Puji syukur kehadirat TuhanYang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori dan Elemen Permintaan
Pariwisata” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ekonomi Pariwisata Berkelanjutan. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Teori dan Elemen Permintaan Pariwisata bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini. Atas perhatiannya kami ucapkan Terimakasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.1 Konsep Permintaan Pariwisata....................................................................................................6
2.8 Implementasi Bauran Pemasaran Pariwisata Terhadap Keputusan Menginap Pada Hotel Inna
Grand Inna Bali Beach Sanur..........................................................................................................20
BAB III...............................................................................................................................................22
PENUTUP..........................................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................23
LAMPIRAN.......................................................................................................................................24
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai
salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli daerah, maka
program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi pariwisata daerah
diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi. Secara luas
pariwisata di pandang sebagai kegiatan yang mempunyai multidimensi dari rangkai an
suatu proses pembangunan. Hal tersebut sejalan dengan yang tercantum dalam Undang -
Undang Nomor 10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan yang menyatakan bahwa
Penyelenggaraan Kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan nasional
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, memperluas dan
memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah,
memperkenalkan dan mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata di Indonesia serta
memupuk rasa cinta tanah air dan mempererat persahabatan antar bangsa.
Kegiatan pariwisata menciptakan permintaan, baik konsumsi maupun investasi
yang pada gilirannya akan menimbulkan kegiatan produksi barang dan jasa. Selama
berwisata, wisatawan akan melakukan kegiatan berbelanja, sehingga secara langsung
menimbulkan permintaan (Tourism Final Demand) pasar barang dan jasa. Selanjutnya
Final Demand wisatawan secara tidak langsung menimbulkan permintaan akan barang
modal dan bahan baku (Investment Derived Demand) untuk berproduksi memenuhi
permintaan wisatawan akan barang dan jasa tersebut.
4
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi syarat tugas mata kuliah
Ekonomi Pariwisata Berkelanjutan dan membantu mahasiswa semakin mengerti dalam
memahami bagaimana konsep permintaan pariwisata, bagaimana teori permintaan
pariwisata, apa saja motivasi pariwisata, bagaimana proses pengambilan keputusan
pariwisata, bagaimana karakteristik psikografi wisatawan, apa saja bauran pemasaran
untuk jasa pariwisata, dan bagaimana segmentasi pasar pariwisata.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
3. Tidak ada permintaan (no demand) adalah mereka yang tidak ada minat dan tidak
mau mengadakan perjalanan wisata.
Disamping penggolongan jenis permintaan pariwisata diatas, dapat juga
dibedakan permintaan pariwisata lainnya yaitu :
1. Permintaan pariwisata pengganti (substitution demand), dimana hal ini dapat terjadi
karena terbatasnya penawaran di satu pihak dan terjadinya kelebihan penawaran
(excess of supply) di lain pihak.
2. Permintaan pariwisata yang dialihkan (redirection of demand), dimana hal ini dapat
terjadi karena perubahan permintaan secara geografis, misalnya perjalanan wisata ke
Singapura dialihkan ke Indonesia akibat penerbangan atau kamar hotel ke maupun di
Singapura sudah penuh.
10
2.4 Proses Pengambilan Keputusan Berwisata
Menurut Pitana dan Gayatri (2005:71) Sebelum melakukan perjalanan wisata, seorang
calon wisata terlebih dahulu melakukan sebuah proses mental, untuk sampai pada keputusan,
menyangkut kapan akan melakukan perjalanan, berapa lama, kemana, dengan cara
bagaimana, dan seterusnya. Proses pengambilan ini sangat penting artinya bagi pembangunan
pariwisata, terkait dengan berbagai fakta yang mempengaruhi keputusan, dan faktor-faktor ini
dapat di pengaruhi (diintervensi) dalam proses promosi (pemasaran wisata). Pemahaman
terhadap proses pengambilan keputusan ini disamping penting sebagai dasar promosi, juga
sangat penting didalam perencanaan produk dan penentuan segmentasi pasar atau target
pemasaran. Hal ini semakin penting di dalam situasi kompetisi yang semakin ketat, terutama
pada saat pasar mulai sangat tersegmentasi. Menurut Mathieson dan Wall (dalam Pitana dan
Gayatri, 2005:72), proses pengambilan keputusan seorang wisatawan melalui fase yang
sangat penting, yaitu :
11
4. Persiapan perjalanan dan pengalaman wisata. Wisatawan melakukan booking, dengan
segala persiapan pribadi, dan akhirnya perjalanan wisata dilakukan.
