Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEBIJAKAN DAN TEKNIK PEMBIAYAAN BANK SYARIAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Pendanaan dan Pembiayaan Bank
Syariah

Dosen Pengampu : Suhirman, S.H.I., MA.Ek.

Disusun Oleh :

1. Reni Listiana (2105036009)


2. Shokhi Zuhrotunnisa (2105036027)

PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kebijakan dan Teknik
Pembiayaan Bank Syariah” ini dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pendanaan dan Pembiayaan Bank
Syariah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi pembaca dan
penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Suhirman, S.H.I., MA.Ek, selaku
dosen mata kuliah Manajemen Pendanaan dan Pembiayaan Bank Syariah yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 10 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER.......................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2

C. Tujuan Masalah...............................................................................................................2

BAB II........................................................................................................................................3

PEMBAHASAN........................................................................................................................3

A. Pengertian Kebijakan Pembiayaan..................................................................................3

B. Ketentuan Kebijakan Pembiayaan di Bank Syariah........................................................4

C. Kelayakan Pemberian Pembiayaan Sebelum Persetujuan Akad.....................................6

D. Prestasi............................................................................................................................7

E. Wanprestasi.....................................................................................................................8

F. Overmacht (Keadaan Memaksa).....................................................................................9

G. Fatwa dan Penafsiran Pembiayaan dalam Regulasi......................................................10

BAB III.....................................................................................................................................12

PENUTUP................................................................................................................................12

A. Kesimpulan...................................................................................................................12

B. Saran..............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perbankan dalam kehidupan suatu negara adalah salah satu agen
pembangunan (agent of development). Hal inidikarenakan adanya fungsi utama dari
perbankan itu sendiri, yaitu sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk
kredit atau pembiayaan. Bank syari’ah merupakan lembaga intermediasi keuangan
(financial intermediary) yangkegiatanoperasionalnya bebas dari unsur-unsur yang
dilarang oleh Islam, yaitu maysirr,garar dan riba. Dengan demikian, hal ini berbeda
dengan bank konvensional yang kegiatan operasionalnya menggunakan prinsip bunga
yang oleh sebagian besar ulama dikatakan sama dengan riba.
Dalam kegiatan penyaluran dana, bank syari’ah melakukan investasi dan
pembiayaan. Disebut investasi, karena prinsip yang digunakan adalah prinsip
penanaman dana atau penyertaan, dan keuantungan akan diperoleh bergantung pada
kinerja usaha yang menjadi objek penyertaan tersebut sesuai dengan nisbah bagi hasil
yang diperjanjikan sebelumnya. Disebut, pembiayaan karena bank syari’ah
menyediakan dana guna membiayai kebutuhan nasabah yang memerlukannya dan
layak memperolehnya. Dua fungsi utama dari perbankan adalah pengumpulan dana
dan penyaluran dana. Penyaluran dana yang terdapat di bank konvensional dengan
yang terdapat di bank syariah mempunyai perbedaan yang esensial, baik dalam hal
nama, akad, maupun transaksinya. Dalam perbankan konvensional penyaluran dana
ini dikenal dengan nama kredit sedangkan diperbankan syariah adalah pembiayaan.
Berbeda dengan pengertian kredit yang mengharuskan debitur mengembalikan
pinjaman dengan pemberian bunga kepada bank, maka pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah pengembalian pinjaman dengan bagi hasil berdasarkan kesepakatan
antara bank dan debitur. Misalnya, pembiayaan dengan prinsip jual beli ditujukan
untuk membeli barang, sedangkan yang menggunakan prinsip sewa ditujukan untuk
mendapat jasa.Prinsip bagi hasil digunakan untuk usaha kerjasama yang ditujukan
guna mendapatkan barang dan jasa sekaligus.
Pembiayaan merupakan aktivitas yang sangat penting karena dengan
pembiayaan akan diperoleh sumber pendapatan utama dan menjadi penunjang

