Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MANAJEMEN RESIKO 

Identifikasi dan Pengukuran Risiko Operasional

Dosen Pengampu: 

Fitri,SE.,MM

Oleh: 

Kelompok 5: 

Meligayatri (1802110899) 

Indah Purnama Yanti (1802110550) 

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS 

JURUSAN MANAJEMEN 

UNIVERSITAS RIAU 

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-
NYA, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Tidak lupa shalawat serta
salam selalu kita curahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah
membimbing umatnya di jalan yang benar.
Kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu dalam penyusunan
makalah ini. Makalah ini disusun berdasarkan tugas dari mata kuliah Manajemen Resiko yang
berjudul “Identifikasi dan Pengukuran Risiko Operasional”.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi kami
penyaji makalah. Penulis juga meminta maaf apabila banyak kesalahan dalam penyusunan
makalah ini.

Penulis,

Pekanbaru, April 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii

BAB I .............................................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
C. Tujuan ................................................................................................................. 2

BAB II ............................................................................................................................. 3

A. Definisi Risiko Operasional ................................................................................. 3


B. Kegagalan Proses Internal ................................................................................... 3
C. Risiko Kegagalan Mengelola Manusia (Karyawan) ............................................ 4
D. Risiko Sistem ....................................................................................................... 5
E. Risiko Eksternal ................................................................................................... 5
F. Pengukuran Risiko Operasional .......................................................................... 5
G. Menghitung Kerugian yang Diharapkan ............................................................. 9
H. Perubahan Karakteristik Risiko Operasional ..................................................... 12
I. Evaluasi Diri Untuk Mengukur Risiko Operasional .......................................... 13
J. Studi Kasus ........................................................................................................ 13

BAB III ......................................................................................................................... 15

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 16


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam mengelola suatu manajemen perusahaan pemimpin dituntut untuk


membuat kebijakanyang akan dijalankan selama dia berkuasa, dan hal itu mempunyai
berbagai risiko baik itu yangmenimbulkan efek negatif maupun efek positif. Dan pada
kesempatan ini penyusun memperolehamanat untuk menjabarkan tentang sebuah risiko
yang akan dihadapi sebuah perusahaan ataubank, yaitu manajemen risiko operasional.

Manajemen risiko merupakan salah satu elemen penting dalam menjalankan


bisnisperusahaan karena semakin berkembangnya dunia perusahaan serta meningkatnya
kompleksitasaktivitas perusahaan mengakibatkan meningkatnya tingkat risiko yang
dihadapi perusahaan.Sasaran utama dari implementasi manajemen risiko adalah
melindungi perusahaan terhadapkerugian yang mungkin timbul. Lembaga perusahaan
mengelola risiko dengan menyeimbangkanantara strategi bisnis dengan pengelolaan
risikonya sehingga perusahaan akan mendapatkan hasiloptimal dari operasionalnya.

Risiko operasional sendiri adalah risiko yang dianggap paling tua dan paling
berpengaruhdalam proses perkembangan sebuah perusahaan atau bank, selain risiko
pasar. Risiko operasional merupakan risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses
internal yang kurang memadai, kesalahan manusia, kegagalan sistem maupun adanya
kejadian eksternal yang memengaruhi operasional organisasi perusahaan. Risiko ini
bersifat inheren dan pasti ditemukan dalam sebuahorganisasi. Dan untuk menangani
risiko operasional ini dibutuhkan pengelolaan danpengendalian yang tepat dan akurat.

Setiap organisasi perusahaan selalu menanggung risiko. Risiko bisnis, kecelakaan


kerja,bencana alam, perampokan, dan pencurian, kebangkrutan adalah beberapa contoh
dari risikoyang lazim terjadi di berbagai perusahaan. Maka dari itu kita harus membahas
lebih dalammengetahui dan memahami tentang manajemen risiko operasional

