Anda di halaman 1dari 25

Perencanaan Bisnis Usaha Kreatif

Pengelolaan Risiko Bisnis

Oleh Kelompok 2:

Dewa Ayu Shita Setiari (1807521058)


I Gede Pawarista Susila P. (1807521061)
A.A Ayu Mas Radha Rani D. (1807521063)
Luh Gede Regina Puspitasari D. (1807521065)
I Nyoman Wara Wangsa (1807521068)
I Gede Narya Adi Wibawa (1807521069)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN

BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA


2021

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan
rahmat-Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengelolaan
Risiko Bisnis”
Pada kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pengampu
mata kuliah Perencanaan Bisnis Usaha Kreatif yaitu Drs. I Komang Ardana, M.M. yang telah
memberikan banyak bimbingan. Rasa terima kasih juga hendak kami ucapkan kepada
rekanrekan kelompok 2 yang telah memberikan kontribusinya baik secara langsung maupun
tidak langsung sehingga makalah ini bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan.
Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang penyusunan
makalah ini, namun kami menyadari bahwa di dalam makalah yang telah kami susun ini
masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga kami mengharapkan saran serta
masukan dari para pembaca demi tersusunnya makalah lain yang lebih lagi. Akhir kata, kami
berharap agar makalah ini bisa memberikan banyak manfaat.

Denpasar, 20 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................2
2.1 Pengelolaan Risiko Bisnis Secara Fungsional.................................................................2
2.2 Merumuskan Fungsi – Fungsi Kendali Risiko Bisnis.....................................................7
BAB III PENUTUP...........................................................................................................10
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUA

A. LATAR BELAKANG
Setiap perusahaan dalam aktivitas bisnis tidak akan lepas dari risiko yang dihadapi.
Lingkungan bisnis yang semakin ketat berkompetitif akan mendorong perusahaan dalam
mengambil resiko yang lebih banyak dari waktu ke waktu. Perusahaan selalu dihadapkan
dengan kenyataan “high risk bring about high return”, artinya jika ingin memperoleh hasil
yang lebih besar, maka perusahaan akan dihadapkan pada risiko yang lebih besar pula.
Semakin meningkatnya level perusahaan akan diikuti pula oleh peningkatan level resiko.
Berkembangnya kompleksitas aktivitas dunia usaha juga memicu terjadinya berbagai
risiko bisnis yang akan dihadapi perusahaan, bahkan perubahan teknologi, globalisasi, dan
perkembangan transaksi bisnis menyebabkan makin tingginya tantangan yang dihadapi
perusahaan dalam mengelola risiko yang harus dihadapinya.
Ketika memiliki suatu usaha, kerap kali resiko yang muncul tidak hanya
disebabkan oleh faktor individu atau karyawan, namun bisa juga terjadi karena faktor
manajemen, strategi, dan sistem perusahaan yang kurang baik. Sebagai Wirausahawan
yang baik sebelum berwirausaha harus memikirkan resiko yang dihadapi dan tentunya
memikirkan cara untuk menanggulangi resiko tersebut. Persaingan dunia bisnis yang
semakin ketat memicu kebutuhan akan pengelolaan perusahaan yang baik dikarenakan
risiko yang muncul dalam setiap kegiatan, mendorong perusahaan untuk mengelola risiko
secara efektif untuk mengurangi kerugian yang terjadi pada perusahaan dan investor.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengelolaan risiko bisnis secara fungsional ?
2. Bagaimana merumuskan fungsi – fungsi kendali risiko bisnis ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan risiko bisnis secara fungsional.
2. Untuk mengetahui bagaimana merumuskan fungsi – fungsi kendali risiko
bisnis.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGELOLAAN RISIKO BISNIS SECARA FUNGSIONAL


