Anda di halaman 1dari 14

PROBLEMATIKA PRAKTIK PERBANKAN SYARIAH

Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah : PERBANKAN SYARIAH

Dosen Pengampu : Dr. Muzalifah, M.S.I

Disusun Oleh:

Nida kamalia

Nim.2112130134

Institut Agama Islam Palangka Raya

Hukum Ekonomi Syariah

Fakultas Syariah

Tahun Ajaran

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kita haturkan kepada Allah SWT karena atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya makalah kami yang berjudul
“PROBLEMATIKA PRAKTEK PERBANKAN SYARIAH” dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Makalah ini juga dibuat sebagai sarana untuk menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan kami pada mata kuliah Perbankan syariah. Shalawat serta
salam tak lupa kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW,
sahabat serta keluarganya yang telah membawa kita dari jaman kegelapan menuju
jaman terang-benderang.

Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada : Dr. Muzalifah, M.S.I ,


selaku dosen pengampu pada mata kuliah ini yang telah memberikan bimbingan dan
arahannya kepada kami, serta doa dan dukungan dari kawan-kawan sehingga
makalah ini dapat kami selesaikan.

Kami selaku penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan


pengaruh yang positif dalam kegiatan belajar-mengajar. Kami juga menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami mohon kritik dan
saran dari kawan-kawan yang sifatnya membangun agar kami dapat memperbaiki
makalah kami menjadi lebih baik lagi dikemudian hari.Terimakasih.

Palangka Raya, 26 juni 2023

Penulis
DAFTAR ISI
A. LATAR BELAKANG

Larangan terhadap riba (bunga), spekulasi, dan aktivitas haram lainnya harus
dijaga secara konsisten. Namun, terdapat tantangan dalam memastikan kepatuhan
yang konsisten terhadap prinsip-prinsip ini, yang bisa berkaitan dengan perbedaan
interpretasi hukum Islam dan kompleksitas penyelesaian masalah. Ketiga, regulasi
dan pengawasan yang efektif juga menjadi isu penting dalam menjaga integritas
perbankan syariah. Diperlukan kerangka regulasi yang memadai dan sistem
pengawasan yang efisien untuk memastikan praktik perbankan syariah sesuai dengan
standar yang ditetapkan.

Selain itu, kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang perbankan syariah


masih perlu ditingkatkan. Kurangnya pemahaman ini dapat menyebabkan
ketidakpercayaan dan kesalahpahaman tentang prinsip-prinsip syariah serta produk
perbankan syariah itu sendiri. Masyarakat perlu memiliki pemahaman yang lebih baik
tentang kelebihan, keuntungan, dan karakteristik unik dari perbankan syariah agar
dapat membuat keputusan keuangan yang tepat.

Dalam era inovasi dan perkembangan teknologi, perbankan syariah juga perlu
menghadapi tantangan dalam penyelarasan antara inovasi teknologi dan prinsip-
prinsip syariah yang harus dijunjung tinggi. Penggunaan teknologi dalam praktik
perbankan syariah dapat meningkatkan efisiensi, aksesibilitas, dan kemudahan bagi
nasabah, tetapi juga perlu memastikan bahwa teknologi yang digunakan sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah dan tidak melanggar ketentuan agama.

Ketidakpahaman masyarakat tentang prinsip-prinsip syariah dan produk


perbankan syariah merupakan salah satu masalah yang perlu diatasi dalam praktik
perbankan syariah. Kurangnya pemahaman ini dapat menyebabkan ketidakpercayaan
dan kesalahpahaman tentang bagaimana perbankan syariah beroperasi dan bagaimana
produk-produknya berbeda dari perbankan konvensional. Hal ini dapat menghambat
pertumbuhan dan adopsi perbankan syariah oleh masyarakat yang berpotensi menjadi
nasabah.

