Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MANAJEMEN RISIKO

“KASUS RISIKO BPR”

NAMA KELOMPOK:

RISKA MAYA ROSMERI S. (B1C119245)

RISKI TRI AMELIA RUKMANA (B1C119247)

SARI SULISTIANA (B1C119252)

SILVI ANJALINA (B1C119253)

SITI MARNIAWATI (B1C119254)

AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah, taufik, dan
inayahnya kepada kita semua.Sehingga kami bisa menjalani kehidupan ini sesuai dengan
ridhonya. Syukur Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan rencana.
Makalah berjul "Kasus Risiko Bpr"dengan tujuan untuk mengetahui bagaimanakah sebenarnya
"Kasus Risiko Bpr ".

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Karena beliau  adalah salah satu figur umat yang mampu memberikan syafa’at kelak di Yaumil
Akhir. Dan kepada semuapihak yang terlibat dalam  pembuatan  makalah ini hingga selesai.
Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak kekurangan, baik
dalam hal isi maupun sestematika dan teknik penulisan.Oleh sebab itu, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.Akhirnya
semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan bagi pembaca. Amin

Kendari, 5 Oktober 2021

` Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI...................................................................................................................................1

BAB I...............................................................................................................................................2

PENDAHULUAN...........................................................................................................................2

A. Latar Belakang..................................................................................................................2

B. Rumusan Masalah.............................................................................................................2

BAB II.............................................................................................................................................3

PEMBAHASAN..............................................................................................................................3

1. Manajemen Risiko dan Risiko Perbankan............................................................................3

2. Risiko apa saja yang harus dijalankan oleh BPR dengan modal Inti Rp 50 milyar.............5

3. Risiko Inheren dan Sistem Pengendalian Risiko..................................................................7

4. Tingkat keberhasilan manajemen risiko akan tercermin pada tingkat Kesehatan bank.......8

5. Tanggung jawab dalam penerapan manajemen risiko dalam suatu Bank?..........................8

BAB III..........................................................................................................................................14

PENUTUP.....................................................................................................................................14

A. KESIMPULAN...............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen risiko adalah satu teori yang harus diterapkan di dalam membangun bisnis atau
usaha. Karena tanpa manajemen yang baik, pengusaha tidak bisa mendeteksi hal-hal buruk yang
bisa menimpa perusahaan. Ironisnya perusahaan bisa mengalami penurunan atau kolaps tanpa
bisa diketahui apa penyebabnya.

Maka dari itu pengelolaan risiko adalah hal penting selain manajemen pemasaran dan
manajemen bisnis selainnya. Sayangnya masih belum banyak yang mengetahui tentang teori
manajemen ini. Termasuk pengetahuan terkait pengertian, komponen, jenis dan tujuan
manajemen risiko dalam bisnis.

Risiko Perbankan adalah risiko yang dialami oleh sektor bisnis berbankan sebagai bentuk
dari berbagai keputusan yang dilakukan dalam berbagai bidang seperti penyaluran kredit,
penerbitan kartu kredit, valuta asing, inkaso dan berbagai bentuk keputusan finacial lainnya.

Penilaian Risiko Memungkinkan sebuah organisasi perusahaan ataupun bisnis untuk menilai
sebuah kejadian atau keadaan dan kaitannya dengan pencapaian tujuan perusahaan atau bisnis
tersebut.Manajemen perlu melakukan analisis mengenai dampak yang mungkin terjadi akibat
resiko dengan 2 perspektif, yaitu : Likelihood (kecenderungan/ peluang) dan
Impact/consequence (besaran dari realisasi risiko).

B. Rumusan Masalah
a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Manajemen Risiko dan Risiko Perbankan?
b. Jelaskan Risiko apa saja yang harus dijalankan oleh BPR dengan modal Inti Rp 50 milyar.
c. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Risiko Inheren dan Sistem Pengendalian Risiko?
d. Tingkat keberhasilan manajemen risiko akan tercermin pada tingkat Kesehatan bank.
Jelaskan hubungan pernyataan tersebut?
e. Siapakah yang bertanggung jawab dalam penerapan manajemen risiko dalam suatu Bank?
f. Identifikasi Risiko apa saja yang akan timbul dari kasus di atas? Definisikan risikonya,
Bagaimana terjadinya dan ajukan solusinya serta apa dampaknya?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Manajemen Risiko dan Risiko Perbankan?

