Anda di halaman 1dari 52

ANALISIS PENGELOLAAN DANA DESA

DI DESA SULI KECAMATAN SALAHUTU

KABUPATEN MALUKU TENGAH

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu

Persyaratan Memperoleh Ijazah Diploma III

Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Ambon

Diajukan Oleh :

CHANDIKA ELFIRA KOTTA

NIM. 1319053027

PROGRAM STUDI D III AKUNTANSI

JURUSAN AKUNTANSI

POLITEKNIK NEGERI AMBON

AMBON

2022
LEMBAR PERSETUJUAN

ANALISIS PENGELOLAAN DANA DESA

DI DESA SULI KECAMATAN SALAHUTU

KABUPATEN MALUKU TENGAH

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu

Persyaratan Memperoleh Ijazah Diploma III

Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Ambon

Diajukan Oleh :

CHANDIKA ELFIRA KOTTA

NIM. 1319053027

Telah diperiksa dan disetujui


Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Dwi Hariyanti,SE.MM.Akt.CA Dynne Andriany,SE.M.Si


NIP. 19760704 200312 2 001 NIP. 19880915 201903 2 013
MOTTO

Mulailah dengan penuh keyakinan

Menjalankan dengan penuh keikhlasan

Menyelesikan dengan penuh kebahagian

Karena Allah tidak berjanji bahwa langit akan selalu biru, tetapi Allah
berjanji bersama kesulitan aka nada kemudahan
ABSTRAK

CHANDIKA ELFIRA KOTTA, Tahun 2021 Analisis Pengelolaan Dana Desa


berdasarkan Rasio Efektivitas pada Kantor Desa Suli Kecamatan Salahutu
Kabupaten Maluku Tengah, Skripsi Program Studi Akuntansi Ekonomi
Politeknik Ambon. Dibimbing oleh Pembimbing I Dr. Dwi
Hariyanti,SE.MM.Akt.CA dan Pembimbing II Dynne Andriany,SE.M.Si.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa baik kinerja keuangan
pengelolaan dana desa berdasarkan rasio efektivitas pada kantor Desa Suli
Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah. Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Data yang diolah
adalah laporan keuangan Dana Desa pada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa dari tahun 2021. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik
dokumen dan studi kepustakaan. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini deskriptif kuantitatif dengan rumus : Rasio Efektivitas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum kinerja keuangan


Pemerintah Desa Suli Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah sudah
Baik dalam mengelola keuangan Dana Desa. Hal ini dapat dilihat dari hasil
perhitungan Rasio Efektivitas dikategorikan Cukup Efektif, karena rata-rata
efektivitasnya di atas 80% yaitu 82,07%.

Kata Kunci : Dana Desa, Rasio Efektivitas


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa ,karena atas Rahmat dan Karunia_Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan ini dengan judul “ Analisi Pengolahan dana Desa di Desa Suli Kecamatan
Salahutu Kabupaten Maluku Tengah” salah satu persyaratan akademis dalam
memperoleh gelar Ahli Madya.

Penulis menyadari bahwa ada kelemhan, kekurangan, hambatan , maupun


keterbatasan dalam pengetahuan ketika ada dalam proses penyusunan Tugas Akhir ini.
Namun berkat bantuan ,masukan,motivasi, kerjasama serta pengertian baik dan
didukung oleh fasilitas yang disediakan ,akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas
Akhir .

Tugas Akhir yang penulis buat ini tudak lepas dari dukungan yang diberikan
oleh semua pihak, sehingga laporan ini dapat diselesaikan .Untuk itu penulis ingin
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Dady mairuhu,ST,MM, sebagai Direktur Politenik Negeri Ambon.


2. Bapak Dr. Agus Siahaya,SE,M.Pd sebagai Ketua Jurusan Akuntansi Politeknik
Negeri Ambon
3. Ibu Dr. Dwi Hariyanti ,SE,MM.Akt.CA sebagai Dosen Pembimbing I dan Ibu
Dynne Andriany,SE,M.Si sebagai Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing,menuntun dan mengarahkan penulis dalam penyusunan Tugas Akhir.
4. Seluruh staf pengajar serta pegawai di lingkungan Jurusan Akuntansi Politeknik
Negeri Ambon.
5. Orang Tua yang telah memberikan bantuan moral, material serta doa,sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya tulis dengan baik. Keluarga yang selalu
mendukung saya yang tak terhingga atas doa ,semnagat,kasih saying, dan Semua
pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu sehingga
Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.
Akhirnya, harapan penulis semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi smua
pihak yang membutuhkan .Penulis sangat menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh
dari pada kesempurnaan ,untuk itu penulis sangat membutuhkan kritik maupun saran
yang bersifat membangun dari semua pihak gna melengkapi berbagai kekurangan yang
ada demi menyempurnakan Tugas Akhir ini selanjutnya.

Ambon, 20 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………………….. 7


1.2 Perumusan Masala……………………………………….. 12
1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………….. 12
1.4 Manfaan Penelitian .…………………………………….. 13
1.5 Daftar Istila ……………………………………………… 13
1.6 Sistematika Penulisan …………………………………… 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Tinjauan Umum Tentang Desa ……..…………….. 15
2.1.2 Dana Desa …………………………….………….. 16
2.1.3 Pemerintah Desa …………………………………. 17
2.1.4 Pengelolaan Keuangan Desa..…………………….. 19
2.1.5 Faktor-faktor Penghambat Pengelolaan Dana Desa 24
2.1.6 Rasio Efektifitas ………………………………….. 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek dan Lokasi Penelitian …………………………….. 27
3.2 Jenis dan Sumber Data …………………………………… 27
3.3 Teknik Pengumpula……………………………………….. 27
3.4 Teknik Analisa Data …………………………………….. 27

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian


4.1.1 Gambaran Umum Desa Suli ……………………… 28
4.1.2 Visi dan Misi Kantor Desa Suli …………………... 28
4.1.3 Struktur Organisasi ……………………………….. 30
4.1.4 Uraian Tugas ……………………………………... 31
4.2. Hasil Penelitian ………………………………………….. 34
4.3. Pembahasan …………………………………………….. 37

