Oleh :
DENNY TANUWIJAYA
NIM : 181010200826
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………….. 14
C. Tujuan Penelitian………………………………………………… 14
D. Manfaat Penelitian……………………………………………….. 15
1. Secara Teoritis………………………………………………… 15
2. Secara Praktis…………………………………………………. 15
E. Kerangka Teori ………………………………………………….. 16
F. Orisinalitas Penelitian…………………………………………… 17
G. Sistematika Penulisan……………………………………………. 18
BAB II Tindak Pidana Dalam Pasar Modal
A. Tinjauan Umum Tindak Pidana………………………………….. 20
B. Tinjauan Tentang Pasar Modal………………………………….. 34
C. Ketentuan Pidana Dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 56
Tentang Pasar Modal……………………………………………..
D. Kasus Posisi Perkara Nomor 200/Pid.Sus/2019/PN.Jkt.Sel……… 63
Bab BAB III Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian…………………………………………………… 68
B. Spesifikasi Penelitian…………………………………………….. 68
C. Sumber dan Jenis Data…………………………………………… 69
D. Teknik Pengumpulan Data……………………………………….. 70
E. Teknik Analisa Data……………………………………………… 71
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 74
BAB I
PENDAHULUAN
tidak sedikit, kebutuhan besar dalam pembangunan ekonomi nasional tidak dapat
dibiayai oleh pemerintah saja baik melalui penerimaan pajak dan penerimaan
lainnya1 Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya
yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dari
kenaikan harga saham ataupun jumlah dividen di masa yang akan datang, sebagai
diharapkan. Keutungan yang diperoleh investor dapat terdiri dari berbagai macam
bentuk sesuai dengan jenis investasi yang dipilih. Investasi terdiri dari dua
kelompok yaitu investasi pada asset riil dan investasi pada asset finansial. Investasi
asset riil dapat berupa tanah, bangunan, mesin dan pendirian pabrik, sementara
investasi aset finansial dapat berupa saham dan obligasi. Salah satu media dalam
1
Jusuf Anwar, Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi, Bandung,:
Alumni, 2005, hlm. 1
2
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi ,Yogyakarta: Kanisius, 2010, hlm.2
1
2
berbagai alternatif infestasi bagi para investor selain alternatif investasi lainnya
Kegiatan di pasar modal tidak hanya melibatkan pembeli dan penjual efek,
regulator dan pengawas, dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dahulu Badan
investasi, badan pemeringkat efek, wali amanat, dan lainnya. Undang-Undang No.
8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM) merupakan landasan hukum utama
lainnya dari perbuatan yang menyimpang dan merugikan, yang masuk dalam
katagori tindak pidana. Kepastian hukum merupakan sesuatu hal yang mutlak
3
Rasudin, Pasar Modal , Bandung: Alfabet, 2008, hlm.1.
3
dimiliki oleh suatu industri pasar modal demi menjamin keberadaan dan
kesinambungan pasar modal itu sendiri. Dengan adanya aturan yang bisa menjamin
adanya kepastian hukum, maka pada satu sisi akan terwujud suatu pasar yang
teratur dan wajar, dan pada sisi lainnya, Pengertian Rule Of Law berdasarkan
yudisialnya. Hal ini sangat berkaitan erat dengan upaya penegakan hukum dan
keadilan. Hakim memiliki sistem etika yang menuntut hakim mampu menciptakan
disiplin tugas dengan batas-batas nilai yang baik. Budaya hukum yang tidak baik
hakim harus dapat menyadari bahwa budaya hukum akan sangat menentukan
memiliki posisi penting. Dapat dibayangkan apalah artinya suatu peraturan yang
terbaik sekalipun, namun jika budaya hukumnya tidak mendukung, akan sangat
4
sulit memberlakukan hukum dengan sangat efektif demi tujuan penegakan hukum
yang baik.4
kejahatan yang unik, keunikan ini dapat dilihat baik dari jenis pelanggarannya, dari
sisi pelakunya yang berpendidikan dan sangat rapih modus kerjanya. apabila
dituangkan dalam bentuk matrik. Akan terlihat bahwa pihak-pihak yang sangat
berpotensi menjadi pelaku adalah mereka yang menduduki posisi strategis dalam
professional seperti broker, penasihat investasi, akuntan, lawyer dan penilai, atau
bahkan emiten atau perusahaan publik yang bersangkutan sendiri yang melakukan
umumnya. Kejahatan pasar modal sering dikelompokan sebagai salah satu bagian
dari tindak pidana ekonomi, yang berkaitan dengan kejahatan kerah putih (white
collar crime) yang berbeda dengan kejahatan jalanan (street crime atau blue collor
crime).6
sekejap adanya suatu kerugian secara langsung. Kerugian yang terjadi terhadap
korban sering tidak dirasakan secara langsung oleh korbannya, dan karenannya
sering dianggap tidak dapat dihitung. Tidak terpungkiri bahwa tingkat kesulitan
penegakan hukum bagi pelanggaran tindak pidana yang masuk dalam katagori
konvensional. Jenis tindak pidana yang umumnya terjadi di pasar modal ada
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal secara tegas melarang kegiatan
industri Pasar Modal Indonesia dapat terus terjaga dan bertahan lama.7 Bisa
dikatakan bahwa kasus kejahatan kerah putih yang berakhir di pengadilan tidaklah
banyak.