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi dari risiko operasioanl?
2. Apa saja kegagalan dalam proses internal?
3. Apa risiko kegagalan mengelola manusia?
4. Apa saja risiko dalam sistem?
5. Apa itu risiko eksternal?
6. Bagimana mengukur risiko operasional?
7. Bagaimana menghitung kerugian yang diharapkan?
8. Bagaimana perubahan karakteristik risiko operasional?
C. TUJUAN
1. Mengetahui definisi risiko operasional
2. Mengetahui kegagalan dalam proses internal
3. Mengetahui risiko kegagalan mengelola manusia
4. Mengetahui risiko dalam sistem
5. Mengetahui risiko eksternal
6. Mengetahui cara mengukur risiko operasional
7. Mengetahui cara menghitung kerugian yang diharapkan
8. Mengetahui perubahan karakteristik risiko operasional
BAB II

ISI

A. DEFINISI RISIKO OPERASIONAL

Risiko operasional merupakan tipe risiko yang paling ‘tua’, tetapi paling sedikit
dipahami dibandingkan dengan tipe risiko lainnya (misal risiko pasar atau tingkat bunga).
Perusahaan sudah mengenal rrisiko operasional meskipun dengan nama yang berbeda.
Sebagai contoh, perusahaan sudah lama mengenali kemungkinan kesalahan pencatatan,
sistem pengawasan internal yang kurang memadai, kegagalan sistem computer, serangan
virus, kecelakaan kerja, serangan bom oleh teroris, dan lainnya. Risiko-risiko tersebut
merupakan contoh risiko operasional. Risiko-risiko tersebut merupakan risiko yang
‘inherent’, yaitu risiko yang muncul karena perusahaan menjalankan bisnisnya. Perusahaan
sudah lama menyadari risiko tersebut dan mengantisipasinya, meskipun tidak dengan nama
manajemen risiko. Sebagai contoh, perusahaan selalu berusaha memperbaiki sistem, prosedur
atau proses bisnis melalui manajemen kualitas; perusahaan memberikan training kepada
karyawannya agar mereka semakin terlatih dan semakin sedikit membuat kesalahan. Dalam
konteks manajemen risiko, upaya tersebut bisa dipandang sebagai upaya untuk mengelola
atau menurunkan risiko operasional.

Basel II (lembaga yang mengatur perbankan internasional) mendefinisikan risiko


operasional sebagai risiko yang timbul karena kegagalan dari proses internal, manusia,
sistem, atau dari kejadian eksternal. Nampak bahwa definisi tersebut mencakup hal yang
sangat luas. Tetapi pengelompokan semacam itu bermanfaat karena bisa memberikan
pengetahuan mengenai sumber-sumber dari risiko operasional.

B. KEGAGALAN PROSES INTERNAL

Risiko kegagalan proses internal merupakan risiko yang berkaitan dengan kegagalan
proses atau prosedur internal organisasi. Beberapa contoh risiko tersebut adalah:

 Risiko yang diakibatkan kurang lengkapnya dokumentasi, atau dokumentasi


yang salah.
 Kesalahan transaksi (lihat ilustrasi kesalahan trading pada USB Warbug di
muka).
 Pengawasan yang kurang memadai (lihat diskusi mengenai Baring Bank di
bawah ini).
 Pelaporan yang kurang memadai sehingga kepatuhan terhadap peraturan
internal dan eksternal tidak terpenuhi.
Baring Bank merupakan contoh yang menarik sebagai ilustrasi bagaimana kegagalan
mengelola risiko operasional akan mempunyai akibat yang serius terhadap organisasi. Kisah
Baring Bank tersebut menjadi cerita klasik yang selalu dibicarakan di kelas manajemen
risiko. Esalahan Baring Bank adalah terlalu mempercayai salah seorang trader mereka yaitu
Nick Leeson. Nick Leeson bisa mengerjakan dua fungsi sekaligus yaitu fungsi front office
(sebagai trader) dan fungsi back office (melakukan pencatatan atas transaksinya). Ketika dia
memperoleh keuntungan, dia akan mecatatkan keuntungan tersebut. Tetapi ketika ia
mengalami kerugian dari perdagangannya, ia tentu saja tidak akan mencatat kerugiannya.
Akibat kerugia dari trading-nya tidak terawasi oleh bank, sampai akhirnya kerugiannya
mencapai sekitar $1,3 miliar. Dengan kerugian sebesar it, praktis modal bank akan habis
untuk menutup kerugian tersebut. Bank sudah bangkrut dalam situasi tersebut. Karena ia
melalukan perdagangan atas nama Bank, maka Bank yang harus menanggung akibatnya.
Kenapa dia begitu dipercaya? Salah satu kemungkinannya adalah karena dia ‘star trader’.
Pada tahun tertentu, dia bisa memberikan keuntungan dari perdagangannya mencapai sekitar
25% dari total keuntungan Baring Bank. Dengan situasi semacam itu banyak yang
menganggap bahwa dia adalah pahlawan yang penuh keberuntungan, dan melupakan risiko
atau kemungkinan kerugian dari transaksi perdagangannya, yang mempunyai risiko yang
sangat tinggi/

