Anda di halaman 1dari 80

TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN TINDAK PIDANA

DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995


TENTANG PASAR MODAL
( Studi Kasus Perkara Nomor 200/Pid.Sus/2019/PN.Jkt.Sel )
PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh


Gelar Sarjana Hukum

Oleh :
DENNY TANUWIJAYA
NIM : 181010200826

PROGRAN STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2021
i

DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………….. 14
C. Tujuan Penelitian………………………………………………… 14
D. Manfaat Penelitian……………………………………………….. 15
1. Secara Teoritis………………………………………………… 15
2. Secara Praktis…………………………………………………. 15
E. Kerangka Teori ………………………………………………….. 16
F. Orisinalitas Penelitian…………………………………………… 17
G. Sistematika Penulisan……………………………………………. 18
BAB II Tindak Pidana Dalam Pasar Modal
A. Tinjauan Umum Tindak Pidana………………………………….. 20
B. Tinjauan Tentang Pasar Modal………………………………….. 34
C. Ketentuan Pidana Dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 56
Tentang Pasar Modal……………………………………………..
D. Kasus Posisi Perkara Nomor 200/Pid.Sus/2019/PN.Jkt.Sel……… 63
Bab BAB III Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian…………………………………………………… 68
B. Spesifikasi Penelitian…………………………………………….. 68
C. Sumber dan Jenis Data…………………………………………… 69
D. Teknik Pengumpulan Data……………………………………….. 70
E. Teknik Analisa Data……………………………………………… 71
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 74
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia adalah negara yang sedang berkembang. Sebagai negara

yang sedang berkembang Indonesia saat ini tengah berupaya melakukan

pembangunan disegala bidang guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara.

Untuk melaksanakan pembangunan ekonomi nasional diperlukan biaya yang

tidak sedikit, kebutuhan besar dalam pembangunan ekonomi nasional tidak dapat

dibiayai oleh pemerintah saja baik melalui penerimaan pajak dan penerimaan

lainnya1 Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya

yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dari

kenaikan harga saham ataupun jumlah dividen di masa yang akan datang, sebagai

imbalan waktu dan risiko yang terkait dengan investasi tersebut. 2

Tujuan investor berinvestasi yaitu untuk mencapai sesuatu efektifitas dan

efesiensi dalam keputusan maka diperlukan ketegasan akan tujuan yang

diharapkan. Keutungan yang diperoleh investor dapat terdiri dari berbagai macam

bentuk sesuai dengan jenis investasi yang dipilih. Investasi terdiri dari dua

kelompok yaitu investasi pada asset riil dan investasi pada asset finansial. Investasi

asset riil dapat berupa tanah, bangunan, mesin dan pendirian pabrik, sementara

investasi aset finansial dapat berupa saham dan obligasi. Salah satu media dalam

1
Jusuf Anwar, Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi, Bandung,:
Alumni, 2005, hlm. 1
2
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi ,Yogyakarta: Kanisius, 2010, hlm.2

1
2

berinvestasi adalah melalui pasar modal. Pasar modal menyediakan

berbagai alternatif infestasi bagi para investor selain alternatif investasi lainnya

seperti : menabung di Bank, membeli emas, asuransi, tanah, bangunan dan

sebagainya. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para investor

dengan perusahaan ataupun institusai pemerintah melalui perdagangan instrument

keuangan jangka panjang seperti obligasi, saham dan lainnya. 3

Kegiatan di pasar modal tidak hanya melibatkan pembeli dan penjual efek,

melainkan juga melibatkan si emiten sendiri atau perusahaan publik, lembaga

regulator dan pengawas, dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dahulu Badan

Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), bursa, profesi penunjang, lembaga

penyimpan dan penyelesaian, lembaga kliring, biro administrasi efek, penasihat

investasi, badan pemeringkat efek, wali amanat, dan lainnya. Undang-Undang No.

8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM) merupakan landasan hukum utama

bagi keberadaan dan pelaksanaan kegiatan pasar modal di Indonesia.

Pasal 1 angka 13 UUPM menegaskan bahwa pasar modal adalah :

sebagai kegiatan yang berhubungan erat dengan penawaran umum dan


perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

UUPM juga dimaksudkan sebagai dasar hukum pemberian jaminan

kepastian hukum bagi pihak-pihak yang berkegiatan di pasar modal, termasuk

untuk melindungi kepentingan masyarakat pemodal dan pemangku kepentingan

lainnya dari perbuatan yang menyimpang dan merugikan, yang masuk dalam

katagori tindak pidana. Kepastian hukum merupakan sesuatu hal yang mutlak

3
Rasudin, Pasar Modal , Bandung: Alfabet, 2008, hlm.1.
3

dimiliki oleh suatu industri pasar modal demi menjamin keberadaan dan

kesinambungan pasar modal itu sendiri. Dengan adanya aturan yang bisa menjamin

adanya kepastian hukum, maka pada satu sisi akan terwujud suatu pasar yang

teratur dan wajar, dan pada sisi lainnya, Pengertian Rule Of Law berdasarkan

subtansi atau isinya sangat berkaitan dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku dalam suatu negara. Konsekuensinya setiap negara akan mengatakan

mendasarkan pada Rule Of Law dalam kehidupan negaranya. Dalam melaksanakan

ketentuan hakim kemudian memelihara kehormatan dan keluhuran martabat, serta

perilakunya. Hakim harus mengimplementasikan semua ketentuan peraturan

perundang-undangan secara konkrit dan konsisten dalam menjalankan tugas

yudisialnya. Hal ini sangat berkaitan erat dengan upaya penegakan hukum dan

keadilan. Hakim memiliki sistem etika yang menuntut hakim mampu menciptakan

disiplin tugas dengan batas-batas nilai yang baik. Budaya hukum yang tidak baik

dengan mengeyampingkan berbagai peraturan perundang-undangan dalam

melaksanakan tugas harus dapat dikesampingkan oleh hakim. Bagaimanapun

hakim harus dapat menyadari bahwa budaya hukum akan sangat menentukan

perkembangan hukum suatu negara.

Sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi penegakan hukum di negara

tersebut. Dengan demikian, budaya hukum dalam sistem hukum Indonesia

memiliki posisi penting. Dapat dibayangkan apalah artinya suatu peraturan yang

terbaik sekalipun, namun jika budaya hukumnya tidak mendukung, akan sangat
4

sulit memberlakukan hukum dengan sangat efektif demi tujuan penegakan hukum

yang baik.4

Kejahatan atau pelanggaran di bidang pasar modal termasuk ke dalam jenis

kejahatan yang unik, keunikan ini dapat dilihat baik dari jenis pelanggarannya, dari

sisi pelakunya yang berpendidikan dan sangat rapih modus kerjanya. apabila

dituangkan dalam bentuk matrik. Akan terlihat bahwa pihak-pihak yang sangat

berpotensi menjadi pelaku adalah mereka yang menduduki posisi strategis dalam

perusahaan (direksi, komisaris atau pejabat setingkat manager lainnya), para

professional seperti broker, penasihat investasi, akuntan, lawyer dan penilai, atau

bahkan emiten atau perusahaan publik yang bersangkutan sendiri yang melakukan

pelanggaran tersebut. 5 Kejahatan di pasar modal berbeda dengan kejahatan pada

umumnya. Kejahatan pasar modal sering dikelompokan sebagai salah satu bagian

dari tindak pidana ekonomi, yang berkaitan dengan kejahatan kerah putih (white

collar crime) yang berbeda dengan kejahatan jalanan (street crime atau blue collor

crime).6

Tindak pidana di pasar modal pada umumnya tidak memperlihatkan dengan

sekejap adanya suatu kerugian secara langsung. Kerugian yang terjadi terhadap

korban sering tidak dirasakan secara langsung oleh korbannya, dan karenannya

sering dianggap tidak dapat dihitung. Tidak terpungkiri bahwa tingkat kesulitan

penegakan hukum bagi pelanggaran tindak pidana yang masuk dalam katagori

4Yanto, Oksidelfa, Kepastian, Keadilan dan Kemamfaatan Hukum, Bandung, Pustaka


Reka Cipta, 2020, hlm.311
5
Jusuf Anwar, Penegakan Hukum Dan Pengawasan Pasar Modal Indonesia,, Bandung,:
Alumni, Seri Pasar Modal 2, 2008, hlm. 27.
6
Munir Fuady,Bisnis Kotor: Anatomi Kejahatan Kerah Putih , Bandung :Citra Adytia
Bakti, 2004, hlm. 1
5

kejahatan kerah putih, berbeda dengan penegakan hukum terhadap kejahatan

konvensional. Kenyataan menunjukkan bahwa membawa kasus white collar crime

sampai ke pengadilan jauh lebih sulit daripada membawa kasus-kasus kejahatan

konvensional. Jenis tindak pidana yang umumnya terjadi di pasar modal ada

beberapa macam, antara lain penipuan (fraud), manipulasi pasar (market

manipulation), dan perdagangan orang dalam (insider trading). Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal secara tegas melarang kegiatan

perdagangan efek yang mengandung unsur penipuan, manipulasi, dan perdagangan

orang dalam. Larangan ini dibuat untuk melindungi kepentingan masyarakat

investor/pemodal, serta untuk menjamin agar proses perdagangan efek dapat

berlangsung secara jujur dan sehat sehingga kepercayaan masyarakat terhadap

industri Pasar Modal Indonesia dapat terus terjaga dan bertahan lama.7 Bisa

dikatakan bahwa kasus kejahatan kerah putih yang berakhir di pengadilan tidaklah

banyak.

Kejahatan pasar modal sendiri telah diatur dalam UUPM, dan kejahatan

pasar modal yang disoroti oleh UUPM itu, yang merupakan tindak pidana pasar

modal yang bersifat universal, adalah penipuan di pasar modal, manipulasi pasar,

serta perdagangan orang dalam (insider trading). Tindak pidana ekonomi dapat

diartikan sebagai suatu tindak pidana yang merupakan bagian dari hukum pidana,

yang memiliki corak tersendiri, dalam hal ini corak ekonomi. 8 Artinya, ciri

kekhasan dari suatu tindak pidana ekonomi adalah menyangkut dengan persoalan

7 Joudi Joseph Pangemanan “Tindak Pidana Penipuan Dalam Bidang Pasar Modal

Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995” Journal Lex Crimen · Vol 4, No 2 (2015)
8
Andi Hamzah, Hukum Pidana Ekonomi ,Jakarta: Erlangga, 1983, hlm. 1.
6

ekonomi dan motif ekonomi, yakni kemakmuran, dalam artian harta kekayaan.

Sebagai tindak pidana ekonomi, ada penulis yang mengelompokan tindak pidana

pasar modal pada hukum pidana khusus, yaitu undang-undang di bidang tertentu

yang memiliki sanksi pidana, atau tindak pidana yang diatur dalam perundang-

undangan khusus, diluar KUHP, sebagai lawan dari hukum pidana umum, yaitu

perundang-undangan hukum pidana yang terdapat di dalam KUHP.9 Sejajar dengan

itu, ada pula penulis lain, dengan mengikuti alur berfikir Pompe, yang juga

menempatkan hukum pidana ekonomi dalam kelompok hukum pidana khusus. 10

Dalam UUPM setiap Pihak yang melanggar ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, Pasal 93, Pasal 95, Pasal 96, Pasal 97

ayat (1), dan Pasal 98 diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)

tahun dan denda paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).

Dalam katagori sanksi dalam UUPM terdapat 2(dua) jenis sanksi yaitu sanksi atas

Pelanggaran dan sanksi atas Kejahatan. Seperti halnya dinyatakan dalam Pasal 110

Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM) :

(1) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 ayat (2),
Pasal 105, dan Pasal 109 adalah pelanggaran.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 ayat (1),
Pasal 104, Pasal 106, dan Pasal 107 adalah kejahatan.

Pembuktian dalam tindak pidana pasar modal cukup sulit, disamping

mengingat disamping transaksinya mengandung tekhnik transaksi yang tidak

sederhana, dan diperlukan pengetahuan yang komprehensif mengenai mekanisme

9
Aziz Syamsuddin,Tindak Pidana Khusus ,Jakarta: Sinar Grafika, 2013, hlm. 8.
10
Andi Hamzah, Perkembangan Hukum Pidana Khusus , Jakarta: Rineka Cipta, 1991,
hlm.1
7

transaksi itu sendiri, juga karena kejahatan pasar modal dilakukan tidak dengan

menggunakan barang bukti yang terlihat secara fisik, tetapi banyak mengandung

lisan saja. Meski demikian, tentu tindak pidana pasar modal itu bisa mengakibatkan

kerugian yang luas terhadap para pemilik dana, dan pastinya akan menurunkan

tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pasar modal itu sendiri, yang pada

akhirnya akan berdampak pada perkembangan perekonomian secara makro.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal telah mengatur

berbagai bentuk pelanggaran dan tindakan pidana pasar modal berserta sanksi bagi

pelakunya. Pada beberapa aspeknya, pasar modal bisa diidentikan dengan perseroan

terbatas terbuka. Kegiatan pasar modal berhubungan erat dengan penawaran umum,

yaitu penerbitan dan penjualan efek oleh suatu perseroan terbatas kepada

masyarakat luas, yang selanjutnya terhadap efek itu diperjualbelikan diantara para

investor. Tidak ada badan usaha lain yang bisa melakukan penawaran umum selain

badan usaha perseroan terbatas.11 Perbuatan yang dilarang tersebut meliputi

penipuan, manipulasi pasar, insider tradingdan pencucian uang. Penegakan hukum

terhadap kejahatan dan pelanggaran di pasar modal yang dilakukan oleh pelaku-

pelaku ekonomi, hukum pidana jarang digunakan dalam menyelesaikan kejahatan

dan pelanggaran di pasar modal. Pelanggaran terhadap peraturan perundang-

undangan dibidang pasar modal merupakan hal yang rawan dilakukan oleh pihak-

pihak yang terlibat di pasar modal. Pelanggaran dibidang pasar modal merupakan

11
Hasbullah F. Sjawie, “Beberapa Catatan Terhadap Tindak Pidana Pasar Modal
Sebagai Bagian Dari Tindak Pidana Ekonomi” Era Hukum-Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum 3 (3) vol:
|issue : 0000.
8

pelanggaran yang sifatnya teknis administratif. 12 Penegakan hukum tersebut lebih

banyak digunakan jalur non penal, yaitu dengan menjatuhkan denda administrasi

oleh OJK.

Pihak-pihak yang berwenang menangani kasus kejahatan Pasar Modal

adalah:

1. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Berdasarkan UUPM, ketika terjadi pelanggaran UUPM, maka Bapepam (sekarang

OJK), ketika terdapat dugaan adanya pelanggaran UUPM, maka OJK akan

melakukan pemeriksaan. Berdasarkan pasal 100 angka 1 UUPM yang berbunyi:

“Bapepam dapat mengadakan pemeriksaan terhadap setiap pihak yang


diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap UUPM dan
ataupun Peraturan Pelaksananya.”

