“Akuntansi Desa”
Disusun Oleh :
Kelompok 6
Anggota Kelompok :
S1 Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis
Universitas Mataram
2023/2024
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT., atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Akuntansi Desa” sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Akuntansi Sektor Publik II
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan tanpa ada hambatan yang berarti.
Makalah ini dapat kami selesaikan karena mendapat bantuan atau dorongan dari
berbagai pihak, maka tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.
Kami berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua serta menambah wawasan mengenai Akuntansi Sektor Publik yang berhubungan
dengan Akuntansi desa. Walaupun makalah ini sudah diusahakan dengan sebaik-baiknya,
namun tentu tak luput dari kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan pembaca dapat
memberikan kritik yang membangun.
Kami juga berharap semoga makalah ini dapat diterima dan memberikan hasil nilai
yang terbaik.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................
2
BAB I .........................................................................................................................................
4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
BAB II........................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................
6
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui lebih banyak tentang akuntansi desa serta menambah wawasan seputar
materi akuntansi desa.
BAB II
PEMBAHASAN
Problem Politik
Dari aspek politik, UU desa ini menegaskan adanya kemauan pemerintah untuk
memberikan otonomi dan kemandirian yang lebih pada desa untuk mengatur dan
menjalankan pemerintahan desa, pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat desa. Peluang yang
diberikan pada desa ini harus dimanfaatkan semaksimal mungkin dengan memperkuat
perencanaan pembangunan dan kinerja pemerintahan desa. Di samping itu, UU Desa ini
secara politis memperkuat kehidupan berdemokrasi di desa, misalnya melalui musyawarah
desa, pengembangan kelembagaan desa baik untuk kepentingan ekonomi maupun sosial
budaya masyarakat. Kemudian juga melalui kewenangan yang dimilikinya kepala desa harus
mampu meningkatkan peran serta masyarakat dalam setiap kegiatan desa dengan semangat
transparansi dan akuntabel.
Jika diperhatikan secara seksama pasal demi pasal, baik Undang Undang maupun
Peraturan Pemerintah, desentralisasi kewenangan dari pemerintah pusat dan yang ada di
bawahnya ke pemerintahan Desa tidak serta merta desa bisa leluasa untuk merencanakan
program dan pengalokasian anggaran secara mandiri, sebab dalam penyusunan anggaran dan
prioritas program, kepala desa masih diharuskan untuk berkonsultasi pada bupati dan bupati
berhak untuk melakukan pendampingan. Hal ini berarti bahwa sesungguhnya pemerintah
masih menyimpan kekhawatiran ketidakmampuan pemerintah desa untuk mengelola dana
desa yang jumlahnya sangat besar tersebut. Atau sesungguhnya pemerintah ingin
menjalankan transisi desentralisasi kewenangan dan pengelolaan keuangan pada
pemerintahan desa secara baik, sehingga tidak ada penyimpangan-penyimpangan akibat salah
prosedur dan salah kelola keuangan.
Problem Ekonomi
Sekalipun desa memperoleh anggaran keuangan yang sangat besar (antara 700 juta
hingga 1,4 milyar rupiah per tahun), justru menuntut tanggungjawab yang sangat besar dari
kepala desa. Dana besar yang diperoleh dari Alokasi Dana Desa dan Dana Desa tersebut akan
memperkuat sumber pendapatan APBDesa. APBDesa yang besar tersebut merupakan
peluang sekaligus tantangan bagi pemerintah desa. Desa dalam hal ini kepala desa dituntut
untuk mampu melakukan tata kelola keuangan yang baik mulai dari perencanaan,
implementasi, pengawasan hingga pertanggungjawabannya. Kompetensi tersebut harus
dimiliki oleh pemerintah desa agar terhindar dari segala penyimpangan keuangan dan tidak
terserapnya seluruh anggaran keuangan. Kompetensi tersebut bersinergi dengan komposisi
perangkat desa yang dimiliki oleh setiap desa. Perbaikan sistem manajemen dan tata kelola
pemerintahan desa merupakan syarat mutlak yang harus dilakukan oleh desa. Untuk
melaksanakan semuanya ini tentu dibutuhkan adanya petunjuk teknis pelaksanaan
khususnya berkaitan dengan
pengangkatan dan pemberhentian perangkat desa. Namun apabila petunjuk teknis
pelaksanaan sudah diterbitkan, maka kepala desa harus melakukan rekruitmen perangkat
desa secara transparan dan akuntabel, dan bukannya menciptakan nepotisme baru dengan
mengangkat orang-orang yang dekat dengan kepala desa, baik keluarga maupun anggota tim
suksesnya.
Jumlah dana yang besar tersebut sesungguhnya memberi peluang bagi pemerintah
desa untuk meningkatkan kesejahteraan warganya melalui peningkatan potensi ekonomi
desa. Misalnya, melalui pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk
menggerakkan potensi ekonomi yang ada di desa serta pelayanan masyarakat desa.
