Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AKUNTANSI PEMERINTAHAN

AKUNTANSI DESA
Dosen Pengampu : Arnida Wahyuni, S.E, M.Si

Kelompok 1

Anggun Debana Maharani (0502203018)


Chairin Hafnifa (0502203060)
Jihan Reswita (0502203031)
Pamatua Raja.H (0502202160)
Syawla Andina Aulia (0502203034)
Vingky Fadhilah Kudadiri (0502202138)
Widya Yunisa (0502203037)

AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami ucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Akuntansi Pemerintahan” dengan judul “Persekutuan:Akuntansi Desa” juga untuk berbagi
pengalaman dan pengetahuan kepada para pembaca yang senantiasa membaca makalah yang
telah kami susun sedemikian rupa. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca, untuk dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang. Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Medan, Mei 2023

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... iii

DAFTAR ISI........................................................................................................................................ iiii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ iv

1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. iv

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... v

1.3 Tujuan Masalah ............................................................................................................. v

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 1

1.1 Pengertian Akuntansi Desa ........................................................................................... 1

1.2 Sistem Akuntansi Desa................................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Desa............................................................ 3

1.4 Aturan Terkait Akuntansi Desa.................................................................................... 4

1.5 Contoh Badan atau Entitas Akuntansi Desa ............................................................... 6

1.6. Pencatatan Pada Pengelolahan Keuangan Akuntansi Desa .................................... 8


BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 10

A. Kesimpulan .................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Desa merupakan perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis,


sosial, ekonomis politik, serta kultural setempat dalam hubungan dan pengaruh timbal balik
dengan daerah lain (R. Bintarto dalam Indra Bastian 2015:6), untuk itu dalam pelaksanaan
kegiatannya memerlukan pengawalan, maka pemerintah bersama legislatif mengesahkan
UndangUndang No.6 Tahun 2014 tentang Desa dan Permendagri No.35 Tahun 2007 tentang
Pedoman Umum Tata Cara Pelaporan dan Pertanggungjawaban Penyelenggaraan Pemerintah
Desa, maka pemerintah desa memiliki wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan
pemerintahannya secara luas dan bertanggungjawab. Pemerintah desa merupakan tingkat
pemerintahan terkecil yang berhadapan langsung dengan rakyat maka pemerintah desa dapat
membantu pemerintah pusat dalam melaksanakan pembangunan, pelayanan publik dan
pemberdayaan kepada masyarakat secara langsung. Selanjutnya pengertian desa

Menurut Permendagri RI Nomor 113 Tahun 2014 BAB 1 Pasal 1 ayat 1 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa disebutkan bahwa: desa adalah desa dan desa adat atau yang
disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau
hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Mengacu pada pengertian di atas, menempatkan desa sebagai suatu organisasi


pemerintahan yang secara politis memiliki kewenangan tertentu untuk mengurus dan
mengatur warga atau komunitasnya. Sejalan dengan kewenangan tersebut pemerintah desa
diharapkan dapat mengatur dan mengurus rumah tangganya sesuai dengan kewenangan yang
telah diberikan oleh pemerintah pusat. Untuk melaksanakan kewenangan tersebut pemerintah
desa memiliki sumber-sumber penererimaan yang digunakan untuk membiayai kegiatan-
kegiatan yang dilakukan. Pemerintah desa perlu melakukan pertanggungjawaban atas
kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan tersebut dengan menyusun laporan keuangan.
Laporan keuangan yang disajikan harus memuat informasi yang berkualitas agar dapat

