Anda di halaman 1dari 17

TINDAK PIDANA DALAM PASAR MODAL

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


“HUKUM PASAR MODAL”

Dosen Pengampu:

Zumrotul Azizah SHI, ME.

Penyusun:

Arikatul Firdaus (C02219008)

Mohammad Gilang P.I (C02219033)

Mochammad Fadli R. (C92219095)

Nabila Tussa Banniya (C92219124)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH C

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Tindak Pidana Dalam Pasar Modal” ini dengan baik
dan tepat waktu. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada baginda tercinta Nabi
Muhammad SAW.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat Ibu Zumrotul Azizah
SHI, ME. sebagai dosen pengampu mata kuliah Hukum Pasar Modal yang telah membimbing
penulis dalam menyusun tugas ini.

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas dan sebagai bahan pelengkap nilai
semester tiga program studi ilmu hukum untuk mata kuliah Hukum Pasar Modal di Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan manfaat kepada para pembaca
dan penulis sendiri. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
supaya penulis dapat menyempurnakan makalah selanjutnya.

Surabaya, 18 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2

C. Tujuan ............................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3

A. Pengertian Tindak Pidana ............................................................................................... 3

B. Pengertian Pasar Modal .................................................................................................. 3

C. Fungsi Pasar Modal......................................................................................................... 4

D. Pengertian Tindak Pidana di Bidang Pasar Modal ......................................................... 5

E. Tindak Pidana Pasar Modal dikaitkan dengan Tindak Pidana Ekonomi ........................ 5

F. Faktor Pendorong Munculnya Tindak Pidana Pasar Modal ......................................... 10

G. Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Pidana Pasar Modal .................................... 11

H. STUDI KASUS ............................................................................................................. 12

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 13

A. KESIMPULAN ............................................................................................................. 13

B. SARAN ......................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional suatu negara, diperlukan pembiayaan


baik dari pemerintah dan masyarakat. Penerimaan pemerintah untuk membiayai pembangunan
nasional diperoleh dari pajak dan penerimaan lainnya. Adapun masyarakat dapat memperoleh
dana untuk berinvestasi melalui perbankan, lembaga pembiayaan, dan pasar modal. Pasar
modal merupakan salah satu bagian dari pasar keuangan (finansial market), di samping pasar
uang (money market) yang sangat penting peranannya bagi pembangunan dunia usaha sebagai
salah satu alternatif sumber pembiayaan eksternal oleh perusahaan. Di lain pihak dari sisi
pemodal (investor), pasar modal sebagai salah satu sarana investasi dapat bermanfaat untuk
menyalurkan dananya ke berbagai sektor produktif dalam rangka meningkatkan nilai tambah
terhadap dana yang dimilikinya.
Berdasarkan pengalaman di masa lalu, pasar modal ibarat lazimnya suatu pasar selalu akan
mengalami pasang surut, yang ditunjukkan dengan tanda-tanda bullish atau bearish, sehingga
karenanya dalam hal berinvestasi tiada satu investasi tanpa resiko, seperti adanya informasi
yang menyesatkan, kejahatan yang bersifat penipuan atau kekurangan dalam transaksi
perdagangan bursa efek dan sebagainya.
Di negara manapun, perkembangan pasar modal tidak terlepas dari tindak kejahatan.
Secara internasional, kasus-kasus kejahatan di bidang pasar modal bermodus tidak jauh
berbeda. Oleh karena itu dalam hal ini pemerintah Indonesia dengan di undangkannya Undang-
undang Nomor 8 Tahun 1995 bertujuan agar adanya penegakan hukum dalam rangka
menciptakan pasar modal yang tangguh, modern, efisien, dan teratur.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tindak pidana pasar modal jika dikaitkan dengan tindak pidana ekonomi?
2. Apa saja faktor pendorong munculnya tindak pidana pasar modal?
3. Hal-hal bagaimanakah yang diperlukan dalam rangka pencegahan dan penanggulangan
tindak pidana pasar modal?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui tindak pidana pasar modal dikaitkan dengan tindak pidana ekonomi.
2. Untuk mengetahui faktor pendorong munculnya tindak pidana pasar modal.
3. Untuk mengetahui hal-hal yang diperlukan dalam rangka pencegahan dan penanggulangan
tindak pidana pasar modal.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tindak Pidana

Hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara, yang
mengadakan dasar-dasar atau aturan-aturan untuk:
a. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang,
dengan disertai ancaman atau sangsi berupa pidana tertentu bagi barang siapa
melanggar larangan tersebut.
b. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah melanggar
larangan larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimanayang telah
diancamkan
c. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila
ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut.

