Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“Etika Kerja Bagian Administrasi Kredit/Pembiayaan Dalam


Kerjasama Dengan Marketing”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah


Etika Profesi

Oleh Kelompok 8:
Mhd Rommeydahl Putra Nim: 2130401084
Refaldi R. Ihsan Nim: 2130401114

Dosen Pengampu:
Vicky Azhari SE., ME., CRBD., CIRBD

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS
BATUSANGKAR
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum WR. WB
Puji syukur Alhamdulillah hirobbil „alamin puji beserta syukur marilah
kita ucapkan atas kehadiran Allah SWT yang mana berkat dan rahmat beliau
pemakalah dapat menyelesaikan makalah kelompok 8 yang berjudul “Etika Kerja
Bagian Administrasi Kredit/Pembiayaan Dalam Kerjasama Dengan
Marketing”ini.
Sholawat beserta salam marilah sama-sama kita kirimkan doa kepada
pimpinan umat islam sedunia yakni Nabi Muhammad SAW., keluarganya,
sahabatnya dan sampai kepada kita selalu umatnya.
Pemakalah telah menulis sebuah makalah “Etika Kerja Bagian
Administrasi Kredit/Pembiayaan Dalam Kerjasama Dengan Marketing”,
untuk itu apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini yang tidak
disengaja atau kekhilafan, maka dari itu pemakalah mengharapkan ide, gagasan,
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Atas ide,
gagasan, kritik dan saran yang membangun peserta diskusi pemaklah ucapkan
terimakasih.

Batusangkar, 10 November 2023

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

C. Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

A. Yang Harus Dilakukan Oleh Bag. Adm Kredit/Pembiayaann..................... 3

B. Yang Tidak Boleh Dilakukan Oleh Bag. Adm Kredit/Pembiayaan ............. 8

C. Prosedur Inspection On The Spot Lokasi Dan Agunan................................ 9

D. Prosedur Pengikatan Agunan Secara Yuridis ............................................. 11

BAB III PENUTUP............................................................................................... 13

A. Kesimpulan ................................................................................................ 13

B. Saran........................................................................................................... 14

DAFTAR KEPUSTAKAAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perbankan syariah adalah salah satu sektor yang berkembang pesat
dalam industri keuangan. Prinsip utama yang mendasari perbankan syariah
adalah kepatuhan terhadap hukum syariah Islam, yang mencakup etika kerja
yang tinggi. Bagian administrasi kredit/pembiayaan dalam perbankan syariah
memiliki peran sentral dalam menyediakan produk dan layanan keuangan yang
mematuhi prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, etika kerja yang kuat dalam
administrasi kredit sangat penting dalam menjaga kesucian transaksi keuangan
syariah dan kepercayaan nasabah.
Di dalam perbankan syariah, pemahaman tentang etika kerja memiliki
dimensi tambahan, yaitu kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah. Prinsip-
prinsip syariah melarang riba (bunga), spekulasi berlebihan, dan investasi
dalam bisnis yang dilarang oleh Islam. Oleh karena itu, staf administrasi kredit
di perbankan syariah harus memiliki pemahaman mendalam tentang prinsip-
prinsip syariah dan bagaimana menerapkannya dalam praktik kredit.
Ketidakpahaman atau penafsiran yang salah dapat mengakibatkan transaksi
yang tidak sah secara syariah dan melanggar etika kerja.
Sama seperti dalam perbankan konvensional, perbankan syariah juga
menghadapi tekanan kinerja yang tinggi dalam mencapai target pertumbuhan
dan keuntungan. Namun, di perbankan syariah, tekanan ini dapat menjadi lebih
kompleks karena perlu menjaga kesucian dari segi syariah dalam setiap
transaksi. Tekanan untuk mencapai target pertumbuhan dapat menyebabkan
praktik-praktik yang tidak etis, seperti pengabaian terhadap prinsip-prinsip
syariah atau pembiayaan yang tidak sesuai dengan ketentuan syariah.
Dalam perbankan syariah, nasabah mengharapkan bahwa lembaga
tersebut akan menjalankan bisnis sesuai dengan prinsip-prinsip syariah yang
ketat. Jika terjadi pelanggaran etika kerja atau prinsip-prinsip syariah, hal ini
dapat merusak kepercayaan nasabah dan dapat mengakibatkan kerugian

