Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MONITORING DAN KONTROL SUMBER DAYA MANUSIA


PADA KANTOR DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL
KABUPATEN SIKKA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
1. MARIA YOSEFA (062200121)
2. MARIA INSANA DARO (062200142)
3. RIVALDO E. A. PELE (062200161)
4. HELENSIANA SUMARNI TETI (062211240)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NUSA NIPA
MAUMERE
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas karunia Tuhan Yang Maha Esa. Atas seizin-Nya,
kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Monitoring Dan Kontrol Sumber Daya
Manusia pada Kantor Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sikka”
tepat pada waktunya. Makalah ini diajukan sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah
konsentrasi Manajemen Kinerja Sumber Daya Manusia program studi Manajemen fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Nusa Nipa Maumere.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada orang tua kami yang senantiasa memberikan
doa semangat dan selalu memotivasi hingga sekarang ini. Kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada Ibu Dra. Martha Hubberty Pega, selaku Kepala Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Sikka beserta jajarannya yang telah menerima kami untuk
melakukan penelitian di DISDUKCAPIL Kabupaten Sikka dan atas bantuan yang diberikan
kepada kami dalam melakukan penelitian dan memperoleh informasi yang diperlukan selama
penulisan makalah ini.
Meskipun telah berusaha menyelesaikan makalah ini sebaik mungkin, kami
menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna menyempurnakan segala
kekurangan dalam menyusun makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini
berguna bagi para pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Maumere, April 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... 1
KATA PENGANTAR................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................. 3

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................... 4
1.1 Latar Belakang.................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah............................................................... 7
1.3 Tujuan................................................................................. 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 8
2.1 Pengertian Sistem Monitoring............................................ 8
2.2 Indikator Sistem Monitoring............................................... 9
2.3 Pengertian Sistem Pengendalian......................................... 9
2.4 Fungsi Pengendalian........................................................... 10
2.5 Prinsip-Prinsip Dasar Pengendalian.................................... 10
2.6 Proses Pengendalian............................................................ 11
2.7 Jenis atau Tipe Pengendalian.............................................. 12
BAB 3 PEMBAHASAN.......................................................................... 13
3.1 Gambaran Disdukcapil........................................................ 13
3.1.1 Sejarah Terbentuknya Organisasi....................................... 13
3.1.2 Visi dan Misi....................................................................... 14
3.3 Saran................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 17

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada saat ini memberikan pelayanan publik kepada masyarakat sipil merupakan salah
satu tugas terpenting. Pelayanan merupakan tugas umum dari aparatur sebagai abdi negara
dan abdi masyarakat. Hal itu berarti aparatur harus mampu melaksanakan tugasnya sebagai
pelayan negara dan masyarakat. Untuk dapat memenuhi tuntutan masyarakat, aparatur
pemerintah harus dapat memberikan pelayanan yang baik. Pemerintah mulai melakukan
perbaikan dengan membekali aparatur dengan kemampuan melayani. Pembekalan tersebut
dimaksudkan agar aparat negara, dalam hal ini pegawai negeri, akan mampu memenuhi
kepentingan kebutuhan dan menanggapi keluhan masyarakat. Maka pemerintah yang ada di
tingkat kelurahan sampai kecamatan diharapkan dapat menjadi sarana yang efektif dalam
meningkatkan keberhasilan program pemerintah dan dalam menggerakkan partisipasi
masyarakat guna mendukung program program itu, terlebih lembaga kecamatan yang dapat
dikatakan sebagai lembaga penghubung antara pemerintah pusat dengan struktur lembaga
terendah di bawahnya serta masyarakat sipil.
Pemerintah Kabupaten Sikka yang merupakan bagian dari organisasi Pemerintahan
Republik Indonesia mempunyai struktur pemerintahan Negara dari tingkat paling tinggi yakni
Presiden tingkat paling rendah yakni Rukun Warga dan Rukun Tetangga. Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil (DisdukCapil) Kabupaten Sikka merupakan salah satu
pelaksana pelayanan administrasi publik 12di wilayah Kabupaten Sikka. Pelayanan
kependudukan ini meliputi pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil. Pendaftaran penduduk
meliputi pembuatan Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP), surat
pindah dan lainlain, sedangkan Pencatatan Sipil meliputi pembuatan kutipan akta kelahiran,
kutipan akta kematian, kutipan akta perceraian, pencatatan pengakuan anak dan pengesahan
anak, pencatatan perubahan nama, dan pencatatan perubahan kewarganegaraan.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga pemerintahan yang berhubungan
dengan pelayanan masyarakat / publik, seharusnya seluruh unsur pelaksana pemerintah
tingkat atas sampai tingkat kelurahan harus memiliki komitmen yang sama sehingga layanan
yang diberikan benar-benar mampu memberikan arti penting bagi masyarakat pengguna jasa.
Seiring dengan berjalannya waktu layanan pada tingkat kelurahan masih menghadapi

