Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL”

Diajukan sebagai Tugas Mata Kuliah Manajemen Risiko Perbankan Syariah

Dosen Pengampu: Nurlia, S.E.I., M.Sc., IBF.

Disusun Oleh Kelompok 5:

Lasmi Farasmitha 12007040

Muryani Evana 12007090

Wiwin Winarti 12007041

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT. karena atas taufik dan rahmat-Nya
kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat
serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW,
keluarga, sahabat, serta semua umatnya hingga kini. Dan semoga kita termasuk dari golongan
yang kelak mendapatkan syafa’atnya.

Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya makalah ini.
Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu
rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman.
Demikian yang dapat kami sampaikan.
Wassalamu’alaikum wr.wb.

Pontianak, 10 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan Masalah ............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

2.1 Risiko Operasional ......................................................................................... 3


A. Pengertian Risiko Operasional ................................................................. 3
B. Identifikasi Risiko Operasional................................................................ 5
C. Evaluasi Risiko Operasional .................................................................... 7
D. Pengukuran Risiko Operasional (BOPO) ................................................ 9
2.2 Manajemen Risiko Operasional ..................................................................... 9

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 11

3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 11

3.2 Saran ............................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajemen risiko adalah pelaksanaan fungsi manajemen dalam penanggulangan
risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh organisasi, perusahaan, keluarga, dan
masyarakat. Jadi mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir, menyususun,
memimpin/mengkoordinir dan mengawasi program penanggulangan risiko. Manajemen
risiko adalah seperangkat kebijakan, prosedur yang lengkap yang dimiliki organisasi
untuk mengelola, memonitor dan mengendalikan risiko yang mungkin muncul. Sistem
manajemen risiko tidak hanya mengidentifikasi tapi juga harus menghitung risiko dan
pengaruhnya terhadap proyek, hasilnya adalah apakah risiko itu dapat diterima atau
tidak.1
Risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang
tidak diinginkan, atau tidak terduga. Dengan kata lain “kemungkinan” itu sudah
menunjukkan adanya ketidakpastian. Ketidakpastian itu merupakan kondisi yang
menyebabkan tumbuhnya risiko. Kondisi yang tidak pasti itu timbul karena berbagai
sebab, yaitu:
a. Jarak waktu dimulai perencanaan atas kegiatan sampai kegiatan itu berakhir.
Makin panjang jarak waktu makin besar ketidakpastiannya,
b. Keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan,
c. Keterbatasan pengetahuan atau keterampilan/teknik pengambilan keputusan, dan
sebagainya.2
Risiko adalah suatu bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi
menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai permasalahan yang ada dengan
menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara komprehensif dan sistematis.3
Perusahaan perlu mengantisipasi adanya risiko operasional yaitu, risiko proses, risiko
sumber daya manusia, risiko sistem, dan eksternal. Tujuan perusahaan melakukan proses
manajemen risiko agar perusahaan semakin sadar dan siap untuk menghadapi
kemungkinan terjadinnya risiko. Risiko operasional merupakan risiko yang umumnya
bersumber dari masalah internal perusahaan, risiko ini terjadi disebabkan oleh lemahnya

1
Viethzal Rivai, dan Rifki Ismal, “Islamic Risk Management for Islamic Bank”, (Jakarta : Gramedia, 2013), 19.
2
Herman Darmawi, “Manajemen Risiko”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 21.
3
Fachmi Basyaib, “Manajemen Risiko”, ( Jakarta : PT.Grasindo, 2007), 1.

1
sistem control manajemen (management control system) yang dilakukan oleh pihak
internal perusahaan. Risiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang
dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran suatu perusahaan. Oleh sebab itu risiko
perlu diantisipasi karena risiko mengandung biaya yang tidak sedikit. Upaya yang
dilakukan perusahaan untuk menghindari adanya risiko yang terjadi yaitu, perlu
melakukan pengukuran, analisis dan pengendalian agar risiko dalam perusahaan dapat
dihindari. Maka dari itu dalam makalah ini kami akan menjelaskan bagaimana
manajemen risiko operasional.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini sebagai berikut :
1.) Bagaimana dengan risiko operasional pada bank syariah?
2.) Bagimana dengan manajemen risiko operasional pada bank syariah?

