Anda di halaman 1dari 19

Kelompok 10

TINDAK PIDANA DAN PENEGAKAN HUKUM PASAR MODAL


Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah: Hukum Investasi dan Pasar Modal

Dosen Pembimbing: ERRY FITRYA PRIMADHANY, S.HI, M.H.

Disusun Oleh
PUTRI FITRIA NURWATI
Nim. 2212130026
AHMAD SIHABBUDIN
Nim. 2212130037
NIDA KAMALIA
Nim. 2112130134

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS SYARIAH/JURUSAN SYARIAH
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
TAHUN 2023M/1445H
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
anugrah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “Tindak Pidana dan Penegakan Hukum
Pasar Modal, ini dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Hukum Investasi dan Pasar Modal .

Mengingat terbatasnya kemampuan yang dimiliki oleh penulis, maka dalam pembuatan makalah
ini masih banyak memiliki kekurangan baik dari segi penyampaian materi pembahasan, maupun
dalam penulisan. Oleh karena itu penulis memerlukan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca guna menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam pembuatan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Palangka Raya, Februari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................ii

Daftar Isi ...............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................1


B. Rumusan Masalah ...........................................................................2
C. Tujuan Penulisan .............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pelanggaran Pasar Modal Berdasarkan Undang-undang


No 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal ..........................................3
B. Kejahatan Pasar Modal Berdasarkan Undang-undang
No 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal .........................................4
C. Penegakkan Hukum di Bidang Pasar Modal Oleh
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) .......................................................5
D. Penerapan Sanksi di Pasar Modal ...................................................7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .....................................................................................
B. Saran ...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar Modal Indonesia telah mempunyai perangkat hukum Undang-undang No 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya, tetapi hal ini masih yang memiliki
kewenangan pembinaan, pengaturan dan pengawasan di Pasar Modal sekaligus dalam
penyelidikan tindak pidana pada Pasar Modal. Guna melakukan penegakan hukum terhadap
pelanggaran peraturan perundang-undangan dibidang Pasar Modal, sesuai dengan pasal 100
dan pasal 101 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Otoritas Jasa
Keuanganyang memperoleh peralihan kewenangan Bapepam selaku institusi pengawas sektor
Pasar Modal, diberikan kewenangan untuk melakukan pemeriksaan dan penyidikan atas suatu
pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal. 1
Pasar modal telah menjadi ukuran berkembang dan menurunnya perekonomian suatu
masyarakat. Kegiatan di dalam pasar modal ditunjukkan oleh indeks yang setiap hari mengukur
aktivitas ekonomi suatu Negara secara keseluruhan.Pelanggaran terhadap peraturan
perundang-undangan dibidang pasar modal merupakan hal yang rawan dilakukan oleh pihak-
pihak yang terlibat di pasar modal. Pelanggaran dibidang pasar modal merupakan pelanggaran
yang sifatnya teknis administratif.mereka itu dapat dilihat dari makinmeningkatnya indeks
harga saham. Betapa pentingnya peran pasar modal dalam perekonomian suatu Negara dalam
meningkatkan suatu pertumbuhan ekonomi. Pasar modal adalah salah satu alternatif sumber
pembiayaan eksternal bagi perusahaan-perusahaan saham lainnya melalui penjualan sebagian
sahamnya kepada masyarakat. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, berarti memiliki hak
atas dividen atau hak suara secara proporsional terhadap perusahaan tersebut.2
Indonesia merupakan Negara hukum seperti yang telah ditegaskan UUD NRI 1945,
salah satu ciri utama dari suatu Negara yang berbasis hukum terletak pada kecenderungan
untuk menilai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh masyarakat atas dasar peraturan-
peraturan hukum. Artinya bahwa sebuah Negara dengan konsep Negara hukum selalu
mengatur setiap tindakan dan tingkah laku masyarakatnya berdasarkan atas undang-undang
yang berlaku untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian hidup, agar
sesuai dengan apa yang diamanatkan dalam pancasila dan UUD NRI 1945 yaitu setiap warga
negara berhak atas rasa aman dan bebas dari segala bentuk kejahatan.