5. Evaluasi kepuasan perjalanan wisata. Selama perjalanan, tinggal di daerah tujuan
wisata, dan setelah kembali kenegara asal, wisatawan secara sadar maupun tidak
sadar, selalu melakukan evaluasi terhadap perjalanan wisatanya, yang akan
mempengaruhi keputusan perjalanan wisatanya di masa yang akan datang.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan wistawan menurut
Pitana dan Gayatri (2005:73), antara lain sebagai berikut :
1. Karakteristik wisatawan, baik karakteristik sosial, ekonomi (umur, pendidikan,
pendapatan, dan pengalaman sebelumnya), maupun karakteristik perilaku (seperti
motivasi, sikap, dan nilai yang dianut).
2. Kesadaran akan manfaat perjalanan, pengetahuan terhadap destinasi yang akan
dikunjungi, citra destinasi.
3. Gambaran perjalanan, yang meliputi jarak, lama tinggal di daerah tujuan wisata,
kendala waktu dan biaya, bayangan akan resiko ketidakpastian, dan tingkat
kepercayaan terhadap biro perjalanan wisata.
4. Keunggulan daerah tujuan wisata, yang meliputi jenis dan sifat atraksi yang
ditawarkan, kualitas layanan, lingkungan fisik dan sosial, situasi politik, aksesibilitas,
dan perilaku masyarakat lokal terhadap wisatawan. Yang juga sangat penting sebagai
salah satu atribut daerah tujuan wisata adalah citra (image) yang dimilki.
2.5 Karakteristik Psikografi Wisatawan
Karakteristik pengunjung dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu karakteristik sosial-
ekonomi dan karakteristik perjalanan wisata Smith (1989:13). Dalam hal ini karakteristik
pengunjung memberikan pengaruh yang tidak langsung terhadap pengembangan pariwisata.
Tidak dapat diterapkan secara langsung langkah-langkah yang harus dilakukan hanya dengan
melihat karakteristik pengunjung, melainkan perlu melihat keterkaitan dengan persepsi
pengunjung.
Pengunjung pada suatu objek wisata memiliki karakteristik dan pola kunjungan,
kebutuhan ataupun alasan melakukan kunjungan ke suatu objek wisata masing-masing
berbeda hal ini perlu menjadi pertimbangan bagi penyedia pariwisata sehingga dalam
menyediakan produk dapat sesuai dengan minat dan kebutuhan pengunjung.
Adapun karakteristik pengunjung meliputi:
1. Jenis kelamin yang dikelompokkan menjadi laki-laki dan perempuan
2. Usia adalah umur responden pada saat survei
12
3. Kota atau daerah asal adalah daerah tempat tinggal responden
4. Tingkat pendidikan responden
5. Status pekerjaan responden
6. Status perkawinan responden
7. Pendapatan perbulan responden
Gambaran mengenai wisatawan biasanya dibedakan berdasarkan karakteristik
perjalanannya (trip descriptor) dan karakteristik wisatawannya (tourist descriptor) (Seaton
dan Bennet, 1996) :
1. Trip Descriptor
2. Tourist Descriptor
1. Royal/gemar belanja
Turis Indonesia terkenal sangat royal mengeluarkan uang ketika berwisata. Kemana
pun dia pergi selalu menyempatkan belanja souvenir,oleh-oleh dan apa saja yang sekiranya
menarik bagi mereka. Berbeda dengan turist asing, ketika datang ke sebuah objek wisata.
