Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MANAJEMAN RISIKO PEMBIAYAAN

TUGAS MATA KULIAH MANAJEMAN RESIKO PERBANKAN SYARIAH

DOSEN PENGAMPU :

NURLIA. S.EI., M.Sc.IBF

OLEH :

JAKA SANO FIRDIANSYAH (12007120)

USWATUN HASANAH (12007015)

PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

TAHUN AJAR 2023


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
hidayah, inayah dan rahmat-Nya, sehingga penyusunan makalah ini selesai dengan baik dan
tepat waktu. Karena tanpa pertolongan-Nya saya selaku penyusun tidak akan mampu
menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa semoga tercurahkan selalu shalawat serta salam kepada
manusia termulia yakni baginda Rasulullah Muhammad SAW yang berkat usaha kerja
kerasnya kita dipersatukan dalam persaudaraan yang lurus lagi benar dan semoga kita selaku
ummatnya selalu dalam jalan-Nya dan mengikuti jalan Nabi Muhammad SAW.
Dalam pembuatan makalah ini saya tidak begitu mendapat banyak kesulitan karena
adanya saran dari berbagai pihak tentang pembuatannya. Namun, tidak menutup kemungkinan
makalah ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangan, baik dari penulisan, ejaan dan
sebagainya. Oleh karenanya, saya sangat mengharapkan dengan lapang dada, kritik dan saran
yang bersifat membangun.

Pontianak, 01 Maret 2023

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I

PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG ....................................................................................... 1


B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................... 2
C. TUJUAN PEMBAHASAN ................................................................................ 2
BAB II

PEMBAHASAN ............................................................................................................ 3

A. KONSEP RISIKO PEMBIAYAAN .................................................................. 3


B. RISIKO AKAD PEMBIAYAAN ...................................................................... 8
C. MITIGASI RESIKO PEMBIAYAAN .............................................................. 11
BAB III

PENUTUP ..................................................................................................................... 15

KESIMPULAN ............................................................................................................. 15

DAFTAR PUSAKA ....................................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bank syariah dalam menjalankan usahanya tidak terlepas dari sebuah resiko
bisnis (business risk), termasuk persoalan kerugian yang terjadi. Memperhatikan dan
mempertimbangkan hal tersebut, maka perbankan syariah perlu menerapkan tata kelola
resiko bisnis, mengigat bank syriah selain menghimpun dana dari masyarakat juga
menyalurkannya dalam usaha pembiayaan yang berorientasi profit dan pasti terdapat
resiko didalamnya. Resiko yang perlu mendapatkan perhatian dalam manajeman
perbankan syariah saat ini adalah aspek pembiayaan.
Risiko dan lembaga keuangan merupakan dua hal yang tidak terpisahkan satu
sama lain, karena tanpa adanya keberanian untuk mengambil risiko maka tidak akan
pernah ada lembaga keuangan, hal ini dapat dipahami karena setiap usaha maupun
kegiatan yang dilakukan dapat dipastikan akan memiliki suatu risiko, baik risiko yang
dapat ditangani maupun risiko yang sulit ditangani. Oleh karena itu, perlu adanya
pengendalian risiko agar kegiatan perbankan dapat tetap berjalan seperti yang
diharapkan, pengendalian risiko tersebut dapat dilakukan melalui sebuah proses
manajemen risiko.
Risiko pembiayaan merupakan salah satu jenis risiko utama dalam praktik
dalam perbankan syariah, karena pembiayaan merupakan sumber utama pendapatan
perbankan syariah. Pembiayaan yang diberikan kepada nasabah bertujuan untuk
memberikan bantuan modal bagi masyarakat baik untuk usaha maupun konsumtif.
Jasa-jasa pembiayaan yang dapat diberikan oleh bank syariah lebih beragam daripada
jasa-jasa kredit yang diberikan oleh bank konvensional karena dalam kegiatannya,
lembaga keuangan syariah harus mempertimbangkan kesesuaian dengan perinsip
keadilan dan keseimbangan, kemaslahatan serta tidak mengandung maisir, gharar, riba,
batil dan objek haram lainnya. Hal ini menyebabkan resiko yang dihadapai bank syariah
lebih beragam dan kompleks dibandingkan dengan risiko yang dihadapi oleh bank
konvensional. Risiko yang semakin konpleks membutuhkan tata kelola serta fungsi
manajemen risiko yang baik bagi kegiatan usaha bank.