1 Monica Kolompoy, penegakan hukum tindak pidana dalam kegiatan penyelenggaraan pasar modal di
Indonesia,Jurnal Lex Privatum, No.2, Vol.IV, Februari 2016, hal 26
2 Stinky Muhaling, Penegakan hukum dan penerapan sanksi tindak pidana di bidang pasar modal yang berlaku di

Indonesia berdasarkan undang-undang Nomor 8 Tahun 1995, Jurnal Lex Privatum, No. 8, Vol.IV, Juli 2021

3
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah, disini saya akan mebahas tentang:
1. Apa Saja Pelanggaran Pasar Modal Berdasarkan Undang-undang No 8 Tahun 1995
Tentang Pasar Modal?
2. Apa saja Kejahatan Pasar Modal Berdasarkan Undang-undang No 8 Tahun 1995
Tentang Pasar Modal?
3. Apa Saja Penegakan Hukum di Bidang Pasar Modal Berdasarkan oleh Otoritas Jasa
Keuangan (OJK)?
4. Apa Saja Penerapan Sanksi di Pasar Modal?
B. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
mengetahui tentang:
1. Untuk Mengetahui dan Memahami Pelanggaran Pasar Modal Berdasarkan Undang-
undang No 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
2. Untuk Mengetahui Kejahatan Pasar Modal Berdasarkan Undang-undang No 8 Tahun
1995 Tentang Pasar Modal
3. Untuk Mengetahui Penegakan Hukum di Bidang Pasar Modal Berdasarkan oleh
Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
4. Untuk Mengetahui Penerpan Sanksi di Pasar Modal

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pelanggaran Pasar Modal Berdasarkan Undang-undang No 8 Tahun 1995 Tentang
Pasar Modal

Undang-Undang Nomor. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, seperti halnya KUHP,
juga membagi tindak pidana di bidang pasar modal menjadi dua macam, yaitu kejahatan dan
pelanggaran di bidang pasar modal. Dari kasus-kasus pelanggaran perundang-undangan di
atas, sebagaimana telah dijelaskan ketika membahas tentang kejahatan pasar modal, bahwa
selama ini belum ada satu kasuspun yang penyelesaiannya melalui jalur kebijakan pidana,
tetapi melalui penjatuhan sanksi administrasi, yang penyelesaiannya dilakukan oleh dan di
Bapepam. Baru pada tahun 2004 terdapat satu kasus tindak pidana pasar modal yang sudah
sampai ke pihak kejaksaan, dengan kata lain proses penyelesaiannya akan melalui sistem
peradilan pidana. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, meletakkan
kebijakan kriminal melalui hukum pidana terhadap tindak pidana pelanggaran pasar modal
dalam Pasal 103 ayat (2), yaitu pelanggaran Pasal 23, Pasal 105, dan Pasal 109. Untuk jelasnya
akan dikutip berikut ini:

Pasal 103 ayat (2)

Pelanggaran pasar modal disini adalah, pelanggaran terhadap Pasal 32 yaitu : - Seseorang yang
melakukan kegiatan sebagai wakil penjamin efek. Wakil perantara pedagang efek atau wakil
menager inveatsi tanpa mendapatkan izin Bapepam - Ancaman bagi pelaku adalah maksimum
pidana selama 1 (satu) tahun kurungan dan denda Rp. 1000.000.000.00.-(satu milyar rupiah)

Pasal 105

Pelanggaran pasar modal yang dimaksudkan disini adalah pelanggaran Pasal 42 yang
dilakukan oleh Manajer investasi, atau pihak terafiliasinya, yaitu :

Menerima imbalan (dalam bentuk apapun), baik langsung maupun tidak langsung yang
dapat mempengaruhi manejer investasi itu untuk membeli atau menjual efek untuk reksa dana.

Ancaman pidana berupa pidana kurungan maksimum 1 (satu) tahun kurungan dan denda
Rp. 1.000.000.000.00.-(satu milyar rupiah).