Terlebih dahulu adalah menikmati suasana tempat barunya. Sambil jalan-jalan dan
mengabdikan melalui kamera maupun camrecordnya. Bahkan turis asing ini betah berlama-
lama berada ditempat wisata, sambil menggali informasi tentang sejarah objek wisata tersebut
kepada pemandu wisata. Baru setelah waktunya kembali ketempat asalnya ia akan membeli
beberapa oleh-oleh dan mengirimnya lewat paket dari pada ia bawa sendiri. Sehingga
disimpulkan turis asing lebih mengutamakan ke praktisan dan kenyamanan selama berwisata.
13
2. Senang tour rombongan
Turis lokal biasanya ketika berwisata memutuskan objek yang sudah populer dan banyak
dikunjungi. Misalnya candi,kebun binatang,pantai atau pemandian umum. Selain itu jarak
tempat wisata dan rumahnya tak begitu jauh. Karakter demikian dimasukka dalam kategori
turis konservatif. Dia menyukai tempat-tempat yang sudah mapan terkenal. Mereka kurang
suka hal-hal yang sifatnya baru dan belum ada rekomendasi dari pihak lain. Mereka tak
begitu suka hal-hal yang bersifat spekulatif.
Psikografi merupakan salah satu dasar untuk memprediksi preferensi, intensi dan perilaku
pengunjung dalam melakukan perjalanan yang banyak digunakan, pengembangan dari
beraneka ragam literatur sejak tahun 1980an yang melengkapi penggunaan kriteria
segmentasi seperti demografi dan geografi.
1. Mengembangkan suatu sistem komunikasi yang memadai, cocok dan terus menerus
dengan pasar-pasar wisata yang telah diseleksi.
2. Memupuk sadar wisata di kalangan masyarakat tertentu.
3. Mendatangkan kepuasan bagi wisatawan dalam batas sumber-sumber wisata yang
tersedia dan memungkinkan.
4. Mengkoordinasi berbagai upaya dengan maksud untuk memacu perkembangan sector
industri pariwisata.
5. Mendatangkan kepuasan bagi wisatawan dalam batas sumber-sumber wisata yang
tersedia dan memungkinkan.
14
Kotler dan Keller (2007) Menyatakan Dalam industri jasa pariwisata, bauran pemasaran
digunakan sebagai upaya untuk memuaskan konsumen dengan lebih menitikberatkan pada
kualitas obyek pariwisata yang dapat diukur dengan tujuh variable (7P) yaitu :
1. Produk (product)
Yoeti, (2005) menyatakan bahwa produk industri wisata adalah semua bentuk pelayanan
yang dinikmati wisatawan semenjak ia meninggalkan tempat dimana ia biasa berdiam,
selama berada di daerah tujuan wisata yang dikunjungi hingga ia kembali pulang ke tempat
asalnya semula. Wisatawan akan mungkin memberikan apresiasi yang tinggi dan bermakna
pada suatu tempat atau layanan tertentu jika terdapat kesan atau impresi yang sesuai dengan
harapannya. Produk pariwisata dikonsumsi sebagai sebuah pengalaman afektif yang berharga
dan menyenangkan berupa faktor yang berwujud dan atau tidak berwujud. Pengalaman
lainnya adalah berupa kognisi dalam bentuk pengetahuan dan informasi dari pengalaman
yang diperolehnya. Kunci sukses bagi sebuah perusahaan pada industri pariwisata adalah
tercapainya kesesuaian penawaran produk yang memenuhi kebutuhan wisatawan. Untuk
mencapai kunci sukses tersebut, perusahaan harus mampu mendefinisikan faktor keunikan
produk agar tidak mudah ditiru oleh pesaing dan jika memungkinkan dapat melebihi
pesaingnya.
2. Harga (price)
Harga adalah elemen dalam bauran pemasaran yang tidak saja menentukan profitabilitas
tetapi juga sebagai sinyal untuk mengkomunikasikan proposisi nilai suatu produk/destinasi
wisata. Pemasar produk wisata perlu memahami aspek psikologis dari informasi harga yang
meliputi Harga Referensi (Reference Price), Inferensi Kualitas berdasarkan Harga
(Pricequality Inferences), dan Petunjuk Harga (Price Cues).
3. Promosi (promotion)
Promosi atau juga dikenal dengan komunikasi pemasaran (marketing communications)
adalah berbagai cara untuk menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen –
secara langsung maupun tidak langsung – tentang suatu produk atau brand yang dijual.
