Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Bisnis Perbankan
Syariah
Disusun oleh :
Kelompok 6
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Etika dan
Manajemen Pemasaran Bank Syariah ”
Penulisan makalah yang telah kami buat ini merupakan salah satu tugas
dari mata kuliah Etika Bisnis Perbankan Syariah di Universitas Islam Negeri
Raden Fatah Palembang.
Dalam penulisan makalah ini kami mengucapkan terima kasih yang tak
hingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan tugas makalah
ini, khususnya kepada :
1. Ibu Iva selaku dosen mata kuliah etika bisnis perbankan yang telah membimbing
kami dalam penyelesaian penyusunan makalah ini.
2. Keluarga kami yang tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan.
3. Teman-teman kami yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
memberikan semangat.
Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan
adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
DAFTAR ISI
F. Contoh Bank Syariah yang Beretika dalam Manajemen Pemasaran Bank Syariah
22
BAB III
PENUTUP ........................................................................................................................
23
A. Kesimpulan ...........................................................................................................
23
B. Saran .....................................................................................................................
23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................
24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbankan syariah dikembangkan sebagai sebuah alternatif bagi praktik
perbankan konvensional. Kritik terhadap bank konvensional oleh konsep
perbankan syariah bukanlah menolak bank dalam fungsinya sebagai lembaga
intermediasi keuangan melainkan dalam karakteristik kegiatan bank
konvensional masih terdapat unsur riba, judi (maysir), ketidakpastian (gharar),
dan bathil. Dengan dilarangnya riba, maysir, gharar, dan bathil dalam
transaksi perbankan maka sebagai gantinya dapat menerapkan akad-akad yang
sesuai dengan etika bisnis Islam.
1
saling menguntungkan, melalui pemanfaatan produk, harga, promosi, dan
distribusi.
B. Rumusan Masalah
5. Bagaimana cara bisnis yang beretika islami dalam praktek pemasaran bank
syariah?
C. Tujuan Penelitian
2
3. Untuk mengetahui etika dalam hubungan dengan saluran distribusi di bank
syariah.
3
BAB II
ISI
4
2. Produk yang tidak baik.
Kelengkapan produk yang ditawarkan kurang sehingga pilihan
yang sesuai dengan keinginan nasabah tidak tersedia. Produk yang
ditawarkan tidak memiliki kelebihan atau keunggulan tertentu jika
dibandingkan dengan produk yang ditawarkan pesaing.
5
lingkungan perbankan untuk setiap petugas bank, bankir maupun pimpinan
sebagai berikut :
6
bersaing ada beberapa prinsip yang harus dimilki seorang professional
bank syariah, di antaranya :
1. Prinsip tangung jawab. Prinsip tanggung jawab dalam hal ini meliputi
tanggungjawab seorang profesional terhadap profesi yang dijalaninya
dan tanggung jawab terhadap masyarakat yang merasakan dampak dari
profesi yang dilakukannya.
7
apabila memenuhi seluruh norma-norma bisnis yang ada. Etika bisnis juga
dapat digunakan oleh para pelaku bisnis agar dapat berpikir, apakah dalam
melaksanakan kegiatan bisnisnya, menggangggu kegiatan bisnis pelaku
bisnis yang lain atau tidak.
8
produk bank syariah yang tidak melakukan praktik bisnis yang
bertentangan dengan syariah, antara lain:
2. Gharar Gharar adalah salah satu jual beli yang mengandung unsur
penipuan karena dalam akadnya transaksi yang dilakukan belum jelas.
3. Al-Gabn dan Tadlis Al Gabn adalah harga yang ditetapkan jauh dari
rata-rata yang ada baik lebih rendah maupun lebih tinggi, sedangkan
Tadlis adalah penipuan dengan menutupi kecacatan sebuah barang
yang akan dijual saat transaksi terjadi.
4. Riba Riba jual beli yaitu riba fadlal adalah kelebihan yang diperoleh
dalam transaksi tukar-menukar barang.
5. Ihtikar Ihtikar adalah menimbun barang dengan harapan mendapatkan
harga tinggi di kemudian hari.