5
Pasal 109 3

Yang dilanggar disini adalah perbuatan tidak mematuhi atau menghambat pelaksanaan Pasal
100, yang berkaitan dengan kewenangan Bapepam dalam melaksanakan pemeriksaan terhadap
semua pihak yang diduga atau terlibat dalam pelanggaran UUPM.

Pelanggaran di bidang pasar modal mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda


dengan jenis pelanggaran di bidang lain. Pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan
di bidang pasar modal merupakan hal yang rawan dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat di
pasar modal. Pelanggaran di bidang pasar modal merupakan pelanggaran yang sifatnya teknis
administratif. Ada 3 (tiga) pola pelanggaran yang lazim terjadi, yaitu :

1) Pelanggaran individual
2) Pelanggaran yang dilakukan secara berkelompok
3) Pelanggaran yang dilakukan langsung atau berdasarkan perintah atau pengaruh pihak lain.

Kalangan bisnis harus tetap mempertimbangkan di samping aspek hukum, juga tanggung
jawab moral dari kegiatan mereka. Walaupun dunia bisnis mengakui kewajiban untuk
berperilaku etis, tetapi menemui kesulitan untuk mengembangkan dan menerapkan prosedur
untuk melaksanakan kewajiban tersebut. Salah satu kesulitannya adalah dari kenyataan yang
semakin berkembang bahwa masalah moral muncul dari segala aspek kegiatan bisnis.

Menurut tradisi, membicarakan etika bisnis terbatas pada topik tertentu seperti iklan yang
menyesatkan, itikad baik dalam negosiasi kontrak, larangan penyuapan. Dewasa ini, masalah
yang berkaitan dengan tanggung jawah moral dari bisnis berkembang dari keputusan
pemasaran seperti melanggar etika menjual produk yang berbahaya. masalah pemberian upah
yang adil, tempat kerja yang melindungi kesehatan dan keselamatan buruh, etika dalam merger
dan akuisisi, sampai kepada kerusakan lingkungan. Pendeknya semua keputusan bisnis,
khususnya yang menimbulkan ketidakpastian dan konsekuensi yang berkepanjangan, yang

3Baehaki Syakbani, Penegakan Hukum di Pasar Modal Dalam Produk Hukum Ekonomi di Indonesia, Jurnal Valid,
No.2, Vol.11, April 2014, hal 94

6
mempengaruhi banyak individu, organisasi lain dan bahkan kegiatan pemerintah, dapat
menghadirkan masalah etika yang serius.

Di dalam kenyataannya etika yang ditegakkan atas dasar kesadaran individuindividu tidak
dapat berjalan karena tarikan berbagai kepentingan, terutama untuk mencari keuntungan,
tujuan yang paling utama dalam menjalankan bisnis. Oleh karenanya, standar moral harus
dituangkan dalam aturan-aturan hukum yang diberikan sanksi. Disinilah letaknya campur
tangan negara dalam persaingan bebas dan kebebasan berkontrak, untuk melindungi pihak
yang lemah. Oleh karena itu hukum juga sepanjang sejarahnya bersumber pada dan
mengandung nilai-nilai moral

Masa datang ini perlu memberikan prioritas pada Undang-Undang yang berkaitan dengan
akumulasi modal untuk pembiayaan pembangunan dan demokratisasi ekonomi untuk
mencapai efisiensi, memenuhi fungsi hukum sebagai fasilitator bisnis. Optimalisasi sumber
pembiayaan pembangunan memerlukan pembaruan Undang-Undang Penanaman Modal,
Undang-Undang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Pasar Modal. Indonesia juga harus
menerapkan Undang-Undang tentang money laundering secara maksimal dengan konsekuen,
antara lain untuk memberantas kejahatan narkotika dan korupsi. Ekonomi pasar yang
didominasi oleh aktivitas pasar yang illegal akan tidak menjadi efisien, dan cenderung akan
mendorong ketidak adilan dan pemerasan.