iv
bermanfaat bagi pemakainya. Informasi yang berkualitas ialah informasi yang relevan, andal,
dapat diperbandingkan. Informasi dikatakan relevan apabila informasi tersebut memiliki
umpan balik, memiliki nilai prediktif serta disampaikan tepat waktu, sehingga dapat
berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan. Informasi dikatakan andal apabila
informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan
material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Ketepatan waktu
menunjukkan kecepatan atau rentang waktu antara permintaan dan frekuensi pelaporan
informasi yang diinginkan. Informasi yang tepat waktu akan menjadikan manajer mampu
menghadapi ketidakpastian lingkungan yang dihadapinya secara efektif (Gordon dan
Narayanan dalam jurnal Desmiyawati, 2014) agar memudahkan dalam pengambilan
keputusan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian akuntansi desa?
2. Bagaimana sistem akuntansi desa?
3. Bagaimana tujuan penyusunan laporan keuangan desa?
4. Bagaimana aturan terkait akuntansi desa?
5. Apa contoh badan atau entitas dari akuntansi desa?

1.3. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian akuntansi desa


2. Untuk mengetahui sistem akuntansi desa
3. Untuk mengetahui tujuan penyusunan laporan keuangan
4. Untuk mengetahui aturan terkait akuntansi desa
5. Untuk mengetahui contoh badan atau entitas dari akuntansi desa
BAB II

PEMBAHASAN

1.1. PENGERTIAN AKUNTANSI DESA

Akuntansi desa adalah pencatatan dari proses transaksi yang terjadi di desa,
dibuktikan dengan nota-nota kemudian dilakukan pencatatan dan pelaporan keuangan
sehingga pihak yang berhubungan dengan desa akan menghasilkan informasi dalam bentuk
laporan keuangan yang dilaporkan.

Pihak-pihak yang menggunakan informasi keuangan desa diantaranya adalah:

1. Masyarakat desa

2. Perangkat desa

3. Pemerintahandaerah

4. Pemerintahan pusat

Laporan keuangan desa menurut Permendagri No 113 Tahun laporkan oleh


pemerintah desa berupa:

1. Anggaran

2. Buku kas

3. Buku pajak

4. Buku bank

5. Laporan realisasi anggaran (LRA)

Menurut Permendagri No 113 Tahun 2014 keuangan desa adalah semua hak dan
kewajiban yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang
berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Beberapa kelemahan akuntansi
desa yang diatur dalam Permendagri No 113 Tahun 2014 adalah:

1. Penggunaan basis kas menyebabkan beberapa masalah seperti:penerimaan atau


pengeluaran yang persifat non kas tidak tercermin dalam laporan keuangan;dan laporan
operasional tidak dapat disusun

1
2. Penggunaan single entry menyebabkan laporan kekayaan milik desa tidak bisa disamakan
dengan neraca yang seharusnya mencerminkan persamaan dasar akuntansi "aset sama dengan
kewajiban ditambah ekuitas". Laporan kekayaan milik desa juga dihasilkan dari catatan
tranksaksi dari satu priode akuntansi sehingga validitasnya masih diragukan.

3. Tidak ada kewajiban membuat laporan atas keuangan sehingga informasi yang diberikan
belum tentu informasi yang lengkap kepada pengguna laporan keuangan.

4. Belum terlihat proses konsolidas laporan keuangan desa dengan laporan keuangan
pemerintah daerah padahal desa memperoleh alokasi dana baik dari pemerintah pusat maupun
daerah yang ditransfer melalui APBD.

1.2. SISTEM AKUNTANSI DESA

Standar akutansi desa diturunkan menjadi akuntansi desa, merupakan pedoman atau
tata cara kerja ber akuntansi secara seragam,baku dan berulang. Penguranagn cara kerja
menghasilkan perfeksi dan peningkatan kecepatan kerja. Sistem mengatur siapa, mengerjakan
apa, bagaimana, untuk suatu tujuan spesifik. Desa perlu membuat pedoman sistem Akuntansi
desa, agar sukses akuntansi dan ber laporan keuangan lebih terjamin. Sistem berorientasi
pada hal-hal penting saja,masalah akutansi saja, agar pelaksanaan akuntansi selalu mewasdiri.
Identitas nama dan kopetinsi pejabat dalam rantai kegiatan akuntansi termasuk dalam sistem
akuntansi,untuk berbasis pertanggung jawaban berbagai tugas akuntansi dan penilaian kinerja
yang bersangkutan. Makin kompeten, makin kuat kendali internal.

