Anda di halaman 1dari 30

TUGAS KULIAH

HUKUM PASAR MODAL

Tindak Pidana Pencucian Uang di Pasar Modal


(Contoh Kasus Pembelian Saham Garuda Oleh
Nazaruddin)

Dosen Pengampu
Dr. H. Zulfikri Toguan., S.H., MH

Disusun Oleh :

Teto Satria Anugrah :181021037


Khoirul Fahmi :181021059

MAGISTER ILMU HUKUM


PROGRAM MAGISTER (S2) ILMU HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2019
DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN ……………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………… 4
C. Ruang Lingkup Penelitian ……………………………………………… 4
D. Tujuan Penelitian ……………………………………………… 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………… 6


A. Pengertian Pasar Modal ……………………………………………… 6
B. Pengertian Tindak Pidana Pencucian Uang………………………………. 8
C. Unsur Tindak Pidana Pencucian Uang…………..………………………………..10

III. METODE PENELITIAN ……………………………………………… 14


A. Jenis Penelitian ……………………………………………… 14
B. Tipe Penelitian ……………………………………………… 14
C. Data dan Sumber Data ……………………………………………… 15
D. Metode Pengumpulan Data ……………………………………………… 16
E. Analisa Data ……………………………………………… 16

IV. PEMBAHASAN ……………………………………………… 17


A. Pengaturan Pasar Modal Mencegah
Aliran Dana Hasil dari Tindak
Pidana Pencucian Uang (money
laundering) dalam Suatu Transaksi ……………………………………………17
B. Penerapan Undang-Undang
No. 8 Tahun 2010 ……………………………………………… 23

V. KESIMPULAN ……………………………………………… 28

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Saat ini, pemerintah sedang gencar-gencarnya meningkatkan kesadaran

masyarakat untuk berinvestasi di pasar saham.contohnya adalah adanya

gerakan menabung saham, selain itu upaya edukasi terhadap risk and reward

dari pasar saham juga gencar diberikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa pasar

saham adalah tempat dimana seseorang bisa menjadi kaya, ataupun jatuh

miskin, sebagai contoh salah seorang orang terkaya di dunia, yaitu Warren

Buffet memperoleh harta kekayaanya sebagian besardari Berkshire Hathaway,

sebuah perusahaan investasi.tetapi tidak jarang juga orang mendadak jatuh

miskin karena tidak bijak dalam mengelola sahamnya. Oleh karena itu,

tidaklah salah masih banyak masyarakat indonesia yang menganggap bahwa

investasi di pasar modal adalh sama dengan bermain judi.hal ini mungkin bisa

diperdebatkan, tetapi bagi saya sendiri, pasar saham sangat berbeda dengan

judi.

Dewasa ini perlawanan terhadap kegiatan pencucian uang (money

laundering) di dunia semakin meningkat, bahkan menjadi salah satu agenda

politik yang selalu di bahas. Beberapa hal yang mendorong sejumlah pemerintah

untuk memerangi pencucian uang (money laundering) adalah kepedulian

terhadap kejahatan yang terorganisir (organized crime) yang masih jarang

terjamah oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku di samping ada

tekanan internasional terhadap negara yang belum menerapkan rezim anti


money laundering sepenuhnya, seperti yang dialami negara berkembang di Asia

Tenggara (ASEAN). Kejahatan-kejahatan tersebut telah melibatkan atau

menghasilkan harta kekayaan sangat besar jumlahnya. Harta kekayaan yang

berasal dari berbagai kejahatan atau tindak pidana tersebut pada umumnya tidak

langsung di belanjakan atau digunakan oleh para pelaku kejahatan karena

apabila langsung digunakan, akan mudah di lacak penegak hukum mengenai

sumber diperolehnya harta kekayaan tersebut.

Para pelaku kejahatan tersebut biasanya mengupayakan agar harta

kekayaan yang diperoleh dari kejahatan tersebut bisa masuk ke dalam sistem

keuangan (financial system), terutama pada penyedia jasa keuangan tapi tidak

terbatas pada bank saja, melainkan lembaga pembiayaan, perusahaan efek,

pengelola reksa dana, kustodian, wali amanat, lembaga penyimpanan dan

penyelesaian, dan perusahaan asuransi.1 Dari beberapa penyedia jasa keuangan

yang ada di Indonesia, di kenal suatu pembahasan penyedia jasa keuangan non

bank yang bernama pasar modal. Menurut Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1995 Pasar Modal adalah sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan

penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan

dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan

denga efek. Dalam bursa efek istilah pasar modal sebagai pihak yang

menyediakan dan menyelenggarakan sistem dan atau sarana untuk

mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan

memperdagangkan efek di antara mereka2.


