menunjukkan bahwa masih
ada penguasa wilayah selain Kepala Desa, di desa-desa seluruh Indonesia.

Pembangunan Kawasan Perdesaan memunculkan sebuah lembaga baru yaitu


TKPKP. Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan, selanjutnya disingkat
TKPKP, adalah lembaga yang menyelenggarakan pembangunan kawasan perdesaan
sesuai dengan tingkatan kewenangannya. Disebutkan begitu dalam Permendesa
PDTTrans Nomor 5/2016. Prinsip dan Tujuan Pembangunan Kawasan Perdesaan

13
diselenggarakan dengan Prinsip (Pasal 2) Partisipasi, holistik dan komprehensif,
berkesinambungan, keterpaduan, keadilan, keseimbangan, transparansi dan akuntabilitas.
Tidak ada kata INKLUSIF di dalamnya. Pembangunan kawasan perdesaan bertujuan
untuk mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, pengembangan ekonomi,
dan/atau pemberdayaan masyarakat desa melalui pendekatan partisipatif dengan
mengintegrasikan berbagai kebijakan, rencana, program, dan kegiatan para pihak pada
kawasan yang ditetapkan. (Pasal 3 ayat 1) dalam ayat 2 pasal 3 disebutkan bahwa
prioritas Pembangunan Kawasan Perdesaan pada pengembangan potensi dan/atau
pemecahan masalah kawasan perdesaa.

Penyelenggaraan pembangunan kawasan perdesaan berdasar aturan Keputusan


Direktur Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan (pasal 4 ayat 2) dan untuk
pembangunan kawasan tertentu diatur oleh Direktur Jenderal Tehnis masing-masing
(Pasal 4 ayat 3). Penyelenggaraan pembangunan kawasan perdesaan didalamnya adalah
pengusulan kawasan perdesaan, penetapan dan perencanaan kawasan perdesaa, dan
pelaporan dan evaluasi pembangunan kawasan perdesaan.

1. Pengusulan Kawasan Perdesaan

Pengusulan Kawasan Perdesaan dalam Permendesa Nomor 5 tahun 2016


berdasarkan prakarsa Bupati/Walikota dengan memperhatikan aspirasi masyarakat
desa atau disusulkan oleh beberapa desa (Pasal 5 ayat 1) dan dapat dibantu oleh pihak
ketiga (pasal 5 ayat 2), dan harus memiliki gagasan kawasan perdesaan sesuai pasal 3
ayat 1. Kawasan yang diusulkan disepakati oleh Kepala Desa yang wilayahnya
menjadi kawasan perdesaan dengan bentuk surat kesepakatan kawasan perdesaan
(Pasal 5 ayat 4) dan kemudian diserahkan kepada bupati/walikota (ayat 5). Juga harus
mendapatkan persetujuan tokoh masyarakat di kawasan yang diusulkan sebagai
kawasan perdesaan.

2. Penetapan dan perencanaan kawasan Perdesaan

Penetapan dan perencanaan kawasan perdesaan ada dalam pasal 6 sampai


dengan pasal 9 Permen Desa nomor 5 tahun 2016. Penetapan dan perencanaan
kawasan perdesaan memperhatikan RTRW Kabupaten/Kota dan RPJMD
Kabupaten/Kota terutama dalam penentuan prioritas, jenis dan lokasi program

14
pembangunan. Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan disusun oleh TKPKP
Kabupaten/Kota. Yang kemudian ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota.
Jangka waktu pembangunan kawasan perdesaan berdasarkan rencana pembangunan
kawasan perdesaan adalah rencana program pembangunan jangka menengah yang
berlaku selama 5 tahun (pasal 7 ayat 1) yang terdiri atas kegiatan prioritas tahunan.
Rencana pembangunan kawasan perdesaan setidaknya ada didalamnya tentang isu
strategis kawasan perdesaan, tujuan dan sasaran pembangunan kawasan perdesaan,
strategi dan arah kebijakan kawasan perdesaan, program dan kegiatan pembangunan
kawasan perdesaan, indikator capaian kegiatan dan kebutuhan pendanaan.
Mekanisme Penyusunan rencana pembangunan kawasan perdesaan (Pasal 8) dimulai
dengan Bupati/Walikota memprakarsai proses perencanaan pembangunan kawasan
perdesaan melalui TKPKP kabupaten/kota, TKPKP dalam melakukan proses
penyusunan rencana pembangunan kawasan perdesaan dapat dibantu oleh pihak
ketiga. Pasal 8 huruf b.