Jawab :
Pengertian Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah aplikasi dari prinsip kehati-hatian yang secara umum di anut
perbankan dan juga merupakan kewajiban yang di amanatkan oleh UU No. 7/92 jo. UU No.
10/98 Tentang perbankan
Manajemen risiko adalah segala proses kegiatan yang dilakukan semata untuk meminimalkan
bahkan mencegah terjadinya risiko perusahaan. Di dalamnya ada kegiatan identifikasi,
perencanaan, strategi, tindakan, pengawasan dan evaluasi terhadap hal-hal negatif yang
kemungkinan akan menimpa usaha.
Bisa dibilang juga jenis manajemen ini adalah satu metode untuk mencegah perusahaan
mengalami masalah. Seperti kolaps, kerugian yang besar, gulung tikar, dijauhi klien dan
semacamnya. Tentu strategi sistematis ini perlu dijalankan terutama untuk pebisnis pemula.
Pengertian Manajemen Risiko Menurut Ahli
Selain pengertian umum di atas, ternyata para ahli juga banyak yang mentafsirkan pengertian
manajemen risiko secara redaksional. Ini dia beberapa di antaranya:
Fahmi (2010)
Menurut Fahmi manajemen risiko adalah satu disiplin ilmu yang mempelajari tentang
tindakan-tindakan organisasi dalam mengatasi masalah berbasis manajemen yang sistematis dan
menyeluruh.
Djojo Soedarso (2003)
Djojo Soedarso memiliki pandangan yang berbeda. Menurutnya manajemen risiko adalah
penerapan fungsi manajemen secara umum untuk memetakan masalah dan solusinya yang terjadi
di dalam sebuah organisasi perusahaan maupun keluarga dan masyarakat.
Tampubulon (2004)
Sedangkan menurut Tampubulon manajemen risiko adalah satu proses yang dilakukan untuk
mengakomodasi segala kemungkinan buruk dari sebuah transaksi bisnis.
Darmawi (2014)

3
Menurut Darmawi, manajemen risiko adalah suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis
serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh
efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi.
Bramantyo (2008)
Bramantyo berpendapat bahwa manajemen risiko adalah proses terstruktur dan sistematis
dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif penanganan resiko.
Noshworthy (2000)
Manajemen risiko Menurut Noshworthy adalah Implementation of measures aimed at
reducin the like lihood of those threats occuring and minimissing any damage if they do; Risk
analysis and risk control form the basis of risk management where risk control is the application
of suitable controls to gain a balance between security, usability and cost.
Djohanputro (2008)
Menurut Djohanputro Manajemen risiko adalah proses terstruktur dan sistematis dalam
mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif penanganan risiko, dan
memonitor dan mengendalikan penanganan risiko.
Siagian dan Sekarsari (2001)
Pengertian Manajemen risiko Menurut Siagian dan Sekarsari adalah pengelolaan risiko luas
tidak hanya terfokus pada pembelian asuransi tapi juga harus mengelola keseluruhan risiko-
risiko organisasi.
Siahaan (2007)
Pengertian Manajemen risiko Menurut Siahaan adalah perbuatan (praktik) dengan
manajemen risiko, menggunakan metode dan peralatan untuk mengelola risiko sebuah proyek.
Smith (1990)
Menurut Smith Pengertian Manajemen Risiko adalah proses identifikasi, pengukuran, dan
kontrol keuangan dari sebuah risiko yang mengancam aset dan penghasilan dari sebuah
perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan
tersebut.
Pengertian Risiko Perbankan
Risiko Perbankan adalah risiko yang dialami oleh sektor bisnis berbankan sebagai bentuk
dari berbagai keputusan yang dilakukan dalam berbagai bidang seperti penyaluran kredit,
penerbitan kartu kredit, valuta asing, inkaso dan berbagai bentuk keputusan finacial lainnya.
Risiko Perbankan adalah risiko yang dialami oleh sektor bisnis berbankan sebagai bentuk dari
berbagai keputusan yang dilakukan dalam berbagai bidang seperti penyaluran kredit, penerbitan
kartu kredit, valuta asing, inkaso dan berbagai bentuk keputusan finacial lainnya.
Manajemen Resiko dalam Perbankan Manajemen resiko dalam perbankan seringkali masih
menjadi persoalan mendasar dalam dunia perbankan Indonesia maupun perbankan internasional,
bahkan dalam konteks perbankan syariah sekalipun. Setiap usaha tentu saja mempunyai resiko
masing-masing tergantung jenis dari usaha yang dijalankan, tak terkecuali usaha perbankan.
Perbankan sekalipun memang kadang dipandang sebagai suatu bisnis yang aman, tetapi banyak
pula resiko yang mengancam sehingga segala resiko pun harus diolah dan dibuat segala
manajemen resiko yang terkait sehingga dapat mengurangi resiko perbankan yang ada.