a. Pengertian Manajemen Resiko serta Dampak Kerugiannya bagi Perusahaan
Manajemen resiko adalah suatu fungsional manajemen yang bersifat umum
bertugas mengidentifikasi, menilai dan menunjukan penyebab serta dampak yang
timbul dari ketidak pastian dan resiko pada suatu organisasi / perusahaan.
Manajemen resiko bisa didefinisikan juga sebagai suatu pendekatan terstruktur /
metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman;
suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk Penilaian resiko, pengembangan
strategi untuk mengelolanya dan mitigasi resiko dengan menggunakan
pemberdayaan / pengelolaan sumberdaya. Strategi yang dapat diambil antara lain
adalah memindahkan resiko kepada pihak lain, menghindari resiko, mengurangi
efek negatif resiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi resiko
tertentu.
b. Fungsional Manajemen Resiko Pada Perusahaan Beresiko Tinggi
Seperti yang diketahui secara umum bahwa perusahaan tidak terlepas dari
apa yang dinamakan manajemen. Manajemen sendiri merupakan suatu kegiatan
perusahaan berawal dari input sumberdaya yang dimiliki, kemudian diproses
menggunakan pendekatan POAC ( planning, organizing, actuating, controling)
sehingga menghasilkan output yang efektif serta efisien. Pada perusahaan tertentu
dibutuhkan fungsi tambahan misal R&D (terutama pada industri teknologi) agar
perusahaan tersebut dapat bersaing dan “survive”. Lain halnya dengan perusahaan
yang memiliki risiko tinggi.

2
Perusahaan yang memiliki resiko tinggi seperti misalnya perusahaan perbankan dan
penerbangan biasanya memiliki fungsi / divisi / departemen yang dipimpin khusus
oleh sorang manajer untuk menangani resiko.
c. Aktivitas Manajemen Resiko Pada Organisasi dan Perusahaan
Dampak kerugian akibat ketidakpastian selalu menjadi ancaman setiap
organisasi dan perusahaan, apapun bentuk perusahaannya. Terdapat 6 aktivitas
manajemen resiko yang umum dilakukan untuk menanggulangi atau setidaknya
mengurangi kemungkinan peluang terjadinya resiko kerugian :
1. Membantu organisasi atau perusahaan dalam mengindentifikasi resiko
2. Mengimplementasikan program-program pengendalian dan pencegahan kerugian.
Seperti diperusahaan sering mendengar tentang program SMK3 (Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja )
3. Menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan penanganan resiko
4. Menjamin pemenuhan standar – standar keamanan
5. Mengatur kerjasama penjaminan resiko dank lain, misal denan jamsostek dan BPJS
6. Merancang dan mengkoordinasikan program kesejahteraan karyawan.
d. Beberapa Hal Yang Menjadi Sumber Resiko
Segala sesuatu pasti ada sumbernya, begitupun dengan resiko. Berikut
penjelasan beberapa sumber resiko pada perusahaan.
• Sumber Fisik : Semua fasilitas seperti gedung, instalasi listrik, peralatan dan
mesin pabrik semuanya memiliki resiko meskipun dengan tingkatan yang
berbeda.
• Kondisi sosial : Kondisi sosial kemasyarakatan secara umum menyangkut
perilaku dan lokasinya.
• Politik : Berkaitan dengan kekuasaan dan kebijakannya mengutamakan
kepentingan pemerintah itu sendiri atas dasar kepentingan khalayak (rakyat).
• Hukum : Hukum diciptakan untuk mengatur kehidupan bernegara, termasuk
anda, masyarakat dan perusahaan itu sendiri. Adapun sifat dari hukum adalah

3
memaksa.
• Ekonomi makro : Kondisi ekonomisecara keseluruhan (global).
• Operasional : Aktifitas dan kegiatan rutin perusahaan.
• Sumber resiko kognitif : Menyangkut manusia, perilaku manusia, kecerdasan
manusia, semuanya menyangkut manusia yang menjadi kunci dari semua sumber
resiko. Oleh karena itu diperlukan proses seleksi perekrutan karyawan baru yang
dimaksudkan salah satunya untuk mengurangi resiko kognitif.
e. Bentuk Dampak Kerugian Terkait dengan Resiko
Secara umum terdapat tiga bentuk kerugian bagi perusahaan yang terkait dengan
resiko.
• Property loss adalah Kerugian yang bersifat materil (harta benda), terdiri dari :
1. Direct loss : kerugian yang dibebankan langsung ke propertinya.
Contohnya yaitu Memperbaiki kendaraan anda yang mengalami
kecelakaan.
2. Indirect loss: Secara tidaklangsung tidak berkaitan dengan propertinya.
Contoh : mobil derek, polisi dan yang anda tabrak.
3. Productivity loss : kesempatan produktifitas jadi hilang. Contoh : taksi
yang tabrakan tidak bisa beroprasi karena masuk bengkel.
• Liabilities adalah Kerugian karena harus menanggung kerugian orang lain
karena kewajiban. Liabilities hanya berbentuk direct loss saja.
• Personel Loss adalah kerugian manusia (bisa cidera atau meninggal dunia)
1. Direct loss : masuk rumah sakit.
2. Indirect loss : biaya ambulan, produktifitas dari orang yang berhubungan dan
yang terlibat kecelakaan ikut menurun.
f. Faktor Resiko
Terdapat 4 faktor pada proses terjadinya resiko secara beruntun dan
berurutan. Faktor yang menjadi sumber penyebab, proses dan akibat kerugian
yang ditimbulkannya.

