Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

Etika Bisnis Perbankan Syariah

Etika dan Manajemen Pemasaran Bank Syariah

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Bisnis Perbankan
Syariah

Dosen Pengampu : Ivalaili, M.I.E.

Disusun oleh :

Kelompok 6

Deana Olga 11170850000003

Elly Nurkomara O. 11170850000008

Putri Ayu P. 11170850000013

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Etika dan
Manajemen Pemasaran Bank Syariah ”

Penulisan makalah yang telah kami buat ini merupakan salah satu tugas
dari mata kuliah Etika Bisnis Perbankan Syariah di Universitas Islam Negeri
Raden Fatah Palembang.

Dalam penulisan makalah ini kami mengucapkan terima kasih yang tak
hingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan tugas makalah
ini, khususnya kepada :

1. Ibu Iva selaku dosen mata kuliah etika bisnis perbankan yang telah membimbing
kami dalam penyelesaian penyusunan makalah ini.

2. Keluarga kami yang tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan.

3. Teman-teman kami yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
memberikan semangat.

Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan
adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang


khususnya bagi para pembaca. kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika
terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Palembang, 2 Maret 2022


i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................


i
DAFTAR ISI .......................................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN ..............................................................................................................
1
A. Latar Belakang ........................................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................
2
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................................
2
BAB II
ISI.....................................................................................................................................4
A. Konsumen, Produsen, dan Kompetisi Bank Syariah................................................4
B. Etika dalam Keputusan Produk dan Keputusan Harga di Bank Syariah...................8
C. Etika dalam Hubungan dengan Saluran Distribusi di Bank Syariah.......................11
D. Etika dalam Promosi Bank Syariah.......................................................................14
E. Bisnis yang Beretika Islami dalam Praktek Pemasaran Bank Syariah....................16

F. Contoh Bank Syariah yang Beretika dalam Manajemen Pemasaran Bank Syariah
22
BAB III
PENUTUP ........................................................................................................................
23
A. Kesimpulan ...........................................................................................................
23
B. Saran .....................................................................................................................
23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................
24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perbankan syariah dikembangkan sebagai sebuah alternatif bagi praktik
perbankan konvensional. Kritik terhadap bank konvensional oleh konsep
perbankan syariah bukanlah menolak bank dalam fungsinya sebagai lembaga
intermediasi keuangan melainkan dalam karakteristik kegiatan bank
konvensional masih terdapat unsur riba, judi (maysir), ketidakpastian (gharar),
dan bathil. Dengan dilarangnya riba, maysir, gharar, dan bathil dalam
transaksi perbankan maka sebagai gantinya dapat menerapkan akad-akad yang
sesuai dengan etika bisnis Islam.

Penerapan prinsip etika bisnis Islam dalam praktik perbankan syariah


merupakan persyaratan mutlak yang harus dipenuhi menurut tuntunan syariat
agama Islam dan sebagai identitas pembeda antara bank syariah dengan bank
konvensional sehingga apabila perbankan syariah tidak menerapkan prinsip
etika bisnis Islam secara memadai maka akan kehilangan nilai lebih yang
dimilikinya bila dibandingkan dengan bank konvensional, dan pada akhirnya
dapat mengancam kelangsungan hidup perbankan syariah di masa depan.
Mengingat urgensi penerapan prinsip etika bisnis Islam pada industri
perbankan syariah, maka tujuan penelitian ini adalah mencoba merumuskan
bagaimanakah pengawasan penerapan etika bisnis Islam dalam industri
perbankan syariah, tantangan penerapan etika bisnis Islam dalam industri
perbankan syariah, dan tindakan untuk mengatasi tantangan tersebut.

Bisnis tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pemasaran. Sebab pemasaran


merupakan aktivitas perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan atas
programprogram yang dirancang untuk menghasilkan transaksi pada target
pasar, guna memenuhi kebutuhan perorangan atau kelompok berdasarkan asas

1
saling menguntungkan, melalui pemanfaatan produk, harga, promosi, dan
distribusi.

Seiring dengan sejarah manusia dalam memenuhi kebutuhannya, ada pihak


yang meminta dan ada yang menawarkan. Pemasaran menarik perhatian yang
sangat besar baik dari perusahaan, lembaga maupun antar bangsa. Proses
pemasaran menjadi bagian penting dalam menawarkan barang dagangan
kepada calon pembeli. Apabila seorang pengusaha mempunyai manajemen
pemasaran yang bagus, maka usahanya akan cepat berkembang. Bank harus
dapat menciptakan strategi etika pemasaran syariah yang mampu memberi
sentuhan pelayanan personal dengan menciptakan komunikasi dua arah
dengan membangun dan mengelola hubungan jangka panjang yang saling
menguntungkan dengan para pelanggan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsumen, produsen, dan kompetisi bank syariah?

2. Bagaimana etika dalam keputusan produk dan keputusan harga di bank


syariah?

3. Bagaimana etika dalam hubungan dengan saluran distribusi di bank


syariah?

4. Bagaimana etika promosi bank syariah?

5. Bagaimana cara bisnis yang beretika islami dalam praktek pemasaran bank
syariah?

6. Bagaimana contoh kasus bank syariah yang beretika dalam manajemen


pemasaran bank syariah?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui konsumen, produsen, dan kompetisi bank syariah.

2. Untuk mengetahui etika dalam keputusan produk dan keputusan harga di


bank syariah.

2
3. Untuk mengetahui etika dalam hubungan dengan saluran distribusi di bank
syariah.

4. Untuk mengetahui etika promosi bank syariah.

5. Untuk mengetahui cara bisnis yang beretika islami dalam praktek


pemasaran bank syariah.

6. Untuk mengetahui contoh kasus bank syariah yang beretika dalam


manajemen pemasaran bank syariah.