1
Adanya menajemen risiko ini berfungsi sebagai filter atau pemberi peringatan
dari (early warning system) terhadap kegiatan usaha bank. Tujuan dari manajemen
risiko itu sendiri untuk menyediakan informasi tentang risiko kepada pihak regulator,
memastikan bank tidak mengalami kerugian, meminimalisasi kerugian dari berbagai
risiko yang bersifat uncontrolled, mengukur eksposur dan pemusatan risiko, serta
mengalokasi modal dan membatasi risiko. Dengan demikian, manajemen risiko
perbankan adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan untuk
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari
seluruh kegiatan usaha bank. Dimana dalam pemberian pembiayaan ini tidak terlepasa
dari risiko yang mungkin akan terjadi, sehingga dalam pemberian pembiayaan
dibutuhkan manajeman risiko untuk mngendalikan risiko tersebut. Hal tersebut
tentunya tidak terlepas pada proses dan prosedur yang sesuai dengan manajeman resiko
yang diterapkan oleh setiap bank syariah khususnya dalam manajeman risiko
pembiayaan.
Oleh karena itu, setiap bank syariah harus dapat mengidentifiksi setiap risiko
terutama risiko pembiayaan yang akan dijalankan di perbankan syriah. Pada penulisan
makalah ini akan dibahasa mengenai manajeman risiko pembiayaan.

B. RUMUSAN MASALAH

Sesuai dengan latar belakang yang sudah dikalasifikasi rumusan masalah dalam
makalah yaitu :
1. Apa konsep risiko pembiayaan?
2. Bagaimana konsep risiko akad pembiayaan syariah?
3. Bagaiaman konsep mitigasi risiko pembiayaan?

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui konsep risiko pembiayaan.
2. Untuk mengetahui dan memahmi konsep risiko akad pembiayaan syariah.
3. Untuk mengetahui dan memahami konsep mitigasi risiko pembiayaan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP RISIKO PEMBIAYAAN (CREDIT RISK)

Dalam masyarakat Indonesia, selain dikenal istilah utang piutang juga dikenal
istilah kredit dalam perbankan konvensional dan istilah Pembiayaan dalam perbankan
syariah. Utang piutang biasanya digunakan oleh masyarakat dalam konteks pemberian
pinjaman pada pihak lain. Seseorang yang meminjamkan hartanya pada orang lain
maka ia dapat disebut telah memberikan utang padanya. Sedangkan istilah kredit atau
pembiayaan lebih banyak digunakan oleh masyarakat pada transaksi perbankan dan
pembelian yang tidak dibayar secara tunai. Secara esensial, antara utang dan kredit atau
pembiyaan tidak jauh beda dalam pemaknaannya di masyarakat. Pembiayaan selalu
berkaitan dengan aktivitas bisnis. untuk itu, sebelum kita masuk kepada masalah
pengertian pembiayaan, perlu kita ketahui apa itu bisnis. Bisnis adalah aktivitas yang
mengarah kepada peningkatan nilai tambah melalui proses penyerahan jasa,
pedagangan atau pengolahan barang (produksi). dengan kata lain, bisnis merupakan
aktivitas berupa pengembangan aktivitas ekonomi dalam bidang jasa, perdagangan dan
industri guna mengoptimalkan nilai keuntungan (Muhammad, 2005b: 17).
Pembiayaan atau financing ialah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak
kepada pihak lain untuk mendukung untuk investasi yang telah direncanakan, baik
dilakukan sendiri maupun lembaga. dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan
yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan (Muhammad,
2005b: 17).
Dalam Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 disebutkan bahwa pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah yaitu penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Undang-undang No. 10
Tahun 1998). Istilah pembiayaan pada intinya berarti I believe, I Trust, ‘saya percaya’
atau ‘saya menaruh kepercayaan’. Perkataan pembiayaan yang berarti (trust), berarti
lembaga pembiayaan selaku shahibul mal menaruh kepercayaan kepada seseorang