 Source of Risk atau Sumber yang menjadi resiko. Misalnya :


1. Gedung pada sumber resiko fisik.
4
2. Lokasi pada sumber resiko sosial.
3. Perubahan kebijakan akibat pergantian kekuasaan pemerintahan pada
sumber resiko politik.
4. Pengaturan tata ruang misalnya pada hukum.
5. Kredit macet pada masalah ekonomi makro.
6. Pada saat pekerjaan (operasional) dilakukan.
7. Karyawan pada sumber resiko kognitif.

5
 Hazard atau Sumber yang memiliki bahaya. Misalnya :
1. Konstruksi tidak kokoh diakibatkan kesalahan instalasi atau
dimakan usia.
2. Kondisi lokasi dan sosial rawan dari bencana atau demo pekerja.
3. Peraturan baru pemerintah yang merugikan perusahaan.
4. Peraturan tata ruang membatasi ruang gerap pengembangan perusahaan
atau bahkan direlokasi.
5. Krisis ekonomi global yang bersifat makro.
6. Potensi terjadinya insiden / kecelakaan pada saat beroprasi.
7. Sumber kognitif manusia (karyawan) malas dan ceroboh.
 Peril yaitu Berpotensi menimbulkan bencana atau masalah. Misalnya :
1. Konstruksi bangunan yang tidak kokoh kemudian roboh, kesalahan instalasi
menyebabkan kebakaran.
2. Lokasi rawan bencana menyebabkan banjir, demo pekerja yang anarkis
menyebabkan kerugian produksi dan kerusakan fasilitas.
3. Di sahkan nya peraturan pemerintah yang merugikan pihak perusahaan.
4. Pembebasan lahan menyebabkan perusahaan direlokasi ke tempat
yang tidak strategis.
5. Terjadi kecelakaan kerja
6. Karyawan malas menyebabkan produktifitas rendah, kecerobohan
menyebabkan kecelakaan.
 Losses atau Kerugian yang terjadi. Kerugian umumnya dibagi 3 menjadi :
1. Properti : Benda fisik.
2. Personel : Orang (pekrja / karyawan).
3. Rugi karena mengganti kerugian orang lain yang disebabkan oleh
perusahaan.
g. Proses Manajemen Resiko ( Risk Management Process )
Manajemen resiko adalah suatu proses mengidentifikasi, mengukur risiko, serta
membentuk strategi untuk mengelolanya melalui sumber daya yang
tersedia.Manajemen resiko bertujuan untuk mengelola resiko akibat ketidak pastian,
sehinga kita dapat memperoleh hasil yang optimal. Manajemen risiko pada dasarnya
dilakukan melalui proses-proses berikut ini :

6
 Langkah 1: Identifikasi Resiko
Proses ini meliputi pengidentifikasian kerugian yang mungkin terjadi dalam suatu
aktivitas usaha. Identifikasi secara akurat dan komplek sangatlah vital dalam
manajemen resiko. Salah satu aspek penting dalam identifikasi resiko adalah
mendaftar kemungkinan kerugian yang mungkin terjadi sebanyak mungkin. Teknik-
teknik yang dapat digunakan dalam identifikasi resiko antara lain:
1. Brainstorming : Teknik kreativitas yang mengupayakan pencarian penyelesaian
dari suatu masalah tertentu dengan mengumpulkan gagasan secara spontan dari
anggota kelompok (organisasi dan perusahaan).
2. Survei : Penelitian secara komprehensif, Survei yang dilakukan dalam
melakukan penelitian biasanya dilakukan dengan menyebarkan
kuesioner, dengan tujuan untuk mengetahui : siapa mereka (audien), apa yang
mereka pikir, rasakan, atau kecenderungan suatu tindakan. Survei biasanya
dilakukan dalam penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Dalam penelitian
kuantitatif, survei lebih merupakan pertanyaan tertutup, sementara dalam
penelitian kualitatif berupa wawancara mendalam dengan pertanyaan terbuka.
Teknik lainnya seperti kelompok kerja dan sebagainya bisa dilakukan untuk
mengidentifikasi resiko.
 Langkah 2 : Analisa Resiko
Setelah melakukan identifikasi, maka tahap berikutnya adalah mengukur resiko dengan
cara melihat potensial terjadinya seberapa besar severity dan probabilitas terjadinya
resiko tersebut. Penentuan probabilitas terjadinya suatu event lebih bersifat subjektif
berdasarkan nalar dan pengalaman. Beberapa resiko memang mudah untuk diukur,
namun sangat sulit untuk memastikan probabilitas (kemungkinan) suatu kejadian yang
sangat jarang terjadi. Sehingga, pada tahap ini sangtalah penting untuk menentukan
dugaan yang terbaik supaya nantinya dapat memprioritaskan dengan baik dalam
implementasi perencanaan manajemen resiko.
 Langkah 3 : Pengelolaan Resiko
Apapun perlu pengelolaan, termasuk resiko. Pengelolaan yang baik akan berakibat
positif terhadap pencegahan dampak kerusakan yang terjadi akibat ketidak pastian.
Jenis-jenis cara mengelola resiko, diantaranya :
1. Risk avoidance : Menutuskan untuk tidak melakukan aktivitas yang