Faktor yang utama bagi hukum untuk dapat berperanan dalam pembangunan ekonomi
adalah apakah hukum mampu menciptakan stability, predictability dan fairness. Dua hal yang
pertama adalah prasyarat bagi sistim ekonomi apa saja untuk berfungsi. Termasuk dalam
fungsi stabilitas (stability) adalah potensi hukum menyeimbangkan dan mengakomodasi
kepentingan-kepentingan yang saling bersaing. Kebutuhan fungsi hukum untuk dapat
meramalkan (predictability) akibat dari suatu langkah-langkah yang diambil khususnya
penting bagi negeri yang sebagian besar rakyatnya untuk pertama kali memasuki hubungan-
hubungan ekonomi melampaui lingkungan sosial yang tradisional. Aspek keadilan (fairness),
seperti, perlakuan yang sama dan standar pola tingkah laku Pemerintah adalah perlu untuk
menjaga mekanisme pasar dan mencegah birokrasi yang berlebihan.

7
B. Kejahatan Pasar Modal Berdasarkan Undang-undang No 8 Tahun 1995 Tentang Pasar
Modal
1. Kejatahan di Dibidang Pasar Modal (Tindak Pidana)

Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM) telah menggariskan jenis
jenis tindak pidana di bidang pasar modal seperti penipuan, manipulasi pasar, dan perdagangan
orang dalam. Selain menetapkan tindak pidana di bidan pasar modal, UUPM juga menetapkan
sanksi pidana bagi para pelaku tindak pidana tersebut yaitu denda dan pidana penjara/kurungan
yang ditetapkan secara bervariasi antara kurungan selama 1 tahun dan denda sebesar Rp.
1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) sampai dengan penjara 10 tahun dan denda Rp.
15.000.000.000,- (lima belas miliar rupiah). Tindak pidana di bidang pasar modal mempunyai
karakteristik yang khas, yaitu antara lain adalah “barang” yang menjadi objek dari tindak
pidana adalah informasi, selain itu pelaku tindak pidana tersebut bukanlah mengandalkan
kemampuan fisik seperti halnya pencurian atau perampokan mobil, akan tetapi lebih
mengandalkan pada kemampuan untuk membaca situasi pasar serta memanfaatkannya untuk
kepentingan pribadi. Selain kedua karakteristik tersebut, masih terdapat karakteristik lain yang
membedakan dari tindak pidana lainnya, yaitu pembuktiannya cenderung sulit dan dampak
pelanggaran dapat berakibat fatal dan luas. Untuk dapat memahami lebih jauh tentang tindak
pidana di bidang pasar modal, berikut ini akan diuraikan secara lebih terinci jenis-jenis tindak
pidana yang dikenal di dunia pasar modal:

Penipuan

Yang dimaksud dengan melakukan penipuan menurut UUPM Pasal 90 huruf c adalah
membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta material atau tidak mengungkapkan fakta
material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada
saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian
untuk diri sendiri atau pihak lain atau dengan tujuan memengaruhi pihak lain untuk membeli
atau menjual efek. Ancaman pidana dan denda yang begitu berat dapat dianggap wajar
mengingat kegiatan perdagangan efek melibatkan banyaknya pemodal dan jumlah uang yang
amat besar. Bila dibandingkan dengan KUHP Pasal 378 ancaman hukumannya paling lama

8
adalah 4 tahun penjara bagi mereka yang terbukti melakukan penipuan. Sedangkan dalam
KUHP Pasal 390 ancaman hukumannya adalah paling lama 2 tahun 8 bulan penjara.

Selain penipuan, dalam UUPM dikenal pula suatu bentuk tindak pidana lain, yaitu manipulasi
pasar. Secara sederhana manipulasi pasar adalah kegiatan untuk menciptakan gambaran semu
atau menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga efek di bursa
efek atau memberi pernyataan atau keterangan yang tidak benar atau menyesatkan sehingga
harga efek di bursa terpengaruh. Ketentuan tentang manipulasi pasar diatur dalam Pasal 91, 92
dan 93 UUPM. Maksud dengan manipulasi pasar menurut UUPM Pasal 91 adalah tindakan
yang dilakukan oleh setiap pihak secara langsung maupun tidak dengan maksud untuk
menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai perdagangan, keadaan pasar, atau
harga efek di bursa efek. Otoritas pasar modal mengantisipasi setiap yang mempunyai pihak
kapasitas dan kapabilitas modal dan teknologi atau sarana yang berkemungkinan bisa
melakukan penciptaan atau penggambaran sedemikian rupa sehingga pasar memahami dan
merespon gambaran tersebut sebagai suatu hal yang benar.