3
BAB II
ISI

A. Konsumen, Produsen, dan Kompetisi Bank Syariah


Konsumen atau nasabah dapat didefinisikan sebagai orang atau
badan hukum yang mempunyai rekening baik rekening simpanan atau
pinjaman pada pihak bank. Sehingga nasabah merupakan orang yang biasa
berhubungan dengan bank atau menjadi pelanggan bank. Dari definisi di
atas dapat menyimpulkan bahwa kepuasan nasabah/konsumen merupakan
perasaan yang timbul akibat dari adanya kesesuaian antara harapan
nasabah, yakni keyakinan tentang apa yang akan diterimanya apabila
menjadi nasabah bank dengan apa yang diterima setelah menjadi nasabah
bank. Di era globalisasi ini, persaingan bisnis menjadi sangat tajam baik
dalam tingkat nasional maupun global. Begitu pula dalam dunia
perbankan. Untuk memenangkan persaingan, perusahaan harus mampu
memberikan kepuasan kepada para nasabah
Kepuasan nasabah/konsumen berlandaskan pada nilai yang telah
diberikan kepada bank. Nilai ini bisa berasal dari produk, pelayanan,
sistem atau sesuatu yang bersifat emosi. Jika nasabah mengatakan bahwa
nilai adalah produk yang berkualitas, maka kepuasan akan terjadi jika
nasabah mendapatkan produk jasa yang berkualitas. Jika nilai bagi nasabah
adalah kenyamanan maka kepuasan akan datang apabila pelayanan yang
diperoleh benar-benar dapat membuat nasabah tersebut merasa nyaman.
Menurut Kasmir (2011), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
etika kepuasan sehingga nasabah/konsumen meninggalkan bank, sebagai
berikut :

1. Pelayanan yang tidak memuaskan


Banyak hal yang menyebabkan nasabah tidak puas terhadap
pelayanan yang diberikan oleh seorang customer service. Nasabah merasa
tidak dilayani dengan baik, merasa disepelekan, tidak diperhatikan atau
kadang nasabah merasa tersinggung.

4
2. Produk yang tidak baik.
Kelengkapan produk yang ditawarkan kurang sehingga pilihan
yang sesuai dengan keinginan nasabah tidak tersedia. Produk yang
ditawarkan tidak memiliki kelebihan atau keunggulan tertentu jika
dibandingkan dengan produk yang ditawarkan pesaing.

3. Ingkar janji, tidak tepat waktu.


Petugas customer service tidak menepati janji seperti waktu
pelayanan. Begitu juga dengan penyelesaian pekerjaan yang tidak
sesuai dengan keinginan nasabah.

4. Biaya yang relatif mahal.


Biaya yang dibebankan kepada nasabah relatif mahal jika
dibandingkan dari bank pesaing. Hal ini juga menyebabkan nasabah
meninggalkan bank yang bersangkutan.
Kepatuhan terhadap kerangka etika Islam yang didasarkan pada
kejujuran dan keadilan menjamin martabat dan kebebasan baik manusian
(konsumen maupun produsen), pikiran, hati nurani mereka dari semua
jenis perbudakan. banyak keputusan pemasaran yang harus dibuat jauh
sebelum produk itu Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk dapat tetap
hidup dan berkembang. tujuan tersebut hanya dapat dicapai melalui usaha
mempertahankan dan meningkatkan tingkat keuntungan/ laba perusahaan.
Usaha ini hanya dapat dilakukan apabila perusahaan dapat
mempertahankan dan meningkatkan penjualannya, melalui usaha mencari
dan membina langganan, serta usaha menguasai pasar.
Bisnis perbankan adalah bisnis yang terikat dalam suatu system
moneter dalam Negara tertentu dan tinggi tingkat keterikatannya dengan
lembaga perbankan atau lembaga keuangan secara keseluruhan maupun
dengan kehidupan perekonomian Negara tersebut. Dengan demikian, bila
salah satu bisnis perbankan tidak patuh terhadap standar etika perbankan,
maka seluruh lembaga perbankan atau lembaga keuangan lainnya juga
terkena dampaknya. Etika dan kewajibannya sehubungan dengan tugas di

5
lingkungan perbankan untuk setiap petugas bank, bankir maupun pimpinan
sebagai berikut :

a. Bank wajib memberikan laporan pada Bank Indonesia un tuk


mengetahui posisi perbankan dan moneter serta kegiatan
perekonomian dan pemerintah dapat menentukan kebijakn ekonomi
dan moneter.

b. Setiap bank wajib mengumumkan Neraca dan Laporan rugi-laba yang


sebenarnya tiap tahun dengan diterbitkan pada surat kabar, agar
masyarakat dapat mengetahuinya.

c. Bank wajib menjaga kerahasian keuangan para nasabah dari siapapun,


kecuali jika ada syrat resmi dari Mentri Keuangan secara tertulis untuk
keperluan perpajakan dan peradilan.

d. Petugas bank mempunyai kewajiban untuk tidak membicarakan


tentang keuangan nasabahnya di luar kepentingan dinas dan
berkewajiban untuk menjaga dan memelihara arsi atau surat-surat
antara bank dengan nasabahnya.
Salah satu hal yang harus dihindari antara bankir dan nasabah
adalah menghindari adanya hubungan pribadi sehingga dapat menjurus ke
arah hubungan yang kurang sehat misalkan, bankir memberikan
kemudahan-kemudahan bagi seseorang nasabah dikarenakan adanya upeti
atau gift dan sejenisnya. Karena hal ini akan merugikan nasabah lain yang
berperilaku wajar dalam hubungan kerjanya dengan bank.
perkembangan baru yang menggembirakan & dimana al-quran
sangat banyak mendorong manusia untuk melakukan bisnis. (Qs. 62:10
aljumuah) “apabila telah ditunaikan sembahyanglah, maka berteberanlah
kamu dimuka bumi dan csrilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyakbanyak supaya kamu beruntung”. Alquran juga memberi petunjuk
agar dalam bisnis tercipta hubungan yang harmonis dan saling ridha dan
tidak ada unsur eksploitasi. Dalam menjalankan sebuah etika bisnis untuk

6
bersaing ada beberapa prinsip yang harus dimilki seorang professional
bank syariah, di antaranya :

1. Prinsip tangung jawab. Prinsip tanggung jawab dalam hal ini meliputi
tanggungjawab seorang profesional terhadap profesi yang dijalaninya
dan tanggung jawab terhadap masyarakat yang merasakan dampak dari
profesi yang dilakukannya.