Dapat kita ketahui bahwa orang yang bertugas melakukan pemeriksaan berdasarkan

UU OJK pasal 49 ayat 3 dan PP No.46 Tahun 1995 adalah OJK dapat membentuk

PNS (Pegawai Negri Sipil) dilingkungan OJK yang tugas dan tanggung jawabnya

meliputi pengawasan di BEI ataupun pegawai OJK yang diberi tugas melakukan

pemeriksaan terhadap dugaan adanya pelanggaran terhadap kategori kejahatan

Pasar Modal.

Dalam melakukan pemeriksaan, wewenang pemeriksa antara lain: 13

a. Menerima laporan, pemberitahuan, atau pengaduan dari seseorang


tentang adanya tindak pidana di bidang Pasar Modal;
b. Melakukan penelitian atas kebenaran laporan atau keterangan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang Pasar Modal;

Stinky Muhaling, Josina E. Londa, Firfja Baftim, “Penegakan Hukum Dan Penerapan
12

Sanksi Tindak Pidana Di Bidang Pasar Modal Yang Berlaku Di Indonesia Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1995”, Journal, Lex Privatum Vol. IX/No. 8/Jul/2021.
13
Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 1995 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Dibidang Pasar
Modal, Pasal 12 angka 3.
9

c. Melakukan penelitian terhadap Pihak yang diduga melakukan atau


terlibat dalam tindak pidana di bidang Pasar Modal;
d. Memanggil, memeriksa, dan meminta keterangan dan barang bukti
dari setiap Pihak yang disangka melakukan, atau sebagai saksi
dalam tindak pidana di bidang Pasar Modal;
e. Melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen
lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang Pasar Modal;
f. Melakukan pemeriksaan di setiap tempat tertentu yang diduga
terdapat setiap barang bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen
lain serta melakukan penyitaan terhadap barang yang dapat
dijadikan bahan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang Pasar
Modal;
g. Memblokir rekening pada bank atau lembaga keuangan lain dari
Pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam tindak pidana di
bidang Pasar Modal;
h. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang Pasar Modal; dan
i. Menyatakan saat dimulai dan dihentikannya penyidikan

Kemudian Pegawai Negri Sipil di lingkungan OJK yang melakukan pemeriksaan

tadi apabila terdapat bukti bahwa telah terjadi tindak pidana di Pasar Modal

kemudian melaporkan kepada OJK. dan OJK akan menetapkan dimulainya

penyidikkan. OJK berperan melakukan penyidikan sesuai dengan pasal 9 UU OJK.

Dalam hal melakukan penyidikkan, OJK dapat membentuk PNS sebagaimana

dimaksud dalam UU OJK pasal 49 angka 1 dan UUPM pasal 101 ayat 2:

“Selain Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia,


Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang lingkup tugas dan
tanggungjawabnya yang meliputi pengawasan sektor jasa keuangan di
lingkungan OJK, diberi wewenang khusus sebagai penyidik
sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana.”
10

Selain itu berdasarkan pasal 101 UUPM, penyidik PNS sebagaimana dimaksud

memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan

kepada jaksa penuntut umum.

2. Pengadilan, Aparat Penegak Hukum Lainnya ( Pihak Kepolisian Republik

Indonesia)

Pihak yang berwenang untuk menangani kejahatan-kejahatan Pasar Modal

selanjutnya adalah pengadilan. Berbeda dengan lembaga arbitrase yaitu BAPMI.

Dalam proses penyelesaian sengketa kejahatan Pasar Modal, OJK dapat

menganjurkan para pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan sengketa secara

non litigasi dengan perantara lembaga arbitrase. Pasar Modal sendiri mempunyai

lembaga arbitrase yaitu BAPMI (Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia). Namun

hanya masalah - masalah keperdataan saja yang dapat diselesaikan melalui BAPMI.

Di mana pengadilan hanya berwenang menangani sengketa yang berupa tindak

pidana di Pasar Modal. Ketika terjadi pelanggaran terhadap KUHPidana di dalam

kegiatan di Pasar Modal maka pengadilanlah yang mempunyai wewenang dan OJK

mempunyai kewajiban untuk melakukan pemeriksaan dan penyidikan yang

kemudian akan diserahkan kepada penuntut umum. Apabila belum lengkap

buktinya akan dikembalikan kepada OJK untuk dilengkapi lagi dan apabila sudah

lengkap maka akan ditindak lanjuti oleh penuntut umum.

Namun ketika terjadi pelanggaran terhadap ketentuan UUPM, yang berupa

kategori kejahatan penipuan, manipulasi pasar, insider trading dan missleading

information maka OJK mempunyai wewenang peunuh untuk menyelesaikannya.

Pada pasal 105 UUPM di katakana bahwa penyidik PNS harus menyampaikan
11

dimulai dan dihentikannya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya

kepada penuntut umum agar tidak bertentangan dengan dengan Kitab Undang -

Undang Hukum Acara Pidana. Ada satu permasalahan yang muncul ketika ada

orang yang melaporkan kasus pelanggaran Pasar Modal ini kepada pengadilan lalu

apakah pengadilan berwenang untuk memeriksa perkaranya.

Pada pasal 101 ayat 6 beserta penjelasannya dapat kita ketahui bahwa

penyidik PNS dilingkungan OJK yang melakukan penyidikan terhadap kasus

kejahatan Pasar Modal dapat meminta bantuan kepada aparat kepolisian,jaksa

agung, departemen kehakiman, dirjend imigrasi. Dapat kita ketahui bahwa ada azas

lex specialis de rogat lex generalis. Di mana karena adanya UUPM yang mengatur

lebih khusus dari KUHPidana maka kita mengacu pada ketentuan UUPM.

Pengadilan mempunyai kompetisi absolute yang kita ketahui bahwa pengadilan

tidak mempunyai kewenangan untuk menyelesaikannya. Maka OJK lah yang akan

bertindak dalam hal ini sesuai dengan ketentuan hukum yang ada.

Berkaitan dengan pihak-pihak yang berwenang menangani kasus kejahatan

Pasar Modal dan juga tata cara penyidikan serta penyelidikan, maka dapat kita

kaitkan dengan pemidanaan dari beberapa kasus Pasar modal yang terjadi di

Indonesia. Ternyata banyak kasus yang tidak masuk dalam ranah pengadilan dan

hanya berkutat di lingkungan pemeriksaan OJK serta hasilnya berupa tindakan

administratif dan denda. Jika itu terjadi masuk dalam persidangan hukumannya pun

ringan. Dalam hal ini penulis tertarik mengangkat kasus Pasar Modal dalam

penelitiannya sehingga mendapat gambaran mengenai hal-hal berkaitan dengan


12

kejahatan Pasar Modal itu sendiri serta sudah seberapa efektif penanganan kasus

kejahatan Pasar Modal membuat efek jera dari pelakunya.

Dalam penulisan ini dan dilatar belakangi dari uraian diatas maka penulis

mencoba meneliti dan mengkaitkan kasus katagori Pasar Modal yang sudah masuk

ranah pengadilan dan oleh penuntut Umum didakwa berdasarkan surat dakwaan

sebagai berikut :

- Bahwa terdakwa - 1 Luciana bersama-sama dengan terdakwa-2 Jonanthan

Yuwono, dan terdakwa

- Jhonlin Yuwono, pada tanggal 24 Maret 2017 sampai dengan 5 Januari

2018, atau setidak-tidaknya pada sewaktu-waktu dalam bulan Maret tahun

2017 sampai dengan bulkan Januari tahun 2018, atau setidak-tidaknya

pada suawaktu-waktu dalam tahun 2017 sampai dengan tahun 2019,

bertempat di PT. Yulie Sekuritas Indonesia Tbk di Plaza Asia Lt.5 Jalan

Jendral Sudirman Kav.59 Jkarta Selatan, atau setidak-tidaknya disuatu

tempat yang masih termasuk dalam Daerah Hukum Pengadilan Negeri

Jakarta Selatan, Telah melakukan atau turut serta melakukan dalam

kegiatan perdagangan efek secara langsung atau tidak langsung menipu

atau mengelabui pihak lain, telah melakukan atau turut serta melakukan

melakukan membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material

atau tidak mengungkapakan fakta yang material agar pernyataan yang

dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat

pernyataan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau


13

pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk membeli

atau menjual efek.

- Bahwa para tertdakwa diajukan kedepan Persidangan oleh Penuntut

Umum dengan dakwaan alternatif subsideritas sebagai berikut.

Pertama Primeir : melanggar pasal 104 jo pasal 90 huruf a UU No.8 Tahun

1995 Tentang Pasar Modal jo pasal 55 ayat 1 keberatan KUHP

Subsider : melanggar pasal 104 jo pasal 90 huruf c UU No.8 Tahun 1995

Tentang Pasar Modal jo pasal 55 ayat 1 keberatan KUHP

Atau

Kedua : melanggar pasal 378 KUHP jo pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP

Atau

Ketiga : melanggar pasal 372 KUHP jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP

Atau

Keempat : melanggar pasal 263 KUHP jo pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP.

- Bahwa setelah mendengar pembacaan tuntutan pidana yang diajukan

Penuntut Umum yang pada pokoknya sebagai berikut :

1. Menyatakan Terdakwa-1 Luciana terdakwa-2 Jonanthan Yuwono, dan

terdakwa -3 Jhonlin Yuwono, terbukti bersalah melakukan tindak

pidana Pasal 372 KUHP jo pasal 55 ayat 1 ke- 1 KUHP dalam Dakwaan

Ketiga

2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Terdakwa-1 Luciana terdakwa-

2 Jonanthan Yuwono masing-masing pidana penjara selama 6 (enam)

bulan dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan, dan terdakwa


14

ke -3 Jhonlin Yuwono dengan pidana penjara selama 2(dua) bulan

dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan,

Maka dari latar belakang tersebut, penulis mencoba lebih mendalami

mengenai tindak pidana dalam Pasar Modal serta penegakan hukumnya dengan

meneliti lebih lanjut dalam sebuah Skripsi dengan Judul : Tinjauan Yuridis

Penerapan Tindak Pidana Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang

Pasar Modal Modal (Studi Kasus Perkara Nomor 200/Pid.Sus/2019/ PN.Jkt.Sel)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti

memperoleh rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Pengaturan Tindak Pidana Dalam Undang-undang Nomor 8

Tahun 1995 Tentang Pasar Modal ?

2. Bagaimana Kasus Posisi Perkara Dalam Putusan Nomor

200/Pid.Sus/2019/PN.Jkt.Sel ?

3. Apakah Penerapan Pasal 104 Dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995

Tentang Pasar Modal sudah memenuhi rasa keadilan ?

C. Tujuan Penelitian

Penulisan penelitian ini memiliki tujuan yang akan dicapai oleh penulis,

sehingga penulisan ini akan lebih terarah dan tepat sasaran.14 Tujuan utama yang

14
Maria S.W Sumardjono, Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian, Yogyakarta: Raja
Grafindo Persada, 1989, hlm. 23.
15

hendak dicapai oleh Peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Pengaturan Tindak Pidana Dalam Undang-undang

Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal;

2. Untuk Mengetahui Kasus Posisi Perkara Dalam Putusan Nomor

200/Pid.Sus/2019/PN.Jkt.Sel;

3. Untuk Mengetahui Penerapan Pasal 104 Dalam Undang-undang Nomor 8

Tahun 1995 Tentang Pasar Modal apakah sudah memenuhi rasa keadilan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan

hukum terutama ilmu hukum pidana dalam Pasar Modal yaitu :

a. Bagaimana tindakan diskresi penegak hukum dalam kewenangan yang

ditentukan undang-undang untuk menentukan pasal atau pemindanaan

yang layak bagi pelaku kejahatan dalam Pasar Modal.

b. Penulisan ini diharapkan dapat memberikan pengalaman serta wawasan

yang mendukung penulis dalam mengembangkan ilmu/pengetahuan

tentang hukum terutama tindak pidana dalam Pasar Modal

2. Secara Praktis

a. Untuk memberikan masukan bagi pihak OJK, Kejaksaan, Kehakiman

Kepolisian dalam rangka melaksanakan tugas untuk menindak pelaku

tindak pidana Pasar Modal agar pelaku tindak pidana tersebut, yang
16

termasuk dalam kejahatan “Kerah Putih” dapat mendapatkan keadilan

yang sepantasnya diterima sehingga sanksi yang dijatuhkan dapat

memberikan efek jera terhadap pelaku tindak pidana tersebut.

b. Untuk memberikan masukan bagi mahasiswa hukum dan masyarakat

luas serta penegak hukum bahwa kejahatan dalam pasar modal perlu

diwaspadai dan dilakukan kajian serta pengetahuan yang luas tentang

Pasar modal dan segala aspeknya.

E. Kerangka Teori

Untuk memberi kejelasan pada penelitian ini, penulis mengemukakan

beberapa kerangka teori yang berkaitan dengan penelitian :

Teori kepastian hukum menegaskan bahwa tugas hukum itu menjamin

kepastian hukum dalam hubungan-hubungan pergaulan kemasyarakatan. Terjadi

kepastian yang dicapai “oleh karena hukum”. Dalam tugas itu tersimpul dua tugas

lain yakni hukum harus menjamin keadilan maupun hukum harus tetap berguna.

Akibatnya kadang-kadang yang adil terpaksa dikorbankan untuk yang berguna.

Ada 2 (dua) macam pengertian “kepastian hukum” yaitu kepastian oleh karena

hukum dan kepastian dalam atau dari hukum. Kepastian dalam hukum tercapai

kalau hukum itu sebanyak-banyaknya hukum Undang-Undang dan bahwa dalam

Undang-Undang itu tidak ada ketentuan-ketentuan yang bertentangan, Undang-

Undang itu dibuat berdasarkan kenyataan hukum ( rechtswerkelijkheid ) dan dalam

Undang-Undang tersebut tidak dapat istilahistilah yang dapat di tafsirkan berlain-


17

lainan. Teori kepastian hukum menyatakan bahwa:”sesuatu yang dibuat pasti

memiliki cita atau tujuan”. 15

Suatu kepastian hukum mengharuskan terciptanya suatu peraturan umum

atau kaidah umum yang berlaku secara umum, serta mengakibatkan bahwa tugas

hukum umum untuk mencapai kepastian hukum (demi adanya ketertiban dan

keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia). Hal ini dilakukan agar terciptanya suasana

yang aman dan tentram dalam masyarakat luas dan ditegakkannya serta

dilaksanakan dengan tegas.16 “Telah nyata kesadaran pembentuk undang-undang

bahwa hakim tidak hanya bertanggung jawab secara hukum atas putusan yang ia

dijatuhkan, tetapi secara moral-intelektual bahwa sejatinya hakim dianggap ideal

mengetahui mengapa ia menjatuhkan pidana bagi Terdakwa berdasarkan tujuan

pidana”17

F. Orisinalitas Penelitian

Tabel 1.1 Data Penelitian dan Hasil Penelitian Oleh Beberapa Akademisi

Peneliti/Penulis Judul Penelitian Hasil Penelitian

Helmi Darmawan, 2018 Perlindungan Pemodal 1. Menjelaskan bentuk-


Universitas Islam Negeri Akibat Insider Trading bentuk perlindungan
Pada Pasar Modal Di pemodal akibat
Raden Intan Lampung
Indonesia Dalam praktik insider
Perspektif Hukum Islam trading di pasar
modal Indonesia
menurut hukum
Islam.