2. Tindakan Lain yang Dikategorikan Sebagai Tindak Pidana di Bidang Pasar Modal

Selain dari bentuk tindak kejahatan yang di atas, UUPM mengkategorikan sejumlah
Tindakan lain di bidang Pasar Modal sebagai tindak kejahatan yang di ancam pidana yaitu:

a. Setiap pihak yang tanpa izin, persetujuan atau pendaftaran melakukan kegiatan di bidang
pasar modal.
b. Manajer investasi dan pihak terafiliasi yang menerima imbalan dari pihak lain dalam
bentuk apa pun, langsung maupun tidak untuk melakukan pembelian atau penjualan efek.
c. Emiten atau perusahaan publik melakukan penawaran umum namun tidak menyampaikan
pernyataan pendaftaran atau pernyataan pendaftarannya belum dinyatakan efektif oleh
BAPEPAM (Pasal 70).
d. Siapa saja yang melakukan penipuan, menyesatkan BAPEPAM, menghilangkan,
memusnahkan, menghapuskan, mengubah, mengaburkan, menyembunyikan atau
memalsukan catatan dari pihak yang memperoleh izin, persetujuan dan pendaftaran dari
BAPEPAM (Pasal 107).

9
e. Pihak yang langsung atau tidak memengaruhi pihak lain untuk melakukan pelanggaran
pasal-pasal UUPM diancam pidana seperti ditentukan dalam Pasal 103, 104, 105, 106,
107. 4

C. Penegakan Hukum di Bidang Pasar Modal Berdasarkan oleh Otoritas Jasa


Keuangan (OJK)

Otoritas Jasa Keuangan memiliki kewenangan untuk melakukan pemeriksaan


terhadap semua pihak yang diduga telah, sedang atau mencoba melakukan pelanggaran
terhadap UUPM dan peraturan pelaksanaannya. Berdasarkan kewenangan tersebut,
Otoritas jasa keuangan dapat mengumpulkan data, informasi dan atau keterangan lain yang
diperlukan sebagai bukti atas pelanggaran terhadap UUPM dan atau peraturan
pelaksanaannya. Kewenangan penyidikan diberikan kepada Otoritas Jasa Keuangan
sebagai aparat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) untuk tujuan penegakan hukum
pelaksanaan UUPM, agar perlindungan hukum bagi setiap pelaku pasar modal dapt
dicapai. Konsep PPNS ini dapat dipahami sebagai upaya menanggulangi setiap
pelanggaran bursa yang belum tentu dapat diselidiki atau diperiksa secara cepat dan tepat
oleh aparat penyidik umum seperti halnya aparat kepolisian dan kejaksaan.

Dalam melakukan penegakan hukum Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga


independen yang bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai peran, fungsi,
tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan di pasar
modal. Adapun peran dan wewenang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam menjalankan
tugas pengaturan dan tugas pengawasan yaitu:

1. Tugas pengaturan menetapkan pelaksanaan Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan,


peraturan perundangundangan di sektor jasa keuangan, peraturan dan keputusan Otoritas

4Defrando Sambuaga, KEJAHATAN DAN PELANGGARAN DI BIDANG PASAR MODAL DAN PENEGAKAN
HUKUMNYA DITINJAU DARI UU NO. 8 TAHUN 1995, Jurnal Lex Privatum, No.5 Vol. IV, Juni 2016

10
Jasa Keuangan, peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan, kebijakan
mengenai pelaksanaan tugas Otoritas Jasa Keuangan, peraturan mengenai tata cara
penetapan perintah tertulis terhadap lembaga jasa keuangan dan pihak tertentu, peraturan
mengenai tata cara pengelola stratuter, struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengenai
tata cara pengenaan sanksi.