Kawasan yang dapat ditetapkan sebagai kawasan perdesaan adalah beberapa


desa yang berbatasan dalam sebuah wilayah perencanaan terpadu yang memiliki
kessamaan, keterkaitan masalah dan potensi pengembangan dan merupakan bagian
dari suatu kabupaten/kota (pasal 9 ayat 1). Pasal 9 ayat 2 menentukan tentang
penetapan kawasan perdesaan harus memperhatikan kegiatan pertanian, pengelolaan
sumberdaya alam dan lainnya, permukiman perdesaan, tempat pelayanan jasa
pemerintahan, sosial dan ekonomi perdesaan, nilau strategis dan prioritas kawasan,
keserasian pembangunan antar kawasan dalam wilayah kabupaten/kota, kearifan
lokal dan eksistensi masyarakat hukum ada dan keterpaduan dan keberlanjutan
pembangunan.

3. Pembiayaan Pembangunan Kawasan Perdesaan

Pasal 10 mengatakan bahwa pelaksanaan pembangunan kawasan perdesaan


merupakan perwujudan program dan kegiatan pembangunan tahunan pada kawasan
perdesaan yang merupakan penguatan kapasitas masyarakat dan hubungan kemitraan
yang dilakukan oleh pemerintah, swasta dan masyarakat di kawasan perdesaan.
Pendanaan pelaksanaan pemabangunan kawasan perdesaan bersumber dari APBN,
APBD Propinsi, APBD Kabupaten/Kota, APBDesa, dan sumber lain yang tidak
mengikat (pasal 11).
15
Dalam Pasal 12 dijelaskan bahwa (1) Pembangunan kawasan perdesaan
dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat daerah yang ditunjuk oleh Bupati/Walikota
berdasarkan masukan dari TKPKP kabupaten/kota dan/atau Pemerintah Desa. (2)
Penunjukan oleh Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
didelegasikan kepada TKPKP kabupaten/kota. (3)
PemerintahPusatdan/atauPemerintahDaerahprovinsi dapat menugaskan kepada

Daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan urusan pemerintahan bidang


pemberdayaan masyarakat dan desa berupa pembangunan kawasan perdesaan
berdasarkan asas tugas pembantuan. (4) Pembangunan kawasan perdesaan
dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat daerah yang terkait dalam hal pendanaan
berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah provinsi, dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota. (5) Pembangunan kawasan perdesaan dilaksanakan oleh Pemerintah
Desa dalam hal pendanaan berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. (6)
Bupati/Walikota dapat menunjuk satuan kerja perangkat daerah yang terkait atau
Pemerintah Desa untuk melaksanakan pembangunan kawasan perdesaan dalam hal
pendanaan berasal dari sumber lain yang sah dan tidak mengikat.(7) Bupati/Walikota
dalam menunjuk pelaksana pembangunan kawasan perdesaan harus mengacu pada
Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan.

2.4 Administrasi Desa

Dalam rangka mewujudkan tertib administrasi desa yang mampu berfungsi sebagai
sumber data dan informasi dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat,
pemerintah menetapkan permendagri_no-47_th_2016 tentang administrasi-pemerintahan-
desa. Administrasi Pemerintahan Desa adalah keseluruhan proses kegiatan pencatatan
data dan informasi mengenai Pemerintahan Desa pada Buku Register Desa. Administrasi
Pemerintahan Desa, terdiri dari :

1.  Administrasi Umum adalah pencatatan data dan informasi mengenai kegiatan


pemerintahan Desa pada Buku Administrasi Umum, terdiri dari  :

 Buku Peraturan Di Desa;

16
 Buku Keputusan Kepala Desa;
 Buku Inventaris dan Kekayaan Desa;
 Buku Aparat Pemerintah Desa;
 Buku Tanah Kas Desa;
 Buku Tanah di Desa;
 Buku Agenda;
 Buku Ekspedisi; dan
 Buku Lembaran Desa dan Buku Berita Desa.