2. Jelaskan Risiko apa saja yang harus dijalankan oleh BPR dengan modal Inti Rp 50
milyar?

Jawab :
Mengingat volume usaha BPR sangat bervariasi dan keterbatasan jumlah SDM, maka OJK
membolehkan BPR menerapkan manajemen risiko yang disesuaikan dengan kecukupan modal
dan volume usahanya.
BPR yang memiliki modal inti paling sedikit Rp 50 miliar, wajib menerapkan menajemen
risiko dengan cakupan:
a. Risiko kredit
Risiko kredit merupakan risiko yang muncul dikarenakan debitur tidak membayar semua
atau sebagian piutang atau tidak membayar secara tepat waktu dan akan menyebabkan kerugian
Perusahaan. Risiko kredit mengacu pada kemungkinan kerugian karena kegagalan peminjam
untuk melakukan pembayaran pada semua jenis utang.

b. Risiko operasional
Risiko operasional adalah risiko kerugian yang disebabkan beragam kegagalan. Secara
umum, manajemen risiko operasional memiliki keterkaitan satu sama lain. Risiko
operasional adalah risiko yang timbul karena tidak berfungsinya sistem internal yang berlaku,
kesalahan manusia, kegagalan sistem dan faktor eksternal seperti bencana alam, demontrasi
besar, dll.

5
c. Risiko kepatuhan
Peraturan Bank Indonesia (PBI) nomor 13/23/PBI/2011 mendefinisikan risiko
kepatuhan sebagai risiko akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan
perundang- undangan dan ketentuan yang berlaku, serta prinsip syariah.

d. Risiko likuiditas
Risiko Likuiditas adalah Risiko yang diakibatkan ketidakmampuan Bank untuk memenuhi
kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau dari aset likuid berkualitas
tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank
(Ali,2006). Risiko likuiditas mungkin timbul karena kemacetan atau adanya keterlambatan arus
kas dari debitur atau terminasi dini dari proyek (Diamond & Rajan, 2001). Selain itu, risiko
likuiditas juga dapat berasal dari sifat dasar perbankan; faktor makro yang eksogen, pendanaan
dan operasional kebijakan yang endogen (Ali, 2004).

e. Risiko reputasi
Risiko reputasi adalah dampak positif atau negatif yang dihasilkan reputasi, yang dapat
mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi.
Hal-hal yang sangat berpengaruh terhadap reputasi antara lain manajemen, pemegang saham,
pelayanan yang disediakan, penerapan prinsip- prinsip syariah, dan publikasi. Apabila
manajemen dalam pandangan para pemangku kepentingan dinilai baik, risiko reputasi menjadi
rendah.