1.3 Tujuan Masalah


Adapun tujuan dari rumusan masalah diatas sebagai berikut :
1) Untuk menjelaskan tentang risiko operasional pada bank syariah.
2) Untuk menjelaskan tentang manajemen risiko operasional pada bank syariah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Risiko Operasional


A. Pengertian Risiko Operasional
Menurut (Tawan, 2006) Risiko Operasional adalah risiko yang antara lain
disebabkan adanya ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal,
kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya masalah eksternal yang
memperngaruhi operasional bank. Dalam berbagai pada kegiatan yang telah dilakukan
oleh lembaga keuangan bank syariah nantinya pasti akan berhubungan dengan risiko
operasional. Risiko operasional dapat menimbulkan kerugian keuangan secara
langsung maupun tidak langsung dan menimbulkan potensi kesempatan yang hilang
untuk memperoleh keuntungan.Apabila dalam suatu lembaga berhasil dalam
mengelola risiko operasional maka pasti akan memberi dampak positif pada naiknya
kualitas yang didapatkan dari lembaga tersebut. 4 Pada saat ini risiko operasional ini
semakin banyak ditemukan seiring munculnya beberapa kasus pada lembaga
keuangan. diantaranya:
1. Meningkatnya kesadaran serta perhatian pada kepala unit kerja terhadap
isu risiko operasional.
2. Mengembangnya beberapa pendekatan untuk mengelola risiko
operasional.
3. Besarnya perhatian bank yang mengarah pada kemampuan mengelola
profil risiko bank sebagai peningkatan daya saing.
4. Menekan regulasi supaya lembaga bisa megalokasikan sebagian modal
guna menutup kerugian karena risiko operasional.
Pada operasional yang berisiko di perbankan syariah menjadi perhatian utama
dari setiap lembaga penyebabnya karena beberapa hal, yaitu sebagai berikut:
1. Sering menerapkan progam alih daya/Outsourcing. Dengan ini bisa
mengurangi risiko pembiayaan serta pasar, selain itu bisa meningkatkan
kemungkinan kerugian risiko operasional.
2. Berlangsungya proses deregulasi serta globalisasi. Meskipun dengan
adanya globalisasi mempunyai manfaat bagi semua aspek namun bisa
juga menambah kompleksitas dari operasional bank.
4
Ikatan Bankir Indonesia, “Manajemen Risiko”, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2015), 13.

3
3. Peraturan/regulasi dalam perbankan yang semakin ketat, aktivitas akuisisi,
merger dan lain sebagainya yang memerlukan sistem terintegrasi yang
baru, yang prosesnya semakin rumit, serta kebutuhan akan SDM yang
berkualitas.
4. Dengan adanya E-Commerce banyak sekali ragam inovasi teknologi yang
semakin berkembang akan menguji kemampuan sistem yang terintregasi.
5. Rentan dengan adanya potensi serangan teroris, hacker, serta bencana
alam.

Dalam risiko operasional terdapat beberapa klasifikasi / kategori risiko operasional


diantaranya yaitu sebagai berikut:5

1. Risiko proses internal yang disebabkan kegagalan dari proses maupun


prosedur. Misalnya: kelalaian dalam pemasaran, pensusian uang, kesalahan
transaksi, dokumentasi tidak lengkat, kesalahan dalam memasarkan produk,
pengendalian risiko yang kurang memadai.
2. Risiko Manusia
Misalnya: Fraud internal, kurang berkualitas dalam pelatihan, terlalu
bergantung pada karyawan tertentu, pergantian karyawan yang tinggi,
3. Risiko sistem yang disebabkan adanya penggunaan teknologi serta sistem.
Misalnya: kesalahan dalam menginput data, kesalahan pada saat pemograman,
permasalahan keamanan sistem serta teknologi.
4. Risiko eksternal
Misalnya: bencana alam, kebakaran, perampokan serta tindakan kriminal
lainnya, pemadaman listrik PLN, Fraud eksternal. Dengan timbulnya risiko
operasional ini pasti adanya penyebab-penyebabnya.