Pengertian tindak pidana yang di muat di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) oleh pembentuk undang-undang sering disebut denganstrafbaarfeit. Para pembentuk
undang-undang tersebut tidak memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai strafbaarfeit itu,
maka dari itu terhadap maksud dan tujuan mengenai strafbaarfeit tersebut sering
dipergunakan oleh pakar hukum pidana dengan istilah tindak pidana, perbuatan pidana,
peristiwa pidana, serta delik.

B. Pengertian Pasar Modal

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 1 angka 13 menyatakan bahwa “Pasar modal
adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum perdagangan bursa efek,
perusahaan public yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi
yang berkaitan dengan efek.”
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian pasar modal adalah seluruh
kegiatan yang mempertemukan penawaran dan permintaan atau merupakan aktivitas yang
memperjualbelikan surat berharga.1

1 Tavinayati,SH.,MH, Hukum Pasar Modal, Sinar Grafika, Jakarta, 2009.,hlm.3.

3
Pasar modal (capital market) mempertemukan pemilik dana (supplier of fund) dengan
pengguna dana (user of fund) untuk tujuan investasi jangka menengah (middle-term
instrument). Kedua belah pihak melakukan jual beli modal yang berwujud efek. Pemilik dana
menhyerahkan sejumlah dana dan penerima dana (perusahaan terbuka) menhyerahkan surat
bukti kepemilikan berupa efek.
Objek yang diperdagangkan di pasar modal adalah efek, yakni surat pengakuan utang,
surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak kolektif,
kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivative dari efek (Pasal 1 angka 5 Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1995). Meskipun efek terdiri atas berbagai macam surat berharga, tetapi 2
(dua) instrument utama di pasar modal adalah saham dan obligasi.2

C. Fungsi Pasar Modal

Secara umum, fungsi pasar modal adalah sebagai berikut:


1. Sebagai sarana penambah modal bagi usaha
2. Perusahaan dapat memperoleh dana dengan cara menjual saham ke pasar modal.
Saham-saham ini akan dibeli oleh masyarakat umum, perusahaan-perusahaan lain,
lembaga, atau oleh pemerintah.
3. Sebagai sarana pemerataan pendapatan
4. Setelah jangka waktu tertentu, saham-saham yang telah dibeli akan memberikan
deviden (bagian dari keuntungan perusahaan) kepada para pembelinya (pemiliknya).
Oleh karena itu, penjualan saham melalui pasar modal dapat dianggap sebagai
sarana pemerataan pendapatan.
5. Sebagai sarana peningkatan kapasitas produksi
6. Dengan adanya tambahan modal yang diperoleh dari pasar modal, maka
produktivitas perusahaan akan meningkat.
7. Sebagai sarana penciptaan tenaga kerja
8. Keberadaan pasar modal dapat mendorong muncul dan berkembangnya industri lain
yang berdampak pada terciptanya lapangan kerja baru.

2 Ibid, hal. 18.

4
9. Sebagai sarana peningkatan pendapatan negara
10. Setiap deviden yang dibagikan kepada para pemegang saham akan dikenakan pajak
oleh pemerintah. Adanya tambahan pemasukan melalui pajak ini akan
meningkatkan pendapatan negara.
11. Sebagai indikator perekonomian negara
12. Aktivitas dan volume penjualan/pembelian di pasar modal yang semakin meningkat
(padat) memberi indikasi bahwa aktivitas bisnis berbagai perusahaan berjalan
dengan baik. Begitu pula sebaliknya.

D. Pengertian Tindak Pidana di Bidang Pasar Modal

Tindak pidana di bidang Pasar Modal mempunyai karakteristik yangkhas, yaitu antara lain
adalah “barang” yang menjadi obyek dari tindak pidana adalah informasi, selain itu pelaku
tindak pidana tersebut bukanlah mengandalkan kemampuan fisik seperti halnya pencurian atau
perampokan mobil, akan tetapi lebih mengandalkan pada kemampuan untuk membaca situasi
pasar serta memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi. Tindak Pidana Pasar Modal
merupakan aktifitasnya (tindak pidananya) terkait langsung dalam ruang lingkup definisi
Pasar Modal Pasal 1 angka 13 Undang-undang Pasar Modal.