6. Mengurangi timbangan atau takaran
Perbankan Islam bebas bunga, merupakan usaha jalan keluar
terhadap sistem bank konvensional yang mempunyai beberapa kelemahan
sebagai berikut:
d. Dalam sistem bunga, bank tidak akan tertarik dalam kemitraan usaha
kecuali bila ada jaminan kepastian pengembalian modal dan
pendapatan bunganya.
Agar suatu produk yang dibuat dapat diterima masyarakat luas
sebagai pasar sasaran maka penciptaan produk harus memperlihatkan
kebutuhan dan keinginan nasabahnya. Produk yang diciptkan juga harus
memiliki lebih, keunggulan serta kelebihan dibandingkan dengan produk
9
pesaiang. Desain produk perbankan syariah berdasarkan akad yang
bersumber dari prinsip muamalah (semuanya boleh, kecuali ada
larangannya dalam al-qur’an dan hadits) sehingga dapat melahirkan
berbagai produk dan menjadikan bank syariah sebagai islamic financial
instituation, bukan sekedar bank (beyond bank).
1
0
Penentuan biaya-biaya jasa bank lainnya bagi bank syariah juga
dilakukan sesuai Syariat Islam. Sumber penentuan harga atau pelaksanaan
kegiatan bank syariah dasr hukumnya adalah Al-qur’an dan Sunnah Rasul.
Seperti dalam sebuah hadits yang menjelaskan bahaa Arab berebut untuk
mendapatkan barang dagangannya, karena harga barang tersebut harganya murah
dan mereka merupakan pedagang pertama. Akan tetapi penduduk sering kali tidak
mendapatkan barang secara langsung karena itu banyak tengkulak atau makelar
mencegat rombongan tersebut di tengah jalan atau memborong barang yang
dibawa oleh mereka. Mereka memanfaatkan kesempatan tersebut untuk
1
1
mendapatkan keuntungan besar, dengan menjualnya kembali dengan harga yang
sangat mahal. Membeli barang dagangan sebelum sampai dipasar atau
mencegatnya di tengah jalan merupakan jual beli yang terlarang didalam agama
islam.
1
2
Ada beberapa etika pemasar yang akan menjadi prinsip bagi pelaku pasar
syariah dalam menjalankan fungsi pemasaran, yaitu:
a. Jujur
Seorang pebisnis wajib berlaku jujur dalam melakukan ushanya. Jujur
dalam pengertian yang lebih luas yaitu tidak berbohong, tidak menipu,
tidak mengada-ada fakta, tidak berkhianat, serta tidak pernah ingkar janji
dan lain sebagainya. Tindakan tidak jujur selain merupakan perbuatan
yang jelas berdosa, jika biasa dilakukan dalam melakukan bisnis juga akan
membawa pengaruh negatif kepada kehidupan pribadi dan keluarga
seorang pebisnis itu sendiri. Bahkan lebih jauh lagi, sikap dan tindakan
yang seperti itu akan mewarnai dan mempengaruhi kehidupan
bermasyarakat secara luas. Dalam Al-Qur’an, keharusan bersikp jujur
dalam berbisnis seperti berdagang, berniaga atau jual beli, sudah
diterangkan dengan sangat jelas dan tegas.
b. Adil
Berperilaku adil dalam berbisnis yaitu satu bentuk akhlak yang harus
dimiliki seorang syariah marketer. Lawan dari keadilan adalah kezaliman
yaitu sesuatu yang di haramkan Allah. Allah mencintai orang-orang yang
berbuat adil dan membenci orang-orang yang berbuat zalim, bahkan Allah
melaknat mereka. Seperti firman Allah SWT dalam QS. Al-An’am ayat
152. Dalam bisnis modern, sikap adil harus tergambarkan bagi semua
pelaku pasar, semua harus merasakan keadilan. Tidak boleh ada satu pihak
yang hak-haknya terzalimi. Mereka harus selalu terpuaskan sehingga
dengan demikian bisnis bukan hanya tumbuh dan berkembang, melainkan
juga berkah di hadapan Allah SWT.
1
3
Oleh karena itu, kita harus saling menghormati satu samalain, merupakan
ajaran nabi Muhammad SAW yang harus diimplementasikan dalam
perilaku bisnis modern. Tidak boleh satu pengusaha menjelekkan
pengusaha lain, hanya karena bermotifkan bisnis.