Problem ekonomi dari penerapan UU Desa ini adalah keragu-raguan publik akan
kemampuan Kepala Desa dalam mengelola keuangan sehingga potensi terjerat kasus korupsi
semakin besar. Ini salah satu ketakutan yang dihadapi oleh kepala desa. Ada beberapa kepala
desa di Jawa Timur yang mengatakan bahwa jumlah anggaran yang besar tersebut justru
menimbulkan pandangan yang negatif dari masyarakat desa terhadap kepala desa.
Masalah lainnya adalah pasal yang mengatakan kepala desa beserta perangkat desa
mendapatkan penghasilan tetap yang diambilkan dari anggaran keuangan desa. Tidak semua
kepala desa menanggapi dengan senang hal itu, karena adanya penafsiran dari kepala desa
bahwa seluruh tanah kas desa yang selama ini dikenal dengan tanah bengkok dan dibagi-bagi
kepada kepala desa beserta perangkat desa sebagai penghasilan jabatan akan ditarik dan
menjadi tanah kas desa (TKD) dan dikelola untuk menambah penghasilan desa.
• Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan
uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban Desa. Terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya
dan partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli Desa; Alokasi APBN;
Bagian dari hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kab./Kota; Alokasi Dana Desa
yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima Kab./Kota.
• Pengelolaan Keuangan Desa adala keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban
keuangan Desa.
• Pengelolaan keuangan Desa dilakukan dengan Basis Kas, merupakan pencatatan
transaksi pada saat kas diterima atau dikeluarkan dari rekening kas Desa
• APB Desa merupakan dasar pengelolaan keuangan Desa dalam masa 1 tahun
anggaran mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.
Secara umum, laporan keuangan desa terdiri dari laporan keuangan desa yang memiliki
komponen kurang lebih sama dengan laporan neraca disebut Laporan Kekayaan Milik Desa
yang dapat menggambarkan selisih aset yang dimiliki dengan kewajiban desa.
Jenis kedua adalah laporan keuangan desa yang penyajiannya sama dengan laporan laba rugi
perusahaan yaitu Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja
Desa. Laporan keuangan desa adalah bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan desa
selama periode waktu tertentu. Informasi akuntansi ini disusun untuk disampaikan kepada
pihak-pihak yang membutuhkan, yaitu:
1: Internal, yaitu pihak-pihak yang berada dalam struktur penyelenggara urusan
pemerintahan desa, yakni Kades, Sekdes, Bendahara dan Kaur atau kepala seksi.
2: Badan Permusyawaratan Desa (BPD), yaitu pihak yang bertanggungjawab terhadap
realisasi penggunaan Anggaran Pendapatan Belanja Desa atau APB Desa.
3: Pemerintah, adalah pemerintah kabupaten/kota, propinsi, dan pusat. Pihak-pihak tersebut
merupakan penanggungjawab penyaluran dan pelaksanaan dana desa yang berasal dari
APBN dan APBD.
4: Pihak Lainnya, yakni pihak-pihak selain yang telah disebutkan di atas, antara lain LSM
(lembaga swadaya masyarakat) atau NGO (non governmental organization).
Pengertian laporan kekayaan milik desa adalah laporan yang menyajikan informasi tentang
aktiva atau kekayaan, utang pemerintah desa pada tanggal tertentu, misalnya 31 Desember
202X dan pelaporan perubahan kekayaan selama periode akuntansi, contohnya dari tanggal
1
Januari 202X sampai dengan 31 Desember 202X.
Informasi-informasi yang disampaikan ini dibutuhkan oleh user untuk melakukan analisis dan
penilaian terhadap kinerja pemerintah desa dalam mengelola dan menyelenggarakan aktivitas
pemerintahan desa di waktu sekarang dan masa yang akan datang.
Pemerintah Desa harus mengungkapkan semua informasi penting, baik yang telah tersaji
dalam Neraca dan LRA maupun yang tidak tersaji, pada Catatan atas Laporan Keuangan
Desa.
➢ Informasi Umum tentang Entitas Pemerintah Desa
➢ Informasi tentang geografis dan kondisi umum Desa, potensi dan sumber pendapatan
masyarakat
➢ Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut kendala dan
hambatan yang dihadapi dalam pencapaian realisasi pendapatan dan realisasi belanja
➢ Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada LRA dan Neraca
➢ Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak
disajikan dalam LRA dan Neraca
➢ Catatan atas Laporan Keuangan Desa disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam
Laporan Keuangan Desa harus mempunyai referensi silang dengan informasi terkait
dalam Catatan atas Laporan Keuangan Desa
Proses perencanaan dan penganggaran keuangan Desa tak dapat dipisahkan satu sama
lain. Keduanya merupakan sebuah rangkaian proses yang terintegrasi sehingga output dari
perencanaan keuangan adalah penganggaran. Ini merupakan bagian penting dari perencanaan
arah dan kebijakan pembangunan desa tahunan dan rencana anggaran tahunan (APBDes).