1
kelangsungan usaha bank. Sebaliknya, bila pengelolaannya tidak baik akan
menimbulkan permasalahan dan berhentinya usaha bank. Oleh Karena itu diperlukan
adanya suatu manajemen pembiayaan syariah yang baik sehingga penyaluran dan atau
dalam hal ini pembiayaan kepada nasabah bisa efektif dan efisien sesuai dengan
tujuan dari perusahaan maupun syariat Islam itu sendiri. Oleh karena itu kami sebagai
penulis mencoba memaparkan bagaimana konsep dari manajemen pembiayaan
syariah itu sendiri yang dimulai dari kebijakan dan perencanaan dari pembiayaan,
analisis pembiayaan untuk penentuan kelayakan dari pembiayaan, pengawasan
pembiayaan dan cara penyelesaian pembiayaan bermasalah sehingga diharapkan baik
penulis, rekan mahasiswa, maupun masyarakat bisa lebih memahami mengenai
manajemen pembiayaan syariah.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diperoleh beberapa rumusan masalahnya, antara
lain :
1. Apa itu kebijakan pembiayaan?
2. Bagaimana ketentuan dan kebijakan pembiayaan di bank syariah?
3. Bagaimana kelayakan pemberian pembiayaan sebelum persetujuan akad?
4. Apa itu prestasi?
5. Apa itu wanprestasi?
6. Bagaimana fatwa dan penafsiran pembiayaan dalam regulasi?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian kebijakan pembiayaan
2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana ketentuan dan kebijakan
pembiayaan di bank syariah
3. Untuk mengetahui bagaimana kelayakan pemberian pembiayaan sebelum
persetujuan akad
4. Untuk mengetahui pengertian prestasi
5. Unutk mengetahui pengertian wanprestasi
6. Untuk mengetahui dan memahami fatwa dan penafsiran pembiayaan dalam
regulasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebijakan Pembiayaan


Menurut istilah kamus bidang ekonomi dan perbankan, makna kebijakan dapat di
artikan sebagai alat (variable instrumental) yang dipakai sebagai tindakan pada suatu
lembaga atau perseorangan untuk mempengaruhi atau mencapai tujuan yang telah
ditentukan (variable target), Maksud kebijakan itu adalah kebijakan yang berkaitan
dengan pemberian pembiyaan kepada nasabah, perlu adanya bank untuk membuat
kebijakan dalam pembiyaan kepada nasabahnya guna meminimalisir terjadinya
pembiayaan oleh pihak debitur (nasabah). Sebuah kebijakan pembiayaan pada
prakteknya hampir sama dengan kebijakan kredit yang diberikan bank konvensional
dalam menyalurkan kreditnya namun pada pembiyaan dibank syariah lebih
menekankan pada aspek syar’i atas pembiyaan yang akan diberikan kepada
nasabahnya, Dalam penetapan kebijakan pembiayaan yang harus diperhatikan tiga
asas pokok yaitu :
1. Asas Likuidasi
Asas Likuidasi yaitu suatu azas yang mengharuskan bank untuk tetap dapat
menjaga likuiditasnya, karena suatu bank yang dilkuid akibatnya akan sangat
parah yaitu hilangnya kepercayaan para nasabah dan masyarakat luas.
2. Asas Solvabilitas
Asas Solvablitas yaitu usaha pokok perbankan menerima simpanan dari
masyarakat dan disalurkan dalam bentuk pembiayaan, masalah inilah yang
mendorong top management suatu bank untuk dapat mengarahkan sasaran
pembiayaan secara tepat.
3. Asas Rentabilitas
Sebagaimana halnya setiap kegiatan usaha selalu mengharapkan untuk
memperoleh laba, baik untuk mempertahankan eksistensinya maupun untuk
keperluan mengembangkan dirinya, laba yang diperoleh dari pembiayaan selisih
antara pendapatan dana dengan pembiayaan dana.

3
Dari uraian di atas tujuan dari penetapan kebijakan pembiayaan, Teguh Pudjo
Mulyono dalam bukunya yang berjudul “Menejemen perkreditan bagi Bank
komersil”, (2001,:20-24) yaitu :1
1. Untuk penyediaan sarana penjagaan atau pengaman terhadap aset Bank dan
dana yang disimpan oleh para deposan secara memadai agar dana yang
ditanamkan ke dalam bank tersebut dapat dikembangkan hingga dapat
memperoleh “Return” yang optimal.
2. Sebagai dasar pedoman kerja dalam menghadapi perkembangan
perekonomuan khususnya yang menyangkut kegiatan perbankan maksudntya
sebagai unit perekonomian sudah tentu tidak dapat melepaskan diri dari setiap
perkembangan yang terjadi pada kegiatan perekonomian yang
mengelilinginya.
3. Sebagai pedoman bagi para pejabat pembiayaan bank yang bersangkutan
dalam menyelesaikan tugasnya.