2.  Administrasi Penduduk adalah kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai


kependudukan pada Buku Administrasi Penduduk, meliputi :

 Buku Induk Penduduk;


 Buku Mutasi Penduduk Desa;
 Buku Rekapitulasi Jumlah Penduduk,
 Buku rekapitulasi jumlah penduduk,  wajib dilaporkan oleh Kepala Desa kepada
Bupati/Walikota melalui camat setiap akhir bulan dalam bentuk formulir rekapitulasi
jumlah penduduk.
 Buku Penduduk Sementara; dan
 Buku Kartu Tanda Penduduk dan Buku Kartu Keluarga

3.  Administrasi Keuangan adalah kokeegiatan pencatatan data dan informasi mengenai


pengelolaan keuangan Desa pada Buku Administrasi Keuangan.

 Buku APB Desa;


 Buku Rencana Anggaran Biaya;
 Buku Kas Pembantu Kegiatan;
 Buku Kas Umum;
 Buku Kas Pembantu; dan
 Buku Bank Desa.

4. Administrasi Pembangunan adalah kegiatan pencatatan data dan informasi pelaksanaan


pembangunan dan pemberdayaan masyarakat pada Buku Administrasi Pembangunan

17
 Buku Rencana Kerja Pembangunan Desa;
 Buku Kegiatan Pembangunan;
 Buku Inventarisasi Hasil-hasil Pembangunan; dan
 Buku Kader Pendampingan dan Pemberdayaan Masyarakat

2.5 Keuangan desa

Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan
uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksaan
hak dan kewajiban desa. Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban
keuangan Desa. Rencana Kerja Pemerintah Desa, selanjutnya disebut RKP Desa, adalah
penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 1
(satu) tahun. Berikut ini hak dan kewajiban desa :

1. Mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal usul, adat
istiadat, dan nilai sosial budaya masyarakat desa.
2. Menetapkan dan mengelola kelembagaan desa
3. Mendapatkan sumber pendapatan.

Mulai tahun 2015 keuangan desa ]lebih akuntable dan lebih komplek, dengan
adanya perencanaan yang lebih matang yaitu adanya anggaran pendapatan dan belanja
desa (APBDes) dengan ini desa di tuntut merencanakan pembangunan ang lebih
terencana sesuai dengan RPJMDes dan juga RKPDes, mulai tahun 2015 juga keuangan
yang masuk ke desa lebih banyak, seperti dari Alokasi dana Desa (ADD), dana
Desa (DD), bagi hasil pajak dan retribusi (BHPR) bantuan gubernur dan juga harus di
tuntut adanya pendapatan asli desa (PADes)

Setelah berjalan beberapa tahun, pada tahun 2019 keuangan desa dan perencanaan
desa sudah menggunakan sistem aplikasi atau sudah sistem digitalisasi dengan
menggunakan aplikasi siskeudes, sistem ini mengurangi kesalahan entri data dan
memudahkan dalam pekerjaan selanjutnya, namun karena baru dan pengerjaan yang lebih
komplek, pemerintah desa butuh waktu lebih lama untuk adaptasi pemerintah desa
juga keuangan desa di tuntut lebih transparasi dengan di canangkan program website desa
untuk media transparansi juga untuk mengenalkan desa ke dunia luar, untuk pemerintah.

18
2.6 APBDesa

Anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDesa) merupakan peraturan desa yang
memuat sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran desa dalam kurun waktu
satu tahun. APBDesa terdiri dari pendapatan desa, belanja desa dan pembiayaan.
Rancangan APBDesa dibahas dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa.dan
keuangan tahunan pemerintah desa. Kepala Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa
(BPD_ menetapkan APBDesa setiap tahun dengan Peraturan Desa..