f. Risiko strategik.
Risiko strategis merupakan risiko akibat tidak tepatnya dalam pengambilan dan/atau
pelaksanaan suatu keputusan strategis serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan
lingkungan bisnis.
Risiko strategis adalah risiko yang disebabkan oleh adanya penerapan dan
pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau
bank tidak mematuhi/ tidak melaksanakan perubahan perundang-undangan dan ketentuan lain
yang berlaku.
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Risiko Inheren dan Sistem Pengendalian
Risiko?
Jawab :
a. Risiko inheren
Risiko inheren merupakan Risiko yang melekat pada kegiatan bisnis BPRS, baik yang dapat
dikuantifikasi maupun yang tidak dapat dikuantifikasi, yang berpengaruh secara signifikan
terhadap kondisi keuangan BPRS. Risiko inheren dapat ditentukan oleh faktor intern dan faktor
ekstern.
Penilaian Risiko inheren
a. Risiko inheren merupakan Risiko yang melekat pada kegiatan bisnis BPRS, baik yang
dapat dikuantifikasi maupun yang tidak dapat dikuantifikasi, yang berpengaruh secara signifikan
terhadap kondisi keuangan BPRS. Risiko inheren dapat ditentukan oleh faktor intern dan faktor
ekstern.
b. Penilaian atas Risiko inheren dilakukan dengan memperhatikan parameter yang bersifat
kuantitatif maupun kualitatif. Penilaian dilakukan tanpa mempertimbangkan fungsi pengendalian
atas setiap jenis Risiko yang dilakukan oleh BPRS.
c. Penetapan tingkat Risiko inheren untuk masing-masing jenis Risiko dikategorikan ke
dalam: a). peringkat 1 (Sangat Rendah);
b). peringkat 2 (Rendah);
c). peringkat 3 (Sedang);
d). peringkat 4 (Tinggi); dan
e). peringkat 5 (Sangat Tinggi).
b. Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko merupakan suatu proses yang dilakukan manajer setelah
mengidentifikasi,  pengukuran dan koreksi atas semua kegiatan yang berpotensi menghasilkan
risiko/kerugian dalam rangka memastikan bahwa tujuan-tujuan dan rencana-rencana
organisasi/perusahaan dapat terlaksana dengan baik. Dengan kata lain, pengendalian risiko
adalah suatu tindakan atau usaha untuk menyelamatkan perusahaan dari kerugian. Pengendalian
resiko (risk Control) merupakan tahapan terakhir yang harus seseorang atau perusahaan lakukan
setelah mereka mengetahui resiko yang akan dihadapi dan menganalisis resiko tersebut. 

7
4. Tingkat keberhasilan manajemen risiko akan tercermin pada tingkat Kesehatan
bank. Jelaskan hubungan pernyataan tersebut?

Jawab :

Secara sederhana keuangan bank dikatakan sehat karena bank dapat menjalankan fungsinya
dengan baik, bank mempunyai modal yang cukup, dapat menjaga kualitas asetnya dengan baik,
mengelola dengan baik dan mengoperasikan berdasarkan prinsip kehati-hatian, menghasilkan
keuntungan yang cukup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, serta memelihara
likuiditasnya sehingga dapat memenuhi kewajibannya setiap saat. Selain itu, suatu bank harus
senantiasa memenuhi berbagai ketentuan dan aturan yang telah ditetapkan, yang pada dasarnya
berupa berbagai ketentuan yang mengacu pada prinsip-prinsip kehati-hatian di bidang
perbankan.
Kesehatan keuangan bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan
operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik
dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Menyadari arti
pentingnya kesehatan suatu bank bagi pembentukan kepercayaan dalam dunia perbankan serta
untuk melaksanakan prinsip kehati-hatian dalam dunia perbankan, maka Bank Indonesia
menerapkan aturan tentang kesehatan bank. Diharapkan bank dalam kondisi sehat semua,
sehingga tidak akan merugikan masyarakat yang berhubungan dengan perbankan.