C. RISIKO KEGAGALAN MENGELOLA MANUSIA (KARYAWAN)

Karyawan merupakan asset penting bagi perusahaan, tetapi juga merupakan sumber
risiko operasional bagi perusahaan. Risiko dari karyawan tersebut akan terjadi baik secara
sengaja maupun tidak sengaja. Contoh transaksi yang salah di bank UBS Warbug
merupakan contoh kesalahan yang tidak disengaja. Contoh kesalahan yang disengaja adalah
penggelapan kas perusahaan, atau kasus pembobolan bank yang dilakukan dengan
melibatkan karyawan internal. Risiko mansuia tersebut mencakup semua elemen organisasi.
Sebagai contoh, risiko kesalahan transaksi mencakup wilayah operasional, sistem,
pengawasan, lainnya. Risiko penggelapan uang perusahaan setidaknya mencakup wilayah
sistem pengawasan (dapeertemen akuntansi), prosedur operasional, kualifikasi karyawan
yang kurang (moral yang tidak baik).

Beberapa contoh risiko operasional yang berkaitan atau bersumber dari manusia
adalah:

 Kecelakaan kerja, khususnya kecelakaan kerja karena kecerobohan atau


kurang pengalaman dari karyawan.
 Terlalu tergantung pada karyawan kunci tertentu, sehingga jika karyawan
tersebut meninggal atau berpindah kerja, perusahaan menghadapi masalah.
 Integritas karyawan yang kurang, sehingga kakryawan tersebut bisa
menggelapkan uang perusahaan, atau melakukan aktivitas yang berada di luar
wilayah otoritasnya.
Risiko manusia tersebut mengharuskan perusahaan untuk mempunyai karyawan
yang mempunyai kualifikasi, pengalaman, dan integritas yang diperlukan.

D. RISIKO SISTEM

Sistem teknologi bisa memberikan kontribusi yang signifikan bagi organisasi, di lain
pihak, sistem tersebut akan memunculkan risiko baru bagi organisasi. Jika perusahaan terlalu
tergantung pada sistem computer, misal, maka risiko yang berkaitan dengan kerusakan
computer akan semakin tinggi. Beberapa risiko yang muncul berkaitan dengan sistem adalah:

 Kerusakan data.
 Kesalahan pemrograman.
 Sistem keamanan yang kurang baik (misal, bisa dimasuki oleh hacker).
 Penggunaan teknologi yang belum teruji.
 Terlalu mengandalkan model tertentu untuk keputusan bisnis.

Sebagai contoh, pada waktu The Long Term Capital mengalami kehancuran karena
mempunyai posisi yang sangat besar pada Rubel Rusia. Model matematis mereka
memprediksi probabilitas kejadian semacam itu adalah 0,000001. Tetapi kejadian tersebut
tetap terjadi, sehingga mengejutkan mereka.

E. RISIKO EKSTERNAL

Risiko eksternal berkaitan dengan kejadian yang bersumber dari luar organisasi, dan
di luar pengendalian organisasi. Kejadian semacam itu biasanya jarang terjadi, tetapi
mempunyai dampak yang cukup besar (frekuensi rendah/severity tinggi). Beberapa contoh
risiko eksternal adalah perampokan, serangan teroris, bencana alam.