1. Pendapatan Desa.
Yakni semua penerimaan uang melalui rekening desa yang merupakan hak
desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa.
Adapun Pendapatan Desa berasal dari Pendapatan Asli Desa, yakni dari hasil usaha,
hasil aset, swadaya, partisipasi dan gotong-royong dan lain-lain pendapatan asli desa
yang sah. Lalu, Pendapatan Desa juga berasal dari transfer yakni Dana Desa, bagian
dari Hasil Pajak Daerah Kabupaten/Kota dan Retribusi Daerah, Alokasi Dana Desa
(ADD), Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi dan Bantuan Keuangan APBD
Kabupaten/Kota. Selanjutnya, Pendapatan Desa juga dapat berasal dari Pendapatan
Lain-lain, yakni Hibah dan Sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat dan
lain-lain pendapatan desa yang sah.
2. Belanja Desa.
Yakni meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan
kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh desa. Belanja Desa dipergunakan dalam rangka
mendanai penyelenggaraan kewenangan desa. Adapun klasifikasi belanja desa terdiri
atas penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa,
pembinaan kemasyarakatan desa, pemberdayaan masyarakat desa, dan belanja tak
terduga. Klafikasi belanja tersebut dibagi dalam kegiatan yang sesuai dengan
kebutuhan desa yang telah dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Desa
(RKPDesa). Dan seluruh kegiatan belanja tersebut bermuara pada kegiatan belanja
pegawai, belanja barang & jasa dan belanja modal.
3. Pembiayaan Desa.

19
Pembiayaan Desa terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran
pembiayaan. Adapun penerimaan pembiayaan ialah sisa lebih perhitungan anggaran
(SiLPA) tahun sebelumnya, pencairan dana cadangan, dan hasil penjualan kekayaan
desa yang dipisahkan. Sedangkan pengeluaran pembiayaan adalah pembentukan
dana cadangan, dan penyertaan modal desa.

2.7 Aset desa dan BUMDes


i. Asset Desa
Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli milik
Desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APB Desa) atau perolehan Hak lainnya yang sah. Adapun jenis-jenis aset desa, ada
aset desa yang bersifat stategis dan aset lainnya milik desa. Hal ini
dijelaskan dalam Permendagri No.1/2016 .
1) Aset Desa bersifat staregis
Jenis aset desa yang bersifat strategis dapat berupa:
 Tanah kas desa;
 Pasar desa;
 Pasar hewan;
 Tambatan perahu;
 Bangunan desa;
 Pelelangan ikan yang dikelola oleh desa;
 Pelelangan hasil pertanian;
 Hutan milik desa;
 Mata air milik desa;
 Pemandian umum; dan
 Lain-lain kekayaan asli desa.
2) Aset lainnya milik Desa
Aset lainnya milik desa antara lain:
 Kekayaan asli desa;
 Kekayaan milik desa yang dibeli atau diperoleh atas beban APBDesa; 
 Kekayaan desa yang diperoleh dari hibah dan sumbangan atau yang sejenis;

20
 Kekayaan desa yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak
dan/atau diperoleh berdasarkan ketentuan peraturan undang-undang, 
 hasil kerja sama desa, dan 
 Kekayaan desa yang berasal dari perolehan lain yang sah. 

Semua aset milik desa harus ditata dan dikelola dengan baik dan transparan.
 Tatacara Pengelolaan Aset Desa, sebagai berikut:

 Aset desa yang berupa tanah disertifikatkan atas nama Pemerintah Desa.

 Aset desa berupa bangunan harus dilengkapi dengan bukti status kepemilikan dan
ditatausahakan secara tertib.

 Aset desa dapat diasuransikan sesuai kemampuan keuangan desa dan dilaksanakan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

 Aset desa dilarang untuk diserahkan kepada pihak lain sebagai pembayaran atas
tagihan kepada pemerintah desa.

 Aset desa dilarang digadaikan atau dijadikan jaminan untuk mendapatkan


pinjaman.  

