Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Pendanaan dan Pembiayaan Bank
Syariah
Disusun Oleh :
2022/2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kebijakan dan Teknik
Pembiayaan Bank Syariah” ini dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pendanaan dan Pembiayaan Bank
Syariah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi pembaca dan
penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Suhirman, S.H.I., MA.Ek, selaku
dosen mata kuliah Manajemen Pendanaan dan Pembiayaan Bank Syariah yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER.......................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan Masalah...............................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
D. Prestasi............................................................................................................................7
E. Wanprestasi.....................................................................................................................8
BAB III.....................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................12
A. Kesimpulan...................................................................................................................12
B. Saran..............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
kelangsungan usaha bank. Sebaliknya, bila pengelolaannya tidak baik akan
menimbulkan permasalahan dan berhentinya usaha bank. Oleh Karena itu diperlukan
adanya suatu manajemen pembiayaan syariah yang baik sehingga penyaluran dan atau
dalam hal ini pembiayaan kepada nasabah bisa efektif dan efisien sesuai dengan
tujuan dari perusahaan maupun syariat Islam itu sendiri. Oleh karena itu kami sebagai
penulis mencoba memaparkan bagaimana konsep dari manajemen pembiayaan
syariah itu sendiri yang dimulai dari kebijakan dan perencanaan dari pembiayaan,
analisis pembiayaan untuk penentuan kelayakan dari pembiayaan, pengawasan
pembiayaan dan cara penyelesaian pembiayaan bermasalah sehingga diharapkan baik
penulis, rekan mahasiswa, maupun masyarakat bisa lebih memahami mengenai
manajemen pembiayaan syariah.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diperoleh beberapa rumusan masalahnya, antara
lain :
1. Apa itu kebijakan pembiayaan?
2. Bagaimana ketentuan dan kebijakan pembiayaan di bank syariah?
3. Bagaimana kelayakan pemberian pembiayaan sebelum persetujuan akad?
4. Apa itu prestasi?
5. Apa itu wanprestasi?
6. Bagaimana fatwa dan penafsiran pembiayaan dalam regulasi?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian kebijakan pembiayaan
2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana ketentuan dan kebijakan
pembiayaan di bank syariah
3. Untuk mengetahui bagaimana kelayakan pemberian pembiayaan sebelum
persetujuan akad
4. Untuk mengetahui pengertian prestasi
5. Unutk mengetahui pengertian wanprestasi
6. Untuk mengetahui dan memahami fatwa dan penafsiran pembiayaan dalam
regulasi
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Dari uraian di atas tujuan dari penetapan kebijakan pembiayaan, Teguh Pudjo
Mulyono dalam bukunya yang berjudul “Menejemen perkreditan bagi Bank
komersil”, (2001,:20-24) yaitu :1
1. Untuk penyediaan sarana penjagaan atau pengaman terhadap aset Bank dan
dana yang disimpan oleh para deposan secara memadai agar dana yang
ditanamkan ke dalam bank tersebut dapat dikembangkan hingga dapat
memperoleh “Return” yang optimal.
2. Sebagai dasar pedoman kerja dalam menghadapi perkembangan
perekonomuan khususnya yang menyangkut kegiatan perbankan maksudntya
sebagai unit perekonomian sudah tentu tidak dapat melepaskan diri dari setiap
perkembangan yang terjadi pada kegiatan perekonomian yang
mengelilinginya.
3. Sebagai pedoman bagi para pejabat pembiayaan bank yang bersangkutan
dalam menyelesaikan tugasnya.
1
Teguh Pudjo Mulyono, “Menejemen perkreditan bagi Bank komersil”, (Yogyakarta: BPFE, 2001)
2
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah (Edisi Kedua) Cet. 1, (Yogyakarta: UPP STIM
YKPN, 2016), h.177.
4
Wholesale, yaitu untuk kelompok nasabah yang memiliki usaha dalam
bentuk korporasi dan menengah.
Retail, adalah kelompok usaha nasabah yang diklasifikasikan sebagai
pengusaha kecil
b. Valuta, meliputi : Pembiayaan yang berkaitan dengan aktivitas valuta
domestik maupun asing, seperti rupiah dan mata uang asing.
c. Penggunaan, dilihat dari penggunaan pembiayaan, maka pembiayaan dapat
digunakan untuk :
Modal kerja
Investasi
Konsumtif
d. Skala Prioritas, skala prioritas pembiayaan dapat dilakukan oleh bank syariah
dalam bentuk pembiayaan :
Pembiayaan program (pemerintah)
Pembiayaan komersil
e. Sektoral, dilihat dari sektor yang dibiayai oleh bank syariah maka pembiayaan
bank syariah dapat dialokasikan untuk sektor ekonomi :
Pertanian
Pertambangan
Perindustrian
Listrik, Air, & Gas
Konstruksi
Perdagangan
Pengangkutan
Jasa dunia usaha
Jasa sosial
Lainnya
f. Jenis pembiayaan
Bank syariah merupakan institusi keuangan yang sangat berbeda dengan bank
konvensional. Bank syariah mengembangkan produknya sangat bervariasi.