Selanjutnya perusahaan dalam hal ini adalah bank harus mampu mencari
cara agar bisa mencapai efktifitas dari satu atau lebih alat promosi. Dalam
menentukan alat promosi, manajer pemasaran bank harus mengenal ciri
1
4
masingmasing alat promosi yang akan dugunakan tersebut. Secara garis besar
keempat macam sarana promosi yang dapat digunakan oleh perbankan secara
umum adalah:
a. Periklanan (advertising)
Iklan adalah promosi yang digunakan oleh perusahaan guna
menginformasikan segala sesuatu produk yang dihasilkan olehperusahaan.
Informasi yang diberikan adalah nama produk, manfaat produk, harga
produk, serta keuntungan-keuntungan produk dibandingan sejenis yang
ditawarkan oleh pesaing.
d. Publitas (Publicity).
Kegiatan ini merupakan kegiatan untuk memancing nasabah melalui
kegiatan pameran, pembukaan stan promosi di pusat perbelanjaan,
sponsorship kegiatan, program coroporate social responsibility (CSR),
mendukung atau berperan serta dalam kegiatan amal serta kegiatan
lainnya.Kegiatan publitas dapat meningkatkan pamor bank di mata para
nasabahnya. Merupakan ruang editorial yang terdapat di semua media
1
5
yang dibaca, dilihat atau didengar untuk membantu mencapai tujuantujuan
penjualan dan tidak dibayar. Publitas disebut juga hubungan masyarakat.
Tujuan kegiatan ini adalah agar nasabah dapat mengenal bank-bank
tersebut dan diharapkan dapat mengenal nasabah lebih dekat, dengan ikut
kegiatan tersebut.
Kegiatan publitas dapat meningkatkan pamor bank di mata para
nasabahnya. Merupakan ruang editorial yang terdapat di semua media
yang dibaca, dilihat atau didengar untuk membantu mencapai tujuan-
tujuan penjualan dan tidak dibayar. Publitas disebut juga hubungan
masyarakat. Tujuan kegiatan ini adalah agar nasabah dapat mengenal
bank-bank tersebut dan diharapkan dapat mengenal nasabah lebih dekat,
dengan ikut kegiatan tersebut kesempurnaan, keistimewaan, dan
kekeklannya, bukan dari keterpaksaan dalam penerimaannya.
Seorang pemasar syariah meskipun ia tidak mampu melihat Allah, ia akan
selalu merasa bahwa Allah senantiasa mengawasinya. Sehingga ia akan
mampu untuk menghindari segala macam perbuatn yang menyebabkan
orang lain tertipu atas produk-produk yang dijualnya. Sebab seorang
pemasar syariah akan selalu merasa bahwa setiap perbuatan yang
dilakukan akan dihisab dan dimintai pertanggung jawaban kelak pada hari
kiamat.
1
6
a. Rabbaniyyah (teistis)
Kekhasan syariat Islam dibandingkan undang-undang lain adalah
sifatmya yang teistis (Rabbaniyyah) atau religius. Kesucian
perundang-undangannya tidak tertandingi. Kecintaan dan rasa hormat
tertanam dalam jiwa para pengikutnya tumbuh dari keyakinan terhadap
kesempurnaan, keistimewaan, dan kekeklannya, bukan dari
keterpaksaan dalam penerimaannya.
Seorang pemasar syariah meskipun ia tidak mampu melihat Allah,
ia akan selalu merasa bahwa Allah senantiasa mengawasinya.
Sehingga ia akan mampu untuk menghindari segala macam perbuatn
yang menyebabkan orang lain tertipu atas produk-produk yang
dijualnya. Sebab seorang pemasar syariah akan selalu merasa bahwa
setiap perbuatan yang dilakukan akan dihisab dan dimintai
pertanggung jawaban kelak pada hari kiamat.