15 Muhamad Erwin, Filsafat Hukum: Refleksi krisis terhadap hukum, Jakarta: PT. Raja

Garfindo Persada, 2011, hlm.123.


16 Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum, Bandung : Bina Cipta,: 1983, hlm.15.
17 Rezky Muhamad Pahlawan, dan Chessa Ario Jani Purnomo, “Problematika Fungsi

Hakim Pengawas dan Pengamat Dalam Sistem Peradilan Pidana Indonesia: Tinjauan Studi Socio-
Legal” Jurnal Sang Pencerah, Volume 6 Issue 2, 2020.
18

2. Menjelaskan
pembinaan dan
pengawasan oleh
Otoritas Jasa
Keuangan (OJK)
terhadap emiten dan
pelaku praktik insider
trading pada pasar
modal di Indonesia.
Eti Kumala Putri, 2021 Perlindungan Hukum 1. Menjelaskan fungsi
Universitas Hasanuddin Terhadap Investor Pasar larangan praktik
Modal Dari Praktik perdagangan orang
Perdagangan Orang (insider trading)
Dalam (Insider Trading) dalam pasar modal
Indonesia.
2. Menjelaskan
tanggung jawab
Otoritas Jasa
Keungan dan Emiten
terkait perdagangan
orang dalam (insider
trading
Anna Herlinda, 2021 Tinjauan Yuridis 1. Menjelaskan
Universitas Internasional Terhadap Perjanjian pengaturan
Batam Nominee (Nominee kedudukanhukum dari
Agreement) Dalam perjanjian nominee
Kepemilikan Saham dalam konstelasi
Pada Perseroan Terbatas hukum positif di
Bentuk Penanaman Indonesia.
Modal Asing di 2. Menjelaskan factor-
Indonesia faktor yang
mendorong timbulnya
praktik perjanjian
nominee dalam
persoroan terbatas
penanaman modal
asing.
3. Menjelaskan akibat
hokum terhadap
perseroan terbatas
19

bentuk Penanaman
Modal Asing (PT.
PMA) yang
menerapkan
perjanjian nominee

G. Sistimatika Penulisan

BAB I Pendahuluan Bab ini memuat :

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

3. Secara Teoritis

4. Secara Praktis

E. Kerangka Teori

F. Orisilnalitas Penelitian

G. Sistematika Penulisan

BAB II Tindak Pidana Dalam Pasar Modal Bab ini memuat :

A. Tinjauan Umum Tindak Pidana

B. Tinjauan Tentang Pasar Modal

C. Ketentuan Pidana Dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995

Tentang Pasar Modal

D. Kasus Posisi Perkara Nomor 200/Pid.Sus/2019/PN.Jkt.Sel


20

BAB III Metode Penelitian Bab ini memuat :

A. Jenis Penelitian

B. Spesifikasi Penelitian

C. Sumber dan Jenis Data

D. Lokasi Penelitian

E. Teknik Pengumpulan Data

F. Teknik Analisa Data

DAFTAR PUSTAKA
BAB II

TINJAUAN TINDAK PIDANA DAN PASAR MODAL

A. Tinjauan Umum Tindak Pidana

1. Pengertian Tindak Pidana

Tindak Pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana

(yuridis normatif). Kejahatan atau perbuatan jahat dapat diartikan secara yuridis

atau kriminologis. Kejahatan atau perbuatan jahat dalam arti yuridis normatif

adalah perbuatan seperti yang in-abstacto dalam perbuatan pidana. Sedangkan

kejahatan dalam arti kriminologis adalah perbuatan manusia yang menyalahi

norma yang hidup di masyarakat secara konkrit. 18

Oleh sebab itu setiap perbuatan yang dilarang oleh Undang-undang

harus dihindari dan barang siapa melanggarnya maka akandikenakan pidana. Jadi

larangan-larangan dan kewajiban-kewajiban tertentuyang harus ditaati oleh

setiap warga negara wajib dicantumkan dalam undang-undang maupun

peraturan-peraturan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah. 19 Tindak

pidana adalah kelakuan manusia yang dirumuskan dalam Undang-undang,

melawan hukum, yang patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan. Orang

yang melakukan perbuatan pidana akan mempertanggung jawabkan perbuatan

18
Tri Andrisman, Hukum Pidana Asas-Asas dan Dasar Aturan Umum Hukum Pidana
Indonesia, : Bandar Lampung, Unila, 2011.hlm. 69
19
P.A.F.Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung :.PT. Citra Adityta
Bakti. 1996. hlm.7

21
22

dengan pidana apabila ia mempunyai kesalahan, seseorang mempunyai kesalahan

apabila pada waktu melakukan perbuatan dilihat dari segi masyarakat

menunjukan pandangan normatif mengenai kesalahan yang dilakukan. 20 Tindak

pidana adalah hasil dari faktor-faktor yang beraneka ragam dan bermacam-

macam. dan bahwa faktor-faktor itu dan untuk selanjutnya tidak bisa disusun

menurut ketentuan yang berlaku umum tanpa ada pengecualianatau dengan

perkataan lain, untuk menerangkan kelakuan kriminal memang tidak ada teori

ilmiah.21 Tujuan hukum yang mendekati realistis adalah kepastian hukum dan

kemanfaatan hukum. Kaum Positif lebih menekankan pada kepastian hukum,

sedangkan Kaum Fungsionalis mengutamakan kemanfaatan hukum, dan

sekiranya dapat dikemukakan bahwa "summum ius, summa injuria, summa lex,

summa crux" yang artinya adalah hukum yang keras dapat melukai, kecuali

keadilan yang dapat menolongnya, dengan demikian kendatipun keadilan bukan

merupakan tujuan hukum satu-satunya akan tetapi tujuan hukum yang paling

substantif adalah keadilan. Menurut Aristoteles, tanpa ada kecenderungan hati

sosial-etis yang baik pada warga negara, maka tidak ada harapan untuk tercapai

keadilan tertinggi dalam negara meskipun yang memerintah adalah orang-orang

bijak dengan Undang-undang yang mutu sekalipun22.

2. Unsur-Unsur Tindak Pidana

20Andi Hamzah.. Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana. Ghalia Indonesia,
Jakarta:.2001.hlm. 22.
21 Hari Saherodji, Pokok-Pokok Kriminologi, Bandung, Bandung : Aksara Baru, 1980

hlm.12
22
Oksidelfa Yanto, Kepastian, Keadilan dan Kemamfaatan Hukum, Bandung, Pustaka
Reka Cipta, 2020, hlm.28.
23

Pada hakikatnya, setiap perbuatan pidana harus terdiri dari unsur unsur

lahiriah (fakta) oleh perbuatan, mengandung kelakuan dan akibat yang

ditimbulkan karenanya. Penipuan sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 90 huruf

c UUPM adalah membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material

atau tidak mengungkapkan fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak

menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan

maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri

atau Pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi Pihak lain untuk membeli atau

menjual Efek. Larangan ini ditujukan pada semua pihak yang terlibat dalam

perdagangan efek, bahkan turut serta malakukan penipuan pun termasuk dalam

ketentuan ini23. Sebuah perbuatan tidak bisa begitu saja dikatakan perbuatan

pidana. Harus diketahui apa saja unsur atau ciri dari perbuatan pidana itu sendiri.

Ada banyak rumusan terkait unsur-unsur dari perbutan pidana. Setiap sarjana

memiliki perbedaan dan kesamaan dalam rumusannya. Lamintang merumuskan

pokok-pokok perbuatan pidana sejumlah tiga sifat yaitu derrechtjek (melanggar

hukum), aan schuld te wijten (telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak

dengan sengaja), dan strafbaar (dapat dihukum). 24

Cristhine-Cansil memberikan lima rumusan. Selain harus bersifat

melanggar hukum, perbuatan pidana haruslah merupakan Handeling (perbuatan

manusia), Strafbaar gesteld (diancam dengan pidana), toerekeningsvatbaar

(dilakukan oleh seseorang yang mampu bertanggung jawab), dan adanya schuld

23 Monica Kolompoy, “Penegakan Hukum Tindak Pidana Dalam Kegiatan

Penyelenggaraan Pasar Modal Di Indonesia” Jurnal Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016
24
P.A.F. Lamintang, , Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung :PT Citra Aditya
Bakti, 1997, hlm. 193.
24

(terjadi karena kesalahan). 25 Schaffmeister, Keijzer, dan Sutoris merumuskan

empat hal pokok dalam perbuatan pidana. Seperti yang terlihat dalam definisinya

sendiri. Perbuatan pidana adalah perbuatan manusia yang termasuk dalam ruang

lingkup rumusan delik, bersifat melawan hukum, dan dapat dicela. Perbuatan

pidana mengandung unsur Handeling (perbuatan manusia), termasuk dalam

rumusan delik, Wederrechtjek (melanggar hukum), dan dapat dicela 26Tidak jauh

berbeda dengan berbagai rumusan di atas, Moeljatno menyebutkan bahwa

perbuatan pidana terdiri dari lima elemen. Yaitu kelakuan dan akibat (perbuatan),

Hal ikhwal atau keadaan yang menyertai perbuatan, keadaan tambahan yang

memberatkan pidana, unsur melawan hukum yang subjektif, dan unsur melawan

hukum yang objektif.27 Semua rumusan di atas dapat kita lihat bahwa ada

beberapa kriteria yang satu atau dua bahkan semua sarjana menyebutkannya.

Pertama, unsur melanggar hukum yang disebutkan oleh seluruh sarjana. Kedua,

unsur “perbuatan” yang disebutkan oleh seluruh sarjana kecuali P.A.F

Lamintang. Selebihnya para sarjana berbeda dalam penyebutannya.

a. Andeling (perbuatan manusia) P.A.F Lamintang tidak menyebutkan

perbuatan manusia sebagai salah satu unsur perbuatan pidana. Secara

tidak langsung ia juga mengakui perbuatan manusia sebagai bagian

dari perbuatan pidana. Menjabarkan sesuatu rumusan delik ke dalam

unsur-unsurnya, maka yang mula-mula dapat kita jumpai adalah

25
C. S. T. Kansil & Christine S. T. Kansil, 2004, Pokok-Pokok Hukum Pidana, Cetakan
I, Pradnya Paramita, Jakarta, hlm. 37.
26
Schaffmeister, Keijzer, dan Sutoris, Hukum Pidana, Yokyakarta : LIBERTY, 1995,
hlm. 27.
27
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Rieneka Cipta, 2008, hlm, 69.
25

disebutkannya suatu tindakan manusia. 28Handeling yang dimaksudkan

tidak saja een doen (melakukan sesuatu) namun juga een nalaten atau

niet doen (melalaikan atau tidak berbuat). 29 Dianggap sebagai

perbuatan manusia adalah perbuatan badan hukum. 30

b. Wederrechtjek (melanggar hukum) Terkait dengan sifat melanggar

hukum, ada empat makna yang berbeda-beda yang masing-masing

dinamakan sama,31 maka haruslah dijelaskan keempatnya.

1) Sifat melawan hukum formal Artinya bahwa semua bagian atau

rumusan (tertulis) dalam undangundang telah terpenuhi. Dalam

Pasal 362 KUHP tentang pencurian, maka rumusannya adalah :

a) Mengambil barang orang lain

b) Dengan maksud dimiliki secara melawan hukum

2) Sifat melawan hukum materil

Artinya perbuatan tersebut telah merusak atau melanggar

kepentingan hukum yang dilindungi oleh rumusan delik tersebut.

Kepentingan yang hendak dilindungi pembentuk undang-undang

itu dinamakan “kepentingan hukum”. Pidananya pembunuhan itu

demi melindungi kepentingan hukum berupa nyawa manusia.

Pencurian diancam pidana karena melindungi kepentingan hukum

yaitu kepemilikan.

28
P.A.F Lamintang, Op. Cit., hlm. 183.
29
C. S. T. Kansil & Christine S. T. Kansil, Log. Cit
30
Schaffmeister, Keijzer, dan Sutoris, Op. Cit., hlm. 33.
31
Ibid , hlm. 39.
26

3) Sifat melawan hukum umum Sifat ini sama dengan sifat melawan

hukum secara formal. Lebih menuju kepada aturan tak tertulis.

Dalam artian ia bertentangan dengan hukum yang berlaku umum

pada masyarakat yaitu keadilan.

4) Sifat melawan hukum khusus Dalam undang-undang dapat

ditemukan pernyataan-pernyataan tertulis terkait melawan hukum.

Seperti pada rumusan delik pencurian “...dengan maksud untuk

dimiliki secara melawan hukum..”. Meskipun pada rumusan

perbuatan pidana lainnya tidak ditemukan adanya pernyataan

tersebut. Dicontohkan dengan Pasal 338 KUHP “Barang siapa

dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena

pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas

tahun.” Seperti yang terlihat dari rumusan pencurian, sifat

perbuatan pengambilan saja tidaklah cukup untuk menyertai

sebuah pencurian. Ia baru disebut mencuri bila memiliki maksud

untuk memiliki secara melawan hukum. Sehingga, bila seorang

mahasiswa mengambil bukumahal dari kamar temannya. Tidaklah

berarti bahwa dia berbuat melawan hukum. Ini tergantung dari

apakah ia telah mendapat izin dari si pemilik atau tidak. Selain itu,

sifat melawan hukum dilihat dari sumber perlawanannya terbagi

menjadi dua. Pertama, unsur melawan hukum yang objektif yaitu


27

menunjuk kepada keadaan lahir tau objektif yang menyertai

perbuatan.32 Unsur Objectif dari suatu tindak pidana adalah :

(a) Sifat melanggar hukum

(b) Kualitas dari si pelaku

(c) Kausalitas, yakni hubungan antara sesuatu tindakan sebagai

penyebab dengan suatu kenyataan sebagai akibat. 33

3. Pengertian Tentang Penipuan.

Pengertian penipuan menurut bahasa, penipuan berasal dari kata “tipu”

yang berarti perbuatan atau perkataan tidak jujur menyesatkan, mengakali atau

mencari untung. Sedangkan penipuan merupakan proses dari tindakan menipu.