2. Prinsip keadilan. Prinsip keadilan menuntut seorang profesional untuk


bersikap adil dalam menjalankan profesinya agar masyarakat dapat
merasakan manfaat dari profesi yang dijalankan dan tidak merasa
dirugikan serta dapat memperoleh hak- haknya.

3. Prinsip otonomi Prinsip otonomi merupakan hak yang dimiliki kaum


profesional untuk menjalankan profesinya secara bebas. Otonomi di
sini membatasi kaum profesional untuk selalu menjalankan profesinya
dengan tanggungjawab dan bersikap profesional.

4. Prinsip integritas moral Prinsip integritas moral ini menuntut seorang


profesional untuk menjaga nama baiknya, menjaga keluhuran
profesinya dan menjaga kepentingan masyarakat.

Bila suatu bank syariah mampu membuat pengungkapan etis secara


memadai, itu artinya bank syariah tersebut telah mampu menciptakan dan
menjalankan standar operasional prosedur (SOP) mengenai penerapan
etika bisnis Islam dalam kegiatan operasional organisasinya, baik di
tingkat manajemen maupun pegawai. Hal ini tentu saja akan membawa
beberapa dampak positif bagi industri perbankan syariah seperti
peningkatan kepuasan, komitmen kerjasama, dan rasa percaya dari para
pihak yang berkepentingan (stakeholder).
Dalam era bisnis modern saat ini, untuk menghadapi persaingan
serta mewujudkan persaingan yang sehat dalam bisnis,dikenal istilah etika
bisnis. Etika bisnis digunakan untuk mengendalikan persaingan bisnis agar
tidak menjauhi norma-norma yang ada. Persaingan bisnis dapat dinilai etis

7
apabila memenuhi seluruh norma-norma bisnis yang ada. Etika bisnis juga
dapat digunakan oleh para pelaku bisnis agar dapat berpikir, apakah dalam
melaksanakan kegiatan bisnisnya, menggangggu kegiatan bisnis pelaku
bisnis yang lain atau tidak.

B. Etika dalam Keputusan Produk dan Keputusan Harga di Bank


Syariah
Bank syariah merupakan suatu sistem perbankan yang
pelaksanaannya berdasarkan syariah Islam. Pembentukan sistem ini
berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk meminjamkan atau
memungut pinjaman dengan mengenakan bunga pinjaman (riba), serta
larangan untuk berinvestasi pada usaha-usaha berkategori terlarang atau
haram. Dalam aktifitas sebagai tenaga pemasar, nilai-nilai etika senantiasa
dikerjakan oleh seluruh tenaga pemasar. Nilai-nilai tersebut meliputi
keadilan, kejujuran, kerja sama, komitmen, disiplin, dan tanggung jawab
serta keikhlasan dalam bekerja. Ini semua dijalankan dalam rangka untuk
pemahaman etika bisnis Islam dan dijadikan sebagai strategi untuk
mengembangkan bank syariah. Keputusan masyarakat untuk menjadi
nasabah.
Etika dalam produk bank syariah sesuatu yang memiliki
unsurunsur yang memiliki konotasi fungsi yang dilaksanakan oleh peran
tertentu dalam kegiatan ekonomi, seperti struktur, manajemen, fungsi, hak,
dan kewajiban, maka dengan dijelas disebutkan dengan istilah-istilah
seperti zakat, shadaqah, ghanimah (harta rampasan perang), bay’ (jual
beli), dayn (utang dagang), mal (harta), dan sebagainya. istilah bank
syariah, bank Islam, dan bank tanpa bunga adalah sama, yaitu lembaga
keuangan yang operasional dan berbagai produknya dikembangkan
berlandaskan syariah Islam, khususnya berkaitan pelarangan praktek riba
(bunga), kegiatan maysir (spekulasi), dan gharar (ketidakjelasan). Etika

8
produk bank syariah yang tidak melakukan praktik bisnis yang
bertentangan dengan syariah, antara lain:

1. Produk dan jasa yang dijual haram

2. Gharar Gharar adalah salah satu jual beli yang mengandung unsur
penipuan karena dalam akadnya transaksi yang dilakukan belum jelas.
3. Al-Gabn dan Tadlis Al Gabn adalah harga yang ditetapkan jauh dari
rata-rata yang ada baik lebih rendah maupun lebih tinggi, sedangkan
Tadlis adalah penipuan dengan menutupi kecacatan sebuah barang
yang akan dijual saat transaksi terjadi.
4. Riba Riba jual beli yaitu riba fadlal adalah kelebihan yang diperoleh
dalam transaksi tukar-menukar barang.
5. Ihtikar Ihtikar adalah menimbun barang dengan harapan mendapatkan
harga tinggi di kemudian hari.
6. Mengurangi timbangan atau takaran
Perbankan Islam bebas bunga, merupakan usaha jalan keluar
terhadap sistem bank konvensional yang mempunyai beberapa kelemahan
sebagai berikut:

a. Transaksi berbasis bunga melanggar keadilan atau kewajaran bisnis.

b. Tidak fleksibelnya sistem transaksi berbasis bunga menyebabkan


kebangkrutan.

c. Sistem transaksi berbasis bunga menghalangi munculnya inovasi oleh


usaha kecil.

d. Dalam sistem bunga, bank tidak akan tertarik dalam kemitraan usaha
kecuali bila ada jaminan kepastian pengembalian modal dan
pendapatan bunganya.
Agar suatu produk yang dibuat dapat diterima masyarakat luas
sebagai pasar sasaran maka penciptaan produk harus memperlihatkan
kebutuhan dan keinginan nasabahnya. Produk yang diciptkan juga harus
memiliki lebih, keunggulan serta kelebihan dibandingkan dengan produk

9
pesaiang. Desain produk perbankan syariah berdasarkan akad yang
bersumber dari prinsip muamalah (semuanya boleh, kecuali ada
larangannya dalam al-qur’an dan hadits) sehingga dapat melahirkan
berbagai produk dan menjadikan bank syariah sebagai islamic financial
instituation, bukan sekedar bank (beyond bank).