Dengan konsep ini seorang pemasar syariah akan sangat hati-hati
dalam perilaku pemasrannya dan berusaha untuk tidak merugikan
konsumen. Apabila seorang pemasar syariah hanya berorientasi pada
keuntungan, maka ia dapat merugikan konsumen dengan memberikan
janji palsu. Namun, seorang pemasar syariah memiliki orientasi
mashlahah, sehingga ia tidak hanya mencari keuntungan namun
diimbangi dengan keberkahan di dalamnya
1
7
dasar-dasar yang dapat dipertanggungjawabakan secara syar’i. seperti
kata-kata hikmah “melanjutkan cara-cara lama yang masih baik, dan
menerima cara-cara baru yang lebih baik.”
Pada sisi lain, para ulama terdahulu sangat dalam menetapkan
hukum halal-haram, karena itu adalah hak prerogratif Allah dan
RasulNya. Para ahli fiqih (fuqaha) mengetahui dengan pasti bahwa
hanya
Allahlah yang berhak menetukan halal dan haram, baik dalam
kitabNya (Al-Quran) ataupun melalui lidah rasul-Nya (sunnah).
c. Maslahah (Kemslahatan)
Menurut Louis Ma’luf dalam kamus al- munjid mengartikan segala
sesuatu yang dilakukan manusia guna memperoleh kebaikan untuk diri
sendiri maupun golongan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata
maslahaah diartikan sesuatu yang mendatangkan kebaikan,
keselamatan, faedah, guna atau manfaat. Kemudian kata kemaslahatan
diartikan kegunaan, kepentingan, dan kebaikan.
Maslahah secara bahasa merupakan suatu yang memberikan kebaikan
yang membawa manfaat bagi kehidupan ummat manusia dan
menjauhkan manusia daripada kesukaran atau kemafsadahan sehingga
bisa membawa kehidupan manusia menuju kehidupan yang lebih baik.
Jika dilihat dari segi tingkatan prioritasnya Maslahah terbagi menjadi
tiga macam maslahah yaitu: Maslahah Dharuriyah (kepentingan yang
bersifat primer) adalah sesuatu yang ada demi kelangsungan kehidupan
manusia, apabila kebutuhan itu tidak ada maka akan menimbulkan
ketidak-stabilan hidup manusia di dunia dan di akhirat, bahkan
merusak kebutuhan hidup itu sendiri. Kemaslahatan yang primer ini
hanya bisa dicapai bila terpeliharanya lima tujuan hukum islam
(maqasid al-syariah)yaitu memelihara agama, jiwa, akal, keturunan
dan harta,maslahah Hajiyah (kepentingan yang bersifat sekunder)
adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk menghilangkan kesempitan
1
8
yang dapat menyebabkan kesulitan dan kesukaran dalam
melaksanakan suatu kewajiban.
Tetapi kesukaran itu tidak sampai pada tingkat dharuriyah.
Maslahah hajiyahtidak menjadi keharusan dalam memelihara
Maslahaah khamsah, melainkan hanya sebagai pelengkap dan
penyempurnaan bagi Maslahah tersebut, dan Maslahah Tahsiniyah
(kepentingan bersifat tersier) adalah maslahah yang digunakan untuk
menyempurnakan hidup manusia dengan cara melaksanakan apa- apa
yang baik dan paling layak menurut kebiasaan dan menghindari hal-
hal tercela menurut akal sehat. Pentingnya pembagian kemaslahatan ini
berkaitan dengan prioritas mana yang harus didahulukan apabila antara
kemaslahatan umum bertentangan dengan kemaslahatan pribadi.
Dalam pertentangan kedua maslahah ini, islam mendahulukan
kemaslahatan umum daripada kemaslahatan khusus.
d. Fleksibel (Tidak Kaku)
Menurut Dr. Nasrun Harun, MA dalam konteks ini mengatakan
bahwa ada beberapa faktor yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam
menilai terjadinya perubahan, yaitu faktor tempat, faktor zaman, faktor
kondisi sosial, faktor niat dan faktor adat kebiasaan. Faktor ini amat
berpengaruh dalam menetapkan hukum dalam bidang muamalah.
Syariah marketing bukanlah konsep yang eksklusif, fanatis, anti
modernitas, dan kaku, melainkan konsep pemasaran yang fleksibel.
