Anda di halaman 1dari 17

RISIKO OPERASIONAL

MANAJEMEN RESIKO
DOSEN PENGAMPU: ARSAYADONA NASUTION, S.SI, MM

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3

CAROLINE DAMIMA JOHAN 0502202178

ELVINA DAMAYANTI HARAHAP 0502203046

ROMY WANDA PANE 0502202136

WAHYUDINI SYAFITRI 0502202168

WARDONI HIKMAN RITONGA 0502203072

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan
kami nikmat iman dan juga rahmat-Nya serta kesehatan, sehingga kami diberi
kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Manajemen Resiko dengan
judul “Risiko Operasional”.

Shalawat serta salam tidak lupa kami panjatkan untuk junjungan Nabi Muhammad
SAW yang telah menyampaikan hidayah dari Allah SWT untuk kita semua, yang
merupakan sebuah petunjuk yang paling benar yakni syariah agama Islam.

Sekaligus pula kami menyampaikan rasa terimakasih kepada Ibu Arsyadona


Nasution, S.Si, MM selaku dosen mata kuliah Manajemen Resiko yang telah
membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Kami juga berharap makalah ini dapat berguna serta bermanfaat dalam
meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan bagi penyusun makalah dan juga
pembaca.

Medan, 24 Mei 2023

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
BAB II .............................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN............................................................................................................... 3
A. Pengertian Risiko Operasional .............................................................................. 3
B. Proses Manajemen Risiko Operasional ................................................................. 4
1. Identifikasi Risiko (Risk Identification) ............................................................. 5
2. Pengukuran Risiko (Risk Measurement)............................................................ 6
3. Pemantauan Risiko (Risk Monitor) .................................................................... 6
4. Pengendalian Risiko (Risk Control) .................................................................. 7
C. Pengukuran Capital Charge ................................................................................... 7
1. Pengukuran Risiko Operasional dengan Metode Standar .................................. 7
2. Pengukuran Risiko Operasional dengan Metode Internal ................................. 8
D. Macam-Macam Risiko Operasional .................................................................... 10
E. Contoh Kasus Risiko Operasional ....................................................................... 11
BAB III ........................................................................................................................... 13
PENUTUP ...................................................................................................................... 13
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap proses bisnis memiliki risikonya masing-masing, karena risiko bisnis pasti
ada dan tidak ada jaminan perusahaan akan menghasilkan keuntungan atau terus sukses.
Oleh karena itu untuk meminimalisir kegagalan usaha maka pengusaha perlu mengetahui
kemungkinan kegagalan (penyebab kegagalan dan seberapa besar peluang kegagalan).
Dengan mengetahui sumber kegagalan maka dapat berusaha untuk memperkecil risiko.

Dari sudut pandang bisnis, secara umum risiko dapat didefinisikan sebagai semua
potensi, kemungkinan atau ekspektasi terhadap suatu kejadian (event) yang dapat
berpengaruh secara negatif terhadap pendapatan (earning) dan modal (capital). Dalam
kegiatan industri keuangan, jenis-jenis risiko pada dasarnya dapat dikelompokkan
kedalam beberapa jenis risiko tergantung pada sudut pandang masing-masing pelaku
industri keuangan sesuai dengan kompleksitas kegiatan usaha pada lembaga keuangan.

Kegagalan disebabkan oleh sikap menunda-nunda. Tindakan mengambil risiko


adalah bagian penting dari menjadi seorang pengusaha. Semakin tinggi tujuannya,
semakin besar tanggung jawab atas setiap tindakan, yang berarti semakin sedikit
ketergantungan pada orang lain. Risiko selalu dikaitkan dengan kemungkinan kerugian
dalam suatu bisnis, baik itu perseorangan maupun perusahaan. Setiap kegiatan usaha
senantiasa berhadapan dengan risiko. Risiko yang dihadapi setiap pelaku usaha tentunya
akan berbeda – beda tergantung dari jenis kegiatan usaha yang dilakukan.

Risiko operasional telah menyelinap masuk dalam kegiatan bisnis perusahaan tanpa
secara spesifik teridentifikasi. Hal itu jelas yang mengakibatkan risiko operasional
berbeda dengan risiko pasar dan risiko kredit yang mudah ditemui dan dikenali.