 Tahapan dalam pengelolaan Aset Desa meliputi:


Pengelolaan aset desa adalah rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan,
pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan, peghapusan,
pemindah-tanganan, penatausahaan, pelaporan, penilaian, pembinaan, pengawasan dan
pengendalian aset desa.

ii. Badan usaha milik desa (Bumdes)

BUMDes adalah usaha desa yang dikelola oleh Pemerintah Desa, dan berbadan
hukum. Dengan kata lain, Bumdes adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari
kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya
untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
Jadi, pemerintah desa bisa mendirikan Bumdes sesuai dengan kebutuhan dan
potensi Desa. Pembentukan Bumdes tersebut harus ditetapkan dengan Peraturan Desa.
Kepengurusan Bumdes sendiri terdiri dari Pemerintah Desa dan masyarakat desa
setempat. Sedangkan modal atau sumber dana BUMDes bisa berasal dari Pemerintah

21
Desa, tabungan masyarakat, bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota, pinjaman, atau penyertaan modal pihak lain atau kerja sama bagi hasil
atas dasar saling menguntungkan. Bumdes juga boleh melakukan pinjaman dana, yang
dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan BPD.
Alokasi Dana Desa adalah dana yang dialokasikan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota untuk desa, yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan
pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota. Permodalan Badan Usaha Milik
Desa dapat berasal dari Pemerintah Desa, tabungan masyarakat, bantuan Pemerintah,
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota, pinjaman, atau penyertaan modal
pihak lain atau kerja sama bagi hasil atas dasar saling menguntungkan. Badan Usaha Milik
Desa dapat melakukan pinjaman, yang dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan BPD.

a) Dasar Hukum Bumdes


Landasan hukum pendirian BUMDes adalah Undang-Undang no 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah dan PP no 72 tahun 2005 tentang Desa. Pada UU no 32
tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah pasal 213 ayat 1 yang berbunyi “Desa bisa
mendirikan badan usaha milik desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang
dimiliki desa”. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
baru saja mengumumkan, memasuki Juli 2018 saat ini, jumlah Badan Usaha Milik
Desa (BUMDes) di seluruh Indonesia mencapai 35 ribu dari 74.910 desa di seluruh
bumi nusantara. Jumlah itu lima kali lipat dari target Kementerian Desa yang hanya
mematok 5000 BUMDes.

b) Ciri Bumdes
o Kekuasaan penuh berada di tangan pemerintah desa, lalu dikelola bersama
masyarakat desa.
o Modal bersama yaitu bersumber dari desa sebesar 51% dan dari masyarakat 49%,
dilakukan dengan cara penyertaan modal (saham atau andil).
o Menggunakan falsafah bisnis yang berakar dari budaya lokal untuk melakukan
kegiatan operasional.
o Bidang yang dipilih bagi badan usaha desa disesuaikan dengan potensi dan
informasi pasar.

22
o Keuntungan yang diperoleh dari produksi dan penjualan ditujukan untuk
meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat desa melalui kebijakan desa.
o Pemberian fasilitas dan pengawasan dilakukan oleh Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kabupaten, dan Pemerintah Desa.

c) Fungsi Bumdes
Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, fungsi Bumdes
yaitu:
 Sebagai lembaga yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dengan
melalui pengelolaan potensi desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat, atau dengan
kata lain sebagai salah satu sumber kegiatan ekonomi desa.
 Sebagai lembaga sosial yang harus berpihak kepada kepentingan masyarakat dengan
melalui kontribusinya dalam penyediaan pelayanan sosial.
 Sebagai lembaga komersil yang membuka ruang lebih luas kepada masyarakat desa
untuk meningkatkan penghasilan, dengan kata lain membuka lapangan pekerjaan dan
mengurangi pengangguran di desa.

d) Tujuan Bumdes
 Meningkatkan pendapatan.
 Meningkatkan perekonomian masyarakat desa.
 Mengoptimalkan potensi sumber daya alam untuk kebutuhan masyarakat
 Menjadi alat pemerataan dan pertumbuhan ekonomi desa.

e) Jenis Bumdes
1. Bumdes yang Bersifat Serving
Bumdes yang bersifat serving adalah Bumdes fokus menjalankan bisnis sosial
yang melayani warga bisa disebut dengan pelayanan publik yang ditujukan pada
seluruh masyarakat. Jenis usaha ini tidak terlalu berfokus pada pencarian keuntungan
karena memang pada dasarnya motif mereka adalah sosial.Jadi mereka benar-benar
melayani masyarakat tanpa terkecuali.Contohnya lumbung pangan, usaha listrik
desa, penyulingan air bersih, dan lainnya.
2. Banking