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan dan Saran

5.1.1 Kesimpulan ……………………………………… 38

5.1.2 Saran …………………………………………….. 38

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Berdasarkan PP Nomor 60 Tahun 2014 tentang dana desa yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang kemudian
terdapat perubahan dalam PP Nomor 8 Tahun 2016, dimana isi peraturan yang
dikeluarkan agar setiap desa mendapatkan dana yang diberikan pemerintah
pusat maksimal Rp. 1,4 M per desa. Dana desa yaitu dana yang diperuntukkan
untuk desa yang bersumber dari APBN, yang ditransfer melalui anggaran
belanja daerah kabupaten/kota.
Pencairan dana ini digunakan untuk membiayai segala aktivitas dalam
penyelenggaraan pemerintah, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, serta guna untuk pemberdayaan masyarakat desa. (Anisah,
2018). Menurut UU No 6 tahun 2014 tentang desa pasal 1 menjelaskan bahwa
desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwewenang untuk mengatur serta mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal
usul dan hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam system pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini telah menunjukkan bahwa desa
merupakan suatu langkah awal kemandirian desa dalam penyelenggaraan
pemerintah maupun dalam pengelolahan dana desa. Dalam pelaksanaannya
desa akan bersangkutan langsung dengan masyarakat dalam peranan desa
memberikan pelayanan kepada publik khususnya kepada masyarakat, maka
diharapkan dalam penyelenggaraan pemerintah dan pengelolahan dana desa
dibutuhkan aparat pemerintah desa yang handal serta sarana dan prasarana yang
memadahi agar pelaksanaannya lebih terarah dan sesuai dengan tata kelola yang
baik. (Khalida Shuha, 2018).
Dewasa ini pemerintah pusat sedang berusaha untuk meningkatkan
pertumbuhan pembanguna nasional yang merata desa dan kota, dengan adanya
pertumbuhan pembangunan yang merata pemerintah berharap agar masyarakat
di desa tidak berbondong bondong ke kota. Sehingga, masyarakat dapat
membangun desanya dan dapat setara dengan pertumbuhan pembangunan di
kota, dan dengan semakin meningkatnya pertumbuhan serta pembangunan di
desa mayarakat des yang awalnya di kota diharapkan kembali ke desanya dan
ikut serta dalam pembangunan desanya atau masyarakat kota yang awalnya
tinggal di kota memilih untuk pindah ke desa dalam rangka turut serta
meningkatkan pertumbuhan pembangunan yang merata. Namun, untuk
mewujudkan pembangunan yang merat antar desa dan kota terdapat beberapa
masalah,. Untuk mengatasi masalah yang ada pemerintah harus menaruh
perhatian penuh terhadap peningkatan pertumbuhan pembangunan yang merata
di desa untuk mewujudkan Indonesia sejahtera. (Nunuk Ariyani, 2016).
Dalam mengatasi masalah yang ada pemerintah menyediakan dana desa.
Dana desa diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang ada dalam
meningkatkan pertumbuhan pembangunan di desa. Menurut Peratutan
Permendagri No 113 Tahun 2014 tentang Pengelolahan Keuangan Desa, dana
desa adalah yang bersumber dari Anggaran Pendapatn dan Belanja Negara yang
diperun jukkan bagi desa yang ditransfer memlalui Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah, pelaksanaan pembangunan, pembinaan masyarakat,
dan pemberdayaan masyarakat. Pada Mei tahun 2015 dana desa mulai diadakan
oleh pemerintah pusat, pda tahun 2017 pemerintah pusat menaikkan anggaran
dana desa sebesar Rp 60 triliun, dimana dana tersebut akan dicairkan oleh
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Dana desa yang dicairkan
bersumber dari Anggaran Belanja Pendapatan dan Negara (APBN).
Pengalokasian dana desa dilakukan dengan menggunakan alokasi yang dibagi
secara merata dan alokasi yang dibagi berdasarkan jumlah penduduk, luas
wilayah, angka kemiskinan, dan tingkat kesulitan geografis.
(www.anggaran.kemenkeu.go.id,2017)

Permendegri No. 113 Tahun 2014 menyebut bahwa pengelolahan


keuangan desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan
desa. Pengelolahan keuangan desa meurpakan rangkaian siklus yang terpadu dan
terintegritas antara satu tahapan dengan tahapan yang lainnya. Keuangan desa
dikelolah berdasarkan asas asas transparan, akuntabel partisipatif, serta
dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran. Rangkaian dan asas pengelolahan
keuangan dana desa harus dilaksanakan dan dipenuhi oleh setiap desa agar
penyelenggaraan pemerintahan. Pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan
masyarakat desa, dan pemberdayaan masyarakat desa dapat berjalan sesuai
dengan rencana, sehingga visi desa dan masyarakat desa yang sejahtera dapat
diwujudkan. (Nunuk Ariyanti, 2016)
Dikucurkannya dana Desa yang tidak sedikit oleh pemerintah dimana
realisasi dana Desa hingga agustus 2021 telah mencapai Rp 59,12 triliun dari
target anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2021 yang sebesar
71,19 triliun.

Dana Desa sendiri mulai diimplementasikan sejak 2015 untuk


meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Desa dimana setiap
tahunnya pemerintah menargetkan alokasi dana Desa selalu meningkat. Adapun
realisasi dana Desa sejak diimplementasikan sebesar Rp 20,8 triliun dari target
APBN 2015 dan Rp 46,7 triliun dari target APBN 2016, pada 2017 realisasi
dana Desa sebesar Rp 59,8 triliun dari target APBN 2017, pada 2018 realisasi
dana Desa mencapai Rp 59.9 triliun dari target APBN 2018, pada 2019 realisasi
dana Desa mencapai Rp. 59,10 triliun dari target APBN 2019,pada 2020
realisasi dana Desa mencapai Rp. 59,10 triliun dari target APBN 2020, dan pada
tahun 2021 realisasi dana Desa mencapai Rp. 59,12 triliun dari target APBN
2021 (Databoks, februari 2022).

Dari hasil pra penelitian pada Desa Suli Kecamatan Salahutu Kabupaten
Maluku Tengah, laporan pertanggungjawaban menunjukkan realisai dana desa
digunakan lebih banyak untuk pembangunan Desa dari pada untuk
pemberdayaan masyarakat. Kondisi ini dapat dikaitkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 1
Laporan Realisasi
Pengunaan Dana Desa
Tahun Anggaran 2021

Pemerintah Desa Suli Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku


Tengah

Penerimaan Pengeluaran Sisa


Uraian
(Rupiah) (Rupiah) (Rupiah)

1. Pendapatan

1.1. Dana Desa 1.362.840.000

1.2. Pendapatan Trasfer 1.950.261.000

1.3. Pendapatan Lain-lain

2. Belanja

2.1 Bidang pelaksanaan 622.987.860


Pemerintah Desa

2.2 Bidang Pelaksanaan 880.104.683


Pembangunan Desa

2.3 Bidang Pemberdayaan


100.515.000
Masyarakat

3.313.101.00 1.603.607.543
Sumber: Laporan realisasi penggunaan dana Desa pada Desa Suli Kecamatan
Salahutu Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2021
Desa Suli Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah
mengalokasikan anggaran lebih besar pada insfrastruktur. Hal ini menggabarkan
bahwa alokasi anggaran dana desa di Desa Suli Kecamatan Salahutu Kabupaten
Maluku Tengah kurang sesuai dengan tujuan diadakannya dana desa. Berdasrkan
hasil penelitian pada Suli Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah.
Kelemahan dari pengelolahan dana desa adalah kurangnya pengetahuan dalam
tahap pengelolahan dana desa serta kurangnya sumber daya manusia akan Juknis
ataupun Perbup tentang tatacara penatausahaan yang masih kurang, dan
kurangnya pengawasan langsung oleh pemerintah daerah dalam pengecekan
realisasi laporan pertanggungjawaban penggunaan dana desa. Dari penelitian ini
dapat kita lihat bahwa hal yang menjadi kendala pengelolahan dana desa adalah
masih kurangnya SDM, pengetahuan SDM akan regulasi tatacara penyusunan
laporan pertanggungjawaban penggunaan dana desa, dan pengawasan pemerintah
daerah terhadap pemanfaatan dana desa.

Berdasarkan Peraturan Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang


Pengelolaan Keuangan Desa menyatakan keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, dan pelaporan keuangan Desa yang
diatur dan dikelola oleh Desa. Pengelolaan keuangan Desa merupakan upaya
untuk mendukung penyelenggaraan pemerintah Desa, pelaksanaan pembangunan
Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Pengelolaan keuangan merupakan suatu siklus yang terdiri dari perencanaan dan
penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, dan pelaporan. Siklus tersebut
merupakan rangkaian terpadu dan terintegrasi, dimana tahap satu dengan tahap
lainnya saling berkesinambungan sehingga apabila terjadi kesalahan dalam salah
satu tahap maka untuk tahap berikutnya pun akan terganggu dan tujuan
pengelolaan keuangan tidak sesuai dengan sasaran (Yabbar, 2015).
Sedangkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sr. Udis (2016) pada
Desa Nimasi Kecamatan Bikomi Tengah, Kabupaten Timor Tengah Utara.
Kelemahan dari Penerapan Sistem Akuntansi Pengelolahan Dana Desa adalah
Buka Kas Umum dan Laporan Pertanggungjawaban Dana Desa yang disipkan
Desa Nimasi belum sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113
Tahun 2014. Tidak adanya dokumen dokumen bku kas pembantu kegiatan dan
surat permintaan pembayaran yang seharusnya dikerjakan oleh tim pelaksana
kegiatan, tidak adanya buku kas pembantu pajak dan buku bank desa yang
seharusnya dicatat atau dibukukan oleh Bendahara Desa Nimasi. Serta masih
rendanya sumber daya manusia yang ada di dalam hal ini perangkat desa dan tim
pelaksana Desa Nimasi masih sangat rendah. Dari penelitian terdahulu dapat
dilihat bahwa masih kurangnya dokumen dokumen yang diperlukan sesuai
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014, belum
melaksanakan pengelolahan dana desa sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor113 Tahun 2014 sebagai pedoman dan belum adanya surat
permintaan pembayaran untuk diserahkan kepada kepala desa setelah diverivikasi
oleh serketaris desa, serta masih rendahnya sumber daya manusia dalam
pengelolahan dana desa.
Berdasarkan fenomena dan penelitian sebelumnya yang telah dijelaskan,
maka peneliti tertarik melakukan sebuah penelitian dengan judul: “ Analisis
Pengelolaan Dana Desa Pada Desa Suli Kecamatan Salahutu Kabupaten
Maluku Tengah”
1.2 Perumusah Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
masalah dalam penelitian ini, dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana
Analisis Pengelolahan Dana Desa yang dilakukan oleh pemerintah Desa Suli
Tahun Anggaran 2021
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengelolaan
Dana Desa pada Desa Suli Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah
1.4 Manfaat Penelitian
a. Diharapkan dapat bermanfaat bagi pembangunan ilmu pengetahuan dan
dapat dijadikan bahan masukan dan menjadi referensi untuk peneliti
selanjutnya
b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
dalam bidang akuntansi kosentrasi keuangan daerah khususnya dalam
pengelolahan dana desa yang bersumber dari APBN pada pemerintah
Desa Suli.
c. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan pada
Pemerintah Desa Suli dalam hal bagaimana cara mengelola dana desa
yang sesuai dengan peraturan bupati yang telah diterapkan di desa, dan
sesuai dengan kebutuhan desa