Penentuan harga menjadi sangat penting untuk diperhatikan,


mengingat harga menentukan laku tidaknya produk dan jasa perbankan.
Harga bagi bank yang didasarkan prinsip syariah adalah bagi hasil. Selain
bagi hasil, harga terhadap produk dan jasa bank syariah ada pula dalam
bentuk margin, fee atau uang jasa (ujrah), jualah (success fee) untuk
pembiayaan, penghimpunan dana, dan jasa yang diberikan. Bagi hasil yang
ditentukan dalam bentuk nisbah (proporsi bagi hasil bank dengan nasabah)
tidak mutlak menentukan besarnya pembagian bagi hasil, tetapi lebih
ditentukan oleh kinerja bank. Bisa saja nasabah suatu bank dengan nisbah
yang lebih besar mendapat realisasi bagi hasil yang lebih kecil dari bank
yang menawarkan nisbah lebih kecil. Bagi bank yang berdasarkan prinsip
syariah, penentuan harga produk sangat berbeda dengan bank berdasarkan
prinsip konvensional. Bank berdasarkan prinsip syariah menetapkan aturan
perjanjian berdasarkan hukum islam dengan pihak lain yang ingin
menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan
lainnya.Penentuan harga atau keuntungan pada bank yang berdasarkan
prinsip syariah dilakukan dengan cara:

a. Pembiayan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah)

b. Pembiayan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarokah)

c. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah)

d. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan


(ijaroh)

e. Atau dengan pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa


dari pihak bank oleh pihak lain (ijaroh wa iqtina)

1
0
Penentuan biaya-biaya jasa bank lainnya bagi bank syariah juga
dilakukan sesuai Syariat Islam. Sumber penentuan harga atau pelaksanaan
kegiatan bank syariah dasr hukumnya adalah Al-qur’an dan Sunnah Rasul.

Jenis bank ini mengharamkan penetapan harga produknya dengan bunga


tertentu. Bagi bankyang berdasarkan prinsip syariah, bunga adalah riba.

C. Etika dalam Hubungan dengan Saluran Distribusi di Bank Syariah


Perusahaan memilih saluran distribusi atau menetapkan tempat untuk
kegiatan bisnis.Dalam perspektif Barat, para penyalur produk berada di bawah
pengaruh produsen, atau bahkan sebaliknya para penyalur dapat melakukan
tekanan-tekanan yang mengikat kaum produsen, sehingga produsen tidak bisa
lepas dari ikatan penyalur. Dalam persaingan yang ketat penentuan lokasi
mempunyai pengaruh cukup signifikan dalam aktifitas menghimpun dana
masyarakat serta menyalurkan pembiayaan kembali kepada masyarakat. Sebab
dengan penentuan lokasi yang tepat maka target pencapaian bank akan dapat
diraih. Dengan distribusi yang tepat bank dapat menjangkau masyarakat lebih
maksimal.

Nabi Muhammad SAW melarang orang-orang atau perantara memotong


jalur distribusi dengan melakukan pencegatan terhadap pedagang dari desa yang
ingin menjual barangnya ke kota. Mereka dicegat di pinggir kota dan mengatakan
bahwa harga barang bawaanmereka sekarang harganya jatuh, dan lebih baik
barang itu dijual kepada mereka yang mencegat. Hal ini sangat dilarang oleh Nabi
Muhammad SAW.

Seperti dalam sebuah hadits yang menjelaskan bahaa Arab berebut untuk
mendapatkan barang dagangannya, karena harga barang tersebut harganya murah
dan mereka merupakan pedagang pertama. Akan tetapi penduduk sering kali tidak
mendapatkan barang secara langsung karena itu banyak tengkulak atau makelar
mencegat rombongan tersebut di tengah jalan atau memborong barang yang
dibawa oleh mereka. Mereka memanfaatkan kesempatan tersebut untuk

1
1
mendapatkan keuntungan besar, dengan menjualnya kembali dengan harga yang
sangat mahal. Membeli barang dagangan sebelum sampai dipasar atau
mencegatnya di tengah jalan merupakan jual beli yang terlarang didalam agama
islam.

Tidaklah Nabi SAW mengeluarkan larangan orang kota menjadi perantara


jualan orang desa, jika tidak ada akses yang buruk dalam perbuatan tersebut. Kita
maklum ciri orang desa lebih terbelakang dibandingkan dengan orang kota. Orang
kota lebih maju, lebih lincah dan lebih pintar. Karena itu lumrah terjadi
pengelabuan yang dilakukan orang kota terhadap orang desa. Orang desa
menyerahkan barangnya secara jujur kepada makelar kota, tetapi makelar kota
menerimanya dengan lihai, sehingga timbullah semacam penipuan dan
pengelabuan. Perbuatan semacam ini jelas buruk dari segi moral.

Apabila dilihat dari dampak negatif adanya penetapan harga dapat


merugikan produsen, konsumen dan perekonomian secara keseluruhan. Penetapan
harga menyebabkan kelebihan penawaran sebab harga terlalu tinggi. Apabila
penetapan harga dibawah harga pasar juga akan menyebabkan distorsi bagi
perekonomian. Karena harga terlalu rendah maka akan kelebihan permintaan
sehingga merugikan produsen. Namun dampak negatifnya barang terhenti, ketidak
teraturan harga. Sehingga mekanisme pasar terganggu karena sengaja usaha
menimbun barang, penipuan kualitas, kuantitas. Maka bijaksanalah jika larangan
Nabi itu dikeluarkan, yang mungkin timbul lebih kurang juga dalam hal larangan
menghadang rombongan dagang. Menjadi makelar yang nyata-nyata membawa
akses buruk seperti itu jelas terlarang. Adapun menjadi makelar yang ikhlas, dapat
dipercaya, jujur dimana orang desa yang diwalikinya tahu harga pasaran, tidak ada
unsur-unsur penipuan dan pengelabuan, maka kiranya tidaklah termasuk
perbuatan yang haram. Bahkan perbuatan tersebut dapat dimasukkan sebagai
tolong menolong dalam kebaikan. Tidak akan pernah melakukan tindak kezaliman
terhadap pesaing lain, suap untuk melicinkan saluran pasarnya, dan tindakan lain.