E. Tindak Pidana Pasar Modal dikaitkan dengan Tindak Pidana Ekonomi

Kejahatan di bidang pasar modal adalah kejahatan yang khas dilakukan oleh pelaku pasar
modal dalam kegiatan pasar modal. Pemerintah Indonesia melalui Bapepam berupaya keras
untuk mengatasi dan mencegah kejahatan di bidang pasar modal dengan berbagai cara, antara
lain dengan menertibkan dan membina pelaku pasar modal sebagai tindakan preventif, dan
menuntaskan kejahatan di bidang pasar modal sebagai tindakan represif. Tugas yang diemban
Bapepam sangat berat, oleh karena itu Bapepam diberi kewenangan untuk melakukan
penyelidikan, pemeriksaan, penyidikan, sampai meneruskan penuntutan kepada kejaksaan atas
dugaan terjadinya kejahatan. Untuk kasus pelanggaran, Bapepam memiliki kewenangan
melakukan pemeriksaan, penyidikan, sampai pemberian sanksi administratif.
Pedoman melakukan kegiatan di bidang pasar modal diatur dalam Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-undang tersebut menggantikan Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 1952 yang menetapkan berlakunya Undang-Undang Darurat Nomor 13
Tahun 1951 sebagai Undang-Undang. Undang-Undang Darurat tersebut diganti karena

5
materinya sangat sumir dan sudah tidak sesuai dengan kebutuhan pengembangan pasar modal
dewasa ini.
Persoalan terjadinya kejahatan dan pelanggaran di pasar modal diasumsikan berdasarkan
beberapa alasan, antara lain: kesalahan pelaku, kelemahan aparat yang mencakup integritas dan
profesionalisme, serta kelemahan peraturan. Bapepam berkewajiban untuk selalu melakukan
penelaahan hukum yang menyangkut perlindungan dan penegakan hukum yang semakin
penting. Dikatakan penting karena, lembaga pasar modal merupakan lembaga kepercayaan,
yaitu sebagai lembaga perantara (intermediary) yang menghubungkan kepentingan pemakai
dana dan para pemilik dana. Dengan demikian perangkat perundang-undangan yang mengatur
mengenai pasar modal diharapkan dapat memberi kontribusi positif bagi penegakan hukum di
dalam memberi jaminan dan kepastian hukum kepada pelaku pasar modal.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 telah menggariskan jenis-jenis tindak pidana
dibidang pasar modal, seperti penipuan, manipulasi pasar, dan perdagangan orang dalam.
Selain menetapkan jenis-jenis tindak pidana dibidang pasar modal, Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1995 juga menetapkan sanksi pidana denda dan penjara/kurungan bagi para pelaku
dengan jumlah atau waktu yang bervariasi. Tindak pidana dibidang pasar modal memiliki
karekteristik yang khas, yaitu barang yang menjadi obyek adalah informasi, selain itu pelaku
tindak pidana tidak mengandalkan kemampuan fisik, tetapi kemampuan untuk memahami dan
membaca situasi pasar untuk kepentingan pribadi. Pembuktian tindak pidana pasar modal juga
sangat sulit, namun akibat yang ditimbulkan dapat fatal dan luas. Jenis-jenis tindak pidana yang
dikenal dibidang pasar modal, antara lain:
• Penipuan
Penipuan menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 90 huruf c, adalah:
membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta material atau tidak mengungkapkan fakta
material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada
saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian
untuk diri sendiri atau pihak lain atau dengan tujuan memengaruhi pihak lain untuk membeli
atau menjual efek.
Larangan tersebut ditujukan kepada semua pihak yang terlibat dalam perdagangan efek,
bahkan turut serta melakukan penipuan pun tak lepas dari jerat pasal ini. Dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 378 tentang penipuan, disebutkan bahwa penipuan
adalah tindakan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan cara:
a) Melawan hukum;
b) Memakai nama palsu atau martabat palsu;
6
c) Tipu muslihat;
d) Rangkaian kebohongan;
e) Membujuk orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya atau supaya
memberi utang atau menghapuskan piutang.
Terkait dengan pengertian KUHP tentang penipuan, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
juga memberikan beberapa spesifikasi mengenai pengertian penipuan, yaitu terbatas dalam
kegiatan perdagangan efek yang meliputi kegiatan penawaran, pembelian, dan/atau penjualan
efek yang terjadi dalam rangka penawaran umum, atau terjadi di bursa efek maupun diluar
bursa atas efek emiten atau perusahaan publik. Mengenai pengertian tipu muslihat atau
rangkaian kebohongan sebagaimana ditentukan dalam KUHP, Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1995 menegaskan bahwa hal tersebut termasuk membuat pernyataan yang tidak benar
mengenai fakta material atau tidak mengungkapkan fakta yang material.
• Manipulasi Pasar
Manipulasi pasar menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 91 adalah,
tindakan yang dilakukan oleh setiap pihak secara langsung maupun tidak dengan maksud untuk
menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai perdagangan, keadaan pasar, atau
harga efek di bursa efek. Otoritas pasar modal mengantisipasi setiap pihak yang memiliki
kapasitas dan kapabilitas dalam hal modal dan teknologi atau sarana yang kemungkinan bisa
melakukan penggambaran sedemikian rupa sehingga pasar memahami dan merespon
gambaran tersebut sebagai suatu hal yang benar. Beberapa pola manipulasi pasar, antara lain:
a. Menyebarkan informasi palsu mengenai emiten dengan tujuan mempengaruhi harga
efek perusahaan yang dimaksud di bursa efek (false information). Misalnya, suatu pihak
menyebarkan rumor bahwa emiten A akan segera dilikuidasi, pasar merespon
kemudian harga efeknya jatuh tajam di bursa;
b. Menyebarkan informasi yang menyesatkan atau tidak lengkap (misinformation).
Misalnya, suatu pihak menyebarkan rumor bahwa emiten B tidak termasuk perusahaan
yang akan dilikuidasi oleh pemerintah, padahal emiten B termasuk yang diambil alih
oleh pemerintah. Harga efek di pasar modal sangat sensitif terhadap suatu peristiwa
dan informasi yang berkaitan, baik secara langsung maupun tidak dengan efek tersebut.
Informasi merupakan pedoman pokok para pemodal untuk mengambil keputusan
terhadap suatu efek. Jika informasi tersebut tidak dilindungi oleh hukum sebagai
informasi yang benar, bagaimana kegiatan perdaganyan pasar modal bisa berjalan?
Informasi yang dihembuskan oleh pihak tertentu dapat menimbulkan dampak pada