1
Adrian Sutedi. Tindak Pidana Pencucian Uang, Citra Aditya Bakti. Bandung 2008. Hal 6
2
Budi untung.Hukum Bisnis Pasar Modal, Penerbit Andi.Yogyakarta 2011, Hal. 7.
Penyedia jasa keuangan pasar modal mempunyai peranan penting dan

strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, karena pasar modal merupakan

salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan wahana investasi bagi

masyarakat. Oleh karena itu, upayah pemerintah dalam meningkatkan modal

atau menghimpun modal dapat dilakukan melalui pasar modal, dengan

masyarakat yang memiliki kelebihan dana (surplus of funds) dapat

menginvestasi dananya tersebut melalui pasar modal. Menjadi masalah dalam

sumber aliran dana yang di gunakan dalam pelaku usaha di pasar modal

apabila dana tersebut berasal dari suatu kejahatan yang memiliki unsur tindak

pidana pencucian uang (money laundering). Selain menjadi masalah hukum

dalam penegakkan tindak pidana pencucian uang (TPPU), juga memiliki efek

terhadap keuangan dan perbankan nasional yang berdampak pada perekonomian

negara.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji

dan menganalisis terkait Tindak Pidana Pencucian Uang di Pasar Modal,

bagaimana tindak pidana pencucian uang diatur dan bagaimana pasar modal

mengatur dan mencegah terjadinya upaya-upaya tindak pidana pencucian uang

dilakukan di pasar saham yang kemudian dituangkan dalam bentuk makalah

dengan judul “Tindak Pidana Pencucian Uang di Pasar Modal (Contoh

Kasus Pembelian Saham Garuda Oleh Nazaruddin).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengaturan pasar modal mencegah aliran dana hasil dari tindak

pidana pencucian uang (money laundering) dalam suatu transaksi?


2. Bagaimana penerapan Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang tindak

pidana pencucian uang (Money Laundering) dalam pencegahan aliran dana

transaksi yang berasal dari suatu tindak pidana dalam penyedia jasa

keuangan pasar modal?

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi ruang lingkup bidang ilmu dan

ruang lingkup pembahasan. Ruang lingkup ilmu yang digunakan adalah

Hukum Perdata Ekonomi, khususnya yang berkenaan dengan Hukum

Pasar Modal dan Hukum Pidana Pencucian Uang. Sedangkan ruang

lingkup pembahasan dalam penelitian ini yaitu, bagaimana pasar modal

mengatur dalam pencegahan aliran dana hasi dari tindak pidanan

pencucian uang.

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaturan pasar modal mencegah aliran dana hasil dari

tindak pidana pencucian uang (money laundering) dalam suatu transaksi.


2. Mengetahui penerapan Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang tindak

pidana pencucian uang (Money Laundering) dalam pencegahan aliran dana

transaksi yang berasal dari suatu tindak pidana dalam penyedia jasa

keuangan pasar modal

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pasar Modal


Sekitar awal abad ke-19 pemerintah kolonial Belanda mulai

membangun perkebunan secara besar-besaran di Indonesia. Sebagai salah

satu sumber dana adalah dari para penabung yang telah dikerahkan sebaik-

baiknya. Para penabung tersebut terdiri dari orang-orang Belanda dan

Eropa lainnya yang penghasilannya sangat jauh lebih tinggi dari

penghasilan penduduk pribumi. Atas dasar itulah maka pemerintahan

kolonial waktu itu mendirikan pasar modal. Setelah mengadakan

persiapan, maka akhirnya Amsterdamse Effectenbueurs mendirikan cabang

yang terletak di Batavia (Jakarta) pada tanggal 14 Desember 1912.3


Pasar modal sebagaimana pasar pada umumnya adalah suatu

tempat untuk mempertemukan penjual dan pembeli. Yang

membedakannya dengan pasar lainnya adalah pada objek yang

diperjualbelikan.4 Pasar modal/Capital Market/ Stock Exchange/Stock

Market dalam pengertian klasik diartikan sebagai suatu bidang usaha

perdagangan surat-surat berharga seperti saham, sertifikat saham, dan

obligasi atau efek-ehekpada umumnya.5 Sementara out, Pasar modal

menurut Kamus Hukum Ekonomi diartikan sebagai pasar atau tempat

bertemunya penjual dan pembeli yang memperdagangkan surat-surat

berharga jangka panjang, misalnya saham dan obligasi.6

3
Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta, 2009.
Kencana, hlm 114-117
4
Tavinayati, dan Yulia Qamariyanti. Hukum Pasar Modal di Indonesia, Jakarta,
2009. Sinar Grafika,
hlm 1
5
Gisymar, Najib A. Insider Trading dalam Transaksi Efek,Bandung , 1999,Citra Aditya Bakti, hlm
10
6
Erawaty, A.F.Elly dan J.S. Badudu. Kamus Hukum Ekonomi, Jakarta, 1996 :
Proyek Elips, hlm 14
Istilah pasar modal (capital Market) berarti suatu tempat atau

system bagaimana cara dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan dana untuk

capital suatu perusahaan, merupakan pasar tempat orang membeli atau

menjual surat efek yang baru dikeluarkan.7


Adapun dalam undang-undang Pasar Modal (UUPM), yaitu

UndangUndang Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 1 Angka 13 menjelaskan,

Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum

dan perdagangan efek, perusahaan public yang berkaitan dengan efek yang

diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.