5. Siapakah yang bertanggung jawab dalam penerapan manajemen risiko dalam


suatu Bank?
Jawab :
Pengawasan Aktif Direksi, Dewan Komisaris, dan Dewan Pengawas
1. Direksi, Dewan Komisaris, dan DPS bertanggung jawab atas efektivitas penerapan
Manajemen Risiko di BPR. Untuk itu, Direksi, Dewan Komisaris, dan DPS harus memahami
Risiko yang dihadapi BPRS dan memberikan arahan yang jelas, melakukan pengawasan dan
mitigasi secara aktif, serta mengembangkan budaya Manajemen Risiko di BPRS. Direksi, Dewan
Komisaris, dan DPS juga harus memastikan struktur organisasi yang memadai, menetapkan
tugas dan tanggung jawab yang jelas pada masing-masing unit, serta memastikan kecukupan
kuantitas dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mendukung penerapan Manajemen
Risiko secara efektif.
Kegiatan usaha Bank senantiasa dihadapkan pada risiko-risiko yang berkaitan erat dengan
fungsinya sebagai lembaga intermediasi keuangan. Pesatnya perkembangan lingkungan eksternal
dan internal perbankan juga menyebabkan semakin kompleksnya risiko kegiatan usaha
perbankan. Oleh karena itu, agar mampu beradaptasi dalam lingkungan bisnis perbankan, Bank
dituntut untuk menerapkan Manajemen Risiko. Dalam kaitan ini, prinsip-prinsip Manajemen
Risiko yang akan dianut dan diterapkan pada perbankan Indonesia diarahkan sejalan dengan
rekomendasi yang dikeluarkan oleh Bank for International Settlements melalui Basel Committee
on Banking Supervision. Prinsip-prinsip tersebut pada dasarnya merupakan standar bagi dunia
perbankan untuk dapat beroperasi secara lebih berhati-hati dalam ruang lingkup perkembangan
kegiatan usaha dan operasional perbankan yang sangat pesat dewasa ini. Melalui penerapan
Manajemen Risiko, Bank diharapkan dapat mengukur dan mengendalikan Risiko yang dihadapi
dalam melakukan kegiatan usahanya dengan lebih baik. Selanjutnya, penerapan Manajemen
Risiko yang dilakukan perbankan akan mendukung efektivitas kerangka pengawasan Bank
berbasis Risiko yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Upaya penerapan Manajemen Risiko dimaksud tidak hanya ditujukan bagi kepentingan
Bank tetapi juga bagi kepentingan nasabah. Salah satu aspek penting dalam melindungi
kepentingan nasabah dan dalam rangka pengendalian Risiko adalah transparansi informasi terkait
produk atau aktivitas Bank. Penerapan Manajemen Risiko dapat bervariasi antara satu Bank
dengan Bank lain sesuai dengan tujuan, kebijakan usaha, ukuran dan kompleksitas usaha,
kemampuan keuangan, infrastruktur pendukung serta kemampuan sumber daya manusia.
Otoritas Jasa Keuangan menetapkan ketentuan ini sebagai standar minimal yang harus dipenuhi
oleh perbankan Indonesia dalam menerapkan Manajemen Risiko. Dengan ketentuan ini, Bank
diharapkan mampu melaksanakan seluruh aktivitasnya secara terintegrasi dalam suatu sistem
pengelolaan Risiko yang akurat dan komprehensif.

6. Identifikasi Risiko apa saja yang akan timbul dari kasus di bawah? Definisikan
risikonya, Bagaimana terjadinya dan ajukan solusinya serta apa dampaknya?

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara resmi mencabut izin usaha dari PT. BPR “Mekoaso” di
Kota Kendari Sulawesi Tenggara, Selasa (2/3/2021). Pencabutan izin usaha ini dipicu adanya
masalah kredit macet.  
Agung Gede Putra, Direktur Nonaktif BPR “Mepekoaso” saat ditemui di sebuah Kafe di
KotaKendari, Rabu (1/8/2021) menerangkan, kasus ini terungkap sejak bulan Oktober tahun
2020. 

"Kasus ini terungkap semenjak saya menjabat selama satu tahun. Ada masalah fraud yang
dilakukan oleh beberapa oknum pegawai bank, atas dana nasabah yang pernah masuk dan
dicairkan sepihak, karena kurang teliti dalam menangani sistem terutama akses masuk dalam
jaringan, Bank kurang pengawasan oleh Dirut katanya.Dijelaskannya bahwa total nasabah BPR

9
“Mepekoaso” sebanyak kurang lebih 2.000. Awalnya jumlah NPL (non performing Loan) kredit
macet awalnya sekitar 20 nasabah. Lalu setelah dinormalkan Kembali dalam meeting bagian
kredit, akhirnya naik drastis menjadi sekitar 60 persen dari kejadian awal.