7
pasar, akibatnya harga efek bisa naik atau turun. Begitu telah ada konfirmasi bahwa
informasi itu benar, maka gejolak pasar akan berhenti dan berjalan normal kembali.
Transaksi yang dapat menimbulkan gambaran semu adalah transaksi efek yang tidak
mengakibatkan perubahan kepemilikan atau penawaran jual/beli efek pada harga tertentu
dimana pihak tertentu telah bersekongkol dengan pihak lain yang melakukan penawaran
jual/beli efek yang sama pada harga yang kurang lebih sama. Motif dari manipulasi pasar antara
lain untuk meningkatkan, menurunkan, atau mempertahankan harga efek. Dalam praktik
perdagangan efek internasional dikenal beberapa kegiatan yang dapat digolongkan sebagai
manipulasi pasar, yaitu:
1. Marking the Close adalah, merekayasa harga permintaan atau penawaran efek pada
saat atau mendekati penutupan perdagangan dengan tujuan membentuk harga efek atau
harga pembukaan yang lebih tinggi pada hari berikutnya.
2. Painting the tape adalah, kegiatan perdagangan antara rekening efek satu dengan
rekening efek lain yang masih berada dalam penguasaan satu pihak atau memiliki
keterkaitan sedemikian rupa sehingga tercipta perdagangan semu. Pada dasarnya
painting the tape mirip dengan marking the close, namun dapat dilakukan setiap saat.
3. Pembentukan harga berkaitan dengan merger, konsolidasi, atau akuisisi. Pasal 55
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas menentukan bahwa,
pemegang saham yang tidak menyetujui rencana merger, konsolidasi, atau akuisisi
berhak meminta kepada perseroan untuk membeli saham dengan harga yang wajar.
Pemegang saham dapat memanfaatkan ketentuan ini untuk kepentingan pribadi melalui
tindakan manipulasi pasar.
4. Cornering the market adalah, membeli efek dalam jumlah yang besar sehingga dapat
menguasai atau menyudutkan pasar. Praktiknya dapat dilakukan dengan short selling,
yaitu menjual efek dimana pihak penjual belum memiliki efeknya. Hal ini dapat
dilakukan karena bursa efek menetapkan jangka waktu penyelesaian transaksi T+3
(penjual wajib menyerahkan efeknya pada hari ke-3 setelah transaksi). Jika penjual
gagal menyerahkan efek pada T+3, maka yang bersangkutan harus membeli efek
tersebut di pasar tunai yang biasanya lebih mahal dari harga di pasar regular. Pelaku
dapat mengambil keuntungan dari situasi tersebut dengan melakukan cornering the
market, yaitu membeli dalam jumlah besar efek tertentu dan menahannya sehingga
akan banyak penjual yang mengalami gagal serah efek dan terpaksa membeli di pasar
tunai yang sudah dikuasai oleh pelaku.