Adapun risiko operasional bisa menyebabkan bank merugi yang penyebabnya oleh
beberapa faktor yaitu sebagai berikut:

1. Kegagalan pada proses internal.


Contoh dari adanya kegagalan pada proses internal yaitu adanya pembobolan
bank yang menggunakan cara mengajukan pembiayaan dengan agunan
dokumen palsu. Proses pencairan dana dinilai tidak sesuai pada prosedur pada

5
Irham Fahmi, “Manajemen Risiko”, (Bandung: Alfabeta, 2014), 89.

4
operasional bank, petunjuk pelaksanaan bisnis ritel, serta prinsip kehati-hatian
perbankan.
2. Disebabkan factor manusia
Risiko operasional yang disebabkan karena oleh peraturan serta manajemen
yang tidak memadai bisa pula faktor manusia, misalnya terjadinya
pembobolan yang dimelibatkan karyawan bank dengan menajukan
pembiayaan fiktif.
3. Kegagalan sistem
Risiko utama pada operasional disebebkan kebergantungan bank terhadap
teknologi yang semakin meningkat. Penyebab umum dalam masalah
operasional bank yaitu pada kerusakan data bank baik disengaja maupun tidak.
4. Kejadian eksternal
Faktor eksternal yang menyebabkan terjadinya risiko operasional bisa timbul
karena berbagai aspek yang tak terkendalikan oleh perusahaan seperti bencana
alam, kebakaran, atau lainnya.

B. Identifikasi Risiko Operasional


Pada umumnya risiko operasional terdapat dua kelompok yaitu risiko operasional
yang berdasarkan faktor penyebab terjadinya risiko dan berdasarkan frekuensi
dampak terjadinya risiko. Pada faktor yang menyebabkan terjadinya risiko terdapat
dua hal yaitu faktor internal serta faktor eksternal.
Dua hal pada risiko operasional yang disebabkan oleh fator sumberdaya manusia
bisa terjadi karena, yaitu faktor kesalahan dari manusia itu sendiri (human error) dan
juga disebabkan karena kesengajaan atau pelanggaran dari manusia itu sendiri (human
fraud). Faktor manusia terberat yaitu ketika risiko yang ditimbulkan oleh pelanggaran
manusia itu sendiri yang memang disengaja. Pada risiko ini bukan disebabkan
kelalaian dari manusia melainkan memang kesengajaan dalam niat melakukan tindak
pelanggaran . kasus pelanggaran ini bisa terjadi kedalam bentuk fiktif, manipulasi
laporan keuangan, penggelapan dana serta masih banyak lainnya. Hal ini bisa timbul
karena pengawasan internal yang melemah.6

6
Bambang, “Manajemem Risiko Perbankan Syariah di Indonesia”, 176.

5
Pada faktor eksternal yang bisa menyebabkan timbulnya risiko operasional ini
antara lain tindakan hacker yang merusak sistem teknologi informasi bank, adanya
perubahan regulasi, serta masih banyak lainnya.
Pengelompokan berdasarkan frekuensi dan dampak terjadinya risiko pada risiko
operasional diantaranya sebagai berikut:
1) Low frequency/ low impact
Frekuensinya sering terjadi akan tetapi dampak yang ditimbulkan kecil
misalnya pada kesalahan dalam menulis isian pada slip transaksi. Risiko ini
bisa diprediksi kemungkinan terjadinya dan kemungkinan untuk dicegah
dengan baik.
2) Low frequency/ high impact
Risiko yang frekuensi terjadinya rendah akan tetapi bisa mengakibatkan
timbunya risiko yang besar seperti force majeur. Akantetapi risiko ini bisa
diatasi salah satunya yaitu dengan cara membagi atau mentransfer risiko
tersebut dengan perusahaan asuransi.
3) High frequency/ low impact
Dalam hal ini efisiensi bisnis dapt ditingkatkan. Banyak produk keuangan
akan memasukkan factor risiko ini ke dalam struktur harga mereka.
4) High frequency/ high impact
Yang mana pada risiko ini dengan frekuensi yang tinggi serta dampak yang
ditimbulkan juga tinggi yang bisa menkacaukan perbankan. Misalnya pada
kasus salah bank asing di indonesia berbasis pada private banker, yang
berpotensi untuk menyalahgunakan atau bahkan penggelapan pada dana
nasabah.
Pengidentifikasian risiko operasional perlu dilaksanakan pada setiap produk,
aktivitas, proses, serta sistem yang ada yang digunakan oleh bank. Pengidentifikasian
dilakukan mulai dari memahami proses bisnis yang dilaksanakan berdasarkan
pemetaan operasional utama dari bisnis itu. Yang selanjutnya dilakukan
pengidentifikasian pada factor penyebab yang menyebabkan munculnya risiko
operasional ini. Manajemen serta control proses operasi yang tepat bisa
meminimalisir pengendalian dan mengurangi terjadinya risiko operasional.
Ada beberapa hal yang diperlukan dalam proses pengidentifikasian risiko
operasional yaitu adanya kejadian, adanya penyebab terjadinya timbulnya risiko,
adanya dampak kerugian baik dalam bentuk keuangan maupun nonkeuangan, bisa