3
untuk melaksanakan amanah yang diberikan. Dana tersebut harus digunakan dengan
benar, adil, dan harus disertai dengan ikatan dan syarat-syarat yang jelas dan saling
menguntungkan bagi kedua belah pihak (Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal,
2008: 3).
Perbankan mempunyai fungsi sebagai lembaga yang menyalurkan dananya dari
pihak surplus ke pihak defisit. Bank Indonesia menetapkan Founds-to-deposit ratio
(FDR) sebagai ukuran dama yang dibayarkan oleh bank syariah untuk menghimpun
dana. Nilai dari FDR ini memperlihatkan bahwa bank syariah telah melaksanakan
fungsinya sebagai intermediasi dengan baik.
Secara umum dana piihak ketiga yang telah dihimpun oleh perbankan bersifat
jangka pendek, namun dana yang disalurkan kepada nasabah pembiayaan relative
bersifat jangka menengah atau jangka panjang. Jika nilai dari FDR ini mendekati 100%
atau bahkan lebih maka kondisi perbankan ini ada ketidaksesuaian antara waktu jatuh
temponya dengan pembiayaannya. Sehingga perbankan butuh dana cadangan yag mana
digunakan untuk berjaga-jaga apabila nasabah ingin menarik dananya sewaktu-waktu.
Maka dalam hal ini sangatlah penting bank syariah harus mengelola portofolio
pembiayaannya untuk meminimalisir hal tersebut. Risiko gagal bayar selalu dikaitkan
denga risiko pembiayaan sehingga bisa memicu timbulnya potensi kerugian yang akan
dialami oleh perbankanapabila dana yang telah disalurkan kepada nasabah pembiayaan
mengalami gagal bayar atau kredit macet.
Pada pembiayaan bank syariah pada umumnya mengandung beberapa fungsi
pokok diantaranya: (Muhammad Nur Riyanto dan Yuke Rahmawat)
1) Fungsi strategis serta penetapan kebijakan pembiayaan/kredit
Adanya tujuan strategis mengawali adanya penyaluran pembiayaan,
mulai dari segmen pasar, sektor industri, target penumbuhan, serta risiko yang
akan dihadapi. Tujuannya agar bisa memberi dampak pada tata cara, organisasi,
serta infrastruktur penyaluran kredit sehingga dapat berdampak jangka panjang
terhadap bisnis bank.
2) Fungsi marketing
Apapun kegiatan terutama dalam berbisnis selalu melibatkan yang
namanya penjualan/sales. Hanya saja bagaimana cara sebuah perusahaan
melakukan penjualannya. Begitu juga dengan perbankan syariah, bank
melakukan penjualan terhadap produkproduk yang dimiliknya, bank
membutuhkan unit-unit kerja yang terdir atas tenaga-tenaga penjualan yang

4
mana bertugas sebagai pencari nasabah potensial yang sesuai dan kriteria yang
dibutuhkan.

3) Fungsi pengambilan keputusan

Setelah pembiayaan ini telah diajukan oleh bagian marketing akan


selesai pada proses pengambilan keputusan disetujui atau tidak. Pengambilan
keputusan tentang target mengenai pertumbuhan bisnis sekaligus pengelolaan
risiko dilakukan oleh pihak pemegang peran bisnis.

4) Fungsi administrasi pembiayaan


Fungsi ini berlaku setelah adanya proses usulan pembiayaan pada saat
account officer memberikan verifikasi data yang ada di lapangan serta jaminan.
5) Kebijakan pembiayaan serta fungsi monitoring
Unit kerja monitoring dan kebijakan pembiayaan mempunyai fungsi dan
tugas diantaranya yaitu turut membantu dewan direksi dalam merumuskan
kebijakan dan peraturan serta strategi pembiayaan, mengevaluasi permohonan
pemberian fasilitas pembiayaan, dan masih banyak lagi.

Fungsi utama dari adanya perbankan yaitu mengghimpun dana dari masyarakat
serta menyalurkannya kembali. Dalam proses penyaluran dana tentuya tidak bisa
terhindarkan dari masalah. Berikut masalah-masalah ketika bank syariah menyalurkan
dana dalam proses kegiatannya:

 Adanya ketidakpastian dari kondisi pasar yang bisa mempengaruhi keputusan


dari para debitur untuk mengembalukan dana tersebut.
 Adanya potensi perbedaan nilai penjualan dari barang yang dijaminkan pada
saat kontrak dengan jatuh temponya.
 Calon nasabah memberikan informasi yang tidak benar ketika mengajukan
proposal pembiayaan.
 Masalah granularity disebabkan karena semakin banyak debitur yang dibiayai
namun 70% debitur bank syariah merukapan sektor Usaha Kecil Mikro.
 Ketidakmampuannya bank dalam menganalisis dari penyebab si nasabah gagal
bayar debitur, karena dalam penyebab kegagalan bayar dari banyak sektor.