1
2
Ada beberapa etika pemasar yang akan menjadi prinsip bagi pelaku pasar
syariah dalam menjalankan fungsi pemasaran, yaitu:

a. Jujur
Seorang pebisnis wajib berlaku jujur dalam melakukan ushanya. Jujur
dalam pengertian yang lebih luas yaitu tidak berbohong, tidak menipu,
tidak mengada-ada fakta, tidak berkhianat, serta tidak pernah ingkar janji
dan lain sebagainya. Tindakan tidak jujur selain merupakan perbuatan
yang jelas berdosa, jika biasa dilakukan dalam melakukan bisnis juga akan
membawa pengaruh negatif kepada kehidupan pribadi dan keluarga
seorang pebisnis itu sendiri. Bahkan lebih jauh lagi, sikap dan tindakan
yang seperti itu akan mewarnai dan mempengaruhi kehidupan
bermasyarakat secara luas. Dalam Al-Qur’an, keharusan bersikp jujur
dalam berbisnis seperti berdagang, berniaga atau jual beli, sudah
diterangkan dengan sangat jelas dan tegas.
b. Adil
Berperilaku adil dalam berbisnis yaitu satu bentuk akhlak yang harus
dimiliki seorang syariah marketer. Lawan dari keadilan adalah kezaliman
yaitu sesuatu yang di haramkan Allah. Allah mencintai orang-orang yang
berbuat adil dan membenci orang-orang yang berbuat zalim, bahkan Allah
melaknat mereka. Seperti firman Allah SWT dalam QS. Al-An’am ayat
152. Dalam bisnis modern, sikap adil harus tergambarkan bagi semua
pelaku pasar, semua harus merasakan keadilan. Tidak boleh ada satu pihak
yang hak-haknya terzalimi. Mereka harus selalu terpuaskan sehingga
dengan demikian bisnis bukan hanya tumbuh dan berkembang, melainkan
juga berkah di hadapan Allah SWT.

c. Tidak Suka Berburuk Sangka


Allah SWT memerintahkan untuk menjauhi dari prasangka yang buruk.
Seperti firmannya dalam QS. Al-Hujurat ayat 12:

1
3
Oleh karena itu, kita harus saling menghormati satu samalain, merupakan
ajaran nabi Muhammad SAW yang harus diimplementasikan dalam
perilaku bisnis modern. Tidak boleh satu pengusaha menjelekkan
pengusaha lain, hanya karena bermotifkan bisnis.

d. Selalu Menepati Janji dan Tidak Curang


Seorang pebisnis syariah harus senntiasa menjaga amanah yang
dipercayakan kepadanya. Demikian juga dengan seorang syariah
marketer,harus dapat menjaga amanah yang diberikan kepadanya sebagai
wakil dari perusahaan dalam memasarkan produk kepada pelanggan.

Tujuan dari fungsi distribusi adalah mempercepat sampainya barang di


tangan konsumen atau pasar pada saat yang tepat. Kebijakan distribusi setidaknya
harus memenuhi tiga kriteria. Pertama, yaitu ketepatan dan kecepatan waktu tiba
di tangan konsumen. kedua, keamanan yang terjaga dari kerusakan, dan yang
ketiga sarana kompetisi dalam memberikan kecepatan dan ketepatan memenuhi
kebutuhan konsumen. Oleh karena itu, Islam melarang adanya ikhtikar atau
penimbunan (monopoly’s rent seeking), sebab ikhtikar akan menyebabkan
berhentinya saluran distribusi yang mengakibatkan kelangkaan sehingga harga
barang tersebut akan meningkat.54 Larangan ikhtikar didasari hadits yang
menyebutkan bahwa: “Tidaklah orang melakukan ikhtikar itu kecuali ia berdosa”
(HR Muslim, Ahmad, dan Abu Dawud).

D. Etika dalam Promosi Bank Syariah


Promosi merupakan kegiatan marketing mix yang terakhir setelah produk,
harga dan tempat, serta inilah yang paling sering diidentikan sebagai aktivitas
pemasaran dalam arti sempit. Dalam kegiatan ini setiap bank berusaha untuk
mempromosikan seluruh produk dan jasa yang dimilikinya baik langsung maupun
tidak langsung.

Selanjutnya perusahaan dalam hal ini adalah bank harus mampu mencari
cara agar bisa mencapai efktifitas dari satu atau lebih alat promosi. Dalam
menentukan alat promosi, manajer pemasaran bank harus mengenal ciri
1
4
masingmasing alat promosi yang akan dugunakan tersebut. Secara garis besar
keempat macam sarana promosi yang dapat digunakan oleh perbankan secara
umum adalah:

a. Periklanan (advertising)
Iklan adalah promosi yang digunakan oleh perusahaan guna
menginformasikan segala sesuatu produk yang dihasilkan olehperusahaan.
Informasi yang diberikan adalah nama produk, manfaat produk, harga
produk, serta keuntungan-keuntungan produk dibandingan sejenis yang
ditawarkan oleh pesaing.

b. Promosi Penjualan (Sales Promotion)


Disamping promosi lewat iklan, promosi lainnya dapat dilakukan melalui
promosi penjualan. Tujuan promosi penjualan untuk meningkatkan
promosi adalah untuk meningkatkan penjualan atau untuk meningkatkan
jumlah nasabah. Promosi dapat dilakukan melalui pemberian diskon.
Konteks, kupon, atau sampel produk.

c. Penjualan Pribadi (Personal Selling)


Kegiatan promosi berikutnya adalah penjualan pribadi atau personal
selling dan inilah yang paling sering diidentikan sebagai pemasaran oleh
masyarakat. Dalam dunia perbankan penjualan pribadi secara umum
dilakukan oleh seluruh pegawai bank, mulai dari cleaning servis sampai
dengan pejabat bank.