Pasar Modal dapat didefenisikan sebagai pasar yang memperjual

belikan berbagai instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik

dalam bentuk utang mauun modal sendiri yang diterbitkan oleh perusahaan

swasta.8 Dengan demikian pasar modal adalah sebuah tempat

memperdagangkan efek yang diterbitkan lembaga dan profesi yang terkait

dengan efek. Pasar modal syariah merupakan kegiatan yang bersangkutan

dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang

berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang

berkaitan dengan efek yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah.9

B. Pengertian Tidak Pidana Pencucian Uang


Istilah pencucian uang berasal dari bahasa Inggris, yakni money

laundering. Money artinya uang dan laundering artinya

7
Munir Faudy, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum), Bandung, 1996 : Cita
Aditya, hlm 10
8
M.Irsan, Nasaruddin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia,
Jakarta 2004 : Prenada
Media hlm 10
9
Sholihin, Ahmad Ifham. Buku Pintar Ekonomi Syariah. Jakarta 2010 : PT
Gramedia, hlm 351
pencucian.Sehingga secara harfiah, money laundering berarti pencucian

uang atau pemutihan uang hasil kejahatan.Secara umum, istilah money

laundering tidak memiliki defenisi yang universal karena baik

negaranegara maju maupun negara-negara berkembang masing masing

mempunyai defenisi tersendiri berdasarkan sudut pandang dan prioritas

yang berbeda.Namun, bagi para ahli hukum Indonesia istilah money

laundering disepakati dengan istilah pencucian uang.


Pencucian uang adalah suatu proses atau perbuatan yang bertujuan

untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang atau harta

kekayaan yang diperoleh darihasil tindak pidana yang kemudian diubah

menjadi harta kekayaan yang seolah-olah berasal dari kegiatan yang sah.10
Masalah pencucian uang (money laundering) baru dinyatakan

sebagai tindak pidana oleh Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002

tentang Tindak Pidana Pencucian Uang yang disahkan dan diundangkan

pada tanggal 17 April 2002. Sebagai Undang-Undang yang baru, sudah

tentu memuat permasalahan yang baru pula bagi negara kita, Indonesia.
Diterbitkannya Undang-Undang ini untuk mengatasi akibat

Indonesia dimasukkan kedalam daftar hitam, yaitu dikategorikan sebagai

Negara yang tidak kooperatif, menurut istilah mereka ialah Non-

cooperative countries and territories (NCCT’s) sejak Juni 2001 oleh

kelompok negara maju yang tergabung dalam financial action task force

(FATF) on Money Loundring. FATF mempunyai fungsi mengembangkan

menyebarluaskan kebijakan pemberantasan pencucian uang, pemerosotan

10
Adrian Sutedi, Tindak pidana pencucian uang. PT. Citra aditya bakti., bandung, 2008, Hlm 12
harta/asset dari tindak pidana dalam menyembunyikan tindak pidana asal

usulnya yang illegal.11


Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 Pasal 2 tentang Tindak

Pidana Pencucian Uang adalah perbuatan yang bertujuan untuk

menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang atau harta kekayaan

yang diperoleh dari hasil tindak pidana yang kemudian diubah menjadi

harta kekayaan yang seolah-olah berasal dari kegiatan yang sah. Tindak

pidana yang menjadi pemicu terjadinya pencucian uang meliputi korupsi,

penyuapan, penyelundupan barang/tenaga, kerja/imigran, perbankan,

narkotika, psikotropika, perdagangan budak/wanita/anak/senjata gelap,

penculikan, terorisme, pencurian, penggelapan, dan penipuan.


Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

(selanjutnya disebut UU PP- TPPU) disebutkan bahwa, pencucian uang

adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsurpidana sesuai dengan

ketentuan dalam Undang-Undang ini. Ketentuan yang di maksud adalah

perbuatan berupa menempatkan, mentransfer, mengalihkan,

membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke

luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau sura

berharga atau perbuatan lain atas harta kekayaan yang diketahuinya atau

patut diduganya merupakan hasil tindak pidana.


Sutan Remy Sjahdeini mendefiniskan pengertian pencucian uang

atau money laundering adalah rangkaian kegiatan yang merupakan proses

yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi terhadap uang haram, yaitu

11
Ibid Hlm 175
uang dari tindak pidana, dengan maksud menyembunyikan, menyamarkan

asal usul uang tersebut dari pemerintah ataupun otoritas yang berwenang

melakukan penindakan terhadap tindak pidana dengan cara antara lain dan

terutama memasukkan uang tersebut dalam system keuangan (financial

system). Sehingga uang tersebut kemudian dapat dikeluarkan dengan

sistem keuangan tersebut sebagai uang yang halal.12


C. Unsur-unsur Tidak Pidana Pencucian Uang
Salah satu item perubahan yang termuat dalam Undang- undang

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang adalah

“redefenisi pencucian uang”. Hal ini terlihat dari unsur-unsur tindak

pidana pencucian uang yang meliputi :13


a) Pelaku
Dalam UU PP-TPPU digunakan kata ”setiap orang” dimana

dalam Pasal 1 angka 9 dinyatakan bahwa “setiap orang adalah

orang perseorangan atau korporasi”. Sementara pengertian

korporasi terdapat dalam Pasal 1 angka 10 yang menyatakan

bahwa “korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang

terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun bukan badan

hukum”. Dalam Undang-Undang ini, pelaku pencucian uang uang

dibedakan antara pelaku aktif yaitu orang yang secara langsung

melakukan proses transaksi keuangan dan pelaku pasif yaitu orang

yang menerima hasil dari transaksi keuangan sehingga setiap orang

12
R. Wiyono, S.H, “Pembahasan Undang undang Pencegahan dan pembertantasan Tindak
Pidana
Pencucian Uang“ Sinar Grafika., Jakarta , 2014 hlm 21-22
13
M. Arief Amrullah, Tindak Pidana Pencucian Uang Money Laundering, Bayumedia Jakarta
2006,
Hlm. 25-27
yang memiliki keterkaitan dengan praktik pencucian uang akan

diganjar hukuman sesuai ketentuan yang berlaku.


b) Transaksi Keuangan atau alat keuangan untuk menyembunyikan

atau menyamarkan asal usul harta kekayaan seolah-olah menjadi

harta kekayaan yang sah.


