Anda di halaman 1dari 20

Tugas Makalah ( CBR DAN CJR ) : Akuntansi Desa

AKUNTANSI PEMBIAYAAN DESA

Disusun Oleh

Kelompok 7

1. Sri Wahyuni (7162142006)


2. Friska Suriani Tambunan (7163142014)
3. Friska Tryana Rajagukguk (7163142015)
4. Febriani Larasati Limbong ( 7161142011 )
Kelas: VI A Pendidikan Akuntansi

Dosen Pengampu:

1. Dr. Jufri Darma, SE., M.Si., Ak., CA


2. Rini Herliani Sinuhaji, SE., M.Si., Ak., CA

Jurusan Akuntansi / Prodi Pendidikan Akuntansi


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Akuntansi Desa dalam bentuk tugas
“Makalah ( CBR DAN CJR )” dengan tepat waktu.

Dalam penyelesaian tugas Makalah ini, kami banyak mendapatkan


bimbingan dari berbagai pihak, kami juga menyadari bahwa kelancaran
penyusunan tugas Makalah ini tidak lain berkat dukungan semua teman-teman
sehingga kendala dan hambatan dapat kami hadapi.

Oleh karena itu pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Jufri Darma, SE., M.Si., Ak., CA selaku dosen pengampu

2. Ibu Rini Herliani Sinuhaji, SE., M.Si., Ak., CA selaku dosen pengampu

3. Orang tua kami masing-masing, yang selalu memberi kami semangat


untuk mengerjakan Tugas perkuliahan.
4. Teman-teman serta Mahasiswa-Mahasiswi FE UNIMED
Kami menyadari bahwa tugas Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karenanya penulis memohon kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna perbaikan pembuatan tugas Makalah selanjutnya. Kami juga berharap
semoga tugas Makalah ini dapat diterima oleh Bapak dan Ibu dosen dan teman-
teman semua.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan
mampu menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan , 4 Mei 2019

TimPenulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

1.1.Latar Belakang ................................................................................................................. 1

1.2.Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1

1.3 Tujuan.............................................................................................................................. 2

BAB II KAJIAN TEORI ........................................................................................................ 2

2.1. Pengertian Pembiayaan Desa .......................................................................................... 3

2.2 Jenis-Jenis Pembiayaan Desa .......................................................................................... 3

2.3 Kode Rekening Pembiayaan Desa....................................................................................5

2.4 Dokumen yang terkait dengan Pembiayaan Desa ............................................................ 6

2.5 Pelaksanaan transaksi Pembiayaan Desa ........................................................................ 9

2.6 Pencatatan Pembiayaan Desa ....................................................................................... 10

2.7 Analisis Studi Kasus dari Jurnal..................................................................................... 14

BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 16

3.1.Kesimpulan..................................................................................................................... 16

3.2 Saran ............................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang

Desa sebagai pemerintahan yang bersentuhan dan berinteraksi langsung


dengan masyarakat menjadi salah satu fokus utama dalam pembangunan
pemerintah, hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia ada di
pedesaan. Membangun desa sama artinya membangun sebagian besar penduduk
Indonesia. Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa mendefinisikan Desa adalah desa dan desa adat atau
yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Dewasa ini tuntutan akuntabilitas tidak hanya pada pemerintah pusat


maupun daerah saja, tetapi pemerintah desa juga memiliki kewajiban yang sama
dalam mewujudkan pemerintahan yang akuntabel. Sejak disahkannya Undang-
undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa atau yang sering disebut dengan
undang-undang desa, pembangunan Negara difokuskan pada pembangunan
kesejahteraan desa. Selain tuntutan akuntabilitas, kepala desa 2 juga harus mampu
mengimplementasikan segala kegiatan pengelolaan keuangan desa berdasarkan
peraturan yang berlaku.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 desa memiliki


kewenangan dalam bidang penyelenggaraan pemerintah, pembangunan,
pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan desa. Sehingga berdasarkan
wewenang tersebut desa merupakan wujud bangsa yang paling kongkrit sebagai
miniatur suatu Negara, akan tetapi dalam melaksanakan kewenangan tersebut
pemerintah desa masih mengalami kendala, khususnya dalam hal keuangan
seperti sumber pendapatan desa yang rendah, baik dari pendapatan asli desa
maupun dari bantuan pemerintah.