1.5 Daftar Istila


1. Pengelolaan
pengelolaan merupakan proses khas yang terdiri atas tindakan-tindakan
perencanaan , pengorganisasian, pergerakan dan pengendalian yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah
ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya
lainnya. (Hartono, 2016:26).
2. Dana Desa
Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan
digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan,
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan
masyarakat. Dengan harapan dapat memberikan manfaat sebesar-
besarnya bagi masyarakat desa berupa peningkatan kualitas hidup,
peningkatan kesejahteraan dan penanggulangan kemiskinan serta
peningkatan pelayanan publik di tingkat desa (Permendes Nomor 16
Tahun 2018 tentang pengelolaan Dana Desa pada pasal (1) ayat (2).
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk melihat gambaran singkat penelitian ini, penulis menyusun
sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang meliputi latar


belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : TELAAH PUSTAKA

Bab ini menjelaskan telaah pustaka yang berhubungan


dengan penulisan dan hipotesis.
BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang metode dan lokasi


penelitian, populasi, jenis dan sumber data, teknik
pengumpulan data dan analisis data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini memaparkan gambaran umum objek penelitian,
hasil penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan
terkait latar belakang masalah

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini akan diberikan kesimpulan dan saran-


saran. yang dianggap penting dan mungkin berguna bagi
pengusaha rumah makan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2.1 Tinjaun Pustaka
2.1.1 Tinjauan Umum Tentang Desa

Desa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, desa (kata benda) adalah
kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem
pemerintah sendiri (dikepalai oleh seorang Kepala Desa) atau kelompok rumah
diluar kota yang merupakan kesatuan. Desa atau perdesaan berasal dari bahasa
Sansekerta secara denotatif desa berarti organisasi yang mandiri atau suatu
kawasan permukiman yang mengatur dirinya sendiri, sedangkan secara konotatif
mengandung arti sebagai wilayah jajahan, dalam arti keberadaan desa tidak
terlepas dari organisasi yang lebih tinggi yakni negara, baik pada bentuk negara
modern maupunkerajaan. (Ardi Hamzah, 2017)
Desa merupakan hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dan
lingkungannya, perwujudan atau kenampakan geografis yang ditimbulkan oleh
faktor-faktor alamiah maupun sosial seperti fisiografis, sosial ekonomi, politik dan
budaya yang saling berinteraksi antar unsur tersebut dan juga dalam hubungannya
dengan daerah- daerah lain. Dalam Permendagri nomor 113 tahun 2014 dijelaskan
desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki bataswilayahyang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. (Maschab, 2013).
Desa memiliki kepentingan politik, ekonomi, social, keamanan, dan
memiliki susunan pengurus yang dipilih bersama serta memiliki kekayaan dalam
jumlah tertentu dan berhak menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri.
Sehingga, dalam UU No 6 tentang Desa, pendekatan pembangunan dilakukan
melalui dua konsep yaitu desa membangun dan membangun desa. Fokus
pembangunan dalam desa membangun bertujuan untuk peningkatan kualitas
pelayanan pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat desa melalui
pendekatan partisipatif perencanaan pembangunan Kabupaten dan Kota menjadi
acuan dalam desamembangun.
Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 pasal 1 ayat (5) tentang Desa,
menjelaskan bahwa desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan NKRI. Istilah desa dalam
beberapa tempat disebut dengan nama lain seperti di Bali disebut dengan istilah
banjar,di Nusa Tenggara Barat di sebut dengan istilah temukung, dll. Menurut
pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Desa, unsur-unsur yang
harus dimiliki oleh desa sebagaiberikut
1. Wiayah.
Pengertian wilayah adalah suatu letak geografis suatu desa yang dalam hal
ini desa mempunyai kekuasaan penuh atas daerah dalam garis batas tersebut.
Jadi wilayah adalah segala kegiatan pemerintahan desa
2. Penduduk.
Pengertian penduduk adalah orang-orang yang bertempat tinggal dalam
suatu wilayah tertentu dan mempunyai hubungan secara sah menurutaturan
yang ada
3. Pemerintah.
Pemerintah berfungsi untuk mengatur dan menyelenggarakan pemerintahan
desa

2.1.2 Dana Desa


Dana desa menurut PP No. 60 Tahun 2014 adalah dana yang bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang diperuntukkan bagi
desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggara pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan
masyarakat. Pemerintah menganggarkan dana desa secara nasional dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) setiap tahun. Dana desa
tersebut bersumber dari belanja pemerintah dengan mengefektifkan program yang
berbasis desa secara merata dan berkeadilan. Program yang berbasis desa sendiri
menurut PP No. 60 Tahun 2014 adalah program dalam rangka melaksanakan
kewenangan desa berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal bersakala desa.
PP No. 22 Tahun 2015 menyoroti perubahan pengalokasian dana desa yang
tercantum dalam pasal 11, yang mana dana desa setiap kabupaten/kota dihitung
berdasarkan jumlah desa dan dialokasikan berdasarkan alokasi dasar dan alokasi
yang dihitung dengan memerhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas
wilayah, dan tingkat kesulitan geografis desa setiap kabupaten/kota. (Khalida
Shuha, 2018)
2.1.3 Pemerintah Desa
Dalam Undang-Undang nomor 22 tahun 1999, desa sebagai suatu kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mangatur dan mengurus
kepantingan masyarakat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang
diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten.
Pengertian ini mengandung makna dan konsekuensi logis dalam penataan sistem
pemerintahan dan birokrasi. Dalam batang tubuh Undang-Undang nomor 22
Tahun 1999, desa tidak dinyatakan secara eksplisit memiliki otonomi, tetapi
disebutkan memiliki otonomi asli berada dalam bagian penjelasan. Hal lain
menyangkut keberadaan pemerintah desa yang memposisikan pemerintah desa
dan Badan Perwakilan Desa sebagai pemegang pemerintahan “birokrasidesa”.
Kemungkinan lembaga lain yang telah lama diakui oleh masyarakat sulit untuk
memegang peranan ini
Pemerintahan desa merupakan sub sistem, dalam sistem pemerintahan
nasional. Keberadaan pasal yang mengatur pembentukan pemerintahan desa dan
Perangkat Desa, yang akan menghasilkan Kepala Desa sebagai pemimpin
Pemerintah Desa dan BPD yang akan membatasi peran pemimpin desa atau
lembaga perwakilan lain yang bersifat asli yang ada di desa yang bersangkutan. 7
Susunan pemerintahan desa terdiri dari Pemerintah Desa (Pemdes) dan di Badan
Perwakilan Desa (BPD). Pemdes dipimpin oleh kepala desa dan dibantu perangkat
desa yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Desa. BPD adalah badan
perwakilan yang terdiri dari atas pemuka masyarakat yang ada di desa dan
berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat peraturan desa (Perdes), menampung
dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta melakukan pengawasan terhadap
penyelenggara pemerintahan desa. (Mardiasmo, 2009).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 1 Ayat (1-
2) tentang Pelaksanaan UU No. 6 Tahun 2014, pemerintahan desa adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sedangkan
pemerintah desa kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu
perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Pemerintahan
desa terdiri atas pemerintah desa (yang meliputi kepala desa dan perangkat desa)
dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
1. Kepala Desa
Kepala desa adalah pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan
kebijakan yang ditetapkan bersama BPD Berdasarkan Peraturan Pemerintah
No.43 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU No 6 Tahun 2014 dalam paragraf
3, kepala desa memegang jabatan paling lama tiga kali masa jabatan secara
berturut-turut. Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan
kewajibannya, kepala desa wajib :
a. Menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintah desa setiap akhir
tahun anggaran kepada Bupati/Walikota
b. Menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintah desa pada masa akhir
jabatan kepada bupati atau walikota
c. Menyampaiakn laporan keterangaan penyelenggaraan pemerintah secara
tertulis kepada BPD setiap akhir tahun anggaran