Istilah transaksi jarang atau hampir tidak dikenal dalam sisi

hukum pidana tetapi lebih banyak dikenal pada sisi hukum perdata,

sehingga undang-undang tindak pidana pencucian uang

mempunyai ciri kekhususan yaitu di dalam isinya mempunyai

unsur-unsur yang mengandung sisi hukum pidana maupun

perdata.UU PP-TPPU mendefinisikan Transaksi sebagai seluruh

kegiatan yang menimbulkan hak dan/atau kewajiban atau

menyebabkan timbulnya hubungan hukum antara dua pihak atau

lebih. Sementara transaksi keuangan ialah Transaksi untuk

melakukan atau menerima penempatan, penyetoran, penarikan,

pemindahbukuan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan,

penitipan, dan/atau penukaran atas sejumlah uang atau tindakan

dan/atau kegiatan lain yang berhubungan dengan uang. Transaksi

keuangan yang menjadi unsur pencucian uang adalah transaksi

keuangan mencurigakan. Definisi “transaksi keuangan

mencurigakan” dalam Pasal 1 angka 5 UU PP-TPPU adalah :


i. Transaksi Keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik,

atau kebiasaan pola Transaksi dari Pengguna Jasa yang

bersangkutan;
ii. Transaksi Keuangan oleh Pengguna Jasa yang patut diduga

dilakukan dengan tujuan untuk menghindari pelaporan Transaksi

yang bersangkutan yang wajib dilakukan oleh Pihak Pelapor

sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini;


iii. Transaksi Keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan

dengan menggunakan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari

hasil tindak pidana; atau


iv. Transaksi Keuangan yang diminta oleh PPATK untuk dilaporkan

oleh Pihak Pelapor karena melibatkan Harta Kekayaan yang

diduga berasal dari hasil tindak pidana.

c) Perbuatan Melawan Hukum


Penyebutan tindak pidana pencucian uang salah satunya harus

memenuhi unsur adanya perbuatan melawan hokum sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 UU PP-TPPU, dimana perbuatan melawan

hukum tersebut terjadi karena pelaku melakukan tindakan

pengelolaan atas harta kekayaan yang patut diduga merupakan

hasil tindak pidana. Pengertian hasil tindak pidana dinyatakan

dalam Pasal 2 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang yang dalam

pembuktian nantinya hasil tindak pidana tersebut merupakan

unsur-unsur delik yang harus dibuktikan. Pembuktian apakah benar

harta kekayaan tersebut merupakan hasil tindak pidana dengan

membuktikan ada atau tidak terjadi tindak pidana yang

menghasilkan harta kekayaan tersebut.


BAB III
B. METODE PENELITIAN

C. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif,

yaitu penelitian yang menitikberatkan pada norma atau kaidah hukum

yang terdapat dalam aturan-aturan yang berlaku di tengah masyarakat

dibandingkan dengan kondisi sebenarnya yang terjadi ditengah

masyarakat.

D. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah tipe

deskriptif, yaitu penelitian yang bersifat pemaparan dan bertujuan

untuk memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap tentang keadaan

hukum yang berlaku di tempat tertentu dan pada saat tertentu, atau

mengenai gejala yuridis yang ada, atau peristiwa hukum tertentu yang

terjadi dalam masyarakat.14

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis,

faktual dan akurat. Untuk itu, pada penelitian ini diharapkan dapat

14
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004,
hlm 50
memberikan gambarkan secara jelas mengenai kriteria suatu Tindak

Pidana Pencucian Uang yang dilakukan didalam Pasar Modal serta

upaya-upaya pencegahannya..

E. Data dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang

bersumber dari ketentuan perundang-undangan, yurisprudensi, dan

buku literatur hukum atau bahan hukum tertulis lainnya.15

Data sekunder terdiri dari:

1. Bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan meliputi:

a. Undang-Undang No. 08 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal

b. Undang-Undang No. 08 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder

yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari bahan-bahan

kepustakaan berupa buku-buku ilmu hukum, bahan kuliah, maupun

literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian atau masalah

yang dibahas.

3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan petunjuk

15
Ibid., hlm. 151.
atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder. Bahan hukum tersier yang digunakan dalam penelitian ini

berupa kamus, ensiklopedia, artikel, surat kabar atau internet.

F. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder. Pengumpulan

data-data sekunder dilakukan melalui cara-cara sebagai berikut:

Studi Kepustakaan (library research), yaitu pengkajian

informasi tertulis mengenai hukum yang berasal dari berbagai

sumber dan dipublikasikan secara luas serta dibutuhkan dalam

penelitian hukum normatif. Studi kepustakaan dilakukan untuk

memperoleh data sekunder yaitu melakukan serangkaian kegiatan

studi dokumentasi dengan cara membaca dan mengutip literatur-

literatur, mengkaji peraturan perundang- undangan yang

berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.