4
kendala, bukan hanya masalah kesederhanaan, keterbukaan namun sistem birokrasi yang
dianggap masih membebani masyarakat. Hal ini sebagai akibat dari perilaku birokrasi yang
kurang bersikap transparan dalam memberikan pelayanan, bahkan dalam memberikan
pelayanan lebih cenderung bersikap subyektif atau melihat siapa yang dilayani. Padahal,
sebagai pelayan publik seharusnya mampu bersikap netral dan tidak bertindak diskriminatif
atau tidak memihak kepada golongan tertentu, tujuannya agar pelayanan benar-benar bisa
dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat secara adil, tepat waktu, tranparansi, efektif dan
efisien.
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sikka atau lebih di kenal
dengan (Disdukcapil) merupakan salah satu instansi pemerintah yang berada di Kabupaten
Sikka tepatnya di jln. Soekarno Hatta, nomor 5, Kelurahan3Kota Baru Kecamatan Alok
Timur. Memiliki satu Kepala Dinas, empat Kepala Bidang (KABIT DAFDUK), dan satu
orang Sekertaris, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupeten Sikka juga memiliki
sekitar 57 pegawai di antaranya 33 orang PNS dan 24 orang Honorer yang bertugas melayani
masyarakat dalam hal pencatatan kelahiran, kematian, perkawinan, perceraian, pengesahan
anak dan pengakuan anak. Kependudukan merupakan basis utama dan fokus dari segala
persoalan pembangunan. Hampir semua kegiatan pembangunan baik yang bersifat sektoral
maupun lintas sektor terarah dan terkait dengan penduduk, atau dengan kata lain penduduk
harus menjadi subyek sekaligus objek pembangunan. Oleh karena itu dalam mengurus semua
hal yang berhubungan dengan kependudukan ditangani oleh suatu dinas dimana dinas
tersebut memberikan semua bentuk pelayanan mengenai kependudukan itu sendiri.
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Bertugas untuk mencatat, mendaftarkan serta
membukukan selengkap mungkin setiap peristiwa penting bagi status keperdataan seseorang.
Dalam mendukung tugas dan tanggung jawab pemerintahan maka di butuhkan SDM
yang memiliki kemampuan yang rasional untuk mewujudkan tujuan organisasi (Siagin,
2008:181). Suatu organisasi dibentuk untuk mencapai tujuan bersama, untuk mencapai tujuan
secara efektif maka diperlukan manajemen atau kinerja yang baik dan memiliki
kepemimpinan yang benar. Manajemen kinerja merupakan suatu proses di mana seorang
manajer dan karyawan bekerja sama untuk merencanakan, memantau, dan meninjau kembali
objektif atau sasaran kerja karyawannya agar dapat memberikan kontribusi secara
keseluruhan untuk organisasi atau perusahaan. Maka dari itu keberhasilan sebuah organisasi
dapat dilihat dari kesesuaian proses dengan apa yang telah direncanakan kesesuaian dan
pencapaian tujuan, penggunaan dan pemanfaatan sumber daya yang efektif dan efisien salah