d. Publitas (Publicity).
Kegiatan ini merupakan kegiatan untuk memancing nasabah melalui
kegiatan pameran, pembukaan stan promosi di pusat perbelanjaan,
sponsorship kegiatan, program coroporate social responsibility (CSR),
mendukung atau berperan serta dalam kegiatan amal serta kegiatan
lainnya.Kegiatan publitas dapat meningkatkan pamor bank di mata para
nasabahnya. Merupakan ruang editorial yang terdapat di semua media

1
5
yang dibaca, dilihat atau didengar untuk membantu mencapai tujuantujuan
penjualan dan tidak dibayar. Publitas disebut juga hubungan masyarakat.
Tujuan kegiatan ini adalah agar nasabah dapat mengenal bank-bank
tersebut dan diharapkan dapat mengenal nasabah lebih dekat, dengan ikut
kegiatan tersebut.
Kegiatan publitas dapat meningkatkan pamor bank di mata para
nasabahnya. Merupakan ruang editorial yang terdapat di semua media
yang dibaca, dilihat atau didengar untuk membantu mencapai tujuan-
tujuan penjualan dan tidak dibayar. Publitas disebut juga hubungan
masyarakat. Tujuan kegiatan ini adalah agar nasabah dapat mengenal
bank-bank tersebut dan diharapkan dapat mengenal nasabah lebih dekat,
dengan ikut kegiatan tersebut kesempurnaan, keistimewaan, dan
kekeklannya, bukan dari keterpaksaan dalam penerimaannya.
Seorang pemasar syariah meskipun ia tidak mampu melihat Allah, ia akan
selalu merasa bahwa Allah senantiasa mengawasinya. Sehingga ia akan
mampu untuk menghindari segala macam perbuatn yang menyebabkan
orang lain tertipu atas produk-produk yang dijualnya. Sebab seorang
pemasar syariah akan selalu merasa bahwa setiap perbuatan yang
dilakukan akan dihisab dan dimintai pertanggung jawaban kelak pada hari
kiamat.

E. Bisnis yang Beretika Islami dalam Praktek Pemasaran Bank Syariah


Konsep pemasaran syariah saat ini baru berkembang seiring
berkembangnya ekonomi syariah. kedepannya diprediksikan marketing syariah
akan terus berkembang dan dipercaya masyarakat karena nilai-nilainya yang
sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat, yaitu kejujuran. Artinya, dalam
pemasaran syariah, seluruh proses baik penciptaan, proses penawaran, maupun
proses perubahan nilai tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip syariat.
Menurut Muhammad Syakir Sula, Ada 5 karakteristik yang terdapat pada syariah
marketing:

1
6
a. Rabbaniyyah (teistis)
Kekhasan syariat Islam dibandingkan undang-undang lain adalah
sifatmya yang teistis (Rabbaniyyah) atau religius. Kesucian
perundang-undangannya tidak tertandingi. Kecintaan dan rasa hormat
tertanam dalam jiwa para pengikutnya tumbuh dari keyakinan terhadap
kesempurnaan, keistimewaan, dan kekeklannya, bukan dari
keterpaksaan dalam penerimaannya.
Seorang pemasar syariah meskipun ia tidak mampu melihat Allah,
ia akan selalu merasa bahwa Allah senantiasa mengawasinya.
Sehingga ia akan mampu untuk menghindari segala macam perbuatn
yang menyebabkan orang lain tertipu atas produk-produk yang
dijualnya. Sebab seorang pemasar syariah akan selalu merasa bahwa
setiap perbuatan yang dilakukan akan dihisab dan dimintai
pertanggung jawaban kelak pada hari kiamat.
Dengan konsep ini seorang pemasar syariah akan sangat hati-hati
dalam perilaku pemasrannya dan berusaha untuk tidak merugikan
konsumen. Apabila seorang pemasar syariah hanya berorientasi pada
keuntungan, maka ia dapat merugikan konsumen dengan memberikan
janji palsu. Namun, seorang pemasar syariah memiliki orientasi
mashlahah, sehingga ia tidak hanya mencari keuntungan namun
diimbangi dengan keberkahan di dalamnya

b. Husnuzhan (Tidak Apriori).


Salah satu ciri dan sekaligus sebagai keagungan hukum Islam
adalah tidak bersifat apriori (husnudzan) terhadap perkembangan
pemikiran manusia. Hal ini dapat diartikan bahwa hukum Islam tidak
menolak cara-cara lama, karena lamanya atau usangnya, dan
sebaliknya tidak begitu saja menerima cara-cara baru karena barunya.
Tetapi, hukum Islam menyaring segala cara-cara serta menilai
kepentingannya terhadap kemaslahatan umum dengan parameter dan

1
7
dasar-dasar yang dapat dipertanggungjawabakan secara syar’i. seperti
kata-kata hikmah “melanjutkan cara-cara lama yang masih baik, dan
menerima cara-cara baru yang lebih baik.”
Pada sisi lain, para ulama terdahulu sangat dalam menetapkan
hukum halal-haram, karena itu adalah hak prerogratif Allah dan
RasulNya. Para ahli fiqih (fuqaha) mengetahui dengan pasti bahwa
hanya
Allahlah yang berhak menetukan halal dan haram, baik dalam
kitabNya (Al-Quran) ataupun melalui lidah rasul-Nya (sunnah).