G. Analisis Data

Analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan

analisis kualitatif, yaitu menafsirkan data yang berupa bahan-bahan

hukum dan bahan-bahan pustaka. Analisis data dilakukan secara

kualitatif.

Analisis secara kualitatif juga menafsirkan data dalam bentuk

kalimat secara teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih dan


efektif sehingga memudahkan dalam menarik kesimpulan sehingga

diperoleh gambaran yang jelas mengenai jawaban dari

permasalahan yang dibahas.

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengaturan Pasar Modal Mencegah Aliran Dana Hasil dari Tindak Pidana

Pencucian Uang (money laundering) dalam Suatu Transaksi

Dewasa ini perlawanan terhadap kegiatan pencucian uang (money

laundering) di dunia semakin meningkat, bahkan menjadi salah satu agenda

politik yang selalu di bahas. Beberapa hal yang mendorong sejumlah pemerintah

untuk memerangi pencucian uang (money laundering) adalah kepedulian

terhadap kejahatan yang terorganisir (organized crime) yang masih jarang

terjamah oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku di samping ada

tekanan internasional terhadap negara yang belum menerapkan rezim anti

money laundering sepenuhnya, seperti yang dialami negara berkembang di Asia

Tenggara (ASEAN). Kejahatan-kejahatan tersebut telah melibatkan atau

menghasilkan harta kekayaan sangat besar jumlahnya. Harta kekayaan yang

berasal dari berbagai kejahatan atau tindak pidana tersebut pada umumnya tidak

langsung di belanjakan atau digunakan oleh para pelaku kejahatan karena

apabila langsung digunakan, akan mudah di lacak penegak hukum mengenai

sumber diperolehnya harta kekayaan tersebut.

Para pelaku kejahatan tersebut biasanya mengupayahkan agar harta

kekayaan yang diperoleh dari kejahatan tersebut bisa masuk ke dalam sistem

keuangan (financial system), terutama pada penyedia jasa keuangan tapi tidak
terbatas pada bank saja, melainkan lembaga pembiayaan, perusahaan efek,

pengelola reksa dana, kustodian, wali amanat, lembaga penyimpanan dan

penyelesaian, dan perusahaan asuransi.16 Dari beberapa penyedia jasa keuangan

yang ada di Indonesia, di kenal suatu pembahasan penyedia jasa keuangan non

bank yang bernama pasar modal. Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1995 pasar modal adalah sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan

penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan

dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan

denga efek. Dalam bursa efek istilah pasar modal sebagai pihak yang

menyediakan dan menyelenggarakan sistem dan atau sarana untuk

mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan

memperdagangkan efek di antara mereka17.

Penyedia jasa keuangan pasar modal mempunyai peranan penting dan

strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, karena pasar modal merupakan

salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan wahana investasi bagi

masyarakat. Oleh karena itu, upayah pemerintah dalam meningkatkan modal

atau menghimpun modal dapat dilakukan melalui pasar modal, dengan

masyarakat yang memiliki kelebihan dana (surplus of funds) dapat

menginvestasi dananya tersebut melalui pasar modal. Menjadi masalah dalam

sumber aliran dana yang di gunakan dalam pelaku usaha di pasar modal

apabila dana tersebut berasal dari suatu kejahatan yang memiliki unsur tindak

pidana pencucian uang (money laundering). Selain menjadi masalah hukum


16
Adrian Sutedi. Tindak Pidana Pencucian Uang, Citra Aditya Bakti. Bandung 2008. Hal 6
17
Budi untung.Hukum Bisnis Pasar Modal, Penerbit Andi.Yogyakarta 2011, Hal. 7.
dalam penegakkan tindak pidana pencucian uang (TPPU), juga memiliki efek

terhadap keuangan dan perbankan nasional yang berdampak pada perekonomian

negara.

Pencucian uang adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur

tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang18. Pencucian

uang dengan memanfaatkan pasar modal sebagai sasaran dan sarana dapat

dilakukan dengan memanfaatkan rumusan tindak pidana pasar modal dengan

metode pelaksanaan pencucian uang. Tindak pidana pasar modal menurut

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 90 dimaksud sebagai berikut19 :

1. Penipuan

Tindak pidana penipuan dalam KUHP terdapat pada pasal 378, tindak

pidana penipuan ini adalah tindakkan untuk menguntungkan diri sendiri

atau orang lain dengan cara:

a) Melawan hukum
b) Memakai nama palsu atau martabat palsu
c) Rangkaian kebohongan; dan
d) Membujuk orang lain untuk menyerahkan sesuatu barang kepadanya

atau untuk menghapus utang atau memberi utang.

Memerhatikan unsur-unsur diatas, dapat dirumuskan bahwa tindak

pidana penipuan dengan cara membuat pernyataan tidak benar mengenai

fakta materil dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan

dari kerugian. Metode penipuan ini dipergunakan oleh para pencuci uang

(launderer) untuk ikut dalam transaksi dalam dunia bisnis dalam bentuk

pembelian saham di pasar modal.