5
Dari adanya permasalahan-permasalahan tersebut maka dibutuhkan adanya
tatacara pengelolaan risiko pembiayaan dengan baik diantaranya sebagai berikut:

1) Membentuk kondisi lingkungan risiko pembiayaan dengan baik. yang


merupakan lingkungan risiko diantaranya manajemen, petugas yang
melaksanakan penyaluran dana, produk serta kebijakan.
2) Memastikan bahwa dana yang digunakan untuk pembayaran dijalankan dengan
prosedur yang benar.
3) Melakukan administrasi pembiayaan, pengukuran, serta memantau proses
pelaksanaannya.
4) Memastikan bahwa adanya pengendalian yang efisien terhadap risiko yang ada.

Pembiyaan dalam bank syariah di wujudkan dalam bentuk pembiayaan aktiva


produktif dan aktiva tidak produktif. Adapun jenis pembiayaan yang dimaksud
yaitu sebagai berikut:

1. Pembiayaan yang bersifat aktiva produktif yaitu Pembiayaan dengan prinsip


bagi hasil. Untuk jenis pembiayaan dengan prinsip bagi hasil meliputi:
 Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan Mudharabah murapakan akad bagihasil ketika pemilik
dana/modal atau biasa disebut shahib al-mal menyediakan modal (100
persen) kepada pengusaha sebagai pengelola atau biasa disebut mudarib
(pelaksana usaha), untuk melakukan aktivitas produktif dengan syarat
bahwa keuntungan yang dihasilkan akan dibagi diantara mereka menurut
kesepakatan yang ditentukan sebelumnya dalam akad. (Ascarya, 2011: 60).
Ada dua tipe pembiyaan Mudharabah, yakni: Pertama, Mudharabah
mutlaqah : pemilik dana memberikan keleluasaan penuh kepada pengelola
untuk menggunakan dana tersebut dalam usaha yang dianggapnya baik dan
menguntungkan. Pengelola bertanggungjawab untuk mengelola usaha
sesuai dengan praktekkebiasaan usaha normal yang sehat (uruf). Kedua,
Mudharabah muqayyadah: pemilik dana menentukan syarat dan
pembatasan kepada penegelola dalam penggunaan dana tersebut dengan
jangka waktu, tempat, jenis usaha dan sebagainya. Pengelola menggunakan
modal tersebut dengan tujuan yang dinyatakan secara khusus, yaitu untuk
menghasilkan keuntungan. (Zainul Arifin , 2006: 19).

6
Ciri khas pembiayaan mudharabah yang menuntut saling percaya yang
tinggi antar nasabah dengan bank. Kenyataan ini menjadikan pembiayaan
mudharabah sebagai pembiayaan yang berisko tinggi, karna bank akan
selalu menghadapi permasalahan assymmetric information dan moral
hazard.
Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya resiko-resiko di atas, maka
bank syariah dapat menerapkan sejumlah batasan-batasan tertentu ketika
menyalurkan pembiayaan kepada mudharib. Batasan-batasan ini dikenal
sebagai incentive-compatible constraints. Melalui incentive-compatible
constraints ini, mudharib secra sistematis “dipaksa” untuk berperilaku
memaksimalkan keuntungan bagi kedua belah pihak, baik bagi mudharib itu
sendiri maupun bagi shahib al-mal.
 Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan musyarakah adalah suatu perjanjian usaha antara 2 atau
beberapa pemilik modal untuk menyertakan modalnya pada suatu proyek,
dimana masing-masing pihak mempunyai hak untuk ikut serta, mewakilkan
atau menggugurkan haknya dalam manajemen proyek. Keuntungan dari
hasil usaha bersama ini dapat dibagikan baik menurut proporsi penyertaan
modal masing-masing maupun sesuai dengan kesepakatan bersama
(unproportional). Mnakala merugi kewajiban hanya terbatas sampai batas
modal masing-masing. (Karnaen Perwataatmadja dan Muhammad Syafii
Antonio, 1992: 23).
Berdasarkan Fatwa DSN MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang
Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja
sama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara bersama-
sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana
mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik
yang berwujud maupun tidak berwujud.
Menurut Wiroso (2011:295) menyatakan, Musyarakah adalah akad
antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-
masing pihak memberikan kontribusi dana (modal) dengan ketentuan bahwa
keuntungan dan risiko (kerugian) akan ditanggungi bersama sesuai dengan
kesepakatan.