1
2

finansial yang signifikan. Selain itu, skandal etika dalam perbankan syariah
dapat membahayakan reputasi seluruh industri perbankan syariah, yang dapat
mengancam pertumbuhan dan kelangsungan bisnis di masa depan.
Dalam konteks perbankan syariah, pendidikan dan kesadaran tentang
etika kerja dan prinsip-prinsip syariah sangat penting. Pelatihan yang intensif
mengenai etika kerja dan prinsip-prinsip syariah, serta budaya perusahaan
yang kuat berlandaskan etika, dapat membantu staf administrasi kredit
memahami dan menghormati prinsip-prinsip tersebut dalam pekerjaan sehari-
hari mereka. Pendidikan dan kesadaran yang baik dapat membantu mencegah
pelanggaran etika dan menjaga kesucian transaksi perbankan syariah, sehingga
menciptakan lingkungan kerja yang lebih etis dan sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat
diambil adalah sebagai berikut:
1. Apa yang harus dilakukan Oleh bag. Adm Kredit/Pembiayaan?
2. Apa yang tidak boleh dilakukan Oleh bag. Adm kredit/pembiayaan?
3. Bagaimana Prosedur inspection on the spot lokasi dan agunan?
4. Bagaimana Prosedur pengikatan agunan secara yuridis?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang dapat diambil
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui yang harus dilakukan Oleh bag. Adm Kredit/Pembiayaan
2. Mengetahui yang tidak boleh dilakukan Oleh bag. Adm
kredit/pembiayaan
3. Mengetahui Prosedur inspection on the spot lokasi dan agunan
4. Mengetahui Prosedur pengikatan agunan secara yuridis
BAB II
PEMBAHASAN

A. Yang Harus Dilakukan Oleh Bag. Adm Kredit/Pembiayaan


Pada suatau organisasi pembiayaan, pada umumnya terdapat empat
fungsi pokok, yaitu fungsi strategis, fungsi pemasaran, fungsi pengambilan
keputusan, dan fungsi administrasi. Keempat fungsi tersebut dijelaskan sebagai
berikut:(Nasution, 2018)

1. Fungsi strategis dan penetapan kebijakan pembiayaan


Penyaluran pembiayaan diawali dengan penetapan tujuan strategis.
Hal tersebut mencakup penetapan segmented costumer, sector industry,
target pertumbuhan dan penetapan tingkat risiko yang akan diambil. Tujuan
strategis ini akan memberikan dampak tata cara, organisasi dan infrastruktur
penyaluran pembiayaan, berikut alokasi sumber daya dan kegiatan
pemasaran yang akan dijalankan oleh bank. Tujuan strategis biasanya
dilakukan untuk memiliki dampak jangka panjang bagi bisnis bank. Fungsi
strategis penyaluran pembiayaan dilakukan oleh Direksi dengan persetujuan
Komisaris. Untuk menerjemahkan kebijakan strategis dalam bidang
pembiayaan, dibentuk unit kerja yang bertugas merancang produk,
menyusun ketentuan dan prosedur yang menjadi pedoman bagi unit kerja
lain dalam melaksanakan tugasnya
2. Fungsi pemasaran
Dalam hal bisnis selalu ada bidang penjualan, tetapi bagaimana
sebuah pemasaran melakukan penjualan berbeda-beda tergantung pada
nature business yang dijalankan. Penjualan lebih merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk mendapatkan pembeli/nasabah untuk membeli produk dan
jasa yang ditawarkan, sedangkan pemasaran adalah segala upaya yang
dilakukan oleh perusahaan untuk mempermudah terjadinya penjualan.
Begitu pula dengan lembaga keuangan bank. Sebuah bank untuk
dapat “menjual” produknya baik produk pendanaan maupun pembiayaan,