18
Undang-Undang No.08 Tahun 2010 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, Pasal 1 angka 1
19
Adrian Sutedi Op.Cit. Hal 75-77
2. Manipulasi Pasar
KUHP tidak mengenal istilah “manipulasi”. Menurut pasal 91 Undang-

undang pasar modal, setiap pihak dilarang melakukan, baik secara langsung

maupun tidak langsung menciptakan gambaran semu atau menyesatkan

mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga efek, antara

lain :
a) Melakukan transaksi efek yang tidak mengakibatkan perubahan pemilik

atau
b) Melakukan penawaran jual atau penawaran beli efek pada harga tertentu

di mana pihak tersebut juga telah bersengkongkol degan pihak lain

yang melakukan penawaran beli atau penawaran jual efek yang sama

pada harga yang kurang lebih sama.

Kesalahan semacam ini telah mendorong pihak pelaku kejahatan

pencucian uang melakukan transaksi jual atau beli suatu efek pada tingkat

harga yang diinginkan manipulator. Kegiatan manipulasi ini dapat berupa

pola (false information) yaitu dengan menyebarluaskan informasi palsu

mengenai emiten dengan tujuan untuk memengaruhi harga efek perusahaan

yang dimaksud di bursa efek. (Misinformation) dengan cara menyebarkan

informasi yang menyesatkan atau informasi yang tidak lengkap.

3. Iinsider Trading
Merupakan bentuk perdagangan orang dalam. Bentuk ini secara teknis

terdiri atas pihak pengemban kepercayaan, baik secara langsung dari emiten

atau perusahaan publik atau disebut juga sebagai pihak yang berada dalam

fiduciary position dan selanjutnya yang menerima informasi orang dalam

dari pihak pertama atau di kenal dengan tippees.Sebagaimana dikemukakan


pencucian uang dapat dilakukan secara legal dan secara illegal dengan

memanfaat akan insider trading , secara legal dengan memanfaatkan

undang-undang sebagaimana permintaan pengampunan pajak.

Untuk mencegah unsur kejahatan pasar modal seperti yang dijelaskan diatas

dalam Undang-undang Pasar Modal No 8 Tahun 1995 Bab II.Pasar modal memiliki

Badan Pengawas Pasar Modal yang selajutnya disebut BAPEPAM yang memiliki fungsi

pembinaan, pengaturan, dan pengawasan terkait kegiatan sehari-hari yang dilakukan

pasar modal.BAPEPAM adalah sebuah badan pemerintah yang berada dibawah dan

bertanggung jawab kepada Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Kemudian

terjadi perubahan besar terhadap industry jasa keuangan di Indonesia

menyebabkan dilakukannya pelimpahan fungsi pengaturan dan pengawasan

yang semula berada dibawah Kementrian Keuangan melalui BAPEPAM

selajutnya dilimpahkan kepada sebuah lembaga independen yang di kenal

dengan nama Otoritas Jasa Keuangan (OJK)20. Hal ini diatur dalam Undang-

Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK. Secara normatif yuridis, dengan

terjadinya pengalihan, fungsi, tugas serta wewenang pengaturan dan pengawasam

pasar modal dari Bapepam kepada OJK maka seluruh wewenang yang dimiliki

oleh Bapepam berdasarkan Undang- Undang Pasar Modal akan menjadi

kewenangan OJK.
Dengan digabungkanya Bapepam ke dalam kelembagaan OJK maka fungsi dan

wewenang Bapepam juga akan diserap dan melebur kedalam kelembagaan OJK

sebagai regulator dan pengawas yang baru. OJK akan menjadi lembaga yang

menjalankan fungsi dan kewenangan Bapepam, khusus dalam pasar modal

20
Hamud M. Balfas, Hukum Pasar Modal di Indonesia, PT Tata Nusa,2012, Hal 164
sebagaimana diatur dalam Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang pasar

modal.
Dalam aspek pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan, tugas OJK secara

jelasa diatur dalam Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 Pasal 6 mengatakan “OJK

melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di

sektor perbankan dan pasar modal serta kegiatan jasa keuangan di sektor

perasuransian, dana pensiun, dan lembaga jasa keuangan yang lainnya”. Pasal 7

butir c mengatakan pengaturan dan pengawasan di sektor perbankan sebagaiman

dimaksud pada pasal 6, OJK memiliki wewenang aspek kehati-hatian bank, meliputi

manajemen resiko, tata kelola bank, prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian

uang, pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan. Pasal diatas

menguatakan peran OJK dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana

pencucian uang dalam pasar modal.


Menjadi perhatian penting dalam salah satu wewenang OJK dalam pengawasan

perbankan yaitu prinsip mengenal nasabah (know your customer principle).

Apabilah tidak dilakukan pengawasan yang ketat terhadap calon nasabah

pengguna jasa keuangan maka masuknya uang hasil tindak kejahatan yang

berindikasi sebagai tindak pidana pencucian uang. Bank atau perusahaan penyedia

jasa keuangan harus mengurangi risiko digunakannya sebagai sarana pencucian

uang dengan cara mengenal dan mengetahui identitas nasabah, memantau

transaksi, dan memelihara profil nasabah, serta melaporkan adanya transaksi keuangan

yang mencurigakan (suspicious transactions) yang dilakukan oleh pihak yang

menggunakan jasa bank atau penyedia jasa keuangan21. Peran bank dalam dalam

memelihara identitas nasabah berpangaruh penting dalam mencegah uang hasil


21
Rosalia Suci H. Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah di Perbankan, Kendari, 2005, Hal 3-4
pencucian uang (moneylaundering) untuk masuk sistem keuangan perbankan karena

apabilah terjadi akan sulit dilacak dalam peredaran transaksinya dan akan dengan

mudah untuk masuk ke Pasar Modal.