Pada hakikatnya hal ini merupakan perencanaan instrumen kebijakan publik sebagai upaya
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Karena itulah perencanaan
anggaran/penyusunan anggaran menjadi hal yang mendasar dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa.
APBDesa adalah sebuah dokumen resmi yang merupakan hasil kesepakatan antara
pemerintah Desa dengan Badan Permusyawaratan Desa. Dokumen ini, pada dasarnya
mengatur tentang belanja yang ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan pemerintahan dan
pendapatan yang diharapkan untuk menutup keperluan belanja tersebut. Termasuk di
dalamnya pengaturan pembiayaan yang diperlukan apabila diperkirakan akan terjadi defisit
atau surplus.
Secara umum, proses perencanaan anggaran APBDesa juga harus mengikuti siklus
anggaran yang meliputi tiga tahap. Tahap pertama adalah tahap persiapan anggaran dimana
dilakukan taksiran atau perkiraan pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan yang tersedia.
Dalam tahap ini, hal penting yang perlu diperhatikan adalah akurasi perkiraan.
Artinya, sebelum taksiran pengeluaran disetujui, terlebih dulu harus dilakukan penaksiran
pendapatan dengan akurat.
Tahap berikutnya disebut sebagai tahap pelaksanaan anggaran. Setelah APBDes
disetujui, pemerintah desa memasuki tahap pelaksanaan anggaran. Ini merupakan tahap yang
sangat penting. Dalam tahap ini, pemerintah desa harus memperhatikan pentingnya memiliki
sistem informasi akuntansi dan pengendalian manajemen yang baik agar memudahkan
pelaksanaan serta transparansi anggaran.
Selanjutnya setelah tahap pelaksanaan, pemerintah desa memasuki tahap terakhir dari
siklus anggaran, yaitu tahap pelaporan dan evaluasi. Dalam tahap persiapan dan
pelaksanaan
anggaran, pemerintah desa berurusan dengan aspek operasional anggaran sedangkan dalam
tahap pelaporan dan evaluasi lebih banyak terkait dengan aspek akuntabilitas. Dengan
menerapkan ketiga tahap tersebut, APBDesa akan lebih sistematis dalam mengkoordinasik
an aktivitas belanja pemerintah sekaligus menjadi landasan bagi upaya perolehan pendapatan
dan pembiayaan oleh pemerintah Desa untuk suatu periode tertentu.
Dalam setiap tahapan harus dipahami betul prinsip dasar penganggaran dalam
penyusunan APBDesa yaitu: (1) Semua penerimaan, baik uang tunai, barang dan/atau jasa
harus dianggarkan dalam APBDesa. (2) Seluruh pendapatan dan belanja dianggarkan secara
bruto. (3) Jumlah pendapatan merupakan perkiraan terukur dan dapat dicapai serta
berdasarkan ketentuan perundang-undangan. (4) Penganggaran pengeluaran harus didukung
oleh kepastian tersedianya jumlah penerimaan yang mencukupi dan harus ada dasar
hukumnya. Itulah prinsip dasar dalam tehnik penganggaran yang harus diterapkan dalam
penyusunan APBDesa.
Alur tahapan pelaksanaan keuangan desa dapat digambarkan dengan bagan siklus di bawah
ini:
➢ Dokumen
Dokumen laporan yang disampaikan adalah
1. Form Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa Semester I, untuk Laporan Semester I
2. Form Realisasi Laporan Akhir, Untuk laporan akhir
➢ Laporan Pertanggungjawaban
Laporan Pertanggungjawaban ini pada dasarnya adalah laporan realisasi pelaksanaan
APBDesa yang disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota setelah tahun
anggaran berakhir pada 31 Desember setiap tahun. Laporan pertanggungjawaban ini harus
dilakukan oleh Kepala Desa paling lambat pada akhir bulan Januari tahun berikutnya.
Laporan Pertanggungjawaban ini ditetapkan dengan Peraturan Desa dengan menyertakan
lampiran:
1. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa sesuai Form
yang ditetapkan.
2. Laporan Kekayaan Milik Desa, dan
3. Laporan Program Sektoral dan Program Daerah yang masuk ke Desa.
3.1 Kesimpulan
Akuntansi desa adalah instrumen penting dalam pengelolaan keuangan desa atau
kelurahan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip akuntansi yang baik, desa dapat mengelola
keuangan mereka dengan efisien, menjaga transparansi, dan memberikan pelayanan yang
lebih baik kepada masyarakat setempat. Akuntansi desa juga membantu dalam
pertanggungjawaban dan pemantauan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, sehingga
mempromosikan tata kelola yang baik di tingkat desa.
DAFTAR PUSTAKA