5
satunya yaitu dengan melakukan monitoring. Monitoring adalah suatu proses untuk
menerapkan pekerjaan yang sudah dilaksanakan, menilainya, dan mengoreksi dengan maksud
agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula.
Dengan adanya sistem monitoring diharapkan mampu menjawab berbagai
permasalahan. Data yang diperoleh dari monitoring akan dibutuhkan saat evaluasi agar
diharapakan dapat memberikan nilai tambah dan sebagai alat ukur keberhasilan suatu
program yang telah dilakukan. Indikator tercapainya sebuah keberhasilan monitoring tentu
dibarengi dengan adanya program pengendalian. Pengendalian (control) adalah proses untuk
mengukur kinerja dan memastikan bahwa tindakan yang dilakukan berhasil mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Pengendalian kinerja pegawai merupakan hal yang berpengaruh
terhadap keberhasilan suatu sistem pemerintahan. Pengendalian tenaga kerja dianalisis
melalui tiga tahap antara lain pengendalian pendahuluan (preliminary control) yaitu
pengawasan yang terjadi sebelum kerja dilakukan, pengendalian bersamaan (concurrenct
control) yaitu pengawasan yang terjadi ketika pekerjaan dilaksanakan, dan pengendalian
umpan balik (feedback control) yaitu kegiatan yang dilakukan guna mengukur penyimpangan
yang mungkin terjadi atau tidak sesuai standar. (Arumsari, 2019). Pengendalian pendahuluan
meliputi hak dan kewajiban, penjadwalan, dan analisis pekerjaan.
Pengendalian bersamaan meliputi pelaksanaan pekerja, pelatihan dan kedisiplinan
tenaga kerja, pengendalian umpan balik meliputi evaluasi kinerja pegawai.Berdasarkan
pengamatan peneliti di lapangan, di peroleh fenomena masalah kinerja pegawai yang terjadi
di kantor Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sikka, yaitu kedisiplinan
dalam bekerja, fenomena ini sering terjadi di kalangan pegawai sehingga berpengaruh
terhadap kinerja pegawai ketepatan waktu baik itu masuk kerja, pulang kerja yang tidak
sesuai aturan atau target yang ditentukan, tata tertib yang harus dipatuhi, merasa belum akan
efisien tugasnya jika belum memiliki keahlian dalam bidang tugasnya. Dalam artian, apabila
kedisiplinan itu tidak tercapai tentu berpengaruh terhadap kinerja sehingga menjadi buruk
dan mengalami banyak kendala dan keterlambatan dalam hasil serta produktivitasnya
terutama kurangnya keefektifan pada suatu organisasi. Berdasarkan permasalahan
kedisiplinan kerja yang didapatkan tersebut maka perlu adanya peninjauan atau
pengembangan sistem monitoring dan kontrol atau pengendalian kinerja pegawai untuk
menjawab permasalahan yang ada. Untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul
"Pengaruh Sistem Monitoring Dan Pengendalian Terhadap Kinerja Pada Kantor Dinas
Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sikka”.

6
1.2. Rumusan Masalah
 Apakah sistem monitoring berpengaruh terhadap kinerja pegawai pada kantor Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sikka?
 Apakah pengendalian berpengaruh terhadap kinerja pegawai pada kantor Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sikka?

1.3. Tujuan Penelitian


 Untuk mengetahui apakah sistem monitoring berpengaruh terhadap kinerja pegawai
pada kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sikka.
 Untuk mengetahui apakah pengendalian berpengaruh terhadap kinerja pegawai pada
kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sikka.

