Anda di halaman 1dari 14

TINDAK PIDANA PASAR MODAL

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Pidana Ekonomi dan Politik

Oleh:
Azis Ahmad Sodik, S.H
2190010026

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU


HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2020DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI........................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar Belakang .......................................................................................1

B. Rumusan Masalah...................................................................................2

C. Tujuan......................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................6

A. Bentuk Tindak Pidana Pasar Modal........................................................6

B. Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pasar Modal......................8

BAB III PENUTUP.............................................................................................13

A. Kesimpulan.............................................................................................13

B. Saran........................................................................................................13

B. Daftar Pustaka........................................................................................14
3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum berfungsi untuk menciptakan dan menjaga ketertiban serta
kedamaian di dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, terdapat adagium
“Ibi ius ubi Societas “(dimana ada masyarakat disitu ada hukum). Dalam
perkembangan hukum, dikenal dua jenis hukum yaitu: hukum privat dan hukum
publik. Hukum Privat mengatur hubungan antara orang perorangan, sedangkan
hukum publik mengatur hubungan antara negara dengan individu.
Perkembangan hukum berkaitan erat dengan perkembangan masyarakat.
Menurut mazhab Jerman, perkembangan hukum akan selalu tertinggal dari
perkembangan masyarakal. Perkembangan yang terjadi di dalam masyarakat,
menyebabkan pula perkembangan kebutuhan masyarakat terhadap hukum.
Kondisi demikian mendorong terjadinya perkembangan di bidang hukum privat
maupun hukum publik. Kegiatan yang pesat di bidang ekonomi misalnya,
menurut sebagian masyarakat menyebabkan peraturan yang ada di bidang
perekonomian tidak lagi dapat mengikuti dan mengakomodir kebutuhan hukum di
bidang ini, sehingga dibutuhkan aturan yang baru di bidang hukum ekonomi.
Marzuki Usman menyatakan pasar modal sebagai pelengkap di sektor
keuangan terhadap dua lembaga lainnya yaitu bank dan lembaga pembiayaan
(Anuraga, Pandji dan Piji Pakarti, 2001: 5). Pasar Modal merupakan tempat
dimana dunia perbankan dan asuransi meminjamkan dananya yang menganggur.
Dengan kata lain, Pasar Modal merupakan sarana moneter penghubung antara
pemilik modal (masyarakat atau investor) dengan peminjam dana (pengusaha atau
pihak emiten).
Keberadaan pasar modal menyebabkan semakin meningkatnya kegiatan
ekonomi, sebab kebutuhan keuangan (financial need) pelaku kegiatan ekonomi,
baik perusahaan-perusahaan swasta, individu maupun pemerintah dapat diperoleh
melalui pasar modal. Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal, selain dimuat sanksi perdata dan administrasi, juga dilengkapi dengan
sanksi pidana yang diatur dalam Bab XV tentang “Ketentuan Pidana” (Pasal
4

103- Pasal 110). Perumusan sanksi pidana dalam Undang-Undang ini


dimaksudkan untuk mengantisipasi pelanggaran hukum (tindak pidana) pasar
modal, baik yang berkualifikasi sebagai kejahatan, maupun pelanggaran.
Pasar modal merupakan sebuah instrument yang bertujuan untuk
menunjang pelaksaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
pemerataan, pertumbuhan, dan stabilitas ekonomi nasional kearah peningkatan
kesejahteraan rakyat. Guna mencapai tujuan tersebut, pasar modal mempunyai
peran strategis sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha, termasuk
usaha menengah dan kecil, sedangkan disisi lain pasar modal juga merupakan
wahana investasi bagi masyarakat. Dari penjelasan ini dapat diketahui bahwa
keberadaan Pasar Modal Indonesia memegang peranan yang sangat penting dalam
pembangunan perekonomian Indonesia, sehingga diatur dalam satu aturan khusus,
yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan berbagai
aturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK).
Pengaturan khusus ini bertujuan agar aktivitas di Pasar Modal dapat berjalan
konsisten dan taat asas bagi semua pelaku di pasar modal dan tidak terjadi
pelanggaran dan tindak pidana, sehingga apa yang menjadi tujuan pendirian pasar
modal dapat terwujud.
Permasalahan yang terdapat di dalam perekonomian di Indonesia
mengenai pasar modal, yaitu banyak pengusaha curang yang bisa memanfaatkan
kelemahan produk hukum ekonomi di Indonesia termasuk penyimpangan
terhadap Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Berdasarkan uraian singkat di atas, penulis tertarik untuk membuat makalah
dengan judul “Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pasar Modal di
Indonesia”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka yang menjadi permasalahan
dalam penulisan ini adalah:
1. Apasajakah jenis-jenis tindak pidana pasar modal yang terjadi di Indonesia?
2. Bagaimanakah penegakan hukum terhadap tindak pidana pasar modal di
Indonesia?
5

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis-jenis tindak pidana pasar modal yang terjadi di
Indnonesia
2. Untuk mengetahui penegakan hukum terhadap tindak pidana pasar modal di
Indonesia
6

BAB II
PEMBAHASAN

A. Bentuk Tindak Pidana Pasar Modal


Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal telah
mengatur berbagai bentuk pelanggaran dan tindakan pidana pasar modal berserta
sanksi bagi pelakunya. Perbuatan yang dilarang tersebut meliputi:
1. Penipuan, yaitu diatur dalam Pasal 90 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995,
bahwa dalam kegiatan perdagangan efek, setiap pihak dilarang secara
langsung atau tidak langsung:
a. Menipu atau mengelabui pihak lain dengan menggunakan sarana dan atau
cara apapun;
b. Turut serta menipu atau mengelabui pihak lain dan membuat pernyataan
tidak benar mengenai fakta yang materiil agar peryataan yang dibuat tidak
menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat peryataan dibuat
dengan maksud untuk menguntungkan atau mengindarkan kerugian untuk
diri sendiri atau pihak lain dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk
membeli atau menjual efek.
2. Manipulasi Pasar, diantaranya:
a. Menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai perdagangan,
keadaan pasar, atau harga efek (Pasar 91).
b. Rekayasa harga efek di bursa, yaitu apabila setiap pihak, baik sendiri-
sendiri maupun bersama-sama dengan pihak lain, melakukan 2 (dua)
transaksi Efek atau lebih, baik langsung maupun tidak langsung, sehingga
menyebabkan harga Efek di Bursa Efek tetap, naik, atau turun dengan
tujuan mempengaruhi Pihak lain untuk membeli, menjual, atau menahan
Efek (Pasal 92).
c. Memberikan peryataan atau keterangan tidak benar atau menyesatkan,
sehingga harga efek di bursa terpengaruh, yaitu setiap pihak dilarang
dengan cara apapun, membuat peryataan atau memberikan keterangan
yang secara material tidak benar atau menyesatkan, sehingga
7

mempengaruhi harga efek di bursa efek apabila pada saat peryataan dibuat
atau keterangan diberikan:
 Pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya mengetahui
bahwa peryataan atau keterangan tersebut secara material tidak benar
atau menyesatkan; atau
 Pihak yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam menentukan
kebenaran material dari peryataan atau keterangan tersebut.

3. Insider Trading
Insider trading adalah Perdagangan efek dengan mempergunakan
Informasi Orang Dalam (IOD). IOD adalah informasi material yang dimiliki
orang dalam yang belum tersedia untuk umum Undang-Undang No. 8 Tahun
1995, tidak memberikan batasan insider trading secara tegas. Transaksi yang
dilarang antara lain yaitu orang dalam dari emiten yang mempunyai informasi
orang dalam melakukan transaksi penjualan atau pembelian atas efek emiten
atau perusahaan lain yang melakukan transaksi dengan emiten atau
perusahaan publik yang bersangkutan.
Dengan demikian pokok permasalahan insider trading adalah
”informasi”. Orang dalam atau dikenal dengan “insider” adalah manajer,
pegawai atau pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik, pihak
yang karena kedudukan atau profesinya atau karena hubungan usahanya
dengan emiten atau perusahaan publik memungkinkannya mempunyai IOD,
termasuk pihak yang dalam 6 bulan terakhir tidak lagi menjadi orang-orang
tersebut. Sementara pihak lain yang dilarang melakukan insider trading
adalah mereka yang memperoleh IOD secara melawan hukum, sebagaimana
yang ditentukan dalam Pasal 97 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal, bahwa pihak yang berusaha untuk memperoleh IOD dari orang
dalam secara melawan hukum dan kemudian memperolehnya dikenakan
larangan yang sama dengan larangan yang berlaku bagi orang yang
sebagaimana dimaksud Pasal 95 dan Pasal 96.
Demikian juga perusahaan efek yang memiliki IOD, pegawai
Bapepam yang diberi tugas atau pihak lain yang ditunjuk oleh Bapepam
8

untuk melakukan pemeriksaan juga dilarang memanfaatkan untuk diri sendiri


atau pihak lain kecuali diperintahkan oleh UU lainnya (Pasal 98 ayat (4)).

4. Short Selling
Selain berbagai perbuatan yang dilarang di Pasar Modal di atas
banyak berkembang perbuatan pelanggaran dan tindak pidana yang lain yang
belum terjangkau oleh Undang-undang Pasar Modal, seperti “Short Selling”,
yaitu perdagangan efek pada pasar tidak normal atau jatuh, yang menjadikan
short selling sebagai perbuatan pidana adalah merusak atau menurunkan
harga efek, merusak atau menurunkan indeks harga saham yang secara
langsung dapat merubah kondisi perekonomian nasional.

5. Money laundering (Pencucian Uang)


Perlu dicermati bahwa pasar modal juga dapat dijadikan sebagai
lahan money laundering, baik melalui pembelian saham di transaksi bursa,
maupun akuisisi perusahaan terbuka serta manipulasi data keuangan
perusahaan terbuka. Dalam transaksi di pasar modal sulit diketahui asal usul
atau sumber pendanaan yang dijadikan alat bayar oleh pelaku pasar modal, ini
yang sulit untuk dilakukan pembuktian.

B. Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pasar Modal di Indonesia


Undang-Undang Nomor. 8 Tahun 1995, separti halnya KUHP, juga
membagi tindak pidana di bidang pasar modal menjadi dua macam, yaitu
kejahatan dan pelanggaran di bidang pasar modal.  Dari kasus-kasus pelanggaran 
perundang-undangan di atas, sebagaimana telah dijelaskan ketika membahas
tentang kejahatan pasar modal, bahwa selama ini belum ada satu kasuspun yang
penyelesaiannya melalui jalur kebijakan pidana, tetapi melalui penjatuhan sanksi
administrasi, yang penyelesaiannya dilakukan oleh dan di Bapepam.  Baru pada
tahun 2004 terdapat satu kasus tindak pidana pasar modal yang sudah sampai ke
pihak kejaksaan, dengan kata lain proses penyelesaiannya akan melalui sistem
peradilan pidana.
9

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995, meletakkan kebijakan kriminal


melalui hukum pidana terhadap tindak pidana pelanggaran pasar modal dalam
Pasal 103 ayat (2), yaitu pelanggaran Pasal 23,  Pasal 105, dan Pasal 109.
Pelanggaran pasar modal yang dimaksud dalam Pasal 103 ayat (2) adalah
pelanggaran terhadap Pasal 32 yaitu: seseorang yang melakukan kegiatan sebagai
wakil penjamin efek. Wakil perantara pedagang efek atau wakil menager inveatsi
tanpa mendapatkan izin Bapepam. Ancaman bagi pelaku adalah maksimum
pidana selama 1 (satu) tahun kurungan dan denda Rp. 1000.000.000.00.-(satu
milyar rupiah).
Pelanggaran pasar modal yang dimaksud dalam Pasal 105 adalah
pelanggaran Pasal 42 yang dilakukan oleh Manajer investasi, atau pihak
terafiliasinya, yaitu : menerima imbalan (dalam bentuk apapun), baik langsung
maupun tidak langsung yang dapat mempengaruhi manejer investasi itu untuk
membeli atau menjual efek untuk reksa dana. Ancaman pidana berupa pidana
kurungan maksimum 1 (satu) tahun kurungan dan denda Rp. 1.000.000.000.00.-
(satu milyar rupiah).
Pelanggaran yang dimaksud dalam Pasal 109 adalah perbuatan tidak
mematuhi atau menghambat pelaksanaan Pasal 100, yang berkaitan dengan
kewenangan Bapepam dalam melaksanakan pemeriksaan terhadap semua pihak
yang diduga atau terlibat dalam pelanggaran Undang-Undang Penanaman Modal.
Dianutnya pembagian delik atas dua macam yaitu delik kejahatan pasar
modal, dan delik pelanggaran pasar modal, menunjukkan bahwa Undang-Undang
Penanaman Modal mengikuti ketentuan yang terdapat dalam KUHP yang
merupakan hukum (ketentuan yang umum, di satu sisi, tetapi dalam ketentuan
mengenai sanksinya jauh berbeda. Di dalam KUHP untuk delik pelanggaran
tidaklah diancam dengan pidana kumulasi seperti dalam Undang-Undang
Penanaman Modal ini, tetapi hanya hukuman kurungan paling lama satu tahun,
sedangkan dalam Undang-Undang Penanaman Modal juga satu tahun kurungan
tetapi dikumulasikan dengan denda yang besar (1 milyar).
Hal ini tentu saja rasional, juga bila dilihat dari asas perundang-undangan
yang baik selalu memperhatikan antara korban dan sanksi yang seimbang. 
Walaupun selama ini dikenakan sanksi administrasi kepada pelaku tindak pidana
10

pasar modal, tetapi seperti pada tindak pidana pasar modal, alasan yang sama
telah dikemukakan di atas menjadi dasar untuk memberikan sanksi administrasi
tersebut.
Melihat penyelesaian terhadap kasus-kasus pelanggaran yang dilakukan
oleh Bapepam, Bapepam lebih cenderung menyelesaikan persoalan tersebut
dengan menggunakan jalur di luar pengadilan (non penal), akan tetapi apabila
pihak pelanggar tidak dapat menyelesaikan sanksi administratif yang telah
dijatuhkan, maka pihak Bapepam akan menyelesaikan kasus tersebut ke
pengadilan (penyelesaian secara penal).  Dapat dikatakan disini bahwa, pihak
Bapepam beranggapan bahwa hukum pidana tersebut sebagai senjata pamungkas
(Ultimum Remedium) di dalam penyelesaian kasus pelanggaran perundang-
undangan di pasar modal.
Kejahatan dan pelanggaran di pasar modal berupa penipuan, manipulasi
pasar dan Insider Trading. Bapepam adalah lembaga regulator dan pengawas
pasar modal, dipimpin oleh seorang ketua, dibantu seorang sekretaris, dan tujuh
orang kepala biro terdiri atas:
a. Biro perundang-undangan dan Bantuan Hukum
b. Biro Pemeriksaan dan Penyidikan
c. Biro Pengelolaan dan Riset
d. Biro Transaksi dan Lembaga Efek
e. Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Jasa
f. Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Riil.
g. Biro Standar dan Keterbukaan.

Bila terjadi pelanggaran perundang-undangan pasar modal atau ketentuan


di bidang pasar modal lainnya maka, Bapepam sebagai penyidik akan melakukan
pemeriksaan terhadap pihak yang melakukan pelanggaran tersebut, hingga bila
memang telah terbukti akan menetapkan sanksi kepada pelaku tersebut. Penetapan
sanksi akan diberikan atau diputuskan oleh ketua Bapepam setelah mendapat
masukan dari bagian pemeriksaan dan penyidikan Bapepam. Bila mereka yang
dikenai sanksi dapat menerima putusan tersebut. Maka pihak yang terkena sanksi
akan melaksanakan semua yang telah ditetapkan oleh Bapepam. Permasalahan
11

akan berlanjut bila sanksi yang telah ditetapkan tersebut tidak dapat diterima atau
tidak dilaksanakan, misalnya denda yang telah ditetapkan oleh Bapepam tidak
dipenuhi oleh pihak yang diduga telah melakukan pelanggaran, maka akan
dilanjutkan dengan tahap penuntutan, dengan menyerahkan kasus tersebut kepada
pihak Kejaksaan sebagai lembaga yang berwenang melakukan penuntutan.
Demikian pula dengan Bursa Efek, sebagai lembaga yang
menyelenggarakan pelaksanaan perdagangan efek, apabila di dalam melakukan
transaksi perdagangan efek menemukan suatu pelanggaran, yang berindikasi
adanya pelanggaran yang bersifat pidana, lembaga ini akan menyerahkan
pelanggaran tersebut kepada Bapepam untuk dilakukan pemeriksaan dan
penyidikan.
Kewenangan melakukan penyidikan terhadap setiap kasus (pelanggaran
peraturan perundangan pidana) bagi Bapepam, diberikan oleh KUHAP seperti
tercantum di dalam ketentuan Pasal 6 (ayat 1) huruf (b). yang menyebutkan:
“Penyidik adalah aparat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang
khusus oleh undang-undang.”
Tata cara pemeriksaan di bidang pasar modal dijelaskan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 46 tahun 1995. Bapepam akan melakukan pemeriksaan bila:
a. Ada laporan, pemberitahuan atau pengaduan dari pihak tentang adanya
pelanggaran peraturan perundang-undangan pasar modal;
b. Bila tidak dipenuhinya kewajiban oleh pihak-pihak yang memperoleh
perizinan, persetujuan atau dari pendaftaran dari Bapepam ataupun dari pihak
lain yang dipersyaratkan untuk menyampaikan laporan kepada Bapepam, dan;
c. Adanya petunjuk telah terjadinya pelanggaran perundang-undangan di bidang
pasar modal

Dalam melaksanakan fungsi pengawasan, menurut Undang-Undang


Penanaman Modal bertugas dalam pembinaan, pengaturan dan pengawasan
kegiatan-kegiatan pelaku ekonomi di pasar modal. Dalam melaksanakan berbagai
tugasnya ini, Bapepam memiliki fungsi antara lain, menyusun peraturan dan
menegakkan peraturan di bidang pasar modal, melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap pihak yang memperoleh izin, persetujuan dan pendaftaran
12

dari Bapepam dan pihak lain yang bergerak di bidang pasar modal, menyelesaikan
keberatan yang diajukan oleh pihak yang dikenakan sanksi oleh Bursa Efek,
lembaga kliring dan penjaminan, maupun lembaga penyimpanan dan
penyelesaian, dan lainnya.
Dengan berbagai fungsinya tersebut, Bapepam dapat mewujudkan tujuan
penciptaan kegiatan pasar modal yang teratur, dan efisien serta dapat melindungi
kepentingan pemodal dan masyarakat. Dalam melaksanakan fungsi penegakan
hukum, Bapepam bersikap proaktif bila terdapat indikasi pelanggaran peraturan
perundang-undangan pasar modal. Dengan melakukan pemeriksaan, dan atau
penyidikan, yang didasarkan kepada laporan atau pengaduan dari pelaku-pelaku
pasar modal, data tersebut dianlisis oleh Bapepam dan dari hasil tersebut dijadikan
konsumsi publik dengan melakukan pemberitaan melalui media massa.
Sejak tahun 1997, Bapepam melaksanakan press release secara berkala
kepada masyarakat, antara lain melalui media massa dan media internet. Presss
Release yang dikeluarkan oleh Bapepam, merupakan bentuk publikasi dan
pertanggungjawaban kepada masyarakat mengenai kondisi, dan keberadaan suatu
perusahaan, dan juga kebutuhan masyarakat akan informasi pasar modal lainnya
misalnya, bila ada kebijakan perundang-undangan yang baru dari Bapepam.
Selain itu pula, kebijakan untuk selalu membuat laporan kepada masyarakat
melalui press release ini adalah merupakan perwujudan dari prinsip kejujuran dan
keterbukaan (tranparansi) yang dianut oleh lembaga pengawas pasar modal ini.
13

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal telah
mengatur berbagai bentuk pelanggaran dan tindakan pidana pasar modal
berserta sanksi bagi pelakunya. Perbuatan yang dilarang tersebut meliputi
penipuan, manipulasi pasar, insider trading dan pencucian uang.
Penegakan hukum terhadap kejahatan dan pelanggaran di pasar
modal yang dilakukan oleh pelaku-pelaku ekonomi, hukum pidana jarang
digunakan dalam menyelesaikan kejahatan dan pelanggaran di pasar modal.
Penegakan hukum tersebut lebih banyak digunakan jalur non penal, yaitu
dengan menjatuhkan denda administrasi oleh Bapepam.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan penegakan
hukum terhadap tindak pidana di pasar modal harus ditingkatkan kembali.
Bapepam sebagai badan yang memiliki wewenang untuk menyusun
peraturan dan menegakkan peraturan di bidang pasar modal, melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap pihak yang memperoleh izin,
persetujuan dan pendaftaran dari Bapepam dan pihak lain yang bergerak di
bidang pasar modal, menyelesaikan keberatan yang diajukan oleh pihak
yang dikenakan sanksi oleh Bursa Efek, lembaga kliring dan penjaminan,
maupun sebagai lembaga penyimpanan dan penyelesaian permasalahan di
bidang pasar modal harus memaksimalkan dan mengoptimalkan kewenagan
yang dimilikinya demi menciptakan pasar modal yang sehat di Indonesia.
14

DAFTAR PUSTAKA

Irsan Nasarudin, M. dan Indra Surya, 2004, Aspek Hukum Pasar Modal


Indonesia, Prenada Media, Jakarta
Muladi, 1995, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang
Nawawi Arief, Barda. 1996. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Citra
Aditya Bakti, Bandung,
Pandji, Anuraga, dan Piji Pakarti, 2001, Pengantar Pasar Modal, Edisi
Revisi, Rineka Cipta, Jakarta
Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum, Sinar Baru, Bandung
Soerjono Soekanto, 1983, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan
Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

Anda mungkin juga menyukai