Prinsip dasar sistem akuntansi desa:

➢ Sistem keuangan dan sistem akuntansi desa dibangun berdasar prinsip akuntabilitas
fisikal dan akuntabilitas operasional. Akuntabilitas fisikal adalah pertanggung
jawaban kepatuhan akan hukum dalam memeroleh pendapatan dan melaksanakan
belamja desa. Akuntabilitas operasional adalah tentang efektivitas dan efisien desa
melaksanakan APB desa,proyek konstruksi,program dan kegiatan desa. Dasar
akuntabilitas adalah (1) pertanggung jawaban setiap program,proyek, kegiatan
memang benar benar perlu bagi desa, (2) dapat di audit,dan bahwa (3) LK sesuai
dengan SAP desa.
➢ Seluruh transaksi keuangan didokumentasikan dengan dokumentasi dari pihak luar
atau dibuat sendiri,sebagai bukti transaksi.

2
➢ Desa membuat daftar dokumen yang diperoleh dari pihak luar,dan daftar tersebut
masuk dalam pedoman sistem.
➢ Desa membuat daftar dokumen yang harus dibuat sendiri,dan daftar tersebut masuk
kedalam pedoman sistem.
➢ Kabupaten cq camat mengawasi dan menjamin desa melakukan akuntansi desasesuai
SAP desa.
➢ LK desa diterbitkan dan ditanda tangani kepala desa berpotensi diperiksa derektorat
pajak kementrian keuangan,badan musyawarah desa,BPK,NPKP,satuan pengawas
internal kabupaten dan KPK.
➢ CALK pada LK desa wajib menjelaskan dana desa berasal dari APBN dan bantuan
keuangan berasal dari provinsi.
➢ CALK desa wajib mengungkapkan transaksi pajak,pungutan detribusi desa.
➢ Dengan pengarahan camat dan hikmah dari bab ini,desa membuat pedoman sistem
keuangan dan akuntansi desa.
➢ LK desa auditan atau LK bukan auditan, dapat menjadi bagian laporan tahunan desa.
➢ Secara berkala kepala desa memeriksa kepatuhan aparat desa pada pedoman sistem
keuangan dan akuntansi desa.

1.3. TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DESA

Secara umum, tujuan laporan keuangan disusun adalah sebagai bentuk pertanggung
jawaban entitas ekonomi atas penggunaan dan pengolahan sumber daya yang dimiliki dalam
suatu priode tertentu. Oleh karena itulah laporan keuangan desa berfungsi sebagai alat
evaluasi kerena menyediakan informasi keuangan entitas tersebut serta menunjukan kinerja
yang telah dilakukan sehingga nantinya akan jadi bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan bagi kepala desa sendiri maupun pemangku kepentingan lainnya (pemerintah,
BPD, dan masyarakat) dan tujuan umum tersebut, dapat disimpulkan beberapa manfaat
pentingnya laporan keuangan bagi pemerintah desa, antara lain:

1. Mengetahui tingkat efektivitas, efesien dan kebermanfaatan pengelolahan sumber daya


ekonomi oleh pemerintah desa dalam satu tahun anggaran.

