Anda di halaman 1dari 17

PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN INSTANSI PEMERINTAHAN

DESA

MAKALAH

Dibuat untuk memenuhi tugas matakuliah


Akuntansi Sektor Publik

Disusun Oleh Kelompok 3:

24021120025 – Neng Alia 24021120028 – Nurcholis 24021120031 – Ira


Majid Nurasiyah
24021120026 – Hinhin 24021120029 – Salsa Billa 24021120032 – Shafana
Maratu Solihah Alkausar Salwa Nabila
24021120027- Nisa Pramesti 24021120030 – Siti Ropiah 24021120033 - Kania

Program Studi Akuntansi D3


Fakultas Ekonomi Universitas Garut
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang maha pengasih tak pilih kasih, maha
penyayang tak pandang sayang karena atas berkat izinnya sehingga proses penyusunan
makalah ini bisa selesai. Makalah yang berjudul “Proses Penyusunan Anggaran Instansi
Pemerintahan Desa” ini kami harapkan bisa berguna bagi semua manusia.

Adapun yang mendorong dalam penyusunan dan pembuatan makalah ini karena
dilatarbelakangi oleh suatu tugas pada mata kuliah Akuntansi Sektor Publik.

Kami menyadari bahwa bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, walaupun
penulis telah mengupayakan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang penulis
miliki.

Penulis sangat mengharapkan kritik ataupun saran dari Ibu dosen maupun rekan-rekan
guna kesempurnaan makalah ini. Sehinga pada masa yang akan datang menjadi petunjuk
serta penuntun bagi penulis bila dihadapkan pada tugas-tugas lain yang akan datang.

Demikian kata pengantar dari kami, semoga bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan terlebih bagi penulis sendiri di masa yang akan datang.

Garut, 25 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1


1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 2

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................................ 3

2.1 Desa..................................................................................................................... 3
2.2 Perencanaan dan Penganggaran Desa ................................................................. 3

BAB III PEMBAHASAN .............................................................................................. 6

3.1 Penganggaran Desa .............................................................................................. 6


3.2 Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Suci .................................. 7

BAB IV PENUTUP ...................................................................................................... 12

4.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 12


4.2 Saran ................................................................................................................. 12

LAMPIRAN.................................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang dibangun dari desa. Desa telah ada sebelum Negara
Kesatuan Republik Indonesia ini terbentuk, bukti keberadaan desa telah dijelaskan dalam
penjelasan Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (sebelum
perubahan). Desa memiliki kedudukan dan peranan yang strategis sebagai unit organisasi
pemerintah yang berhadapan langsung dengan masyarakat. Pemerintah desa diyakini mampu
melihat prioritas masyarakat dibandingkan dengan pemerintah kabupaten yang secara nyata
memiliki lingkup permasalahan yang lebih luas. Sehingga desa sebagai organisasi
pemerintahan yang terendah harus diberi kewenangan untuk mengelola keuangannya sendiri,
mulai dari tahapan perencanaan sampai tahap pengawasan dengan melibatkan stakeholders
ditingkat desa, khususnya Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan organisasi masyarakat
lainnya.

Salah satu bentuk kepedulian pemerintah dalam pembangunan desa adalah


mengalokasikan dana yang bersumber dari APBN yaitu Dana Desa (DD). Dana Desa di
alokasikan dari APBN berdasarkan Pasal 72 Ayat 1 Huruf b UU Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa. Dana Desa sangat penting untuk pembiayaan pengembangan wilayah tertinggal
dalam suatu sistem wilayah pengembangan. Tujuan dialokasikannya Dana Desa adalah untuk
mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dengan lebih memeratakan pendapatan.
Pemerintah memposisikan desa sebagai fokus utama dalam hal pembangunan. Pemberian
Dana Desa langsung dari APBN kepada desa merupakan salah satu bukti konkrit bahwa
pemerintah pusat telah melaksanakan janjinya untuk melakukan pembangunan mulai dari
pinggiran kota sampai dengan desa-desa tertinggal.

Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa telah
mengatur semua tahapan-tahapan pengelolaan keuangan desa mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban. Peneliti tertarik untuk
meniliti perencanaan dalam keuangan desa, karena perencanaan merupakan tahapan pertama
dan langkah awal dari pengelolaan keuangan desa. Perencanaan keuangan desa dilaksanakan

1
dalam bentuk penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) yang berasal
dari Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) yang dihasilkan dari Musyawarah Rencana
Pembangunan Desa (Musrenbang Desa) dengan berpatokan pada Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa (RPJM Desa).

Peneliti ingin menganalisa bagaimana Desa Suci di Kecamatan Karangpawitan


merencanakan dan menganggarkan keuangannya dan apakah pemerintah desa menjalankan
perencanaan keuangan desa sesuai dengan peraturan yang berlaku serta sejauh mana
pemerintah desa mentaati peraturan tersebut. Penelitian proses penyusunan penganggaran
keuangan desa ini memilih objek penelitian di Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut.

