Anda di halaman 1dari 34

KEJAHATAN DAN PELANGGARAN DIBIDANG PASAR

MODAL

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Pasar Modal

Dosen Pengampu : Dr. Rani Sri Agustina, S.H., M.H.

Disusun Oleh

Kelompok 7 Kelas 5 A

Singgih Pambagio

Rinni Dwiantari

Eva Fadilah

Tarina Mei Ratna Sari

Egy Vita Erliana

Wardatun Naddifah

JURUSAN ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad Saw yang kita nanti-
natikan syafaatnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah Swt. atas limpahan nikmat


sehat- Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai salah satu tugas mata
kuliah Hukum Pasar Modal dengan judul “Kejahatan Dan Pelanggaran
Dibidang Pasar Modal”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Serang, 29 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Kejahatan Dibidang Pasar Modal.............................................................3

2.2 Pelanggaran Dibidang Pasar Modal........................................................10

2.3 Sanksi-Sanksi Yang Ditetapkan Pada UUPM........................................11

2.4 Penyelesaian Sengketa Dan Perlindungan Hukum Pasar Modal............13

2.5 Wewenag BAPEPAM Dan Pengawasan OJK Dalam Penegakan


Hukum Pasar Modal...............................................................................22

2.6 Perbedaan Kejahatan Dan Pelanggaran Dibidang Pasar Modal.............24

BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan.............................................................................................26

3.2 Saran.......................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA

NOTULENSI TANYA JAWAB PRESENTASI

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perkembangan perekonomian modern kita banyak mengenal terkait
bentuk-bentuk bisnis yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan, salah
satunya ialah pasar modal, Pasar modal merupakan kegiatan yang
berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan
publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek. Pasal modal menjadi wadah sekaligus
interaksi antar usahawan terkait kebutuhan investasi, Undang-Undang Pasar
Modal No. 8 Tahun 1995 Pasal 1 angka 13 memberikan arti dari pasar modal,
yaitu suatu kegiatan yang berkenaan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek, di
dalam pasar modal terdapat juga jenis-jenis surat berharga yang
diperdagangkan diantaranya ialah saham, reksadana, surat utang atau obligasi,
dan lain hal sebagainya.
Pasar modal dalam dunia perekonomian dipandang sebagai sarana bagi
para pemodal untuk menambah modal usahanya sekaligus meningkatkan
perekonomian pasar modal memiliki 2 fungsi yaitu di antaranya sebagai
sarana pendanaan usaha atau sarana perusahaan untuk mendapatkan dana dari
investor serta sebagai sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada
instrumen keuangan. Hal tersebut menjadi penting bagi perekonomian
Indonesia. Namun kegiata/aktivitas dalam pasar modal tidak luput dari
penyalahgunaan dan kejahatan seperti Penipuan, Manipulasi Pasar, dan
Perdagangan Orang Dalam demi menguasai perekonomian dalam bidang
pasar modal agar mendapatkan keuntungan besar dengan mengesampingkan
legal basic yang ada. Berdasarkan hal tersebut penulis mengangkat tema
terkait Kejahatan dan Pelanggaran di bidang pasar modal.

1
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kejahatan dibidang pasar modal?
2. Apa yang dimaksud dengan pelanggaran pasar modal?
3. Bagaimana sanksi terkait tindak pidana di bidang pasar modal?
4. Bagaimana penyelesaian sengketa dan perlindungan hukum pasar modal?
5. Bagaimana wewenang BAPEPAM dan pengawasan OJK dalam penegakan
hukum pasar modal?
6. Bagaimana perbedaan antara pelanggaran dan kejahatan di bidang pasar
modal?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui kejahatan dibidang pasar modal.
2. Untuk mengetahui pelanggaran dibidang pasar modal.
3. Untuk mengetahui sanksi terkait tindak pidana dibidang pasar modal.
4. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa dan perlindungan hukum pasar
modal.
5. Untuk mengetahui wewenang BAPEPAM dan pengawasan OJK dalam
penegakan hukum dibidang pasar modal.
6. Untuk mengetahui perbedaan antara pelanggaran dan kejahatan dibidang
pasar modal.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kejahatan Dibidang Pasar Modal