8
5. Pools merupakan penghimpunan dana dalam jumlah besar oleh sekelompok investor
dimana dana tersebut dikelola oleh broker atau seseorang yang memahami kondisi
pasar. Manager dari pools tersebut membeli saham suatu perusahaan dan menjualnya
kepada anggota kelompok investor tersebut untuk mendorong frekuansi jual-beli efek
sehingga dapat meningkatkan harga efek tersebut.
6. Wash Sales, Order beli dan jual antara anggota asosiasi dilakukan pada saat yang sama
dimana tidak terjadi perubahan kepemilikan manfaat atas efek. Manipulasi tersebut
dilakukan dengan maksud bahwa mereka membuat gambaran dari aktivitas pasar
dimana tidak terjadi penjualan atau pembelian yang sesungguhnya.
7. Perdagangan Orang Dalam (Insider Trading), Pelaku perdagangan orang dalam dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: pihak pertama yang mengemban kepercayaan
secara langsung maupun tidak dari emiten atau perusahaan publik atau disebut juga
pihak yang berada dalam fiduciary position, dan pihak kedua yang menerima informasi
orang dalam dari pihak pertama (disebut juga tippees).
Pihak yang termasuk golongan pertama, antara lain: komisaris, direktur, pegawai,
pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik, orang perseorangan yang karena
kedudukan atau profesi atau hubungan usahanya dengan emiten memungkinkan orang tersebut
memperoleh informasi orang dalam.
Kemungkinan terjadinya perdagangan dengan menggunakan informasi orang dalam dapat
dideteksi dari ada atau tidaknya orang dalam yang melakukan transaksi atas efek perusahaan
dimana yang bersangkutan menjadi orang dalam. Selain itu dapat pula dideteksi dari adanya
peningkatan harga dan volume perdagangan efek sebelum diumumkanya informasi material
kepada publik terkait dengan terjadinya peningkatan atau penurunan perdagangan yang tidak
wajar. Perdagangan orang dalam memiliki beberapa unsur, antara lain:
a. Adanya perdagangan efek;
b. Dilakukan oleh orang dalam perusahaan;
c. Adanya inside information;
d. Informasi itu belum diungkap dan dibuka untuk umum;
e. Perdagangan dimotivasi oleh informasi itu;
f. Bertujuan untuk mendapatkan keuntungan.

Kasus perdagangan orang dalam diidentikkan dengan kasus pencurian, bedanya bila pada
pencurian konvensional yang menjadi obyek adalah materi milik orang lain, maka pada
perdagangan orang dalam obyek pencurian tetap milik orang lain tapi dengan menggunakan

9
informasi yang seharusnya milik umum, sehingga pelaku memperoleh keuntungan dari
tindakannya. Pada pencurian konvensional yang menderita kerugian adalah pihak pemilik
barang, sedangkan pada kasus perdagangan orang dalam, yang menderita kerugian begitu
banyak dan luas, mulai dari lawan transaksi hingga kepada pudarnya kewibawaan regulator
dan kredibilitas pasar modal. Kalau kredibilitas pudar, maka kepercayaan masyarakat terhadap
pasar modal juga akan pudar.

F. Faktor Pendorong Munculnya Tindak Pidana Pasar Modal

Pada saat ini, banyak tindak pidana dan kejahatan yang sudah dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi, sehingga semakin sukar pengungkapannya. Perkembangan teknologi
yang semakin canggih dan harganya yang terjangkau seringkali dipergunakan sebagai alat
bantu melakukan kejahatan. Modus operandi kejahatan seperti ini, hanya dapat dilakukan oleh
orang-orang yang mempunyai status sosial menengah ke atas dalam masyarakat, bersikap
tenang, simpatik serta terpelajar. Dengan mempergunakan kemampuan, kecerdasan,
kedudukan serta kekuasaannya, seorang pelaku tindak pidana dapat meraup dana yang sangat
besar untuk keperluan pribadi atau kelompoknya saja.