3
4

maka bank membentuk unit kerja yang terdiri atas tenaga-tenaga marketing.
Yang menjadi pokok utama tugas seorang marketing ada mencari nasabah
yang diperkirakan fisibel, sesuai dengan criteria yang telah ditetapkan. Ada
berbagai istilah yang digunakan untuk menyebut tenaga penjual produk
pembiayaan bank, antara lain Sales Executive, Finance Officer, Account
Officer, Account Manager atau Relationship Manager. Namun terkadang
istilah-istilah tersebut dibedakan satu sama lain berdasarkan ruang lingkup
tugas yang sering kali berbeda-beda antara satu bank dengan bank lainnya.
Ruang lingkup tugas tenaga marketing, antara lain:
a. Mencari dan mendapatkan calon nasabah, serta merencanakan
kunjungan-kunjungan ke calon nasabah.
b. Melakukan penjualan produk pembiayaan kepada calon nasabah.
c. Menerapkan prinsip “Know Your Costumer” dalam berhubungan
dengan nasabah.
d. Membuat laporan berkala kunjungan nasabah.
e. Mengumpulkan dan meneliti data dan informasi nasabah dalam
rangka memproses pemberian pembiayaan.
f. Melakukan analisis awal terhadap kelayakan pembiayaan dalam
rangka memproses persetujuan pembiayaan.
g. Memonitoring pencairan dana pembiayaan maupun pelunasan
pembiayaan.
h. Memelihara hubungan baik dengan nasabah.
i. Melakukan cross-selling produk-produk bank lainnya.

Tenaga marketing untuk pembiayaan konsumer dan mikro, biasanya


hanya bertugas mendapatkan nasabah dan mengumpulkan data-data
primer nasabah, terkadang disebut Sales Executive. Tenaga marketing
untuk pembiyaan kecil dan menengah, selain mencari nasabah, biasanya
juga bertugas menyiapkan proposal pembiayaan dan menjaga hubungan
baik dengan nasabah. Tenaga marketing yang memiliki tugas demikian
disebut Account Officer atau Account Manager. Sementara itu, untuk
penjualan pembiayaan korporasi, biasanya dipisahkan antara petugas
5

yang mencari nasabah, menjalin hubungan baik dan cross selling,


dengan petugas yang melakukan analisis pembiayaan. Fungsi pertama
dijalankan oleh Relatinship Manager, sedangkan fungsi analisis
pembiayaan menjadi bagian tugas unit kerja Risk Management Officer.

3. Fungsi pengambilan keputusan/pemegang kewenangan/komite pembiayaan


Usulan pembiayaan yang diajukan oleh tenaga marketing, bermuara
pada proses pengambilan keputusan disetujui atau tidaknya usulan
pembiayaan yang diajukan. Prinsip utama yang digunakan dalam mengatur
kewenangan pengambilan keputusan pembiayaan dikenal dengan istilah
“Four Eyes Principle”. Berdasarkan prinsip tersebut, pengambilan
keputusan pembiayaan harus dilakukan oleh pejabat yang memegang peran
bisnis, yaitu yang memiliki tugas mencapai target pertumbuhan bisnis bank
dan pejabat yang bertugas mengelola risiko.
Dalam hal pengambilan keputusan pembiayaan, masing-masing
bank memiliki ketentuan dan tata cara sendiri. Terdapat empat model
pengambilan keputusan pembiayaan yang diterapkan oleh bank-bank,
antara lain:
a. Model pertama, masing-masing pejabat mempunyai kewenangan
dengan limit/batas yang diberikan oleh manajemen secara berjenjang.
Usulan pembiayaan harus disetujui satu pejabat yang memiliki limit
minimal sama dengan plafon pembiayaan yang diajukan oleh calon
nasabah.
b. Model kedua, pejabat pemutus pembiayaan yang memiliki limit
kewenangan tertentu, dapat bergabung dengan pejabat lain yang juga
memiliki kewenangan tertentu sehingga keduanya dapat menyetujui
pembiayaan dengan plafon maksimal sebesar limit wewenang
gabungan kedua pejabat tersebut.
c. Model ketiga, usulan pembiayaan di atas jumlah tertentu harus diputus
dalam komite pembiayaan.
d. Model keempat, semua keputusan pembiayaan hanya bisa dilakukan
melalui komite pembiayaan.
6