2. Tugas pengawasan Otoritas Jasa Keuangan menetapkan kebijakan operasional


pengawasan, melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen,
dan tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku dan/atau penunjang kegiatan
jasa keuangan, penunjukan dan pengelolaan pengguna stratuter, memberikan perintah
tertulis kepada lembaga jasa keuangan atau pihak lain, menetapkan sanksi administratif
terhadap pelaku pelanggaran peraturan perundangundangan di sektor jasa keuangan,
termauk kewenangan perizinan kepada lembaga jasa keuangan.

Dalam hal melakukan pemeriksaan dan penyidikan atas terjadinya pelanggaran di


pasar modal, kekuasaan Otoritas Jasa Keuangan merupakan polisi yang menegakkan
hukum sebagai penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS). Pendelegasian kekuasaan
BAPEPAM kepada OJK juga diperluas yaitu mempunyai kekuasaan untuk mengenakan
sanksi administrasi yang jumlahnya cukup banyak dalam pelaksanaan kekuasaannya.
Termasuk dalam kekuasaan pengenaan sanksi adalah untuk mengenakan denda,
pembatasan dan pembekuan kegiatan usaha, pencabutan izin usaha serta pembatalan
persetujuan pendaftaran.

Dalam rangka proses penyidikan yang dilakukan oleh Bapepam-LK yang sekarang
diganti dengan OJK dapat dilakukan atas 2 (dua) kondisi yakni pertama adalah sebgai
kelanjutan dari poses pemeriksaan dan yang kedua adalah penyidikan dilakukan tanpa ada
proses pemeriksaan terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan OJK oleh Undang-undang Pasar
Modal diberi 2 (dua) kewenangan yakni kewenangan sebagai pemeriksa dan penyidik,
dimana proses penyidikan tidak bergantung dari ada atau tidak adanya hasil pemeriksaan.
Jadi dalam hal ini, kewenangan OJK sebagai penyidik mandiri, tidak bergantung antara
yang atu dengan yang lain. Setelah adanya laporan, pemberitahuan, ataupun pengaduan
dari seseorang tentang adanya praktek kecurangan seperti insider trading, OJK akan
melakukan penelitian atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan perbuatan

11
praktek kecurangan tersebut. Sesuai dengan Pasal 49 ayat (3) huruf b UndangUndang
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan yang menyatakan : “Melakukan
penelitian atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan degan tindak pidana di sektor
jasa keuangan.” Dalam melakukan penyidikannya, OJK berhak meminta data, dokumen
atau alat bukti lain, baik cetak maupun elekronik kepada penyelenggara jasa
telekomunikasi sesuai dengan Pasal 49 ayat (3) huruf g Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2011, untuk dijadikan alat bukti pada penuntutan maupun persidangan. Dalam keadaan
tertentu OJK meminta kepada pejabat yang berwenang untuk melakukan pencegahan
terhadap orang yang diduga telah melakukan tindak pidana di sektor jasa keuangan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-ungangan sesuai dengan Pasal 49 ayat (3) huruf h
UndangUndang Nomor 21 Tahun 2011.

Adapun pejabat yang berwenang tersebut ialah pihak imigrasi maupun polisi.
Apabila dalam melakukan penyidikan ditemukan adanya unsur-unsur tindak pidana
pelanggaran terhadap Undang-Undang Pasar Modal (UUPM) maka proses penyidikan
diberhentikan dan dilanjuti dengan proses penyelidikan. Dalam Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1981 twntang Hukum Acara Pidana Pasal 37 ayat 1 dan 2 dalam melakukan
penyelidikan, pada waktu menangkap tersangka, penyidik hanya berwenang menggeledah
pakaian termasuk benda yang dibawanya serta, apabila terdapat dugaan keras dengan
alasan yang cukup bahwa pada tersangka terdapat benda yang dapat disita, dan pada waktu
menangkap tersangka atau dalam hal tersangka sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dibawa ke penyidik, penyidik berwenang menggeledah pakaian dan atau menggeledah
badan tersangka. Adapun dalam Pasal 38 ayat 1 dan 2 Undang-Undang No. 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana “(1) penyitaan hanya dapat dilakukan oleh penyidik dengan
surat izin ketua pengadilan negeri setempat. “(2) dalam keadaan yang sangat perlu dan
mendesak bilamana penyidik harus segera bertindak dan tidak mungkin untuk
mendapatkan surat izin terlebih dahulu, tanpa mengurangi kekuatan ayat (1) penyidik dapat
melakukan penyitaan hanya atas benda bergerak dan untuk itu wajib segera melaporkan
kepada ketua pengadilan negeri setempat guna memperoleh persetujuannya”.