Adapun faktor-faktornya adalah sebagai berikut:


• Faktor pertama adalah globalisasi. Dalam hal ini terjadinya globalisasi memang
mengakibatkan para pelaku di bidang pasar modal ini dapat memanfaatkan sistem
financial dan perbankan internasional untuk melakukan kegiatannya.
• Faktor kedua adalah cepatnya perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi ini
mungkin dapat dikatakan sebagai faktor yang paling mendorong berkembangnya
tindak pidana di bidang pasar modal. Perkembangan teknologi informasi seperti
internet misalnya, dapat mengakibatkan hilangnya batas-batas antar negara.
• Faktor ketiga adalah mengenai Bapepam, dalam UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal memberikan kedudukan kepada Bapepam sebagai lembaga yang “banci” dan
“ambivalensi”. Disatu pihak pundak Bapepam dibebankan tugas yang luar biasa besar,
tetapi dipihak lain kedudukannya secara lembaga birokrasi justru sangat kecil, yakni
hanya salah satu bagian dalam jajaran Departemen Keuangan. Bapepam berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. Demikian kata UU Pasar Modal Pasal
3 ayat (2) inilah salah satu penyebab Bapepam dalam menjalankan tugasnya sering
ragu-ragu dan tidak tuntas.

10
G. Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Pidana Pasar Modal

a) Pencegahan Tindak Pidana Pasar Modal


Upaya pencegahan tindak pidana pasar modal dapat berupa :
• Pencegahan tanpa pidana (Prevention without punishment)
• Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat
media massa (Influencing views of society on crime and punishment mass
media).

Mengingat upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur non-penal lebih bersifat


tindakan pencegahan , maka sasaran utamanya adalah menangani faktor-faktor
kondusif penyebab terjadinya kejahatan ini dimana faktor tersebut berpusat pada
masalah-masalah atau kondisi sosial secara langsung atau tidak langsung dapat
menumbuh suburkan kejahatan.
Dalam hal ini sebenarnya perlu ketegasan dan kejelasan mengenai praktis
operasional. Praktis operasional yang di maksud adalah tindakan preventif dan represif
harus ada di dalamnya. Selain itu dalam hal pencegahan secara preventif juga
dilakukan oleh Bapepam yakni dalam bentuk aturan, pedoman, bimbingan, dan
pengarahan.3
b) Penanggulangan Tindak Pidana Pasar Modal
Secara umum upaya penanggulangan kejahatan dapat dilakukan melalui sarana “penal”
dan “non penal”, Upaya penanggulangan hukum pidana melalui sarana (penal) dalam
mengatur masyarakat lewat perundang-undangan pada hakikatnya merupakan wujud suatu
langkah kebijakan (policy).
Upaya penanggulangan kejahatan dengan hukum pidana (sarana penal) lebih menitik
beratkan pada sifat “Represive” (Penindasan/pemberantasan/penumpasan), setelah
kejahatan atau tindak pidana terjadi. Selain itu pada hakikatnya sarana penal merupakan
bagian dari usaha penegakan hukum oleh karena itu kebijakan hukum pidana merupakan
bagian dari kebijakan penegak hukum (Law Enforcement).
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) merupakan palang pintunya hukum pasar
modal. Lembaga ini merupakan benteng dalam melakukan law enforcement dari kaidah
hukum pasar modal.

3 Munir Fuady, Pasar Modal Modern, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996. hlm. 117

11
Salah satu kelebihan Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 adalah
pengenaan sanksi dengan ancaman hukuman yang lebih berat. Seperti juga tindak pidana
secara umum yang berdasarkan kepada KUH Pidana maka Undang-Undang Pasar Modal
Nomor 8 Tahun 1995, Vide Pasal 103 sampai 120, juga mengkategorikan tindak pidana ke
dalam dua bagian, yaitu tindakan pidana kejahatan dan tindak pidana pelanggaran.
Mengenai ketentuan sanksi administratif diatur dalam Pasal 102 UU Nomor 8 Tahun 1995
sedangkan mengenai ketentuan pidana diatur dalam Bab XV UU Nomor 8 Tahun
1995.4 Selain itu dalam hal pencegahan secara represif juga dilakukan oleh Bapepam yakni
dalam bentuk pemeriksaan, penyidikan, dan penerapan sanksi-sanksi.5