Syariah marketer bukanlah berarti para pemasar itu harus
berpenampilan ala bangsa arab dan mengharamkan dasi. Namun,
syariah marketerharuslah tetap berpenampilan bersih, rapi, dan
bersahaja apapun model atau gaya berpakaian yang dikenakan. Hal ini
dikarenakan pemasaran syariah sangat flekibel dan luwes dalam tafsir
lebel dan transaksinya.
e. Asy-Syumul (Komprehensif)
1
9
Fakta lain yang perlu dicatat mengenai karakteristik syariah yang
komperhensif ini adalah bahwa dia merupakan keseluruhan organik.
Seluruh rancangan kehidupan yang ditetapkan Islam digerakkan oleh
semangat yang sama dan oleh karenanya pengkotak-kotakan yang
sembarangan atas rancangan ini pasti akan merusak baik semangat
maupun struktur syariah itu sendiri. Hal ini membuat syariah memiliki
sifat universal sehingga menjadi syariah humanistis universal, setiap
nasabah yang membutuhkan pelayanan bank syariah harus dilayani
tanpa memandang apakah ia seorang muslim ataupun non muslim
apakah ia dari status sosial yang rendah ataukah status sosial yang
tinggi semuanya harus dilayani dalam industri perbankan syariah.
“tenaga pemasar bank syariah bersikap terbuka, jujur dan menjaga amanah dalam
memberikan informasi terkait dengan produk dan jasa bank syariah yang
ditawarkan”.
2
0
“Dunia pemasaran perlu menunjukkan nilai-nilai spiritual dalam pemasaran. Etika
pemasaran Islam diterapkan dalam rangka memperoleh manfaat serta keuntungan
bagi perusahaan.”
2
1
menawarkan beragam produk yang sesuai harapan nasabah dengan prinsip
syariah. Dengan tingkat persaingan antar bank yang semakin ketat serta didukung
keunggulan-keunggulan yang di miliki antar bank, mendorong bank Syariah di
Parepare lebih meningkatkan pelayanan-pelayanan yang ada agar sesuai dengan
syariah.
.Jadi dengan pemasaran yang berbasis etika Islam, maka seluruh proses tidak
boleh ada yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Dan selama proses dan
rangkaian aktivitas pemasaran dapat dijamin atau tidak ada penyimpangan
terhadap prinsip-prinsip etika Islam. Proses pemasaran yang berbasis etika Islam
dilaksanakan oleh orang yang memasarkan produk dengan menggunakan cara
syariah yang biasa disebut juga dengan pemasar syariah. Tenaga pemasar syariah
adalah para pemasar profesional dengan penampilan yang bersih, rapi dan
bersahaja, apapun model atau gaya pakaian yang dikenakannya. pemasaran yang
berbasis etika Islam adalah konsep pemasaran yang fleksibel, sebagaimana
keluasan dan keluwesan syariah Islam yang melandasinya.
2
2
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah kita memahami etika di dalam pemasaran bang syariah maka
dapat, kamu simpulkan bahwa mayoritas semua bank syariah di Indonesia
telah menjalankan etika syariah dalam pemasaran produk bank syariah di
mana mereka menerapkan prinsip syariah serta etika syariah lainnya yang
sesuai dengan al quran dan Hadis sehingga mencipkan nilai bisnis yang baik.
B. Saran
Saran kami kepada pembaca agar dapat memahami makalah ini dan dapat
mengaplikasikan dalam kehidupan dunia pekerjaan kelak nanti.
2
3
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Agustin, Hamdi. 2017. Studi Kelayakan Bisnis Syariah. Depok: Rajawali Pers
Sumber Jurnal:
2
4
Abul Hassan , Abdul Latif S. 2008. Islamic Marketing Ethics and Its Impact on
Customer Satisfaction in the Islamic Banking Industry. JKAU: Islamic
Economics, Vol. 21, No. 1.
Afrida Putritama. 2018. Penerapan Etika Bisnis Islam dalam Industri Perbankan
Syariah. Jurnal Nominal. Volume VII.
Abdul Hamid. 2019. Implementasi Etika Islam dalam Pemasaran Produk Bank
Syariah. Jurnal Balanca. Volume I No1.
Wray, B., Palmer, A. and Bejou, D., “Using Neural Network Analysis to Evaluate
BuyerSeller Relationships.” European Journal of Marketing, 1994, Vol. 28, No.
10
2
5