7
 Pembiayaan dengan prinsip jual beli
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan
kepemilikan barang atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan
bank ditentukan didepan dan menjadi bagian atas barang yang dijual.
(Adiwarman karim, 2006: 98).
 Pembiayaan dengan prinsip sewa
Transaksi Ijarah (sewa) dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi
pada dasrnya ijarah sama denga prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak
pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah
barang, pada ijarah objek transaksinya adalah jasa. (Adiwarman karim,
2006: 98).
Prinsip sewa ditujukan untuk mendapatkan jasa. Tingkat keuntungan
Bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga ataas barang atau jasa
yang dijual. Produk pembiayaan syariah yang termasuk ke dalam prinsip
sewa, sebagai berikut:
1 ) Pembiayaan Ijarah
Transaksi Ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada
dasarnya prinsip ijarahsama saja dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya
terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual-beli objek transaksinya
adalah barang, sedangkan pada ijarah objek transaksinya adalah jasa.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) dalam Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan Nomor.16/POJK.03/2014 Tentang Penilaian Aset Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Pasal 1 disebut Pembiayaan
Ijarahadalah pembiayaan dalam rangka memindahkan hak guna atau
manfaat dari suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa, tanpa
diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.
2. Pembiyaan yang bersifat aktiva tidak produktif Jenis aktiva produktif yang
berkaitan dengan aktivitas pembiayaan adalah berbentuk pinjaman, yaitu:
 Pinjaman Qardh
Pinjaman qardh atau talangan adalah penyediaan dana atau tagihan
antara bank Islam dengan pihak peminjam yang mewajibkan pihak
peminjam melakukan pembayaran sekaligus atau secara cicilan dalam

8
jangka waktu tertentu. Aplikasi qardh dalam perbankan biasanya dalam
empat hal, yaitu:
1) Sebagai pinjaman talangan haji, dimana nasabah calon haji diberikan
pinjaman talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan
haji. Nasabah akan melunasinya sebelum keberangkatan haji.
2) Sebagai pinjaman tunai dari produk kartu kredit syariah, dimana
nasabah diberi keleluasaan untuk menarik uang tunai milik bank melalui
ATM. Nasabah akan mengembalikannya sesuai waktu yang ditentukan.
3) Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil, dimana menurut perhitungan
bank akan memberatkan sipengusaha bila diberikan pembiayaan dengan
skema jual beli, atau bagi hasil.
4) Sebagai pinjaman kepada pengurus bank, dimana bank menyediakan
fasilitas ini untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan pengurus bank.
Pengurus akan mengembalikan dana pinjaman itu secara cicilan melalui
pemotongan gajinya. (Adiwarman karim, 2006: 106).

B. RISIKO AKAD PEMBIAYAAN SYARIAH

Risiko Akad Pembiayaan Syariah Dalam proses penyaluran dana atau


pembiayaan bank syariah tidak bisa terlebas dari yang namanya risiko, berikut
diantaranya:
1. Akad pembiayaann Murabahah
Pembiayaan yang diberikan dalam akad Murabahah adalah pembiayaan
yang diberikan melalui system perdagangan yang menginformasikan identitas
dan spesifikasi objek, serta meningkatakan margin sesuai kesepakatan kedua
belah pihak. Kurang bersaingnya imbal bagi hasil bagi pemilik modal dalam
pembiayaan murabahah yang mempunyai jangka waktu yang cukup lama
merupakan salah satu risiko dari pembiayaan ini. Ada beberapa hal yang
menyebabkan kurang bersaingnya imbal bagi hasil akad murabahah ini:
 Kenaikan direct competitor’s market rate (DCMR).
 Kenaikan indirect competitor’s market rate (ICMR).
 Kenaikan Expected competitive rate for investor (ECRI)

9
Pemecahan masalah guna meminimalisir risiko yang terjadi dalam akad
ini pada saat penetapat dimana jangka waktu maksimal dengan memperhatikan
hal-hal sebagai beikut:

 Tingkat keuntungan yang diambil serta prediksi perubahannya pada saat


waktu yang akan datang yang ada di pasaran perbankan syariah
(DCMR), jangka waktu maksimal pembiayaan semakin pendek apabila
semakin cepat perubahannya.
 Suku bunga kredit serta prediksi perubahannya tidak hanya berlaku di
oerbankan syariah saja melainkan di konvemsional juga.
 Pada DPK, adanya perkiraan bagi hasil yang kempetitif di pasar
perbanka syariah (ECRI). Apabila perubahan ECRI tinggi maka
semakin pendek jangka waktu maksimal pembayaran.
2. Akad pembiayaan mudharabah dan Musyarakah
Suatu akad transaksi yang bisa dikatakan sebagai transaksi investasi
serta penanaman modal pada keguatan pengusaha. Antara nasabah dan bank
harus bersepakat bahwa dalam melakukan kerjasamapembagian hasil daripada
keuntungan yang didapatkan didasarkan pada nisbah bagi hasilyang ditetapkan
sebelumnya. Penilaian dari adanya risiko yang bebasis dengan akad bagi hasil
meliputi:
 Business risk
Merupakan risiko yang terjadi pada bisnis yang dibiayai, yang
disebabkan oleh factor adalah sebagai berikut:
 Industry Risk, yang mana bisa terjadi di jenis usaha yang mau
diberi pembiayaan. Seperti pada sektor peusahaan manufaktur
pasti risikonya berbeda dengan perusahaan pertambangan.
 Kinerja keuangan dari jenis usaha.
 Factor negative yang bisa memberi pengaruh pada peurusahaan.
Seperti pada keadaan force majeur (misalnya bencana alam),
permaslahan hokum, risiko pasar, pemogokan dan lain
sebagainya.
 Shrinkin risk

10
Yaitu pada pembiayaan mudharabah dan musyarakah terjadi
pengurangan nilai Adapun factor yang mempengaruhinya sebagai
berikut:
a) Unusual business risk, merupakan risiko luar biasa yang
disebabkan :
 Menurunnya tingkat penjualan secara signifikan pada
usaha yang diberi pembiayaan.
 Harga jual barang atau jasa menurun secara signifikan
dari usaha yang diberi pembiayaan.
 Pada usaha yang diberi pembiayaan, harga barang/jasa
mengalami penurunan secara signifikan.
b) Bagi hasilnya berupa hasil rugi, dimana shrinking risk ini dapat
terjadi jika usahanya mengalami loss sharing yang dibebankan
atau ditanggung oleh perbankan. apabila terjadi revenue sharing,
maka shrinking risk bisa saja terjadi apabila nasabah tidak bisa
membayar biaya yang mana biaya tersebut merupakan
tanggungan si nasabah sehingga usahanya tidak bisa dilanjutkan.
 Character risk,
Character risk yang artinya risiko karakter buruk mudharib. Adapun
yang mempengaruhinya sebagai berikut:
 Nasabah yang lalai dalam melakukan usahanya yang diberi
pembiayaan.
 Pelanggaran pada ketentuan-ketentuan yang telah disepakati.
 Pengelolaan internal pada perusahaan yang tidak dilaksanakan
dengan professional.
3. Akad Ijarah & IMBT
Akad transaksi yang memanfaatkan dari hak guna tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan merupakan jenis akad ijarah biasa / ijarah murni.
Berbeda halnya dengan IMBT yang merupakan kepanjangan dari Ijarah
muntahiya bit tamlik yang merupakan pemanfaatan dari hak guna yang diikuti
dengan perpindahan kepemilikan.
Adapun titik kritis yang timbul dari adanya akad pembiayaan pada
ijarah diantanya:

11
 Pada awal kontrak dilakukan penyerahan objek.
 Pembayarannya dilakukan dengan angsuran tetap dalam waktu jatuh
temponya.
 Tidak diikuti dengan adanya perpindahan kepemilikan.

Adapun titik kritis yang ditimbulkan dari akad Ijarah muntahiya bit
tamblik pada kemampuan dari si nasabah dalam membayar angsurannya dengan
jumlah yang besar di akhir periode kontrak apabila metode yang digunakan
adalah balloon payment. Adapun beberapa risiko yang timbul diantaranya:

 Timbulnya risiko asset ijarah tidak produktif apabila objeknya milik


perbankan sebab tidak adanya nasabah yang menyewa.
 Timbulnuya risiko objek rusak oleh nasabah apabila objeknya bukan
milik bank yang disebabkan pemakaian yang tidak normal.
 Timbulnya risiko pemberi jasa tidak baik kinerjanya jika jasa tenaga
kerja yang disewakan bank lalu disewakan ke nasabah.