"Di situ karena terjadi kekeliruan proses pelepasan kredit. Boleh dikatakan kredit cair
melanggar SOP, ketidak telitian dalam melakukan analisis kredit, batas maksimum pemberian
kredit dilanggar, dan otorisasi kredit yang tidak tepat. Itu terjadi sebelum pandemi. Sehingga
berakhir dengan kredit yang menunggak, yang akhirnya menjadi kredit macet" imbuhnya. 

Jawab :

Identifikasi risiko :
 Mengidentifikasi terjadinya kredit macet, dimana dijelaskan bahwa total nasabah BPR
“Mepekoaso” sebanyak kurang lebih 2.000. Awalnya jumlah NPL (non performing Loan)k redit
macet awalnya sekitar 20 nasabah .Lalu setelah dinormalkan Kembali dalam meeting bagian
kredit, akhirnya naik drastic menjadi sekitar 60 persen dari kejadian awal.
 Mengidentifikasi adanya masalah fraud yang dilakukan oleh beberapa oknum pegawai
bank, atas dan nasabah yang pernah masuk dan dicairkan sepihak, karena kurang telit idalam
menangani system terima akses masuk dalam jaringan, Bank kurang pengawasan oleh Dirut.
 Mengidentifikasi terjadinya pelanggaran SOP, disebabkan karena terjadi kekeliruan
proses pelepasan kredit, ketidak ketelitian dalam melakukan analisis kredit, batas maksimum
pemberian kreditdilanggar, dan otorisasi kredit yang tidak tepat.
Setelah kifa mengidentifikasi kasus diatas maka kita dapat menemukan risiko yang ada dan
dampak serta solusi yang akan diberikan:

1. Risiko Operasional

Manajemen resiko operasional muncul sebagai tindakan preventif terjadinya kesalahan


proses kerja. Manajemen resiko operasional biasanya dilengkapi dengan sanksi untuk mencegah
empat faktor penyebab resiko dalam proses kerja. Empat faktor tersebut adalah proses, sistem,
manusia, serta kejadian eksternal.

Contoh kegagalan yang dimaksud adalah seperti human error, kerusakan mesin, kegagalan
sistem jaringan, force majeur, ataupun aksi massa.

Dalam kasus ini adalah terjadi human error (human Error adalah kesalahan yang diakibatkan
oleh lalainya sumber daya manusia baik secara sengaja maupun tidak sengaja.) yang disebutkan
dalam kasus ini bahwa “Ada masalah fraud yang dilakukan oleh beberapa oknum pegawai bank,
atas dana nasabah yang pernah masuk dan dicairkan sepihak,”
Terjadinya masalah dalam kasus tersebut di karenakan “dana nasabah yang pernah masuk
dan dicairkan sepihak, karena kurang teliti dalam menangani sistem terutama akses masuk dalam
jaringan, Bank kurang pengawasan oleh Dirut. Yang memicu pencabutan izin usaha”

Solusi dan Beberapa hal yang dapat mencegah risiko operasional adalah dengan
menggunakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlatih dan profesional dibidangnya. Jika
pemasaran dan pemesanan Anda menggunakan teknologi website, sebaiknya Anda memiliki
website kedua untuk membantu melakukan proses pemesanan atau dapat juga sebagai
pemberitahuan mengenai informasi perusahaan Anda.

 Menganalisa kesalahan lebih awal.

Pertama-tama yang harus dilakukan adalah menganalisa masalah dari awal. Cari tahu apa
penyebab dan akibat dari masalah tersebut. Kesalahan kecil pun jika lama dibiarkan bisa
berdampak besar pada perusahaan.” Oleh sebab itu, baik kesalahan kecil atau besar, sebaiknya
langsung dicari akar permasalahannya sebelum terjadi masalah yang lebih besar. Maka dalam
kasus tersebut OJK langsung mencabut surat izin usaha dari PT. BPR “Mekoaso

 Memberikan pelatihan yang lebih baik. Kemudian, setelah menganalisa sebab dan akibat
masalah dari kasus tersebut, maka harus ada perbaikan dan pembelajaran untuk para pekerja
perusahaan.