Secara yuridis, penipuan berarti perbuatan denganmaksud untuk menguntungkan

diri sendiri atau orang lain secara melawan hokum dengan memakai nama palsu,

martabat palsu, tipu muslihat atau kebohongan yangdapat menyebabkan orang

lain dengan mudah menyerahkan barang, uang ataukekayaan. 34 Timbulnya tindak

pidana tidak disebabkan oleh satu faktor saja yang berdiri sendiri, sebagaimana

yang dikemukakan oleh Sutherland bahwa: “Tindak pidana adalah hasil dari

faktor-faktor yang beraneka ragam dan bermacam-macam. Dan bahwa faktor-

faktor itu dan untuk selanjutnya tidak bisa disusun menurut ketentuan yang

32
Moeljatno, Op. Cit., hlm, 68.
33
Leden Marpaung. Proses Penanganan Perkara Pidana, Jakarta : Sinar. Grafika, 1992.
hlm. 295.
34
Soehandi, Kamus Populer Kepolisian Semarang: Koperasi Wira Raharja, Pokok-pokok
Kriminologi. Jakarta : PT. Ghalia Indonesia, 2009, hlm. 29.
28

berlaku umum tanpa ada pengecualian atau dengan perkataan lain, untuk

menerangkan kelakuan kriminal memang tidak ada teori ilmiah”. 35

Pengertian dari penipuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dari

kata dasar penipuan yaitu tipu adalah perbuatan atau perkataan yang tidak jujur

(bohong, palsu, dan sebagainya) dengan maksud untuk menyesatkan, mengakali,

atau mencari untung. Sedangkan penipuan adalah proses, perbuatan, cara menipu.

Pengertian penipuan di atas memberikan gambaran bahwa tindakan penipuan

memiliki beberapa bentuk, baik berupa perkataan bohong atau berupa perbuatan

yang dengan maksud untuk mencari keuntungan sendiri dari orang lain. Dalam

Pasal 378 KUHP yang mengatur sebagai berikut :

Barang siapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri


atau orang lain dengan melawan hak, baik dengan memakai nama
palsu, baik dengan akal dan tipu muslihat maupun dengan karangan-
karangan perkataan bohong, membujuk orang supaya memberikan
suatu barang, membuat utang atau menghapuskan piutang, dihukum
karena penipuan, dengan hukuman penjara selama-lamanya empat
Tahun.
Bahwa unsur-unsur tindak pidana penipuan yang terkandung dalam Pasal 378

tesebut yaitu:

1. Membujuk (menggerakkan hati) orang lain untuk

2. Menyerahkan (afgifte) suatu barang atau supaya membuat suatu hutang

atau menghapuskan suatu hutang dengan menggunakan upaya-upaya

atau cara-cara :

a. Memakai nama palsu

b. Memakai kedudukan palsu

35
Hari Saherodji, Loc.Cit hlm. 20.
29

c. Memakai tipu muslihat

d. Memakai rangkaian kata-kata bohong

3. Dengan maksud hendak menguntungkan diri

4. Sendiri atau orang lain dengan melawan hukum.

Sedangkan unsur-unsur tindak pidana penipuan adalah sebagai berikut :36

1. Ada seseorang yang dibujuk atau digerakkan untuk menyerahkan suatu

barang atau membuat hutang atau menghapus piutang. Barang itu

diserahkan oleh yang punya dengan jalan tipu muslihat. Barang yang

diserahkan itu tidak selamanya harus kepunyaan sendiri, tetapi juga

kepunyaan orang lain.

2. Penipu itu bermaksud untuk menguntungkan dirinya sendiri atau orang

lain tanpa hak. Darimaksud itu ternyata bahwa tujuannya adalah untuk

merugikan orang yang menyerahkan barang itu.

3. Yang menjadi korban penipuan itu harus digerakkan untuk

menyerahkan barang itu dengan jalan :

1) Penyerahan barang itu harus akibat dari tindakan tipu daya.

2) . Sipenipu harus memperdaya sikorban dengan satu akal yang

tersebut dalam Pasal 378 KUHP.

Berdasarkan semua pendapat yang telah dikemukakan tersebut di atas,

maka seseorang baru dapat dikatakan telah melakukan tindak pidana penipuan

sebagai mana dimaksud dalam Pasal 378 KUHP, apabila unsur-unsur yang

36
Cansil dan Cristhine Cansil, Pokok-Pokok Hukum Pidana, Jakarta: Pradnya Paramita,
2007. Hlm, 30.
30

disebut di dalam Pasal tersebut telah terpenuhi, maka pelaku tindak pidana

penipuan tersebut dapat dijatuhi pidana sesuai perbutannya. Pada sudut teoritik

tujuan pidana kontemporer, menemukan asas kepastian hukum dan kemanfaatan

pada jawaban lisan salah satu hakim bahwa tujuan pidana tidak lagi pembalasan

tetapi bervariasi hingga terdapat benang merah seperti penjeraan (residivis) dan

reintegrasi.37.

Di Indonesia seringnya terjadi tindak pidana penipuan dikarenakan

banyak faktor-faktor yang mendukung terjadinya suatu tindakan penipuan,

misalnya karena kemajuan teknologi sehingga dengan mudah melakukan

tindakan penipuan, keadaan ekonomi yang kurang sehingga memaksa seseorang

untuk melakukan penipuan, terlibat suatu utang dan lain sebagainya.

4. Pengertian Tentang Penggelapan.

Istilah penggelapan sebagaimana yang lazim dipergunakan orang untuk

menyebut jenis kejahatan yang di dalam buku II Bab XXIV Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana itu adalah suatu terjemahan dari perkataan

”verduistering” dalam bahasa Belanda. Delik yang berkualifikasi atau yang

bernama penggelapan ini diatur dalam Pasal 372. Banyak unsur- unsur yang

menyeruapi delik pencurian, hanya saja beradanya barang yang dimaksud untuk

dimiliki ( zich toeegenen ) itu di tangan pelaku penggelapan bukanlah karena

seperti halnya pencurian. Pengertian pemilikan juga seperti di dalam pencurian 38

37 Muhamad Rezky Pahlawan, Chessa Ario Jani Purnomo, “Problematika Fungsi Hakim

Pengawas dan Pengamat Dalam Sistem Peradilan Pidana Indonesia: Tinjauan Studi Socio-Legal”
Juornal Sang Pencerah, Volume 6 Issue 2, 2020.
38
Tongat, Hukum Pidana Materiil, Malang, UMM Press, 2006, hlm. 57.
31

Perbedaan antara pencurian dan penggelapan terletak pada siapa yang secara nyata

menguasai barangnya. Pencurian tidaklah mungkin terhadap suatu barang yang

sudah berada dalam kekuasaan hukum dan kekuasaan nyata pelaku. Pengambilan

barang secara melawan hukum dengan persetujuan si pemegang adalah pencurian.

”Barang yang ada dalam kekuasaannya” adalah barang yang dikuasai oleh pelaku,

tidak perduli apakah dikuasai olehnya sendiri atau oleh orang lain, termasuk juga

barang yang dipercayakan olehnya kepada orang lain yang menyimpan barang itu

untuknya. ”Menguasai barang” berarti bahwa pelaku berada dalam hubungan

langsunng dan nyata dengan barang itu. Beradanya barang ditangan pelaku yang

bukan karena kejahatan itu misalnya semula pelaku dititipi untuk diangkut,

dijualkan atau disimpan tetapi kemudian si pelaku mempunyai maksud yang

berbeda dari pada maksud keberadaan barang itu ditangannya, melainkan menjadi

dengan maksud secara melawan hukum untuk bertindak sebagai pemilik.

Penggelapan juga mempunyai pemberatan (berkualifikasi) jika ada hubungan

kerja tertentu, ada masalah upah, dan penggelapan ringan jika nilai obyeknya

maksimal Rp. 250,- kecuali itu seperti halnya pencurian terdapat juga penggelapan

dalam keluarga.39

a. Jenis-jenis Tindak Pidana Penggelapan Tindak pidana penggelapan diatur

dalam Buku II Bab XXIV Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang

berjudul ” Penggelapan ”. Tindak pidana penggelapan diatur dalam

beberapa pasal yaitu Pasal 372 KUHP sampai dengan Pasal 377 KUHP

Pasal 372 Barang siapa dengan sengaja dan dengan melawan hukum

39
Ibid, hlm. 60.
32

memiliki barang, yang sama sekali atau sebagian kepunyaan orang lain,

dan hanya ada padanya bukan karena kejahatan dihukum dengan

hukuman penjara selama-lamanya empat tahun atau denda sebanyak-

banyaknya 15 kali enam puluh rupiah. Pasal 373 Perbuatan yang

diterangkan pada Pasal 372, bilamana yang digelapkan itu bukan ternak

dan harganya tidak lebih dari dua ratus lima puluh ribu rupiah, dihukum

sebagai penggelapan ringan, dengan hukuman penjara selama-lamanya

tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya 15 kali enam puluh rupiah.

Pasal 374 Penggelapan yang dilakukan oleh orang yang memegang

barang itu karena jabatannya sendiri atau karena pekerjaannya atau karena

mendapat upah uang, dihukum dengan hukuman penjara selamalamanya

lima tahun. Pasal 375 Penggelapan yang dilakukan orang kepadanya

terpaksa diberikan untuk disimpan, atau oleh wali, pengampu, pengurus,

orang yang menjalankan wasiat, pengurus lembaga derma atau yayasan

terhadap barang yang ada pada mereka karena jabatan mereka tersebut

itu, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya enam tahun.40

Berdasarkan dari sekian banyak Pasal tersebut diatas, maka tindak pidana

penggelapan dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu :41

(1) Penggelapan dalam bentuk pokok Kejahatan penggelapan dalam

bentuk pokok dalam Pasal 372 KUHP yaitu kejahatan yang

dilakukan sesorang yang dengan sengaja menguasai secara

40
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Harta Benda, Jakarta :Bayu Media, 2006 hlm.70
41
8 P.A.F. Lamintang, Kejahatan Terhadap Harta kekayaan, Jakarta : Sinar Grafika,
2009, hlm. 133.
33

melawan hukum suatu benda yang seluruhnya atau sebagian

merupakan kepunyaan orang lain. Akan tetapi orang tersebut

dalam mendap

(2) Penggelapan ringan

Maksud dari penggelapan ringan adalah seperti diterangkan dalam

Pasal 373 KUHP yaitu suatu kejahatan penggelapan yang

dilakukan oleh seseorang yang mana jika penggelapan tidak

terhadap ternak ataupun nilainya tidak lebih dari dua ratus lima

puluh ribu rupiah. Mengapa disebutkan bahwa yang digelapkan itu

haruslah bukan ternak, karena perlu diingat bahwa ternak

merupakan unsur yang memberatkan, sehingga ternak dianggap

barang khusus.

3) Penggelapan dengan pemberatan Kejahatan penggelapan dengan

pemberatan atau disebut juga “gequalifierde verduistering”

tersebut diatur dalam Pasal 374 KUHP. Dalam Pasal 374 KUHP

menyatakan bahwa penggelapan dengan pemberatan adalah

penggelapan yang dilakukan oleh mereka yang menguasai suatu

benda karena jabatannya atau karena pekerjaannya atau karena

mendapatkan uang sebagai imbalannya. Sedangkan dalam Pasal

375 KUHP menyatakan bahwa penggelapan dengan pemberatan

adalah penggelapan yang dilakukan oleh mereka atas benda yang

karena terpaksa telah titipkan kepadanya sebagai wali, kuasa


34

untuk mengurus harta benda orang lain, pelaksana suatu wasiat

dan kedudukan mengurus benda amal atau yayasan.

4) Penggelapan sebagai delik aduan Kejahatan sebagai delik aduan

ini tersimpul dalam Pasal 376 KUHP yang mengacu pada Pasal

367 ayat (2) KUHP. Dengan adanya ketentuan ini berarti

seseorang yang mempunyai hubungan keluarga melakukan

penggelapan atau membantu melakukan penggelapan terhadap

milik anggota keluarga lainnya yang tinggal dalam satu rumah

hanya dapat dituntut terhadap mereka itu hanya dapat dilakukan

apabila ada atau terdapat pengaduan dari pihak-piahak yang telah

dirugikan karena kejahatan penggelapan.

5) Penggelapan oleh pegawai negeri karena jabatannya

Jenis penggealapn ini tidak diatur dalam Buku II Bab XXIV

KUHP melainkan dalam Bab XXVIII yang mengatur mengenai

apa yang disebut “ ambtsmisdrijven ” atau kejahatan jabatan.

Penggelapan yang dilakukan oleh seorang pegawai negeri dalam

jabatannnya disebut penggelapan jabatan. Ketentuan mengenai

penggelapan jabatan ini diatur dalam Pasal 415 dan Pasal 417

KUHP yang mengatur tentang seorang pegawai negeri nyang

karena jabatannya uang atau kertas berharga yang dalam

jabatannya menguasai benda-benda tersebut membiarkan diambil

atau digelapkan oleh orang lain.


35

B. Tinjauan Tentang Pasar Modal

1. Pengertian Pasar Modal

Pengertian pasar modal menurut UU Pasar Modal RI No 8 tahun 1995

didefinisikan sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan

perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang

diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengan efek. 42 Berikut

merupakan pendapat para ahli mengenai pasar modal: Menurut Sunariyah: “Pasar

modal adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termaksud didalamnya

adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan,

serta seluruh surat-surat berharga yang beredar. Sedangkan dalam arti sempit

pasar modal adalah suatu pasar (tempat berupa gedung) yang disiapkan untuk

memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga

lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek. 43 Menurut Marzuki

Usman dkk: “Pasar Modal (Capital Market) didefinisikan sebagai perdagangan

instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik itu menurut modal sendiri

(stock) maupun hutang (bonds), baik yang diterbitkan oleh pemerintah (public

authorites) maupun oleh perusahaan swasta (private sectors).”44 Menurut Fahmi

dan Hadi: “Pasar modal adalah tempat dimana berbagi pihak khususnya

perusahaan menjual saham dan obligasi dengan tujuan dari hasil penjualan

42
Undang-undang tentang Pasar Modal, UU no 8 tahun 1995, Lembaran Negara No 64
tahun 1995, Tambahan Lembaran Negara no. 3608
43
Sunariyah,Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Yogyakarta : UPP STIM YKPN,
2011, hlm, 4.
44
Marzuki Usman, Pasar Modal dan Pengembangan Dunia Usaha,1997, hlm. 11.
36

tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk

memperkuat dana perusahaaan.” 45

Dapat disimpulkan bahwa pasar modal adalah tempat pertemuan antar

pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dengan pihak yang memerlukan

dana (perusahaan) dengan cara memperjual belikan sekuritas baik berupa saham,

obligasi, maupun jenis surat berharga lainnya melalui jasa perantara perdagangan

efek.