Kejahatan pasar modal sendiri telah diatur dalam UUPM, dan kejahatan
pasar modal yang disoroti oleh UUPM itu, yang merupakan tindak pidana pasar
modal yang bersifat universal, adalah penipuan di pasar modal, manipulasi pasar,
serta perdagangan orang dalam (insider trading). Tindak pidana ekonomi dapat
diartikan sebagai suatu tindak pidana yang merupakan bagian dari hukum pidana,
yang memiliki corak tersendiri, dalam hal ini corak ekonomi. 8 Artinya, ciri
kekhasan dari suatu tindak pidana ekonomi adalah menyangkut dengan persoalan
7 Joudi Joseph Pangemanan “Tindak Pidana Penipuan Dalam Bidang Pasar Modal
Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995” Journal Lex Crimen · Vol 4, No 2 (2015)
8
Andi Hamzah, Hukum Pidana Ekonomi ,Jakarta: Erlangga, 1983, hlm. 1.
6
ekonomi dan motif ekonomi, yakni kemakmuran, dalam artian harta kekayaan.
Sebagai tindak pidana ekonomi, ada penulis yang mengelompokan tindak pidana
pasar modal pada hukum pidana khusus, yaitu undang-undang di bidang tertentu
yang memiliki sanksi pidana, atau tindak pidana yang diatur dalam perundang-
undangan khusus, diluar KUHP, sebagai lawan dari hukum pidana umum, yaitu
itu, ada pula penulis lain, dengan mengikuti alur berfikir Pompe, yang juga
dimaksud dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, Pasal 93, Pasal 95, Pasal 96, Pasal 97
ayat (1), dan Pasal 98 diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan denda paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).
Dalam katagori sanksi dalam UUPM terdapat 2(dua) jenis sanksi yaitu sanksi atas
Pelanggaran dan sanksi atas Kejahatan. Seperti halnya dinyatakan dalam Pasal 110
(1) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 ayat (2),
Pasal 105, dan Pasal 109 adalah pelanggaran.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 ayat (1),
Pasal 104, Pasal 106, dan Pasal 107 adalah kejahatan.
9
Aziz Syamsuddin,Tindak Pidana Khusus ,Jakarta: Sinar Grafika, 2013, hlm. 8.
10
Andi Hamzah, Perkembangan Hukum Pidana Khusus , Jakarta: Rineka Cipta, 1991,
hlm.1
7
transaksi itu sendiri, juga karena kejahatan pasar modal dilakukan tidak dengan
menggunakan barang bukti yang terlihat secara fisik, tetapi banyak mengandung
lisan saja. Meski demikian, tentu tindak pidana pasar modal itu bisa mengakibatkan
kerugian yang luas terhadap para pemilik dana, dan pastinya akan menurunkan
tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pasar modal itu sendiri, yang pada
berbagai bentuk pelanggaran dan tindakan pidana pasar modal berserta sanksi bagi
pelakunya. Pada beberapa aspeknya, pasar modal bisa diidentikan dengan perseroan
terbatas terbuka. Kegiatan pasar modal berhubungan erat dengan penawaran umum,
yaitu penerbitan dan penjualan efek oleh suatu perseroan terbatas kepada
masyarakat luas, yang selanjutnya terhadap efek itu diperjualbelikan diantara para
investor. Tidak ada badan usaha lain yang bisa melakukan penawaran umum selain
terhadap kejahatan dan pelanggaran di pasar modal yang dilakukan oleh pelaku-
undangan dibidang pasar modal merupakan hal yang rawan dilakukan oleh pihak-
pihak yang terlibat di pasar modal. Pelanggaran dibidang pasar modal merupakan
11
Hasbullah F. Sjawie, “Beberapa Catatan Terhadap Tindak Pidana Pasar Modal
Sebagai Bagian Dari Tindak Pidana Ekonomi” Era Hukum-Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum 3 (3) vol:
|issue : 0000.
8
banyak digunakan jalur non penal, yaitu dengan menjatuhkan denda administrasi
oleh OJK.
adalah:
OJK), ketika terdapat dugaan adanya pelanggaran UUPM, maka OJK akan
Dapat kita ketahui bahwa orang yang bertugas melakukan pemeriksaan berdasarkan
UU OJK pasal 49 ayat 3 dan PP No.46 Tahun 1995 adalah OJK dapat membentuk
PNS (Pegawai Negri Sipil) dilingkungan OJK yang tugas dan tanggung jawabnya
meliputi pengawasan di BEI ataupun pegawai OJK yang diberi tugas melakukan
Pasar Modal.
Stinky Muhaling, Josina E. Londa, Firfja Baftim, “Penegakan Hukum Dan Penerapan
12
Sanksi Tindak Pidana Di Bidang Pasar Modal Yang Berlaku Di Indonesia Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1995”, Journal, Lex Privatum Vol. IX/No. 8/Jul/2021.
13
Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 1995 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Dibidang Pasar
Modal, Pasal 12 angka 3.
9
tadi apabila terdapat bukti bahwa telah terjadi tindak pidana di Pasar Modal
dimaksud dalam UU OJK pasal 49 angka 1 dan UUPM pasal 101 ayat 2:
Selain itu berdasarkan pasal 101 UUPM, penyidik PNS sebagaimana dimaksud
Indonesia)
non litigasi dengan perantara lembaga arbitrase. Pasar Modal sendiri mempunyai
lembaga arbitrase yaitu BAPMI (Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia). Namun
hanya masalah - masalah keperdataan saja yang dapat diselesaikan melalui BAPMI.
kegiatan di Pasar Modal maka pengadilanlah yang mempunyai wewenang dan OJK
buktinya akan dikembalikan kepada OJK untuk dilengkapi lagi dan apabila sudah
Pada pasal 105 UUPM di katakana bahwa penyidik PNS harus menyampaikan
11
kepada penuntut umum agar tidak bertentangan dengan dengan Kitab Undang -
Undang Hukum Acara Pidana. Ada satu permasalahan yang muncul ketika ada
orang yang melaporkan kasus pelanggaran Pasar Modal ini kepada pengadilan lalu
Pada pasal 101 ayat 6 beserta penjelasannya dapat kita ketahui bahwa
agung, departemen kehakiman, dirjend imigrasi. Dapat kita ketahui bahwa ada azas
lex specialis de rogat lex generalis. Di mana karena adanya UUPM yang mengatur
lebih khusus dari KUHPidana maka kita mengacu pada ketentuan UUPM.
tidak mempunyai kewenangan untuk menyelesaikannya. Maka OJK lah yang akan
bertindak dalam hal ini sesuai dengan ketentuan hukum yang ada.