Pemasaran pariwisata harus mempertimbangkan berbagai media dan cara baru untuk
berkomunikasi dengan wisatawan. Berbagai media tersedia dalam bauran komunikasi
pemasaran adalah :
a. Periklanan (Advertising) yaitu Segala bentuk presentasi dan promosi nonpersonal
yang dibayar tentang ide, barang, jasa, atau tempat oleh pemasang iklan (perusahaan,
pemerintah, organisasi) yang teridentifikasi dengan jelas.
15
b. Promosi Penjualan (Sales Promotions) yaitu Insentif jangka pendek untuk mendorong
uji coba (Trial) atau pembelian produk. Promosi Penjualan bisa berupa diskon atau
subsidi untuk memberikan insentif bagi para calon wisatawan untuk mengunjungi
destinasi baru.
c. Acara dan Pengalaman (Events and Experiences) yaitu penyelenggaraan aktivitas dan
program yang disponspori oleh perusahaan/destinasi untuk nonpersonal yang dibayar
tentang ide, barang, jasa, atau tempat oleh pemasang iklan (perusahaan, pemerintah,
organisasi) untuk menciptakan interaksi terus menerus atau spesial dengan suatu
brand.
d. Kehumasan dan publisitas (Public Relations and Publicity) – yaitu berbagai program
yang dirancang untuk mempromosikan atau melindungi citra perusahaan, destinasi,
atau daya tarik wisata tertentu.
e. Pemasaran Langsung (Direct Marketing) – yaitu penggunaan surat, telepon, facsimile,
atau media sosial yang dirancang untuk mengkomunikasikan secara langsung atau
memastikan respons dan dialog dari wisatawan atau calon wisatawan tertentu.
f. Pemasaran dari mulut-kemulut (Word-of-mouth Marketing) – yaitu komunikasi lisan
atau tertulis dari orang ke orang atau komunikasi elektronik yang berkaitan dengan
hasil atau pengalaman mengunjungi suatu destinasi wisata.
g. Penjualan secara personal (Personal Selling) – yaitu interaksi langsung dengan satu
atau lebih calon wisatawan prospektif untuk memberikan presentasi, menjawab
pertanyaan, atau menghasilkan penjualan.
4. Tempat (place)
Pemasaran pariwisata perlu memahami karakteristik pendistribusian produk wisata. Usaha
produk wisata bisa menyediakan produknya langsung kepada wisatawan (Direct
Distribution) atau melalui jasa perantara perdagangan produk wisata (Travel Trade), baik
secara online maupun offline. Pilihan lokasi adalah keputusan bisnis yang paling penting
untuk menjamin pelanggan mendapat produk dengan cepat. Lokasi terkait dimana perusahaan
harus memilih lokasi, bermarkas serta melakukan operasi. Saluran distribusi merupakan
organisasi – organisasi yang saling tergantung yang tercakup dalam proses yang membuat
produksi atau jasa menjadi tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi.
5. Orang (people)
Orang ( People ) ini berarti tenaga kerja atau Sumber Daya Manusia yang sangat penting
dalam menciptakan kepuasan pelanggan. Setelah wisatawan mengunjungi sebuah destinasi
wisata mereka disambut dan dilayani oleh manusia-manusia dan dalam interaksi ini mereka
16
memainkan peran penting sebagai sebuah entitas bauran pemasaran jasa pariwisata.Oleh
karena itu pengelolaan sumber daya manusia menjadi tantangan tersendiri dalam pemasaran
pariwisata. Serangkaian produk wisata yang dikemas dan dijual dengan menarik akan
membentuk pengalaman berwisata yang menarik bagi para wisatawan.
6. Proses (process)
Proses merupakan gabungan semua aktivitas yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu
prosedur, jadwal pekerjaan, mekanisme, aktivitas, ketepatan , kemampuan bekerja sama yang
baik sebagai tim dan hal-hal rutin dimana jasa dihasilkan dan disampaikan kepada konsumen.