2. Fungsi dan Instrumen Pasar Modal

a. Fungsi Pasar Modal

Pasar modal memiliki beberapa fungsi yang strategis yang membuat

lembaga ini memiliki daya tarik, tidak saja hanya bagi pihak yang memerlukan

dana (borrowes) dan pihak yang meminjamkan dana (lenders) tetapi juga

pemerintah. Adapun fungsi dari pasar modal adalah sebagai berikut : 46

1) Sebagai Sumber Penghimpun Dana

Pasar modal berfungsi sebagai sumber penghimpun dana dikarenakan

untuk memungkinkan perusahaan menerbitkan surat berharga

(sekuritas) baik surat tanda hutang (obligasi dan bonds) maupun surat

tanda kepemilikan (saham). Dengan memanfaatkan sumber dana dari

pasar modal tersebut, perusahaan dapat terhindar dari kondisi debt to

ratio yang terlalu tinggi.

45
Irham Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi, Teori Portofolio Dan Analisis Investasi: Teori dan
Soal Jawab, Bandung : Alfabeta, 2011, hlm, 41.
46
Budi Untung, Hukum Bisnis Pasar Modal, Yogyakarta, Andi, 2010, hlm. 10.
37

2) Sebagai Alternatif Investasi Para Pemodal atau Investor Pasar modal

memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk membentuk

portofolio investasi (mengkombinasikan dana pada berbagai

kemungkinan investasi) dengan mengharapkan keuntungan yang lebih

dan sanggup menanggung sejumlah resiko tertentu yang mungkin

terjadi.

3) Penghimpun Dana Modal Pasar Modal Relatif Rendah Pasar modal

sebagai penghimpun dana bagi perusahaan yang membutuhkan biaya

yang relatif kecil dengan melalui penjualan saham daripada perusahaan

harus meminjam ke bank.

4) Pasar Modal Akan Mendorong Perkembangan Investasi Dengan adanya

pasar modal, pemerintah terbantu dalam memobilisasi dana masyarakat.

Para pemodal yang melakukan investasi di pasar modal dengan

sendirinya akan menambah jumlah investasi. Hal ini dikarenakan

perusahaan yang menerima dana dari masyarakat akan meningkatkan

usahanya, baik melalui pembelian mesin baru, penyerapan tenaga kerja,

dan menaikkan volume penjualan dari pendapatan. Dalam skala yang

lebih sempit pasar modal berfungsi sebagai sumber dana jangka panjang,

alat restrukturisasi modal perusahaan dan alat untuk melakukan

divestasi.

b. Instrumen Pasar Modal

Instrumen pasar modal adalah semua surat-surat berharga (securities)

yang diperdagangakan di bursa. Instrumen pasar modal ini umumnya bersifat


38

jangka panjang. Dewasa ini instrumen yang ada pada pasar modal terdiri oleh

saham, obligasi dan sertifikat lainnya. Sekuritas yang diperdagangkan pada bursa

efek adalah saham, obligasi sedangkan sertifikat diperdagangkan diluar bursa

melalui bank pemerintah. 47 Adapun jenis-jenis instrumen pasar modal dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1) Saham (Stock)

a) Saham di Pasar Modal Indonesia Saham adalah tanda penyertaan atau

kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau

perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang

menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik

perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi

kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang

ditanamkan di perusahaan tersebut. 48 Adapun jenis-jenis saham dapat

dilihat dari beberapa segi yaitu:49

a. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, saham

terdiri dari:

(1) Saham Biasa (Common Stock) Saham biasa merupakan saham

yang memiliki hak klaim berdasarkan laba atau rugi yang

diperoleh perusahaan. Bila terjadi likuidasi, pemegang saham

biasa yang mendapatkan prioritas paling akhir dalam pembagian

47
Pandji Anoraga, dan Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal, Jakarta : PT. Rineka Cipta,
2001, hlm, 36.
48
Darmadji Tjipto dan Hendry M Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia, Jakarta :
Salemba Emapat, 2001, hlm. 5.
49
Musdalifa, Sri Mintari, Maryam Nadir, Manajemen Investasi, Fundamental, Teknikal,
Perilaku Investor, dan Return Saham, , Yogyakarta : Deepublish, 2015, hlm, 77.
39

dividen dan penjualan asset perusahaan. Ciri-ciri dari saham

biasa adalah :

pertama, dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh

laba, kedua, memiliki hak suara (one share one vote) ketiga, hak

memperoleh pembagian kekayaan perusahaan paling akhir

apabila bangkrut setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi.

(2) Saham Preferen (Preferred Stock) Saham Preferen merupakan

saham dengan bagian hasil yang tetap dan apabila perusahaan

mengalami kerugian maka pemegang saham preferen akan

mendapatkan prioritas utama dalam pembagian hasil atas

penjualan asset. Saham preferen mempunyai sifat gabungan

antara gabungan obligasi dan saham biasa. Adapun ciri-ciri

saham preferen adalah: pertama, memiliki hak paling dahulu

memperoleh dividen kedua, tidak memiliki hak suara, ketiga

dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam

pencalonan pengurus, keempat memiliki hak pembayaran

sebesar nilai nominal saham lebih dahulu setelah kreditur apabila

perusahaan dilikuidasi.

Di dalam praktek pasar modal, saham preferen sendiri dibagi lagi

menjadi beberapa jenis, yaitu :50

- Saham Preferen kumulatif (Cumulative Prefered Stock)

50 Musdalifa, Sri Mintari, Maryam Nadir, Op.Cit, hlm, 77.


40

Saham jenis ini memberikan hak kepada pemiliknya atas

pembagian dividen yang sifatnya kumulatif dalam suatu

presentase atas jumlah tertentu. Apabila pada tahun tertentu

dividen yang dibayarkan tidak mencukupi atau tidak dibayarkan

sama sekali. Maka hal ini diperhitungkan pada tahun berikutnya.

Pembayaran dividen kepada pemegang saham preferen selalu

didahulukan daripada pemegang saham biasa.

- Saham Preferen non Kumulatif (Non Cumulative Prefered Stock)

Pemegang saham jenis ini mendapatkan prioritas dalam

memberikan dividen sampai pada suatu presentase atau jumlah

tertentu, tetapi tidak bersifat kumulatif. Dengan demikian

apabila pasar suatu tahun tertentu dividen tidak dibayarkan sama

sekali, maka hal ini tidak diperhitungkan pada tahun berikutnya.

Sepanjang pemegang saham preferen tidak menerima pembagian

dividen secara penuh, maka pemegang saham biasa tidak berhak

atas pembagian dividen.

- Saham Preferen Berpartisifasi (Participating Prefered Stock)

Pemegang saham jenis ini disamping memperoleh dividen tetap

seperti yang telah ditentukan, juga memperoleh ekstra dividen

apabila perusahaan dapat mencapai sasaran yang telah

ditetapkan. Sasaran itu dapat berupa pendapatan keuntungan

perusahaan dalam waktu tertentu misalnya satu tahun dividen

regular. Kepada seluruh pemegang saham jenis ini, mereka juga


41

memperoleh dividen ekstra bersama-sama dengan pemegang

saham biasa bila target yang ditetapkan telah tercapai.

b. Adapun ditinjau dari segi cara peralihannya saham dibagi lagi

menjadi beberapa jenis yaitu: 51

(1) Saham Atas Unjuk (Bearer Stock)

Bearer Stock adalah saham yang pada lembar kertas tersebut

tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindah

tangankan dari satu investor ke investor lainnya

(2) Saham Atas Nama (Registered Stock)

Registered Stock adalah saham yang pada lembar kertas

tersebut tertulis nama pemiliknya. Jika ingin mengganti

nama harus memiliki prosedur tertentu.

(3) Selain itu ditinjau dari Kinerja Perdagangannya saham

dibagi lagi menjadi beberapa jenis yaitu: 52

- Blue Chip Stock Saham biasa dari suatu perusahaan yang

memiliki reputasi tinggi sebagai leader di industri sejenis,

memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam

membayar dividen.53

- Income Stock Saham dari suatu emitmen yang memiliki

kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata

dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten

51
Musdalifa, Sri Mintari, Maryam Nadir, Opcit, hlm, 77.
52
Sri Hermuningsih, Op.Cit, hlm, 79.
53
Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah, UIN-MALIKI PRESS, 2010,
hlm,71.
42

seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan

yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen

tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak

mementingkan potensi.

- Growth Stocks Saham-saham dari emiten yang memiliki

pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di

industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Saham

dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri,

namun memiliki ciri growth stock. Umumnya saham ini

berasal dari daerah dan kurang populer dikalangan

emiten.

- Speculative Stock Saham suatu perusahaan yang tidak

bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun

ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan

penghasilan yang meskipun belum pasti.

- Counter Cyclical Stock Saham yang tidak terpengaruh

oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara

umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap

tinggi, dimana emitennya mampu memberikan dividen

yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam

memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi.

Badan Pengawas Pasar modal Pembinaan, pengaturan dan pengawasan

sehari-hari kegiatan pasar modal dilakukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal
43

yang selanjut disebut dengan BAPEPAM yang berada dibawah dan bertanggung

jawab kepada Menteri Keuangan. Secara umum Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1995 pasal 3 ayat 1 mengatur kewenangan dan tugas dari BAPEPAM sebagai: a.

Lembaga Pembina b. Lembaga Pengatur

c. Badan Pengawas Pasar Modal

Pembinaan, pengaturan dan pengawasan sehari-hari kegiatan pasar modal

dilakukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal yang selanjut disebut dengan

BAPEPAM yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Menteri

Keuangan. Secara umum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 pasal 3 ayat 1

mengatur kewenangan dan tugas dari BAPEPAM sebagai:

1) Lembaga Pembina

2) Lembaga Pengatur

3) Lembaga Pengawas

Ketiga kewenangan itu dilaksanakan oleh BAPEPAM dengan tujuan

mewujudkan terciptanya pasar modal yang teratur, wajar dan efesien serta

melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat (pasal 4 UUPM).54 Mengingat

pasar modal merupakan sumber pembiayaan dunia usaha dan sebagai wahana

investasi bagi para pemodal yang memiliki peranan yang strategis untuk

menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, kegiatan pasar modal perlu

mendapatkan pengawasan agar bisa dilaksanakan secara teratur, wajar dan

efesien. Untuk secara operasional BAPEPAM diberi kewenangan dan kewajiban

54
Pasal 3,Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
44

untuk membina, mengatur dan mengawasi setiap pihak yang melakukan kegiatan

dipasar modal. Pengawasan tersebu dilakukan dengan menempuh upaya-upaya,

baik yang bersifat prventif maupun secara refresif. 55 Sementara itu, pelaksanaan

2) Preventif, yakni dalam bentuk aturan, pedoman, bimbingan, dan

pengarahan.

3) Refresif, yakni dalam bentuk pemeriksaan, penyidikan, dan penerapan

sanksi-sanksi.

BAPEPAM mempunyai tiga fungsi utama yaitu sebagai berikut:

1) Fungsi Rule Making. Dalam hal ini otoritas pengawas dapat membuat

aturan-aturan main dalam pasar modal. Fungsi demikian disebut juga

sebagai fungsi Quasi Legislative Power, di mana BAPEPAM memiliki

kewenangan legislatif.

2) Fungsi Adjudiacatory. Fungsi merupakan fungsi otoritas pengawas untuk

melakukan fungsinya sebagai Quasi Judicial Power. Jadi, BAPEPAM

memiliki kewenangan judicial seperti yang dilakukan oleh suatu badan

peradilan. Termasuk kedalam fungsi ini mengadili dan memecat atau

mencabut izin ataupun melaang pihak-pihak pelaku dipasar modal untuk

ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan pasar modal.

3) Fungsi Investigatory-Enforcement. Funsi ini membuat otoritas pengawass

mempunyai wewenang investigasi dan enforcement yang dilakukan

55
Abdul R Salim, Hukum Bisnis dan Perusahaan, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,
2011, hlm. 217.
45

dengan memberi BAPEPAM kewenangan penyelidikan dan penyidikan,

sehingga membuatnya menjadi semacam polisi khusus.56

d. Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal

1) Lembaga Penunjang Pasar Modal Salah satu lembaga yang memiliki

peran strategis dalam mendororng perkembangan pasar modal adalah

lembaga penunjang. Lembaga ini berfungsi sebagai penunjang atau

pendukung beroperasinya passar modal. Keberadaan lembaga penunjang

pasar modal merupakan salah satu faktor penting untuk dapat

berkembangnya pasar modal. Berbagai aturan main dan beberapa sifat

yang berlaku khusus di pasar modal membutuhkan adanya lembaga

penunjang khusus pasar modal. Paling tidak, terdapat lima aktivitas

khusus yang membutuhkan peran lembaga-lembaga penunjang pasar

modal yakni:

(1) Perusahaan yang menawarkan efek, membatasi waktu penjualan

efeknya, tetapi mengharapkan dana yang diinginkannya dapat

diperoleh dalam waktu yang ditentukan.

(2) Perdagangan efek mengambil tempat yang telah ditentukan, pada hari-

hari tertentu pada jam-jam tertentu.

(3) Barang yang diperdagangkan itu hanya surat-surat, karena itu

dinamakan surat-surat berharga. Surat-surat berharga itu berkaitan

langsung dengan perusahaan (emiten) yang menerbitkannya.

56
Tavinayati, Yulia Qamariyanti, Hukum Pasar Modal di Indonesia, Jakarta: Sinar
Grafika, 2009, hlm. 12.
46

(4) . Perdagangan surat-surat berharga itu dapat dilaksanakan apabila ada

calon pemodal yang percaya pada emiten yang mengeluarkan surat-

surat beharga tersebut.

(5) Kepercayaan pada emiten bisa timbul karena faktor-faktor yang

berasal dalam perusahaan itu sendiri misalnya: reputasi komsaris,

reputasi direksi, kemampuan bekerja secara efisien, kemampuan

memperoleh laba dan sebagainya. Dalam menjalankan fungsinya,

posisi lembaga penunjang berada diantara emiten dan pemodal.

Mereka menyediakan jasa yang diperlukan oleh emiten atau investor,

atau kedua-duanya.57

Beberapa lembaga penunjang pasar modal antara lain:

1) Kustodian

Lembaga yang meberikan jasa penitipan efek dan harta lainnya berkaitan

dengan efek serta dengan memberikan jasa lainnya seperti menerima

deviden, bunga dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek dan

mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.

Diselenggarakan oleh: - Lembaga penyimpanan dan penyelesaian; -

Perusahaan efek; - Bank umum yang telah mendapat persetujuan dri

pemerintah.58 Setiap kustodian wajib mengadministrasikan, menyimpan

dan memelihara catatan pembukuan, data, keterangan tertulis yang

berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut:

57
Budi Untung, Opcit, hlm. 77.
58
Tavinayati, Yulia Qamariyanti, Opcit, hlm. 29.
47

(3) Nasabah yang efeknya disimpan pada bank kustodian.

(4) Posisi efek yang disimpan pada bank kustodian.

(5) Buku daftar nasabah dan administrasi penyimpanan serta hak

nassabah yang melekat pada efek yang dititipkan.