4. Fungsi administrasi pembiayaan


Dalam pengelolaan pembiayaan fungsi administrasi dimulai saat
marketing menyiapkan aplikasi permohonan usulan fasilitas pembiayaan,
dengan membantu memverifikasi informasi data-data lapangan dan
jaminan. Kemudian setelah aplikasi permberian fasilitas pembiayan
diajukan kepada komite pemutus pembiayaan, maka pelaksana administrasi
pembiayaan harus melakukan dokumentasi usulan penolakan (reject) atau
persetujuan (approve) pembiayaan oleh komite pemutus pembiayaan. Jika
aplikasi pembiayaan tersebut disetujui (approve), makan akan dilanjutkan
ke proses pengikatan/akad perjanjian pembiayaan dan jaminan.
Seorang pejabat yang bertugas di unit administrasi pembiayaan
harus memeriksa dan memastikan kelengkapan dokumen yang menjadi
syarat dalam persetujuan pembiayaan dan dokumen pengikatan perjanjian
pembiayaan dan jaminan telah dilakukan dengan sempurna dilengkapi
covernote dari notaris. Sehingga, fungsi dari unit administrasi pembiayan
sangat penting dalam meenjaga kepentingan bank.
Pada umumnya fungsi utama unit kerja administrasi pembiayaan
antara lain:
a. Memastikan bahwa proses administrasi pembiayaan telah dilakukan
sesuai dengan aturan yang ada.
b. Bertanggung jawab terhadap kelangkapan dan kelayakan dokumen
pembiayaan, serta surat-surat jaminan maupun kesesuaian dengan
dokumen jaminan asli.
c. Memastikan persiapan dalam proses pengikatan dan penerimaan
dokumen pembiayaan/jaminan dijalankan sesuai prosedur.
d. Memastikan penutupan asuransi jiwa nasabah pembiayaan dan
kebakaran telah dilakukan dibuktikan dengan covernote dari pihak
asuransi.
e. Moniroring proses review dokumen persetujuan (approval)
pembiayaan (pencairan/pelunasan pembiayan) telah dijalaankan sesuai
prosedur.
7

f. Melakukan verifikasi status kolektibilitas nasabah melalui BI


Checking
g. Memastikan pemenuhan dokumen yang dipersyaratkan oleh komite
pemutus pembiayaan.
h. Membuat laporan pembiayaan untuk kepentingan internal.
i. Memastikan dan melakukan pengecekan pengkinian data/dokumen
dan melakukan arsip dokumen serta jaminan pembiayaan.

Setelah melewati proses akad/pengikatan perjanjian pembiayaan


dan seluruh dokumen yang menjadi persyaratan telah dipenuhi, proses
selanjutnya adalah tahap pencairan pembiayaan. Walaupun dapat
dikategorikan sebagai pencatatan pembiayaan, kebanyakan manajemen
bank memiliki unit kerja yang bertugas khusus membukukan pencairan
pembiayaan, monitoring pembayaran angsuran dan pelunasan nasabah,
serta pelaporan tunggakan. Pada umumnya unit kerja tersebut dikenal
dengan unit Operasional Pembiayaan.