Karena itu untuk memastikan bahwa manajemen risiko operasional berjalan dengan baik dan
kontinu, biasanya akan dibentuk pertahanan yang disebut three lines of defense. Team ini
bertugas dan berfungsi sebagai pagar dan pertahanan untuk prefentif, detektif dan korektif action
atas apa yang terjadi dalam proses operasional.
three lines of defense
Model 3LD adalah model pertahanan internal organisasi perusahaan yang secara sederhana
dapat diringkas sebagai berikut:
1.     Pertahanan lapis pertama:
Pertahanan lapis pertama dilaksanakan oleh unit atau komponen atau fungsi bisnis yang
melakukan aktivitas operasional perusahaan sehari-hari, terutama yang merupakan garis depan
atau ujung tombak organisasi. Dalam hal ini mereka diharapkan untuk:
 Memastikan adanya lingkungan pengendalian (control environment) yang kondusif di
unit bisnis mereka.
 Menerapkan kebijakan manajemen risiko yang telah ditetapkan sewaktu menjalankan
peran dan tanggung jawab mereka terutama dalam mengejar pertumbuhan perusahaan. Mereka
diharapkan secara penuh kesadaran mempertimbangkan faktor risiko dalam keputusan-keputusan
dan tindakan-tindakan yang dilakukannya.

11
 Mampu menunjukkan adanya pengendalian internal yang efektif di unit bisnis mereka,
dan juga adanya pemantauan dan transparansi terhadap efektifitas pengendalian internal tersebut
2.     Pertahanan lapis kedua
Pertahanan lapis kedua dilaksanakan oleh fungsi-fungsi manajemen risiko dan kepatuhan,
terutama fungsi-fungsi manajemen risiko dan kepatuhan yang sudah terstruktur misal:
departemen atau unit manajemen risiko dan kepatuhan. Dalam hal ini, mereka diharapkan untuk:
 Bertanggung jawab dalam mengembangkan dan memantau implementasi manajemen
risiko perusahaan secara keseluruhan.
 Melakukan pengawasan terhadap bagaimana fungsi bisnis dilaksanakan dalam koridor
kebijakan manajemen risiko dan prosedur-prosedur standard operasionalnya yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.
 Memantau dan melaporkan risiko-risiko perusahaan secara menyeluruh kepada organ
yang memiliki akuntabilitas tertinggi di perusahaan.
3.     Pertahanan lapis ketiga
Pertahanan lapis ketiga dilaksanakan oleh auditor baik auditor internal maupun auditor
eksternal. Peran auditor internal jauh lebih intens dalam model 3LD ini karena mereka adalah
bagian internal perusahaan yang bersifat independen terhadap fungsi-fungsi lainnya. Dalam hal
ini, auditor internal diharapkan untuk:
 Melakukan reviu dan evaluasi terhadap rancang bangun dan implementasi manajemen
risiko secara keseluruhan, dan
 Memastikan bahwa pertahanan lapis pertama dan lapis kedua berjalan sesuai dengan
yang diharapkan.