B. Ketentuan Kebijakan Pembiayaan di Bank Syariah


Sebagai lembaga perantara keuangan, bank syariah harus memperhatikan atau
membuat kebijakan-kebijakan yang akan diikuti dalam operasionalnya. Sehubungan
dengan pelaksanaan pembiayaan di bank syariah, maka ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu :2
1. Kebijakan Umum Pembiayaan Bank Syariah
Untuk pemilihan/penentuan sektor-sektor sebagaimana diuraikan berikut,
seyogyanya ditetapkan secara bersama oleh Dewan Komisaris, Direksi serta
Dewan Pengawas Syariah baik mengenai jenis besarannya (nilai rupiahnya)
sehingga atas pilihan-pilihan yang akan ditentukan diharapkan dapat memenuhi
aspek syar’i disamping aspek ekonomisnya.
Sektor-sektor pembiayaan dimaksud adalah :
a. Golongan Nasabah
Golongan nasabah bank syariah dapat diklasifikasikan menjadi golongan
nasabah :

1
Teguh Pudjo Mulyono, “Menejemen perkreditan bagi Bank komersil”, (Yogyakarta: BPFE, 2001)
2
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah (Edisi Kedua) Cet. 1, (Yogyakarta: UPP STIM
YKPN, 2016), h.177.

4
 Wholesale, yaitu untuk kelompok nasabah yang memiliki usaha dalam
bentuk korporasi dan menengah.
 Retail, adalah kelompok usaha nasabah yang diklasifikasikan sebagai
pengusaha kecil
b. Valuta, meliputi : Pembiayaan yang berkaitan dengan aktivitas valuta
domestik maupun asing, seperti rupiah dan mata uang asing.
c. Penggunaan, dilihat dari penggunaan pembiayaan, maka pembiayaan dapat
digunakan untuk :
 Modal kerja
 Investasi
 Konsumtif
d. Skala Prioritas, skala prioritas pembiayaan dapat dilakukan oleh bank syariah
dalam bentuk pembiayaan :
 Pembiayaan program (pemerintah)
 Pembiayaan komersil
e. Sektoral, dilihat dari sektor yang dibiayai oleh bank syariah maka pembiayaan
bank syariah dapat dialokasikan untuk sektor ekonomi :
 Pertanian
 Pertambangan
 Perindustrian
 Listrik, Air, & Gas
 Konstruksi
 Perdagangan
 Pengangkutan
 Jasa dunia usaha
 Jasa sosial
 Lainnya
f. Jenis pembiayaan
Bank syariah merupakan institusi keuangan yang sangat berbeda dengan bank
konvensional. Bank syariah mengembangkan produknya sangat bervariasi.
Dalam produk pembiayaan, bank syariah akan menawarkan produk-produk
sebagai berikut :
 Pembiayaan Mudharabah
 Pembiayaan Musyarakah

5
 Murabahah
 Salam
 Ishtisna
 Ijarah, dan lain-lain.

2. Pengambil Keputusan Pembiayaan


Dalam realisasi suatu pembiayaan secara inherent terdapat risiko yang
melekat, yakni pembiayaan bermasalah hingga kondisi terburuknya menjadi
macet. Guna mengindari risiko demikian, kiranya dalam setiap pengambilan
keputusan suatu permohonan pembiayaan, baik di Kantor Pusat maupun Kantor-
kantor Cabang/Cabang Pembantu, dapat dihasilkan keputusan yang “Obyektif”.
Keputusan mana hanya dapat diperoleh jika prosesnya melibatkan suatu tim
pemutus, Komite Pembiayaan, berapapun besar plafon/limit pembiayaan yang
dinilai/diputus.