5. Fungsi monitoring dan kebijakan pembiayaan


Pada unit pembiayaan yang menjadi ukuran kinerja adalah yang
mencerminkan ketepatan pemenuhan kewajiaban dalam membayar
angsuran nasabah, berikut tingkat keuntungan yang dihasilkan dari seluruh
transaksi nasabah nasabah dengan baik. Pemantauan kinerja pembiayaan
per individu nasabah, biasanya dilakukan oleh marketing yang merupakan
bagian dari tugas menjalin hubungan baik dengan nasabah. Namun
pemantauan kinerja pembiayaan berdasarkan kelompok nasabah atau per
segmen industry, dilakukan oleh unit pemantauan kinerja portofolio
pembiayaan yang biasanya berada dalam unit kerja Manajemen Risiko.
Selain itu, unit kerja pemantau kinerja pembiayaan yang bertugas
mengevaluasi proses pengukuran risiko dan proses persetujuan pembiayaan
dan menyampaikan usulan perbaikan kepada unit kerja yang menetapkan
peraturan dan prosedur.
8

Merupakan bagian dari pemantauan pembiayaan adalah memastikan


apakah kebijakan yang telah ditetapkan sudah dilaksanakan sebagaimana
mestinya. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, sering kali diperlukan
perumusan dan penetapan sistem dan prosedur pembiayaan kembali.
Pada umumnya, unit kerja monitoring dan kebijakan pembiayaan
memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:
a. Mengevaluasi permohonan pemberian fasilitas pembiayaan dari
cabang.
b. Memonitoring perkembangan dan kondisi kualitas pembaiayaan, serta
memberikan saran-saran langkah perbaiakan.
c. Membantu direksi dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan,
peraturan, arah dan strategi pembiayaan serta mengawasi pelaksanaan
kebijakan pembiayaan.
d. Melakukan analisis, mengevaluasi tingkat risiko pembiayaan dan
merekomendasi setiap proposal pembiayaan kepada pemutus
pembiayaan.
e. Melakukan koordinasi dan memonitoring langkah-langkah terkait
pencegahan pembiayaan bermasalah dan pelaksanaan penagihan pada
debitur untuk meminimalkan potensi kerugian.
f. Memastikan bahwa pemberian pembiayaan telah didasarkan pada
penilaian yang jujur, objektif, cermat, seksama dan terlepas dari
pengaruh pihak-pihak yang berkepentingan dengan pemohon
pembiayaan.

B. Yang Tidak Boleh Dilakukan Oleh Bag. Adm Kredit/Pembiayaan


Berdasarkan POJK No. 42 tahun 2017, yang tidak boleh dilakukan oleh
bagian administrasi kredit/pembiayaan adalah sebgai berikut: (Otoritas Jasa
Keuangan, 2017a)
9

1. Bank dapat memperluas cakupan fungsi, tugas, wewenang, dan tanggung


jawab dimaksud sesuai dengan kebutuhan masing-masing Bank dengan
ketentuan tidak boleh bertentangan dengan yang ditetapkan dalam PPKPB
2. Persetujuan pemberian Kredit atau Pembiayaan tidak boleh hanya
didasarkan atas pertimbangan permohonan untuk 1 (satu) transaksi atau 1
(satu) rekening Kredit atau Pembiayaan dari pemohon, namun harus atas
dasar penilaian seluruh Kredit atau Pembiayaan dari pemohon Kredit atau
Pembiayaan yang telah diberikan dan/atau akan diberikan secara bersamaan
oleh Bank atau yang dikenal dengan istilah konsep hubungan total pemohon
Kredit atau Pembiayaan (total relationship concept).
3. menyajikan penilaian yang objektif dan tidak dipengaruhi oleh pihak yang
berkepentingan dengan pemohon Kredit atau Pembiayaan. Analisis Kredit
atau Pembiayaan tidak boleh merupakan suatu formalitas yang dilakukan
sematamata untuk memenuhi prosedur perkreditan atau pembiayaan.
4. Dalam penetapan kolektibilitas tersebut Bank tidak boleh melakukan
pengecualian terutama Kredit atau Pembiayaan kepada pihak yang terkait
dengan Bank dan debitur besar tertentu.