2. Mengetahui nilai kekayaan bersih yang dimiliki desa sampai dengan posisi terakhir priode
pelaporan..

3. Sebagai alat evaluasi yang lebih informatif tenteng kinerja aparatur desa tentang utamanya
kepala desa.

3
4. Sebagai sarana pengendalian terhadap kemungkinan terjadinya praktik penyalahgunaan atau
pun penyimpangan sumber-sumber ekonomi yang dimiliki desa

5. Sebagai wujud real implementasi azas transparansi dan akuntabilitas yang diamanatkan
peraturan perundang-undangan yang dapat dijadikan model praktis bagi entitas lain

AKUNTABILITAS PENGELOLAHAN DANA DESA

Sistem pemerintah dewasa ini,membuat desa memiliki peran yang strategis dalam
membantu pemerintah daerah dalam proses penyelenggaraan pemerintahan,termasuk
pembangunan semua itu dilakukan sebagai langkah nyata pemerintah daerah mendukung
pelaksanaan otonomi daerah, implementasi otonomi bagi desa akan, menjadi kekuatan bagi
pemerintah desa untuk mengurus, mengatur dan menyelenggarakan rumah tangganya sendiri,
sekaligus bertambah pula beban tanggung jawab dan kewajiban desa, namun demikian
penyelenggaraan pemerintah tersebut tetap harus dipertanggung jawabkan.

Pemberian kewenangan kepada desa dalam mengelola dana secara mandiri


dimaksudkan dengan tujuan:

1. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan pelayanan


pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan sesuai kewenangannya.

2. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan desa dalam menyusun rencana


melaksanakan, mengndalikan, memanfaatkan dan memelihara serta mengembangkan
pembangunan secara partisipatif sesuai dengan potensi desa.

3. Meningkatkan pemerataan pendapat, kesempatan kerja, dan kesempatan berusaha bagi


masyarakat desa.

4. Menumbuhkembangkan dinamika masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat.

5. Menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong dan swadaya

masyarakat.

1.4 DASAR HUKUM TERKAIT AKUNTANSI DESA

Desa sesuai dengan aturan perundang-undangan memperoleh hak dan wewenang


untuk mengatur keuangan sendiri yang terangkum didalam alokasi dana desa (ADD) yang
tercantum didadalam anggaran pendapatan dan belanja daerah (APDB) Kabupaten. Adapun
besarnya dana ADD tergantung alokasi dana yang telah ditetapkan untuk masing-masing

4
daerah Kabupaten. Pemberian pengelolaan keuangan kepada Desa bertujuan agar supaya
masing-masing pemerintah Desa bisa mandiri untuk membangun sendiri desanya sesuai
dengan kebutuhan dan Rencana pembangunan desa masing-masing.

Niat baik pemerintah pusat untuk mengembangangkan dan membangun desa sebagai
sokoguru pemerintahan yang paling bawah seringkali tidak diimbangi dengan niat baik dari
para kepala Desa. Banyak sekali kegiatan-kegiatan yang didanai oleh ADD tidak
dilaksanakan dengan baik, maupun sama sekali tidak dikerjakan. Hal ini yang memicu
banyak kepala-kepala desa yang pada akhirnya terjerat oleh masalah hukum. Halaman ini
mencoba menjelaskan mengenai dasar-dasar hukum yang memayungi pengelolaan keuangan
di desa dan dapat dijadikan sebagia acuan agar kades tidak bermain-main" dengan
peroyek/Kegiatan yang dibawah tanggung jawabnya.

Dasar Hukum pengelolan Keuangan Desa


1. PP No.72 tahun 2005 tentang pemerintahan Desa, pasal 75 ayat(1)
2. Permendagri nomor 13 tahun 2006 juncto permendagri nomor 59 tahun 2007 tentang
pedoman pengelolaan keuangan Daerah Bab 1 pasal 4 ayat (1) dan (2)

3. Permendagri no.37 Th. 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan Desa, pasal 2 ayat
(1) dan (2), pasal 3 ayat (3), ayat (4) butir a dan b, ayat(5), pasal 9 ayat (6) dan (7)
4. Permendagri No 113 tahun 2014 tentang pengelolan keuangan desa
5. Permendagri nomor 20 tahun 2018 tentang pengelolaan keuangan desa

Pengelolaan keuangan desa kemali diubah. Perubahna pengelolaan keuangan desa


diatur dalam peraturan menteri dalam negeri nomor 20 tahun 2018 tentang pengelolaan
keuangan desa yang ditandatangani menteri dalam negeri thahjo Kumolo pada tanggal 11
april 2018 dan mulai berlaku sejak tanggal diundangkannya permendagri nomor 20 tahun
2018 pada tanggal 8 mei 2018 oleh dirjen PP kemenkumham Widodo ekatjahjana.