Risiko operasional mempunyai ruang lingkup yang mencakup risiko kerugian yang
disebabkan oleh proses internal, kesalahan sumber daya manusia perusahaan, kerusakan
atau kesalahan sistem, kerugian yang disebabkan kejadian dari luar perusahaan.

1
Perusahaan yang melakukan proses manajemen risiko akan semakin sadar dan siap
menghadapi kemungkinan terjadinya risiko yang berpotensi akan terjadi sehingga
perusahaan dapat mengalokasi dana dan modal yang sengaja dicadangkan untuk
menanggung potensi kerugian yang tidak dialihkan kepada pihak lain.

Menurut Irham Fahmi, risiko operasional merupakan risiko yang umumnya


bersumber dari masalah internal perusahaan, risiko ini terjadi disebabkan oleh lemahnya
sistem kontrol manajemen (management control system) yang dilakukan oleh pihak
internal perusahaan. Risiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang
dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran suatu perusahaan. Upaya dilakukan
perusahaan untuk menghindari adanya risiko yang terjadi yaitu perlu melakukan
pengukuran analisis dan pengendalian risiko dalam perusahaan dapat dihindari.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan risiko operasional?


2. Bagaimana proses manajemen risiko operasional?
3. Bagaimana mengukur capital charge?
4. Apa saja macam-macam risiko operasional?
5. Bagaimana contoh kasus risiko operasional yang terjadi?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Risiko Operasional

Risiko operasional merupakan risiko yang disebabkan kekurangan atau tidak


berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan adanya kejadian
eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Sumber risiko operasional dapat
disebabkan antara lain oleh sumber daya manusia, proses, sistem, dan kejadian eksternal.1

Risiko operasional dapat menimbulkan kerugian keuangan secara terus maupun


tidak menerus dan menyebabkan potensi kesempatan yang hilang untuk memperoleh
keuntungan.2

Crouhy, Galai dan Mark (2001) mendefinisikan risiko operasional sebagai risiko
dari pengoperasian suatu bisnis. Risiko ini terbagi dalam 2 komponen yaitu operational
failure risk dan operational strategic risk. Operational failure risk muncul dari kegagalan
potensial pada manusia, proses, atau teknologi dalam unit bisnis yang dapat menimbulkan
kerugian bagi perusahaan. Sedangkan Operational Strategic Risk muncul dari faktor
lingkungan, seperti adanya pesaing baru yang dapat merubah paradigma bisnis,
perubahan rezim politik dan peraturan pemerintah, gempa bumi dan faktor lain di luar
kontrol perusahaan.

Sedangkan Basel Capital Accord (Basel II) mendefinisikan risiko operasional


adalah risiko kerugian yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung sebagai
akibat dari kegagalan dan kurang memadainya proses internal, karena kelemahan
karyawan (kurang kompeten, kurang pengetahuan, kurang teliti dalam menjalankan
tugasnya) atau terdapat kecurangan yang dilakukan, adanya sistem yang terpasang lemah,
atau karena kejadian eksternal.

1
Fajarianto, Manajemen Kesehatan Berbasis Risiko, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2016), hal.59
2
Ikatan Bankir Indonesia, Manajemen Risiko 1, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2015), hal. 13

3
Contoh Bank telah mengetahui bahwa melatih karyawan adalah cara yang paling
baik untuk meningkatkan pelayanan nasabah dan mengurangi kesalahan, namun bank
sering tidak menganggap kerugian yang disebabkan oleh kesalahan karyawan sebagai
risiko operasional.

Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa risiko operasional


merupakan semua kemungkinan yang dapat menyebabkan gangguan pada proses
operasional dan melekat pada seluruh kegiatan operasional perusahaan dapat
menimbulkan arah negatif yang luas. Hal itu dapat terjadi karena berakar dari kegagalan
dalam melaksanakan dan menerapkan proses serta prosedur dalam suatu kegiatan.