C. Kelayakan Pemberian Pembiayaan Sebelum Persetujuan Akad


Proses pemberian pembiayaan bank syariah kepada nasabah-nasabahnya sangat
memperhatikan aspek-aspek teknik administratif. Adapun aspek-aspek yang sangat
diperhatikan atau sebagai dasar perimbangan pembiayaan adalah :3
1. Surat permohonan pembiayaan
Dalam surat permohonan berisikan jenis pembiayaan yang diminta nasabah, untuk
berapa lama, berapa limit/plafon yang diminta, serta sumber pelunasan
pembiayaan berasal dari mana. Di samping itu, surat di atas dilampiri dengan
dokumen pendukung, antara lain : identitas pemohon, legalitas (akta
pendirian/perubahan, surat keputusan Menteri, perizinan-perizinan), bukti
kepemilikan agunan (jika diperlukan).
2. Proses Evaluasi
Dalam penilaian suatu permohonan, bank syariah tetap berpegang pada prinsip
kehati-hatian serta aspek lainnya, sehingga diharapkan dapat diperoleh hasil
analisis yang cermat dan akurat. Proses penilaian dimaksud, meliputi :
a. Didasarkan pada surat permohonan yang lengkap

3
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta : Rajawali Pers, 2014), h.323.

6
Dengan kata lain, permohonan yang tidak didukung data dan dokumen yang
tidak dapat diproses. Biasanya cepat/lambatnya pemrosesan suatu permohonan
pembiayaan, terutama ditentukan pada tahap ini. Jika dipaksakan (baik oleh
nasabah maupun pimpinan bank), hasil akhirnya sangat riskan, yang
kemungkinan besar menimbulkan kerugian di pihak bank dan nasabah yang
bersangkutan.
b. Proses penilaian, proses ini dapat dilakukan melalui beberapa tahapan kantor
bank syariah, utamanya jika bank syariah tersebut adalah bank umum.

D. Prestasi
Prestasi adalah sesuatu yang wajib dipenuhi oleh debitur dalam suatu
perikatan. Denga kata lain, prestasi adalah objek perikataan. Dalam hukum perdata,
kewajiban memenuhi prestasi selalu disertai jaminan harta kekayaan debitur. Dalam
pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata, dinyatakan bahwa semua harta kekayaan debitur,
baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang
akan ada, menjadi jaminan pemenuhan utangnya terhadap kreditur.4
Bentuk-bentuk prestasi menurut ketentuan Pasal 1234 KUH Perdata adalah :
1. Memberikan sesuatu
2. Berbuat sesuatu
3. Tidak berbuat sesuatu

Sebagai objek perikatan, prestasi memiliki sifat-sifat tertentu agar ketentuan yang
tertuang dalam perikatan dapat dengan sepenuhnya dilaksanakan oleh debitur.

Sifat-sifat prestasi adalah sebagai berikut :

1. Sesuatu yang sudah tertentu atau dapat ditentukan. Dengan demikian, perbuatan
debitur telah sesuai dengan ketentuan atau perbuatan yang telah ditentukan.
Apabila tidak tertentu dan atau tidak dapat ditentukan, perikatan dapat dibatalkan
atau batal dengan sendirinya (nietig).
2. Sesuatu yang mungkin dapat dilakukan oleh debitur, artinya perbuatan yang
dilakukan oleh debitur sangat wajar dan mudah untuk dilakukan. Apabila prestasi
yang harus dilakukan oleh debitur merupakan sesuatu yang tidak mungkin atau
tidak wajar, perikatan tersebut batal.
4
Wawan Muhwan Hariri, Hukum Perikatan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h.99.

7
3. Sesuatu yang diperbolehkan oleh undang-undang, ketentuan kesusilaan, aturan
agama, dan tidak bertentangan dengan ketertiban umum. Dengan demikian,
prestasi yang haram dan bertentangan dengan ketentuan kesusilaan, nilai-nilai
agama, dan ketertiban umum adalah prestasi yang batal atau perikatan yang batal.
4. Sesuatu yang memberikan manfaat untuk kreditur, manfaat dalam arti zat maupun
sifat dari benda dan jasanya sehingga kreditur dapat menggunakan,
memberdayakan, menikmati, dan mengambil hasilnya.
5. Terdiri atas satu atau lebih bentuk perbuatan.