6
diprediksi kapan terjadinya risiko. Dalam pengidentifikasian risiko operasional
terdapat tiga pendekatan yaitu sebagai berikut:7
1. Analisis penilaian sendiri
Hal ini didasarkan atas penilaian internal yang melibatkan kontribusi dari sumber
daya manusia untuk melaporkan berbagai potensi risiko yang bisa menyebabkan
kerugian dalam operasional bisnis. Pendekatan ini bisa dilakukan dengan cara
wawancara langsung maupun kuisioner untuk mengidentifikasi yang berpotensi
terjadi yang berkaitan dengan risiko operasional.
2. Indikator kuantitatif risiko operasional
Hal ini dikerjakan oleh indikator risiko yang bisa menyebabkan terjadinya
kerugian. Dalam hal ini perhitungan menggunakan pengukuran yang lebih bisa
diukur serta menghasilkan beberapa kemungkinan kerugian atas risiko operasional
yang timbul.
3. Kerugian risiko operasional
Pada pendekatan ini didasarkan atas informasi historical. Yang mana
menggunakan perhitungan risiko aktual yang timbul dalam kegiatan operasional.

C. Evaluasi Risiko Operasional


Pada perhitungan modal risiko operasional, perbankan harus menghitung
kerugian yang terekspektasi serta kerugita tak terekspektasi berikut penjelasannya:8
1. Kerugian terekspektasi
Kerugian terekspekasi dimasukkan dalam struktur penentuan harga produk.
Apabila perbankan bisa memperlihatkan ini pada supervisor, kerugian
terekspektasi tidak dapat dimasukkan lagi dalam perhitungan modalnya. pada
umumnya banyak lembaga keuangan yang menggunakan model statistika dalam
memperkirakan kerugian terekspektasi dengan menggunakan data historis serta
pengalaman untuk prediksi masa depan.
2. Kerugian tak terekspektasi
Kerugian tak terekspektasi yaitu kerugian secara signifikan diatas kerugian
yang bisa diprediksi. Berdasarkan frekuensinya, kejadian ini bisa berdampak
besar. Perbankan syariah bisa memperhitungkan kerugian tak terekspektasi
7
Tampubolon Robert, “Manajemen Risiko (Risk Management)”, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo,
Gramedia, 2005), 134.
8
Fatmawati, Asih, “Pengaruh Risiko Kredit dan Efisiensi Operasional Terhadap Kinerja Bank (Studi Empirik pada
Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”, Jurnal Organisasi Manajemen. Volume 9, Nomor 1, 2013, 73-86.