Laporan penyelenggaraan pemerintah desatersebut digunakan sebagai bahan


evaluasi bupati/walikota untuk dasar pembinaan yang isinya paling memuat
pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintahan desa, pertanggungjawaban
pelaksanaan pembangunan,pelaksanaan pembinaan kemasyarakatan,dan
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat.

1. Perangkat Desa
Perangkat desa bertugas membantu kepala desa dalam melaksanakan tugas
dan wewenangnya. Perangkat desa terdiri dari Sekretaris Desa dan
perangkat desa lainnya. Salah satu perangkat desa adalah sekretaris desa,
yang diisi dari Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sekretaris desa diangkat oleh
sekretaris daerahkabupaten/kota.
2. Badan Permusyawaratan Desa
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan
demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Anggota BPD adalah
wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah.
Anggotan BPD terdiri dari ketua rukun warga, pemangku adat, golongan
profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa
jabatan anggota BPD adalah 6 tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali
untuk 1 kali masa jabatan berikutnya. Pimpinan dan anggota BPD tidak
diperbolehkan merangkap jabatan sebagai kepala desa dan perangkat desa.
BPD berfungsi menetapkan peraturan desabersama kepala desa, menampung
dan menyalurkan aspirasi masyarakat.(Awang,2010)
2.2.4. Pengelolahan Keuangan Desa

Pengelolaan keuangan desa merupakan upaya untuk mendukung


penyelenggaraan pemerintah desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan
kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa. Pengelolaan keuangan
merupakan suatu siklus yang terdiri dari perencanaan dan penganggaran,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Siklus
tersebut merupakan rangkaian terpadu dan terintegrasi, dimana tahap satu dengan
tahap lainnya saling berkesinambungan sehingga apabila terjadi kesalahan dalam
salah satu tahap maka untuk tahap berikutnya pun akan terganggu dan tujuan
pengelolaan keuangan tidak sesuai dengan sasaran. Adapun pengelolaan keuangan
desa harus berpegang teguh pada tata pemerintahan yang baik, yaitu partisipasi,
akuntanbilitas, transparansi dan keadilan (Ardi Hamzah,2015).

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 113 Tahun 2014 pasal 1
ayat 6 menyatakan Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatanyang
meliputi perencanaan, pelaksanaan,penatausahaan, pelaporan dan
pertanggungjawaban keuangan desa. Dalam Bab V tentang Pengelolaan,
Pengelolaan Keuangan Desa terbagi menjadi 5 bagian. Adapun 5 bagian tersebut
adalah sebagai berikut.

a. Perencanaan
b. Pelaksanaan
c. Penatausahaan
d. Pelaporan
e. Pertanggungjawaban
Adapun penjabaran dari Peraturan Pemerintah No. 113 tahun 2014 Bab V tentang
Pengelolaan adalah sebagai berikut :
2.2.4.1. Perencanaan
Dalam pasal 20 tentang Perencanaan Pengelolaan Keuangan Desa
menyatakan :
a. Sekretaris Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa
berdasarkan RKPDesa tahun berkenaan
b. Sekretaris Desa menyampaikan rancangan Peraturan Desa tentang
APBDesa kepada Kepala Desa
c. Rancangan peraturan Desa tentang APBDesa sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) disampaikan oleh Kepala Desa kepada Badan Permusyawaratan
Desa untuk dibahas dan disepakati bersama.
d. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa disepakati bersama
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling lambat bulan Oktober tahun
berjalan.
Dalam pasal 21 tentang Perencanaan Pengelolaan Keuangan Desa
menyatakan:

a. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang telah disepakati


bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) disampaikan
oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota melalui camat atau sebutan
lain paling lambat 3 (tiga) hari sejak disepakati untuk dievaluasi
b. Bupati/Walikota menetapkan hasil evaluasi Rancangan APBDesa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 20 (dua puluh) hari
kerja sejak diterimanya Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa.
c. Dalam hal Bupati/Walikota tidak memberikan hasil evaluasi dalam batas
waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Peraturan Desa tersebut
berlaku dengan sendirinya.
d. Dalam hal Bupati/Walikota menyatakan hasil evaluasi Rancangan
Peraturan Desa tentang APBDesa tidak sesuai dengan kepentingan umum
dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, Kepala Desa
melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung
sejak diterimanya hasil evaluasi.
Dalam pasal 22 tentang Perencanaan Pengelolaan Keuangan Desa
menyatakan:
a. Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 ayat (4) dan Kepala Desa tetap menetapkan
Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa menjadi Peraturan Desa,
Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa dengan Keputusan
Bupati/Walikota
b. Pembatalan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBDesa tahun anggaran
sebelumnya.
c. Dalam hal Pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Kepala Desa
hanya dapat melakukan pengeluaran terhadap operasional
penyelenggaraan Pemerintah Desa.
d. Kepala Desa memberhentikan pelaksanaan Peraturan Desa Paling lama 7
(tujuh) hari kerja setelah pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dan selanjutnya Kepala Desa bersama BPD mencabut peraturan desa
dimaksud.