Kejahatan sudah tidak terdengar begitu asing di telinga manusia karena
dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya, manusia selalu luput dengan
kejahatan. Kejahatan ada dimana mana dan selalu berdampingan dengan
kehidupan kita. Pada sisi lain, telah terjadi pergeseran dari kejahatan
konvensional menjadi kejahatan modern atau yang kita sebut dengan
kejahatan kera putih atau istilahnya white collar crime. Kegiatan bisnis yang
ada pada zaman dahulu telah berkembang maju dan menjadi lebih canggih.
Kejahatan pun telah merambat ke bisnis yang lebih modern. Kejahatan bisnis
dipandang dari segi filosofis mengandung makna bahwa telah terjadi
perubahan nilai nilai atau value dalam masyarakat ketika suatu aktivitas bisnis
dioperasikan sedemikian rupa sehingga sangat merugikan masyarakat luas,
seperti kegiatan penanaman modal dalam sektor sektor swasta yang padat
karya atau kegiatan pasar modal yang pemegang sahamnya adalah masyarakat
luas termasuk golongan menengah ke bawah.
Beberapa kejahatan yang termasuk ke dalam kategori “White Collar Crime”
adalah sebagai berikut:
1. Persaingan curang dalam bisnis,
2. Insider Trading di Pasar Modal,
3. Manipulasi pasar di Pasar Modal,
4. Akuisisi Internal,
5. Spionase dan pencurian data bisnis,
6. Caplok mencaplok perusahaan,
7. Money Laundering,
8. Penipuan dan pemalsuan,
9. Neraca dan pembukuan yang tidak benar,
10. Penggelapan dan korupsi,

3
4

11. Penggelapan pajak,


12. Kejahatan asuransi,
13. Cek kosong,
14. Pemalsuan kartu kredit,
15. Kejahatan terhadap konsumen,
16. Pembajakan hak milik intelektual,
17. Kejahatan terhadap lingkungan,
18. Kejahatan komputer dan internet,
19. Suap menyuap kelas tinggi,
20. Dan lain-lain.1

 Usur Unsur Kejahatan Dalam Pasar Modal Yang Terdapat Di Dalam UU No.
8 Tahun 1995

Istilah kejahatan juga dikenal di Pasar Modal. Namun, yang dinamakan


kejahatan Pasar Modal berbeda dengan kejahatan pada umumnya. Kejahatan
Pasar Modal bukan seperti mencuri, membunuh, merampok, dan sebagaimana
kejahatan umum yang biasa kita kenal sebelumnya. Kejahatan Pasar Modal
dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemodernan
dunia maya seperti internet dan lain sebagainya. Pasar Modal juga membuat
definisi tersendiri yang termasuk ke dalam kategori kejahatan pasar modal.

Tindak Pidana di Bidang Pasar Modal mempunyai karakteristik yang khas,


yaitu antara lain “Barang” yang menjadi objek tindak pidana adalah informasi.
Selain itu, pelaku tindak pidana Pasar Modal lebih mengandalkan pada
kemampuan untuk membaca situasi pasar serta memanfaatkannya untuk
kepentingan pribadi. Tindak pidana pasar modal merupakan aktifitas yang
terkait langsung dalam ruang lingkup definisi Pasar Modal Pasal 1 Angka 13
UUPM.

1
Jaringnews.com kredibel dan menebar optimism Kejahatan Modern Ancam Ekonomi dan Struktur
Negara (Selasa, 11 Desember 2012 14:08 WIB), diakses pada Maret 2013.
5

Melalui Undang Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang
selanjutnya disingkat menjadi UUPM tersebut, maka dapat dilihat bahwa
kategori kejahatan Pasar Modal pada Bab XI tentang Penipuan, Manipulasi
Pasar dan Perdagangan Orang Dalam, mulai dari Pasal 90 sampai dengan
Pasal
99. Yang dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kategori kejahatan Pasar Modal beserta
unsur-unsurnya, yaitu:

1. Panipuan (Fraud),
Pasal 90 UUPM mengatur secara implisit jenis kejahatan Pasar Modal
yaitu penipuan. Pengertian Penipuan Pasar Modal adalah apabila
terjadi misrepresentation dan informasi itu masuk ke pasar secara
cepat merubah harga suatu saham atau dengan kata lain informasi
tersebut salah. Unsur-Unsur Tindakan Kejahatan Pasar Modal yang
dilarang yang berupa penipuan yang terdapat di dalam Pasal 90 adalah:
a. Setiap Pihak;
Berdasarkan Pasal 1 Angka 23 UUPM, pihak yang dimaksud
adalah orang perorangan, perusahaan, usaha bersama, asosiasi, atau
kelompok yang terorganisasi.2
b. Menipu atau mengelabui pihak lain atau turut serta menipu atau
turut serta mengelabui pihak lain;
Berdasarkan PAsal 378 KUHP tentang Penipuan, maka unsur
unsur yang dikatakan penipuan adalah orang yang hendak
menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan cara melawan
hak, baik dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, baik
dengan tipu muslihat maupun perkataan bohong, membujuk orang
supaya memberikan barang, membuat hutang atau menghapus
piutang.3
c. Dengan mengunakan sarana atau cara apapun;
d. Membuat pernyataan tidak benar tentang fakta material atau tidak
mengungkapkan fakta material;

2
Republik Indonesia, Undang Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.
3
KUHP karangan R. Soesilo.
6
Informasi atau fakta material adalah informasi atau fakta penting
dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat
mempengaruhi harga efek pada bursa efek dan atau keputusan
pemodal, calon pemodal atau pihak lain yang berkepentingan atas
informasi atau fakta tersebut.4
Peristiwa peristiwa yang dapat mempengaruhi harga saham harus
dilaporkan paling lambat 2 (dua) hari kerja.5 Berdasarkan unsur
unsur kejahatan Pasar Modal yang berupa penipuan di atas, maka
dapat diketahui bahwa setiap perbuatan semua pihak ataupun turut
serta, yang dilarang berdasarkan Pasal 90 UUPM atau memenuhi
unsur unsur dari pasal 90 tersebut maka dinamakan telah
melakukan kejahatan pasar modal yang berupa penipuan. Pihak
yang melakukan penipuan dikenakan ketentuan selain sanksi
administrative yaitu sanksi pidana penjara paling lama 10 tahun
dan denda paling banyak Rp15.000.000.000,00.6
2. Manipulasi Pasar
Selain tndak pidana penipuan, terdapat tindak pidana yang berupa
manipulasi pasar berdasarkan Pasal 91 dan Pasal 92 UUPM. Maka,
dapat dilihat ketentuan tentang unsur unsur yang dikatakan manipulasi
pasar yaitu sebagai berikut:
a. Setiap pihak baik sendiri maupun bersama-sama dengan pihak lain;
b. Dilarang melakukan tindakan atau melakukan dua transaksi di Efek
atau lebih, baik langsung maupun tidak langsung;
c. Dengan tujan untuk menciptakan gambaan semu atau menyesatkan
mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasarm atau harga Efek
di Bursa Efek, atau dengan tujuan menyebabkan harga efek di
bursa

4
Republik Indonesia, Undang Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Pasal 1 Angka 7.
5
Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-86/PM/1996 dan Peraturan No. X.KI, mengenai
keterbukaan informasi yang harus segera diumumkan kepada public.
6
Republik Indonesia, Undang Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Pasal 102 dan 104.
7
efek tetap, naik atau turun dengan tujuan mempengaruhi pihak lain
untuk membeli, menjual atau menahan.7

Setiap Pihak yang melakukan praktek manipulasi pasar yang dilarang


oleh UUPM dapat dikenakan sanksi administrative dan juga sanksi
pidana yang sama dengan melakukan tindak pidana penipuan di Pasar
Modal.8