E. Wanprestasi
Pada praktik di bank syariah, seorang nasabah pembiayaan dianggap
wanprestasi apabila ia tidak memenuhi kewajibannya atau terlambat memenuhinya
tetapi tidak seperti yang telah diperjanjikan dalam akad pembiayaan yang telah dibuat
sebelumnya. Secara umum adanya kelalaian atau wanprestasi tersebut harus
dinyatakan terlebih dahulu secara resmi dalam suatu pernyataan lalai, dengan cara
memperingatkan (somasi) pihak yang lalai untuk melaksanakan kewajibannya.5
Akibat wanprestasi tentunya akan merugikan salah satu pihak, dalam hal ini
kreditur, debitur yang melakukan wanprestasi harus bertanggung jawab atas lalainya
melakukan langkah sebagai tindakan preventif, yaitu :
1. Mengirim surat teguran atau peringatan atau somasi (aanmaning) teguran satu,
dua, dan tiga.
2. Survey dan negosisasi, setelah tiga bulan belum juga maka pihak bank akan
melakukan investigasi kelapangan menghubungi nasabah, selanjutnya dilakukan
negoisasi.
3. Bilamana dalam negoisasi menemukan solusi, maka akan dilakukan rescheduling
atau restrukturing, recondisioning, penyitaan.
4. Pihak bank dapat melakukan penandaan terhadap objek jaminan, bila obyek
jaminan ini disita oleh bank dengan dicet atau tanda lainnya.
5. Penjualan jaminan atau lelang.
Secara internal perbankan dapat melakukan tindakan preventif dan refresif
terhadap nasabah agar dapat melaksanakan kewajiban tanggung jawab debitur

5
Dewi Nurul Musjjtari, Penyelesaian Sengketa dalam Praktik Perbankan Syariah, (Yogyakarta: Parama
Publishing, 2012), h.144.

8
sebagai solusi penyelamatan modal dan pemaksaan terhadap debitur melakukan
prestasi seharusnya. Adapun cara tersebut, sebagai berikut :
a. Rescheduling adalah suatu tindakan yang diambil dengan cara memperpanjang
jangka waktu kredit atau jangka waktu angsuran. Debitur diberi keringanan
jangka waktu pembayaran pembiayaan.
b. Restructuring, adalah tindakan menambah modal nasabah karena
dipertimbangkan perlu penambahan modal.
c. Reconditioning adlaah tindakan yang diambil dengan merubah berbagai
persyaratan.
d. Kombinasi, yaitu campuran rescheduling, restructuring, reconditioning.
e. Pengahapusan hutang, yaitu nasabah dinyatakan penghapusan buku hutang
tetapi hutang yang ditanggung bank tetap punya hak tagih.
f. Penyitaan, yaiu jalan terakhir terhadap nasabah yang dinilai beriktikat tidak
baik, dinyatakan tidak mampu membayar hutangnya.6

F. Overmacht (Keadaan Memaksa)


Overmacht atau keadaan memaksa, yaitu suatu keadaan yang dialami oleh debitur
yang berada di luar kekuasaan dan kekuatannya sehingga ia tidak mampu
melaksanakan prestasinya, misalnya karena terjadinya gempa bumi, banjir, kebakaran
dahsyat. Karena peristiwa yang dialami oleh debitur prestasinya tidak dapat
dipenuhi.7Ada tiga unsur yang harus dipenuhi untuk keadaan memaksa, yaitu :
1. Tidak memenuhi prestasi
2. Ada sebab yang terletak di luar kesalahan debitur
3. Faktor penyebab itu tidak diduga sebelumnya dan tidak dipertanggung jawabkan
kepada debitur.

Akibat overmacht, yaitu kreditur tidak dapat menuntut agar perikatan itu dipenuhi
dan tidak dapat mengatakan debitur berada dalam keadaan lalai dan oleh karena itu
tidak dapat menuntut. Pada dasarnya, ada tiga hal yang menyebabkan debitur tidak
melakukan penggantian biaya, kerugian, dan bunga, yaitu :

1. Adanya suatu hal yang tidak terduga sebelumnya

6
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2002), h.129.
7
Wawan Muhwan Hariri, Hukum Perikatan dalam Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011), h.106.

9
2. Terjadinya secara kebetulan
3. Keadaan memaksa, dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :
a. Keadaan memaksa absolut (mutlak)
b. Keadaan memaksa yang relatif (nisbi)

G. Fatwa dan Penafsiran Pembiayaan dalam Regulasi


Salah satu penyebab munculnya penafsiran yang berbeda-beda antara satu
bank syariah dengan bank syariah lain adalah adanya perbedaan antara ketentuan-
ketentuan yang ada dalam Fatwa DSN-MUI dengan yang ada dalam regulasi Bank
Indonesia. Kondisi tersebut diharapkan segera dapat diatasi karena dalam Undang-
Undang No. 21 Tahun 2008 diperkenalkan adanya Komite Perbankan Syariah yang
bertugas menerjemahkan fatwa-fatwa DSN-MUI menjadi regulasi Bank Indonesia.
Berikut ini adalah gambaran ketentuan-ketentuan kredit VS Pembiayaan yang ada
dalam fatwa DSN-MUI dan aplikasinya dalam bentuk regulasi BI.