H. STUDI KASUS
Kasus Perdagangan Saham PT. Dharma Samudera Fishing Industries Tbk. (DSFI) Kasus
DSFI bermula setelah adanya pedagangan saham DSFI periode bulan Agustus 2002 yang tidak
menyebabkan perubahan kepemilikan atas transaksi saham dimaksud, dan penyalahgunaan
dana serta Efek nasabah. Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap beberapa Pihak yang
didugatelibat dan melakukan penelaahan atas dokumen yang berkaitan dengan transaksi
tersebut, beberapa Pihak secara bersama-sama terbukti melakukan perdagangan saham DSFI
yang tidak menyebabkan terjadinya perubahan kepemilikan atas saham tersebut. Tindakan
tersebut dikategorikan sebagai tindakan manipulasi pasar yang melanggar Pasal 91 dan Pasal
92 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Beberapa Perusahaan Efek juga
terbukti memfasilitasi dan membantu nasabah dalam melakukan transaksi saham DSFI yang
mengakibatkan terjadinya manipulasi pasar. Hal ini melanggar Pasal 91 dan 92 Undang-
Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Sehubungan dengan pelanggaran-pelanggaran
tersebut di atas, Bapepam memberikan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp 3 miliar
secara bersama-sama kepada 11 Pihak, denda kepada 14 Perusahaan Efek sebesar Rp 75 juta
hingga Rp 500 juta, serta peringatan tertulis dan denda kepada lima Pihak masing-masing
sebesar Rp 25 juta sampai dengan Rp 50 juta.

4 Ibid, hal. 115-116.


5 Ibid, hal. 117.

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Tindak pidana di bidang Pasar Modal mempunyai karakteristik yang khas, yaitu antara
lain adalah “barang” yang menjadi obyek dari tindak pidana adalah informasi, selain itu pelaku
tindak pidana tersebut bukanlah mengandalkan kemampuan fisik seperti halnya pencurian atau
perampokan mobil, akan tetapi lebih mengandalkan pada kemampuan untuk membaca situasi
pasar serta memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi. Tindak Pidana Pasar Modal
merupakan aktifitasnya (tindak pidananya) terkait langsung dalam ruang lingkup definisi
Pasar Modal Pasal 1 angka 13 Undang-undang Pasar Modal.
Pencegahan Tindak Pidana Pasar Modal dapat berupa pencegahan tanpa pidana
(Prevention without punishment) dan dengan cara mempengaruhi pandangan masyarakat
mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media massa (Influencing views of society on crime
and punishment mass media). Selain itu dalam hal pencegahan secara preventif juga dilakukan
oleh Bapepam yakni dalam bentuk aturan, pedoman, bimbingan, dan pengarahan.
Secara umum upaya penanggulangan kejahatan dapat dilakukan melalui sarana “penal”
dan “non penal”, Upaya penanggulangan hukum pidana melalui sarana (penal) dalam mengatur
masyarakat lewat perundang-undangan pada hakikatnya merupakan wujud suatu langkah
kebijakan (policy).
Upaya penanggulangan kejahatan dengan hukum pidana (sarana penal) lebih menitik
beratkan pada sifat “Represive” (Penindasan/pemberantasan/penumpasan), setelah kejahatan
atau tindak pidana terjadi. Mengenai ketentuan sanksi administratif diatur dalam Pasal 102 UU
Nomor 8 Tahun 1995 sedangkan mengenai ketentuan pidana diatur dalam Bab XV UU Nomor
8 Tahun 1995. Selain itu dalam hal pencegahan secara represif juga dilakukan oleh Bapepam
yakni dalam bentuk pemeriksaan, penyidikan, dan penerapan sanksi-sanksi.

B. SARAN

Dalam hal ini pemerintah harus berani mengambil langkah untuk menjadikan Bapepam
sebagai lembaga independent non departemental yang bertanggung jawab langsung terhadap
presiden, sehingga dalam menjalankan tugas dan fungsi nya Bapepam tidak lagi ragu dan dapat
menyelesaikan kasus yang berkaitan dengan kejahatan di bidang pasar modal sampai tuntas.

13
DAFTAR PUSTAKA

Munir Fuady, Pasar Modal Modern, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996.

Tavinayati,SH.,MH, Hukum Pasar Modal, Sinar Grafika, Jakarta, 2009.

14

Anda mungkin juga menyukai