1
Keuangandesa bersumber dari Pendapatan Asli Desa (PADes), Alokasi
Dana Desa (ADD),dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan sumbersumber
pendapatan desa yang bersumber penyerahan urusan kewenangan kabupaten
kepada pemerintah desa. Pengelolaan keuangan desa bisa sangat sensitif di
kalangan masyarakat, maka dari itu diperlukan akuntabilitas pengelolaan
keuangan desa agar tidak terjadi tudingan buruk terhadap aparatur desa. Sehingga
masyarakat mengetahui pengelolaan dan penggunaan keuangan desa pertahun.
Seiring dengan menguatnya akuntabilitas, maka akan meningkat pula transparansi
informasi kepada masyarakat luas sebagai pemenuhan hak publik.

1.2.Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Pembiayaan Desa .... ?

2. Apa saja Jenis-Jenis Pembiayaan Desa ?

3. Apa saja Dokumen yang terkait dengan Pembiayaan Desa ?

4. Bagaimana Pelaksanaan transaksi Pembiayaan Desa ?

5. Bagaimana Pencatatan Pembiayaan Desa ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Pembiayaan Desa

2. Untuk mengetahui Jenis-Jenis Pembiayaan Desa

3. Untuk mengetahui Dokumen yang terkait dengan Pembiayaan Desa

4. Untuk mengetahui Pelaksanaan transaksi Pembiayaan Desa

5. Untuk mengetahui Pencatatan Pembiayaan Desa

6. Untuk mengetahui hambatan bisnis internasional

7. Untuk mengetahui multinasional enterprise

8. Untuk mengetahui strategi perusahaan multinasonal

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembiayaan Desa

Menurut Antonio (2001:160) “Pembiayaan yaitu pemberian fasilitas


penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak – pihak yang merupakan
defisit unit”.

Menurut Rivai dan Arifin (2010 : 681) pembiayaan atau financing adalah
pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga.
Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk
mendukung investasi yang telah direncankan.

Adapun Berdasarkan Permendagri No. 113/2014, Bab IV Pasal 18 Ayat


(1) pembiayaan Meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

Dari tiga pengertian diatas secara sederhana pembiayaan dapat diartikan


sebagai penyediaan dana dari lembaga kepada pihak lain yang membutuhkan dana
yang mempunyai jangka waktu tertentu dalam pengembaliannya disertai
pembayaran sejumlah imbalan atau bagi hasil.

2.2 Jenis-Jenis Pembiayaan Desa

Pembiayaan diklasifikasikan menurut kelompok dan jenis. Pembiayaan


desa berdasarkan kelompok terdiri dari Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran
Pembiayaan.

a. Penerimaan Pembiayaan

Penerimaan Pembiayaan mencakup:

1) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya.

3
SiLPA antara lain berupa pelampauan penerimaan pendapatan terhadap
belanja, penghematan belanja, dan sisa dana kegiatan lanjutan. SilPA merupakan
penerimaan pembiayaan yang digunakan untuk:

 Menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil dari


pada realisasi belanja;
 Mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan; dan
 Mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran
belum diselesaikan.

2) Pencairan Dana Cadangan

Dana cadangan adalah dana yang bersumber dari penyisihan atas


penerimaan desa, kecuali dari penerimaan yang penggunaannya telah ditentukan
secara khusus berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pencairan Dana
Cadangan digunakan untuk menganggarkan pencairan Dana Cadangan dari
rekening Dana Cadangan ke Rekening Kas Desa dalam tahun anggaran
berkenaan.

3) Hasil Penjualan Kekayaan Desa yang Dipisahkan

Kekayaan Desa yang dipisahkan adalah Kekayaan Milik Desa baik


bergerak maupun tidak yang dikelola oleh BUMDesa. Hasil Penjualan Kekayaan
Desa yang Dipisahkan digunakan untuk menganggarkan hasil penjualan kekayaan
desa yang dipisahkan.

b. Pengeluaran Pembiayaan

Pengeluaran Pembiayaan, terdiri dari:

1) Pembentukan Dana Cadangan

Pemerintah Desa dapat membentuk Dana Cadangan untuk mendanai


kegiatan yang penyediaan dananya tidak dapat sekaligus/sepenuhnya dibebankan
dalam satu tahun anggaran. Dana Cadangan ditempatkan pada rekening tersendiri.
Kepala Desa. Pembentukan Dana Cadangan tersebut ditetapkan dengan peraturan
desa, yang memuat paling sedikit:

 Penetapan tujuan pembentukan Dana Cadangan;

4
 Program dan kegiatan yang akan dibiayai dari Dana Cadangan;
 Besaran dan rincian tahunan Dana Cadangan yang harus dianggarkan;
 Sumber Dana Cadangan;
 Tahun Anggaran pelaksanaan Dana Cadangan.