Wewenang penggeledahan semata-mata hanya diberikan kepada pihak pnyidik,


baik penyidik Polri maupun Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS). Penuntut umum tidak

12
memiliki wewenang untuk menggeledah, demikian juga Hakim pada semua tingkat
peradilan, tidak mempunyai wewenang untuk itu. Penggeledahan benar-benar ditempatkan
pada pemeriksaan penyelidikan dan penyidikan, tidak terdapat pada tingkatan pemeriksaan
selanjutnya baik dalam taraf tuntutan dan pemeriksaan peradilan. Penggeledahan tersebut
bertujuan untuk mencari dan mengumpulkan fakta dan bukti serta dimaksudkan untuk
mendapatkan orang yang diduga keras sebagai tersangka pelaku tindak pelanggaran di
sektor pasar modal. Apabila dalam penyidikan telah terbukti adanya tindak pidana, maka
(OJK) wajib menyerahkan untuk ditindak lanjuti oleh jaksa penuntut umum. “Jaksa wajib
menindak lanjuti dan memutuskan tindak lanjut hasil penyidikan sesuai kewenangannya
paling lama 90 (sembilan puluh) hari sejak diterimanya hasil penyidikan.

D. Penerpan Sanksi di Pasar Modal

Terdapat 3 macam sanksi yang diterapkan dalam undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal, Yaitu:

1. Sanksi Administratif
Sanksi Administratif adalah sanksi sanksi yang dikenakan BAPEPAM kepada
pihak-pihak yang melanggar peraturan Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995.
Pihak yang dapat dijatuhkan sanksi adalah:

-Pihak yang memperoleh izin dari BAPEPAM.

-Pihak yang memperoleh persetujuan dari BAPEPAM.

-Pihak yang melakukan pendaftaran kepada BAPEPAM.

Pada umumnya sanksi hukum yang diterapkan pada pelanggaran prinsip


keterbukaan di pasar modal Indonesia adalah sanksi administratif. Sebagai contoh dapat
dilihat sanksi administratif berupa denda yang diterapkan Bapepam kepada pelaku insider
trading dalam kasus Bank Mashill Utama.

2. Sanksi Perdata

13
UUPM (pasal 103-110) mengancam setiap pihak yang terbukti melakukan tindak
pidana di bidang pasar modal diancam hukuman pidana penjara bervariasi antara satu
sampai sepuluh tahun.13 Ancaman pidana dan denda yang begitu berat dapat dianggap
wajar mengingat kegiatan perdagangan efek melibatkan banyak pemodal dan jumlah uang
yang amat besar.Apabila sanksi pidana diterapkan bagi pelaku perbuatan yang menyesatkan
dalam pasar modal, maka akan timbul masalah pembuktian bahwa pelaku tersebut telah
melakukan suatu perbuatan yang menyesatkan. Oleh karena menurut Pasal 382 bis KUHP,
yang mengatur perbuatan menipu untuk menyesatkan seseorang atau orang banyak, dimana
salah satu unsurnya adalah si pelaku harus dibuktikan melekukan perbuatan menipu.
3. Sanksi Pidana
Diantara sanksi hukum diatas, penerapan sanksi hukum perdata berkembang. Alasan
penerapan sanksi hukum perdata berkaitan dengan pendapat Barry A.K Rider yang
menekankan, bahawa penerapan hukum perdata (civil enforcement) memiliki potensi yang
lebih besar untuk diperlakukan secara internasioanl. Olehkarena, telah diterima dan
sesungguhnya merupakan suatu prinsip dasar hukum internasional, bahwa suatu negar tidak
akan memperlakukan hukum pidana negara lain. Sanksi perdata lebih banyak didasarkan
pada UUPT dimana emiten atau perusahaan publik harus tunduk pula. UUPT dan UUPM
menyediakan ketentuan yang memungkinkan pemegang saham untuk melakukan gugatan
secara perdata kepada setiap pengelola atau komisaris perusahaan yang tindakan atau
keputusannya menyebabkan kerugian pada perusahaan.5

