Dosen Pengampu:
Fitri,SE.,MM
Oleh:
Kelompok 5:
Meligayatri (1802110899)
JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS RIAU
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-
NYA, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Tidak lupa shalawat serta
salam selalu kita curahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah
membimbing umatnya di jalan yang benar.
Kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu dalam penyusunan
makalah ini. Makalah ini disusun berdasarkan tugas dari mata kuliah Manajemen Resiko yang
berjudul “Identifikasi dan Pengukuran Risiko Operasional”.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi kami
penyaji makalah. Penulis juga meminta maaf apabila banyak kesalahan dalam penyusunan
makalah ini.
Penulis,
BAB I .............................................................................................................................. 1
BAB II ............................................................................................................................. 3
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 15
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Risiko operasional sendiri adalah risiko yang dianggap paling tua dan paling
berpengaruhdalam proses perkembangan sebuah perusahaan atau bank, selain risiko
pasar. Risiko operasional merupakan risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses
internal yang kurang memadai, kesalahan manusia, kegagalan sistem maupun adanya
kejadian eksternal yang memengaruhi operasional organisasi perusahaan. Risiko ini
bersifat inheren dan pasti ditemukan dalam sebuahorganisasi. Dan untuk menangani
risiko operasional ini dibutuhkan pengelolaan danpengendalian yang tepat dan akurat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi dari risiko operasioanl?
2. Apa saja kegagalan dalam proses internal?
3. Apa risiko kegagalan mengelola manusia?
4. Apa saja risiko dalam sistem?
5. Apa itu risiko eksternal?
6. Bagimana mengukur risiko operasional?
7. Bagaimana menghitung kerugian yang diharapkan?
8. Bagaimana perubahan karakteristik risiko operasional?
C. TUJUAN
1. Mengetahui definisi risiko operasional
2. Mengetahui kegagalan dalam proses internal
3. Mengetahui risiko kegagalan mengelola manusia
4. Mengetahui risiko dalam sistem
5. Mengetahui risiko eksternal
6. Mengetahui cara mengukur risiko operasional
7. Mengetahui cara menghitung kerugian yang diharapkan
8. Mengetahui perubahan karakteristik risiko operasional
BAB II
ISI
Risiko operasional merupakan tipe risiko yang paling ‘tua’, tetapi paling sedikit
dipahami dibandingkan dengan tipe risiko lainnya (misal risiko pasar atau tingkat bunga).
Perusahaan sudah mengenal rrisiko operasional meskipun dengan nama yang berbeda.
Sebagai contoh, perusahaan sudah lama mengenali kemungkinan kesalahan pencatatan,
sistem pengawasan internal yang kurang memadai, kegagalan sistem computer, serangan
virus, kecelakaan kerja, serangan bom oleh teroris, dan lainnya. Risiko-risiko tersebut
merupakan contoh risiko operasional. Risiko-risiko tersebut merupakan risiko yang
‘inherent’, yaitu risiko yang muncul karena perusahaan menjalankan bisnisnya. Perusahaan
sudah lama menyadari risiko tersebut dan mengantisipasinya, meskipun tidak dengan nama
manajemen risiko. Sebagai contoh, perusahaan selalu berusaha memperbaiki sistem, prosedur
atau proses bisnis melalui manajemen kualitas; perusahaan memberikan training kepada
karyawannya agar mereka semakin terlatih dan semakin sedikit membuat kesalahan. Dalam
konteks manajemen risiko, upaya tersebut bisa dipandang sebagai upaya untuk mengelola
atau menurunkan risiko operasional.
Risiko kegagalan proses internal merupakan risiko yang berkaitan dengan kegagalan
proses atau prosedur internal organisasi. Beberapa contoh risiko tersebut adalah:
Karyawan merupakan asset penting bagi perusahaan, tetapi juga merupakan sumber
risiko operasional bagi perusahaan. Risiko dari karyawan tersebut akan terjadi baik secara
sengaja maupun tidak sengaja. Contoh transaksi yang salah di bank UBS Warbug
merupakan contoh kesalahan yang tidak disengaja. Contoh kesalahan yang disengaja adalah
penggelapan kas perusahaan, atau kasus pembobolan bank yang dilakukan dengan
melibatkan karyawan internal. Risiko mansuia tersebut mencakup semua elemen organisasi.
Sebagai contoh, risiko kesalahan transaksi mencakup wilayah operasional, sistem,
pengawasan, lainnya. Risiko penggelapan uang perusahaan setidaknya mencakup wilayah
sistem pengawasan (dapeertemen akuntansi), prosedur operasional, kualifikasi karyawan
yang kurang (moral yang tidak baik).