(6) Tempat penyimpanan yang aman dan terpisah. 59

2) Biro Administrasi Efek

Biro Administrasi Efek (BAE) adalah salah satu lembaga penunjang

pasar modal yang memegang peranan penting di dalam

menyelenggarakanadministrasi perdagangan efek, baik pada pasar

perdana maupun pada pasar sekunder. 60 Di bursa efek, BAE ini

berfungsi sebagai pihak yang melakukan administrasi yang berkaitan

dengan kepentingan penanam modal (investor) dan emiten. Oleh

karena itu, keberadaan biro ini sangat diperlukan dalam kegiatan pasar

modal yang telah berkembang luas. Adapun kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh Biro Administrasi Efek, meliputi:

(1) Membantu emiten dan undrwriter dalam rangka emisi efek.

(2) . Melaksanakan kegiatan penyimpanan dan pengalihan hak

atas saham para investor.

(3) Menyusun daftar pemegang saham dan perubahannya untuk

melakukan pembukuan pemegang saham (pembuatan daftar

pemegang saham) atas permintaan emiten.

59
Abdul R Salim, Hukum Bisnis dan Perusahaan, Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group, 2011, hlm. 225.
60
Budi Untung, Opcit, hlm. 77.
48

(4) Menyiapkan korespondensi emiten kepada pemegang saham

misalnya pengumuman Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS) dan pengumuman pembayaran deviden atas nama

emiten.

(5) Membuat laporan-laporan apabila diminta oleh instansi

berwenang seperti BAPEPAM61

3) Wali Amanat

Wali amanat adalah lembaga atau perusahaan yang mewakili

kepentingan pemegang efek yang bersifat utang. Wali amanat ini

bertanggung jawab terhadap efek yang diwaliamanatkan, sehingga wali

amanat wajib memberi ganti rugi kepada pemegang efek bersifat utang

atas kerugian yang timbul karena kelailaiannya dalam melaksanakn

tugas sebagai wali amanat. 62 Wali amanat berfungsi mewakili

kepentingan pemegang obligasi dalam hubungannya dengan penerbitan

obligasi oleh emiten. Perjanjian perwaliamanatan perlu

mengakomodasikan kemungkinan-kemungkinan buruk yang dapat

terjadi.63 Berkaitan dengan penerbitan obligasi wali amanat mempunyai

tugas sebagai berikut:

1) Menganalisi kemmapuan dan kredibilitas emiten;

2) Menilai kekayaan emiten yang akan dijadikan jaminan;

61
Abdul R Salim, Opcit, hlm. 225.
62
Ibid, hlm. 226.
63 M. Irsan Nasarudin, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada

Group, 2010, hlm. 89.


49

3) Melakukan pengawasan terhadap kekayaan emiten;

4) Mengikuti secara terus-menerus perkembangan perusahaan

emiten dan jika diperlukan memeberi nasihat kepada emiten;

5) Melakukan pemantauan dan pengawassan terhadap

pembayaran bunga pinjaman pokok obligasi;

6) Sebagai agen utama pembayaran; Berkaitan dengan itu, dapat

dikemukakan bahwa yang dapat menyelenggararakan kegiatan

sebagai wali amanat adalah sebagai berikut:

(1) Bank Umum;

(2) Pihak lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. 64

3. Penasihat Investasi

Penasihat investasi adalah perusahaan yang memberikan nasihat

kepada pihak lain mengenai penjualan atau pembelian efek dengan

memperoleh imbalan jasa. Sedangkan perorangan yang

menyelenggarakan kegiatan penasihat investasi adalah wakil manajer

investasi. Dalam kegiatan di pasar modal penassihat investasi ini

memiliki peran sebagai konsultan bagi investor atau penanam modal.

Sesuai dengan keahlian yang dimilikinya, penasihat investasi

memberikan pendapat atau nasihat kepada kliennya mengenai hal-hal

yang berhubungan dengan prospek suatu efek, penetapan harga suatu

efek, jual beli efek, dan pengelolaan portofolio. Selain itu, penasihat

investasi juga dapat berperan sebagai konsultan keuangan bagi

64
Abdul R Salim, Opcit, hlm. 226.
50

perusahaan yang akan go public, terutama memberikan pendapat yang

berkaitan dengan pengeloalaan keuangan yang mencakup:

1) Pemilik sumber dana

2) Jenis dana yang diperlukan

3) Struktur modal

4) Ansipasi harga efek di passar perdana

5) Hal-hal lain yang berkaitan dengan pengelolaan uang pada

umumnya.65

4. Lembaga Pemeringkat

Efek Pemeringkat efek adalah perusahaan yang melakukan

pemeringkat terhadap efek yang bersifat utang, misalnya obligasi.

Pemeringkat efek memberikan pendapat bersifat independen, jujur dan

objektif menegnai resiko suatu efek utang. Perusahaan yang

menyelenggarakan pemeringkatan di pasar modal Indonesia adalah

PT. PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia). Lembaga pemeringkat

efek diharapkan mampu mendorong pertumbuhan pasar utang dipasar

modal dan pasar uang dengan melakukan pemeringkatan secara

objektif, independen dan berstandar internsaional. Hasil kerja

pemringkat efek dengan kualitas yang demikian akan mampu

mencerminkan realitas risiko investasi. 66

5. Penanggung

65
Ibid, hlm. 227.
66
M. Irsan Nasarudin,Opcit, hlm. 88.
51

Penanggung adalah perusahaan yang menanggung pembayaran

kembali jumlah pokok dan bunga emisi obligasi atau sekuritas kredit

dalam hal emiten cidera janji. Jadi, penanggung hmapir sama

fungsinya dengan wali amanat, yaitu mewakili kepentingan investor

dalam hal emiten tidak menunaikan kewajiban kepada investor. Secara

rinci, peran penanggung, antara lain:

(1) Penanggung dapat memperkecil risiko yang dihadapi oleh

investor sehingga memungkinkan investor tertarik

menanamkan modalnya di passar modal, terutama membeli

obliigasi

(2) Penanggung bertanggung jawab atas utang emiten sesuai

dengan porsi yang telah disepakati semula.

Hubungan penanggung dengan emiten, antara lain:

1. Sesuai dengan fungsinya, penanggung memberikan jaminan

kepada para pemegang obligasi atau sekuritas kredit (investor)

untuk membayar pokok pinjaman dan bunga obligasi apabila

emiten tidak memenkewajibannya. Jadi, bila terdapat emiten

obligasi atau sekuritas kredit yang gagal memenuhi kewajibannya,

investor bisa berhubungan dengan penanggung. Bisa dikatakan

penanggung merupakan representasi emiten;

2. Dalam keadaan tertentu, pemegang obligasi dapat langsung

menuntut penanggung untuk melunasi utang emiten. 67

67
Sawidji Widoatmodjo, Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 20, hlm. 45.
52

e. Profesi Penunjang Pasar Modal

Profesi penunjang pasar modal adalah lembaga profesi yang karena

fungsinya dapat memebrikan pemerikasaan, penilaian atau nasiat-nasihat kepada

para pelaku pasar modal. Profesi penunjang pasar modal ynag dimaksud meliputi:

Akuntan Publik, Notaris, Konsultan Hukum, Dan Perusahaan Penilai. 68

Pengertian dan fungsi dari pada profesi penunjang pasar modal secara umum

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Akuntan Publik

Menurut Undang-Undang pasar modal yang dimaksud dengan akuntan

adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari menteri dan terdaftar

diBAPEPAM. Dalam praktiknya akuntan sebagai salah satu profesi yang

menunjang pasar modal tersebut akuntan publik. Akuntan publik,

termasuk akuntan negara di bawah Badan Pengawas Keuangan dan

Pembangunan (BPKP) melakukan kegiatan memberikan pendapatatas

kewajaran laporan keuangan perusahan yang akan go public. Oleh karena

itu, dalam kaitannya dengan pasar modal akuntan publik berperan sebagai

penilai kondisi keuangan perusahaan yang akan go public ynag meliputi

pemeriksaan laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan sendiri.69

Tugas akuntan adalah memriksa dan melaporkan segala sesuatu yang

berkenaan dengan masalah keuangan dari emiten. Atas hasil pemeriksaan

68
Budi Untung, Hukum Bisnis Pasar Modal, Yogyakarta: ANDI Offset, 2011) h. 85
69
Abdul R Salim, Hukum Bisnis dan Perusahaan, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,
2011, h. 228
53

ini kauntan akan memberikan pendapatnya. Ada empat pendapat akuntan

publik, yaitu sebagai berikut:

(1) Unqualified opinion (wajar tanpa syarat). Pendapat ini

diberikan apabila laporan keuangan telah disusun berdasarkan

prinsip-prinsip Akuntan Indonesia (PAI) tanpa suatu catatan

atau kekurangan.

(2) Qualified Opinion (pendapat kualifikasi). Atas laporan

keuangan yang diperiksanya, akuntan publik memberikan

pendapat yang wajar, dengan kualifikasi atas penyajian laporan

keuangan terebut karna tidak sesuai dengan prinsip-prinsip

Akuntan Indonesia (PAI).

(3) Adverse Opinion (pendapat tidak setuju). Dalam hal ini akuntan

publik tidak setuju atas penyusunan laporan keuangan tersebut.

(4) Disclimer of Opinion. dalam hal ini akuntan publik menolak

memberi pendapat atas laporan keuangan perusahaan yang

diperiksanya. Hal ini terjadi karena kauntan tidak mempunyai

cukup bukti yang dapat dipergunakan untuk memberi

pendapatnya secara profesional seperti yang dipersyaratkan

oleh Norma Pemeriksaan Akuntan (NPA).

Akuntan yang terdaftar pada Bapepam yang memriksa laporan kuangan

emiten, bursa efek, LKP dan LPP, dan pihak lain yang melakukan

kegiatan di pasar modal wajib menyampaikan pemberitahuan yang


54

sifatnya rahasia kepada Bapepam selambat-lambatnya 3 hari kerja setelah

ditemukan hal-hal sebagai berikut:

1) Pelanggaran yang dilakukan terhadap Ketentuan UUPM dan

peraturan pelaksananya.

2) Hal-hal yang dapat membahayakan keadaan keuangan lembaga

dimaksud atau kepentinga para nasabahnya (pasal 68 UUPM) Agar

laporan keuangan disajikan secara wajar dan dapat diandalkan

dalam pengembalian keputusan, laporan keuangan harus diperiksa

(audit) oleh akuntan publik. Kecenderungan yang terjadi, pihak

manajemen perusahaan berusaha menonjolkan infirmasi yanng baik

dengan tujuan meningkatkan nialia saham yang ditawar. Sementara

pemodal dan stakeholder lainnya menginginkan nilai saham yang

wajar sebagai cerminan keadaan perusahaan yang sesungguhnya.

Disinilah pentingnya peran akuntan dalam melakukan pemeriksaan,

sehingga pendapat yang diberikan bersifat objektif dan independen.

Dalam melakukan audit atass laporan keuangan, akuntan harus

patuh pada kode etik serta berpegang pada Standar Profesional

Akuntan Publik (SPAP) dan prinsip akuntansi yang berlaku umum,

yakni yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.70

70
Tavinayati, Yulia Qamariyanti, Hukum Pasar Modal di Indonesia, ,Jakarta: Sinar
Grafika, 2009, hlm. 32.
55

2. Konsultan Hukum

Konsultan hukum adalah ahli hukum yang memberikan dan

menandatangani pendapat hukum mengenai emisi atau emiten. Peran

konsultan hukum diperlukan dalam setiap emisi efek, karena lembaga

ini mempunyai fungsi untuk memberikan pendapat dari segi hukum

(legal opinion) mengenai keadaan perusahaan emiten. Penunjuk

lembaga ini dilakukan oleh emiten. Konsultan hukum antara lain harus

memberikan pendapat mengenai:

1) Anggaran dasar emiten beserta perubahannya

2) Izin usaha emiten

3) Bukti pemilikan/penguasaan harta kekayaan emiten

4) Perikatan oleh emiten dengan pihak lain

5) Perkara baik perdata amuun pidana yang menyangkut emiten dan

pribadi pengurus. Tanggung jawab konsultan hukum adalah

sebatas pada nilai kebenaran atas dokumen-dokumen yang dimilki

perusahaan dari segi hukum termasuk juga yang berhubungan

dengan peranan akuntan publik. Penelitian atas laporan keuangan

yang dibuat oleh akuntan publik tidak untuk memberikan

penilaian tentang proses memberikan penilaian tentang proses dan

mekanisme kerja akuntan publik, tetapi semata-mata dipandang

dari sudut juridis formal mengenai aspek hukum yang terkandug

dalam laporan keuangan itu sesuai dengan persyaratan yang


56

ditentukan bagi suatu badan usaha yang akan melakukan emisi

melalui pasar modal.71

3. Perusahaan Penilai

Dalam Undang-Undang penanaman modal dirumuskan bahwa yang

dimaksud dengan penilai adalah pihak yang memberikan penilaian atas

aset perusahaan dan terdaftar di Bapepam. Penilai adalah lembaga atau

perusahaan yang kegiatannya melakukan penilaian atas kekayaan yang

dimiliki oleh perusahaan yang akan go public. Penilai juga dapat

memberikan penilaian terhadap nilai aktiva tetap perusahaan jika

dilakukan revaluasi. Perusahaan yang melakukan revaluasi terhadap

aktiva yang dimiliki akan menaikkan kekayaanya. Tambahan

kekayaan yang diperolehnya dari surplus revaluasi ini akan

dikapitalisasi menjadi modal setor atau menambah modal setor, jika

telah memenuhi kewajiban perpajakan atas surplus tersebut. Surplus

revaluasi dikenakan pajak penghassilan, karena surplus itu dapat

meningkatkan kegiatan ekonomis perusahaan. Apabila surplus

revaluasi tidak dinyatakan sebagai modal atau tambahan modal yang

disetor, maka surpus ini tidak dimasukkan dalam neraca, akan tetapi

hanya dilampirkan dalam prospektus. 72

4. Notaris Membuat dan mengaktakan dokumen-dokumen tertentu

untuk kepentingan pasar modal, misalnya: Akta perubahan Anggaran

71
Budi Untung, Opcit, hlm. 89-90.
72
Abdul R Salim, Opcit, hlm. 229.
57

Dasar emiten untuk disesuaikan dengan standar Anggaran Dasar

untuk perusahaan-perusahaan go public.73

C. Ketentuan Pidana Dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995

Tentang Pasar Modal

UPM yang efektif mula I berlaku tanggal 1 Januari 1996 telah secara

tegas mengatur beberapa aktivitas di bidang Pasar Modal yang dapat diancam

secara pidana. Bab XI dari undang-undang tersebut menetapkan beberapa

perbuatan dibidang Pasar Modal yang dapat di ancam dengan hukuman pidana

antara lain tindakan Penipuan, Manipulasi Pasar dan Perdagangan Orang Dalam.