Solusi dalam meminimalisir adanya risiko pembiayaan baik ijarah


maupun IMBT diantaranya:

 Menetapkan covenant ganti rugi kerusakan yang disebabkan karena


risiko timbul dari pemakaian diluar kewajaran/ pemakaian tidak normal.
 Menetapkan covenant yang mana adalah tanggung jawab nasabah sebab
pemberi jasa ditunjuk sendiri oleh nasabah apabila risiko ini timbul dari
pemberi kerja tidak baik kinerjanya.
 Memperpanjang jangka waktu jatuh temponya untuk IMBT.

C. MITIGASI RESIKO PEMBIAYAAN

Mitigasi adalah eliminasi atau mengurangi frekuensi, besarnya, kerasnya atau


eksposure dari sebuah risiko, atau meminimalisasi dampak potensial dari ancaman atau
peringatan. Tujuan mitigasi risiko adalah mengeksplorasi strategi respon risiko atas
sesuatu yang beresiko, diidentifikasi dalam analisis risiko kualitatif dan kuantitatif.
Mitigasi merupakan proses mengidentifikasi dan memberikan pihak untuk
bertanggung jawab atas setiap respon risiko. Hal ini memastikan bahwa setiap risiko
yang membutuhkan respon ada pemiliknya. Pemilik risiko bisa menjadi perencana

12
lembaga, insinyur, atau manajer konstruksi, tergantung pada titik dalam pengembangan
proyek, atau bisa juga kontraktor swasta atau pasangan, tergantung pada metode
kontrak dan alokasi risiko.
Dalam meminimalisir dari adanya risiko pembiayaan, pembuat regulasi
menaruh 3 perhatian, yaitu diantaranya sebagai berikut:
a. Pemaparan kepada nasabah secara individu
Konsentrasi serta batasan pemaparan mengacu pada pemaparan maksimum
yang telah diperbolehkan oleh satu nasabah. Suatu kebijakan pembiayaan dan
pendanaan dengan syarat bahwa seluruh konsentrasi ditinjau serta dilaporkan
dengan rutin. Sebagian besar Negara memberlakukan batas pemaparan nasabah
tunggal dalam rentan 10% sampai 25% dari modal. Yang mendapat perhatian
khusus adalah pemaparan yang berada diatas ambang batas serta mengharuskan
perbankan untuk mengambil tindakan pencegahan.
b. Pembiayaan pihak terkait
Pihak terkait (termasuk perusahaan induk bank, pemegang saham, anak
perusahaan, perusahaan terkait, direktur dan pejabat eksekutif) adalah pihak
terkait dan dapat melakukan control atas kebijakan dan keputusan (terutama
keputungan keuangan).
c. Kelebihan pemaparan pada daerah geografis atau sektor ekonomi
Salah satu yang bisa menimbulkan tingginya risiko pembiayaan adalah hanya
terfokus pada sektor ekonomi atau geografis daerah tertentu.

Adapun teknik yang digunakan dalam meminimalisir serta mengelola dari


adanya risiko pembiayaan diantaranya sebagai berikut:

a. Model Pemeringkatan untuk pembiayaan perseorangan


Pada metode ini menggambarkan terjadinya peluang pembiayaan yang buruk.
Model pemeringkatan tersebut memberikan kepercayaan kepada bank syariah
untuk tidak memfokuskan portofolio investasinya pada pembiayaan berkualitas
rendah. Pemeringkatan ini adalah bertujuan untuk memfasilitasi keputusan
tentang tujuan pembiayaan yang baik. Metode pemeringkatan bisa
menggunakan judgement, pendekatan kuantitatif, atau perpaduan dari
keduanya. Level ini juga dapat digunakan untuk menentukan besarnya jaminan,
penentuan harga, covenant, tingkat kewenangan memberhentikan pembiayaan,
serta regulatory capital.