B. Penerapan Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana

Pencucian Uang (Money Laundering) dalam Pencegahan Aliran Dana

Transaksi yang Berasal dari Suatu Tindak Pidana dalam Penyedia Jasa

Keuangan Pasar Modal

Pencegahan terhadap suatu transaksi yang terindikasi pencucian uang di

tegaskan pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 pasal 1 ayat (3) menyatakan

“transaksi adalah seluruh kegiatan yang menimbulkan hak dan kewajiban atau

menyebabkan timbulnya hubungan hukum antara dua pihak atau lebih” lalu ayat

4 menegaskan “transaksi keuangan adalah transaksi untuk melakukan atau

menerima penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan,

penitipan, dan/atau penukaran sejumlah uang atau tindakkan dan/atau kegiatan

lain yang berhubungan dengan uang22. Sehingga untuk memperjelas apa yang

dimaksud dengan transaksi keuangan mencurigakan yang dapat terindikasi hasil

dari suatu kejahatan maka pasal 1 ayat (5) menyebutkan:

a. Transaksi keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau, kebiasaan

pola transaksi dari pengguna jasa yang bersangkutan.

b. Transaksi keuangan oleh pengguna jasa yang patut diduga dilakukan dengan

tujuan untuk menghindari pelaporan transaksi yang bersangkutan yang wajib

dilakukan oleh pihak pelapor sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini;

c. Transaksi keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan menggunakan

22
Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010, Ibid, Hal 28
harta kekayaan yang diduga berasal dari tindak pidana; atau

d. Transaksi keuangan yang diminta oleh PPATK untuk dilaporkan oleh pihak

pelapor karena melibatkan harta kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak

pidana.

Meyebutkan tindak pidana pencucian uang (money laundering) harus memenuhi

unsur adanya perlawanan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 2010, dimana perbuatan melawan hukum tersebut

karena pelaku melakukan tindakkan pengelolaan atas harta kekayaan hasil tindak

pidana. Pengertian dari hasil tindak pidana diuraikan pada pasal 2 Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 2010. Pada pasal ini harta kekayaan yang dikualifikasikan

sebagai harta kekayaan hasil tindak pidana adalah harta yang berasal dari

kejahatan seperti: Korupsi, penyuapan, narkotika, psikotropika, penyulundupan

tenaga kerja, penyelundupan migrant, bidang perbankan, bidang pasar modal,

bidang perasuransian, kepabeanan, cukai,perdagangan orang, perdagangan

senjata gelap, terorisme, penculikkan, pencurian, penggelapan, penipuan pemalsuan

uang, perjudian, prostitusi, bidang perpajakkan, bidang kehutanan, bidang

lingkungan hidup, bidang kelauatan dan perikanan atau tindak pidana lain yang

diancam dengan pidana penjara 4 (empat) tahun atau lebih. Yang dilakukan di

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, atau diluar wilayah negara

kesatuan Republik Indonesia dan tindak pidana tersebut juga merupakan tindak

pidana menurut hukum Indonesia.Perlu di perhatikan pembuktian apakah benar

atau tidaknya harta kekayaan tersebut merupakan hasil tindak pidana yang

menghasilkan harta kekayaan tersebut. Bukan untuk membuktikan apa benar telah
terjadi tindak pidana asal predicate crime yang menghasilkan harta kekayaan.

Dalam ketentuan sebagaimana pada pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010,

teridentifikasi beberapa tindakkan yang dapat dikualifikasi kedalam bentuk tindak

pidana pencucian uang (money laundering), yakni tindakkan yang dilakukan

dengan sengaja :

1. Menempatkan harta kekayaan kedalam penyedia jasa keuangan baik atas

nama sendiri atau atas nama orang lain, padahal diketahui atau patut

diduga bahwa harta tersebut diperoleh melalui tindak pidana.

2. Mentransfer harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga

merupakan harta yang diperoleh dari tindak pidana. Baik atas namanya

sendiri ataupun atas nama orang lain.

3. Membelanjakan atau menggunakan harta kekayaan yang diketahui

atau patut diduga merupakan harta yang diperoleh dari hasil tindak

pidana, baik atas namanya sendiri ataupun nama pihak lain.

4. menghibahkan atau menyumbangkan harta kekayaan yang diketahui

atau patut diduga merupakan harta yang diperoleh dari hasil tindak

pidana, baik atas namanya sendiri atau atas nama pihak lain.

5. menitipkan harta kekayaan yang diketahui atau patut diduga

merupakan harta yang diperoleh dari hasil tindak pidana, baik atas

namanya sendiri ataupun nama pihak lain

6. Membawa keluar negeri harta yang diketahui atau patut diduga

merupakan harta yang diperoleh dari hasil tindak pidana

7. Menukarkan atau perbuatan lainnya terhadap harta kekayaan yang diketahui


atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana dengan mata uang atau

surat berharga lainnya, dengan tujuan untuk

menyembunyikan/menyamarkan asal-usul kekayaan tersebut.