Pembentukan Dana Cadangan dapat bersumber dari penyisihan atas


penerimaan desa, kecuali dari penerimaan yang penggunaannya telah ditentukan
secara khusus berdasarkan peraturan perundang-undangan.

2) Penyertaan Modal Desa

Pemerintah Daerah dapat melakukan Penyertaan Modal Desa, misalnya


kepada BUM Desa.

2.3 Kode Rekening Pembiayaan Desa

Kode Rekening Pembiayaan Desa Pembiayaan Desa sebagaimana diatur


dalam Pasal 8 Permendagri 113/2014 diklasifikasikan menurut kelompok dan
jenis. Pembiayaan Desa terdiri atas kelompok: 1) Penerimaan Pembiayaan; dan 2)
Pengeluaran Pembiayaan. Kelompok Penerimaan Pembiayaan terdiri atas jenis: 1)
Sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya; 2) Pencairan Dana
Cadangan; dan 3) Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan. Kelompok
Pengeluaran Pembiayaan terdiri dari jenis: 1) Pembentukan Dana Cadangan; dan
2) Penyertaan Modal Desa. Untuk tingkat Objek Pembiayaan diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Bupati/Walikota. Gambaran Kode Rekening Pembiayaan Desa
adalah sebagai berikut:

5
2.4 Dokumen yang terkait dengan Pembiayaan Desa

Penatausahaan Pembiayaan Desa Seperti halnya pencatatan Pendapatan


pada BKU/Buku Bank, untuk membukukan Realiasi Pembiayaan, baik
penerimaan pembiayaan maupun pengeluran pembiayaan dicatat dalam Buku
Rincian Pembiayaan. Pencatatan dalam Buku Rincian Pembiayaan berguna untuk
mengklasifikasi rincian dari realisasi pembiayaan. Pencatatan ini diperlukan agar
dapat dilaporkan ke dalam Laporan Realisasi APB Desa. Pencatatan seluruh
penerimaan pembiayaan maupun pengeluaran pembiayaan tersebut dilakukan
secara benar dan tertib.

Dokumen Sumber Transaksi Pembiayaan Penerimaan Dokumen sumber


yang digunakan sebagai dasar untuk mencatat transaksi pembiayaan penerimaan
ini adalah sebagai berikut :

No Jenis Transaksi Dokumen Sumber Lampiran Dokumen


Sumber

1. Penggunaan SiLPA Copy Surat perintah Nota kredit bank


tahun anggaran pemindahbukuan
sebelumnya

2. Pencairan dana Copy Surat perintah Nota kredit bank


cadangan pemindahbukuan

3. Hasil penjualan Surat Tanda Setor Nota kredit bank


kekayaan daerah
yang dipisahkan

4. Penerimaan - Surat tanda bukti Nota kredit bank


pinjaman daerah penerimaan/Bukti
transfer - Bukti penjualan
obligasi

5. Penerimaan kembali Surat tanda setor (STS) - Bukti transfer

6
pemberian pinjaman - Nota kredit bank

6. Penerimaan piutang Surat tanda setor (STS) - Bukti transfer


daerah - Nota kredit bank

Dokumen sumber yang digunakan sebagai dasar untuk mencatat transaksi


pembiayaan pengeluaran ini adalah sebagai berikut :

No Jenis Transaksi Dokumen Sumber Lampiran Dokumen


Sumber

1. Pengisian dana - Surat Perintah - Surat Penyediaan Dana


cadangan Pencairan Dana (SP2D) ( SPD )

- Perda tentang dana - Surat Perintah


cadangan Membayar ( SPM )

2. Penyertaan modal Surat Perintah Pencairan - Surat Penyediaan Dana


pemerintah daerah Dana (SP2D) ( SPD )

- Surat Perintah
Membayar ( SPM )

3. Pembayaran pokok Surat Perintah Pencairan - Surat Penyediaan Dana


pinjaman Dana (SP2D) ( SPD )

- Surat Perintah
Membayar ( SPM )