Kerugian yang timbul akibat risiko operasional yang sudah diperkirakan (expected
loss), seharusnya dibebankan dalam komponen pricing dari aset, Sedangkan untuk risiko
operasional yang tidak terduga (unexpected loss), perlu disiapkan modal sebagai
antisipasi. Tidak mungkin dan tidak perlu untuk menghilangkan semua kemungkinan
risiko operasional. Akan tetapi, manajemen risiko operasional yang proaktif dan memadai
dapat digunakan untuk mengurangi dampak dari risiko operasional.

B. Proses Manajemen Risiko Operasional

Hampir sebagian besar risiko operasional dikelola pada departemen ketika risiko
operasional itu timbul. Profesional di bidang teknologi informasi cocok untuk menangani
risiko yang berkaitan dengan sistem, staff back office cocok untuk menangani settlement
risk. Namun demikian, semua perencanaan, koordinasi, dan monitoring harus
dilaksanakan secara sentral di departemen yang mengelola risiko operasional.

Manajemen risiko operasional mengelola peristiwa yang berfrekuensi


tinggi/berdampak rendah (high frequency/low impact) dan yang berfrekuensi
rendah/berdampak tinggi (low frequency/high impact). Perusahaan tidak mengelola
peristiwa yang berfrekuensi rendah/berdampak rendah (low frequency/low impact) karena
biayanya akan lebih besar dari nilai kerugian yang timbul. Di sisi lain, untuk peristiwa
yang berfrekuensi tinggi/berdampak tinggi (high frequency/high impact) dianggap tidak
relevan karena jika peristiwa ini muncul maka perusahaan akan segera bangkrut.

4
Proses manajemen risiko operasional bukanlah proses yang linier, akan tetapi terdiri
dari proses mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko
operasional.

1. Identifikasi Risiko (Risk Identification)

Tujuan dari risk identification adalah untuk mengidentifikasi sebuah


risiko yang harus dikelola oleh sebuah organisasi melalui proses yang
terstruktur dan sistematis. Sedangkan sasaran dari penilaian risiko adalah
mengembangkan daftar sumber dari risiko dan kejadian yang komprehensif
serta mempunyai dampak terhadap tujuan dan target yang teridentifikasi dari
sebuah konteks.3

Identifikasi risiko merupakan hal yang kritikal dalam pengembangan


pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko operasional berikutnya.
Identifikasi risiko operasional yang efektif harus memperhatikan semua faktor,
baik internal maupun eksternal perusahaan. Faktor internal yang harus
diperhatikan adalah kompleksitas struktur organisasi perusahaan, lingkup
aktivitas bisnis perusahaan, kualitas sumber daya manusia, perubahan
organisasi dan frekuensi perputaran/pergantian pegawai.

Sedangkan faktor eksternal yang diperhatikan adalah fluktuasi keadaan


ekonomi, perubahan dalam industri dan kemajuan teknologi, keadaan politik,
sosial, dan kemungkinan bencana alam.

Dalam mengidentifikasi risiko operasional, perusahaan harus


memperhatikan hal-hal sebagai berikut:4

1) Bersifat proaktif, antisipatif dan bukan reaktif.

3
Susilo, L. J. & Kaho, V. R. Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000, (Jakarta pusat: PPM, 2017)
4
Achmad Dahlan, Eko Budi Leksono, dan M. Zainuddin Fathoni, Identifikasi Dan Analisis Risiko
Operasional Pada Divisi Produksi Perusahaan Vulkanisir Ban Menggunakan Metode Risk Management
Dengan Pendekatan FMEA Dan FTA, JUSTI (Jurnal Sistem dan Teknik Industri, Universitas
Muhammadiyah Gresik: 44, 2021.

5
2) Harus mencakup seluruh aktivitas fungsional.
3) Menggabungkan dan menganalisis seluruh risiko operasional dari
seluruh sumber informasi yang tersedia.

2. Pengukuran Risiko (Risk Measurement)

Pengukuran potensi kerugian dilakukan atas dampak finansial dari risiko


operasional berhubungan dengan penilaian pemenuhan kecukupan modal
untuk menutup kerugian tersebut dan strategi untuk menjaga tingkat kecukupan
modal. Penilaian terhadap risiko operasional dapat juga dikelompokkan ke
dalam suatu matriks risiko 3×3, pembagian ini didasari oleh 2 (dua) aspek yang
menjadi ciri pokoknya, yaitu aspek frequency (seberapa sering terjadinya risiko
operasional tersebut) dan aspek impact (sejauh mana akibat yang ditimbulkan
risiko operasional tersebut).