Selain itu, dalam era inovasi dan perkembangan teknologi, perbankan syariah
juga perlu menghadapi tantangan dalam menyelaraskan inovasi teknologi dengan
prinsip-prinsip syariah yang harus dijunjung tinggi. Penggunaan teknologi dalam
praktik perbankan syariah dapat memberikan manfaat seperti peningkatan efisiensi,
aksesibilitas, dan pengalaman nasabah yang lebih baik. Namun, perlu memastikan
bahwa teknologi yang digunakan mematuhi prinsip-prinsip syariah dan tidak
melanggar ketentuan agama, seperti penghindaran transaksi ribawi atau spekulatif.

Untuk mengatasi problematika ini, langkah-langkah dapat diambil untuk


meningkatkan praktik perbankan syariah. Pertama, diperlukan upaya yang lebih besar
dalam meningkatkan pemahaman masyarakat tentang prinsip-prinsip syariah dan
produk perbankan syariah melalui edukasi dan kampanye yang efektif. Ini dapat
dilakukan melalui program pendidikan, seminar, dan kegiatan komunitas yang
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang
perbankan syariah.

Kedua, perlu dilakukan upaya kolaborasi antara lembaga perbankan syariah,


regulator, dan para akademisi untuk memperkuat regulasi dan pengawasan perbankan
syariah. Kerangka regulasi yang jelas, konsisten, dan komprehensif akan membantu
dalam memastikan praktik perbankan syariah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Regulator juga perlu memperkuat sistem pengawasan untuk memastikan kepatuhan
perbankan syariah terhadap prinsip-prinsip syariah dan melindungi kepentingan
nasabah.

Terakhir, perbankan syariah perlu berinovasi dalam pengembangan produk


dan layanan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, sambil tetap memperhatikan
kebutuhan dan preferensi nasabah. Inovasi teknologi dapat digunakan untuk
meningkatkan efisiensi operasional perbankan syariah, memberikan pengalaman
nasabah yang lebih baik, dan memperluas aksesibilitas ke layanan perbankan syariah.

Dengan memahami latar belakang problematika ini, langkah-langkah dapat


diambil untuk meningkatkan praktik perbankan syariah, mengoptimalkan kepatuhan
terhadap prinsip-prinsip syariah, meningkatkan pemahaman masyarakat, dan
memperkuat regulasi serta pengawasan yang mendukung keberlanjutan sektor
perbankan syariah. Kolaborasi antara lembaga-lembaga perbankan syariah, regulator,
akademisi, dan masyarakat perlu diperkuat untuk mengatasi problematika tersebut dan
membangun industri perbankan syariah yang lebih kuat dan berkelanjutan.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Sejauh mana kepatuhan perbankan syariah terhadap prinsip-prinsip syariah dalam


transaksi dan operasionalnya?
2. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi kepercayaan dan kepuasan nasabah
terhadap layanan perbankan syariah?
3. Bagaimana kinerja perbankan syariah dibandingkan dengan perbankan
konvensional dalam hal profitabilitas, efisiensi, pertumbuhan, dan stabilitas?
4. Apakah perbankan syariah memiliki peran yang signifikan dalam pembangunan
ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan?
5. Apa saja tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh perbankan syariah dalam
menjalankan operasionalnya?
6. Bagaimana perbandingan regulasi dan pengawasan terhadap perbankan syariah
dengan perbankan konvensional?
7. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemahaman dan
kesadaran masyarakat terhadap perbankan syariah?
8. Apa saja solusi yang dapat diusulkan untuk mengatasi kesenjangan keuangan
dalam praktik perbankan syariah?
9. Bagaimana kontribusi perbankan syariah dalam pembiayaan usaha mikro, kecil,
dan menengah (UMKM) dan sektor riil?
10. Bagaimana implikasi dari praktik perbankan syariah terhadap pengentasan
kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Menganalisis kepatuhan perbankan syariah terhadap prinsip-prinsip syariah:


Penelitian dapat dilakukan untuk mengevaluasi sejauh mana praktik perbankan
syariah mematuhi prinsip-prinsip syariah yang diatur oleh hukum Islam. Hal ini
melibatkan pemeriksaan transaksi, kepatuhan terhadap larangan riba (bunga),
penggunaan dana investasi yang halal, dan ketaatan terhadap prinsip-prinsip etika
Islam.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan dan kepuasan
nasabah: Penelitian dapat dilakukan untuk mengevaluasi faktor-faktor yang
memengaruhi kepercayaan dan kepuasan nasabah terhadap layanan perbankan
syariah. Faktor-faktor seperti kejelasan informasi, kualitas layanan, transparansi,
dan keadilan dalam transaksi dapat menjadi fokus penelitian.
3. Mengevaluasi kinerja perbankan syariah dibandingkan dengan perbankan
konvensional: Penelitian ini dapat membandingkan kinerja perbankan syariah
dengan perbankan konvensional dalam hal profitabilitas, efisiensi, pertumbuhan,
dan stabilitas. Hal ini dapat membantu mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan
perbankan syariah dan menyediakan pemahaman yang lebih baik tentang
kontribusinya dalam sistem keuangan.
4. Menganalisis peran perbankan syariah dalam pembangunan ekonomi: Penelitian
dapat fokus pada kontribusi perbankan syariah dalam mendukung pembangunan
ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Ini melibatkan analisis terhadap peran
perbankan syariah dalam pembiayaan usaha mikro, kecil, dan menengah
(UMKM), investasi dalam sektor riil, pengentasan kemiskinan, dan pemberdayaan
masyarakat.
5. Mencari solusi terhadap tantangan dan hambatan dalam praktik perbankan
syariah: Penelitian dapat bertujuan untuk mengidentifikasi tantangan dan
hambatan yang dihadapi oleh perbankan syariah dalam menjalankan operasinya.
Tujuan ini mencakup analisis regulasi, masalah pengawasan, kesenjangan
keuangan, dan upaya untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat
terhadap perbankan syariah.