F. PENGUKURAN RISIKO OPERASIONAL

Salah satu teknik untuk mengukur risiko operasional adalah dengan menggunakan
dua klasifikasi berikut ini:

1. Frekuensi atau probabilitas terjadinya risiko.


2. Tingkat keseriusan kerugian atau impact dari risiko tersebut.

Dengan menggunakan dua dimensi tersebut, kita bisa membuat matriks


frekuensi/tingkat keseriusan untuk risiko-risiko yang ada, termasuk risiko operasional.
Berikut contoh aplikasi matriks tersebut untuk risiko gagal bayar (default) dan kesalahan
pemrosesan transaksi.

Di bawah ini menunjukkan matriks dengan dimensi frekuensi di sumbu horizontal


dan dimensi severity pada sumbu vertical. Risiko-tisiko bisa dikalsifikasikan berdasarkan
dimensi-dimensi tersebut. Sebagai contoh, risiko gagal bayar dari debitur perusahaan
biasanya jarang terjadi. Karena itu risiko tersebut diklasifikasikan sebagai risiko dengan
frekuensi rendah. Tetapi jika terjadi, kerugian yang timbul bisa sangat besar. Karena itu
risiko tersebut diklasifikasikan dengan severity tinggi. Gabungan antara frekuensi rendah
dengan severity tinggi terlihat pada titik C pada bagan di atas. Sebaliknya, kesalahan
pemrosesan atau kesalahan pencatatan transaksi akan sering terjadi (apalagi jika proses
pencatatan masih secara manual). Tetapi tingkat severity dari kesalahan tersebut tidak terlalu
tinggi. Karena itu risiko kesalahan pemrosesan berada pada titik A. dengan proses semacam
itu, kita bisa memperoleh gambaran mengenai frekuensi dan severity dari suatu risiko, yang
selanjutnya mempunyai implikasi pada bagaimana mengelola risiko tersebut. Sebagai
contoh, berikut ini strategi menghadapi risiko berdasarkan matriks severity
(signifinance)/frekuensi (likelihood).

Perhatikan bahwa matriks likelihood (frekuensi) dan signifikan (severiry)


dikelompokkan ke dalam empat kuadran, yaitu:

1. Signifikansi (severity) rendah dan likelihood (frekuensi) rendah


2. Signifikansi (severity) tinggi dan likelihood (frekuensi) rendah
3. Signifikansi (severity) rendah dan likelihood (frekuensi) tinggi
4. Signifikansi (severity) tinggi dan likelihood (frekuensi) tinggi

Penentuan tinggi rendah severity atau frekuensi bisa dilakukan melalui berbagai
cara. Sebagai contoh, severity atau frekuensi yang lebih besar dibandingkan median atau
rata-rata dari risiko yang ada (dalam daftar) dikelompokkan ke dalam severity atau
frekuensi tinggi, dan sebaliknya. Penentuan tinggi rendah tersebut bisa dilakukan melalui
perhitungan angka absolut atau bisa melalui survey terhadap manajer-manajer
perusahaan. Sebagai contoh lihat tabel dibawah ini.
Melalui pertanyaan-pertanyaan seperti itu teridentifikasi letak masing-masing
risiko berdasarkan dimensi signifikansi dan kemungkinan. Selanjutnya, strategi bisa
dirumuskan untuk mengelola risiko tersebut.

1. Signifikansi (Severity) rendan dan likelihood (frekuensi) rendah: low control

Perudahaan bisa menerapkan pengawasan yang rendah terhadap risiko pada


kategori ini. Pengawasan yang terlalu berlebihan pada jenis isiko ini menimbulkan biaya
yang lebih besar dibandingkan manfaatnya, sehingga akan lebih optimal jika bank tidak
perlu melakukan pengawasan yang berlebihan.

2. Signifkansi (severity) tinggi dan likelihood (frekuensi) rendah: detect and


monitor

Tipe risiko ini lebih menantang untuk dihadapi. Jika risiko seperti ini muncul,
perusahaan bisa mengalami kerugian yang cukup besar, dan barangkali bisa
mengakibatkan kebangkrutan. Tetapi frekuensi risiko tersebut relative jarang, sehingga
tidak mudah ditemui atau dikenali olej bank. Karena itu, risiko tipe ini sulit dipahami
karakteristiknya, dan sulit diprediksi kapan datangnya. Sebagai contoh, Baring gagal
melakukan pengawasan terhadap trading yang diluar batas oleh salah seorang trader-nya,
kemudian terjadi kerugian yang mengakibatkan kebangkrutan bank tersebut. Frekuensi
risiko semacam itu relative jarang ditemui.