4. Pemberian pinjaman -Surat Perintah Pencairan - Surat Penyediaan Dana


daerah Dana (SP2D) ( SPD )

- Surat Perintah
Membayar ( SPM )

- Perjanjian Pinjaman

7
1. BUKU RINCIAN PEMBIAYAAN

Sebagaimana Buku Rincian Pendapatan, Buku Rincian Pembiayaan


merupakan buku tambahan yang tidak ada dalam Permendagri 113/2014. Buku ini
merupakan buku pembantu untuk mengklasifikasi dan mengelompokan Rincian
Pembiayaan yang diterima agar pada saat menyusun laporan realisasi APB Desa
tidak mengalami kesulitan, walaupun secara frekuensi, transaksi pembiayaan ini
relatif sedikit dilakukan, namun sebagai pengendalian dan alat penelusuran, Buku
Rincian Pembiayaan ini tetap diperlukan.

Ketika Bendahara Desa melakukan pengeluaran pembiayaan secara


transfer/bank misalnya berupa Penyertaan Modal pada BUM Desa, maka selain
dicatat pada Buku Bank pada kolom pengeluaran, maka pengeluaran pembiayaan
tersebut dicatat pada Buku Rincian Pembiayaan pada kolom Pengeluaran
PembiayaanPenyertaan Modal Desa. Ketika menyusun laporan Realiasi APB
Desa, maka untuk mengetahui realisasi rincian pembiayaan dapat diketahui
dengan mudah karena telah diklasifikasikan/dikelompokan

8
2.5 Pelaksanaan transaksi Pembiayaan Desa
Pelaksanaan Pembiayaan mencakup Penerimaan Pembiayaan dan
Pengeluaran Pembiayaan.

 Penerimaaan Pembiayaan

Penerimaan Pembiayaan mencakup SiLPA Tahun sebelumnya, Pencairan


Dana Cadangan dan hasil Penjualan Kekayaan Desa yang Dipisahkan. Sisa Lebih
Perhitungan Anggaran adalah penerimaan pembiayaan yang digunakan untuk
mendanai pelaksanaan kegiatan tahun berjalan yang berasal dari pelampauan
penerimaan pendapatan dan penghematan belanja tahun sebelumnya. Realisasi
penggunaan SiLPA merupakan keseluruhan SiLPA yang dianggarkan dalam APB
Desa.

Pencairan Dana Cadangan merupakan kegiatan pencairan dana dari rekening


dana cadangan ke rekening desa yang dilakukan sesuai Peraturan Desa yang
mengatur hal tersebut.

Sedangkan penerimaan pembiayaan yang berasal dari Hasil Penjualan


Kekayaan Desa yang Dipisahkan diperoleh dari realisasi penjualan aset/kekayaan
desa kepada pihak ketiga. Penjualan kekayaan milik desa yang bersifat strategis
harus dilakukan melalui musyawarah desa terlebih dahulu yang selanjutnya
ditetapkan dalam peraturan desa atau keputusan kepala Desa yang mengacu pada
ketentuan pengelolaan Kekayaan Milik Desa. Kekayaan Milik Desa dapat dijual
hanya apabila sudah tidak memiliki manfaat dalam mendukung penyelenggaraan
pemerintahan desa dan/atau disetujui dalam musyawarah desa.

 Pengeluaran Pembiayaan

Pengeluaran Pembiayaan diantaranya Pembentukan Dana Cadangan dan


Penyertaan Modal Desa. Pembentukan Dana Cadangan dilakukan setelah adanya
penetapan persetujuan melalui Peraturan Desa. Pembentukan Dana Cadangan
ditempatkan pada rekening tersendiri dan penganggarannya tidak melebihi tahun
akhir masa jabatan Kepala Desa. Begitu juga halnya dengan Penyertaan Modal
Desa, pelaksanaannya dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Badan
Permusyawaratan Desa.

9
2.6 Pencatatan Pembiayaan Desa

Akuntansi Pembiayaan Penerimaan

- Transaksi pembiayaan penerimaan dicatat dengan menggunakan azas


bruto, yaitu pembiayaan penerimaan dicatat sebesar nilai brutonya (tidak
dikompensasikan dengan pengeluaran).

- Pembiayaan penerimaan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas


Daerah

Standar Jurnal Transaksi Pembiayaan Penerimaan

- Penjurnalan transaksi penerimaan pembiayaan dilakukan oleh fungsi


akuntansi PPKD, secara harian berdasarkan urutan kronologis.