23
Bumdes banking adalah bumdes yang bersifat penyimpanan dana yang
bertujuan memenuhi kebutuhan keuangan masyarakat desa. Contohnya unit usaha
dana bergulir, Bank Desa, Lembaga keuangan mikro desa, dan lainnya.
3. Renting
Renting adalah jenis badan usaha desa yang berfokus pada bidang
penyewaan yaitu dengan melayani semua masyarakat desa yang membutuhkan
persewaan dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.Contohnya persewaan
traktor, penyewaan rumah dan toko, tanah, gedung, perkakas pesta dan lain
sebagainya.
4. Brokering
Brokering atau perantara adalah jenis BUMDes berupa lembaga perantara
yang menghubungkan antara satu pihak dan pihak lainnya yang memiliki tujuan
sama. Dalam desa yang sering dilaksanakan adalah menghubungkan komoditas
pertanian dengan pasar dengan tujuan agar petani tidak sulit mencari konsumen dan
menjual hasil sawah nya. Contohnya Bumdes jenis brokering adalah jasa
pembayaran listrik, PAM, Telpon, jasa perpanjangan pajak kendaraan bermotor dan
masih banyak lainnya.Selain itu, desa juga mendirikan sebuah pasar desa untuk
menampung produk masyarakat untuk dijual ke pasar, seperti KUD dan lainnya.
5. Trading
BUMDes trading adalah Bumdes yang fokus usahanya dalam produksi dan
berdagang barang-barang tertentu dalam sebuah pasar dengan skala yang luas untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Seperti misalnya pabrik es, pabrik asap cair, hasil
pertanian, hasil peternakan dan sejenisnya.
6. Holding
Jenis lain Bumdes adalah holding, yakni sebuah unit dari unit-unit usaha yang
ada di desa, dimana setiap unit yang berdiri sendiri. Contoh Bumdes holding adalah
desa wisata yang mengordinir berbagai jenis usaha dari kelompok masyarakat seperti
kerajinan, makanan, sajian wisata, kesenian, penginapan dan lainnya.

24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemerintah desa adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh pemerintah
desa dan badan permusyawaratan desa (BPD) dalam mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. pemerintah esa termasuk salah satu perangkat pemerintah daerah,
pemerintah desa di atur dalam undangundang No. 6 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Desa dan peraturan Pemerintah daerah. Keduanya mengatur penyelenggaraan
Pemerintah Desa, salah satunya adalah lembaga-lembaga penyelenggaraan Pemerintah
Desa.
Pemerintahan desa diharapkan harus mampu mengembangkan peran aktif
masyarakat agar senantiasa memiliki dan turut bertanggung jawab terhadap
perkembangan kehidupan bersama sebagai warga desa. untuk mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik, salah satunya dengan mengembangkan UU No 14 Tahun
2008 tentang keterbukaan informasi public.
Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang
serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksaan hak dan
kewajiban desa. Berikut ini hak dan kewajiban desa :

25
 Mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal usul, adat
istiadat, dan nilai sosial budaya masyarakat desa.
 Menetapkan dan mengelola kelembagaan desa
 Mendapatkan sumber pendapatan

3.2 Saran
Demikian makalah yang Kami buat, semoga dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan pembaca. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membanguan terima kasih

DAFTAR PUSTAKA

http://putatgede.desa.id/2018/kelembagaan-di-desa-menurut-uu-nomor-6-tahun-2014/

https://www.pengadaan.web.id/2019/11/peraturan-desa-perdes.html

https://www.jogloabang.com/pustaka/permendesa-5-2016-pembangunan-kawasan-perdesaan

https://bralink.id/administrasi-pemerintahan-desa/

https://arenan.desa.id/keuangan-desa/

https://desabatukotam.id/baca-berita-156-defenisi-dan-penjelasan-tentang-apbdesa.html

26

Anda mungkin juga menyukai