3. Signifikasi (severity) rendah dan likelihood (frekuensi) tinggi: monitor

Tipe risiko semacam ini sering muncul tetapi besarnnya kerugian relatif kecil.
Biasanya risiko semacam ini muncul sebagai akibat perusahaan menjalankan bisnisnya.
Dengan kata lain, semacam ini merupakan konsekuensi perusahaan menjalankan
bisnisnya. Sebagai contoh, untuk perusahaan supermarket, ada risiko shoplifting
(Pencurian oleh nasabah), pencurian oleh karyawan, barang dagangan rusak karena busuk
atau karena botol pecah. Risiko semacam itu lebih mudah dikenal, dan perushaan bisa
memasukkannya ke dalam komponen harga. Kebanyakan perusahaan biaya seperti itu ke
dalam struktur harga mereka. Perusahaan bisa memonitor risiko-risiko tersebut untuk
memastikan bahwa risiko tersebut masih berada pada wilayah normal.

4. Signifikasi (severity) tinggi dan likelihood (frekuensi) tinggi: prevent at


spurce

Tipe risiko ini praktis tidak relevan lagi dibicarakan, karena jika situasi semacam
ini terjadi, berarti perusahaan tidak lagi bisa mengendalikan risiko, dan bisa berakibat
pada kebangrutan. Sebagai contoh, jika suatau perusahaan tidak bisa mengendalikan
risiko penggelapan uang dalam jumlah besar oleh karyawannya (tipe risiko ini berada
dalam kuadran frekuensi rendah/signifikansi tinggi), maka ada kemungkinan risiko ini
berubah menuju kuadran frekuensi tnggi/signifikansi tinggi. Jika hal tersebut terjadi,
maka perusahaan praktis akan bangkrut dalam waktu singkat. Dengan pespektif semacam
itu, maka tugas manajemen risiko adalah mencegah migrasinya risiko-risiko yang ada ke
dalam kuadran frekuensi tinggi/signifikansi tinggi.

Strategi untuk menghadapi risiko untuk wilayah-wilayah tersebut adalah seperti


berikut ini.

Wilayah 1. Severity tinggi dan frekuensi tinggi: immediate action

Untuk wilayah ini, perusahaan harus melakukan penanganan yang


agresif dan segera (immediate action).

Wilayah 2. Severity tinggi dan frekuensi agak tinggi: mmediate action


Untuk wilayah ini, perusahaan harus segera mengawasi risiko ini
(immediate action).

Wilayah 3. Severity agak tinggi dan frekuensi agak tinggi: periodic attention

Untuk wilayah ini, perusahaan bisa melakukan pengawasan secara


berkala (periodic attention.

Wilayah 4. Severity rendah dan frekuensi rendah: annual evaluation

Untuk wilayah ini, perusahaan bisa lebih longgar, yaitu melakukan


pengawasan dengan jangka waktu panjang, misal tahunan.

Aspek dinamika risiko juga perlu diperhatikan. Risiko bisa berubah dari wilayah 4
ke wilayah lainnya, misal ke wilayah 2. Sebagai contoh, risiko tuntutan hokum
barangkali tidak begitu kelihatan di masa lalu. Tetapi dengan semakin sadarnya
masyarakat akan hak dan kewajibannya, risiko tersebut bisa berubah menjadi semakin
penting.

G. MENGHITUNG KERUGIAN YANG DIHARAPKAN


a. Perhitungan Langsung

Kerugian yang diharapkan = Frekuensi (probabilitas) x severity (besarnya kerugian)

Misalkan kita mengumpulkan data historis untuk melihat kecelakaan kerja.