Pasar Modal dan juga tata cara penyidikan serta penyelidikan, maka dapat kita
kaitkan dengan pemidanaan dari beberapa kasus Pasar modal yang terjadi di
Indonesia. Ternyata banyak kasus yang tidak masuk dalam ranah pengadilan dan
administratif dan denda. Jika itu terjadi masuk dalam persidangan hukumannya pun
ringan. Dalam hal ini penulis tertarik mengangkat kasus Pasar Modal dalam
kejahatan Pasar Modal itu sendiri serta sudah seberapa efektif penanganan kasus
Dalam penulisan ini dan dilatar belakangi dari uraian diatas maka penulis
mencoba meneliti dan mengkaitkan kasus katagori Pasar Modal yang sudah masuk
ranah pengadilan dan oleh penuntut Umum didakwa berdasarkan surat dakwaan
sebagai berikut :
bertempat di PT. Yulie Sekuritas Indonesia Tbk di Plaza Asia Lt.5 Jalan
atau mengelabui pihak lain, telah melakukan atau turut serta melakukan
pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk membeli
Atau
Atau
Atau
pidana Pasal 372 KUHP jo pasal 55 ayat 1 ke- 1 KUHP dalam Dakwaan
Ketiga
mengenai tindak pidana dalam Pasar Modal serta penegakan hukumnya dengan
meneliti lebih lanjut dalam sebuah Skripsi dengan Judul : Tinjauan Yuridis
B. Rumusan Masalah
200/Pid.Sus/2019/PN.Jkt.Sel ?
C. Tujuan Penelitian
Penulisan penelitian ini memiliki tujuan yang akan dicapai oleh penulis,
sehingga penulisan ini akan lebih terarah dan tepat sasaran.14 Tujuan utama yang
14
Maria S.W Sumardjono, Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian, Yogyakarta: Raja
Grafindo Persada, 1989, hlm. 23.
15
hendak dicapai oleh Peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
200/Pid.Sus/2019/PN.Jkt.Sel;
Tahun 1995 Tentang Pasar Modal apakah sudah memenuhi rasa keadilan.
D. Manfaat Penelitian
berikut:
1. Secara Teoritis
2. Secara Praktis
tindak pidana Pasar Modal agar pelaku tindak pidana tersebut, yang
16
luas serta penegak hukum bahwa kejahatan dalam pasar modal perlu
E. Kerangka Teori
kepastian yang dicapai “oleh karena hukum”. Dalam tugas itu tersimpul dua tugas
lain yakni hukum harus menjamin keadilan maupun hukum harus tetap berguna.
Ada 2 (dua) macam pengertian “kepastian hukum” yaitu kepastian oleh karena
hukum dan kepastian dalam atau dari hukum. Kepastian dalam hukum tercapai
atau kaidah umum yang berlaku secara umum, serta mengakibatkan bahwa tugas
hukum umum untuk mencapai kepastian hukum (demi adanya ketertiban dan
keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia). Hal ini dilakukan agar terciptanya suasana
yang aman dan tentram dalam masyarakat luas dan ditegakkannya serta
bahwa hakim tidak hanya bertanggung jawab secara hukum atas putusan yang ia
pidana”17
F. Orisinalitas Penelitian
Tabel 1.1 Data Penelitian dan Hasil Penelitian Oleh Beberapa Akademisi
15 Muhamad Erwin, Filsafat Hukum: Refleksi krisis terhadap hukum, Jakarta: PT. Raja
Hakim Pengawas dan Pengamat Dalam Sistem Peradilan Pidana Indonesia: Tinjauan Studi Socio-
Legal” Jurnal Sang Pencerah, Volume 6 Issue 2, 2020.
18
2. Menjelaskan
pembinaan dan
pengawasan oleh
Otoritas Jasa
Keuangan (OJK)
terhadap emiten dan
pelaku praktik insider
trading pada pasar
modal di Indonesia.
Eti Kumala Putri, 2021 Perlindungan Hukum 1. Menjelaskan fungsi
Universitas Hasanuddin Terhadap Investor Pasar larangan praktik
Modal Dari Praktik perdagangan orang
Perdagangan Orang (insider trading)
Dalam (Insider Trading) dalam pasar modal
Indonesia.
2. Menjelaskan
tanggung jawab
Otoritas Jasa
Keungan dan Emiten
terkait perdagangan
orang dalam (insider
trading
Anna Herlinda, 2021 Tinjauan Yuridis 1. Menjelaskan
Universitas Internasional Terhadap Perjanjian pengaturan
Batam Nominee (Nominee kedudukanhukum dari
Agreement) Dalam perjanjian nominee
Kepemilikan Saham dalam konstelasi
Pada Perseroan Terbatas hukum positif di
Bentuk Penanaman Indonesia.
Modal Asing di 2. Menjelaskan factor-
Indonesia faktor yang
mendorong timbulnya
praktik perjanjian
nominee dalam
persoroan terbatas
penanaman modal
asing.
3. Menjelaskan akibat
hokum terhadap
perseroan terbatas
19
bentuk Penanaman
Modal Asing (PT.
PMA) yang
menerapkan
perjanjian nominee
G. Sistimatika Penulisan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
3. Secara Teoritis
4. Secara Praktis
E. Kerangka Teori
F. Orisilnalitas Penelitian
G. Sistematika Penulisan
A. Jenis Penelitian
B. Spesifikasi Penelitian
D. Lokasi Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
(yuridis normatif). Kejahatan atau perbuatan jahat dapat diartikan secara yuridis
atau kriminologis. Kejahatan atau perbuatan jahat dalam arti yuridis normatif
harus dihindari dan barang siapa melanggarnya maka akandikenakan pidana. Jadi
melawan hukum, yang patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan. Orang
18
Tri Andrisman, Hukum Pidana Asas-Asas dan Dasar Aturan Umum Hukum Pidana
Indonesia, : Bandar Lampung, Unila, 2011.hlm. 69
19
P.A.F.Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung :.PT. Citra Adityta
Bakti. 1996. hlm.7
21
22
pidana adalah hasil dari faktor-faktor yang beraneka ragam dan bermacam-
macam. dan bahwa faktor-faktor itu dan untuk selanjutnya tidak bisa disusun
perkataan lain, untuk menerangkan kelakuan kriminal memang tidak ada teori
ilmiah.21 Tujuan hukum yang mendekati realistis adalah kepastian hukum dan
sekiranya dapat dikemukakan bahwa "summum ius, summa injuria, summa lex,
summa crux" yang artinya adalah hukum yang keras dapat melukai, kecuali
merupakan tujuan hukum satu-satunya akan tetapi tujuan hukum yang paling
sosial-etis yang baik pada warga negara, maka tidak ada harapan untuk tercapai
20Andi Hamzah.. Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana. Ghalia Indonesia,
Jakarta:.2001.hlm. 22.
21 Hari Saherodji, Pokok-Pokok Kriminologi, Bandung, Bandung : Aksara Baru, 1980
hlm.12
22
Oksidelfa Yanto, Kepastian, Keadilan dan Kemamfaatan Hukum, Bandung, Pustaka
Reka Cipta, 2020, hlm.28.
23
Pada hakikatnya, setiap perbuatan pidana harus terdiri dari unsur unsur
c UUPM adalah membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material
atau tidak mengungkapkan fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak
menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan
atau Pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi Pihak lain untuk membeli atau
menjual Efek. Larangan ini ditujukan pada semua pihak yang terlibat dalam
perdagangan efek, bahkan turut serta malakukan penipuan pun termasuk dalam
ketentuan ini23. Sebuah perbuatan tidak bisa begitu saja dikatakan perbuatan
pidana. Harus diketahui apa saja unsur atau ciri dari perbuatan pidana itu sendiri.
Ada banyak rumusan terkait unsur-unsur dari perbutan pidana. Setiap sarjana
hukum), aan schuld te wijten (telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak
(dilakukan oleh seseorang yang mampu bertanggung jawab), dan adanya schuld
Penyelenggaraan Pasar Modal Di Indonesia” Jurnal Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016
24
P.A.F. Lamintang, , Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung :PT Citra Aditya
Bakti, 1997, hlm. 193.
24
empat hal pokok dalam perbuatan pidana. Seperti yang terlihat dalam definisinya
sendiri. Perbuatan pidana adalah perbuatan manusia yang termasuk dalam ruang
lingkup rumusan delik, bersifat melawan hukum, dan dapat dicela. Perbuatan
rumusan delik, Wederrechtjek (melanggar hukum), dan dapat dicela 26Tidak jauh
perbuatan pidana terdiri dari lima elemen. Yaitu kelakuan dan akibat (perbuatan),
Hal ikhwal atau keadaan yang menyertai perbuatan, keadaan tambahan yang
memberatkan pidana, unsur melawan hukum yang subjektif, dan unsur melawan
hukum yang objektif.27 Semua rumusan di atas dapat kita lihat bahwa ada
beberapa kriteria yang satu atau dua bahkan semua sarjana menyebutkannya.
Pertama, unsur melanggar hukum yang disebutkan oleh seluruh sarjana. Kedua,
25
C. S. T. Kansil & Christine S. T. Kansil, 2004, Pokok-Pokok Hukum Pidana, Cetakan
I, Pradnya Paramita, Jakarta, hlm. 37.
26
Schaffmeister, Keijzer, dan Sutoris, Hukum Pidana, Yokyakarta : LIBERTY, 1995,
hlm. 27.
27
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Rieneka Cipta, 2008, hlm, 69.
25
tidak saja een doen (melakukan sesuatu) namun juga een nalaten atau
yaitu kepemilikan.
28
P.A.F Lamintang, Op. Cit., hlm. 183.
29
C. S. T. Kansil & Christine S. T. Kansil, Log. Cit
30
Schaffmeister, Keijzer, dan Sutoris, Op. Cit., hlm. 33.
31
Ibid , hlm. 39.
26
3) Sifat melawan hukum umum Sifat ini sama dengan sifat melawan
apakah ia telah mendapat izin dari si pemilik atau tidak. Selain itu,
yang berarti perbuatan atau perkataan tidak jujur menyesatkan, mengakali atau
diri sendiri atau orang lain secara melawan hokum dengan memakai nama palsu,
pidana tidak disebabkan oleh satu faktor saja yang berdiri sendiri, sebagaimana
yang dikemukakan oleh Sutherland bahwa: “Tindak pidana adalah hasil dari
faktor itu dan untuk selanjutnya tidak bisa disusun menurut ketentuan yang
32
Moeljatno, Op. Cit., hlm, 68.
33
Leden Marpaung. Proses Penanganan Perkara Pidana, Jakarta : Sinar. Grafika, 1992.
hlm. 295.
34
Soehandi, Kamus Populer Kepolisian Semarang: Koperasi Wira Raharja, Pokok-pokok
Kriminologi. Jakarta : PT. Ghalia Indonesia, 2009, hlm. 29.
28
berlaku umum tanpa ada pengecualian atau dengan perkataan lain, untuk
kata dasar penipuan yaitu tipu adalah perbuatan atau perkataan yang tidak jujur
atau mencari untung. Sedangkan penipuan adalah proses, perbuatan, cara menipu.
memiliki beberapa bentuk, baik berupa perkataan bohong atau berupa perbuatan
yang dengan maksud untuk mencari keuntungan sendiri dari orang lain. Dalam
tesebut yaitu:
atau cara-cara :
35
Hari Saherodji, Loc.Cit hlm. 20.
29
diserahkan oleh yang punya dengan jalan tipu muslihat. Barang yang
lain tanpa hak. Darimaksud itu ternyata bahwa tujuannya adalah untuk
maka seseorang baru dapat dikatakan telah melakukan tindak pidana penipuan
sebagai mana dimaksud dalam Pasal 378 KUHP, apabila unsur-unsur yang
36
Cansil dan Cristhine Cansil, Pokok-Pokok Hukum Pidana, Jakarta: Pradnya Paramita,
2007. Hlm, 30.
30
disebut di dalam Pasal tersebut telah terpenuhi, maka pelaku tindak pidana
penipuan tersebut dapat dijatuhi pidana sesuai perbutannya. Pada sudut teoritik
pada jawaban lisan salah satu hakim bahwa tujuan pidana tidak lagi pembalasan
tetapi bervariasi hingga terdapat benang merah seperti penjeraan (residivis) dan
reintegrasi.37.
menyebut jenis kejahatan yang di dalam buku II Bab XXIV Kitab Undang-
bernama penggelapan ini diatur dalam Pasal 372. Banyak unsur- unsur yang
menyeruapi delik pencurian, hanya saja beradanya barang yang dimaksud untuk
37 Muhamad Rezky Pahlawan, Chessa Ario Jani Purnomo, “Problematika Fungsi Hakim
Pengawas dan Pengamat Dalam Sistem Peradilan Pidana Indonesia: Tinjauan Studi Socio-Legal”
Juornal Sang Pencerah, Volume 6 Issue 2, 2020.
38
Tongat, Hukum Pidana Materiil, Malang, UMM Press, 2006, hlm. 57.
31
Perbedaan antara pencurian dan penggelapan terletak pada siapa yang secara nyata
sudah berada dalam kekuasaan hukum dan kekuasaan nyata pelaku. Pengambilan
”Barang yang ada dalam kekuasaannya” adalah barang yang dikuasai oleh pelaku,
tidak perduli apakah dikuasai olehnya sendiri atau oleh orang lain, termasuk juga
barang yang dipercayakan olehnya kepada orang lain yang menyimpan barang itu
langsunng dan nyata dengan barang itu. Beradanya barang ditangan pelaku yang
bukan karena kejahatan itu misalnya semula pelaku dititipi untuk diangkut,
berbeda dari pada maksud keberadaan barang itu ditangannya, melainkan menjadi
kerja tertentu, ada masalah upah, dan penggelapan ringan jika nilai obyeknya
maksimal Rp. 250,- kecuali itu seperti halnya pencurian terdapat juga penggelapan
dalam keluarga.39
beberapa pasal yaitu Pasal 372 KUHP sampai dengan Pasal 377 KUHP
Pasal 372 Barang siapa dengan sengaja dan dengan melawan hukum
39
Ibid, hlm. 60.
32
memiliki barang, yang sama sekali atau sebagian kepunyaan orang lain,
diterangkan pada Pasal 372, bilamana yang digelapkan itu bukan ternak
dan harganya tidak lebih dari dua ratus lima puluh ribu rupiah, dihukum
barang itu karena jabatannya sendiri atau karena pekerjaannya atau karena
terhadap barang yang ada pada mereka karena jabatan mereka tersebut
Berdasarkan dari sekian banyak Pasal tersebut diatas, maka tindak pidana
40
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Harta Benda, Jakarta :Bayu Media, 2006 hlm.70
41
8 P.A.F. Lamintang, Kejahatan Terhadap Harta kekayaan, Jakarta : Sinar Grafika,
2009, hlm. 133.
33
dalam mendap
terhadap ternak ataupun nilainya tidak lebih dari dua ratus lima
barang khusus.
tersebut diatur dalam Pasal 374 KUHP. Dalam Pasal 374 KUHP
ini tersimpul dalam Pasal 376 KUHP yang mengacu pada Pasal
penggelapan jabatan ini diatur dalam Pasal 415 dan Pasal 417
merupakan pendapat para ahli mengenai pasar modal: Menurut Sunariyah: “Pasar
serta seluruh surat-surat berharga yang beredar. Sedangkan dalam arti sempit
pasar modal adalah suatu pasar (tempat berupa gedung) yang disiapkan untuk
lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek. 43 Menurut Marzuki
instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik itu menurut modal sendiri
(stock) maupun hutang (bonds), baik yang diterbitkan oleh pemerintah (public
dan Hadi: “Pasar modal adalah tempat dimana berbagi pihak khususnya
perusahaan menjual saham dan obligasi dengan tujuan dari hasil penjualan
42
Undang-undang tentang Pasar Modal, UU no 8 tahun 1995, Lembaran Negara No 64
tahun 1995, Tambahan Lembaran Negara no. 3608
43
Sunariyah,Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Yogyakarta : UPP STIM YKPN,
2011, hlm, 4.
44
Marzuki Usman, Pasar Modal dan Pengembangan Dunia Usaha,1997, hlm. 11.
36
pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dengan pihak yang memerlukan
dana (perusahaan) dengan cara memperjual belikan sekuritas baik berupa saham,
obligasi, maupun jenis surat berharga lainnya melalui jasa perantara perdagangan
efek.
lembaga ini memiliki daya tarik, tidak saja hanya bagi pihak yang memerlukan
dana (borrowes) dan pihak yang meminjamkan dana (lenders) tetapi juga
(sekuritas) baik surat tanda hutang (obligasi dan bonds) maupun surat
45
Irham Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi, Teori Portofolio Dan Analisis Investasi: Teori dan
Soal Jawab, Bandung : Alfabeta, 2011, hlm, 41.
46
Budi Untung, Hukum Bisnis Pasar Modal, Yogyakarta, Andi, 2010, hlm. 10.
37
terjadi.
lebih sempit pasar modal berfungsi sebagai sumber dana jangka panjang,
divestasi.
jangka panjang. Dewasa ini instrumen yang ada pada pasar modal terdiri oleh
saham, obligasi dan sertifikat lainnya. Sekuritas yang diperdagangkan pada bursa
1) Saham (Stock)
a. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, saham
terdiri dari:
47
Pandji Anoraga, dan Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal, Jakarta : PT. Rineka Cipta,
2001, hlm, 36.
48
Darmadji Tjipto dan Hendry M Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia, Jakarta :
Salemba Emapat, 2001, hlm. 5.
49
Musdalifa, Sri Mintari, Maryam Nadir, Manajemen Investasi, Fundamental, Teknikal,
Perilaku Investor, dan Return Saham, , Yogyakarta : Deepublish, 2015, hlm, 77.
39
biasa adalah :
laba, kedua, memiliki hak suara (one share one vote) ketiga, hak
perusahaan dilikuidasi.
membayar dividen.53
51
Musdalifa, Sri Mintari, Maryam Nadir, Opcit, hlm, 77.
52
Sri Hermuningsih, Op.Cit, hlm, 79.
53
Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah, UIN-MALIKI PRESS, 2010,
hlm,71.
42
mementingkan potensi.
emiten.
sehari-hari kegiatan pasar modal dilakukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal
43
yang selanjut disebut dengan BAPEPAM yang berada dibawah dan bertanggung
1995 pasal 3 ayat 1 mengatur kewenangan dan tugas dari BAPEPAM sebagai: a.
dilakukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal yang selanjut disebut dengan
1) Lembaga Pembina
2) Lembaga Pengatur
3) Lembaga Pengawas
mewujudkan terciptanya pasar modal yang teratur, wajar dan efesien serta
pasar modal merupakan sumber pembiayaan dunia usaha dan sebagai wahana
investasi bagi para pemodal yang memiliki peranan yang strategis untuk
54
Pasal 3,Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
44
untuk membina, mengatur dan mengawasi setiap pihak yang melakukan kegiatan
baik yang bersifat prventif maupun secara refresif. 55 Sementara itu, pelaksanaan
pengarahan.
sanksi-sanksi.
1) Fungsi Rule Making. Dalam hal ini otoritas pengawas dapat membuat
kewenangan legislatif.
55
Abdul R Salim, Hukum Bisnis dan Perusahaan, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,
2011, hlm. 217.
45
modal yakni:
(2) Perdagangan efek mengambil tempat yang telah ditentukan, pada hari-
56
Tavinayati, Yulia Qamariyanti, Hukum Pasar Modal di Indonesia, Jakarta: Sinar
Grafika, 2009, hlm. 12.
46
atau kedua-duanya.57
1) Kustodian
Lembaga yang meberikan jasa penitipan efek dan harta lainnya berkaitan
57
Budi Untung, Opcit, hlm. 77.
58
Tavinayati, Yulia Qamariyanti, Opcit, hlm. 29.
47
karena itu, keberadaan biro ini sangat diperlukan dalam kegiatan pasar
59
Abdul R Salim, Hukum Bisnis dan Perusahaan, Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group, 2011, hlm. 225.
60
Budi Untung, Opcit, hlm. 77.
48
emiten.
3) Wali Amanat
amanat wajib memberi ganti rugi kepada pemegang efek bersifat utang
61
Abdul R Salim, Opcit, hlm. 225.
62
Ibid, hlm. 226.
63 M. Irsan Nasarudin, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada
3. Penasihat Investasi
efek, jual beli efek, dan pengelolaan portofolio. Selain itu, penasihat
64
Abdul R Salim, Opcit, hlm. 226.
50
3) Struktur modal
umumnya.65
4. Lembaga Pemeringkat
5. Penanggung
65
Ibid, hlm. 227.
66
M. Irsan Nasarudin,Opcit, hlm. 88.
51
kembali jumlah pokok dan bunga emisi obligasi atau sekuritas kredit
obliigasi
67
Sawidji Widoatmodjo, Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 20, hlm. 45.
52
para pelaku pasar modal. Profesi penunjang pasar modal ynag dimaksud meliputi:
Pengertian dan fungsi dari pada profesi penunjang pasar modal secara umum
1) Akuntan Publik
adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari menteri dan terdaftar
itu, dalam kaitannya dengan pasar modal akuntan publik berperan sebagai
68
Budi Untung, Hukum Bisnis Pasar Modal, Yogyakarta: ANDI Offset, 2011) h. 85
69
Abdul R Salim, Hukum Bisnis dan Perusahaan, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,
2011, h. 228
53
atau kekurangan.
(3) Adverse Opinion (pendapat tidak setuju). Dalam hal ini akuntan
emiten, bursa efek, LKP dan LPP, dan pihak lain yang melakukan
peraturan pelaksananya.
70
Tavinayati, Yulia Qamariyanti, Hukum Pasar Modal di Indonesia, ,Jakarta: Sinar
Grafika, 2009, hlm. 32.
55
2. Konsultan Hukum
lembaga ini dilakukan oleh emiten. Konsultan hukum antara lain harus
3. Perusahaan Penilai
disetor, maka surpus ini tidak dimasukkan dalam neraca, akan tetapi
71
Budi Untung, Opcit, hlm. 89-90.
72
Abdul R Salim, Opcit, hlm. 229.
57
UPM yang efektif mula I berlaku tanggal 1 Januari 1996 telah secara
tegas mengatur beberapa aktivitas di bidang Pasar Modal yang dapat diancam
perbuatan dibidang Pasar Modal yang dapat di ancam dengan hukuman pidana
antara lain tindakan Penipuan, Manipulasi Pasar dan Perdagangan Orang Dalam.
Berikut ini adalah penjabaran mengenai kegiatan di bidang Pasar Modal yang
Dalam Pasal 90
Dalam kegiatan perdagangan Efek, setiap Pihak dilarang secara langsung atau tidak
langsung:
73 Tavinayati, Yulia Qamariyanti, Hukum Pasar Modal di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika,
2009 h. 37
58
a. Menipu atau mengelabui Pihak lain dengan menggunakan sarana dan atau
cara apa pun;
b. Turut serta menipu atau mengelabui Pihak lain; dan
c. Membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak
mengungkapkan fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak
menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat
dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk
diri sendiri atau Pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi Pihak lain
untuk membeli atau menjual Efek.
Dalam Pasal 91
Setiap Pihak dilarang melakukan tindakan, baik langsung maupun tidak langsung,
dengan tujuan untuk menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai
kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga Efek di Bursa Efek.
Dalam Pasal 92
Dalam Pasal 93
Setiap Pihak dilarang, dengan cara apa pun, membuat pernyataan atau memberikan
keterangan yang secara material tidak benar atau menyesatkan sehingga
mempengaruhi harga Efek di Bursa Efek apabila pada saat pernyataan dibuat atau
keterangan diberikan:
Dalam Pasal 94
Dalam Pasal 95
Orang dalam dari Emiten atau Perusahaan Publik yang mempunyai informasi orang
dalam dilarang melakukan pembelian atau penjualan atas Efek:
Dalam Pasal 96
Dalam Pasal 97
1. Setiap Pihak yang berusaha untuk memperoleh informasi orang dalam dari
orang dalam secara melawan hukum dan kemudian memperolehnya
dikenakan larangan yang sama dengan larangan yang berlaku bagi orang
dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 dan Pasal 96.
2. Setiap Pihak yang berusaha untuk memperoleh informasi orang dalam dan
kemudian memperolehnya tanpa melawan hukum tidak dikenakan larangan
yang berlaku bagi orang dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 dan
Pasal 96, sepanjang informasi tersebut disediakan oleh Emiten atau
Perusahaan Publik tanpa pembatasan.
Dalam Pasal 98
Perusahaan Efek yang memiliki informasi orang dalam mengenai Emiten atau
Perusahaan Publik dilarang melakukan transaksi Efek Emiten atau Perusahaan
Publik tersebut, kecuali apabila:
Dalam Pasal 99
Bapepam dapat menetapkan transaksi Efek yang tidak termasuk transaksi Efek
yang dilarang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 dan Pasal 96.
2. Pemeriksaan
3. Penyidikan
4. Sanksi Administratif
5. Ketentuan Pidana
Setiap Pihak yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90,
Pasal 91, Pasal 92, Pasal 93, Pasal 95, Pasal 96, Pasal 97 ayat (1), dan Pasal 98
63
diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).
Dalam Pasal 105
Setiap Pihak yang dengan sengaja bertujuan menipu atau merugikan Pihak lain atau
menyesatkan Bapepam, menghilangkan, memusnahkan, menghapuskan,
mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, atau memalsukan catatan dari Pihak
yang memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran termasuk Emiten dan
Perusahaan Publik diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Dalam Pasal 108
Ancaman pidana penjara atau pidana kurungan dan denda sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 103, Pasal 104, Pasal 105, Pasal 106, dan Pasal 107 berlaku pula bagi
Pihak yang, baik langsung maupun tidak langsung, mempengaruhi Pihak lain untuk
melakukan pelanggaran Pasal-Pasal dimaksud.
Dalam Pasal 109
1. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 ayat (2), Pasal 105,
dan Pasal 109 adalah pelanggaran.
2. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 ayat (1), Pasal 104,
Pasal 106, dan Pasal 107 adalah kejahatan.
6. Ketentuan Lain-lain
Setiap Pihak yang menderita kerugian sebagai akibat dari pelanggaran atas Undang-
undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya dapat menuntut ganti rugi, baik
sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan Pihak lain yang memiliki tuntutan
yang serupa, terhadap Pihak atau Pihak-Pihak yang bertanggung jawab atas
pelanggaran tersebut.
Dalam Pasal 112
Bapepam dan Bank Indonesia wajib mengadakan konsultasi dan atau koordinasi
sesuai dengan fungsi masing-masing dalam mengawasi kegiatan Kustodian dan
Wali Amanat serta kegiatan lain yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang dilakukan oleh Bank Umum di Pasar Modal.
1. Kronologis
- Kasus ini bermula saat Jeje Yutrindo diam-diam menjadikan deposito Yulie
- Tindakan Jeje Yutrindo dia nilai mengandung unsur tindak pidana pasar
penggelapan dalam pasal 378 dan 371 yang menimbulkan kerugian bagi
Yutrindo Utomo.
Meskipun tidak lagi memiliki saham Yuli Sekuritas, Jeje Yutrindo Utama,
lanjut dia, ternyata mencairkan utang di Bank Mandiri untuk melunasi utang
2. Terdakwa
a. Terdakwa 1 : Luciana
Desember 2018
Maret 2019
2019
Maret 2019
03 Desember 2018
Maret 2019
3. Dakwaan
- Atau
- Atau
- Atau
4. Putusan
yang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain
diatur dan diancam pidana dalam pasal 372 KUHP jo pasal 55 ayat (1) Ke
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
hukum terkait Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM).
(statue approach) dan pendekatan kasus (case approach), Hal ini dikarenakan
merupakan titik fokus dari penelitian tersebut dan karena sifat hukum yang
mempunyai sifat hukum yang mempunyai ciri comprehensive, all inclusive dan
systematic.74
B. Spesifikasi Penelitian
74
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang:
Banyumedia Publishing, 2006, hlm. 57.
69
70
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
Modal (UUPM),
75
Soerjono Soekamto, Op.Cit, hlm. 32.
76
Johnny Ibrahim,Op.Cit, hlm. 141.
71
pemaparan penulisan hukum ini adalah studi dokumen (studi kepustakaan). Studi
dokumen adalah suatu alat pengumpulan bahan hukum yang dilakukan melalui
bahan hukum tertulis dengan menggunakan content analisys.77 Studi dokumen ini
a. Penyajian Data
Data yang dikumpulkan berupa data sekunder, yaitu data yang telah dalam
keadaan siap pakai, bentuk dan isinya telah disusun peneliti terlebih dahulu dan
sekunder dan data lain yang dapat dijadikan sebagai landasan untuk menganalisa
pokok permasalahan yang sedang diteliti. Tujuan dari studi kepustakaan adalah
untuk mengoptimalkan teori dan bahan yang berkaitan dalam menentukan arah dan
tujuan penelitian serta konsep-konsep dan bahan-bahan teoritis lain yang sesuai
b. Analisis Data
77
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta : Kencana, 2006, hlm, 21.
78
Soerdjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, 1994, Jakarta : Raja Grafindo, hlm,.37.
72
Setelah pengolahan data selesai, maka dilakukan analisis data. Setelah itu
bentuk penjelasan dan uraian kalimat yang mudah dibaca dan dimengerti untuk
bersifat khusus terhadap pokok bahasan yang diteliti, guna pembahasan pada bab-
bab selanjutnya.
dipergunakan sebagai dasar analisa hukum. Hal ini dapat dilihat dari definisi
Otoritas Jasa Keuangan, PP No.46 Tahun 1995 Tentang Tata Cara Pemeriksaan
dengan Efek.
- Penasihat Investasi adalah Pihak yang memberi nasihat kepada Pihak lain
jasa.
Emiten untuk menjual Efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang
73
dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli Efek
- Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga
investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari
Efek.
- Informasi atau Fakta Material adalah informasi atau fakta penting dan
mempengaruhi harga Efek pada Bursa Efek dan atau keputusan pemodal,
calon pemodal, atau Pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau
fakta tersebut.79
mengolah data dan atau keterangan lain yang dilakukan oleh Pemeriksa
kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena
kejahatan
sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama
piutang.81
80
Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 1995 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Dibidang
Pasar Modal
81
Kitab Undang-Unadang Hukum Pidana
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Anwar, Yusuf, Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi, Bandung,:
Alumni, 2005
Anwar, Jusuf, Penegakan Hukum Dan Pengawasan Pasar Modal Indonesia,,
Bandung,: Alumni, Seri Pasar Modal 2, 2008.
Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal, Jakarta : PT. Rineka
Cipta, 2001
Angkasa, Filsafat Hukum, Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman, 2010
,
Christine S. T. Kansil, C. S. T. Kansil &, Pokok-Pokok Hukum Pidana, Cetakan I,
Pradnya Paramita, Jakarta. 2004
Fajar, Mukti, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, Yogyakarta :
Pustaka Pelajar 2010.
Fuady, Munir,Bisnis Kotor: Anatomi Kejahatan Kerah Putih , Bandung :Citra
Adytia Bakti, 2004
Hadjon, Philipus M., Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia, Surabaya :
Bina Ilmu, 1987
Hamzah, Andi, Hukum Pidana Ekonomi ,Jakarta: Erlangga, 1983
Hamzah, Andi Perkembangan Hukum Pidana Khusus, Jakarta: Rineka Cipta, 1991
Hamzah, Andi,. Kejahatan Di Bidang Ekonomi (Economic Crimes), Jakarta:
Cahaya Prima Sentosa, 1991
Ibrahim, Johnny Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang:
Banyumedia Publishing, 2017.
Ilmar, Aminuddin, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia,Jakarta:, PT Kharisma
Putra Utama, Kencana, 2006.
J. E. Sahetapy, Analekta JES, Jakarta:, Buku Kompas, 2019.
75
76
2/Feb/2016.
Stinky Muhaling, Josina E. Londa, dan Firfja Baftim, “Penegakan Hukum Dan
Rezky Muhamad Pahlawan, dan Chessa Ario Jani Purnomo, “Problematika Fungsi
6 Issue 2, 2020.
Joudi Joseph Pangemanan “Tindak Pidana Penipuan Dalam Bidang Pasar Modal
Vol 4, No 2 (2015).
C. Perundang-undangan