7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Monitoring
2.1. Pengertian Sistem Monitoring
Monitoring merupakan suatu kegiatan mengamati secara seksama suatu keadaan atau
kondisi termasuk juga perilaku atau kegiatan tertentu, dengan tujuan agar semua data
masukan atau informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan tersebut dapat menjadi
landasan dalam mengambil keputusan tindakan selanjutnya yang diperlukan. Tindakan yang
diperlukan, jika hasil pengamatan menunjukkan adanya hal atau kondisi yang tidak sesuai
dengan yang direncanakan semula. Monitoring bertujuan untuk mengamati atau mengetahui
perkembangan dan kemajuan, identifikasi dan permasalahan serta antisipasinya atau upaya
pemecahannya. (Mulyono, 2017:9)
Monitoring adalah salah satu fungsi manajemen yang sangat berarti dalam dinamika
perkembangan dan pencapaian suatu tujuan organisasi agar dapat berjalan dengan lancar,
sehingga banyak para ahli manajemen mempunyai pandangan tersendiri terhadap
pengawasan. Monitoring memiliki peranan yang sangat penting untuk menjamin terwujudnya
efektivitas dan efisien kerja serta pencapaian hasil kinerja dalam suatu organisasi dengan
maksud untuk mencegah kebocoran dan pemborosan dalam menggunakan waktu, dana dan
sarana sehingga seluruh kegiatan organisasi dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Tugas
daerah yaitu melakukan pengawasan agar apa yang direncanakan sesuai dengan tujuan suatu
organisasi. (Fadli Sandewa, 2017:150)
Pelaksanaan monitoring yang baik dapat menunjang tingkat kinerja yang memimpin
sebagai pengawas dan para pegawai untuk diawasi. Fungsi pengawasan dapat memberikan
bimbingan dan pengarahan terhadap tugas dan tanggung jawabnya. Proses monitoring
merupakan salah satu tugas terpenting yang harus dilakukan dalam manajemen suatu project
semua anggota tim yang menjalankan project tersebut harus mengetahui setiap pencapaian
yang terjadi nantinya akan dibandingkan dengan rencana awal yang telah dibuat sebelumnya.
Monitoring tidaklah lengkap ketika tanpa adanya evaluasi, karena monitoring dan evaluasi
memiliki peran yang sama-sama penting dan melengkapi satu sama lain dalam mengontrol
transaksi yang ada. (C A Wijaya 2018:15).

8
2.2. Indikator Sistem Monitoring
Menurut Rahayu (2018) berpendapat bahwa adapun indikator dari sistem monitoring antara
lain:
1. Masukan (Input)
Faktor yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan sehingga menghasilkan
keluaran berupa: dana, sumber daya manusia, informasi, kebijakan, atau peraturan
perundangan undangan.
 Proses (Process)
Gambaran perkembangan pelaksanaan selama kegiatan berjalan, khusus dalam proses
pengolah masukan untuk menghasilkan keluaran.
 Keluaran (Output)
Hasil yang dicapai dari suatu kegiatan dapat berupa fisik maupun non fisik.
 Hasil (Outcome)
Segala sesuatu yang dalam jangka waktu menengah memberi kesan bahwa keluaran
dari kegiatan telah berfungsi.
 Dampak (Impack)
Berupa pengaruh yang dapat ditimbulkan pada setiap tingkatan indikator berdasarkan
asumsi yang telah ditetapkan dan bersifat positif maupun negatif.

B. Sistem Pengendalian
2.3. Pengertian Sistem Pengendalian
Pengendalian adalah proses pemantauan aktivitas untuk menjamin bahwa standar
dapat terlaksana sebagaimana yang direncanakan dan melakukan langkah korektif terhadap
penyimpangan yang berarti. Pengendalian dapat diartikan juga sebagai proses memonitor
ketika para manajer dapat mengatur organisasi dan anggotanya yang sedang melakukan atau
menyelenggarakan aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien
dan efektif. Dan pengendalian merupakan suatu proses yang melibatkan monitoring dan
mengevaluasi struktur dan strategi organisasi untuk menilai apakah ada suatu kebutuhan yang
diperlukan untuk suatu perubahan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dalam pencapaian
tujuan yang kompetitif. (Suprihanto J, 2014:132)