7
mengandung resiko sama sekali. Dalam memutuskan untuk melakukannya,
maka harus dipertimbangkan potensial keuntungan dan potensial kerugian
yang dihasilkan oleh suatu aktivitas.
2. Risk reduction (mitigation) : Merupakan metode yang mengurangi
kemungkinan terjadinya suatu resiko ataupun mengurangi dampak kerusakan
yang dihasilkan oleh suatu resiko.
3. Risk transfer : Memindahkan resiko kepada pihak lain, umumnya melalui
suatu kontrak (asuransi) maupun hedging (lindung nilai).
4. Risk deferral : Dampak suatu risiko tidak selalu konstan. Risk deferral meliput
i menunda aspek suatu proyek hingga saat dimana probabilitas terjadinya risiko
tersebut kecil.
5. Risk retention : Walaupun resiko tertentu dapat dihilangkan dengan cara
mengurnagi maupun mentransfernya, namun beberapa resiko harus tetap
diterima sebagai bagian penting dari aktivitas.
 Langkah 4 : Implementasi Manajemen Resiko
Proses implementasi resiko adalah tahap dimana strategi dan semua perencanaan
yang disebutkan diatas dilaksanakan. Tentu saja harus memutuskan terlebih
dahulu mana yang dipilih untuk ditetapkan.
 Langkah 5 : Monitoring Resiko
Sangatlah penting untuk selalu memonitor proses dari awal, dimulai dari
identifikasi resiko dan pengukuran resiko untuk mengetahui keefektifan respon
yang telah dipilih serta untuk mengidentifikasi adanya resiko yang baru atau
bahkan perubahan resiko. Sehingga, ketika suatu saat terjadi maka respon yang
dipilih akan sesuai juga diimplementasikan secara efektif.
2. MERUMUSKAN FUNGSI – FUNGSI KENDALI RISIKO BISNIS
a. Pengendalian Risiko
Untuk risiko yang tidak bisa dihindari, organisasi perlu melakukan
pengendalian risiko. Dengan menggunakan dua dimensi, probabilitas dan severity,
pengendalian risiko bertujuan untuk mengurangi probabilitas munculnya kejadian,
mengurangi tingkat keseriusan (severity), atau keduanya. Agar bisa mengendalikan
risiko lebih baik, pemahaman terhadap karateristik risiko diperlukan. Dalam upaya
memahami risiko tersebut ada beberapa teori yang ingin menelusuri penyebab

8
munculnya risiko yaitu Teori Domino dan Rantai Risiko.
 Teori Domino (Heinrich, 1959)