Dalam produk pembiayaan, bank syariah akan menawarkan produk-produk
sebagai berikut :
Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan Musyarakah
5
Murabahah
Salam
Ishtisna
Ijarah, dan lain-lain.
3
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta : Rajawali Pers, 2014), h.323.
6
Dengan kata lain, permohonan yang tidak didukung data dan dokumen yang
tidak dapat diproses. Biasanya cepat/lambatnya pemrosesan suatu permohonan
pembiayaan, terutama ditentukan pada tahap ini. Jika dipaksakan (baik oleh
nasabah maupun pimpinan bank), hasil akhirnya sangat riskan, yang
kemungkinan besar menimbulkan kerugian di pihak bank dan nasabah yang
bersangkutan.
b. Proses penilaian, proses ini dapat dilakukan melalui beberapa tahapan kantor
bank syariah, utamanya jika bank syariah tersebut adalah bank umum.
D. Prestasi
Prestasi adalah sesuatu yang wajib dipenuhi oleh debitur dalam suatu
perikatan. Denga kata lain, prestasi adalah objek perikataan. Dalam hukum perdata,
kewajiban memenuhi prestasi selalu disertai jaminan harta kekayaan debitur. Dalam
pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata, dinyatakan bahwa semua harta kekayaan debitur,
baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang
akan ada, menjadi jaminan pemenuhan utangnya terhadap kreditur.4
Bentuk-bentuk prestasi menurut ketentuan Pasal 1234 KUH Perdata adalah :
1. Memberikan sesuatu
2. Berbuat sesuatu
3. Tidak berbuat sesuatu
Sebagai objek perikatan, prestasi memiliki sifat-sifat tertentu agar ketentuan yang
tertuang dalam perikatan dapat dengan sepenuhnya dilaksanakan oleh debitur.
1. Sesuatu yang sudah tertentu atau dapat ditentukan. Dengan demikian, perbuatan
debitur telah sesuai dengan ketentuan atau perbuatan yang telah ditentukan.
Apabila tidak tertentu dan atau tidak dapat ditentukan, perikatan dapat dibatalkan
atau batal dengan sendirinya (nietig).
2. Sesuatu yang mungkin dapat dilakukan oleh debitur, artinya perbuatan yang
dilakukan oleh debitur sangat wajar dan mudah untuk dilakukan. Apabila prestasi
yang harus dilakukan oleh debitur merupakan sesuatu yang tidak mungkin atau
tidak wajar, perikatan tersebut batal.
4
Wawan Muhwan Hariri, Hukum Perikatan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h.99.
7
3. Sesuatu yang diperbolehkan oleh undang-undang, ketentuan kesusilaan, aturan
agama, dan tidak bertentangan dengan ketertiban umum. Dengan demikian,
prestasi yang haram dan bertentangan dengan ketentuan kesusilaan, nilai-nilai
agama, dan ketertiban umum adalah prestasi yang batal atau perikatan yang batal.
4. Sesuatu yang memberikan manfaat untuk kreditur, manfaat dalam arti zat maupun
sifat dari benda dan jasanya sehingga kreditur dapat menggunakan,
memberdayakan, menikmati, dan mengambil hasilnya.
5. Terdiri atas satu atau lebih bentuk perbuatan.
E. Wanprestasi
Pada praktik di bank syariah, seorang nasabah pembiayaan dianggap
wanprestasi apabila ia tidak memenuhi kewajibannya atau terlambat memenuhinya
tetapi tidak seperti yang telah diperjanjikan dalam akad pembiayaan yang telah dibuat
sebelumnya. Secara umum adanya kelalaian atau wanprestasi tersebut harus
dinyatakan terlebih dahulu secara resmi dalam suatu pernyataan lalai, dengan cara
memperingatkan (somasi) pihak yang lalai untuk melaksanakan kewajibannya.5
Akibat wanprestasi tentunya akan merugikan salah satu pihak, dalam hal ini
kreditur, debitur yang melakukan wanprestasi harus bertanggung jawab atas lalainya
melakukan langkah sebagai tindakan preventif, yaitu :
1. Mengirim surat teguran atau peringatan atau somasi (aanmaning) teguran satu,
dua, dan tiga.
2. Survey dan negosisasi, setelah tiga bulan belum juga maka pihak bank akan
melakukan investigasi kelapangan menghubungi nasabah, selanjutnya dilakukan
negoisasi.
3. Bilamana dalam negoisasi menemukan solusi, maka akan dilakukan rescheduling
atau restrukturing, recondisioning, penyitaan.
4. Pihak bank dapat melakukan penandaan terhadap objek jaminan, bila obyek
jaminan ini disita oleh bank dengan dicet atau tanda lainnya.
5. Penjualan jaminan atau lelang.
Secara internal perbankan dapat melakukan tindakan preventif dan refresif
terhadap nasabah agar dapat melaksanakan kewajiban tanggung jawab debitur
5
Dewi Nurul Musjjtari, Penyelesaian Sengketa dalam Praktik Perbankan Syariah, (Yogyakarta: Parama
Publishing, 2012), h.144.