Berikut ini data bulanan selama 12 bulan.
Nilai kerugian yang diharapkan = (frekuensi) x (severity)

= 5,25 x Rp.2,4 juta = Rp.12,6 juta

Frekuensi yang diperkirakan menggunakan nilai rata-rata dari frekuensi


kecelakaan setiap bulannya yaitu 5,25 kali. Severity per kejadian menggunakan nilai
kerugian per peristiwa yaitu sekitar Rp.2,4 juta.

b. Pendekatan Simulasi

Kerugian yang diharapkan adalah hasil perkalian antara probabilitas (frekuensi)


dengan severity. Kita bisa melakukan simulasi dengan menggunakan kerangka tersebut.
Misalkan setelah kita mengevaluasi frekuensi munculnya kejadian yang merugikan, kita
menyimpulkan bahwa distribusi Poisson bisa menjelaskan frekuensi munculnya kejadian
yang merugikan, dengan nilai yang diharapkan adalah 5 kali terjadinya peristiwa tersebut
tiap bulannya. Periode yang kita evaluasi adalah bulanan ( dengan denikian rata-rata ada
5 kali kerugian setiap bulannya). Kita juga melakukan evaluasi untuk serevity kerugian
dan menyimpulkan bahwa distribusi normal bisa menjelaskan serevity kerugian masa
lalu. Misalkan kerugian rata-rata peristiwa kerugian adalah Rp.15 juta dengan standar
deviasi Rp.2 juta. Biasanya distribusi logonormal yang biasa digunakan untuk
menggambarkan serevity kerugian.
Langkah-langkah simulasi:

 Menghasilkan angka random untuk frekuensi munculnya kerugian dengan


menggunakan distribusi Poisson dengan nilai yang diharapkan adalah 5 (lihat
table 2).
 Menghasilkan angka random untuk severity kerugian dengan menggunakan
distribusi normal.
 Mengalikan frekuensi dengan severity untuk menghasilkan total kerugian yang
diharapkan pada periode tertentu (bulanan dalam hal ini).
 Mengulangi langkah 1 sampai 3 beberapa kali (missal 100 kali, atau 1000 kali).
H. PERUBAHAN KARAKTERISTIK RISIKO OPERASIONAL
a. Globalisasi

Globalisasi keuangan di dunia didorong oleh liberalisasi ekonomi dunia. Liberalisasi


berarti penghilangan pembatasan-pembatasan aliran modal. Sebagai contoh, Indonesia
melakukan liberalisasi di pasar modal sejak tahun 1989, ketika investor asing bisa
membeli saham di pasar modal sampai maksimal 49% dari jumlah saham yang beredar.
Pada tahun 1997, liberalisasi tersebut dilanjutkan lebih jauh dengan membolehkan
investor asing membeli saham di Bursa Efek Jakarta sampai dengan 100%. Efek
liberalisasi seperti itu mendorong globalisasi ekonomi dan keuangan dunia. Kejadian
penting di suatu Negara akan dengan cepat mempengaruhi Negara lainnya.

b. Otomatisasi

Dengan semakin berkembangnya teknologi komputer, perusahaan semakin lama


semakin mengandalkan teknologi komputer untuk melakukan banyak hal, termasuk
mengotomatisasi transaksi. Sebagai contoh, perusahaan menggunakan computer untuk
mencatat transaksi (tidak banyak menggunakan tenaga manusia untuk mencatat
transaksi); bank menggunakan ATM sehingga nasabah bank bisa berinteraksi praktis 24
jam satu hari.
c. Terlalu Mengandalkan Teknologi

Kemajuan teknologi memungkinkan organisasi melakukan banyak hal, seperti


membuat basis data, membantu perhitungan harga instrument keuangan. Disatu sisi,
teknologi semacam itu bisa membantu proses bisnis menjadi lebih cepat dan handal.
Tetapi di lain pihak risiko tersebut dapat memunculkan risiko baru.

d. Outsourcing

Outsourcing merupakan tren isnis akhir-akhir ini. Outsourcing berrarti menggunakan


jasa pihak luar untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaan perusahaan. Sebagai contoh,
perusahaan menggunakan program computer yang dibuat oleh perusahaan lain.
Otsourcing dilakukan dengan pertimbangan efisiensi. Jmelakukan pekerjaan sendiri,
karena suatu hal (missal keahlian yang tidak ada atau skala ekonomi yang kurang), bagi
perusahaan akan lebih menguntungkan jika menggunakan jasa dari pihak luar untuk
pekerjaan tertentu. Tetapi outsourcing dapat memunculkan risiko baru.