2. Risiko kredit
Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur/pihak lain dalam memenuhi kewajiban
kepada BPR, sehingga risiko ini timbul karna adanya kredit maceta walnya sekitar 20 nasabah.
Lalu setelah dinormalkan Kembali dalam meeting bagian kredit, akhirnya naik drastic menjadi
sekitar 60 persen dari kejadia nawal.
 Solusi dari risiko ini adalah :
 Penjadwalan Kembali (Rescheduling),Perubahan persyaratan kredit yang hanya
menyangkut jadwal pembayaran dan jangka waktu kredit. Kredit yang memperoleh fasilitas
rescheduling hanyalah debitur yang memenuhipersyaratan tertentu antara lain usaha debitur
memiliki prospek untuk bangkit dan debitur menunjukkan itikad baik.Dalam proses rescheduling
ini, tunggakan pokok dan bunga di jumlahkan (dikapitalisasi) untuk kemudian dijadwalkan
kembali pembayaran untuk di buat janji rescheduling tersendiri.
 Persyaratan Kembali (Reconditioning),Yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-
syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu dan
persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimal saldo kredit.Dalam
reconditioning ini dapat pula diberikan kepada debitur keringanan berupa pembebasan sebagian
bunga tertunggak atau penghentian perhitungan bunga bagi debitur yang bersifat jujur, terbuka
dan kooperatif serta usahanya masih potensial dapat beroperasi dengan menguntungkan namun
mengalami kesulitan keuangan.
 Penataan Kembali (Restructing),Perubahan syarat-syarat kredit yang menyangkut
penambahan dana Bank, konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit
baru atau konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi pernyataan dalam perusahaan yang
dapat di serta dengan penjadwalan kembali atau persyaratan kembali.
 Dampak dari risiko ini adalah :
adalah terjadinya ketidaklancaran perputaran kas di dalam Bank, apabila terus berlanjut maka
Bank tidak akan lagi bisa untuk memberikan kredit kepada nasabah lain dalam jumlah yang
besar dikarenakan pihak Bank sendiri mengalami kesulitan dalam perputaran arus kas yang
disebabkan oleh kredit macet. Keadaan seperti inimembuat Bank tidak lagi mampu membayar
utang jangka pendeknya sehingga Bank tidak lagi dapat memenuhi likuiditasnya atau dalam
keadaan tidak likuid. Selain dari itu dampaknya jugaberpengaruh pada Non Performng Loan,
ketika suku bunga kredit tinggi maka secara tidak langsung akan terjadi kredit macet dan
mengakibatkan keuangan/kas Bank juga ikut terpengaruh.Apabila terjadi kredit macet meningkat
maka dampak yang ditimbulkan terhadap kinerja keuangan adalah menurunnya laba, tetapi
apabila kredit macet menurun maka peningkatan laba pun terjadi.

3. Risiko kepatuhan
Risiko kepatuhan adalah risiko akibat BPR tidak memenuhi dan / atau tidak melaksanakan
peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain termasuk risiko akibat kelemahan aspek.
Seperti kasus diatas menyatakan bahwa terjadinya pelanggaran SOP, disebabkan karena terjadi
kekeliruan proses pelepasan kredit, ketidak telitian dalam melakukan analisis kredit, batas
maksimum pemberian kredit dilanggar, dan otorisasi kredit yang tidak tepat.

13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manajemen resiko operasional muncul sebagai tindakan preventif terjadinya kesalahan proses
kerja. Manajemen resiko oprasional biasanya dilengkapi dengan sanksi untuk mencegah empat
faktor penyebab resiko dalam proses kerja. Empat faktor tersebut adalah proses, sistem, manusia,
serta kejadian eksternal.

Karena itu untuk memastikan bahwa manajemen risiko operasional berjalan dengan baik dan
kontinu, biasanya akan dibentuk pertahanan yang disebut three lines of defense. Team ini
bertugas dan berfungsi sebagai pagar dan pertahanan untuk prefentif, detektif dan korektif action
atas apa yang terjadi dalam proses operasional.

1. Pertahanan lapis pertama berfungsi sebagai mekanisme kontrol preventif.


a. Unit Bisnis/Support sebagai risk taking unit yang mengelola risiko operasional sehari-hari
b. Quality Assurance/ Internal Control di setiap unit kerja
c. ORM Head LOB/ Fungsi Support
2. Pertahanan lapis kedua berfungsi sebagai mekanisme kontrol detektif.
a. Integrated Risk Management
b. Legal dan Compliance
3. Pertahanan lapis ketiga berfungsi sebagai mekanisme kontrol korektif.
a. Audit Internal (SKAI)
DAFTAR PUSTAKA
https://www.trusvation.com/pengertian-tujuan-dan-jenis-jenis-manajemen-resiko-dalam-bisnis/
https://crmsindonesia.org/publications/pertahanan-3-lapis-the-3-lines-of-defence-konteks-erm-
perusahaan-publik-di-indonesia/
https://cloudymoody.com/menangani-human-error-pada-dunia-kerja/
https://softwareaccuratejkt.com/2020/03/16/resiko-bisnis-dan-solusinya/
https://www.xendit.co/id/blog/mengenal-4-jenis-risiko-bisnis-dan-solusi-yang-bisa-anda-ambil/

15

Anda mungkin juga menyukai