Anda di halaman 1dari 2

TUGAS 1

Nama : JECKY CHANDRA


NIM : 041558775
Mata Kuliah : HUKUM BISNIS
Kode Kuliah : EKMA4316
Kelas : 45
1. Seorang bayi yang masih dalam kandungan ibunya dapat dianggap telah dilahirkan
bilamana kepentingan si anak menghendakinya, misalnya untuk menjadi ahli waris.
Sebaliknya, ia dianggap tidak pernah ada jika meninggal ketika dilahirkan (lahir
mati).
a. Kedudukan si Anak dalam hukum jika ia dilahirkan hidup.
Menurut Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut
“KUH Perdata”) ditentukan bahwa pengakuan terhadap manusia pribadi sebagai
subjek hukum dapat dilakukan sejak ia masih di dalam kandungan ibunya, asal ia
dilahirkan hidup.
Hal ini mempunyai arti penting apabila kepentingan anak itu menghendaki,
misalnya dalam hal menerima warisan, menerima hibah.
b. Jika Anak telah berumur dewasa dan dipandang cakap bertindak dalam
hukum
Dalam Pasal 3 KUH Perdata dinyatakan bahwa tidak ada satu hukuman pun yang
dapat mengakibatkan kematian perdata atau kehilangan segala hak keperdataan.
Ini berarti bahwa kesalahan seseorang betapa pun beratnya sehingga ia dijatuhi
hukuman oleh hakim, maka hukuman hakim tersebut tidak boleh menghilangkan
kedudukan sebagai subjek hukum atau sebagai pendukung hak dan kewajiban.
Sumber: EKMA4316/MODUL 1, Hal: 1.10

2. Penerapan Asas konsensualisme jual beli tanah yang dilaksanakan tanpa akta jual beli
PPAT dilakukan di Kota Gorontalo, transaksi jual beli tersebut tetap dinyatakan sah
karena jual beli terjadi atas adanya kesepakatan antara kedua belah pihak dan para
pihak telah cakap menurut hukum dimana kesepakatan itu terkait perihal jual beli (hal
tertentu) dan hak atas tanah dan bangunan tersebut adalah benar milik pihak penjual.
Hal ini telah sesuai dengan ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat : (a) Sepakat mereka
yang mengikatkan diri; (b) Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian; (c) Suatu hal
tertentu; (d) Suatu sebab yang halal,
a. Asas konsensualisme dalam kasus jual beli pada kasus tersebut.
Mengenai asas konsensualisme dapat dijumpai dalam Pasal 1320 butir 1 dengan
Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang mengatakan bahwa “semua perjanjian
yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya”. Dari kedua pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
perjanjian telah lahir sejak saat tercapainya kesepakatan antara para pihak yang
mengadakan perjanjian. Dengan kata lain, perjanjian itu lahir apabila sudah
tercapai kesepakatan dari para pihak mengenai hal-hal pokok yang menjadi objek
perjanjian dan tidak perlu adanya formalitas tertentu selain yang telah ditentukan
undang-undang.
b. Faktor apa yang menjadi penghambat penerapan asas konsensualisme pada
kasus jual beli diatas.
1. Campur tangan penguasa yang bertindak sebagai pelindung terhadap
pihak yang secara ekonomis lebih lemah kedudukannya.
2. Kurangnya kecakapan pihak-pihak yang terlibat dalam membuat suatu
perjanjian.
3. Barang yang ditransaksikan tidak jelas kedudukannya secara hukum
(sengeketa atau barang haram)
4. Tidak tercapainya kesepakatan mengikatkan diri pada perjanjian.

Anda mungkin juga menyukai