Sebuah jasa dilakukan dan tidak diserahkan seperti dalam kasus barang diproduksi, dan
orang-orang membentuk bagian dari proses dan pengiriman dengan cara ramah, suka
menolong dan efisiensi. Tujuan strategi proses adalah menemukan suatu cara memproduksi
barang dan jasa yang mampu memenuhi persyaratan pelanggan dan spesifikasi produk
pariwisata yang berada dalam batasan biaya dan manajerial lain.
7. Bukti fisik (physical evidence)
Bukti fisik merupakan suatu hal yang secara langsung turut mempengaruhi keputusan
konsumen untuk membeli dan menggunakan produk jasa yang ditawarkan. Bukti fisik
(physical evidence) ini dapat berupa Keadaan atau kondisi pariwisata , Pelayanan
komunikasi, seperti penampilan brosur, dan kop surat, juga merupakan indikator penting dari
kualitas. Bukti fisik berupa bangunan fisik yang dirancang untuk usaha jasa harus menarik
untuk dilihat dan nyaman terlihat dari dari luar, kemudian tempat parkir yang luas, dekorasi
yang menarik dengan memperhatikan warna cat dan tembok yang bagus untuk suasana
berwisata. Peralatan tentu saja peralatan yang gunakan untuk proses wisata di dalam ruangan
adalah kursi malas, AC, tempat tidur, mini bar, dan sejenisnya. Dalam hal ini, keadaan atau
kondisi fisik seseorang penyedia jasa dituntut untuk berpenampilan yang menarik di dalam
situasi lingkungan tersebut. Kondisi seperti itu akan memberikan nilai tambah bagi para
wisatawan karena dapat menciptakan kesan yang menarik bagi wisatawan ataupun
pelanggan.
1. Segmentasi Geografi yaitu pasar dibagi berdasarkan tempat atau wilayah dapat berupa
suatu negara atau kawasan dimana keinginan dan kebutuhannya bervariasi berdasarkan
daerah, kota kepadatan penduduk dan iklim.
2. Segmentasi Demografi digunakan sebagai variabel-variabel untuk membagi pasar
yaitu: umur, jenis kelamin, ukuran keluarga, pendidikan, ras, penghasilan, agama dan
kebangsaan. Dengan begitu wisatawan dapat dikelompokkan misalnya menjadi:
wisatawan kelompok tua atau dewasa atau remaja atau muda, wisatawan pria atau
wanita, wisatawan berpendidikan tinggi atau menengah atau rendah.
3. Segmentasi Psikografis yaitu pasar dibagi berdasarkan kelompok sosial, karakteristik
kepribadian, dan cara hidup. Jadi dalam segmentasi Psikografi yang menjadi acuan
adalah konsep pribadi dan cara hidup wisatawan tersebut. Orang–orang dalam
kelompok demografik yang sama dapat dibagi dalam profil kelompok Psychographic
yang berbeda satu dengan yang lainnya. Kelompok social class pada dasarnya dibagi–
bagi dalam kelompok kaya atau berpenghasilan tinggi dan berpenghasilan rendah.
Sedangkan tata cara hidup (Llife Style) sering dijadikan alasan untuk memilih fasilitas
akomodasi. yang sesuai dengan kelas dan kedudukannya. Segmen life style ini
memberikan kesempatan pada pemasar untuk merencanakan target yang lebih akurat
dan mempersiapkan fasilitas yang istimewa yang diinginkan.
4. Segmentasi Perilaku yaitu Segmentasi yang membagi–bagi kelompok berdasarkan
pengetahuan (Knowledge), tingkah laku (Attitude) penggunaan atau respon terhadap
suatu produk pariwisata. Dalam segmen ini konsumen dibagi menjadi beberapa
segmen yaitu:
Kejadian. Pembeli dapat dibedakan menurut kejadian saat mereka
mengembangkan kebutuhan membeli suatu produk atau memakai suatu
produk.
Manfaat. Manfaat yang ingin diperoleh dari konsumen dari produk yang
dibeli berbedabeda. Dalam kaitanya dengan harga dan manfaat dapat dibagi
menjadi dua segmen, yaitu mereka yang menganggap harga bersaing sebagai
18
kepuasan yang dicari dan mereka yang lebih mengetengahkan kepuasan non
harga.