Beberapa contoh risiko operasional yang berkaitan atau bersumber dari manusia
adalah:
D. RISIKO SISTEM
Sistem teknologi bisa memberikan kontribusi yang signifikan bagi organisasi, di lain
pihak, sistem tersebut akan memunculkan risiko baru bagi organisasi. Jika perusahaan terlalu
tergantung pada sistem computer, misal, maka risiko yang berkaitan dengan kerusakan
computer akan semakin tinggi. Beberapa risiko yang muncul berkaitan dengan sistem adalah:
Kerusakan data.
Kesalahan pemrograman.
Sistem keamanan yang kurang baik (misal, bisa dimasuki oleh hacker).
Penggunaan teknologi yang belum teruji.
Terlalu mengandalkan model tertentu untuk keputusan bisnis.
Sebagai contoh, pada waktu The Long Term Capital mengalami kehancuran karena
mempunyai posisi yang sangat besar pada Rubel Rusia. Model matematis mereka
memprediksi probabilitas kejadian semacam itu adalah 0,000001. Tetapi kejadian tersebut
tetap terjadi, sehingga mengejutkan mereka.
E. RISIKO EKSTERNAL
Risiko eksternal berkaitan dengan kejadian yang bersumber dari luar organisasi, dan
di luar pengendalian organisasi. Kejadian semacam itu biasanya jarang terjadi, tetapi
mempunyai dampak yang cukup besar (frekuensi rendah/severity tinggi). Beberapa contoh
risiko eksternal adalah perampokan, serangan teroris, bencana alam.
Salah satu teknik untuk mengukur risiko operasional adalah dengan menggunakan
dua klasifikasi berikut ini:
Penentuan tinggi rendah severity atau frekuensi bisa dilakukan melalui berbagai
cara. Sebagai contoh, severity atau frekuensi yang lebih besar dibandingkan median atau
rata-rata dari risiko yang ada (dalam daftar) dikelompokkan ke dalam severity atau
frekuensi tinggi, dan sebaliknya. Penentuan tinggi rendah tersebut bisa dilakukan melalui
perhitungan angka absolut atau bisa melalui survey terhadap manajer-manajer
perusahaan. Sebagai contoh lihat tabel dibawah ini.
Melalui pertanyaan-pertanyaan seperti itu teridentifikasi letak masing-masing
risiko berdasarkan dimensi signifikansi dan kemungkinan. Selanjutnya, strategi bisa
dirumuskan untuk mengelola risiko tersebut.
Tipe risiko ini lebih menantang untuk dihadapi. Jika risiko seperti ini muncul,
perusahaan bisa mengalami kerugian yang cukup besar, dan barangkali bisa
mengakibatkan kebangkrutan. Tetapi frekuensi risiko tersebut relative jarang, sehingga
tidak mudah ditemui atau dikenali olej bank. Karena itu, risiko tipe ini sulit dipahami
karakteristiknya, dan sulit diprediksi kapan datangnya. Sebagai contoh, Baring gagal
melakukan pengawasan terhadap trading yang diluar batas oleh salah seorang trader-nya,
kemudian terjadi kerugian yang mengakibatkan kebangkrutan bank tersebut. Frekuensi
risiko semacam itu relative jarang ditemui.
Tipe risiko semacam ini sering muncul tetapi besarnnya kerugian relatif kecil.
Biasanya risiko semacam ini muncul sebagai akibat perusahaan menjalankan bisnisnya.
Dengan kata lain, semacam ini merupakan konsekuensi perusahaan menjalankan
bisnisnya. Sebagai contoh, untuk perusahaan supermarket, ada risiko shoplifting
(Pencurian oleh nasabah), pencurian oleh karyawan, barang dagangan rusak karena busuk
atau karena botol pecah. Risiko semacam itu lebih mudah dikenal, dan perushaan bisa
memasukkannya ke dalam komponen harga. Kebanyakan perusahaan biaya seperti itu ke
dalam struktur harga mereka. Perusahaan bisa memonitor risiko-risiko tersebut untuk
memastikan bahwa risiko tersebut masih berada pada wilayah normal.
Tipe risiko ini praktis tidak relevan lagi dibicarakan, karena jika situasi semacam
ini terjadi, berarti perusahaan tidak lagi bisa mengendalikan risiko, dan bisa berakibat
pada kebangrutan. Sebagai contoh, jika suatau perusahaan tidak bisa mengendalikan
risiko penggelapan uang dalam jumlah besar oleh karyawannya (tipe risiko ini berada
dalam kuadran frekuensi rendah/signifikansi tinggi), maka ada kemungkinan risiko ini
berubah menuju kuadran frekuensi tnggi/signifikansi tinggi. Jika hal tersebut terjadi,
maka perusahaan praktis akan bangkrut dalam waktu singkat. Dengan pespektif semacam
itu, maka tugas manajemen risiko adalah mencegah migrasinya risiko-risiko yang ada ke
dalam kuadran frekuensi tinggi/signifikansi tinggi.