9
2.4. Fungsi Pengendalian
Menurut Suprihanto J (2014:133), tujuan dan fungsi pengendalian antara lain:
a. Mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan atau kesalahan dengan melakuan
pengendalian secara rutin disertai adanya ketegasan-ketegasan dalam pengawasan,
yakni dengan pemberian sanksi yang sewajarnya terhadap penyimpangan yang terjadi.
b. Memperbaiki berbagai penyimpangan yang terjadi jika penyimpangan telah terjadi,
hendaknya pengendalian dapat mengusahakan cara-cara perbaikan.
c. Membangun kesadaran bersama untuk pencegahan penyimpangan. Dengan adanya
pengendalian diharapkan sedemikian mungkin dapat dicegah adanya penyimpangan
sehingga unit organisasi selalu dalam keadaan sadar dan bekerja secara efektif dan
efisien.
d. Menumbuhkembangkan rasa memiliki dan mempertebal rasa tanggung jawab.
Dengan adanya pengendalian dari pihak manajemen bersama dengan karyawan akan
menumbuhkembangkan rasa memiliki dan karyawan akan memiliki rasa tanggung
jawab terhadap pekerjaan yang diembannya.

2.5. Prinsip-Prinsip Dasar Pengendalian


Dengan melihat pengertian dan fungsi pengendalian yang ada serta agar pengendalian
itu dapat berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan, perlu adanya prinsip-prinsip dasar
dalam pengendalian, antara lain yaitu:
1. Adanya rencana tertentu dalam pengendalian sebab dengan adanya rencana yang matang
akan menjadi standar atau alat pengukur terhadap berhasil tidaknya pengendalian.
2. Adanya pemberian instruksi atau perintah serta wewenang kepada bawahan.
3. Dapat merefleksikan berbagai sifat dan kebutuhan dari berbagai kegiatan yang diawasi
sebab masing-masing kegiatan, seperti produksi, pemasaran dan keuangan memerlukan
sistem pengawasan tertentu sesuai dengan bidangnya.
4. Dapat segera dilaporkan adanya berbagai bentuk penyimpangan.
5. Pengendalian harus bersifat fleksibel, dinamis, dan ekonomis.
6. Dapat merefleksikan, pola organisasi misalnya setiap kegiatan karyawan harus tergambar
dalam struktur organisasi atau terhadap setiap bagian yang harus ada standar biaya dalam
jumlah tertentu apabila terjadi penyimpangan sehingga apabila penyimpangannya
melebihi standar disebut tidak wajar lagi.

10
7. Dapat menjamin diberlakukannya tindakan korektif yakni segera mengetahui sesuatu
yang salah tempat terjadinya kesalahan tersebut serta pihak yang bertanggung jawab.

2.6. Proses Pengendalian


Sehermerhon (2002) menyebutkan bahwa controlling is the process kof measuring
performance and taking action to ensure desired results. Pengendalian adalah proses dalam
menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian
hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut. Demikian juga
Stoner, Freeman dan Gilbert (1995) menyebutkan juga bahwa controlling is the process of
ensuring that actual activities confrom the planned activities. Pengendalian adalah proses
untuk memastikan bahwa segala aktivitas yang terlaksana sesuai dengan yang telah
direncanakan. Proses pengendalian dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Penentuan standar dan metode untuk pengukuran kinerja (evaluasi kinerja)
Menetapkan atau menentukan standar, tujuan, atau target dibanding dengan capaian yang
diharapkan untuk dievaluasi. Para manajer pada masing-masing tingkatan dalam
organisasi harus menetapkan standar mereka sendiri bersama dengan pimpinan satu level
di atasnya.
b. Proses pengukuran kinerja senyatanya
Dalam mengukur capaian kerja senyatanya, manajer dapat mengukur output sebagai hasil
kinerja karyawan atau mereka dapat mengukur perilaku mereka sendiri.
c. Membandingkan antara kinerja dengan standar
Membandingkan antara kinerja dengan standar yang dicapai dengan standar yang sudah
ditentukan. Dalam membandingkan capaian kinerja terhadap standar yang sudah
ditentukan, para manajer harus memutuskan jika capaian kinerja tersebut benar-benar
menyimpang.
d. Mengambil tindakan koreksi
Mengambil tindakan koreksi sejauh diperlukan terutama apabila kinerja senyatanya di
bawah standar dan seterusnya proses pengendalian ini berkeseimbangan. Dalam proses
mengevaluasi hasil dan mengambil tindakan korektif dapat menimbulkan permasalahan
kalau standar yang telah ditentukan terlalu tinggi atau rendah.