Berikut ini adalah penjabaran mengenai kegiatan di bidang Pasar Modal yang

dapat diancam dengan sanksi pidana sesuai UUPM.

1. Penipuan, Manipulasi Pasar dan Perdagangan Orang

Dalam Pasal 90

Dalam kegiatan perdagangan Efek, setiap Pihak dilarang secara langsung atau tidak
langsung:

73 Tavinayati, Yulia Qamariyanti, Hukum Pasar Modal di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika,
2009 h. 37
58

a. Menipu atau mengelabui Pihak lain dengan menggunakan sarana dan atau
cara apa pun;
b. Turut serta menipu atau mengelabui Pihak lain; dan
c. Membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak
mengungkapkan fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak
menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat
dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk
diri sendiri atau Pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi Pihak lain
untuk membeli atau menjual Efek.

Dalam Pasal 91

Setiap Pihak dilarang melakukan tindakan, baik langsung maupun tidak langsung,
dengan tujuan untuk menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai
kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga Efek di Bursa Efek.
Dalam Pasal 92

Setiap Pihak, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan Pihak lain,


dilarang melakukan 2 (dua) transaksi Efek atau lebih, baik langsung maupun tidak
langsung, sehingga menyebabkan harga Efek di Bursa Efek tetap, naik, atau turun
dengan tujuan mempengaruhi Pihak lain untuk membeli, menjual, atau menahan
Efek.

Dalam Pasal 93

Setiap Pihak dilarang, dengan cara apa pun, membuat pernyataan atau memberikan
keterangan yang secara material tidak benar atau menyesatkan sehingga
mempengaruhi harga Efek di Bursa Efek apabila pada saat pernyataan dibuat atau
keterangan diberikan:

a. Pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa


pernyataan atau keterangan tersebut secara material tidak benar atau
menyesatkan; atau
b. Pihak yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam menentukan
kebenaran material dari pernyataan atau keterangan tersebut.

Dalam Pasal 94

Bapepam dapat menetapkan tindakan tertentu yang dapat dilakukan oleh


Perusahaan Efek yang bukan merupakan tindakan yang dilarang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 91 dan Pasal 92.
59

Dalam Pasal 95

Orang dalam dari Emiten atau Perusahaan Publik yang mempunyai informasi orang
dalam dilarang melakukan pembelian atau penjualan atas Efek:

a. Emiten atau Perusahaan Publik dimaksud; atau


b. perusahaan lain yang melakukan transaksi dengan Emiten atau Perusahaan
Publik yang bersangkutan.

Dalam Pasal 96

Orang dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 dilarang:


a. mempengaruhi Pihak lain untuk melakukan pembelian atau penjualan atas
Efek dimaksud; atau
b. memberi informasi orang dalam kepada Pihak mana pun yang patut
diduganya dapat menggunakan informasi dimaksud untuk melakukan
pembelian atau penjualan atas Efek.

Dalam Pasal 97

1. Setiap Pihak yang berusaha untuk memperoleh informasi orang dalam dari
orang dalam secara melawan hukum dan kemudian memperolehnya
dikenakan larangan yang sama dengan larangan yang berlaku bagi orang
dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 dan Pasal 96.
2. Setiap Pihak yang berusaha untuk memperoleh informasi orang dalam dan
kemudian memperolehnya tanpa melawan hukum tidak dikenakan larangan
yang berlaku bagi orang dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 dan
Pasal 96, sepanjang informasi tersebut disediakan oleh Emiten atau
Perusahaan Publik tanpa pembatasan.

Dalam Pasal 98

Perusahaan Efek yang memiliki informasi orang dalam mengenai Emiten atau
Perusahaan Publik dilarang melakukan transaksi Efek Emiten atau Perusahaan
Publik tersebut, kecuali apabila:

a. Transaksi tersebut dilakukan bukan atas tanggungannya sendiri, tetapi atas


perintah nasabahnya; dan
b. Perusahaan Efek tersebut tidak memberikan rekomendasi kepada
nasabahnya mengenai Efek yang bersangkutan.
60

Dalam Pasal 99

Bapepam dapat menetapkan transaksi Efek yang tidak termasuk transaksi Efek
yang dilarang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 dan Pasal 96.

2. Pemeriksaan

Dalam Pasal 100

1. Bapepam dapat mengadakan pemeriksaan terhadap setiap Pihak yang


diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap Undang-
undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya.
2. Dalam rangka pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
Bapepam mempunyai wewenang untuk:
a. meminta keterangan dan atau konfirmasi dari Pihak yang diduga
melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap Undang-
undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya atau Pihak lain
apabila dianggap perlu;
b. mewajibkan Pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam
pelanggaran terhadap Undang-undang ini dan atau peraturan
pelaksanaannya untuk melakukan atau tidak melakukan kegiatan
tertentu;
c. memeriksa dan atau membuat salinan terhadap catatan, pembukuan,
dan atau dokumen lain, baik milik Pihak yang diduga melakukan
atau terlibat dalam pelanggaran terhadap Undang-undang ini dan
atau peraturan pelaksanaannya maupun milik Pihak lain apabila
dianggap perlu; dan atau
d. menetapkan syarat dan atau mengizinkan Pihak yang diduga
melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap Undang-
undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya untuk melakukan
tindakan tertentu yang diperlukan dalam rangka penyelesaian
kerugian yang timbul.
e. Pengaturan mengenai tata cara pemeriksaan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
f. Setiap pegawai Bapepam yang diberi tugas atau Pihak lain yang
ditunjuk oleh Bapepam untuk melakukan pemeriksaan dilarang
memanfaatkan untuk diri sendiri atau mengungkapkan informasi
yang diperoleh berdasarkan Undang-undang ini kepada Pihak mana
pun, selain dalam rangka upaya mencapai tujuan Bapepam atau jika
diharuskan oleh Undang-undang lainnya.
61

3. Penyidikan

Dalam Pasal 101


1) Dalam hal Bapepam berpendapat pelanggaran terhadap Undang-undang ini
dan atau peraturan pelaksanaannya mengakibatkan kerugian bagi
kepentingan Pasar Modal dan atau membahayakan kepentingan pemodal
atau masyarakat, Bapepam menetapkan dimulainya tindakan penyidikan.
2) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Bapepam diberi
wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak
pidana di bidang Pasar Modal berdasarkan ketentuan dalam Kitab Undang-
undang Hukum Acara Pidana.
3) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berwenang :
a. menerima laporan, pemberitahuan, atau pengaduan dari seseorang
tentang adanya tindak pidana di bidang Pasar Modal;
b. melakukan penelitian atas kebenaran laporan atau keterangan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang Pasar Modal;
c. melakukan penelitian terhadap Pihak yang diduga melakukan atau
terlibat dalam tindak pidana di bidang Pasar Modal;
d. memanggil, memeriksa, dan meminta keterangan dan barang bukti
dari setiap Pihak yang disangka melakukan, atau sebagai saksi
dalam tindak pidana di bidang Pasar Modal;
e. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain
berkenaan dengan tindak pidana di bidang Pasar Modal;
f. melakukan pemeriksaan di setiap tempat tertentu yang diduga
terdapat setiap barang bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen
lain serta melakukan penyitaan terhadap barang yang dapat
dijadikan bahan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang Pasar
Modal;
g. memblokir rekening pada bank atau lembaga keuangan lain dari
Pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam tindak pidana di
bidang Pasar Modal;
h. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang Pasar Modal; dan
i. menyatakan saat dimulai dan dihentikannya penyidikan.
4) Dalam rangka pelaksanaan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), Bapepam mengajukan permohonan izin kepada Menteri untuk
memperoleh keterangan dari bank tentang keadaan keuangan tersangka
pada bank sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang
perbankan.
5) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) memberitahukan
dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada
penuntut umum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Kitab Undang-
undang Hukum Acara Pidana.
6) Dalam rangka pelaksanaan kewenangan penyidikan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), Bapepam dapat meminta bantuan aparat penegak hukum
lain.
62

7) Setiap pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Bapepam yang


diberi tugas untuk melakukan penyidikan dilarang memanfaatkan untuk diri
sendiri atau mengungkapkan informasi yang diperoleh berdasarkan
Undang-undang ini kepada Pihak mana pun, selain dalam rangka upaya
untuk mencapai tujuan Bapepam atau jika diharuskan oleh Undang-undang
lainnya.

4. Sanksi Administratif

Dalam Pasal 102

1. Bapepam mengenakan sanksi administratif atas pelanggaran Undang-


undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya yang dilakukan oleh setiap
Pihak yang memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran dari Bapepam.
2. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa:
a. peringatan tertulis;
b. denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu;
c. pembatasan kegiatan usaha;
d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pencabutan izin usaha;
f. pembatalan persetujuan; dan
g. pembatalan pendaftaran.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administratif sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.

5. Ketentuan Pidana

Dalam Pasal 103

1. Setiap Pihak yang melakukan kegiatan di Pasar Modal tanpa izin,


persetujuan, atau pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal
13, Pasal 18, Pasal 30, Pasal 34, Pasal 43, Pasal 48, Pasal 50, dan Pasal 64
diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Setiap Pihak yang melakukan kegiatan tanpa memperoleh izin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 diancam dengan pidana kurungan paling lama 1
(satu) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).

Dalam Pasal 104

Setiap Pihak yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90,
Pasal 91, Pasal 92, Pasal 93, Pasal 95, Pasal 96, Pasal 97 ayat (1), dan Pasal 98
63

diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).
Dalam Pasal 105

Manajer Investasi dan atau Pihak terafiliasinya yang melanggar ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 diancam dengan pidana kurungan paling
lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).
Dalam Pasal 106

1. Setiap Pihak yang melakukan pelanggaran atas ketentuan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 70 diancam dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas
miliar rupiah).
2. Setiap Pihak yang melakukan pelanggaran atas ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 73 diancam dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).

Dalam Pasal 107

Setiap Pihak yang dengan sengaja bertujuan menipu atau merugikan Pihak lain atau
menyesatkan Bapepam, menghilangkan, memusnahkan, menghapuskan,
mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, atau memalsukan catatan dari Pihak
yang memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran termasuk Emiten dan
Perusahaan Publik diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Dalam Pasal 108

Ancaman pidana penjara atau pidana kurungan dan denda sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 103, Pasal 104, Pasal 105, Pasal 106, dan Pasal 107 berlaku pula bagi
Pihak yang, baik langsung maupun tidak langsung, mempengaruhi Pihak lain untuk
melakukan pelanggaran Pasal-Pasal dimaksud.
Dalam Pasal 109

Setiap Pihak yang tidak mematuhi atau menghambat pelaksanaan ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 diancam dengan pidana kurungan paling
lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).
64

Dalam Pasal 110

1. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 ayat (2), Pasal 105,
dan Pasal 109 adalah pelanggaran.
2. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 ayat (1), Pasal 104,
Pasal 106, dan Pasal 107 adalah kejahatan.

6. Ketentuan Lain-lain

Dalam Pasal 111

Setiap Pihak yang menderita kerugian sebagai akibat dari pelanggaran atas Undang-
undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya dapat menuntut ganti rugi, baik
sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan Pihak lain yang memiliki tuntutan
yang serupa, terhadap Pihak atau Pihak-Pihak yang bertanggung jawab atas
pelanggaran tersebut.
Dalam Pasal 112

Bapepam dan Bank Indonesia wajib mengadakan konsultasi dan atau koordinasi
sesuai dengan fungsi masing-masing dalam mengawasi kegiatan Kustodian dan
Wali Amanat serta kegiatan lain yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang dilakukan oleh Bank Umum di Pasar Modal.

D. Kasus Posisi Perkara Nomor 200 / Pid . Sus / 2019 / PN.JKT.SEL

1. Kronologis

- Kasus ini bermula saat Jeje Yutrindo diam-diam menjadikan deposito Yulie

Sekuritas Indonesia berbentuk Modal Kerja Bersih Disesuaikan (MKDB)

menjadi jaminan utang di Bank Mandiri. Pemegang saham publik tidak

mengetahui informasi bahwa Jeje Yutrindo Utomo menjaminkan deposito

itu selama tiga tahun, dari tahun 2015 hingga 2017,

- Tindakan Jeje Yutrindo dia nilai mengandung unsur tindak pidana pasar

modal dalam Undang-Undang nomor 8 tahun 1995 tentang pasar modal,

kemudian UU Nomor 10 tahun 1998 dan tindak pidana penipuan dan


65

penggelapan dalam pasal 378 dan 371 yang menimbulkan kerugian bagi

pemegang saham publik serta investor pasar modal.

- Selain melanggar aturan tersebut, Jeje Yutrindo Utomo dinilai juga

menyalahi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor

72/POJK.04/2017 yang melarang menjadikan MKBN sebagai jaminan

utang. Menurutnya, penjaminan deposito pada tahun 2015 merupakan

transaksi material dan transaksi afiliasi, yang hanya menguntungkan Jeje

Yutrindo Utomo.

- Seharusnya, transaksi penjaminan deposito melaporkan lebih dahulu kepada

pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kemudian diumumkan ke publik dan

mendapatkan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS) Yulie Sekuritas Indonesia, sebagaimana POJK Nomor

32/POJK.04/2014 tentang Rencana dan Penyelenggaraan Rapat Umum

Pemegang Saham Perusahaan Terbuka

Meskipun tidak lagi memiliki saham Yuli Sekuritas, Jeje Yutrindo Utama,

lanjut dia, ternyata mencairkan utang di Bank Mandiri untuk melunasi utang

perusahaannya sendiri, tanpa sepengetahuan Yuli Sekuritas. Pencairan itu

dilakukan pada 21 Februari 2018, dengan nilai pencairan sebesar Rp 12,31

miliar dan USD 1,08 juta atau setara dengan Rp 27 miliar.