C. Prosedur Inspection On The Spot Lokasi Dan Agunan


Bank syariah diwajibkan untuk melakukan inspeksi ke lokasi dan
agunan nasabah untuk meminimalkan risiko pembiayaan. Tata cara
pelaksanaan inspeksi diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam
Peraturan No. 41/POJK.03/2017(Otoritas Jasa Keuangan, 2017). Prosedur
inspeksi lokasi dan agunan dapat berbeda tergantung pada tujuan inspeksi dan
jenis agunan yang akan diperiksa. Namun, berikut adalah panduan umum
tentang bagaimana Anda dapat melaksanakan inspeksi lokasi dan agunan:
1. Persiapan Awal:
a. Pastikan Anda memiliki izin yang diperlukan untuk melakukan
inspeksi.
b. Siapkan daftar periksa atau checklist yang mencakup semua aspek
yang perlu diperiksa.
10

c. Pastikan Anda memiliki peralatan yang diperlukan, seperti kamera,


alat pengukur, catatan, dan perlengkapan keamanan yang sesuai.
2. Rencanakan Jadwal:
a. Tentukan jadwal yang sesuai dengan pemilik agunan atau pemilik
lokasi.
b. Pastikan cuaca dan kondisi lingkungan mendukung inspeksi yang
aman dan efisien.
3. Kunjungan Lokasi:
a. Saat tiba di lokasi, identifikasi diri dan tujuan inspeksi kepada
pemilik atau wakil pemilik agunan atau lokasi.
b. Pastikan Anda memiliki izin yang diperlukan untuk memasuki
properti jika perlu.
4. Inspeksi Agunan:
a. Periksa struktur bangunan, kondisi atap, dinding, dan lantai.
b. Periksa sistem utilitas seperti listrik, air, dan gas.
c. Evaluasi keamanan dan kondisi umum agunan.
d. Ambil foto atau catat temuan Anda.
5. Inspeksi Lokasi:
a. Tinjau keadaan lingkungan sekitar, seperti akses jalan, fasilitas
umum, dan komunitas sekitar.
b. Catat faktor-faktor lingkungan yang dapat memengaruhi nilai
agunan, seperti lokasi sekolah, fasilitas belanja, dan infrastruktur.
6. Laporan Inspeksi:
a. Setelah inspeksi selesai, susun laporan yang mencakup temuan
Anda.
b. Sertakan informasi rinci tentang kondisi agunan, lingkungan
sekitar, dan segala hal yang relevan.
c. Sarankan tindakan yang perlu diambil, jika diperlukan.
7. Komunikasi:
a. Berikan laporan inspeksi kepada pihak yang memerlukan, seperti
klien, pemberi pinjaman, atau pihak berwenang.
11

b. Diskusikan hasil inspeksi dengan pemilik agunan atau pemilik


lokasi, jika perlu.
8. Tindakan Lanjutan:
a. Terkadang, hasil inspeksi dapat memicu tindakan lanjutan seperti
perbaikan, penilaian ulang, atau pembaruan penilaian nilai agunan.
b. Pastikan tindakan yang diperlukan diambil sesuai dengan hasil
inspeksi.
Prosedur inspeksi ini dapat disesuaikan sesuai dengan kebutuhan dan
persyaratan spesifik dalam situasi tertentu. Pastikan untuk selalu mematuhi
hukum dan peraturan yang berlaku saat melakukan inspeksi lokasi dan agunan.