Figure 1 Matriks Risiko

Gambar diatas menggambarkan pengelompokkan berdasarkan 2 (dua)


aspek tersebut. Perubahan warna dari hijau menjadi merah (hijau-kuning-
orange-merah) yang mengartikan untuk frequency dan dampak yang digunakan
sebagai early warning signal untuk dapat mengetahui pergerakan naik
turunnya potensi risiko yang dimaksud. Suatu absolute value dari proses
penilaian risiko tidaklah penting, yang terpenting adalah seberapa jauh
eksposur tersebut jauh dari batas yang dapat ditolerir.

3. Pemantauan Risiko (Risk Monitor)

Hal pertama yang dilakukan untuk memastikan sistem pemantauan risiko


operasional yang efektif adalah melalui pemisahan tugas, wewenang dan

6
tanggung jawab yang memadai di dalam struktur organisasi perusahaan.
Setelah itu dilakukan pemantauan secara berkala terhadap seluruh eksposur
risiko operasional serta kerugian yang dialami oleh perusahaan.

4. Pengendalian Risiko (Risk Control)

Dalam hal pengendalian risiko operasional, kode etik yang merupakan


standar dan norma-norma pelaksanaan aktivitas kerja harus diperhatikan dan
dipatuhi oleh seluruh staf dalam menjalankan aktivitas operasional sehari-hari
dan perlu dipastikan pula bahwa setiap unit kerja telah memiliki sistem
teknologi informasi yang dapat memberikan informasi.

C. Pengukuran Capital Charge

Capital charge atau economic capital yaitu jumlah modal yang dibutuhkan
perusahaan untuk mengcover risiko insolvency akibat kerugian yang tidak diharapkan
dalam kurun waktu tertentu dan dengan tingkat keyakinan tertentu (Alexander, 2003).
Basel Committee on Banking Supervision (BCBS) menyatakan bahwa pengukuran risiko
operasional dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode standar dan metode
internal.

1. Pengukuran Risiko Operasional dengan Metode Standar

Berdasarkan pendekatan metode standar, pengukuran potensi kerugian


risiko operasional dapat dilakukan melalui tiga pendekatan (Muslich, 2007)
yaitu:

a. Basic Indicator Approach (BIA), merupakan model yang paling


sederhana. Pengukuran ini menghitung kerugian risiko operasional
dari suatu persentase tertentu dari laba kotor rata-rata dalam tiga
tahun terakhir sebagai indikator risiko.
Besarnya kebutuhan modal untuk menutup kerugian risiko
operasional adalah sama dengan suatu persentase tetap yang
dikalikan dengan pendapatan kotor. Pertimbangan yang mendasari

7
digunakannya pendapatan kotor sebagai acuan untuk eksposur risiko
operasional adalah bahwa semakin besar pendapatan kotor yang
diperoleh perusahaan, semakin besar pula cadangan operasional yang
dibebankan meskipun perusahaan tersebut tidak memiliki risiko
operasional yang besar.
b. Standardized Approach (SA), metode ini mencoba mengurangi
kelemahan model BIA dengan membagi aktivitas bisnis bank
komersil dalam delapan business lines. Namun demikian, indikator
risiko masih menggunakan ukuran laba kotor. Dengan membagi
aktivitas bisnis perusahaan berdasarkan 8 (delapan) business lines
dengan perbedaan pada masing-masing bobot risiko. Beta (β) dipakai
untuk menghitung capital charge tersebut ditentukan oleh Basel
Committee.
c. Alternative Standard Approach (ASA), metode ini pada umumnya
sama dengan metode SA, namun untuk business lines retail banking
dan commercial banking eksposur business line-nya dapat diganti
dengan total loan dan advances rata-rata selama tiga tahun terakhir.

Pengukuran dengan metode standar ini dipergunakan oleh lembaga


keuangan bank yang harus memenuhi ketentuan Bank Indonesia.