2. Terdakwa

a. Terdakwa 1 : Luciana

Terdakwa Luciana ditahan dalam tahanan rutan oleh :


66

1) Penyidik sejaka tanggal 16 November 2018 sampai dengan Tanggal 5

Desember 2018

2) Penyidik perpanjangan oleh Penuntut umum sejak tanggal 06 Desember

2018 sampai dengan tanggal 14 Januari

3) Penyiodik Perpanjangan pertam oleh ketua Pengadilan Negeri sejak

tanggal 15 Januari 2019 sampai dengan tanggal 13 Pebruari

4) Penuntut Umum sejak tanggal 07 Pebruari 2019 sampai dengan tanggal 11

Maret 2019

5) Hakim PN sejak tanggal 20 Pebruari 2019 sampai dengan tanggal 11 Maret

2019

Terdakwa Luciana ditahan dalam tahanan kota oleh ;

6) Hakim Pengadilan Negeri sejak tanggal 11 Maret 2019 samapai dengan 21

Maret 2019

b. Terdakwa 2 : Jonanthan Yuwono

Terdakwa Jonanthan Yuwono ditahan dalam tahanan rutan oleh :

7) Penyidik sejaka tanggal 13 November 2018 sampai dengan Tanggal

03 Desember 2018

8) Penyidik perpanjangan oleh Penuntut umum sejak tanggal 03

Desember 2018 sampai dengan tanggal 11 Januari 2019

9) Penyiodik Perpanjangan pertam oleh ketua Pengadilan Negeri sejak

tanggal 12 Januari 2019 sampai dengan tanggal 10 Pebruari

10) Penuntut Umum sejak tanggal 07 Pebruari 2019 sampai dengan

tanggal 11 Maret 2019


67

11) Hakim PN sejak tanggal 20 Pebruari 2019 sampai dengan tanggal 21

Maret 2019

Terdakwa Luciana ditahan dalam tahanan kota oleh ;

12) Hakim Pengadilan Negeri sejak tanggal 11 Maret 2019 samapai

dengan 21 Maret 2019

a. Terdakwa 3 : Johlin Yuwono

Terdakwa Johlin Yuwono ditahan dalam tahanan rutan oleh :

1) Penyidik : tidak dilakukan penahanan

2) Penuntut Umum sejak tanggal 07 Pebruari 2019 sampai dengan

tanggal 19 Pebuari 2019

3) Hakim PN sejak tanggal 20 Pebruari 2019 sampai dengan tanggal 21

Maret 2019 ( Tahanan Kota )

3. Dakwaan

Diajukan ke persidangan oleh Penuntut Umum dengan Dakwaan alternatif

subsidaritas, sebagai berikut :

- Pertama Primair : melanggar pasal 104 jo pasal 90 huruf a UU No. 8 Tahun

1995Tentang Psar Modal jo pasal 55 ayat 1 keberatan 1 KUHP :

- Atau

Kedua “ melanggar pasal 378 KUHP jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP;

- Atau

Ketiga : melanggar pasal 372 KUHP jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP;

- Atau

Melanggar pasal 263 KUHP jo Pasal Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP


68

4. Putusan

- Menyatakan terdakwa 1. Luciana, Terdakwa 2. Jonanthan Yuwono dan

Terdakwa 3 Johnhlin Yuwono terbukti bersalah melakukan tindak pidana

secra bersama-sama dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang

yang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain

tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan sebagaimana

diatur dan diancam pidana dalam pasal 372 KUHP jo pasal 55 ayat (1) Ke

-1 KUHP dalam Dakwaan Ketiga

- Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa 1. Luciana, Terdakwa 2. Jonanthan


Yuwono, masing-masing dengan pidana penjara selama 6 9enam) bulan

dikurangkan selama Terdakwa berada dalam tahanan dan terdakwa 3 Johnlin

Yuwono dengan pidana penjara selama 2(dua) bulan dikurangi selama

Terdakwa dalam Tahanan.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian hukum yang akan digunakan adalah penelitian hukum

yang bersifat Yuridis Normatif dengan pertimbangan dan analisis permasalahan

hukum terkait Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan perundang-undangan

(statue approach) dan pendekatan kasus (case approach), Hal ini dikarenakan

Penulis menggunakan peraturan perundang-undangan sebagai dasar awal

melakukan analisis menjadi 2 (dua) bidang hukum : Pertama Hukum Pidana

Materil dan Kedua Hukun Acara Pidana. Adapun peraturan perundang-undangan

merupakan titik fokus dari penelitian tersebut dan karena sifat hukum yang

mempunyai sifat hukum yang mempunyai ciri comprehensive, all inclusive dan

systematic.74

B. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian ini, tidak menggunakan perhitungan numerikal

pendekatan penelitian ini bertujuan memperoleh pemahaman untuk

74
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang:
Banyumedia Publishing, 2006, hlm. 57.

69
70

mengembangkan teori dan menggambarkan secara komprehensif. Penelitian jenis

ini bersifat monografis atau tinjauan kepustakaan.

C. Sumber dan Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh dari :75

1) Bahan Hukum Primer.

Merupakan bahan-bahan hukum yang memiliki kekuatan mengikat

terhadap masyarakat. Bahan hukum primer yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu Kitab Undang-undang Hukum Pidana , Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor. 8 Tahun 1995 tentang Pasar

Modal (UUPM),

1) Bahan Hukum Sekunder.

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang berupa publikasi

tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi76

Bahan hukum sekunder yang digunakan sebagai penunjang data

dalam penelitian ini yaitu buku-buku, referensi, jurnal-jurnal hukum

yang terkait, majalah, internet, dan sumber lainnya yang berkaitan

dengan topik yang dibahas., kasus-kasus hukum serta seminar yang

ada kaitannya tentang kejahatan Pasar Modal

2) Bahan Hukum Tersier.

Bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna

75
Soerjono Soekamto, Op.Cit, hlm. 32.
76
Johnny Ibrahim,Op.Cit, hlm. 141.
71

terhadap bahan hukum primer atau sekunder seperti kamus,

ensiklopedia, dan lain-lain.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang mendukung dan berkaitan dengan

pemaparan penulisan hukum ini adalah studi dokumen (studi kepustakaan). Studi

dokumen adalah suatu alat pengumpulan bahan hukum yang dilakukan melalui

bahan hukum tertulis dengan menggunakan content analisys.77 Studi dokumen ini

berguna untuk mendapatkan landasan teori dengan mengkaji dan mempelajari

buku-buku, peraturan perundang-undangan, dokumen, laporan, arsip dan hasil

penelitian lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

a. Penyajian Data

Data yang dikumpulkan berupa data sekunder, yaitu data yang telah dalam

keadaan siap pakai, bentuk dan isinya telah disusun peneliti terlebih dahulu dan

dapat diperoleh tanpa terikat waktu dan tempat. 78

Melalui studi kepustakaan yang dilakukan, Peneliti akan memperoleh data

sekunder dan data lain yang dapat dijadikan sebagai landasan untuk menganalisa

pokok permasalahan yang sedang diteliti. Tujuan dari studi kepustakaan adalah

untuk mengoptimalkan teori dan bahan yang berkaitan dalam menentukan arah dan

tujuan penelitian serta konsep-konsep dan bahan-bahan teoritis lain yang sesuai

konteks permasalahan penelitian.

b. Analisis Data

77
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta : Kencana, 2006, hlm, 21.
78
Soerdjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, 1994, Jakarta : Raja Grafindo, hlm,.37.
72

Setelah pengolahan data selesai, maka dilakukan analisis data. Setelah itu

dilakukan analisis kualitatif, artinya hasil penelitian ini dideskripsikan dalam

bentuk penjelasan dan uraian kalimat yang mudah dibaca dan dimengerti untuk

diinterprestasikan dan dirangkum secara umum yang didasarkan fakta-fakta yang

bersifat khusus terhadap pokok bahasan yang diteliti, guna pembahasan pada bab-

bab selanjutnya.

E. Teknik Analisa Data

Dalam Teknik Analisa data diungkapkan beberapa pengertian yang akan

dipergunakan sebagai dasar analisa hukum. Hal ini dapat dilihat dari definisi

pengertian-pengertian yang telah dibatasi dan terdapat dalam Undang-Undang

Republik Indonesia Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

(UUPM), Undang-Undang Republik Indonesia, No.21 Tahun 2011 Tentang

Otoritas Jasa Keuangan, PP No.46 Tahun 1995 Tentang Tata Cara Pemeriksaan

Dibidang Pasar Modal sebagai berikut :

- Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran

Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan

Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan

dengan Efek.

- Penasihat Investasi adalah Pihak yang memberi nasihat kepada Pihak lain

mengenai penjualan atau pembelian Efek dengan memperoleh imbalan

jasa.

- Penawaran Umum adalah kegiatan penawaran Efek yang dilakukan oleh

Emiten untuk menjual Efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang
73

diatur dalam Undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya

- Anggota Bursa Efek adalah Perantara Pedagang Efek yang telah

memperoleh izin usaha dari Bapepam dan mempunyai hak untuk

mempergunakan sistem dan atau sarana Bursa Efek sesuai dengan

peraturan Bursa Efek.

- Bursa Efek adalah Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem

dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli Efek

Pihak-Pihak lain dengan tujuan memperdagangkan Efek di antara mereka.

- Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga

komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak

investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari

Efek.

- Emiten adalah Pihak yang melakukan Penawaran Umum.

- Informasi atau Fakta Material adalah informasi atau fakta penting dan

relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat

mempengaruhi harga Efek pada Bursa Efek dan atau keputusan pemodal,

calon pemodal, atau Pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau

fakta tersebut.79

- Pemeriksa adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Bapepam yang

diangkat oleh Ketua Bapepam sebagai pemeriksa untuk melakukan

pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 Undang-undang

Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

79 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM)


74

- Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan mencari, mengumpulkan, dan

mengolah data dan atau keterangan lain yang dilakukan oleh Pemeriksa

untuk membuktikan ada atau tidak adanya pelanggaran atas peraturan

perundang-undangan di bidang Pasar Modal. 80

- penggelapan adalah adalah barang siapa dengan sengaja dan melawan

hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah

kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena

kejahatan

- penipuan yaitu perbuatan dengan maksud untuk menguntungkan diri

sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama

palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian

kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu

kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan

piutang.81

80
Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 1995 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Dibidang
Pasar Modal
81
Kitab Undang-Unadang Hukum Pidana
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Anwar, Yusuf, Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi, Bandung,:
Alumni, 2005
Anwar, Jusuf, Penegakan Hukum Dan Pengawasan Pasar Modal Indonesia,,
Bandung,: Alumni, Seri Pasar Modal 2, 2008.
Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal, Jakarta : PT. Rineka
Cipta, 2001
Angkasa, Filsafat Hukum, Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman, 2010

,
Christine S. T. Kansil, C. S. T. Kansil &, Pokok-Pokok Hukum Pidana, Cetakan I,
Pradnya Paramita, Jakarta. 2004
Fajar, Mukti, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, Yogyakarta :
Pustaka Pelajar 2010.
Fuady, Munir,Bisnis Kotor: Anatomi Kejahatan Kerah Putih , Bandung :Citra
Adytia Bakti, 2004
Hadjon, Philipus M., Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia, Surabaya :
Bina Ilmu, 1987
Hamzah, Andi, Hukum Pidana Ekonomi ,Jakarta: Erlangga, 1983
Hamzah, Andi Perkembangan Hukum Pidana Khusus, Jakarta: Rineka Cipta, 1991
Hamzah, Andi,. Kejahatan Di Bidang Ekonomi (Economic Crimes), Jakarta:
Cahaya Prima Sentosa, 1991
Ibrahim, Johnny Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang:
Banyumedia Publishing, 2017.
Ilmar, Aminuddin, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia,Jakarta:, PT Kharisma
Putra Utama, Kencana, 2006.
J. E. Sahetapy, Analekta JES, Jakarta:, Buku Kompas, 2019.

Keijzer, Schaffmeister, dan Sutoris, Hukum Pidana, Yokyakarta : LIBERTY, 1995.

75
76

Leden Marpaung. Proses Penanganan Perkara Pidana, Jakarta : Sinar. Grafika,


1992.
Lamintang,, P.A.F., Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung :PT Citra
Aditya Bakti, 1997.
Mahmud, Peter Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta : Kencana, 2006.
M. Nasarudin, Irsan Nasarudin, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta:
Kencana Prenada Group, 2010.
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Rieneka Cipta, 2008.
Rahardjo,Satjipto, Sisi-Sisi Lain Dari Hukum Di Indonesia, Jakarta: Kompas Media
Nusantara, 2003
Rajaguguk, Erman, Hukum Investasi: Penanaman Modal Asing (PMA) dan
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Depok:, Rajawall Pers,
2019.
Sambas Nandang, dan Dian Andriasari, Riminologi Perspektif Hukum Pidana,
Jakarta:, Sinar Grafika, 2019
Syamsuddin, Aziz, Tindak Pidana Khusus, Jakarta: Sinar Grafika, 2013
Sri Mintari, Musdalifa, Maryam Nadir, Manajemen Investasi, Fundamental,
Teknikal, Perilaku Investor, dan Return Saham, Deepublish,
Yogyakarta, 2015
Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Yogyakarta : UPP STIM YKPN,
2011
Sumardjono, Maria S.W, Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian, Yogyakarta :
Raja Grafindo Persada, 1989

Soekanto, Soerjono, Penegakan Hukum, Bandung : Bina Cipta,: 1983,


Tandelilin, Eduardus, Portofolio dan Investasi ,Yogyakarta: Kanisius, 2010
Rasudin, Pasar Modal , Bandung: Alfabet, 2008.
Untung, Budi, Hukum Bisnis Pasar Modal, Yogyakarta, Andi, 2010
Purbacaraka, Purnadi dalam A. Ridwan Halim, Pengantar Ilmu Hukum Dalam
Tanya Jawab,Jakarta: Ghalia Indonesia, 2015
Widoatmodjo, Sawidji, Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005
77

Yanto Oksidelfa, Kepastian, Keadilan dan Kemamfaatan Hukum, Bandung,


Pustaka Reka Cipta, 2020, hlm.28.
Yulia Qamariyanti, Tavinayati, Hukum Pasar Modal di Indonesia, Jakarta: Sinar
Grafika, 2009
B. Jurnal

Monica Kolompoy, “Penegakan Hukum Tindak Pidana Dalam Kegiatan

Penyelenggaraan Pasar Modal Di Indonesia” Jurnal Lex Privatum, Vol. IV/No.

2/Feb/2016.

Hasbullah F. Sjawie, “Beberapa Catatan Terhadap Tindak Pidana Pasar Modal

Sebagai Bagian Dari Tindak Pidana Ekonomi” Jurnal Era Hukum-

Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum 3 vol: |issue : 0000.

Stinky Muhaling, Josina E. Londa, dan Firfja Baftim, “Penegakan Hukum Dan

Penerapan Sanksi Tindak Pidana Di Bidang Pasar Modal Yang Berlaku

Di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995”,

Jurnal, Lex Privatum Vol. IX/No. 8/Jul/2021.

Rezky Muhamad Pahlawan, dan Chessa Ario Jani Purnomo, “Problematika Fungsi

Hakim Pengawas dan Pengamat Dalam Sistem Peradilan Pidana

Indonesia: Tinjauan Studi Socio-Legal” Jurnal Sang Pencerah, Volume

6 Issue 2, 2020.

Joudi Joseph Pangemanan “Tindak Pidana Penipuan Dalam Bidang Pasar Modal

Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995” Jurnal Lex Crimen,

Vol 4, No 2 (2015).

C. Perundang-undangan

Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM)


78

Undang-undang tentang Pasar Modal, UU no 8 tahun 1995, Lembaran Negara No


64 tahun 1995, Tambahan Lembaran Negara no. 3608
Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 1995 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Dibidang
Pasar Modal
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Anda mungkin juga menyukai