Permendagri 20 tahun 2018 tentang pengelolaan keuangan desa diterbitkan dengan


pertimbangan untuk melaksanakan ketentuan pasal 106 peraturan pemerintah nomor 43 tahun
2014 tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa
sebagaimana telah diubah dengan peraturan pemerintah nomor 43 tahun 2014 tentang
peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa, perlu membentuk
peraturan menteri tentang pengelolaan keuangan desa.

5
Landasan terbitnya permendagri 20 tahun 2018 tentang pengelolaan keuangan desa
adalah dengan mengingat:

1. Undang-undang nomor 39 tahun 2008 tentang kementerian negara ( lembaran negara


republic Indonesia tahun 2008 nomor 166, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4916):

2. Undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa (lembaran negara Republik Indonesia
tahun 2014 nomor 7, tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);

3. Peraturan pemerintah nomor 43 tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan undang- undang
nomor 6 tahun 2014 tentang desa (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2014 nomor
123, tambahan lembaran Negara Republik Indonesia nomor 5539), sebagaimana beberapa
kali diubah terakhir dengan peraturan pemerintah nomor 47 tahun 2015 tentang perubahan
atas peraturan pemerintah nomor 43 tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan undang
undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2015
nomor 157, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717)

4. Peraturan pemerintah nomor 60 tahun 2014 tentang dana desa yang bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
168, tambahan lembaran Negara Republik Indonesia nomor 5558), sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan peraturan pemerintah nomor 8 tahun 2016 tentang
perubahan kedua atas peraturan pemerintah nomor 60 tahun 2014 tentang Dana Desa yang
bersumber dari anggaran pendapatan dana belanja negara (lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2016 Nomor 57, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5864);

1.5. CONTOH BADAN ATAU ENTITAS AKUNTANSI DESA

Implementasi Undang-undang no.6 tahun 2014 tentang Desa telah melahirkan ribuan
badan usaha milik Desa. Namun, dalam penetapankan kebijakan pelaksanaan dan
pengelolaan BUMDes masih banyak dijumpai maslaha yang dihadapi BUMDes antara lain,
terkait dengan aspek manajemen, standar akuntansi keuangan,dan legalitas hukum.

Terkait dengan persoalan keuangan, standar akuntansi keuangn untuk Entitas tanpa
Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) akan diterapkan dalam pengelolaan keuangan Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes). Dibandingkan dengan standar akuntansi lainnya,SAK ETAP

6
lebih cocock diterapkan dalam pengelolaan keuangan BUMDes. Karena selain lebih
fleksibel, dari beberapa aspek juga terlihat lebih ringan dan mudah dipergunakan.

Dalam kaitannya dengan BUMDes, manajemen BUMDes merujuk pada struktur


organisasinya yang mengharuskan unuk menyusun dan melakukan pertanggungjawaban
kepada penasehat yang secara ex-officio dijabat oleh kepala desa. Laporan pertanggung
jawaban BUMDes perlu dituangkan dalam pedoman pengelolaan keuangan Badan Usaha
Milik Desa (PPK BUM Desa) yang ditetapkan dalam skala regional kabupaten. Hal ini
memiliki kemampuan, potensi dan skala BUMDes yang tidak dapat diseragamkan seluruh
Indonesia. Sehingga regional kabupatn perlu menyusun pedomannya sendiri untuk memandu
BUMDes dalam melakukan kewajiban pertanggungjawaban keuangan mereka.