Menurut teori ini, kecelakaan bisa dilihat sebagai urutan tahap seperti
digambarkan dalam kartu domino berikut ini. Jika satu kartu jatuh, maka akan
mendorong kartu kedua jatuh, dan seterusnya sampai kartu domino terakhir jatuh ingat
permainan merubuhkan deretan kartu domino. Ada lima tahap yang merupakan
rangkaian kecelakaan, yaitu :
1. Lingkungan sosial dan faktor bawaan yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu. Misal mempunyai temperamen tinggi sehingga
gampang marah.
2. Personal fault (kesalahan individu), dimana individu tersebut tidak
menpunyai respon yang tepat dalam situasi tertentu.
3. Unsafe act or physical hazard (tindakan yang berbahaya atau kondisi fisik
yang berbahaya).
4. Kecelakaan
5. Cidera.
 Rantai Risiko (Risk Chain)
Menurut Mekhofer, 1987 ,risiko yang muncul bisa di pecah kedalam beberapa
komponen :
1. Hazard (kondisi yang mendorong terjadinya risiko)
2. Lingkungan dimana hazard tersebut berada
3. Interaksi antara hazard dengan lingkungan
4. Hasil dari interaksi
5. Konsekuensi dari hasil tersebut
Sebagai contoh, di gudang yang banyak bahan mudah terbakar (missal kertas)
terdapat kompor dengan menggunakan minyak tanah. Gudang adalah lingkungannya,
sedangkan kompor tersebut adalah hazard. Kompor dengan menggunakan minyak
tanah meningkatkan resiko kebakaran (hazard). Interaksi antar gudang dengan
kompor didalamnya akan semakin meningkatkan resiko kebakaran, sehingga suatu
saat terjadi kebakaran (factor keempat). Konsekuensi dari kebakaran tersebut adalah
kerugian yang sangat signifikan.
Dengan melihat komponen resiko tersebut, manajer resiko bisa mnegatasi resiko
9
malalui cara menghilangkan hazard. Dalam contoh diatas, kompor minyak tanah bias
di ganti dengan kompor listrik. Lingkungan bias di buat lebih tahan terhadap
munculnya resiko, misalnya dengan menyingkirkan bahan-bahan yang mudah
terbakar. Dengan kompor listrik dan lingkungan yang bersih dari bahan yang mudah
terbakar, interaksi antara keduanya menjadi lebih kecil kemungkinan untuk terjadi.
Konsekuensi dari hasil ( kebakaran dalam hal ini ) yang berupa kerugian bias
dikurangi missal dengan membuat tembok lebih tahan api, sehingga kebakaran pada
ruang tersebut tidak akan mudah menjalar keruang lainnya.
b. Fokus dan Timing Pengendalian Risiko
1. Focus Pengendalian Resiko
Pengendalian resiko bisa difokuskan pada usaha mengurangi kemungkinan
(probability), munculnya resiko dan mengurangi keseriusan (severity), konsekuensi
resiko tersebut. Sebagai contoh mengganti kompor minyak tanah dengan kompor
listrik bisa mengurangi kemungkinan mengurangi resiko kebakaran. Memakai
peralatan pengaman selama bekerja bisa mengurangi resiko terjadinya kecelakaan
kerja. Pemisahan (separation) dan duplikasi (duplivation) merupakan dua bentuk
umum metode untuk mengurangi keseriusan resiko.
2. Timing Pengendalian Risiko
Dari sisi timing (waktu) , pengendalian risiko bisa dilakukan sebelum, selama,
dan sesudah resiko terjadi. Sebagai contoh, perusahaan bisa melakukantiming untuk
karyawanya mengenai peraturan, prosedur, dan teknik untuk menghindari kecelakaan
kerja.Karena aktifitas tersebut dilakukan sebelum terjadinya kecelakaan kerja, maka
aktivitas tersebut merupakan aktivitas sebelum resiko terjadi. Pengendalian risiko juga
bisa dilakukan pada saat terjadinya resik. Sebagai contoh, kantong udara pada mobil
secara otomatis akan mengembang jika terjadi kecelakaan.

10
BAB III

PENUTU

3.1 KESIMPULAN

Manajemen resiko adalah suatu fungsional manajemen yang bersifat umum


bertugas mengidentifikasi, menilai dan menunjukan penyebab serta dampak yang
timbul dari ketidak pastian dan resiko pada suatu organisasi / perusahaan. Sebelum
anda membaca artikel dan pembahasan mengenai manajemen resiko, sebaiknya anda
mengenali terlebih dahulu tentang resiko itu sendiri. Seperti yang diketahui secara
umum bahwa perusahaan tidak terlepas dari apa yang dinamakan manajemen.
Manajemen sendiri merupakan suatu kegiatan perusahaan berawal dari input
sumberdaya yang dimiliki, kemudian diproses menggunakan pendekatan POAC
(planning, organizing, actuating, controling) sehingga menghasilkan output yang
efektif serta efisien.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, Mamduh M. 2009. Manajemen Risiko. Yogyakarta:UPP STIM YKPN.

Alma, Buchhari. 2014. Kewirausahaan. Bandung: Alfabet

12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Anda mungkin juga menyukai