Peraturan Menteri Negeri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa, menyatakan bahwa penetapan APBDesa paling lambat 31 Desember tahun
anggaran berjalan. Secara implisit, ketentuan ini menginginkan agar APBDesa ditetapkan
lebih awal. Sehingga sebelum memasuki tahun anggaran baru, APBDesa sudah tersedia.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses penyusunan penganggaran keuangan desa di wilayah Kecamatan


Karangpawitan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui proses penyusunan penganggaran keuangan desa di wilayah
Kecamatan Karangpawitan.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Desa

Soetardjo Kartohadikusumo mendefinisikan desa adalah kesatuan hukum dan tempat


tinggal kelompok masyarakat yang memiliki hak mengatur rumah tangganya sendiri dan
merupakan pemerintahan terendah setelah kecamatan. Desa berperan penting dalam
mendukung kesuksesan pemerintah nasional secara luas dan merupakan garda terdepan
dalam menggapai keberhasilan dari segala program pemerintah.

Desa merupakan unit organisasi pemerintah yang berhadapan langsung dengan


masyarakat dengan segala latar belakang kepentingan dan kebutuhannya dan mempunyai
peranan yang sangat strategis, khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan
publik. Desentralisasi kewenangan yang lebih besar dan pembiayaan serta bantuan sarana-
prasarana yang memadai mutlak diperlukan untuk penguatan otonomi desa menuju desa yang
mandiri.

2.2 Perencanaan dan Penganggaran Desa

Perencanaan dan penganggaran keuangan desa merupakan proses yang terintegrasi


sehingga output dari perencanaan keuangan desa adalah penganggaran. Proses perencanaan
arah dan kebijakan pembangunan desa tahunan dan rencana anggaran tahunan (APBDesa)
pada hakikatnya merupakan perencanaan instrumen kebijakan publik sebagai upaya
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena pentingnya anggaran tersebut
maka perencanaan anggaran/penyusunan anggaran menjdi sesuatu yang penting dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa.

Perencanaan pembangunan desa berdasarkan Permendagri Nomor 114 tahun 2014


pasal 4 disusun secara berjangka dan ditetapkan melalui peraturan desa. Dalam UU Nomor 6
Tahun 2014 peraturan desa ditetapkan oleh kepala desa setelah dibahas dan disepakati
bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Perencanaan pembangunan desa disusun
secara berjangka, meliputi RPJM Desa untuk jangka waktu 6 tahun dan rencana
pembangunan tahunan desa atau yang disebut RKP Desa merupakan penjabaran dari RPJM.

3
Desa untuk jangka waktu 1 tahun. RPJM Desa dan RKP Desa merupakan satu-satunya
dokumen perencanaan di desa dan merupakan pedoman dalam penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) yang diatur dalam Peraturan Pemerintah.

RPJM Desa berdasarkan Permendagri Nomor 114 Tahun 2014 pasal 6 ayat 1 memuat
visi dan misi kepala desa, arah kebijakan pembangunan desa, serta rencana kegiatan yang
meliputi bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa,
pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa. Dalam pasal 7 dimana
penyelenggaraan penyusunan RPJM Desa dengan mengikutsertakan unsur masyarakat desa
dan mempertimbangkan kondisi objek desa, prioritas program, serta kegiatan kabupaten/kota.
RPJM Desa ditetapkan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak
pelantikan kepala desa.

Sementara penjabaran dari RPJM Desa berupa rencana pembangunan tahunan desa
atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa). BPD menyelenggarakan
Musdes untuk penyusunan perencanaan pembangunan paling lambat bulan Juni tahun
berjalan. Hasil Musdes menjadi dasar untuk menyusun rancangan RKPDesa dan daftar usulan
RKPDesa. Hasil kesepakatan dalam Musdes dituangkan dalam berita acara. Berita acara
menjadi dasar kepala desa menyusun RKPDesa.

RKP Desa disusun oleh pemerintah desa sesuai dengan informasi dari pemerintah
daerah kabupaten/kota berkaitan dengan pagu indikatif desa dan rencana kegiatan
pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota. RKP Desa
mulai disusun oleh pemerintah desa pada bulan Juli tahun berjalan dan ditetapkan dengan
peraturan desa paling lambat akhir bulan September tahun berjalan. RKPDesa menjadi dasar
dalam penyusunan APBDesa. Teknis penyusunan RPJMDesa dan RKPDesa agar tercipta
keselarasan telah diatur tata caranya dalam Permendagri Nomor 114 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pembangunan Desa.

Setelah RKPDesa ditetapkan maka dilanjutkan proses penyusunan APBDesa.