c. Maslahah (Kemslahatan)
Menurut Louis Ma’luf dalam kamus al- munjid mengartikan segala
sesuatu yang dilakukan manusia guna memperoleh kebaikan untuk diri
sendiri maupun golongan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata
maslahaah diartikan sesuatu yang mendatangkan kebaikan,
keselamatan, faedah, guna atau manfaat. Kemudian kata kemaslahatan
diartikan kegunaan, kepentingan, dan kebaikan.
Maslahah secara bahasa merupakan suatu yang memberikan kebaikan
yang membawa manfaat bagi kehidupan ummat manusia dan
menjauhkan manusia daripada kesukaran atau kemafsadahan sehingga
bisa membawa kehidupan manusia menuju kehidupan yang lebih baik.
Jika dilihat dari segi tingkatan prioritasnya Maslahah terbagi menjadi
tiga macam maslahah yaitu: Maslahah Dharuriyah (kepentingan yang
bersifat primer) adalah sesuatu yang ada demi kelangsungan kehidupan
manusia, apabila kebutuhan itu tidak ada maka akan menimbulkan
ketidak-stabilan hidup manusia di dunia dan di akhirat, bahkan
merusak kebutuhan hidup itu sendiri. Kemaslahatan yang primer ini
hanya bisa dicapai bila terpeliharanya lima tujuan hukum islam
(maqasid al-syariah)yaitu memelihara agama, jiwa, akal, keturunan
dan harta,maslahah Hajiyah (kepentingan yang bersifat sekunder)
adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk menghilangkan kesempitan

1
8
yang dapat menyebabkan kesulitan dan kesukaran dalam
melaksanakan suatu kewajiban.
Tetapi kesukaran itu tidak sampai pada tingkat dharuriyah.
Maslahah hajiyahtidak menjadi keharusan dalam memelihara
Maslahaah khamsah, melainkan hanya sebagai pelengkap dan
penyempurnaan bagi Maslahah tersebut, dan Maslahah Tahsiniyah
(kepentingan bersifat tersier) adalah maslahah yang digunakan untuk
menyempurnakan hidup manusia dengan cara melaksanakan apa- apa
yang baik dan paling layak menurut kebiasaan dan menghindari hal-
hal tercela menurut akal sehat. Pentingnya pembagian kemaslahatan ini
berkaitan dengan prioritas mana yang harus didahulukan apabila antara
kemaslahatan umum bertentangan dengan kemaslahatan pribadi.
Dalam pertentangan kedua maslahah ini, islam mendahulukan
kemaslahatan umum daripada kemaslahatan khusus.
d. Fleksibel (Tidak Kaku)
Menurut Dr. Nasrun Harun, MA dalam konteks ini mengatakan
bahwa ada beberapa faktor yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam
menilai terjadinya perubahan, yaitu faktor tempat, faktor zaman, faktor
kondisi sosial, faktor niat dan faktor adat kebiasaan. Faktor ini amat
berpengaruh dalam menetapkan hukum dalam bidang muamalah.
Syariah marketing bukanlah konsep yang eksklusif, fanatis, anti
modernitas, dan kaku, melainkan konsep pemasaran yang fleksibel.
Syariah marketer bukanlah berarti para pemasar itu harus
berpenampilan ala bangsa arab dan mengharamkan dasi. Namun,
syariah marketerharuslah tetap berpenampilan bersih, rapi, dan
bersahaja apapun model atau gaya berpakaian yang dikenakan. Hal ini
dikarenakan pemasaran syariah sangat flekibel dan luwes dalam tafsir
lebel dan transaksinya.

e. Asy-Syumul (Komprehensif)

1
9
Fakta lain yang perlu dicatat mengenai karakteristik syariah yang
komperhensif ini adalah bahwa dia merupakan keseluruhan organik.
Seluruh rancangan kehidupan yang ditetapkan Islam digerakkan oleh
semangat yang sama dan oleh karenanya pengkotak-kotakan yang
sembarangan atas rancangan ini pasti akan merusak baik semangat
maupun struktur syariah itu sendiri. Hal ini membuat syariah memiliki
sifat universal sehingga menjadi syariah humanistis universal, setiap
nasabah yang membutuhkan pelayanan bank syariah harus dilayani
tanpa memandang apakah ia seorang muslim ataupun non muslim
apakah ia dari status sosial yang rendah ataukah status sosial yang
tinggi semuanya harus dilayani dalam industri perbankan syariah.

Tentunya di dalam pemasaran syariah dibutuhkan lah etika yang sesuai


dengan prinsip syariah di mana etika ini akan menciptakan nilai nilai dalam bisnis
syariah. Nilai-nilai etika Islam telah diterapkan dan dijalankan dengan baik sesuai
dengan ajaran Islam demi mempertahankan nasabah bank syariah. Hal ini sesuai
dengan keterangan salah satu responden sebagai berikut:

“tenaga pemasar bank syariah bersikap terbuka, jujur dan menjaga amanah dalam
memberikan informasi terkait dengan produk dan jasa bank syariah yang
ditawarkan”.

Untuk menjaga hak-hak pelaku bisnis dan menghindari transaksi yang


menyebabkan penyimpangan dalam menghadapi nasabah, tenaga pemasar bank
syariah membutuhkan kaidah-kaidah dan etika bisnis yang dapat dijadikan acuan
dalam kegiatan pemasaran yang dijalankan. Nilai-nilai etika senantiasa dijalankan
dalam rangka untuk pemahaman etika bisnis Islam dan diaplikasikan oleh mereka
dalam melakukan aktifitas pemasaran. Perilaku tersebut ditunjukkan dalam sikap
antara lain: kejujuran, kerja sama, komitmen, disiplin, dan tanggung jawab.

Menurut Bapak Sotoyo selaku Kepala Cabang BNI Syariah Parepare:

2
0
“Dunia pemasaran perlu menunjukkan nilai-nilai spiritual dalam pemasaran. Etika
pemasaran Islam diterapkan dalam rangka memperoleh manfaat serta keuntungan
bagi perusahaan.”

Sedangkan menurut Bapak Sulthon Agung, pimpinan Bank BTN Syariah:

“Pemasaran yang beretika dan jujur akan memaksimalkan pencapaian kepuasan


pemangku kepentingan (stakeholder) secara seimbang. Nilai-nilai yang ditebarkan
itu diyakini tidak hanya mendongkrak profit tetapi juga menjamin kelanggengan
dan penguatan karakter brand, sekaligus membentuk diferensiasi yang tidak
tertandingi.”