D. Prosedur Pengikatan Agunan Secara Yuridis


Pengikatan agunan secara yuridis adalah proses hukum yang
dilakukan untuk memberikan kepastian hukum atas agunan yang diberikan
oleh debitur kepada kreditur sebagai jaminan pelunasan utang tertentu.
Pengikatan agunan dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti
pengikatan jaminan kebendaan fidusia, pengikatan hak tanggungan,
pengikatan jaminan perorangan, dan lain-lain. Prosedur pengikatan agunan
meliputi beberapa tahapan, seperti penilaian agunan, pembuatan akta
pengikatan agunan, dan pendaftaran pengikatan agunan ke kantor
pendaftaran hak atas tanah. Pengikatan agunan bertujuan untuk memberikan
kepastian hukum bagi kreditur dan debitur serta memudahkan proses
eksekusi jika terjadi wanprestasi (Posumah, 2017). Prosedur pengikatan
agunan dapat berbeda-beda tergantung pada jenis agunan dan peraturan
yang berlaku di masing-masing bank atau lembaga keuangan. Berikut
adalah prosedur umum pengikatan agunan secara yuridis:

1. Penyediaan Dokumen Agunan: Pemohon atau nasabah bank harus


menyediakan dokumen-dokumen agunan yang sah, seperti sertifikat hak
atas tanah, sertifikat kendaraan bermotor, atau dokumen lain yang
sesuai.
12

2. Penilaian Agunan: Bank akan menilai nilai agunan untuk menentukan


apakah itu memadai untuk tujuan peminjaman Ini dapat melibatkan
penilai independen jika diperlukan.
3. Pemeriksaan Hukum: Bank akan melakukan pemeriksaan hukum terkait
agunan, seperti mengonfirmasi status kepemilikan dan apakah ada
beban atau pembatasan hukum lainnya.
4. Penandatanganan Perjanjian: Bank dan nasabah akan menandatangani
perjanjian pengikatan agunan yang mengatur persyaratan dan hak dan
kewajiban masing-masing pihak.
5. Pendaftaran Agunan: Agunan harus didaftarkan pada lembaga
pendaftaran yang berwenang, seperti Badan Pertanahan Nasional (BPN)
untuk agunan tanah atau Kepolisian untuk agunan kendaraan.
6. Penyerahan Agunan: Agunan harus diserahkan kepada bank atau pihak
ketiga yang ditunjuk oleh bank, sesuai dengan ketentuan perjanjian.
7. Penyimpanan Dokumen: Dokumen-dokumen agunan harus disimpan
dengan baik oleh bank untuk tujuan keamanan dan pelacakan.
8. Penyusunan Catatan Terkait: Bank harus memastikan pencatatan yang
akurat dan rapi terkait agunan tersebut.
9. Penagihan dan Penyelesaian: Jika peminjam gagal memenuhi
kewajibannya, bank memiliki hak untuk menagih agunan, menjualnya,
dan menyelesaikan kewajiban peminjam sesuai dengan perjanjian.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam menjalankan tugasnya, Bagian Administrasi Kredit/Pembiayaan
memiliki tanggung jawab yang krusial. Yang harus dilakukan oleh Bagian Adm
Kredit/Pembiayaan melibatkan peninjauan dan evaluasi yang cermat terhadap
permohonan kredit, termasuk analisis keuangan calon debitur, serta verifikasi
dokumen yang diperlukan. Selain itu, Bagian Adm Kredit/Pembiayaan juga
bertanggung jawab untuk menyusun dokumen perjanjian kredit dengan jelas
dan sesuai peraturan yang berlaku. Keakuratan dan kepatuhan terhadap
prosedur administratif menjadi kunci dalam menjalankan fungsi ini.
Di sisi lain, Bagian Adm Kredit/Pembiayaan juga perlu memahami hal-
hal yang tidak boleh dilakukan. Ini termasuk menghindari diskriminasi atau
perlakuan tidak adil terhadap calon debitur, serta memastikan bahwa seluruh
proses penilaian kredit berjalan transparan dan etis. Pemberian kredit harus
didasarkan pada parameter yang obyektif dan sesuai dengan kebijakan
perusahaan. Oleh karena itu, Bagian Adm Kredit/Pembiayaan harus selalu
berpegang teguh pada prinsip-prinsip etika bisnis dan memastikan bahwa setiap
langkah yang diambil tidak melanggar regulasi yang berlaku.
Prosedur Inspection On The Spot Lokasi Dan Agunan menjadi tahap
krusial dalam proses pemberian kredit. Bagian Adm Kredit/Pembiayaan perlu
secara cermat melaksanakan inspeksi langsung terhadap lokasi dan agunan yang
diajukan sebagai jaminan. Dengan melakukan inspeksi on the spot, Bagian Adm
Kredit/Pembiayaan dapat memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari
calon debitur sesuai dengan kondisi aktual. Langkah ini tidak hanya mendukung
keputusan kredit yang lebih akurat, tetapi juga mengurangi risiko terkait dengan
penilaian yang salah atau informasi yang tidak benar.
Seiring dengan proses pemberian kredit, Bagian Adm
Kredit/Pembiayaan juga harus memahami dengan jelas Prosedur Pengikatan
Agunan Secara Yuridis. Hal ini melibatkan penanganan dokumen-dokumen
hukum yang terkait dengan pengikatan agunan sebagai jaminan kredit.