7
dengan menggunakan data internal yang ada, data eksternal bank lain, serta data
yang berasal dari scenario risiko operasional.
Perbankan harus mengalokasikan sebagian modalnya guna berjaga-jaga apabila
risiko operasional ini muncul. Seperti pada rasio operasional masih dapat dicakup
dalam 8% rasio kecukupan modal (CAR) ini wajib diisi. Bank harus menyiapkan 15%
dari pendaptan rata-rata dalam tiga tahun terakhir untuk memperisiapkan risiko
operasional ini dalam metode perhitungan menggunakan BIA. Metode BIA ini terlalu
menyederhanakan dan kesannya top down. Sehingga metode ini tidak
mengakomodasi faktor lainnya.
Untuk mengakomodasi perbankan yang sudah mempunyai pengukuran risiko
operasional berdasarkan data internalnya, bisa menggunakan metode AMA, sehingga
lembaga bisa memperhitungkan tingkat risiko operasionalnya sendiri selama bank
beroperasi. Akan tetapi harus berdasarkan data kerugian internal yang diakibatkan
oleh risiko tersebut paling tidak selama tiga tahun terakhir serta memperhatikan
seluruh aktivitas yang dilakukan perbankan. Oleh sebab itu, akan lebih baik apabila
perbankan syariah menggunakan metode AMA yang memperhitungkan sendiri
metode serta alat pengukuran risiko yang akan dihadapinya. Diharapkan nantinya bisa
menghasilkan perhitungan yang tepat sehingga bisa menurunkan jumlah modal yang
harus dicadangkan bank syariah.
Pencantuman dalam mengendalikan risiko operasional harus dicantumkan dalam
kebijakan manajemen risiko operasional. Alternatif rencana aksi yang bisa dilakukan
bank syariah yaitu sebagai berikut:
1. Menghindarkan risiko, hal ini bisa dilakukan dengan mencegah melakukan
aktivitas lain yang bisa menambah eksposur risiko operasional sebelumnya
pada bank syariah serta terhadap risiko yang tidak bisa diterima.
2. Menerima risiko. Terkadang risiko itu tidak bisa dihindari apabila
operasional perbankan dilaksanakan sehingga hal yang bisa dilakukan
bank adalah menerima risiko tersebut akan tetapi kontrol dan pengawasan
yang ketat tetap dilaksanakan apabila aksi ini dilakukan.
3. Mengalihkan risiko pada pihak lainnya. Misalkan pada penggunaan jasa
asuransi pada produk pembiayaan adalah salah satu alternatif prngalihan
risiko.

8
4. Mitigasi risiko melalui peningkatan kualitas kontrol. Hal ini dilakukan
dalam rangka meminimalisir potensi kerrugian yang dipicu oleh risiko
baik yang berasal dari eksternal maupun internal.

D. Pengukuran Risiko Operasional (BOPO)


Menurut Dendawijaya Rasio BOPO adalah sebagai rasio yang digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasinya, maka apabila rasio ini semakin meningkat mencerminkan kurangnya
kemampuan bank dalam menekan biaya operasionalnya yang dapat menimbulkan
kerugian karena bank kurang efisien dalam mengelola usahanya. Biaya operasi
merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas
usaha utamanya seperi biaya bunga, biaya pemasaran, biaya tenaga kerja, dan biaya
operasi lainnya. Sedangkan pendapatan operasi merupakan pendapatan utama bank
yaitu pendapatan yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan
pendapatan operasi lainnya (Prasnanugraha, 2007).

2.2 Manajemen Risiko Operasional


Manajemen risiko operasional merupakan risiko kerugian yang diakibatkan oleh
proses internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal, kesalahan manusia,
kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian kejadian eksternal yang memengaruhi
operasional bank. Oleh karena itu, pengendalian harus menyediakan keyakinan yang
memadai dan sehat dalam operasi dan menghasilkan pelaporan yang dapat dipercaya.
Sumber-sumber risiko tersebut dapat menyebabkan kejadian-kejadian yang berdampak
negatif pada operasional bank sehingga kemunculan dari jenisjenis kejadian risiko
operasional merupakan salah satu ukuran keberhasilan atau kegagalan manajemen risiko
untuk risiko operasional. Adapun jenis-jenis kejadian risiko operasional dapat
digolongkan menjadi beberapa tipe kejadian seperti internal Fraud, eksternal Fraud,
praktik ketenagakerjaan, dan keselamatan lingkungan kerja, nasabah, produk, serta
praktik bisnis, kerusakan aset fisik, gangguan aktivitas bisnis, dan kegagalan sistem, dan
kesalahan proses serta eksekusi. Risiko operasional merupakan risiko yang memengaruhi