Dalam pasal 23 tentang Perencanaan Pengelolaan Keuangan Desa


menyatakan:
a. Bupati/walikota dapat mendelegasikan evaluasi Rancangan Peraturan
Desa tentang APBDesa kepada camat atau sebutan lain.
b. Camat menetapkan hasil evaluasi Rancangan APBDesa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak
diterimanya Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa.
c. Dalam hal Camat tidak memberikan hasil evaluasi dalam batas waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Peraturan Desa tersebut berlaku
dengan sendirinya.
d. Dalam hal Camat menyatakan hasil evaluasi Rancangan Peraturan Desa
tentang APBDesa tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi, Kepala Desa melakukan
penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak
diterimanya hasil evaluasi.
e. Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa sebagaimana
dimaksud ayat (4) dan Kepala Desa tetap menetapkan Rancangan
Peraturan Desa tentang APBDesa menjadi Peraturan Desa, Camat
menyampaikan usulan pembatalan Peraturan Desa kepada
Bupati/Walikota.
f. Ketentuan lebih lanjut mengenai pendelegasian evaluasi Rancangan
Peraturan Desa tentang APBDesa kepada Camat diatur dalam Peraturan
Bupati/Walikota.
2.2.4.2. Pelaksanaan
Dalam pasal 24 tentang Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Desa menyatakan :
a. Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan
kewenangan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa .
b. Khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan perbankan di wilayahnya
maka pengaturannya ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.
c. Semua penerimaan dan pengeluaran desa sebagaimana dimaksud pada ayat.
d. harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah.
Dalam pasal 25 tentang Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Desa menyatakan :
a. Pemerintah desa dilarang melakukan pungutan sebagai penerimaan desa
selain yang ditetapkan dalam peraturan desa.
b. Bendahara dapat menyimpan uang dalam Kas Desa pada jumlah tertentu
dalam rangka memenuhi kebutuhan operasional pemerintah desa.
c. Pengaturan jumlah uang dalam kas desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) ditetapkan dalam Peraturan Bupati/Walikota.
Dalam pasal 26 tentang Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Desa menyatakan :
a. Pengeluaran desa yang mengakibatkan beban APBDesa tidak dapat
dilakukan sebelum rancangan peraturan desa tentang APBDesa ditetapkan
menjadi peraturan desa.
b. Pengeluaran desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak termasuk
untuk belanja pegawai yang bersifat mengikat dan operasional perkantoran
yang ditetapkan dalam peraturan kepala desa.
c. Penggunaan biaya tak terduga terlebih dulu harus dibuat Rincian Anggaran
Biaya yang telah disahkan oleh Kepala Desa.
Dalam pasal 27 tentang Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Desa menyatakan :
a. Pelaksana Kegiatan mengajukan pendanaan untuk melaksanakan kegiatan
harus disertai dengan dokumen antara lain Rencana Anggaran Biaya.
b. Rencana Anggaran Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) di
verifikasi oleh Sekretaris Desa dan di sahkan oleh Kepala Desa.
c. Pelaksana Kegiatan bertanggungjawab terhadap tindakan pengeluaran yang
menyebabkan atas beban anggaran belanja kegiatan dengan
mempergunakan buku pembantu kas kegiatan sebagai pertanggungjawaban
pelaksanaan kegiatan didesa.
Dalam pasal 28 tentang Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Desa menyatakan:
a. Berdasarkan rencana anggaran biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
27 ayat (1) pelaksana kegiatan mengajukan Surat Permintaan Pembayaran
(SPP) kepada Kepala Desa.
b. Surat Permintaan Pembayaran (SPP) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak boleh dilakukan sebelum barang dan atau jasa diterima
Dalam pasal 29 tentang Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Desa menyatakan :
Pengajuan SPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat
(1) terdiri atas:
a. Surat Permintaan Pembayaran (SPP);
b. Pernyataan tanggungjawab belanja; dan
c. Lampiran bukti transaksi.
2.2.4.3. Penatausahaan
Dalam pasal 35 tentang Penatausahaan Pengelolaan Keuangan Desa
menyatakan :
a. Penatausahaan dilakukan oleh Bendahara Desa.
b. Bendahara Desa wajib melakukan pencatatan setiap penerimaan dan
pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib.
c. Bendahara Desa wajib mempertanggungjawabkan uang melalui laporan
pertanggungjawaban
d. Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
disampaikan setiap bulan kepada Kepala Desa dan paling lambat tanggal
10 bulan berikutnya.
Dalam pasal 36 tentang Penatausahaan Pengelolaan Keuangan Desa
menyatakan :
Penatausahaan penerimaan dan pengeluaran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2), menggunakan :
a. buku kas umum;
b. buku Kas Pembantu Pajak; dan
c. buku Bank
2.2.4.4. Pelaporan
Dalam pasal 37 tentang Pelaporan Pengelolaan Keuangan Desa menyatakan:
1. Kepala Desa menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa
kepada Bupati/Walikota berupa:
a. laporan semester pertama; dan
b. laporan semester akhir tahun.
2. Laporan semester pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
berupa laporan realisasi APBDesa.
3. Laporan realisasi pelaksanaan APBDesa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a disampaikan paling lambat pada akhir bulan Juli tahun
berjalan.
4. Laporan semester akhir tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b disampaikan paling lambat pada akhir bulan Januari tahun berikutnya
2.2.4.5. Pertanggungjawaban.
Dalam pasal 38 tentang Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Desa
menyatakan:
a. Kepala Desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi
pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota setiap akhir tahun anggaran
b. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri dari pendapatan , belanja dan pembiayaan
c. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Desa.
d. Peraturan Desa tentang laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan
APBDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilampiri:

1. format Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa


Tahun Anggaran berkenaan;
2. format Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun
Anggaran berkenaan; dan
3. format Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang
masuk ke desa
Dalam pasal 39 tentang Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Desa
menyatakan :
Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa
sebagaimana dimaksud dalam pasal 38 ayat (1) merupakan bagian tidak
terpisahkan dari laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa

2.1.5. Faktor-faktor Penghambat Pengelolaa Dana Desa


Pengelolaan dana desa melibatkan segala komponen desa mulai dari
aparat pemerintah desa, masyarakat desa, lembaga-lembaga terkait lainnya,
bahkan juga sarana prasarana maupun fasilitas pendukung lainnya. Pemerintah
desa sebagai pelaksana memiliki tanggung jawab mengayomi masyarakat juga
menggunakan fasilitas yang ada untuk bersama-sama dalam membangun desa
melalui pengelolaan dana desa. Dalam pelaksanaannya sendir mengelola
keuangan desa di desa Peling Sawang tak lepas dari kendala atau hambatan.
Adapun faktor-faktor penghambat pengelolaan dana desa, yaitu
1. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia menjadi salah satu faktor yang cukup berpengaruh
dalam pengelolaan dana desa, karena dalam beberapa kesempatan hasil
wawancara dan observasi terlihat perangkat desa mengalami kendala dalam
menyampaikan laporan, pemahaman dalam menggunakan sistem yang ada
sehingga membutuhkan bantuan dari pihak yang berada di bidang lain. Hal
ini mengakibatkan pelaksanaan pembagian tugas terjadi diluar kapasitas
tanggung jawab bidangnya yang dikatakan dapat berpengaruh pada
keterlambatan penyampaian laporan pertanggungjawaban dan
mempengaruhi penyaluran untuk tahap selanjutnya. Hal ini menunjukkan
bahwa sumber daya manusia yang menjadi perangkat desa masih kurang
kompeten, dikarenakan latar belakang pendidikan perangkat pada umumnya
lulusan SMA

2. Pemahaman Masyarakat
Masih banyak masyarakat yang kurang paham tentang penggunaan dana
desa yang ada, sehingga muncul opini masyarakat yang kurang berkenan
terkait pembangunan yang belum merata di setiap lindongan. Hal ini
menunjukan peran aparat pemerintah desa dalam mensosialisasikan maupun
memberikan pemahaman terkait penggunaan dana desa dan prioritas arah
kebijakan pembangunan desa masih perlu ditingkatkan.

2.1.6. Rasio Efektivitas


Alat rasio keuangan yang digunakan adalah analisis rasio yang
dikembangkan berdasarkan data keuangan yang bersumber dari anggaran
pendapatan belanja daerah (Halim, 2014:267) yaitu

Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam


merealisasikan pendapatan asli daerah yang direncanakan dibandingkan dengan
target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah

Rigel Nurul Fathah (2017:36) dalam jurnalnya yang berjudul Analisis


Rasio Keuangan untuk Penilaian Kinerja pada Pemerintah Daerah Kabupaten
Gunung Kidul, Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) dihitung
dengan cara membandingkan realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dengan target penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) atau yang
dianggarkan sebelumnya. Rumus rasio ini sebagai berikut :

Rasio efektivitas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Realisasi DD
Rasio Efektivitas= x 100 %
Anggaran DD

Dengan mengetahui perbandingan hasil target penerimaan dan realisasi


penerimaan daerah,maka tingkat rasio efektifitas pengelolaan Dana Desa pada
Desa Suli di berikan penilaian, pedoman penilaian dan kinerja keuangan yang
disusun sebagai berikut:

Tabel. 2
Kriteria Kinerja Keuangan ( Efektivitas )

Kriteria Efektivitas Persentase Efektivitas

Sangat efektif Diatas 100%

Efektif 90% -100%

Cukup efektif 80% - 90%

Kurang efektif 60% - 80%

Tidak efektif Kurang dari 60%

Sumber : Mohammad Mahmudi (2007;84)