D. KEGUNAAN PENELITIAN

1. Peningkatan Praktik Perbankan Syariah: Penelitian dapat memberikan wawasan


dan pemahaman yang lebih baik tentang problematika yang dihadapi dalam
praktik perbankan syariah. Dengan mengidentifikasi masalah dan tantangan yang
ada, penelitian dapat membantu mengembangkan solusi dan rekomendasi yang
dapat meningkatkan praktik perbankan syariah secara keseluruhan.
2. Peningkatan Kepatuhan terhadap Prinsip-Prinsip Syariah: Penelitian dapat
membantu dalam memahami dan mengatasi masalah yang terkait dengan
kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah dalam praktik perbankan syariah.
Dengan mempelajari penyebab ketidakpatuhan dan mengeksplorasi cara-cara
untuk meningkatkan kepatuhan, penelitian dapat membantu perbankan syariah
menghadapi tantangan ini dan memastikan bahwa praktik mereka sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah.
3. Pengembangan Produk dan Layanan yang Lebih Baik: Penelitian tentang
problematika perbankan syariah dapat membantu dalam mengidentifikasi area di
mana produk dan layanan perbankan syariah dapat ditingkatkan. Dengan
memahami kebutuhan dan preferensi nasabah serta hambatan yang ada, penelitian
dapat membantu mengembangkan produk yang lebih inovatif, transparan, dan
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
4. Peningkatan Pemahaman Masyarakat: Penelitian dapat berperan penting dalam
meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang perbankan syariah.
Melalui penyebaran hasil penelitian dan publikasi yang mudah diakses, penelitian
dapat memberikan informasi yang jelas dan obyektif kepada masyarakat mengenai
prinsip-prinsip syariah, manfaat perbankan syariah, dan cara mengakses layanan
perbankan syariah.
5. Pengembangan Regulasi dan Kebijakan yang Lebih Efektif: Penelitian tentang
problematika perbankan syariah dapat memberikan wawasan dan rekomendasi
kepada regulator dan pembuat kebijakan dalam mengembangkan regulasi dan
kebijakan yang lebih efektif untuk sektor perbankan syariah. Penelitian dapat
membantu mengidentifikasi celah dalam kerangka regulasi yang ada dan
memberikan masukan untuk meningkatkan pengawasan serta perlindungan bagi
nasabah perbankan syariah.
E. KERANGKA TEORITIK
1. Prinsip-prinsip Syariah: Praktik perbankan syariah didasarkan pada prinsip-prinsip
syariah dalam agama Islam. Prinsip-prinsip ini mencakup larangan terhadap riba
(bunga), spekulasi, ribawi (haram), serta kepatuhan terhadap etika dan nilai-nilai
Islam. Ketidakpatuhan terhadap prinsip-prinsip ini dapat menjadi sumber
problematika dalam praktik perbankan syariah.
2. Kompleksitas Produk dan Transaksi: Praktik perbankan syariah seringkali
melibatkan produk dan transaksi yang kompleks, yang melibatkan struktur
keuangan dan hukum yang rumit. Hal ini dapat menjadi tantangan bagi nasabah
dalam memahami produk dan transaksi tersebut, serta bagi regulator dalam
mengawasi dan mengatur praktik perbankan syariah.
3. Kepatuhan terhadap Prinsip-prinsip Syariah: Kepatuhan terhadap prinsip-prinsip
syariah merupakan aspek krusial dalam praktik perbankan syariah.
Ketidakpatuhan terhadap prinsip-prinsip ini dapat terjadi akibat ketidakjelasan
dalam implementasi, interpretasi yang berbeda, atau kegagalan dalam menjaga
integritas prinsip-prinsip syariah. Hal ini dapat menimbulkan masalah reputasi,
ketidakpercayaan nasabah, dan risiko hukum bagi lembaga perbankan syariah.
4. Pengawasan dan Regulasi: Kerangka teoritik juga mencakup peran pengawasan
dan regulasi dalam mengatasi problematika praktik perbankan syariah. Regulator
perlu memastikan bahwa praktik perbankan syariah mematuhi prinsip-prinsip
syariah, melalui pengaturan, pemantauan, dan penegakan aturan yang tepat.
Pengawasan yang efektif juga penting untuk melindungi kepentingan nasabah dan
menjaga integritas sektor perbankan syariah.
5. Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat: Peningkatan pemahaman dan kesadaran
masyarakat tentang perbankan syariah menjadi elemen penting dalam kerangka
teoritik. Edukasi yang efektif kepada masyarakat mengenai prinsip-prinsip
syariah, produk perbankan syariah, serta manfaat dan keunggulan perbankan
syariah dapat membantu mengatasi problematika praktik perbankan syariah.
Peningkatan pemahaman masyarakat juga dapat mendorong pertumbuhan dan
adopsi perbankan syariah.
F. Literatur review ( studi pustaka )
1. Pembiayaan Modal Kerja Syariah.
Modal merupakan permasalahan kursial senantiasa dihadapi merintis usaha,
setiap gagasan atau pun rencana mendirikan bank syariah tidak dapat terwujud
akibat tidak adanya modal signifikan untuk pendiriannya, walaupun dari sisi niat
ataupun keinginan para pendiri relatif sangat kuat. Permasalahan utama
pemenuhan permodalan antara lain disebabkan; pertama, keraguan pemodal akan
prospek dan masa depan keberhasilan bank syariah, sehingga kuatir dana yang
ditempatkan hilang; kedua, perhitungan bisnis pemodal yang tidak dilandasai rasa
nilai ubudiyah sehingga terkesan semata-mata hanya mencari keuntungan duniawi
dan merasa keberatan jika harus menginvestasikan sebagian dananya di bank
syariah sebagai modal; ketiga, regulasi Bank Indonesia dalam penempatan modal
yang relatif tinggi. 1
2. Regulasi Dunia Perbankan.