8
sebagai solusi penyelamatan modal dan pemaksaan terhadap debitur melakukan
prestasi seharusnya. Adapun cara tersebut, sebagai berikut :
a. Rescheduling adalah suatu tindakan yang diambil dengan cara memperpanjang
jangka waktu kredit atau jangka waktu angsuran. Debitur diberi keringanan
jangka waktu pembayaran pembiayaan.
b. Restructuring, adalah tindakan menambah modal nasabah karena
dipertimbangkan perlu penambahan modal.
c. Reconditioning adlaah tindakan yang diambil dengan merubah berbagai
persyaratan.
d. Kombinasi, yaitu campuran rescheduling, restructuring, reconditioning.
e. Pengahapusan hutang, yaitu nasabah dinyatakan penghapusan buku hutang
tetapi hutang yang ditanggung bank tetap punya hak tagih.
f. Penyitaan, yaiu jalan terakhir terhadap nasabah yang dinilai beriktikat tidak
baik, dinyatakan tidak mampu membayar hutangnya.6
Akibat overmacht, yaitu kreditur tidak dapat menuntut agar perikatan itu dipenuhi
dan tidak dapat mengatakan debitur berada dalam keadaan lalai dan oleh karena itu
tidak dapat menuntut. Pada dasarnya, ada tiga hal yang menyebabkan debitur tidak
melakukan penggantian biaya, kerugian, dan bunga, yaitu :
6
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2002), h.129.
7
Wawan Muhwan Hariri, Hukum Perikatan dalam Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011), h.106.
9
2. Terjadinya secara kebetulan
3. Keadaan memaksa, dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :
a. Keadaan memaksa absolut (mutlak)
b. Keadaan memaksa yang relatif (nisbi)
KREDIT PEMBIAYAAN
(UU Perbankan No. 10/1998) (UU Perbankan Syariah No.
21/2008)
Kredit adalah penyediaan uang atau Pembiayaan adalah penyediaan dana
tagihan yang dapat dipersamakan atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu berdasarkan persetujuan dengan itu berupa :
atau kesepakatan pinjam-meminjam a. Transaksi bagi hasil dalam
antara bank dengan pihak lain yang bentuk mudharabah dan
mewajibkan pihak peminjam untuk musyarakah
melunasi utangnya setelah jangka b. Transaksi sewa-menyewa dalam
waktu tertentu dengan pemeberian bentuk ijarah atau sewa beli
bunga. Kredit adalah penyediaan dalam bentuk ijarah mutahiyya
uang atau tagihan yang dapat bittamlik
dipersamakan dengan itu c. Transaksi jual beli dalam bentuk
berdasarkan persetujuan atau piutang murabahah, salam, dan
kesepakatan pinjam-meminjam istishna’
antara bank dengan pihak lain yang d. Transaksi pinjam-meminjam
mewajibkan pihak peminjam untuk dalam bentuk piutang qardh
10
melunasi utangnya setelah jangka e. Transaksi sewa-menyewa jasa
waktu tertentu dengan pemberian dalam bentuk ijarah untuk
bunga. transaksi multijasa
Berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara Bank Syariah
dan/atau UUS dan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai
dan/atau diberi fasilitas dana untuk
mengembalikan dana tersebut setelah
jangka waktu tertentu dengan
imabalan ujrah, tanpa imbalan atau
bagi hasil.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebijakan pembiayaan pada prakteknya hampir sama dengan kebijakan kredit
yang diberikan bank konvensional dalam menyalurkan kreditnya namun pada
pembiyaan dibank syariah lebih menekankan pada aspek syar’i atas pembiyaan yang
akan diberikan kepada nasabahnya, Dalam penetapan kebijakan pembiayaan yang
harus diperhatikan tiga asas pokok yaitu asas likuidasi, asas solvabilitas, dan asas
rentabilitas. Sebagai lembaga perantara keuangan, bank syariah harus memperhatikan
atau membuat kebijakan-kebijakan yang akan diikuti dalam operasionalnya.
Sehubungan dengan pelaksanaan pembiayaan di bank syariah, maka ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, yaitu kebijakan umum pembiayaan bank syariah dan
pengambil keputusan pembiayaan. Proses pemberian pembiayaan bank syariah
kepada nasabah-nasabahnya juga sangat memperhatikan aspek-aspek teknik
administratif. Adapun aspek-aspek yang sangat diperhatikan atau sebagai dasar
perimbangan pembiayaan adalah surat permohonan pembiayaan dan proses evaluasi.
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami susun. Tentunya makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan maka dari itu pemakalah sangat mengharapkan kritik dan
saran dari bapak dan teman-teman untuk membangun dan memperbaiki makalah ini
dan pembuatan makalah selanjutnya. Penulis juga meminta maaf apabila ada
penulisan yang salah.
12
DAFTAR PUSTAKA
Dewi Nurul Musjjtari. (2012). Penyelesaian Sengketa dalam Praktik Perbankan Syariah.
Yogyakarta: Parama Publishing.
Teguh Pudjo Mulyono. (2001). Manajemen Perkreditan bagi Bank komersil. Yogyakarta:
BPFE.
13