Anda di halaman 1dari 7

SALAM HORMAT , DENGAN INI SAYA MELAMPIRKAN JAWABAN DARI PERTANYAAN YANG TELAH

DIBERIKAN PADA TUGAS KE 3 INI:

NAMA : VERA VERONIKA


NIM : 042352024
MATA KULIAH : HUKUM BISNIS

1. Manipulasi pasar adalah tindakan menggembungkan atau menurunkan harga


instrumen keuangan secara artifisial atau memengaruhi perilaku pasar untuk
keuntungan pribadi. Tindakan manipulasi pasar dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Terdapat berbagai dampak buruk dari tindakan manipulasi pasar, tidak hanya
merugikan investor lain yang melakukan kegiatan investasi di pasar modal, bahkan
dapat mengganggu stabilitas ekonomi secara nasional. Apabila terdapat pihak yang
melakukan hal-hal tersebut di atas, maka diancam dengan pidana penjara paling lama
10 tahun dan denda paling banyak 15 miliar rupiah (Pasal 104 UU Pasar Modal).
a. Dari uraian pernyataan diatas analisislah tindakan manipulasi pasar
yang bagaimana yang dilarang, berikan pendapat saudara sesuaikan
dengan UU pasar modal yang berlaku!
Jawaban :

Kegiatan investasi bukan lagi hal yang awam bagi kebanyakan masyarakat
Indonesia, utamanya di Ibu kota Jakarta. Terutama di kalangan pekerja muda,
beberapa tahun belakangan semakin banyak anak muda yang berinvestasi di pasar
modal. Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan yang bisa
diperjualbelikan. Instrumen keuangan yang diperjualbelikan di pasar modal di
antaranya meliputi surat utang (obligasi), saham, reksadana, instrumen derivatif, dan
lainnya.
Berinvestasi di pasar modal membawa berbagai keuntungan, namun sama
halnya dengan melakukan jual-beli produk apapun lainnya terdapat berbagai risiko
yang dihadapi. Risiko tersebut dapat terjadi karena berbagai hal, termasuk adanya
pihak-pihak yang melakukan kecurangan sehingga merugikan pihak lainnya. Salah
satu kecurangan yang dapat terjadi dalam pasar modal adalah market manipulation
atau manipulasi pasar.
Manipulasi pasar adalah tindakan menggembungkan atau menurunkan harga
instrumen keuangan secara artifisial atau memengaruhi perilaku pasar untuk
keuntungan pribadi. Tindakan manipulasi pasar dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Terdapat berbagai dampak buruk dari tindakan manipulasi pasar, tidak hanya
merugikan investor lain yang melakukan kegiatan investasi di pasar modal, bahkan
dapat mengganggu stabilitas ekonomi secara nasional.

Oleh karena itu, Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
melarang tindakan manipulasi pasar dalam Pasal 91 hingga Pasal
93. Tindakan manipulasi pasar yang dilarang dalam UU Pasar Modal yaitu:
1. Tindakan, baik langsung maupun tidak langsung, dengan tujuan untuk menciptakan
gambaran semu atau menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar,
atau harga Efek di Bursa Efek
2. Melakukan 2 transaksi atau lebih, baik langsung maupun tidak langsung, sehingga
menyebabkan harga Efek di Bursa Efek tetap, naik, atau turun dengan tujuan
mempengaruhi pihak lain untuk membeli, menjual, atau menahan Efek
3. Membuat pernyataan atau memberikan keterangan yang secara material tidak benar
atau menyesatkan sehingga mempengaruhi harga Efek apabila pada saat pernyataan
dibuat atau keterangan diberikan:
a) Pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa pernyataan
atau keterangan tersebut secara material tidak benar atau menyesatkan; atau
b) Pihak yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam menentukan kebenaran
material dari pernyataan atau keterangan tersebut.
Apabila terdapat pihak yang melakukan hal-hal tersebut di atas, maka diancam
dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak 15 miliar rupiah
(Pasal 104 UU Pasar Modal). Salah satu contoh kasus manipulasi pasar yang pernah
terjadi adalah kasus transaksi saham PT Bank Pikko Tbk, dimana Benny
Tjokrosaputro pada tahun 1997 melakukan transaksi saham menggunakan 13 nama
berbeda sehingga harga sama Bank Pikko meningkat 20%, sehingga kemudian dapat
dijual dengan harga yang tinggi. Namun harga tinggi tersebut tidak mencerminkan
nilai sebenarnya saham tersebut. Ia dihukum untuk membayar keuntungan dan denda
senilai 1 miliar rupiah kepada kas negara.

b. Berikanlah suatu contoh dari manipulasi pasar tersebut!

Jawaban :

 Salah satu contoh dari kasus manipulasi harga yang terjadi menyangkut saham PT
great River Internasional, Tbk. Kasus transaksi perdagangan saham Great river itu
sendiri bermula dari adanya kecurigaan transaksi perdagangan saham PT Great River
Internasional Tbk oleh BEJ. Periode transaksi yang dicurigai sejak 5 Februari 2004
hingga 18 Mei 2004. Dari hasil pemeriksaan pada menit terakhir perdagangan
sehingga menyebabkan harga saham perseroan naik dari Rp 345,- per lembar menjadi
Rp 430,- per lembar. Berdasarkan BEJ ini diketahui terdapat 81 kali transaksi beli
yang mengakibatkan harga naik. Transaksi itu dilakukan

melalui sembilan anggota bursa dengan dua broker yang sangat mendominasi
perdagangan menurut data itu adalah PT Nikko Securites Indonesia dan PT
Ciptamahardika Mandiri. Nilai transaksi kedua broker ini mecapai 90% dari total
transaksi ketika itu atau terkesan adanya transaksi marking the close. Dari
pemeriksaan ini pula diketahui ada dua nasabah yang melakukan transaksi, sehingga
mendominasi transaksi perdagangan melalui Nikko dan Ciptamahardika. Adapun
nasabah itu menurut hasil pemeriksaan BEJ adalah melibatkan PT Kali Besar Asri dan
Ludvina Agustina.

 Kasus yang lainnya melibatkan kasus manipulsi atas perdagangan saham PT Dharma
Samudera Fishing Tbk (DSFI), dengan cara melakukan transaksi tanpa menyebabkan
terjadinya perubahan atas kepemilikan saham. Kasus ini bermula setelah adanya
perdagangan saham PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk periode bulan
Agustus 2002 yang tidak menyebabkan perubahan kepemilikan atas transaksi saham
dimaksud, dan penyalahgunaan dana serta Efek nasabah. Berkaitan dengan hal
tersebut Bapepam telah melakukan pemeriksaan terhadap beberapa pihak yang diduga
terlibat dan melakukan penelahaan atas dokumen yang berkaitan dengan transaksi
tersebut, dengan hasil beberapa pihak secara bersama- sama telah terbukti melakukan
perubahan kepemilikan atas saham tersebut. Tindakan tersebut dikategorikan sebagai
tindakan manipulasi pasar yang melanggar Pasal 91 dan Pasal 92 Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Untuk memperlancar manipulasi beberapa
Perusahaan Efek lainnya memfasilitasi dan membantu nasabah dalam melakukan
transaksi saham DSFI yang emngakibatkan terjadinya manipualsi pasar. Hal ini
melanggar Pasal 91 dan 92 Undang-Undnag Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal.
 Contoh manipulasi pasar yang pernah ditangani BAPEPAM lainnya dilakukan dalam
transaksi yang melibatkan saham PT Mas Murni Tbk (MAMI). Sayangnya dalam
transaksi saham MAMI ini BAPEPAM tidak menjelaskan bagaimana transaksi tersebut
sehingga terjai manipulasi. Padahal dengan mengetahui pola yang dilakukan akan
memberikan gambaran bagaimana kejahatan ini dilakukan sehingga memudahkan
orang untuk mengetahui dan menyelidikinya. Hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh
BAPEPAM mengenai transaksi atas saham MAMI tersebut adalah sebagi berikut:

a. Sdr. James RACHMAR Subekti telah melakukan transaksi saham MAMI tanggal
20 April 2000 baik secara langsung maupun tidak alngsung yang menciptakan
gambaran semu dan atau menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan,
keadaan pasar, atau harga efek di Bursa Efek Jakarta sehhingga menyebabkan
kenaikan harga saham MAMI yang tidak wajar.

b. PT Namalatu Ronesina telah melakukan transaksi saham MAMI berdasarkan


perintah ansabah, dimana PT Namalatu Ronesina tidak cukup hati-hati dalam
melaksanakan order nasabah sehingga transaksi tersebut menciptakan gambaran
semu.

c. PT Intifikasa Securindo telah melakukan transaksi saham MAMI berdasarkan


perintah nasabah, diamna PT Intifikasa Securindo tidak cukup hati-hati dalam
melaksanakan order nasabah sehingga transaksi tersebut menciptakan gambaran
semu. Seklain kedua perusahaan efek tersebut dalam transaksi atas saham MAMI
ini, BAPEPAM juga melakukan pemeriksaan atas sembilan perusahaan efek
lainnya yang diduga terlibat dalam transaksi tersebut.

Sumber referensi :
BMP EKMA4316 Hukum Bisnis.

2. Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang atau jasa yang dilakukan
dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha,
menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Persaingan produsen air minum
dalam kemasan (AMDK) khusunya di wilayah Jabodetabek tengah ramai dengan
kasus yang menyeret penguasa pasar PT Tirta Investama (terlapor I) dan
distributornya, PT Balina Agung Perkasa (terlapor II). Dalam kasus ini produsen
Aqua PT Tirta Investama diduga melanggar tiga pasal sekaligus, yaitu Pasal 15 ayat
(3), Pasal 19 dan Pasal 25 UU No. 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.

a. Coba saudara analisis dari uraian di atas menurut pendapat saudara


Persaingan Usaha Tidak Sehat dapat terjadi!.
Jawaban :

Persaingan produsen air minum dalam kemasan (AMDK)khusunya di wilayah


Jabodetabek tengah ramai dengan kasus yang menyeret penguasa pasar PT Tirta
Investama (terlapor I) dan distributornya, PT Balina Agung Perkasa (terlapor
II).Perkaranya tengah bergulir di Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang
terdaftar dengan nomor perkara
No.22/KPPU-L/2016. Dalam kasus ini produsen Aqua PT Tirta Investama diduga
melanggar tiga pasal sekaligus, yaitu Pasal 15 ayat (3) huruf b, Pasal 19 huruf a dan b
UU, serta Pasal 25 ayat (1) huruf a No. 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. “Aqua dituduh melarang outlet di Jabetabek untuk
menjual produk Le Minerale. Hal itu tertuang dalam surat perjanjian yang harus
disepakati oleh pedagang outlet. Pedagang ini yang ramai-ramai melapor ke KPPU,”
ujar Direktur Penindakan KPPU Gopprera Panggabean.Perkara ini bermula dari
laporan para pedagang ritel maupun eceranke Kantor KPPU pada September 2016.
Pedagang mengaku dihalangi oleh pihak PT Tirta Investama untuk menjual produk Le
Minerale yang diproduksi PT Tirta Fresindo Jaya (Mayora Group), yaitu Toko Cun
cun dilarang untuk menjual produk Le Minerale oleh distrubutor Aqua. Toko Cun cun
mengaku, sudah di wanti-wanti untuk tidak menjual Le minerale dan mengaku kerap
diancam akan diturunkan statusnya dan fasilitas alias degredasi dari semula Star
Outlet (SO) menjadi Wholesaler eceran terhadap pedagang yang menjual Le minerale.
Atas perbuatan itu, PT Tirta Fresindo Jaya ini melayangkan somasi terbuka
terhadap PT Tirta Investama di surat kabar pada 1 Oktober 2017. Somasi ini
selanjutnya ditanggapi oleh otoritas persaingan usaha.KPPU mengendus praktik
persaingan usaha tidak sehat dalam industri AMDK. Dari sidang-sidang diKPPU
diketahui bahwa tim investigator setidaknya memiliki tiga bukti. Salah satunya bukti
komunikasi berupa e-mail yang dilakukan oleh pegawai PT. Tirta Investama yaitu
Sulistyo Pramono dalam kapasitasnya sebagai Key Account Executive(KAE) kepada
Denny Lasut selaku Senior Sales Manager pada 17 Mei 2016 dan kepada M. Luthfi
selaku Depo PT. Tirta Investama Karawang dengan menggunakan e-mail pribadi
perusahaan. E-mail yang ditemukan tim investigator berjudul "Degradasi Star Outlet
(SO) Menjadi Wholesaler."
E-mail itu berisi sanksi yang diterapkan oleh terlapor II kepada Toko Cun cun
yang akan diturunkan statusnya dan fasilitas alias degradasi dari semula Star Outlet
(SO) menjadi Wholesaler eceran terhadap pedagang yang menjual Le minerale.
Menanggapi tuduhan itu kubu PT Tirta Investasma melalui kuasa hukumnya, Rikrik
Rizkiyana dari kantor hukum Assegaf Hamzah & Partners, mengatakan Aqua
berbisnissesuai undang- undang. Diakui memang ada hubungan antara perseroan
dengan terlapor II berupa prinsipal dan ditributor. Namun, Aqua tidak pernah
bersepakat menghambat kompetitor lain untuk bersaing di pasar yang sama. Sistem
distribusi Tirta Investasma menganut sistem jual putus kepada distributor, sehingga
ketika perusahaan menjual produk ke distributor independen, proses setelahnya bukan
menjadi domain Aqua.
Sementara itu kubu PT Balina Agung Perkasa, distributor Aqua, menganggap
e-mail kantor juga dapat digunakan untuk kepentingan
Sementara itu kubu PT Balina Agung Perkasa, distributor Aqua, menganggap
e-mail kantor juga dapat digunakan untuk kepentingan pribadi, sehingga bukti surat
elektronik tentang klausul penurunan level pedagang merupakan pertanggungjawaban
pribadi. Kuasa hukum PT Balina Agung Perkasa Ketut Widya mengatakan tugasnya
distributor adalah menjual produk, dan tidak seperti apa yang dituduhkan lewat
temuan surat elektronik.
KPPU merupakan lembaga Negarakomplementer (state auxiliary organ)9
yang mempunyai wewenang berdasarkanUndang-Undang No 5 Tahun 1999 untuk
melakukan penegakan hukum persaingan usaha.State auxiliary organ adalah lembaga
negara yang dibentuk diluar konstitusi dan merupakan lembaga yang membantu
pelaksanaan tugas lembaga negara pokok (Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif)10
yang sering juga disebut dengan lembaga independen semu negara (quasi).
Peran sebuah lembaga independen semu negara (quasi) menjadi penting
sebagai upaya responsif bagi negara-negara yang tengah transisi dari otoriterisme ke
demokrasi. Dengan pemberian kewenangan KPPU untuk menegakkan hukum dalam
bidang Persaingan Usaha, maka Majelis Komisi KPPU juga memiliki kewenangan
dan kewajiban yang sama seperti majelis hakim dalam Pengadilan Negeri. Akan tetapi
ada hal yang sedikit membedakan antara majelis komisi KPPU dan majelis hakim,
yakni dalam hal perspektif pertimbangan dalam memutus suatu perkara.Jika dalam
memutus perkara majelis komisi KPPU lebih melihat dalam sisi prespektif
ekonominya, sedangkan majelis hakim lebih melihat pada sisi prespektif sosiologis
dan hukumnya.
Selanjutnya, dalam memutus suatu perkara majelis komisi KPPU dalam
menangani perkara persaingan usaha pada tingkat peradilan pasti akan menggunakan
metode penemuan hukum, baik melalui metode penemuan hukum melalui metode
interpretasi atau melalui metode argumentasi. Selanjutnya, dalam perkara persaingan
usaha di atas, majelis komisi menggunakan metode penemuan hukum melalui metode
interpretasi gramatikal.Dengan menggunakan metode tersebut majelis komisi
mencoba menginterpretasikan hal-hal yang menjadi unsur-unsur dalam pasal yang
diduga dilanggar oleh Terlapor, kemudian di kaitkan dengan kegiatan yang dilakukan
oleh Terlapor. Dalam kasus tersebut, Terlapor I dan Terlapor II diduga melanggar :

 UU No. 5/1999, Pasal 15 ayat (3) huruf b yang berbunyi “Tidak akan membeli
barang dan atau jasa yang sama atau sejenis dari pelaku usaha lain yang menjadi
pesaing dari pelaku usaha pemasok”
 Pasal 19 huruf a dan b yang berbunyi “Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau
beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
berupa : (a). menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan
kegiatan usaha yang sama pada
pasar bersangkutan. Dan (b). menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha
pesaingnya untuk tidak melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya
itu.
 Pasal 25 ayat (1) huruf a yang berbunyi “Menetapkan syarat perdagangan guna
mencegah dan/atau menghalangi konsumen mendapatkan barang dan/atau jasa yang
bersaing, baik dari segi harga maupun kualitas”

Dari penjelasan kasus di atas dapat di analisa bahwa perbuatan yang


dilakukan oleh PT Tirta Investama selaku produsen Aqua dapat dikatakan
persaingan tidak sehat berkaitan dengan monopoli. Banyak toko yang
mengalami intimidasi dalam kasus ini. Ada sebanyak lima pemilik toko yang
selama bersaksi di sidang KPPU merasa dirugikan oleh PT Tirta Investama.
Sebagian besar mereka dipaksa untuk menandatangani pernyataan untuk tidak
menjual produk Le Minerale. Kebanyakan dari pemilik toko ini kecewa
lantaran ada ancaman dari PT Tirta Investama selaku produsen Aqua jika
mereka tetap menjual Le Minerale. Ancaman itu berupa penurunan status
dari Star Outlet (SO) menjadi wholesaler (eceran). Atas perbuatan tersebut,
PT Tirta Fresindo Jaya (produsen Le Mineral) sebagai pihak yang dirugikan
ini melayangkan somasi terbuka terhadap PT Tirta Investama PT Balina
Agung Perkasa sebagai distributor Aqua diduga juga terlibat dalam kasus ini.
PT Balina Agung Perkasa diduga bekerjasama dengan PT Tirta Investama
dalam pelanggaran persaingan usaha tidak sehat (monopoli) yaitu
melakukan pelarangan penjualan Le Mineral. Hal tersebut dibuktikan dengan
ditemukan sebuah E- mail antara PT Tirta Investama dan PT Balina
Agung Perkasa, E-mail yang ditemukan tersebut berjudul “Degradasi Star Outlet
(SO) Menjadi Wholesaler.” E- mail itu berisi sanksi yang diterapkan oleh PT
Balina Agung Perkasa kepada pedagang SO. Bahkan, PT Balina Agung
Perkasa disebut telah mengeksekusi sanksi tersebut kepada salah satu SO.
 UU yang Berlaku

Dalam kasus ini UU yang dikenai yakni Pasal 19 Huruf D Undang-Undang


Nomor 5 Tahun 1999.Dalam Pasal 19 Huruf D disebutkan “Pelaku usaha
dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama
pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli
dan atau persaingan usaha tidak sehat berupa melakukan praktek diskriminasi
terhadap pelaku usaha tertentu.”

b. Menurut saudara adakah dampak dari monopoli tersebut, jelaskan!

Ada. Adanya praktik monopoli ini, menurut Carol pihaknya sebagai


produsen tentu sangat dirugikan. Ia mengaku dengan adanya praktik ini
perkembangan penjualan Le Minerale sebagai salah satu produk air mineral
menjadi terhambat. "Praktik ini tentu merugikan bukan hanya produsen tetapi
juga pedagang. Dan ini sangat besar kerugian yang kami alami," ujarnya.Carol
enggan menyebutkan seberapa besar kerugian yang dialami oleh perusahaanya.
Tapi menurut dia, bisnis air mineral yang masuk dalam bisnis Fast Moving
Consumer Goods (FMCG) secara keseluruhanya membutuhkan dana
triliyunanrupiah.
Majelis KPPU memutuskan;
1. Menyatakan bahwa Terlapor I, dan Terlapor II terbukti secara
sahdan meyakinkan melanggar Pasal 15 ayat (3) huruf b dan Pasal
19huruf a dan b Undang Undang No.5 Tahun 1999
2. Menghukum Terlapor I denda sebesar Rp.13.845.450.000
(TigaBelas Miliar Delapan Ratus Empat Puluh Lima Juta Empat
RatusLima Puluh Ribu Rupiah) dan disetor ke Kas Negara sebagai
setoranpendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha
SatuanKerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank
Pemerintahdengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda
Pelanggarandi Bidang Persaingan Usaha);
3. Menghukum Terlapor II denda sebesar Rp.6.294.000.000 (Enam
Miliar Dua Ratus Sembilan Puluh Empat Juta Rupiah) dan disetor
ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran
dibidang persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas
PersainganUsaha melalui bank Pemerintah dengan kode
penerimaan 423755(Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang
Persaingan Usaha)
4. Bahwa setelah Terlapor I dan Terlapor II melakukan
pembayarandenda, maka salinan bukti pembayaran denda tersebut
dilaporkandan diserahkan ke KPPU

Jika dilihat dampak baik dan buruknya, maka lebih


banyak dampak buruk yang diakibatkan. Selain merugikan pihak
produsen lain, perusahaan pun akan terkena dampak buruk akibat
monopoli produk tersebut. Selain perusahaan dan para pelaku bisnis yang
dirugikan, konsumen akan terkena dampak buruk akibat praktik
monopoli tersebut. Jika monopoli tersebut terjadi. Konsumen harus
membeli dengan harga mahal dan tidak bisa membeli produk lain karena
yang tersedia di pasar hanyalah satu produk. Praktik monopoli akan
menciptakan ketidakseimbangan pasar. Jika Aqua mengalami
keterbatasan produksi, maka pasokan air minum akan sangat terganggu.
Seharusnya sebuah bisnis bisa menciptakan solusi bukan menciptakan
suatu masalah yang dampaknya akan menggangu pihak lain, terlebih
masyarakat yang harus merasakannya.
Sumber referensi :
BMP EKMA4316 Hukum Bisnis.

Anda mungkin juga menyukai