1
Lihat Adiwarman A. Karim, Op., Cit., hlm. 231-236, cakupannya; Konsep modal kerja mencakup modal kerja
(working capital asset) dan modal kerja brutto (gross working capital, pengelolaan modal kerja (permanen dan
seasonal, dan unsure-unsur modal kerja permanen (kas, piutang dagang dan persedian, serta perputaran
modal dan alokasi dana
Seperti telah diketahui fungsi umum daripada undang-undang melayani
masyarakat dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat, sebagai azaz
berlakunya dalam arti material, undang-undang merupakan sarana semaksimal
mungkin dapat mencapai kesejahteraan spiritual dan material bagi masyarakat
maupun individu. Regulasi perbankan yang berlaku belum sepenuhnya
mengakomodir operasional bank syariah, mengingat adanya sejumlah perbedaan
dalam pelaksanaan operasional bank syariah dengan bank konvensional.
Regulasi perbankan yang ada kiranya masih perlu disesuaikan agar
memenuhi ketentuan syariah agar bank syariah dapat beroperasi secara relatif dan
efisien serta mampu bersaing, antara lain; pertama, instrument yang diperlukan
untuk mengatasi masalah likuiditas; kedua, instrument moneter yang sesuai
dengan prinsip syariah untuk keperluan pelaksanaan tugas bank sentral; ketiga,
standarisasi akuntansi, audit dan sistem pelaporan; keempat, regulasi yang
mengatur mengenai prinsip kehati-hatian. Ketentuan keempat regulasi ini
diperlukan agar bank syariah dapat menjadi elemen terpenting dari sistem
moneter yang dapat menjalankan fungsinya secara baik, mampu berkembang dan
bersaing.2
3. Minimnya Sumber Daya Manusia.
Maraknya bank syariah di Indonesia tidak diimbangi dengan sumber
daya manusia (SDM) yang memamadai, terutama latar belakang disiplin ilmu
perbankan syariah sehingga perkembangannya menjadi lambat.7 Sistem bank
syariah memang masih belum lama dikenal di Indonesia, disamping itu lembaga
pendidikan dan pelatihan masih terbatas, sehingga tenaga terdidik dan
berpengalaman dibidang perbankan syariah baik dari sisi bank pelaksana maupun
bank sentral (pengawas dan peneliti bank).
Pengembangan SDM sangat dibutuhkan karena keberhasilan
pengembangan bank syariah pada level mikro sangat ditentukan oleh kualitas
manajemen dan tingkat pengetahuan serta keterampilan mengelola bank. SDM-
nya memerlukan persyaratan pengetahuan general di bidang perbankan,
memahami implementasi prinsip-prinsip syariah dalam praktek perbankan serta
mempunyai komitmen untuk menerapkannya secara konsistensi (istiqamah).3
2
Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Pereansuransian Syariah di Indonesia, Kecana
Prenada Media Group, Jakarta, hlm.180.
3
Abdul Manan, Hukum Perbankan Syariah, dalam Jurnal Mimbar Hukum dan Peradilan, Edisi Nomor 75, 2012,
hlm. 32
4. Tingkat Pemahaman dan Kepedualian Ummat.
Pemahaman dan kepedulian sebagian besar umat mengenai sistem dan
prinsip bankan syariah belum tepat, bahkan ada di antara ulama dan cendekiawan
muslim sendiri masih belum ada kata sepakat untuk mendukung eksistensi bank
syariah. Bahkan masih ada kalangan ulama belum ada ketegasan pendapat
terhadap eksistensi bank syariah, sehingga terasa kurang tegas, hal tersebut
disebabkan; pertama, kurang komprehensifnya informasi yang sampai kepada
para ulama dan cendekiawan tentang bahaya dan dampak destruktif sistem bunga
terutama pada saat krisis moneter dan ekonomi dilanda kelesuan; kedua, belum
berkembangluasnya Lembaga Keuangan Syariah (LKS) sehingga ulama dalam
posisi sulit untuk melarang transaksi keuangan konvensional yang selama ini
berjalan dan berkembang luas serta yang sudah mendarah daging dalam
masyarakat; ketiga, belum dipahaminya operasional bank syariah secara
mendalam dan kaffah; keempat, kejumudan dan kemalasan intelektual yang
cenderung pragmatis sehingga ada anggapan sistem bunga yang berlaku saat ini
sudah berjalan atau tidak bertentangan dengan ketentuan syariah. Padahal sejarah
mengenal ulama bukan semata sosok berilmu, melainkan juga sebagai penggerak
dan motivator masyarakat.
Para ulama yang berkompeten terhadap hukum-hukum syariah memiliki
fungsi dan peran yang amat besar dalam perbankan syariah yaitu sebagai Dewan
Pengawas Syariah dan Dewan Syariah Nasional. Minimnya pemahaman terhadap
bankan syariah barangkali disebabkan karena sistem dan prinsip operasional
relatif baru dikenal dibandingkan dengan sistem bunga, dan pengembangannya
masih dalam tahap awal jika dibandingkan dengan bank konvensional telah
terlebih dahulu mengambil posisi di hati masyarakat, serta keengganan bagi
pengguna jasa perbankan konvensional untuk berpindah ke bank syariah
disebabkan hilangnya kesempatan untuk mendapatkan penghasilan tetap dari
bunga.
5. Sosialisasi Setengah Hati.
Sosialisasi yang telah dilakukan dalam rangka menginformasikan secara
paripurna dan besar mengenai kegiatan usaha bank syariah belum dilakukan
semaksimal mungkin sehingga terasa dapat dikatakan setengah hati. Sementara
tanggungjawab sosialisasi tidak hanya dipundak para bankir syariah sebagai
pelaksana operasional bank sehari-hari, namun tanggungjawab itu tertumpu
kepada semua elemen umat baik secara individu, jamaah maupun institusi.
Dengan kata lain bagi yang memiliki kemampuan dan akses yang besar dalam
penyebarluasan informasi harus fokus, yang barang kali selama ini masyarakat
belum tahu ataupun belum memahami secara detail apa dan bagaimana
keberadaan dan operasional bank syariah walaupun dari kaca mata fiqh sangat
faham. Cakupan sosialisasi tentu tidak sekedar memperkenalkan eksistensi bank
syariah di suatu tempat, tetapi juga memperkenalkan mekanisme, produk dan
instrumen-instrumen keuangan bank syariah kepada masyarakat.4
6. Piranti Moneter Ribawi.
Piranti moneter yang pada saat ini masih mengacu pada sistem bunga
(riba) sehingga belum bisa memenuhi dan mendukung kebijakan moneter dan
kegiatan usaha bank syariah, seperti kelebihan / kekurangan dana yang terjadi
pada bank syariah ataupun pasar uang antar bank syariah dengan tetap
memperhatikan prinsip syariah. Bank Indonesia selaku penentu kebijakan
perbankan harus menyiapkan piranti moneter yang sesuai dengan prinsip syariah.
7. Pelayanan Publik
Perlu dicatat dunia perbankan senantiasa tidak terlepas pada masalah
persaingan, baik dari sisi rate / margin yang diberikan maupun pelayanan. Dari
hasil survei lapangan membuktikan kualitas pelayanan merupakan peringkat
pertama kenapa masyarakat memilih bergabung dengan suatu bank. Ternyata
bank konvensional berlomba-lomba untuk senantiasa memperhatikan dan
meningkatkan pelayanan kepada nasabah, tidak telepas dalam hal ini tentunya
juga bagi bank syariah yang dalam operasionalnya wajib memberikan jasa
tentunya unsur pelayanan yang baik dan Islami harus diprioritaskan dan
senantiasa ditingkatkan. Tentu harus pula didukung oleh adanya SDM yang cukup
handal dibidangnya, kesan jorok, kotor, miskin, lusuh dan tampil ala kadarnya
yang selama ini melekat dalam tradisi Islam harus dihilangkan sehingga harus
diganti dengan nuansa modern, modif dan serasi selama tidak bertentangan
dengan prinsip dasar nash.
8. Bank Syariah Ternyata Belum Syariah.
Jika diamati hampir semua bank yang ada, mulai mengembangkan sistem
perbankan syariah. Peluang apa yang akan diraihi, ternyata bank syariah tumbuh