Menurut Mahmudi (2010:143) dalam jurnal (Ni Ketut Erna Rahmawati


dan I Wayan Putra, 2016:1779), Rasio efektivitas pendapatan asli daerah
menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam memobilisasi
penerimaan pendapatan asli daerah sesuai dengan yang ditargetkan. Rasio
efektivitas pendapatan asli daerah dihitung dengan cara membandingkan
realisasi penerimaan pendapatan asli daerah dengan target penerimaan
pendapatan asli daerah atau yang dianggarkan sebelumnya. Rasio efektivitas
adalah tingkat perolehan hasil suatu kegiatan yang disesuaikan dengan target
yang ditentukan.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa rasio efektivitas adalah menggambarkan kemampuan
pemerintah desa dalam merealisasikan Dana Desa (DD) yang direncanakan
dibandingkan dengan anggaran yang ditetapkan
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek dan Lokasi Penelitian


Penelitian pada Kantor Desa Suli Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku
Tengah , Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah beberapa perangkat desa
yang menjadi operator serta ikut andil dalam pengelolaan Dana Desa. Adapun
beberapa perangkat tersebut adalah sebagai berikut
1. Kepala Desa Suli
2. Sekertaris Desa Suli
3. Bendahara Desa Suli
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan sekunder yaitu:
 Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui
wawancara
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut:
a. Wawancara terstruktur, yaitu teknik pengumpulan data dengan wawancara
yang telah menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan
tertulis yang alternative jawabannyapun telah disediakan.
b. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan
pengambilan dokumen-dokumen yang telah ada tanpa ada pengelolaan
kembali
3.4 Teknik Analisis Data.
Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik
deskriptif yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi (Sugyono, 2017:147).
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam menganalisis data ini sebagai
berikut :
1. Menghitung rasio efektivitas dari laporan keuangan Dana Desa (DD)
pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa).
2. Mendeskripsikan data dari hasil perhitungan rasio efektivitas.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian


4.1.1. Gambaran Umum Desa Suli
Suli adalah sebuah negeri di Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku
Tengah, Provinsi Maluku. Negeri Suli (di Ambon, Desa disebut dengan istilah
Negeri) terletak di pulau Ambon Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku
Tengah. Jarak Negeri Suli dengan pusat Kota Ambon sekitar 19 Km. Negeri
Suli diapit oleh pegunungan dan lautan serta daerah-daerah lain yang
merupakan wilayah negeri sekitarnya. Batas wilayah Negeri Suli, sebelah utara
berbatasan dengan Gunung Salahutu, sebelah selatan berbatasan dengan Laut
Banda, sebelah timur berbatasan dengan desa Tulehu dan desa Tial, sebelah
barat berbatasan dengan desa Passo. Dengan luas wilayah Negeri Suli 6.500
ha, Di tengah pemukiman terdapat fasilitas-fasilitas umum seperti sekolah,
puskesmas, baileo, gereja, pasar, tempat rekreasi dan lainnya.
Secara umum Negeri Suli terbagi atas 4 (empat) dusun yaitu Dusun
Amalatuei terletak pada RT 1 s/d RT 11 dan RT 19 s/d RT 24 tepatnya di Suli
bawah samping gereja Pentakosta s/d Jembatan Sungai Lorihua, Suli atas
samping SD, daerah pengungsi Banda, Rindam s/d Jembatan Dua. Dusun
Latuslamu terletak pada RT 12 s/d RT 25 s/d RT 27 tepatnya di Suli bawah
Pantai Sopapey, gereja Pentakosta s/d pertigaan, Suli atas pada daerah Kebun
Kayu Manis, samping SD dan Kantor Desa. Dusun Wainusalaut terletak pada
RT35 s/d RT 57 tepatnya di Natsepa, Waiyari s/d Waitatiri dan Dusun
Amarumatena terletak pada RT 28 s/d RT 33 tepatnya di Suli bawah dari
Jembatan Sungai Lorihua s/d batas desa Tial.
Jumlah penduduk Negeri Suli tahun 2019 11.424 jiwa, terdiri dari penduduk
laki-laki sebanyak 5.540 jiwa dan perempuan 5.882 jiwa. Penduduk pendatang
sampai dengan 2019 62 jiwa. Mereka terhimpun dalam 2.932 kepala keluarga
(KK). Mata pencaharian penduduk Negeri bervariasi, ada yang bekerja sebagai
Petani, (636 jiwa), Nelayan (40 jiwa), Pegawai Negeri Sipil (PNS) (471 jiwa),
Pegawai Swasta (553 jiwa) Buruh Pabrik (73 jiwa), Buruh Tani/Buruh
Nelayan (676 jiwa), Wiraswasta/Pedagang (532 jiwa), TNI (723 jiwa), POLRI
(114 jiwa), Dokter Swasta/Honorer (6 jiwa), Perawat Swasta/honorer (8 jiwa).

4.1.2. Visi dan Misi Kantor Desa Suli


a. Visi
Membangun Negeri Suli yang lebih baik dalam suatu tatanan Adat yang
tertib Aman dan Sejahtera ,Bersatu maju,Mandiri dan Berbudaya.
b. Misi
1) Mengembalikan dan menguatkan citra budaya serta jati diri ,solidaritas
dan saling menghargai antara sesame warga melalui berperannya
tatanan adat Negeri Suli,bersama dengan semua organisasi
kemasyarakatan serta lembaga keagamaan yang ada di Negeri Suli.
2) Memelihara serta meningkatkan keamanan,ketertiban masyarakat dalam
mencapai kedamaian.
3) Terwujudnya suatu Tata Pemerintah Negeri yang kuat,bersih dan
beribawa,didukung sumber daya manusi(SDM) yang handal agar
mampu memberikan pelayanan bagi masyarakat sehingga masyarakat
merasa terayomi.
4) Mengingkatkan profesionalisme perangkat Aparat Pemerintah Negeri
dan lembaga- lembaga lain yang tumbuh dan berkembang di dalam
Desa Suli.
5) Mewujudkan Desa Suli sebagai Desa Mandiri dengan
menggali ,meningkatkan Pendapatan Asli Desa yang bersumber dari
potensi sumber daya alam yang ada di Desa Suli.
4.1.3. Struktur Organisasi
Berikut ini adalah struktur organisasi yang terdapat pada Desa Suli
Kecamatan Salahutu.
Gambar 4.1
Struktur Organisasi

Kepala Desa/ Raja

Sekretaris Desa Suli

Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Kaur


Pemberdayaan Pembangunan Pemerintahan Keuangan Umum Perencanaan

Kepala Soa Kepala Soa Kepala Soa Kepala Soa


Latuslamu Amalatuei Wainusalaut Amarumatena

Masyarakat

Sumber : Desa Suli Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah,


2021
4.1.4. Uraian Tugas
a. Kepala Desa

Kepala desa adalah pejabat pemerintah desa yang mempunyai


wewenang, tugas, dan kewajiban untuk menyelenggarakan rumah tangga
desanya dan melaksanakan tugas dari pemerintah dan pemerintah daerah.
Kepala desa berkedudukan sebagai kepala pemerintah desa yang
memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa. kepala desa bertugas
menyelenggarakan pemerintahan desa, melaksanakan pembangunan,
pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Untuk
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud kepala desa memiliki fungsi-
fungsi sebagai berikut:
a) Menyelenggarakan pemerintahan desa, seperti tata praja pemerintahan,
penetapan peraturan di desa, pembinaan masalah pertanahan,
pembinaan ketentraman dan ketertiban, melakukan upaya
perlindungan masyarakat, administrasi kependudukan, dan penataan
dan pengelolaan wilayah.
b) Melaksanakan pembangunan, seperti pembangunan sarana prasarana
perdesaan, dan pembangunan bidang pendidikan, kesehatan,
c) Pembinaan kemasyarakatan, seperti pelaksanaan hak dan kewajiban
masyarakat, partisipasi masyarakat, sosial budaya masyarakat,
keagamaan, dan ketenagakerjaan.
d) Pemberdayaan masyarakat, seperti tugas sosialisasi dan motivasi
masyarakat di bidang budaya, ekonomi, politik, lingkungan hidup,
pemberdayaan keluarga, pemuda, olahraga, dan karang taruna,
e) Menjaga hubungan kemitraan dengan lembaga masyarakat dan
lembaga lainnya.
b. Sekretaris Desa
Sekretaris desa bertugas membantu kepala desa dalam bidang
administrasi pemerintahan. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana sekretaris
desa mempunyai fungsi:
a) Melaksanakan urusan ketatausahaan, meliputi :
 Melaksanakan urusan tata naskah,
 Administrasi surat menyurat dan ekspedisi, dan
 Pengelolaan arsip.