Pedoman etika pemasaran yang diterapkan bank syariah berfungsi sebagai


pengingat bahwa dalam kegiatan opersional bank syariah bukan hanya terfokus
pada pencapaian keuntungan secara maksimal namun juga keberkahan yang
didapat. Demikian yang dikatakan oleh beberapa tanaga pemasar bank Syariah
yang ada di Parepare, menurut mereka tidak ada kendala dalam menerapkan etika
bisnis. Tanaga pemasar mempraktekkan etika bisnis yang dilakukan oleh
Rasulullah, diantaranya jujur, amanah, menepati janji, tidak menggunakan
sumpah dan melebih-lebihkan fakta produk dan melayani dengan sikap ramah
dengan nasabah.

Pemasaran dengan penerapan etika bisnis Islam merupakan strategi bisnis


yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan perubahan value (nilai) dari
tenaga pemasar sebagai inisiator kepada stake holders yang dalam keseluruhan
prosesnya sesuai prinsip-prinsip etika pemasaran dalam Islam.

Dalam melakukan pemasaran kepada nasabah dan calon nasabah. Mereka


sangat menghindari kebohongan, berlebihan dalam promosi, menjaga kejujuran
dan janji. Nasabah dalam pemasaran syariah diletakkan sebagai mitra yang
sejajar. Oleh karena itu, tidak boleh melakukan aktivitas pemasaran yang
merugikan nasabah. Selalu berupaya menciptakan nilai produk yang positif dan
umpan balik dari nasabah. Melayani nasabah dengan layanan yang baik dan

2
1
menawarkan beragam produk yang sesuai harapan nasabah dengan prinsip
syariah. Dengan tingkat persaingan antar bank yang semakin ketat serta didukung
keunggulan-keunggulan yang di miliki antar bank, mendorong bank Syariah di
Parepare lebih meningkatkan pelayanan-pelayanan yang ada agar sesuai dengan
syariah.

.Jadi dengan pemasaran yang berbasis etika Islam, maka seluruh proses tidak
boleh ada yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Dan selama proses dan
rangkaian aktivitas pemasaran dapat dijamin atau tidak ada penyimpangan
terhadap prinsip-prinsip etika Islam. Proses pemasaran yang berbasis etika Islam
dilaksanakan oleh orang yang memasarkan produk dengan menggunakan cara
syariah yang biasa disebut juga dengan pemasar syariah. Tenaga pemasar syariah
adalah para pemasar profesional dengan penampilan yang bersih, rapi dan
bersahaja, apapun model atau gaya pakaian yang dikenakannya. pemasaran yang
berbasis etika Islam adalah konsep pemasaran yang fleksibel, sebagaimana
keluasan dan keluwesan syariah Islam yang melandasinya.

F. Contoh Bank Syariah yang Beretika dalam Manajemen Pemasaran


Bank Syariah
Bank syariah Parepare sepenuhnya mengimplementasikan konsep etika
bisnis Islam kepada para tenaga pemasaran. Dalam praktiknya, kegiatan
pemasaran yang dilakukan oleh Bank syariah Parepare didasarkan pada kaidah
yang ada dan tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Dalam artian konsep
etika bisnis Islam yang diusung adalah konsep yang sederhana namun tetap
didasarkan pada nilai keadilan dan kejujuran. Dengan kedua aspek tersebut,
Bank syariah Parepare mampu mengimplementasikan nilai-nilai syariah dalam
kegiatan pemasarannya. Penerapan etika bisnis Islam pada tenaga pemasar
bank syariah dinilai sangat tepat. Bank syariah yang mempunyai kualitas
tenaga pemasaran berbasis etika Islam dapat membangun reputasi bank
syariah.

2
2
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah kita memahami etika di dalam pemasaran bang syariah maka
dapat, kamu simpulkan bahwa mayoritas semua bank syariah di Indonesia
telah menjalankan etika syariah dalam pemasaran produk bank syariah di
mana mereka menerapkan prinsip syariah serta etika syariah lainnya yang
sesuai dengan al quran dan Hadis sehingga mencipkan nilai bisnis yang baik.

B. Saran
Saran kami kepada pembaca agar dapat memahami makalah ini dan dapat
mengaplikasikan dalam kehidupan dunia pekerjaan kelak nanti.

2
3
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:

Agustin, Hamdi. 2017. Studi Kelayakan Bisnis Syariah. Depok: Rajawali Pers

Al Arif, M. Nur Rianto. 2012. Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, Bandung:


Alfabeta

Al Arif, M. Nur Rianto. 2012. Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, Bandung:


Alfabeta.

Ikatan Bankir Indonesia (IBI).2015. Strategi Bisnis Bank Syariah, Jakarta:


Gramedia

Kasmir. 2011. Manajemen Perbankan, Jakarta: Rajawali Pers.

Philip Kotler,Kevin Lane Keller.2008. Manajemen Pemasaran .Jakarta: Penerbit


Erlangga.

Sofjan Assauri.2014. Manajemen Pemasaran . Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Suparmin, Asy’ari. 2019. Asuransi Syariah. Sidoarjo: Uwais Inspirasi Indonesia

Supranto. 2011. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan, Jakarta: Rineka Cipta,


2011.

Sumber Jurnal:

2
4
Abul Hassan , Abdul Latif S. 2008. Islamic Marketing Ethics and Its Impact on
Customer Satisfaction in the Islamic Banking Industry. JKAU: Islamic
Economics, Vol. 21, No. 1.

Nilam Sari. 2012. Manajemen Marketing (Pemasaran) Produk Jasa keuangan


Perbankan Dalam Persfektif Islam. Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol XIV No.2

Afrida Putritama. 2018. Penerapan Etika Bisnis Islam dalam Industri Perbankan
Syariah. Jurnal Nominal. Volume VII.

Abdul Hamid. 2019. Implementasi Etika Islam dalam Pemasaran Produk Bank
Syariah. Jurnal Balanca. Volume I No1.

Wray, B., Palmer, A. and Bejou, D., “Using Neural Network Analysis to Evaluate
BuyerSeller Relationships.” European Journal of Marketing, 1994, Vol. 28, No.
10

Boedecker, K.A., Morgan, F.W. and Stoltman, J.J., “Legal Dimensions of


Salesperson's Statements: A Review and Managerial Suggestions”, Journal of
Marketing, 1991.

2
5

Anda mungkin juga menyukai