13
b. Manajemen risiko portofolio
Merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengelola berbagai asset dalam
suatu portofolio investasi untk mencapai diversifikasi yang maksimal dan
optimal. Tujuannya untuk menciptakan portofolio pembiayaan yang
berkualitas. Pengelolaan portofolio dapat menghalangi lembaga untuk
berkonsentrasi pada pembiayaan di suatu wilayah tertentu, yang sering disebut
sebagai risiko konsentrasi pembiayaan.
c. Agunan
Merupakan hak serta kekuasaan atas benda baik yang berwujud maupun tak
berwujud, yang diserahkan oleh nasabah sebagai barang jaminan pada bank
syariah sebagai jalan alternative untuk menjaminkan pelunasan pembiayaan jika
pembayarannya tidak bisa dilunasi sesuai waktu jatuh temponya. Barang
jaminan yang paling aman adalah berupa cash collateral seperti aset property
tanah, bangunn dan lain sebagainya.
d. Pengawasan arus kas
Pada pengawasan arus kas dilakukan dengan cara memantau keuangan nasabah,
bisa jadi cara ini cukup efektif, dengan melihat kondisi keuangan nasabah yang
telah dibiayai melewati mutasi kegiatan operasi rekening di bank syariah,
sehingga pembiayaan yang memburuk situasinya dapat ditemukan.
e. Manajemen Pemulihan
Dengan membentuk tim khusus untuk mengganti penagihan merupakan bagian
yang terpenting dari kegiatan manajemen risiko pembiayaan. Kerugian yang
masih tidak tertagih Loss Given Default (LGD) karena pembiayaan yang
macet/buruk, bank syariah bertanggung jawan untuk itu. Pembentukan LGD
dan pengelolaannya merupakan dua poin penting dalam metode penghitungan
modal yang dicadangkan untuk risiko pembiayaan berdasarkan internal rating
based.
f. Asuransi
Asuransi merupaka salah satu dari sekian yang digunakan dalam mitigasi risiko
pembiayaan, baik dari sisi pembiayaannya, sisi objek agunan, maupun sisi jiwa
yang menerima pembiayaan.

14
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Bank syariah berfungsi sebagai lembaga intermediasi (intermediary institution), yaitu


berfungsi menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut
kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk pembiayaan. Pada sisi aktiva neraca
bank syariah bagian terbesar dana operasional setiap bank syariah disalurkan dalam bentuk
pembiayaan. Kenyataan ini menggambarkan bahwa pembiayaan adalah sumber pendapatan
bank yang terbesar, namun sekaligus merupakan sumber risiko operasi bisnis yang terbesar.

Pembiayaan bermasalah bahkan menjadi kategori macet menjadi masalah bagi bank
syariah, karena dengan adanya pembiayaan bermasalah bukan saja menurunkan pendapatan
bagi bank syariah tetapi juga menggerogoti jumlah dana operasional dan likuiditas keuangan
bank syariah, yang akhirnya akan menggoyahkan kesehatan bank syariah dan pada akhirnya
akan merugikan nasabah penyimpan/nasabah investor. Hal ini dikarenakan sebagian besar dana
yang dipergunakan oleh bank syariah dalam menyalurkan dana dalam bentuk pembiayaan
adalah dana nasabah penyimpan/nasabah investor, sehingga dana nasabah penyimpan/ nasabah
investor wajib mendapat perlindungan hukum. Oleh karena itu, diperlukan manajemen risiko
untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalian risiko yang sesuai dengan
kegiatan usaha perbankan syariah. Langkah-langkah yang dilakukan bank syariah tersebut
dalam rangka memitigasi risiko harus mempertimbangkan kesesuaian dengan Prinsip Syariah.

15
DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman, A. Karim. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuanganm-Edisi kelima, Depok:
RajaGrafindo Persada

Edi Susilo, (2017). Analisis Pembiayan dan Risiko Perbankan Syariah, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Muhammad, (2009). Model-model Akad Pembiayaan di Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press.

Hennie Van Greuning & Zamir Iqbal, (2011). Analisis risiko Perbankan Syariah, Jakarta:
Salemba Empat.

Umam, Khaerul, Manajemen Perbankan Syariah, Bandung : Pustaka Setia, 2013.

Wahyudi, Imam, dkk, Manajemen Risiko Bank syariah, Jakarta : Salemba Empat, 2013.

Muhayatsyah, Ali. Dalam Mengenal Lembaga Pembiayaan Syariah. (online)


www.alimuhayatsyahbloger.co.id, diakses tanggal 26 januari 2016.

Rivai, Veitzal . 2008. Islamic Financial Management. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Rivai,
Veitzal dan Arviyan Arifin. 2010. Islamic Banking. Jakarta: Bumi Aksara

Veithzal Rivai & Arviyan Arifin, (2010). Islamic Banking; Sebuah Teori, Konsep dan
Aplikasi, Jakarta: Bumi Aksara.

Veithzal Rivai, dkk, (2007). Bank and Finacial Institution Management; Conventional &
Sharia System, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Zainul Arifin, (2006). Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka Alvabet.

16

Anda mungkin juga menyukai