b) Melaksanakan urusan umum, meliputi :


 Penataan administrasi kepala desa dan perangkat desa,
 Penyediaan prasarana kepala desa dan perangkat desa,
 Penyediaan prasarana kantor desa,
 Penyiapan rapat-rapat,
 Pengadministrasian aset dan inventarisasi,
 Penyiapan kegiatan perjalanan dinas, dan
 Pelayanan umum
c) Melaksanakan urusan keuangan, meliputi
 Pengurusan administrasi keuangan,
 Pengadministrasian sumber-sumber pendapatan dan pengeluaran,
 Verifikasi administrasi keuangan, dan
 Administrasi penghasilan kepala desa, perangkat desa, BPD, dan lembaga
pemerintahan desa lainnya.
d) Melaksanakan urusan perencanaan, meliputi
 Menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja desa,
 Menginventarisir data-data dalam rangka pembangunan,
 Melakukan monitoring dan evaluasi program.
c. Kepala Urusan Umum
Kepala urusan berkedudukan sebagai unsur staf sekretariat. kepala
urusan bertugas membantu sekretaris desa dalam urusan pelayanan
administrasi pendukung pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan, kepala
urusan tersebut meliputi :
a) Kepala Urusan Tata Usaha dan Umum memiliki fungsi :
 Melaksanakan urusan tata naskah,
 Pengelolaan administrasi surat menyurat dan ekspedisi,
 Pengelolaan arsip desa
 Penataan administrasi kepala desa dan perangkat desa,
 Penyediaan prasarana kepala desa dan perangkat desa,
 Penyediaan prasarana kantor,
 Penyiapan rapat-rapat
 Pengadministrasian aset dan inventarisasi,
 Penyiapan kegiatan perjalanan dinas, dan
 Pelayanan umum
b) Kepala Urusan Keuangan memiliki fungsi :
 Pengurusan administrasi keuangan
 Pengadministrasian sumber pendapatan dan pengeluaran
 Verifikasi administrasi keuangan, dan
 Pengadministrasian penghasilan kepala desa, perangkat desa,
BPD, dan lembaga pemerintahan desa lainnya.
 Menyusun rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDesa),
 Menginventarisir data-data dalam rangka pembangunan
 Melakukan monitoring dan evaluasi program, serta
 Penyusunan laporan
d. Kepala Urusan Pelaksanan Teknis
Pelaksana teknis merupakan unsur pembantu kepala desa sebagai
pelaksana tugas operasional dan berkedudukan. Pelaksana teknis
sebagaimana dimaksud dipimpin oleh terdiri dari seksi pemerintahan,
seksi pelayanan dan seksi kesejahteraan. Untuk melaksanakan tugas
kepala seksi mempunyai fungsi:
a) Kepala Seksi Pemerintahan mempunyai fungsi :
 Melaksanakan manajemen tata praja pemerintahan,
 Menyusun rancangan regulasi desa,
 Pembinaan masalah pertanahan,
 Pembinaan ketentraman dan ketertiban,
 Pelaksanaan upaya perlindungan masyarakat,
 Pengelolaan administrasi kependudukan,
 Penataan dan pengelolaan wilayah, serta
 Pendataan dan pengelolaan Profil Desa
b) Kepala Seksi Pelayanan memiliki fungsi :
 Melaksanakan penyuluhan, motivasi terhadap pelaksanaan hak
dan kewajiban masyarakat,
 Meningkatkan upaya partisipasi masyarakat, dan
 Pelestarian nilai sosial budaya masyarakat, keagamaan, dan
ketenagakerjaan
c) Kepala Seksi Kesejahteraan mempunyai fungsi :
 Melaksanakan pembangunan sarana prasarana perdesaan,
 Pembangunan bidang pendidikan, kesehatan, dan
 Sosialisasi dan motivasi masyarakat di bidang budaya, ekonomi,
politik, lingkungan hidup, pemberdayaan keluarga, pemuda,
olahraga, dan karang taruna.

e. Pelaksana Kewilayahan
Pelaksana kewilayahan merupakan unsur pembantu kepala desa
sebagai satuan tugas kewilayahan. Jumlah unsur pelaksana kewilayahan
sebagaimana dimaksud ditentukan secara proporsional antara pelaksana
kewilayahan yang dibutuhkan dengan kemampuan keuangan desa serta
memperhatikan luas wilayah kerja, karakteristik, geografis, jumlah
kepadatan penduduk, serta sarana prasarana penunjang tugas. Pelaksana
kewilayahan sebagaimana dimaksud dilaksanakan oleh kepala dusun.

Kepala dusun bertugas membantu kepala desa di bidang


penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan,
pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat di wilayahnya.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud kepala dusun
memiliki fungsi :
a) Pembinaan ketentraman dan ketertiban
b) Pelaksanaan upaya perlindungan masyarakat,
c) Pembinaan mobilitas kependudukan,
d) Penataan dan pengelolaan wilayah
e) Mengawasi pelaksanaan pembangunan di wilayahnya,
f) Melaksanakan pembinaan kemasyarakatan dalam meningkatkan
kemampuan dan kesadaran masyarakat dalam menjaga
lingkungannya
g) Melakukan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dalam
menunjang kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan.
4.2. Hasil Penelitian
Analisis kinerja keuangan kantor Desa Suli Kecamatan salahutu
Kabupaten Maluku Tengah dalam penelitian ini adalah suatu proses penilaian
mengenai tingkat kemajuan pencapaian pelaksanaan pekerjaan atau kegiatan
dalam bidang keuangan. Rasio yang digunakan oleh penulis dalam menganalisis
kinerja keuangan kantor Desa Suli Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku
Tengah yaitu rasio efektivitas.

Data yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah laporan


keuangan Dana Desa (DD) pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDesa). Dari data tersebut nantinya dapat memberikan gambaran informasi
mengenai kinerja keuangan kantor Desa Suli Kecamatan Salahutu Kabupaten
Maluku Tengah selama kurun waktu 1 tahun terakhir (tahun 2021). Adapun hasil
dari analisis rasio tersebut sebagai berikut:
Realisasi DD
1. Rasio Efentivitas Rasio Efektivitas= x 100 %
Anggaran DD
Kinerja pemerintah Desa Suli Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku
Tengah dikatakan efektif apabila rasio yang dihasilkan atau dicapai adalah 90-
100%. Apabila anggaran yang disediakan hampir sama dengan yang di
realisasikan dapat membuktikan bahwa kinerja keuangan pada suatu desa
berjalan dengan baik. Semakin tinggi rasio efektivitas, maka semakin baik
kinerja Pemerintah Desa. Berikut ini adalah rumus perhitungan rasio
efektivitas:
Rasio efektivitas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Sumber: Mahmudi (2007: 84)

Tabel. 1
Kriteria Kinerja Keuangan ( Efektivitas )

Kriteria Efektivitas Persentase Efektivitas

Sangat efektif Diatas 100%

Efektif 90% -100%

Cukup efektif 80% - 90%

Kurang efektif 60% - 80%

Tidak efektif Kurang dari 60%

Sumber : Mohammad Mahmudi (2007;84)


Laporan keuangan Dana Desa (DD) pada kantor Desa Suli Kecamatan
Salahutu Kabupaten Maluku Tengah sebagai berikut :
Tabel 4.2
Laporan keuangan Dana Desa pada kantor Desa Suli
Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah

Per-Triwulan Realisasi DD Anggaran DD

Tri- I Rp. 656.470.333,00 Rp. 708.000.000,00

Tri- II Rp. 656.470.334,00 Rp. 800.200.000,00

Tri-III Rp. 656.470.333,00 Rp. 916.478.543,00

Sumber : APBDesa Suli Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku


Tengah (Data diolah, 2021)

Perhitungan Rasio Efektivitas kantor Desa Suli Kecamatn Salahutu


Kabupaten Maluku Tengah Tahun Anggaran 2021 sebagai berikut.