11
2.7. Jenis atau Tipe Pengendalian
Menurut Hasibun (2016) mengemukakan bahwa adapun jenis-jenis pengendalian sistem
antara lain:

8. Feedforward Control
Metode pengendalian umpan maju (feedforward) digunakan untuk mengantisipasi
masalah sebelum terjadi. Metode atau tipe ini digunakan saat pertama kali pada saat
proses pertama dalam tahapan pengendalian atau preliminary. Dengan demikian, ini
mensyaratkan harus dipenuhi sebelum suatu pekerjaan dimulai. Tipe pengendalian ini
meyakinkan bahwa arah yang tepat telah disusun dengan sumber-sumber yang tepat
tersedia untuk memenuhinya sehingga mampu mengantisipasi permasalahan sebelum
terjadi.
9. Concurrent Control
Tipe pengendalian saat ini (concurrent control) berfokus pada hal yang sedang terjadi
selama proses dan kadang-kadang tersebut terkendali (steering). Pengendalian ini
memantau operasi dan aktivitas yang sedang berjalan untuk menjamin sesuatu yang telah
dikerjakan dengan tepat. Tipe ini memberi pertimbangan atau informasi yang segera atau
setiap input yang akan diubah menjadi output. Dalam proses concurrent control paling
tidak manajer yang bertugas:
1. Memberikan kesempatan koreksi atau perbaikan ketika masalah itu terjadi
2. Manajer dapat melihat bahwa suatu mesin sudah mulai keluar dari prosedur yang
seharusnya dilakukan dan kemudian dapat menyesuaikan kembali.
10. Feedback control
Tipe pengendalian akhir ini atau postacion, kadang-kadang disebut pengendalian
feedback. Kendali ini mengambil tempat setelah suatu tindakan dilengkapi. Pengendalian
akhir ini berfokus pada hasil akhir kebalikan dari input dan aktivitas saat ini. Informasi
yang diperoleh dari pengendalian akhir ini berguna untuk menyediakan informasi
mengenai hal yang terjadi dengan kenyataannya sehingga para manajer dapat
menggunakan informasi tersebut. Pada masa yang akan datang misalnya beberapa reaksi
konsumen terhadap produk yang sudah mereka digunakan atau mereka konsumsi.

12
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1. Gambaran Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sikka


3.1.2 Sejarah Terbentuknya Organisasi
Pada awalabad XIX, kota Batavia (Jakarta) mengalami perkembangandan perubahan
yang pesat terutama dibidang Pemerintahan Kota, Gubernur Jenderal Daendels yang diangkat
pada tahun1807, berkeinginan menjadikan Batavia menjadi Ibu kota yang dapat dibanggakan,
beberapa pembangunan kota dilakukannya yaitu antara lain Lapangan Parede Water looplein
(Lapangan Banteng) dan Lapangan Latihan Koninsplein (Lapangan Gambir Monas), Gedung
Kesenian, Gereja Katedral dibangun Daendels Tahun 1829 kemudian runtuh pada tahun 1890
dan dibangun kembali tahun 1898 sampai keadaanya yang sekarang ini. Gereja Immanuel
dan Gedung Mahkamah Agung adalah beberapa karya dari Gubernur Jendral Daendels.
Pembangunan kota yang dilakukan Daendels, tidak lepas kaitannya dengan upayanya
mereorganisasi pemerintah kota dan salah satu kegiatannya dalam membangun pemerintah
kota termasuk penyelenggaraan pencatatan sipil yang pada waktu itu disebut Burgerlijk Stand
(BS).
Berdasarkan dokumen pencatatan sipil (Bergelijike Stand) yang tersimpan pada Arsip
Nasional, terdapat beberapa dokumen yakni : Doopboek, Kerk (Gereja), Geboorte
(Kelahiran), Trouwbrieven (Surat nikah/kawin), Naturalisatie (Naturalisasi) yang tercatat
tahun 1623 sampai dengan tahun 1866. Adapun daerah atau kota asal dokumen tersebut
adalah: Batavia, Java, Semarang, Pasoeroean, Soerabaya, Makasar, Ternate, Ambonia,
Mester Cornelis, Benkoelen, Banjarmasin, Celebes, Gorontalo, Manado, Timor.
Memperhatikan daerah/kota yang memiliki dokumen pencatatan sipil diatas, Batavia yang
pada waktu itu meliputi daerah yang lebih luas dari Jakarta sekarang, yakni meliputi daerah
yang sekarang masuk dalam wilayah Banten sampai ke wilayah Cirebon (daerah pesisir
utara), termasuk daerah/kota yang awal diadakan.
Setelah kemerdakaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945, penyelenggaran Pencatatan
Sipil di ambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia dan Lembaga Burgerlijke Stand (BS)/
Kantor Pencatatan Jiwa dilanjutkan kegiatannya dengan meneruskan apa-apa yang dahulu
dikerjakan oleh lembaga ini, termasuk namanya masih menggunakan Burgerlijke Stand (BS).