Melihat dari unsur pembentukannya, BUMDes hanya dapat terbentuk dari adanya
peraturan desa (Perdes) dan disetujui di musyawarah Desa (musdes). Berangkat dari sejara
tersebut, BUMDes dapat mengadopsi pola pengelolaan keuangan yang dijalankan didesa agar
laporan yang dihasilkan dapat sesuai sehingga memudahkan inspektorat ataupun BPK dalam
melakukan pengawasan dan audit. Mengadopsi pola pengelolaan keuangan yang dijalankan
desa, BUMDes hanyan perlu menyusun laporan anggaran dan laporan realisasi anggaran
(LRA).kedua laporan inilah yang akan menjadi dasar pengawasan dan audit yang dilakukan
BPK, keterkaitan antara anggaran dan realisasi merupakan bentuk tanggung jawab yang
dilakukan manajemen dalam mengelola dana yang bersumber dari transfer (APBN/APBD).

Dengan menyusun laporan anggaran dan laporan REalisasi Anggaran bersumber dari
transfer(APBN/APBD). Dengan menyusun laporan anngaran dan laporan realisasi anggaran
(metode basis kas) dan dilapiri laporan neraca,,laba rugi, perubahan modal,arus kas,dan
catatan atas laporan keuangan BUMDes dapat memenuhi kewajiban pertanggungjawaban
kepada penasehat BUMDes.

Tidak jauh berbeda dengan manajemen BUMDes, unit usaha BUMDes secara
sederhananya hanya perlu menyusun laporan realisasi anggaran tas kegiatan usaha yang
dijalankan. Pencatatan uang masuk dan uang keluar tersebut selanjutnya dilakukan
penyesuaian untuk mencatat transaksi yang terjadi secara akrual seperti piutang, hutang ,
persediaan dan aset tetap agar dapat menjadi sebuah laporan keuangan, seluruh laporan yang
disusun unit usaha BUMDes dijadikan satu konsolidasi untuk menjadi sebuah laporan
keuangan BUMDes

7
1.6 PENCATATAN PADA PENGELOLA KEUANGAN DESA

• Pencatatan Transaksi Pendapatan


Pada kelompok ini dilakukan pencatatan yang meliputi :
Pendapatan Asli Desa (PADesa)

Pada kelompok ini dilakukan pencatatan atas penerimaan pendapatan yang berasal
dari Hasil Usaha; Hasil Aset: Swadaya/Partisipasi/Gotong Royong ; Lain-lain
pendapatan asli desa.
a. Transfer
Pada kelompok ini dilakukan pencatatan atas penerimaan pendapatan yang berasal
dari Dana Desa; Bagian dari Hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Kabupaten/Kota; Alokasi Dana Desa (ADD); Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi;
Bantuan Keuangan APBD Kabupaten/Kota.
b. Pendapatan lainntta
Pada kelompok ini dilakukan pencatatan atas penerimaan pendapatan yang berasal
dari Hibah dan Sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat ; dan Lain-lain
Pendapatan Desa yang Sah.

• Pencatatan Transaksi Belanja

Pada kelompok ini dilakukan pencatatan atas belanja yang dilakukan berdasarkan
pada kelompok : Penyelenggaraan Pemerintahan Desa; Pelaksanaan Pembangunan
Desa; Pembinaan Kemasyarakatan Desa; Pemberdayaan Masyarakat Desa; dan Belanja
Tak Terduga. Masing – masing kelompok ini dalam pelaksanaannya dilakukan melalui
Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, dan Belanja Modal.