5Eddy Martino Putralie, Yusrizal Adi Syahputra, Muaz Zul, PERLINDUNGAN HUKUM INVESTOR DI PASAR
MODAL, Jurnal Mercatoria, No.1,Vol.4, Tahun 2011

14
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pelanggaran di bidang pasar modal mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda dengan
jenis pelanggaran di bidang lain. Pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di
bidang pasar modal merupakan hal yang rawan dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat di
pasar modal. Pelanggaran di bidang pasar modal merupakan pelanggaran yang sifatnya teknis
administratif. Ada 3 (tiga) pola pelanggaran yang lazim terjadi, yaitu :

1). Pelanggaran individual

2). Pelanggaran yang dilakukan secara berkelompok

3). Pelanggaran yang dilakukan langsung atau berdasarkan perintah atau pengaruh pihak
lain.

2. Kejahatan Pasar Modal berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
(UUPM) telah menggariskan jenis jenis tindak pidana di bidang pasar modal seperti penipuan,
manipulasi pasar, dan perdagangan orang dalam. Selain menetapkan tindak pidana di bidan
pasar modal, UUPM juga menetapkan sanksi pidana bagi para pelaku tindak pidana tersebut
yaitu denda dan pidana penjara/kurungan yang ditetapkan secara bervariasi antara kurungan
selama 1 tahun dan denda sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) sampai dengan
penjara 10 tahun dan denda Rp. 15.000.000.000,- (lima belas miliar rupiah). Tindak pidana di
bidang pasar modal mempunyai karakteristik yang khas, yaitu antara lain adalah “barang” yang
menjadi objek dari tindak pidana adalah informasi, selain itu pelaku tindak pidana tersebut
bukanlah mengandalkan kemampuan fisik seperti halnya pencurian atau perampokan mobil,
akan tetapi lebih mengandalkan pada kemampuan untuk membaca situasi pasar serta
memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi.

3. penegakan hukum Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga independen yang bebas dari
campur tangan pihak lain, yang mempunyai peran, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan,
pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan di pasar modal. Adapun peran dan wewenang
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam menjalankan tugas pengaturan dan tugas pengawasan.

16
4. Terdapat 3 macam sanksi yang diterapkan dalam undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal, Yaitu: 1. Administratif, 2. Sanksi perdata, 3. Sanksi pidana

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini penulis yakin bahwa makalah ini juah dari kata sempurna,
jadi penulis mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan kritik serta saran yang
membangun agar penulis dapat memperbaiki makalah kedepannya

17
DAFTAR PUSTAKA

Baehaki Syakbani, April 2014, Penegakan Hukum di Pasar Modal Dalam Produk Hukum
Ekonomi di Indonesia, Jurnal Valid, No.2, Vol.11

Defrando Sambuaga, Juni 2016, KEJAHATAN DAN PELANGGARAN DI BIDANG PASAR


MODAL DAN PENEGAKAN HUKUMNYA DITINJAU DARI UU NO. 8 TAHUN 1995,
Jurnal Lex Privatum, No.5 Vol. IV

Eddy Martino Putralie, Yusrizal Adi Syahputra, Muaz Zul,2011 PERLINDUNGAN HUKUM
INVESTOR DI PASAR MODAL, Jurnal Mercatoria, No.1,Vol.4

Monica Kolompoy, Februari2016, penegakan hukum tindak pidana dalam kegiatan


penyelenggaraan pasar modal di Indonesia, Jurnal Lex Privatum, No.2, Vol.IV,

Stinky Muhaling, Juli 2021, Penegakan hukum dan penerapan sanksi tindak pidana di bidang
pasar modal yang berlaku di Indonesia berdasarkan undang-undang Nomor 8 Tahun
1995, Jurnal Lex Privatum, No. 8, Vol.IV

18

Anda mungkin juga menyukai