9
semua kegiatan usaha karena merupakan suatu hal yang inheren dalam pelaksanaan suatu
proses atau aktivitas operasional.9
Manajemen Risiko Operasional untuk meminimalkan kemungkinan dampak negatif
dari tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau
kejadiankejadian eksternal. Untuk mencapai tujuan operasinya, bank syariah harus
mempertimbangkan risiko operasional yang bisa mempengaruhi kinerja operasinya,
termasuk risiko kerugian yang terjadi dari ketidakcukupan atau proses internal yang
gagal, SDI, dan sistem dari kejadian eksternal.10
Di simpulkan bahwa risiko operasional adalah potensi menyimpangan dari hasil
yang diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem sumber daya manusia, proses
internal dan faktor eksternal lainnya sehingga dalam menghadapi risiko tersebut cara
yang dilakukan perusahaan yaitu, pemahaman tentang risiko, pengukuran, pemantauan
dan pengendaliannya agar mengurangi suatu risiko yang besar.

9
Bambang Rianto Rustam, “Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia”, (jakarta : Salemba Empat,
2017), 175.
10
Wiwik Kartika Sari, “Manajemen Risiko Operasional”, di kutip dari website,
(https://wiwiekkartikasari.blogspot.com/2016/12/risikooperasional.html), pada tanggal 9 Maret 2023.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari paparan atau penjelasan di atas, maka kami dapat menyimpulkan
bahwa Risiko operasional merupakan permasalahan suatu sistem informasi
serta pengawasan internal yang bisa menghasilkan kerugian yang tidak
diinginkan yang diakibatkan berkurangnya. Risiko ini diantaranya merupakan
control yang bisa berpengaruh pada operasional bank, kesalahan manusianya
sendiri, kegagalan sistem, serta tidak kecukupan prosedur. Risiko dikaitkan
dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam
pencapaian tujuan dan sasaran suatu perusahaan. Oleh sebab itu risiko perlu
diantisipasi karena risiko mengandung biaya yang tidak sedikit. Upaya yang
dilakukan perusahaan untuk menghindari adanya risiko yang terjadi yaitu,
perlu melakukan pengukuran, analisis dan pengendalian agar risiko dalam
perusahaan dapat dihindari.
Manajemen Risiko Operasional untuk meminimalkan kemungkinan
dampak negatif dari tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia,
kegagalan sistem, dan/atau kejadian kejadian eksternal. Untuk mencapai
tujuan operasinya, bank syariah harus mempertimbangkan risiko operasional
yang bisa mempengaruhi kinerja operasinya, termasuk risiko kerugian yang
terjadi dari ketidakcukupan atau proses internal yang gagal, SDI, dan sistem
dari kejadian eksternal.
.
3.2 Saran
Kami berharap para pembaca bisa memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah
ini berguna bagi kami dan juga para pembaca pada umumnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Rivai Viethzal , dan Rifki Ismal. (2013). Islamic Risk Management for Islamic Bank. Jakarta,
gramedia.
Darmawi Herman. (2006). Manajemen Risiko. Jakarta. Bumi Aksara.
Basyaib Fachmi. (2007). Manajemen Risiko. Jakarta. PT Grasindo.
Ikatan Bankir Indonesia. (2015). Manajemen Risiko. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Irham Fahmi. (2014). Manajemen Risiko. Bandung. Alfabeta.
Tampubolon Robert. (2005) .Manajemen Risiko (Risk Management). PT Elex Media
Komputindo, Gramedia, Jakarta.
Fatmawati, Asih. (2013). Pengaruh Risiko Kredit dan Efisiensi Operasional Terhadap Kinerja
Bank (Studi Empirik pada Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal
Organisasi Manajemen. Volume 9, Nomor 1, Maret 2023.
Bambang Rianto Rustam .(2017). Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia.
Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Sari Kartika Wiwik, https://wiwiekkartikasari.blogspot.com/2016/12/risikooperasional.htm.
Diakses Pada 15 Maret 2023.

12

Anda mungkin juga menyukai