13
Kesiapan dalam menyusun kontrak dan dokumen yuridis menjadi langkah
penting untuk melindungi kepentingan perusahaan. Oleh karena itu, Bagian
Adm Kredit/Pembiayaan perlu menjalankan prosedur ini dengan teliti dan
memastikan bahwa setiap langkah sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku, sehingga dapat menghindari masalah hukum di masa mendatang.

B. Saran
Untuk meningkatkan efektivitas Bagian Administrasi
Kredit/Pembiayaan, disarankan agar fokus diberikan pada peningkatan
transparansi dan efisiensi dalam proses penilaian kredit. Langkah-langkah
tersebut mencakup pengembangan sistem evaluasi kredit yang lebih terinci dan
objektif, serta peningkatan komunikasi dengan calon debitur untuk memastikan
kejelasan dan keadilan dalam setiap tahap. Selain itu, pelibatan pihak terkait
dalam proses inspeksi on the spot dapat memperkuat validitas informasi yang
diperoleh. Bagian Adm Kredit/Pembiayaan juga dapat memperkaya keahlian
pegawainya dalam aspek hukum untuk lebih memastikan kepatuhan terhadap
prosedur pengikatan agunan secara yuridis. Terakhir, implementasi pelatihan
berkala mengenai etika bisnis dan pemahaman mendalam terhadap regulasi
terbaru dapat membantu memastikan bahwa Bagian Adm Kredit/Pembiayaan
tetap beroperasi sesuai dengan standar tertinggi.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Nasution, M. L. I. (2018). Islamic Bank Financing Management. In FEBI UIN-SU
Press.

Otoritas Jasa Keuangan, R. (2017a). Lampiran Peraturan Otoritas Jasa Keuangan


Nomor 42 /Pojk.03/2017 Tentang Kewajiban Penyusunan Dan Pelaksanaan
Kebijakan Perkreditan Atau Pembiayaan Bank Bagi Bank Umum. Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan.
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/regulasi/peraturan-
ojk/Documents/Pages/POJK-tentang-Kewajiban-Penyusunan-dan-
Pelaksanaan-Kebijakan-Perkreditan-atau-Pembiayaan-Bank-bagi-Bank-
Umum/SAL Lampiran POJK 42 - PPKPB.pdf

Otoritas Jasa Keuangan, R. (2017b). Persyaratan Dan Tata Cara Pemeriksaan Bank.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan, 1–19.
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/regulasi/peraturan-
ojk/Documents/Pages/POJK-tentang-Persyaratan-dan-Tata-Cara-
Pemeriksaan-Bank/SAL POJK 41 - Pemeriksaan Bank.pdf

Posumah, A. A. (2017). Pengikatan Jaminan Dalam Pelaksanaan Pemberian Kredit


Bank Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Lex Privatum, 5(1),
56–63.

Anda mungkin juga menyukai