Tahun 2021 Tahap I


656.470 .333
Tahap I = x 100 %=92 ,72 %
708.000 .000
Tahun 2021 Tahap II
656.470 .334
Tahap II = x 100 %=82, 07 %
800.200.000

Tahun 2021 Tahap III

656.470 .333
Tahap III = x 100 %=71 , 62 %
916.478 .543

4.3. Pembahasan

Berdasarkan Berdasarkan perhitungan dari Rasio Efektivitas dapat


diketahui bahwa Rasio Efektivitas Dana Desa (DD) keuangan kantor Desa
Suli Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah pada tahun 2021 Tahap I
sebesar 92,72%, tahun 2021 Tahap II sebesar 82,03%, dan tahun 2021 tahap III
sebesar 71,62,%. Efektivitas kinerja keuangan Dana Desa (DD) kantor Desa
Suli Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah untuk tahun 2021 dapat
dikategorikan Efektif walaupun terjadi penurunan di tahap III sebesar 71,62%
tetapi masih berada pada tingkat rasio 90%.
Menurut uraian dan hasil perhitungan pada Rasio Efektivitas, Kinerja
Keuangan Dana Desa (DD) kantor Desa Suli Kecamatan Salahutu Kabupaten
Maluku Tengah Cukup Efektif karena rata-rata efektivitasnya di atas 80%
yaitu 82,07%.
Penurunan rasio efektivitas pada tahun 2021 Tahap III terjadi
disebabkan karena jumlah anggaran yang besar berbanding terbalik dengan
jumlah anggaran yang terealisasikan. Dengan menurunnya rasio ini juga
menunjukkan Pemerintah Desa Desa Suli Kecamatan Salahutu Kabupaten
Maluku Tengah dapat dikatakan memiliki kinerja yang Cukup Efektif dalam
mengelola Dana Desa (DD). Pada Tahap III terjadi penurunan kinerja ini
dikarenakan proses pencairan dana desa yang terkendala oleh pemerintah
sehingga menghambat terealisasinya anggaran Dana Desa.

Hal ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan kantor Desa Suli


Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah tergolong Baik dalam
merealisasikan Dana Desa (DD) yang telah direncanakan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan dan Saran
5.1.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat
disimpulkan bahwa kinerja keuangan pengelolaan Dana Desa (DD) kantor Desa Sui
Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah pada tahun 2021 dimulai dari tahap I
sampai dengan tahapan II tergolong baik. Hal itu dapat dilihat dari hasil perhitungan
Rasio Efektivitas yang telah dilakukan oleh peneliti.

5.1.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut.
1. Bagi Pemerintah Desa Suli Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah.
Perlu dilakukan kegiatan penyuluhan atau pelatihan misalnya pelatihan
pengembangan inovasi prodak kepada pelaku wirausaha yang ada di Desa Suli agar
dapat meningkatkan pengembangan potensi ekonomi local sehingga bisa
meningkatkan kapasitas masyarakat Desa Suli dalam pengembangan
wirausaha,peningkatan pendapatan ,serta perluasan skala ekonomi masyarakat
yang ada di Desa Suli.
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Henri; Arza, Fefri Indra; Mulyani, Erly; Fitra, Halkadri. 2017.
Potret Pertanggung Jawaban dan Pelaporan dan Keuangan Nagari
di Kabupaten Pasaman Barat. Jurnal WRA. Vol 5, No 2. Hal
1019-1028
Amin, dkk. 2012. “Pengelolaan Keuangan di Desa Pulau Lawas
Kecamatan Bangkinang Seberang Kabupaten Kampar Tahun
2012”. Jurnal Kampus Bina Widya Universitas Riau, 1-12.

Anisa, dkk. 2017. “Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa di


Kabupaten Jombang”. Jurnal Ilmu Akuntansi, Volume 10 (2)
Page 273 – 288.
Ardianto dan Endry. 2016. “Analisis Pengelolaan Dana Desa Kampung
Ono Harjo dan Kampung Nambah Dadi Kecamatan Terbanggi
Besar Kabupaten Lampung Tengah”. Digital Library Universitas
Lam pung.
Arista, Maria Yovani Putu, dkk. 2015. “Implementasi Kebijakan Alokasi
Dana Desa (Studi Kasus di Desa Dalung Kecamatan Kuta Utara
Kabupaten Badung)”. ojs Universitas Udayana.
Artana, I Made Adi, dkk. 2013. “Partisipasi Masyarakat dalam
Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) di
Desa Sumerta Kaja, Kecamatan Denpasar Timur”. Jurnal
Administrasi Negara Universitas Udayana.

Dewanti, Elsa Dwi Wahyu, dkk. 2016. “Analisis Perencanaan Pengelolaan


Keuangan Desa di Desa Boreng (Studi Kasus pada Desa Boreng
Kecamatan Lumajang Kabupaten Lumajang)”. Artikel Ilmiah
Mahasiswa.
Diansari, Rani Eka. 2015. “Analisa Implementasi Alokasi Dana Desa
(ADD) Kasus Seluruh Desa di Kecamatan Kledung Kabupaten
Temanggung tahun 2013”. Seminar Nasional Universitas PGRI
Yogyakarta.
Fathah, Rigel Nurul. 2017. Analisis Rasio Keuangan untuk Penilaian
Kinerja pada Pemerintah Daerah Kabupaten Gunung Kidul.
Jurnal EBBANK. Vol.8 No.1

Ferina, Ika Sasti, dkk. 2016. Tinjauan Kesiapan Pemerintah Desa dalam Implementasi
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa (Studi Kasus pada Pemerintah Desa di Kabupaten Ogan Ilir). Jurnal
Manajemen dan Bisnis Sriwijaya.

Herdiansyah dan Haris. 2013. Wawancara, Observasi, dan Focus Groups sebagai
Instrumen Penggalian Data Kualitatif. Jakarta: PT Rajagrafindo Indonesia.

Hidayat, Ferry. (04 April 2014). Misbakhun Minta BPKP Aktif Awasi Dana Desa.
Husna, Saifatul dan Syukriy Abdullah. 2016. “Kesiapan Aparatur Desa dalam
Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Desa secara Akuntabilitas sesuai
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa (Studi pada Beberapa
Desa di Kabupaten Pidie)”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi,
282-293.
Irawan, Nata. 2017. Tata Kelola Pemerintahan Desa Era UU Desa. Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.

Machmud, Masita., George Kawung dan Wensy Rompas. 2014. Analisis Kinerja
Keuangan Daerah Di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2007-2012. Jurnal
Berkala Ilmiah Efisiensi. Vol.14 No.2

Mondale,T. Fitrawan, dkk. 2017. “Analisis Problematika Pengelolaan Keuangan Desa


(Studi Perbandingan pada Desa Blang Kolak I dan Desa Blang Kolak II,
Kabupaten Aceh Tengah)”. Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung

:Alfabeta.

Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa


Yabbar, Rahman., Hamzah, Ardi. (2015). Tata Kelola Pemerintahan Desa.Surabaya:
Pustaka
Yin, Robert K.(2014). Studi Kasus: Desain dan Metode cet 13. Depok: Raja Grafindo
Persada.
Warta Ekonomi. Diakses pada tanggal 10Agustus 2020 pukul 11:17 dari
https://www.wartaekonomi.co.id/read176184/misbakhun-minta-bpkp- aktif-
awasi-dana-desa.html
Lampiran : Dokumentasi

Sumber : Foto wawancara Kepala Desa

Sumber : Foto wawancara Bendahara Desa


Sumber: Wawancara Sekretaris Desa Suli

Anda mungkin juga menyukai