4
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Gema Insani, Jakarta, Cetakan Kesembilan,
2001, hlm. 180.
subur layaknya seperti jamur di musim hujan. Namun sayang kenyataam di
lapangan, prakteknya tidak dapat diharapkan lebih untuk memperjuangkan secara
final nilai syariah dalam prakteknya. Masih ada bank berkutat pada sistem
kapitalisme, walaupun baju yang dikenakan baju syariah. Ironis sekali memang,
ketika seorang peneliti perbankan terheran-heran dengan ada mekanisme bank
syariah yang anti-krisis, disaat tahun 1998 menjadi kebangkrutan bank-bank
konvensional hampir secara nasional. Setelah dilakukan penelitian dengan
seksama ternyata bank syariah yang dimaksud masih berbau kapitalis, artinya
bank hanya memberikan bantuan kepada pemilik usaha besar saja, sedangkan
pemilik usaha menengah ke bawah tidak tersentuh sama sekali.
Keinginan untuk memakai nama syariah tidak dapat dipungkiri menjadi
nilai plus tersendiri untuk meraih nasabah muslim. Produk-produk bank syariah
diperkenalkan dan dikemas sedemikian rupa, sehingga meyakinkan nasabah.
Namun disisi lain para praktisi bank syariah belum menguasai praktik-praktik
syariah dalam lapangan. Terbukti dengan perbandingan beberapa orang yang
mencoba meminjam pada bank syariah tertentu, namun apa yang terjadi ternyata
bunga yang mencapai lebih tinggi dibandingkan dengan bank konvensional.
Kasus itu yang sedikit banyak telah terjadi, dan harus ditindaklanjuti,
dalam jangka panjang harus ada pelatihan tentang produkproduk bank syariah
dalam praktek kesehariannya, atau sekarang yang berkembang adalah masing-
masing bank mencari alternatif pengawas yang terdiri dari kalangan ulama, atau
pihak yang telah menguasai betul produk syariah. Dengan alternatif pengawas ini,
proses transaksi banking telah diawasi oleh seorang ahlinya, sehingga kekeliruan
yang terjadi dilapangan bisa diminimalisir.
Konsep tentu akan mengangkat wajah perekonomian bangsa, artinya
memperkuat basis perekonomian bangsa yang selama ini menganut sistem
kapitalis. Dalam jangka panjang akan memberi pengertian kepada masyarakat,
harta bukan lagi kepemilikan pribadi, melainkan kepemilikan sosial. Dari sisi ini
tentu mengangkat kembali perekonomian bangsa dengan sistem ta'awun,
harapannya kaum aghni’a bisa menolong orang-orang menengah ke bawah
(dhuafa) untuk mengangkat taraf ekonominya ke jenjang yang lebih mapan.5