2. Pengukuran Risiko Operasional dengan Metode Internal

Pengukuran risiko operasional dengan metode internal disebut juga


Advanced Measurement Approach (AMA). AMA merupakan suatu metode
penyempurnaan dari metode Basic Indicator Approach dan metode
Standardised Approach yang lebih baik dan dapat digunakan oleh perbankan
maupun perusahaan finansial lain. Metode ini lazim disebut juga sebagai
pendekatan internal untuk mengukur risiko operasional, karena metode AMA
disusun oleh perusahaan bukan dari regulator (Basel). Metode ini
menggunakan data kerugian internal perusahaan sebagai input dalam

8
menghitung capital charge dan membagi konsep indikator dengan
menggunakan konsep jenis risiko.

Metode ini yang meliput beberapa pendekatan yaitu (Muslich, 2007):5

a. Internal Measurement Approach (IMA), dengan pendekatan ini, estimasi


risiko operasional didasari oleh ekspektasi kerugian risiko operasional.
Pengukuran expected loss (EL) menggunakan parameter Exposure
Indicator (EI), Probability of Loss Event (PE), dan Loss Given Event
(LGE).
b. Loss Distribution Approach (LDA), pendekatan ini didasarkan pada
informasi data kerugian operasional internal. Data tersebut kemudian
dikelompokkan dalam distribusi frekuensi kejadian dan distribusi
severitas kerugian. Total kerugian operasional menurut metode ini
merupakan jumlah atau sum dari variabel random atas kerugian individual.
Metode ini mengasumsikan bahwa variabel random kerugian operasional
bersifat independent, identically, distributed.
Muslich (2007) menyatakan bahwa terdapat dua pendekatan dalam
pengukuran potensi kerugian dengan LDA yaitu pendekatan actuarial
model dan pendekatan aggregation model. Dalam pendekatan LDA, total
kerugian operasional merupakan jumlah (S) dari variabel random (N) atas
kerugian individual (X1, X2, … XN).
S = X1, X2, X3, .., XN ………..
c. Scoreboard Approach (SA), metode ini digunakan untuk mengukur risiko
operasional secara kualitatif, dengan menentukan initial level dari risiko
operasional setiap lini bisnis dan memodifikasi nilai tersebut dalam bentuk
standar score. Penggunaan metode ini umumnya didasari latar belakang
sulitnya mengumpulkan data historis yang cukup untuk dapat digunakan
sebagai dasar perhitungan risiko operasional.

5
Muhammad Muslich, Manajemen Risiko Operasional, (Bumi Aksara, 2007)

9
D. Macam-Macam Risiko Operasional

Operational risk dapat terjadi pada semua kegiatan bisnis karena senantiasa terkait
dengan proses serta kegiatan operasional bisnis tersebut. Terdapat beberapa macam risiko
operasional, yaitu:

1. Risiko Proses Internal

Risiko proses internal merupakan risiko yang terkait dengan kegagalan


proses atau prosedur di kegiatan usaha. Kejadian risiko proses internal
meliputi, dokumentasi tidak memadai, kesalahan pemasaran, laporan tidak
lengkap atau keliru, pengendalian lemah dan kesalahan transaksi.

2. Risiko Manusia (People)

Risiko ini terkait dengan pegawai pada suatu organisasi/perusahaan.


Kejadian yang terkait dengan risiko manusia meliputi, perputaran pegawai
yang tinggi, sengketa pekerja, pelatihan karyawan yang tidak memadai,
kesehatan dan keselamatan kerja, praktek manajemen buruk, ketergantungan
pada karyawan kunci, dll.

3. Risiko Sistem

Risiko sistem terkait dengan penggunaan teknologi dan sistem yang ada.
Walau teknologi memang sekarang sudah semakin canggih, fakta tersebut
tidak menutupi kemungkinan akan terjadinya error. Sumber risiko sistem
diantaranya dari data yang tidak lengkap, keamanan sistem yang buruk,
penggunaan teknologi tanpa uji coba, pengendalian perubahan data tidak
memadai, kesalahan pemrograman, dan sebagainya.

Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menghindari hal tersebut
adalah dengan mempekerjakan IT yang overqualified untuk memerangi lawan
risiko sistem.