Status pemakaian. Segmen ini dapat dibagi atas bukan pemakai, bekas
pemakai dan pemakai teratur. Dari pembagian tersebut perusahaan dapat
menentukan kelompok yang harus diperhatikan.
Tahap kesiapan. Pasar terdiri dari orang-orang dengan kesiapan yang
berbeda-beda untuk membeli suatu produk. Beberapa orang tidak menyadari
keberadaan suatu produk, beberapa menyadari, beberapa orang menginginkan
produk yang bersangkutan, beberapa orang bermaksud untuk membeli.
Sikap. Beberapa kelompok dapat ditemukan dalam suatu pasar yaitu sikap
orang yang antusias, sikap yang positif, sikap yang acuh tak acuh, sikap yang
negatifdan sifat yang benci.
Menurut Suprapti (2010) untuk memperoleh manfaat yang maksimal dari satu atau
beberapa segmen pasar, sebuah segmen pasar harus memenuhi beberapa persyaratan
berikut :
a. Dapat diukur (Measurable), artinya besar dan daya beli sebuah segmen harus
dapat diukur dengan tingkat ukuran tertentu.
b. Dapat dijangkau (Accesable), artinya seberapa jauh segmen tersebut dapat
dijangkau dan dilayani dengan efektif.
c. Ukurannya cukup besar (Substantial), artinya sebuah segmen akan layak bila
ukurannya cukup besar atau cukup menguntungkan.
d. Dapat dibedakan (Differentiable), artinya segmen yang satu dapat dibedakan dari
yang lainnya dan setiap segmen memberi respon yang berbeda terhadap bauran
pemasaran.
19
e. Dapat dilaksanakan (Actionable), artinya seberapa jauh program yang efektif
dapat dirancang dan melayani segmen tersebut.
20
5. Orang/karyawan berpengaruh positif terhadap keputusan menginap wisatawan di
Hotel Inna Grand Bali Beach, yang artinya apabila karyawan memberikan servis yang
semakin baik maka keputusan wisatawan untuk menginap akan meningkat
6. Lingkungan fisik berpengaruh positif terhadap keputusan menginap wisatawan di
Hotel Inna Grand Bali Beach, yang artinya apabila lingkungan fisik semakin baik
maka keputusan wisatawan untuk menginap akan meningkat
7. Proses berpengaruh positif terhadap keputusan menginap wisatawan di Hotel Inna
Grand Bali Beach, yang artinya apabila proses yang dilakukan semakin efisien maka
keputusan wisatawan untuk menginap akan meningkat.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Permintaan pariwisata adalah jumlah total dari orang yang melakukan perjalanan
untuk menggunakan fasilitas dan pelayanan wisata di tempat yang jauh dari tempat
tinggal dan tempat kerja, dan semua itu harus di dasari oleh motivasi dalam diri kita untuk
melakukan perjalanan wisata Selain itu, kita harus bisa untuk bisa mengambil keputusan
dalam berwisata agar mendapatkan manfaat perjalanan dan pengetahuan terhadap
destinasi yang dikunjunginya. Pariwisata merupakan asset negara yang penting.
Permintaan pariwisata berpengaruh terhadap semua sektor perekonomian, perorangan
(individu), Usaha Kecil Menengah, perusahaan swasta, dan sektor pemerintah. Pariwisata
bisa menjadi industri yang memajukan Indonesia , membuka lapangan pekerjaan untuk
masyarakat setempat, menciptakan usaha baru yang di kelola oleh swasta dan juga
menjadi sebuah industri yang bisa menhasilkan omzet yang sangat menjanjikan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Bagus Rai Utama, I Gusti. 2014. Pengantar Industri Pariwisata “Tantangan dan Peluang
Bisnis Kreatif”. Yogyakarta : Deepublish
Buchari, Alma. 2007. Manajemen Penjualan dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta.
Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, M. (2017). Pemasaran Pariwisata . Yogyakarta : Andi.
Yoeti, Oka A. (2002). Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata. Jakarta: PT
Pradnya Paramita.
23
LAMPIRAN
24
25