Tindak Pidana Pencucian Uang pada Pasar Modal yang cukup

menghebohkan Indonesia terjadi pada saat diungkapnya kasus Pembelian Saham

oleh Muhammad Nazaruddin, dimana Komisis Pemberantasan Korupsi

mendapatkan laporan terkait adanya transaksi pembelian Saham PT. Garuda

Indonesia senilai lebih dari 300 Milyar Tupiah oleh beberapa perusahaan yang

bernaung di satu Grup yakni Grup Permai.

Mencermati aturan-aturan yang ada baik di dalam UU Pasar Modal

maupun UU Penindakan dan Pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang yang

diterapkan dikasu Nazarudin tersebut juga mengindikasikan kaitan kuat bahwa

Pasar Modal masih menjadi tempat yang menarik untuk para pelaku pencucian

uang sehingga perlu kerja ekstra aparat penegak hokum dan para pelaku pasar

modal untuk dapat melindungi pasar modal dari investasi yang bersumber dari

Tindak Pidana Pencucian uang, karena Investasi di Pasar Modal tersebut dapat

memberikan pengaruh yang signifikan dalam perubahan harga saham yang

dilakukan pembelian oleh pelaku sehingga tercipta harga yang semu yang dapat

merugikan masyarakat umum.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Proses pencucian uang menggunakan sarana pasar modal cenderung lebih

merupakan tahapan Layering ataupun intergration dari pada tahapan

placement yang dapat dilakukan melalui transaksi bursa, transaksi luar bursa,

dan penggunaan perusahaan Special Purpose Vehicle(SPV) karena lebih efektif

dalam menyamarkan asal-usul dana yang berasal dari tindak pidana

2. Keberadaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 memperkuat tugas,

fungsi, dan wewenang Pusat Pelaporan Analisi Transaksi Keuangan

(PPATK) dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian

uang (Money Laundering).Dengan mengesampingkan kerahasiaan perbankan

yang selama ini menjadi faktor pengahalang. Khusus dalam pasar modal

PPATK dapat melakukan pengawasan transaksi serta audit dalam

perusahaan efek, perusahaan kustodian, dan semua aktifitas transaksi di

pasar modal dengan memanfaatkan bentuk kerjasama MoU dengan Otoritas

Jasa Keuagan (OJK). Undang-undang Tindak Pidana Pencucian Ini seakan


menjawab keraguan masyarakat global akankeseriusan pemerintah

Republik Indonesia dalam pencegahan dan pemberatasan tindak pidana

pencucian uang.

H. Saran

1. Menurut penulis, dalam mengurangi ruang gerak pelaku pencucian uang

(money laundering) yang rentan terjadidi pasar modal perlu ada nya regulasi

yang jelas mengenai pengaturan pencegahan dini dalam Undang- Undang

No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Karena dalam Undang-Undang Pasar

Modal hanya memanfaatkan rumusan tindak pidana pasar modal

(penipuan, manipulasi, dan perdagangan orang dalam) dengan metode

pelaksanaan yang dihubungkan terhadap tindak pidana pencucianuang.

Penulis menganggap perlunya penambahan tindak pidana pencucian uang

dalam Undang-Undang Pasar Modal agar dapat bersinergi dengan Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan

pencucian uang.

2. Di keluarkan Indonesia dari daftar hitam negara-negara yang tidak

kooperatif dalam menangani tindak pidana pencucian uang (Non-

Cooperative and Territorries/NCCT’s) oleh FATF. Mengembalikan

kepercayaan negara- negara lain terhadap negara kita dalam mendukung

rezim anti-pencucian uang. Diharapkan tak hanya pemerintah saja yang

mengambil peran tapi juga pengelola penyedia jasa keuangan serta

masyarakat harus mengambil andil dalam mensukseskan Indonesia bebas

dari praktik pencucian uang (money laundering.


DAFTAR PUSTAKA

BUKU-BUKU
Adrian Sutedi. Tindak Pidana Pencucian Uang, Citra Aditya Bakti. Bandung
2008
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2004
Budi untung.Hukum Bisnis Pasar Modal, Penerbit Andi.Yogyakarta 2011
Erawaty, A.F.Elly dan J.S. Badudu. Kamus Hukum Ekonomi,: Proyek Elips
Jakarta, 1996
Gisymar, Najib A. Insider Trading dalam Transaksi Efek ,Citra Aditya Bakti,
Bandung , 1999
Hamud M. Balfas, Hukum Pasar Modal di Indonesia, PT Tata Nusa,2012
M. Arief Amrullah, Tindak Pidana Pencucian Uang Money Laundering,
Bayumedia Jakarta 2006
M.Irsan, Nasaruddin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia:
Prenada Media,
Jakarta 2004

Munir Faudy, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum),: Cita Aditya, Bandung,
1996

R. Wiyono, S.H, “Pembahasan Undang undang Pencegahan dan pembertantasan


Tindak
Pidana Pencucian Uang“ Sinar Grafika., Jakarta , 2014

Rosalia Suci H. Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah di Perbankan, Kendari, 2005

Sholihin, Ahmad Ifham. Buku Pintar Ekonomi Syariah: PT Gramedia. Jakarta


2010
Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Kencana, Jakarta, 2009

Tavinayati, dan Yulia Qamariyanti. Hukum Pasar Modal di Indonesia. Sinar


Grafika,
Jakarta, 2009

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang No.08 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
Undang-Undang No.08 Tahun 2010 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang

Anda mungkin juga menyukai