Wilayah 3. Severity agak tinggi dan frekuensi agak tinggi: periodic attention
Aspek dinamika risiko juga perlu diperhatikan. Risiko bisa berubah dari wilayah 4
ke wilayah lainnya, misal ke wilayah 2. Sebagai contoh, risiko tuntutan hokum
barangkali tidak begitu kelihatan di masa lalu. Tetapi dengan semakin sadarnya
masyarakat akan hak dan kewajibannya, risiko tersebut bisa berubah menjadi semakin
penting.
b. Pendekatan Simulasi
b. Otomatisasi
d. Outsourcing
Masyarakat semakin lama semakin pandai, semakin sadar akan hak dan
kewajibannya. Kesadaran macam ini cenderung meningkatkan risiko litigasi, dimana
masyarakat akan berusaha menuntut perusahaan jika dia merasa dirugikan, jika
perusahaan tidak berhati-hati, perusahaan bisa kena gugatan semacam itu, dan jika kalah,
kerugian yang dialami perusahaan bisa cukup signifikan. Perubahan budaya masyarakat
tersebut bisa meningkatkan risiko gugatan hukum.
Evaluasi diri bisa dilakukan oleh anggot orgnisasi untuk melihat seberapa besar risiko
opersional yang dihadapi oleh organisasi.
J. STUDI KASUS
Juni 1996 – Sumitomo (rugi $2.6 milyar). Seorang trader tembaga mengakumulasi
kerugian yang tak dilaporkan selama tiga tahun. Yasuo Hamanaka, dikenal sebagai “Mr
Five Percent,” setelah sebagian pasar tembaga dia kendalikan, dikirim ke penjara karena
manipulasi dan kejahatan Reputasi bank sangat hancur
February 1995 – Barings (rugi $1.3 milyar). Nick Leeson, seorang trader derivatif,
mengakumuliasi kerugian tidak dilaporkan selama dua tahun. Barings bankrut
September 1996 – Morgan Grenfell Asset Management (rugi $720 juta). Seorang fund
manager, Peter Young, melanggar kebijakan investasi yang menyebabkan kerugian besar.
Deutche Bank, pemilik MGAM, setuju untuk memberi kompensasi pada investor
Sebagian besar dari kerugian tersebut disebabkan oleh trader yang tidak jujur, atau
pengendalian internal. Kegagalan ini merupakan gabungan antara risiko pasar dan risiko
operasional (kegagalan supervisi)
Kasus pembobolan dana nasbah Citibank senilai Rp40 miliar oleh Inong Malinda
alias Melinda Dee yang menjabat Relationship Manager Citigold di bank tersebut
merupakan salah satu kasus hukum paling banyak menyita perhatian masyarakat di tahun
2011. Guna meraih kepercayaan nasabah, wanita 47 tahun tersebut terlebih dahulu
memperlakukan mereka secara istimewa. Perlakuan ini tidak hanya diberikannya dalam
waktu singkat, tetapi hingga puluhan tahun sampai nasabah sangat percaya. Dari sini,
Melinda secara cermat menelisik pola transaksi nasabahnya, kemudian mengajukan
blanko kosong untuk ditanda tangani. Blanko inilah yang dia gunakanan untuk menarik
dana untuk ditransfer ke beberapa perusahaan miliknya. Melinda juga menggunakan surat
kuasa dari nasabah, sehingga nasabah seolah-olah datang ke bank untuk melakukan
transaksi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Risiko operasional merupakan risiko yang paling tua, tetapi pemahaman terhadap
karakteristik risiko operasional belum semaju risiko lainnya. Pengukuran risiko operasional
bisa dilakukan dengan menggunakan matriks frekuensi/severity. Setelah risiko bisa dipetakan
dengan menggunakan matriks tersebut, alternatiff strategi untuk mengelola risiko tersebut
bisa dirumuskan. Alternatif pengukuran yang lain adalah dengan menghitung kerugian yang
diharapkan yang merupakan perkalian antara frekuensi dengan serevity. Karakteristik risiko
operasional bisa berubah tergantung beberapa hal, seperti penggunaan teknologi yang lebih
intensif menggantikan tenaga manual. Evaluasi diri bisa dilakukan untuk mengevaluasi risiko
operasional yang dihadapi perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA