Kegiatan investasi bukan lagi hal yang awam bagi kebanyakan masyarakat
Indonesia, utamanya di Ibu kota Jakarta. Terutama di kalangan pekerja muda,
beberapa tahun belakangan semakin banyak anak muda yang berinvestasi di pasar
modal. Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan yang bisa
diperjualbelikan. Instrumen keuangan yang diperjualbelikan di pasar modal di
antaranya meliputi surat utang (obligasi), saham, reksadana, instrumen derivatif, dan
lainnya.
Berinvestasi di pasar modal membawa berbagai keuntungan, namun sama
halnya dengan melakukan jual-beli produk apapun lainnya terdapat berbagai risiko
yang dihadapi. Risiko tersebut dapat terjadi karena berbagai hal, termasuk adanya
pihak-pihak yang melakukan kecurangan sehingga merugikan pihak lainnya. Salah
satu kecurangan yang dapat terjadi dalam pasar modal adalah market manipulation
atau manipulasi pasar.
Manipulasi pasar adalah tindakan menggembungkan atau menurunkan harga
instrumen keuangan secara artifisial atau memengaruhi perilaku pasar untuk
keuntungan pribadi. Tindakan manipulasi pasar dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Terdapat berbagai dampak buruk dari tindakan manipulasi pasar, tidak hanya
merugikan investor lain yang melakukan kegiatan investasi di pasar modal, bahkan
dapat mengganggu stabilitas ekonomi secara nasional.
Oleh karena itu, Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
melarang tindakan manipulasi pasar dalam Pasal 91 hingga Pasal
93. Tindakan manipulasi pasar yang dilarang dalam UU Pasar Modal yaitu:
1. Tindakan, baik langsung maupun tidak langsung, dengan tujuan untuk menciptakan
gambaran semu atau menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar,
atau harga Efek di Bursa Efek
2. Melakukan 2 transaksi atau lebih, baik langsung maupun tidak langsung, sehingga
menyebabkan harga Efek di Bursa Efek tetap, naik, atau turun dengan tujuan
mempengaruhi pihak lain untuk membeli, menjual, atau menahan Efek
3. Membuat pernyataan atau memberikan keterangan yang secara material tidak benar
atau menyesatkan sehingga mempengaruhi harga Efek apabila pada saat pernyataan
dibuat atau keterangan diberikan:
a) Pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa pernyataan
atau keterangan tersebut secara material tidak benar atau menyesatkan; atau
b) Pihak yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam menentukan kebenaran
material dari pernyataan atau keterangan tersebut.
Apabila terdapat pihak yang melakukan hal-hal tersebut di atas, maka diancam
dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak 15 miliar rupiah
(Pasal 104 UU Pasar Modal). Salah satu contoh kasus manipulasi pasar yang pernah
terjadi adalah kasus transaksi saham PT Bank Pikko Tbk, dimana Benny
Tjokrosaputro pada tahun 1997 melakukan transaksi saham menggunakan 13 nama
berbeda sehingga harga sama Bank Pikko meningkat 20%, sehingga kemudian dapat
dijual dengan harga yang tinggi. Namun harga tinggi tersebut tidak mencerminkan
nilai sebenarnya saham tersebut. Ia dihukum untuk membayar keuntungan dan denda
senilai 1 miliar rupiah kepada kas negara.
Jawaban :
Salah satu contoh dari kasus manipulasi harga yang terjadi menyangkut saham PT
great River Internasional, Tbk. Kasus transaksi perdagangan saham Great river itu
sendiri bermula dari adanya kecurigaan transaksi perdagangan saham PT Great River
Internasional Tbk oleh BEJ. Periode transaksi yang dicurigai sejak 5 Februari 2004
hingga 18 Mei 2004. Dari hasil pemeriksaan pada menit terakhir perdagangan
sehingga menyebabkan harga saham perseroan naik dari Rp 345,- per lembar menjadi
Rp 430,- per lembar. Berdasarkan BEJ ini diketahui terdapat 81 kali transaksi beli
yang mengakibatkan harga naik. Transaksi itu dilakukan
melalui sembilan anggota bursa dengan dua broker yang sangat mendominasi
perdagangan menurut data itu adalah PT Nikko Securites Indonesia dan PT
Ciptamahardika Mandiri. Nilai transaksi kedua broker ini mecapai 90% dari total
transaksi ketika itu atau terkesan adanya transaksi marking the close. Dari
pemeriksaan ini pula diketahui ada dua nasabah yang melakukan transaksi, sehingga
mendominasi transaksi perdagangan melalui Nikko dan Ciptamahardika. Adapun
nasabah itu menurut hasil pemeriksaan BEJ adalah melibatkan PT Kali Besar Asri dan
Ludvina Agustina.
Kasus yang lainnya melibatkan kasus manipulsi atas perdagangan saham PT Dharma
Samudera Fishing Tbk (DSFI), dengan cara melakukan transaksi tanpa menyebabkan
terjadinya perubahan atas kepemilikan saham. Kasus ini bermula setelah adanya
perdagangan saham PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk periode bulan
Agustus 2002 yang tidak menyebabkan perubahan kepemilikan atas transaksi saham
dimaksud, dan penyalahgunaan dana serta Efek nasabah. Berkaitan dengan hal
tersebut Bapepam telah melakukan pemeriksaan terhadap beberapa pihak yang diduga
terlibat dan melakukan penelahaan atas dokumen yang berkaitan dengan transaksi
tersebut, dengan hasil beberapa pihak secara bersama- sama telah terbukti melakukan
perubahan kepemilikan atas saham tersebut. Tindakan tersebut dikategorikan sebagai
tindakan manipulasi pasar yang melanggar Pasal 91 dan Pasal 92 Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Untuk memperlancar manipulasi beberapa
Perusahaan Efek lainnya memfasilitasi dan membantu nasabah dalam melakukan
transaksi saham DSFI yang emngakibatkan terjadinya manipualsi pasar. Hal ini
melanggar Pasal 91 dan 92 Undang-Undnag Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal.
Contoh manipulasi pasar yang pernah ditangani BAPEPAM lainnya dilakukan dalam
transaksi yang melibatkan saham PT Mas Murni Tbk (MAMI). Sayangnya dalam
transaksi saham MAMI ini BAPEPAM tidak menjelaskan bagaimana transaksi tersebut
sehingga terjai manipulasi. Padahal dengan mengetahui pola yang dilakukan akan
memberikan gambaran bagaimana kejahatan ini dilakukan sehingga memudahkan
orang untuk mengetahui dan menyelidikinya. Hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh
BAPEPAM mengenai transaksi atas saham MAMI tersebut adalah sebagi berikut:
a. Sdr. James RACHMAR Subekti telah melakukan transaksi saham MAMI tanggal
20 April 2000 baik secara langsung maupun tidak alngsung yang menciptakan
gambaran semu dan atau menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan,
keadaan pasar, atau harga efek di Bursa Efek Jakarta sehhingga menyebabkan
kenaikan harga saham MAMI yang tidak wajar.
Sumber referensi :
BMP EKMA4316 Hukum Bisnis.
2. Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang atau jasa yang dilakukan
dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha,
menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Persaingan produsen air minum
dalam kemasan (AMDK) khusunya di wilayah Jabodetabek tengah ramai dengan
kasus yang menyeret penguasa pasar PT Tirta Investama (terlapor I) dan
distributornya, PT Balina Agung Perkasa (terlapor II). Dalam kasus ini produsen
Aqua PT Tirta Investama diduga melanggar tiga pasal sekaligus, yaitu Pasal 15 ayat
(3), Pasal 19 dan Pasal 25 UU No. 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
UU No. 5/1999, Pasal 15 ayat (3) huruf b yang berbunyi “Tidak akan membeli
barang dan atau jasa yang sama atau sejenis dari pelaku usaha lain yang menjadi
pesaing dari pelaku usaha pemasok”
Pasal 19 huruf a dan b yang berbunyi “Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau
beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
berupa : (a). menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan
kegiatan usaha yang sama pada
pasar bersangkutan. Dan (b). menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha
pesaingnya untuk tidak melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya
itu.
Pasal 25 ayat (1) huruf a yang berbunyi “Menetapkan syarat perdagangan guna
mencegah dan/atau menghalangi konsumen mendapatkan barang dan/atau jasa yang
bersaing, baik dari segi harga maupun kualitas”