13
Pada masa itu belum dapat diketahui secara pasti kapan BS itu secara resmi diganti menjadi
Kantor Pencatatan Sipil istilah tersebut di dapat dari pegawai luar biasa dalam KUH Perdata.
Tanggal 17 Agustus 1945 sehari setelah lahirnya Undang-Undang Dasar 1945, secara resmi
berdiri pemerintahan peralihan Ibukota Republik Indonsia Jakarta, dengan Soewirjo sebagai
wali kota pertamanya. Pada masa itu terdapat dua kantor pencatatan sipil, yakni Kantor
Pencatatan Sipil Batavia dan Kantor Pencatatan Sipil Mister Corenlis.
Reglement Catatan Sipil orang-orang Indonesia Nasrani (Ordonasi tanggal 15
Februari 1933) ; Stbld. 1933 No. 75 Jo.Stbld. 1936 No. 607. Nama lengkap Reglement
tersebut adalah Reglement mengenai penyelenggaraan daftar-daftar Catatan Sipil untuk
orang-orang Indonesia Nasrani Manado, yang dikenal dibawah Minahasa dan Pulau-pulau
Teun, Nila dan Serua dari Residensi Maluku. Menurut Stbld 1936 No. 607 Reglement ini
mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1937. Burgerlijke Stand pada waktu itu, berada satu
atap dengan Pengadilan Negeri dan Read van Justisi (sekarang kejaksaan). Berdasarkan
ketentuan-ketentuan tersebut, ditetapkan daftar-daftar akta catatan sipil yang berbeda untuk
masing-masing golongan, sebagai berikut:
Untuk Golongan Asia dan mereka yang dipersamakan hukumnya dengan bangsa Eropa,
disediakan macam daftar akta Kependudukan dan Catatan Sipil :
1) Daftar-daftar kelahiran
2) Daftar ijin untuk nikah
3) Daftar ijin perkawinan
4) Daftar-daftar kematian
5) Daftar kartu keluarga
6) Daftar pengakuan anak
7) Daftar perceraian.

3.1.2 Visi dan Misi


1. Visi
1. Tertib administrasi kependudukan secara nasional dengan pelayanan berkualitas
kepada masyarakat.
2. Memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan
status hukum setiap warga Negara melalui penerbitan dokumen kependudukan.

2. Misi

14
1. Menetapkan ketertiban penyelenggaraan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil
serta pengelolaan informasi administrasi kependudukan nasional merupakan anugerah
Tuhan Yang Maha Esa yang meliputi hak atas pendidikan, hak atas kesehatan, hak
perempuan dan hak atas kependudukan, hak atas pekerjaan, hak atas perumahan, hak
atas lingkungan berkelanjutan.
2. Bahagia adalah keadaan atau perasaan senang dan tentram dari masyarakat Sikka
karena terpenuhnya aspek kesehatan, pendidikan, pekerjaan, pendapatan rumah
tangga, keharmonisan rumah tangga, kesediaan waktu luang, hubungan sosial, kondisi
rumah dan aset keadaan lingkungan dan kondisi keamanan.