5
Abdul Manan, Hukum Perbankan Syariah, dalam Jurnal Mimbar Hukum dan Peradilan, Edisi Nomor 75, 2012,
hlm. 33.
G. METODE PENELITIAN
Data dan informasi yang digunakan yaitu data dari media elektronik, dan
beberapa pustaka yang relevan untuk melakukan pembahasan analisis dan sintesis
data-data yang diperoleh. Pengolahan data dan informasi yang diperoleh pada tahap
pengumpulan data, kemudian diolah dengan menggunakan suatu metode analisis
deskriptif berdasarkan data sekunder.
Metode penulisan yang kami gunakan dalam pembuatan makalah ini juga
berasal dari beberapa buku, artikel, jurnal, literatur, pencarian perpustakaan, dan
browsing internet guna menambah referensi dan wawasan kami dalam pembuatan
Proposal ini.
H. REFERENSI
Lihat Adiwarman A. Karim, Op., Cit., hlm. 231-236, cakupannya; Konsep modal
kerja mencakup modal kerja (working capital asset) dan modal kerja brutto (gross
working capital, pengelolaan modal kerja (permanen dan seasonal, dan unsure-unsur
modal kerja permanen (kas, piutang dagang dan persedian, serta perputaran modal
dan alokasi dana

Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Pereansuransian Syariah di


Indonesia, Kecana Prenada Media Group, Jakarta, hlm.180.

Abdul Manan, Hukum Perbankan Syariah, dalam Jurnal Mimbar Hukum dan
Peradilan, Edisi Nomor 75, 2012, hlm. 32

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Gema Insani,
Jakarta, Cetakan Kesembilan, 2001, hlm. 180.

Abdul Manan, Hukum Perbankan Syariah, dalam Jurnal Mimbar Hukum dan
Peradilan, Edisi Nomor 75, 2012, hlm. 33.

Awis candra seminar, teori maqashid Syariah dan penerapannya pada perbankan
Syariah, purwakarta, 2022

Anda mungkin juga menyukai