Rencana Kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya yang telah ditetapkan dalam RKPDesa
dijadikan Jurnal Akuntansi ISSN 2303-0356 Vol. 7, No.1, Februari 2017 Hal. 61-76 64
pedoman dalam proses penganggarannya. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDesa) adalah instrumen penting dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan
yang baik dalam pengelolaan pemerintah desa. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

4
(APBDesa) merupakan rencana anggaran keuangan tahunan pemerintah desa yang ditetapkan
untuk menyelenggarakan program dan kegiatan yang menjadi kewenangan desa.

Perubahan APBDesa hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun
anggaran. Tata cara pengajuan perubahan APBDesa secara umum sama dengan tata cara
penetapan APBDesa. Dalam hal Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi dan APBD
Kabupaten/Kota serta hibah dan bantuan pihak ketiga yang tidak mengikat ke desa disalurkan
setelah ditetapkannya Peraturan Desa tentang Perubahan APB Desa, maka perubahan tersebut
diakomodir dan diatur dengan Peraturan Kepala Desa tentang perubahan APBDesa. Peraturan
Kepala Desa tentang Perubahan APBDesa tersebut selanjutnya diinformasikan kepada BPD.

Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 menjelaskan APBDesa terdiri dari pendapatan
desa, belanja desa, dan pembiayaan desa. Pendapatan desa meliputi semua penerimaan uang
melalui Rekening Kas Desa yang merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang
tidak perlu dibayar kembali oleh desa. Belanja desa menurut Permendagri No. 113 Tahun
2014 meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan kewajiban desa dalam
1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh desa.
Belanja desa dipergunakan dalam rangka mendanai penyelenggaraan kewenangan desa.
Pembiayaan desa meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

5
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Penganggaran Desa

Penganggaran keuangan desa adalah proses yang terintegrasi untuk meningkatkan


pelayanan kepada masyarakat. Pentingnya anggaran tersebut maka perencanaan
anggaran/penyusunan anggaran juga menjadi sesuatu yang penting dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa. Dalam hal ini, sekretaris desa akan menyusun rancangan peraturan desa
tentang APBDesa berdasarkan RKPDesa tahun berjalan dan APBDesa merupakan dokumen
formal hasil kesepakatan antara Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa tentang
belanja yang ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pendapatan yang
diharapkan untuk menutup keperluan belanja tersebut atau pembiayaan yang diperlukan
apabila diperkirakan akan terjadi defisit atau surplus yang harus di sepakati bersama paling
lambat bulan Oktober tahun berjalan.

Berdasarkan Permendagri No 113 Tahun 2014, Penyusunan penganggaran APBDesa


dilakukan berdasarkan asas-asas yaitu:

a. Transparan dan Akuntabel, yang artinya APBDesa menyajikan informasi secara


terbuka dan mudah untuk diakses oleh masyarakat, baik dari tujuan, sasaran, sumber
dana pada setiap objek belanja serta hubungan antara jumlah anggaran dan dampak
atau hasil yang akan diwujudkan dari setiap kegiatan yang dianggarkan.
b. Partisipatif, artinya dalam proses pengambilan keputusan, penyusunan dan penetapan
APBDesa harus mengikutsertakan masyarakat, sehingga masyarakat mengetahui hak
dan kewajibannya dalam pelaksanaan APBDesa.
c. Tertib dan Disiplin Anggaran, yang artinya setiap program yang direncanakan dari
sumber pendapatan yang ada harus terukur secara rasional, dan belanja yang
dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran, serta semua penerimaan dan
pengeluaran desa dalam tahun anggaran harus dianggarkan dalam APBDesa.

6
3.2 Penjabaran Anggaran dan Pendapatan Belanja Desa Suci Tahun 2019

7
8
9
10
11
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Penganggaran keuangan desa di desa-desa Kecamatan Giri Mulya berdasarkan


Permendagri Nomor 114 tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa dan Permendagri
Nomor 113 tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa dalam sisi penetapan RKP Desa
dan APBDesa secara garis besar telah disusun berdasarkan Permendagri Nomor 114 tahun
2014.

Penyusunan anggaran akan baik apabila proses perencanaan, implementasi dan proses
evaluasi dilaksanakan secara akuntabel, transparan, dan tanggung jawab.

4.2 Saran

Bersamaan dengan makalah ini maka penulis berpesan kepada para pembaca untuk
dapat memahami penyusunan anggaran sector pemerintahan desa.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terjadi kesalahan. Penulis
minta maaf yang sebesar-besarnya karena seperti kata pepatah “tidak ada seorang manusia
yang sempurna di muka bumi ini” oleh sebab itu saran serta kritik dari teman-teman dan
dosen pengampu sangat penulis harapkan.

12
LAMPIRAN

13
DAFTAR PUSTAKA

Kantor Desa Suci Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/JurnalAkuntansi/article/viewFile/7573/3776

14

Anda mungkin juga menyukai