KREDIT PEMBIAYAAN
(UU Perbankan No. 10/1998) (UU Perbankan Syariah No.
21/2008)
Kredit adalah penyediaan uang atau Pembiayaan adalah penyediaan dana
tagihan yang dapat dipersamakan atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu berdasarkan persetujuan dengan itu berupa :
atau kesepakatan pinjam-meminjam a. Transaksi bagi hasil dalam
antara bank dengan pihak lain yang bentuk mudharabah dan
mewajibkan pihak peminjam untuk musyarakah
melunasi utangnya setelah jangka b. Transaksi sewa-menyewa dalam
waktu tertentu dengan pemeberian bentuk ijarah atau sewa beli
bunga. Kredit adalah penyediaan dalam bentuk ijarah mutahiyya
uang atau tagihan yang dapat bittamlik
dipersamakan dengan itu c. Transaksi jual beli dalam bentuk
berdasarkan persetujuan atau piutang murabahah, salam, dan
kesepakatan pinjam-meminjam istishna’
antara bank dengan pihak lain yang d. Transaksi pinjam-meminjam
mewajibkan pihak peminjam untuk dalam bentuk piutang qardh

10
melunasi utangnya setelah jangka e. Transaksi sewa-menyewa jasa
waktu tertentu dengan pemberian dalam bentuk ijarah untuk
bunga. transaksi multijasa
Berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara Bank Syariah
dan/atau UUS dan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai
dan/atau diberi fasilitas dana untuk
mengembalikan dana tersebut setelah
jangka waktu tertentu dengan
imabalan ujrah, tanpa imbalan atau
bagi hasil.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebijakan pembiayaan pada prakteknya hampir sama dengan kebijakan kredit
yang diberikan bank konvensional dalam menyalurkan kreditnya namun pada
pembiyaan dibank syariah lebih menekankan pada aspek syar’i atas pembiyaan yang
akan diberikan kepada nasabahnya, Dalam penetapan kebijakan pembiayaan yang
harus diperhatikan tiga asas pokok yaitu asas likuidasi, asas solvabilitas, dan asas
rentabilitas. Sebagai lembaga perantara keuangan, bank syariah harus memperhatikan
atau membuat kebijakan-kebijakan yang akan diikuti dalam operasionalnya.
Sehubungan dengan pelaksanaan pembiayaan di bank syariah, maka ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, yaitu kebijakan umum pembiayaan bank syariah dan
pengambil keputusan pembiayaan. Proses pemberian pembiayaan bank syariah
kepada nasabah-nasabahnya juga sangat memperhatikan aspek-aspek teknik
administratif. Adapun aspek-aspek yang sangat diperhatikan atau sebagai dasar
perimbangan pembiayaan adalah surat permohonan pembiayaan dan proses evaluasi.

B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami susun. Tentunya makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan maka dari itu pemakalah sangat mengharapkan kritik dan
saran dari bapak dan teman-teman untuk membangun dan memperbaiki makalah ini
dan pembuatan makalah selanjutnya. Penulis juga meminta maaf apabila ada
penulisan yang salah.

12
DAFTAR PUSTAKA

Dewi Nurul Musjjtari. (2012). Penyelesaian Sengketa dalam Praktik Perbankan Syariah.
Yogyakarta: Parama Publishing.

Kasmir. (2002). Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT Grafindo Persada.

Muhammad. (2014). Manajemen Dana Bank Syariah. Jakarta : Rajawali Pers.

Muhammad. (2016). Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah (Edisi Kedua) Cet. 1.


Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Teguh Pudjo Mulyono. (2001). Manajemen Perkreditan bagi Bank komersil. Yogyakarta:
BPFE.

Wawan Muhwan Hariri. (2011). Hukum Perikatan. Bandung: CV Pustaka Setia.

13

Anda mungkin juga menyukai