10
4. Risiko Eksternal

Risiko ini terkait dengan kejadian yang diluar kendali perusahaan secara
langsung. Umumnya merupakan kejadian low frequency/high impact. Contoh
kejadian risiko internal yaitu, pencurian, bencana alam, kegagalan perjanjian
outsourcing, tidak beroperasinya sistem transportasi, kebakaran, kerusuhan
dan lainnya.

Saat mempekerjakan pegawai outsourcing, ada beberapa hal yang dapat


berakhir dengan salah. Karena bukan pegawai tetap, mereka akan bekerja
sebatas masa kontrak kerja saja membuatnya tidak mempunyai rasa tanggung
jawab sepenuh hati dalam melakukan pekerjaan. Karena itu, rahasia
perusahaan selama mereka bekerja dapat dibocorkan kepada publik saat
kontrak mereka sudah selesai.

5. Globalisasi dalam konsep dan produk

Efek globalisasi tentu memiliki pengaruh besar bagi konsep pada seluruh
sektor bisnis, baik dari segi finansial dan nonfinansial. Maka itu, penciptaan
konsep produk yang dibuat harus bisa mengikuti alur globalisasi tersebut agar
dapat diterima di pasaran dengan baik. Untuk menghindari risiko tersebut yang
dapat dilakukan adalah terus mengikuti perkembangan tren dan
mengimplementasikan tren-tren positif yang cocok.6

E. Contoh Kasus Risiko Operasional

Kebakaran melanda bagian basement dari Menara Bank Mandiri di Jakarta Pusat
pada 2 Februari 2009 pukul 04.00 dini hari. Diduga kebakaran terjadi akibat adanya
konsleting listrik di lantai dasar. Api berhasil dipadamkan pukul 06.30. Tidak ada korban
jiwa, namun dua orang petugas keamanan terjebak di lantai tujuh menara tersebut.

6
Bramantyo Djohanputro, Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi, (Jakarta : PPM, 2006)

11
Akibat kebakaran tersebut, server data Bank Mandiri dipindahkan sementara ke
tempat lain. Akibat dari pemindahan ini, kegiatan operasional melalui jalur online antara
lain melalui Anjungan ATM Bank Mandiri di seluruh Indonesia dihentikan sementara
selama beberapa jam. Risiko operasional akibat kebakaran ini antara lain adalah kerugian
finansial atas terbakarnya fisik bangunan, jaringan data dan informasi sehingga
mengakibatkan terganggunya pelayanan nasabah dan karyawan di gedung tidak dapat
bekerja akibat rusaknya prasarana kerja.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Risiko operasional merupakan semua kemungkinan yang dapat menyebabkan


gangguan pada proses operasional dan melekat pada seluruh kegiatan operasional
perusahaan dapat menimbulkan arah negatif yang luas. Hal itu dapat terjadi karena
berakar dari kegagalan dalam melaksanakan dan menerapkan proses serta prosedur dalam
suatu kegiatan.

Manajemen risiko operasional mengelola peristiwa yang berfrekuensi


tinggi/berdampak rendah (high frequency/low impact) dan yang berfrekuensi
rendah/berdampak tinggi (low frequency/high impact). Pengukuran risiko operasional
dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode standar dan metode internal.

Operational risk dapat terjadi pada semua kegiatan bisnis karena senantiasa terkait
dengan proses serta kegiatan operasional bisnis tersebut. Terdapat beberapa macam risiko
operasional, yaitu risiko proses internal, risiko manusia, risiko sistem, risiko eksternal dan
risiko globalisasi dalam konsep dan produk.

13
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Dahlan, E. B. (2021). Identifikasi Dan Analisis Risiko Operasional Pada Divisi Produksi
Perusahaan Vulkanisir Ban Menggunakan Metode Risk Management Dengan
Pendekatan FMEA Dan FTA,. JUSTI (Jurnal Sistem dan Teknik Industri), 44.

Djohanputro, B. (2006). Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. Jakarta : PPM.

Fajarianto. (2016). Manajemen Kesehatan Berbasis Risiko. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Ikatan Bankir Indonesia. (2015). Manajemen Risiko 1. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Muslich, M. (2007). Manajemen Risiko Operasional. Bumi Aksara.

Susilo, L. J. (2017). Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000. Jakarta: PPM.

14

Anda mungkin juga menyukai