3.1.3 Pengaruh sistem monitoring terhadap kinerja pegawai


Sistem monitoring (X1) mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Dengan demikian
terbukti bahwa ada pengaruh positif untuk mengetahui apakah pengaruh sistem monitoring
terhadap kinerja pegawai pada kantor dinas kependudukan dan pencatatan sipil Kabupaten
Sikka. Hal ini monitoring merupakan suatu kegiatan mengamati secara seksama suatu
keadaan atau kondisi, termasuk juga perilaku atau kegiatan tertentu dengan tujuan agar semua
data masukan atau informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan tersebut dapat menjadi
landasan dalam mengambil keputusan tindakan selanjutnya yang diperlukan.

3.1.4 Pengaruh Pengendalian terhadap kinerja pegawai


Pengendalian adalah proses pemantauan aktivitas untuk menjamin bahwa standar dapat
terlaksana sebagaimana yang direncanakan dan melakukan langkah korektif terhadap
penyimpanan yang berarti. Berdasarkan penelitian dilihat bahwa variabel bebas pengendalian
(X2) mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Dengan ini terbukti bahwa ada pengaruh
positif dari pengendalian terhadap kinerja pegawai pada kantor dinas kependudukan dan
pencatatan sipil Kabupaten Sikka.

3.2. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai pengaruh sistem monitoring
dan pengendalian kinerja pegawai pada kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Sikka, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
 Sistem monitoring yang diterapkan pada kantor Dinas Kependudukane dan Pencatatan
sipil Kabupaten Sikka berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai pada kantor dinas

15
kependudukan dan pencatatan sipil Kabupaten Sikka dapat dilihat dari hasil penelitian
yang telah dilakukan.
 Sistem pengendalian kinerja pegawai yang diterapkan pada kantor dinas kependudukan
dan pencatatan sipil Kabupaten Sikka dapat dilihat dari hasil penelitian yang telah
dilakukan.

3.3. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka diajukan saran sebagai
pelengkap hasil penelitian yang dapat diberikan sebagai berikut:
 Sistem monitoring dan pengendalian kinerja pegawai pada kantor dinas kependudukan
dan pencatatan sipil Kabupaten Sikka dengan cara memberikan masukan kepada pegawai
tentang kedisiplinan dalam bekerja agar pegawai datang dengan tepat pada waktunya dan
tidak meninggalkan kantor sebelum waktunya sehingga pegawai dapat disiplin dengan
lebih baik lagi dan memberikan sanksi tegas jika pegawai melanggar aturan tersebut.
 Sistem monitoring dan pengendalian kinerja pegawai pada kantor dinas kependudukan
dan pencatatan sipil Kabupaten Sikka agar terus mendorong para pegawainya dalam
melaksanakan pekerjaan yang telah dibebankan kepadanya dengan memberikan motivasi
dalam bekerja.

16
DAFTAR PUSTAKA

Batjo N. 2018. Manajemen Sumber Daya Manusia. Makassar Penerbit Aksara


Timur.
Fattah H. 2017. Kepuasan Kerja dan Kinerja Pegawai. Yogyakarta. Penerbit
Elmatera.
Hasibun, Malayu. 2016. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. (edisi
Revisi). Penerbit PT BUMI AKSARA.
Jaya Kriyan Andika dkk. 2018. “Aplikasi Monitoring dan Evaluasi Kinerja
Aparatur di Kejaksaan Negeri Mempawah.”
Marjuni S. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia. Makassar. Penerbit CV.
Sah Media.
Mulyono. 2017. Strategi Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran.
Yogyakarta. Penerbit Deepulish.
Rahayu, Dwi Sri 2018 “Pengertian Sistem Monitoring dan Evaluasi”.
Rhomadhona, Herfina dkk. 2018.”Sistem Monitoring Keluhan Baca Meter
Berbasis Web.”
Rohman dkk 2020. “Pengaruh Monitoring dan Evaluasi Kinerja Terhadap
Produktivitas Kerja Pegawai pada Kpp Pratama Malang S”.
Saut M. N. 2019. “Pengaruh Sistem Pengendalian terhadap Kinerja Manajerial
pada Pt Sriwijaya Air”.

17

Anda mungkin juga menyukai