e. Perubahan Budaya Masyarakat

Masyarakat semakin lama semakin pandai, semakin sadar akan hak dan
kewajibannya. Kesadaran macam ini cenderung meningkatkan risiko litigasi, dimana
masyarakat akan berusaha menuntut perusahaan jika dia merasa dirugikan, jika
perusahaan tidak berhati-hati, perusahaan bisa kena gugatan semacam itu, dan jika kalah,
kerugian yang dialami perusahaan bisa cukup signifikan. Perubahan budaya masyarakat
tersebut bisa meningkatkan risiko gugatan hukum.

I. EVALUASI DIRI UNTUK MENGUKUR RISIKO OPERASIONAL

Evaluasi diri bisa dilakukan oleh anggot orgnisasi untuk melihat seberapa besar risiko
opersional yang dihadapi oleh organisasi.

J. STUDI KASUS
 Juni 1996 – Sumitomo (rugi $2.6 milyar). Seorang trader tembaga mengakumulasi
kerugian yang tak dilaporkan selama tiga tahun. Yasuo Hamanaka, dikenal sebagai “Mr
Five Percent,” setelah sebagian pasar tembaga dia kendalikan, dikirim ke penjara karena
manipulasi dan kejahatan Reputasi bank sangat hancur
 February 1995 – Barings (rugi $1.3 milyar). Nick Leeson, seorang trader derivatif,
mengakumuliasi kerugian tidak dilaporkan selama dua tahun. Barings bankrut
 September 1996 – Morgan Grenfell Asset Management (rugi $720 juta). Seorang fund
manager, Peter Young, melanggar kebijakan investasi yang menyebabkan kerugian besar.
Deutche Bank, pemilik MGAM, setuju untuk memberi kompensasi pada investor
 Sebagian besar dari kerugian tersebut disebabkan oleh trader yang tidak jujur, atau
pengendalian internal. Kegagalan ini merupakan gabungan antara risiko pasar dan risiko
operasional (kegagalan supervisi)

Kasus Melinda Dee (Citibank)

Kasus pembobolan dana nasbah Citibank senilai Rp40 miliar oleh Inong Malinda
alias Melinda Dee yang menjabat Relationship Manager Citigold di bank tersebut
merupakan salah satu kasus hukum paling banyak menyita perhatian masyarakat di tahun
2011. Guna meraih kepercayaan nasabah, wanita 47 tahun tersebut terlebih dahulu
memperlakukan mereka secara istimewa. Perlakuan ini tidak hanya diberikannya dalam
waktu singkat, tetapi hingga puluhan tahun sampai nasabah sangat percaya. Dari sini,
Melinda secara cermat menelisik pola transaksi nasabahnya, kemudian mengajukan
blanko kosong untuk ditanda tangani. Blanko inilah yang dia gunakanan untuk menarik
dana untuk ditransfer ke beberapa perusahaan miliknya. Melinda juga menggunakan surat
kuasa dari nasabah, sehingga nasabah seolah-olah datang ke bank untuk melakukan
transaksi.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Risiko operasional merupakan risiko yang paling tua, tetapi pemahaman terhadap
karakteristik risiko operasional belum semaju risiko lainnya. Pengukuran risiko operasional
bisa dilakukan dengan menggunakan matriks frekuensi/severity. Setelah risiko bisa dipetakan
dengan menggunakan matriks tersebut, alternatiff strategi untuk mengelola risiko tersebut
bisa dirumuskan. Alternatif pengukuran yang lain adalah dengan menghitung kerugian yang
diharapkan yang merupakan perkalian antara frekuensi dengan serevity. Karakteristik risiko
operasional bisa berubah tergantung beberapa hal, seperti penggunaan teknologi yang lebih
intensif menggantikan tenaga manual. Evaluasi diri bisa dilakukan untuk mengevaluasi risiko
operasional yang dihadapi perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, M. M. (2014). Risiko, Proses Manajemen Risiko dan Enterprise Risk


Management. EKMA4262/Modul 1.

Anda mungkin juga menyukai