- Jurnal untuk transaksi penerimaan pembiayaan merupakan jurnal


corollary, dimana satu jurnal akan berpengaruh terhadap Laporan Realisasi
Anggaran, dan jurnal lainnya akan mempengaruhi Neraca.

Akuntansi Pembiayaan Pengeluaran

- Pembiayaan pengeluaran diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening


Kas Daerah.

Standar Jurnal Transaksi Pembiayaan Pengeluaran

- Penjurnalan transaksi pembiayaan pengeluaran dilakukan oleh fungsi


akuntansi PPKD, secara harian berdasarkan urutan kronologis.

- Jurnal untuk transaksi pembiayaan pengeluaran merupakan jurnal


corollary, dimana satu jurnal akan berpengaruh terhadap Laporan Realisasi
Anggaran, dan jurnal lainnya akan mempengaruhi Neraca

10
CONTOH : AKUNTANSI PENERIMAAN PEMBIAYAAN

Contoh 1 : Penerimaan Pinjaman. Berdasarkan Perjanjian Kredit untuk


jangka waktu 5 tahun antara Pemerintah Kota “Gn Roay” dengan Bank “Japar”,
pada tgl 5 Mei 2015, Pemerintah “Gn Roay” menerima Nota Kredit yang
menunjukkan telah masuknya uang ke rekening kas daerah sebesar Rp
500.000.000,oo. Fungsi Akuntansi PPKD mencatat :

Contoh 2 : Penerbitan Obligasi. Berdasarkan Perda tentang Obligasi


Daerah, Pemerintah Kota “Gn Roay” menerbitkan surat utang obligasi untuk 5
tahun mulai berlaku 1 Maret 2015 dan berakhir 28 Februari 2020 sebanyak 1000

11
lembar @ Rp 500.000,oo dengan suku bunga 12%/tahun dibayar setiap 6 bulan
per 1 Maret dan 1 September (mulai 1 September 2015). Fungsi Akuntansi PPKD
mencatat :

Contoh 3 : Penerimaan Kembali Pinjaman. Tgl 2 Nopember 2015,


Pemerintah Daerah menerima uang hasil tagihan atas cicilan pinjaman yang telah
diberikan kepada PDAM untuk periode cicilan pinjaman tahun 2015 sebesar Rp
250.000.000,oo. Fungsi Akuntansi PPKD mencatat :

Contoh 4 : Pencairan Dana Cadangan Tgl 25 Juni 2015, diterbitkan Surat


Perintah Pemindahbukuan dari Rekening Dana Cadangan ke Rekening Kas
Daerah dalam rangka pencairan dana cadangan Rp 9.550.000.000,00 yang terdiri
atas Rp 9.000.000.000,oo hasil pemupukan dana cadangan dari APBD, dan Rp
550.000.000,oo bersumber dari jasa giro dana cadangan. Fungsi Akuntansi PPKD
mencatat :

12
CONTOH : AKUNTANSI PENGELUARAN PEMBIAYAAN

Contoh 1 : Penyertaan Modal. Tgl 5 Maret 2015, PPKD menerbitkan


SP2D-LS Rp 1.000.000.000,oo untuk realisasi penyertaan modal pada PDAM
“Chai” yang sebelumnya telah diatur dalam Perda Penanaman Modal Th 2015.
Fungsi Akuntansi PPKD mencatat :

Contoh 2 : Pembayaran Pokok Pinjaman. Tgl 5 Maret 2015, PPKD


menerbitkan SP2D-LS Rp 60.000.000,oo untuk membayar cicilan pokok utang
kepada Bank “Japar” yang jatuh tempo (sebelumnya telah dilakukan reklasifikasi
utang jangka panjang ke akun Bagian Lancar Utang Dalam Negeri Sektor
Perbankan). Fungsi Akuntansi PPKD mencatat :

13
Contoh 3 : Pembentukan Dana Cadangan. Tgl 2 Pebruari 2015, PPKD
menerbitkan Surat Perintah Pemindahbukuan dari Rekening Kas Daerah ke
Rekening Dana Cadangan Rp 2.000.000.000,oo sebagai tindak lanjut dari Perda
tentang Pemupukan Dana Cadangan Pembangunan Gedung Balai Kota untuk 5
(lima) tahun kedepan TMT Anggaran 2015 senilai Rp 10.000.000.000,oo, (Rp
2.000.000.000,oo/tahun). Fungsi Akuntansi PPKD mencatat :

2.7 Analisis Studi Kasus dari Jurnal

Judul Jurnal : Pengaruh Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (Silpa), Penerimaan


Dan Pengeluaran Pembiayaan Terhadap Belanja Daerah: Dalam Presfektif
Teoritis

Nama jurnal : Jurnal Riset Akuntansi dan Bisnis,

Vol dan Tahun Jurnal : Volume 14 No.2 / September 2014

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji apakah dalam presfektif teoritis


sisa lebih perhitungan anggaran (SILPA), penerimaan dan pengeluaran

14
pembiayaan memiliki pengaruh terhadap belanja daerah. Kajian ini dianalisis
dengan menggunakan hasil telaah literatur dan hasil penelitian-hasil penelitian
yang telah dilakukan berkaitan dengan konsep tersebut.

Hasil Analisis Jurnal :

Dalam LRA juga terdapat penerimaan pembiayaan dan pengeluaran


pembiayaan. Penerimaan pembiayaan dapat berupa hasil penjualan kekayaan
daerah yang dipisahkan, pinjaman dalam negeri, dan dari penerimaan kembali
pinjaman yang pernah diberikan pemerintah daerah kepada pihak lain, sedangkan
pengeluaran pembiayaan dapat berupa pembentukan dana cadangan, penyertaan
modal pemerintah daerah, pembayaran pokok pinjaman dalam negeri, dan
pemberian pinjaman kepada pihak lain. Selisih antara penerimaan pembiayaan
dan pengeluaran pembiayaan merupakan pembiayaan neto. Selisih antara
Surplus/defisit dengan pembiayaan neto inilah yang disebut sebagai SILPA

SILPA yang ada pada periode tertentu di suatu daerah merupakan sisa
lebih atas penggunaan anggaran pada periode sebelumnya dan akan digunakan
untuk menutupi belanja daerah yang meliputi belanja langsung dan belanja tidak
langsung dimasa yang akan datang sehingga peranan SILPA berpengaruh besar
pada komposisi belanja daerah dimasa yang akan datang.

Pos penerimaan pembiayaan pada yang ada dapat berupa hasil penjualan
kekayaan daerah yang dipisahkan, pinjaman dalam negeri, dan dari penerimaan
kembali pinjaman yang pernah diberikan pemerintah daerah kepada pihak lain.
Apabila pos penerimaan pembiayaan meningkat, maka akan dapat menutupi
defisit APBD yang ada. Sehingga defisit APBD apabila ditutupi oleh penerimaan
pembiayaan maka akan kembali surplus.

Sedangkan pengeluaran pembiayaan dapat berupa pembentukan dana


cadangan, penyertaan modal pemerintah daerah, pembayaran pokok pinjaman
dalam negeri, dan pemberian pinjaman kepada pihak lain. Selisih antara
penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan merupakan pembiayaan
neto.

15
BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan


pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar
atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah
terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan
surplus anggaran.

Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman,


dan hasil divestasi. Sementara, pengeluaran pembiayaan antara lain
digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian
pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.

Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas


Umum Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan
obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan daerah, penerimaan
kembali pinjaman yang diberikan kepada fihak ketiga, penjualan
investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan

Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran Rekening Kas


Umum Negara/Daerah antara lain pemberian pinjaman kepada pihak
ketiga, penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali pokok
pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu, dan pembentukan
dana cadangan.

3.2 Saran

Dalam mengelola pembiayaan desa sebaik nya bendahara desa lebih teliti
dan memperhatikan standar jurnal yang ada sehingga hasil dari laporan
pembiayaan akan menjadi baik

16
DAFTAR PUSTAKA
http://keuda.kemendagri.go.id/asset/dataupload/paparan/modul-penerapan-

akuntansi-berbasis-akrual/modul3/04.SAPD-Pembiayaan.pdf

https://tedirustendi32.files.wordpress.com/2018/03/17-18-05-ak-pembiayaan-

sapd-ppkd.pdf

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/06/akuntansi_pembiayaan.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan & Konsultasi Pengelolaan Keuangan Desa

simamora, S. (2014). Pengaruh Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (Silpa),

Penerimaan Dan Pengeluaran Pembiayaan Terhadap Belanja Daerah:Dalam


Presfektif Teoritis. Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis , 258-271.

17

Anda mungkin juga menyukai