• Pencatatan Transaksi Pembiayaan


Pada kelompok ini dilakukan pencatatan yang meliputi :
a. Penerimaan Pembiayaan
Pada kelompok ini dicatat penerimaan pembiayaan yang berasal dari Sisa Lebih
Perhitungan Anggaran (SiLPA); Pencairan Dana Cadangan); dan Hasil Penjualan
Kekayaan Desa yang dipisahkan.
b. Pengeluaran Pembiayaan

8
Pada kelompok ini dicatat pengeluaran pembiayaan yang digunakan untuk
Pembentukan Dana Cadangan, dan Penyertaan Modal Desa. Khusus untuk Dana
Cadangan, penempatannya pada rekening tersendiri dan penganggarannya tidak
melebihi tahun akhir masa jabatan Kepala Desa.
• Pencatatan Aset, Kewajiban, dan Kekayaan Bersih Pemerintah Desa
Pada kelompok ini dilakukan pencatatan yang mempengaruhi posisi aset,
kewajiban, dan kekayaan bersih pemerintah desa pada akhir tahun anggaran yang
bersangkutan (per 31 Desember). Dilakukan pencatatan untuk transaksi yang
mencerminkan hak dan kewajiban dari pemerintah desa pada akhir tahun anggaran
berupa pencatatan piutang ataupun hutang.

9
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Akuntansi desa adalah pencatatan dari proses transaksi yang terjadi didesa, dibuktikan
dengan nota-nota kemudian dilakukan pencatatan dan pelaporan keuangan sehingga akan
menghasilakan informasi dalam bentuk laporan keungan yang digunakan pihak-pihak yang
berhubungan dengan desa. Pihak-pihak yang menggunakan informasi keuangan desa
diantaranya adalah: masyarakat desa, perangkat desa, pemerintah daerah dan pemerintah
pusat.

Desa perlu membuat pedoman sistem akuntansi desa, agar sukses akuntansi dan
berlaporan keuangan lebih terjamin sistem berorientasi pada hal-hal penting saja, masalah
akuntansi saja, agar pelaksana akuntansi selau mengawas diri

Pengelolaan keuangan desa kembali diubah. Perubahan pengelolaan keuangan desa


diatur dalam pengarutan mentri dalam negeri nomor 20 tahun 2018 tentang pengelolaan
keuangan desa dan mulai berlaku sejak tanggal diundangkannya permendagri no 20 tahun
2018 pada tanggal 8 mei 2018 oleh dirjen PP kemenkumham Widodo ekatjhajana.

Implementasi undang-undang no.6 tahun 2014 tentang desa telah melhirkan ribuan
badan usaha milik desa.namun, dalam menetapan desa perlu membuat pedoman sistem
akuntasi desa,agar sukes akuntansi dan berlapoan keuangan lebih terjamin. sistem
berorientasi pada hal-hal penting saja, masalah akuntansi saja, agar pelaksanaan akuntansi
selalu mengawas diri.

Pengelolaan keuangan desa kembali di ubah. Perubahan pengelolaan keuangan desa


di atur dalam peraturan mentri dalam negeri no 20 tahun 2018 tentang pengelolaan keuangan
desa dan mulai berlaku sejak tanggal di undangkanya permendagri nomor 20 tahun 2018
pada tanggal 28 mei 2018 oleh dirjen PP kemenkumham Widodo eka tjahjana.

Implementasi undang-undang no.6 tahun 2014 tentang desa telah melahirkan ribuan
badan usaha milik desa. Namun, dalam menetapkan kebijakan, pelaksanaan,dan pengelolaan
BUMDes masi banyak dijumpai masalah yang dihadapi BUMDes antara lain, terkait dengan
aspek manajemen, standar akuntansi keuangan, dan legalitas hukum.

10
DAFTAR PUSTAKA

Webadmin, 2017, Akuntansi Desa, Keuangan Desa dan Pengelolaan Keuangan Desa,
Keuanganism.com.

Amelia, N 2018, Makalah Akuntansi Keuangan Desa, Academia.edu.

Risehtunong, 2015, Akuntansi BUMDes Berbasis SAK ETAP, Blogspot.com

http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/147-artikel-anggaran-dan-
perbendaharaan/20473-pengelolaan-keuangan-desa-sistem-dan-prosedur-pelaporan-
keuangan-desa

11

Anda mungkin juga menyukai