Dalam perkembangan setiap Pasar Modal, banyak trik bisnis


dilakukan. Trik bisnis potensial yang paling banyak untuk menjadi
penipuan dan manipulasi pasar, di antara nya adalah:

a. Pigging, Fixing, dan Stabilizing


Tindakan seperti ini terjadi pada saat atau segera seelah proses
IPO. Dalam hal ini, pihak emiten secara semua menstabilkan
harga suatu sekuritas. Di mana pihak pihak tertentu seperti
emiten, dealer, underwriter mesti diwanti-wanti kalau mereka
terlibat dalam perdagangan saham yang terjadi segera setelah
IPO karena hal tersebut potensial untuk terjadinya tindakan
tindakan pigging, fixing, stabilizing, di atas.
b. Investment Syndicate
Dalam hal ini sindikat underwriter memborong semua atau
sebagian besar saham di pasar perdana atau bahkan melakukan
sesuatu “Bid” di pasar sekunder sehingga harga menjadi fixed.
c. Workout Market
Ini merupaan perbuatan yang dilakukan sedemikian rupa
sehingga seolah olah telah terjadi oversubscribed terhadap
sekuritas tertentu, yang sering dilakukan oleh emiten atau
underwriter.

7
Republik Indonesia, Undang Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 91, Pasal 92.
8
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Pasal 104.
8
d. Special Alloments
Jika pihak underwriter sengaja mengalokasikan suatu sekuritas
pada IPO kepada para partner, officer, pekerja atau sahabat
dekatnya sehingga kelihatan seolah-olah saham tersebut
oversubscribed, sehingga kemudianharga saham menjadi
mahal.
e. Menciptakan Tranding Firms
Oleh underwiter sekuritas dialokasikan ke perusahaan tertentu
yang bukan anggota selling group. Selanjutnya perusahaan
tersebut menciptakan pasar untuk sekuritas yang bersangkutan
dengan menawarkan kembali sekuritas yang bersangkutan
kepada public dan setelah itu, akan diikuti oleh kegiatan
perdagangan dengan harga jauh di atas harga wajar.
f. Free Riding
Pembelian IPO yang berharap dapat menjualnya kembali
dengan harga tertentu yang mhaal dan akan membatalan
pembeliannya begitu suasana menjelang alokasi saham
kelihatan kurang menguntungkan.
g. Chanelling
Bahwa suatu IPO, sekuritas tersebut dialokasikan kepada
kelompok tertentu. Biasanya hal tersebut dianggap bermasalah
jika kelompok tertentu merupakan kelompok inder.
h. Margin
Suatu transaksi yang dilakukan sekuritas tertentu oleh pihak
tertentu, dimana ada pihak yang memberi kredit kepadanya
untuk membeli saham tersebut.
3. Perdagangan Oleh Orang Dalam
Unsur-Unsur suatu kejahatan pasar modal yang brupa praktek
perdagangan orang dalam dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Adanya orang dalam atau setiap pihak yang berusaha untuk
memperoleh informasi orang dalam dari orang ldalam secara
melawan hukum.
9
Berdasarkan penjelasan Pasal 95 UUPM, maka dapa diketahui
bahwa yang dimaksud dengan orang dalam adalah:
- Komisaris, direktur atau pegawai emiten atau perusahaan public;
- Pemegang saham utama emiten atau perusahaan public;
- Orang perorangan yang karena kedudukan atau profesinya atau
karena hubungan usahanya dengan emiten atau perusahaan.
Public memungkinkan orang tersebut memperoleh informasi
orang dalam.
4. Informasi yang Menyesatkan (Misleading Information)
Landasan hukum misleading information dalam UUPM dapat ditemui
pada pasal 80, 80, 93 UUPM. Berdasarkan ketentuan di dalam pasal 93
dan 94 UUPM, maka informasi yang menyesatkan merupakan jenit
kejahatan pasar modal yang lainnya selain yang telah disebutkan di
atas. Pengertian informasi yang menyesatkan adalah pernyataan
dengan membuat penghilangan fakta materiil, baik dalam dokumen
dokumen penawaran umum maupun dalam perdagangan saham.

2.2 Pelanggaran Dibidang Pasar Modal

Pelanggaran di pasar modal merupakan pelanggaran yang sifatnya teknis


dan administratif seperti masalah perizinan. Pelanggaran di bidang pasar
modal mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda dengan jenis
pelanggaran di bidang lain. Pelanggaran terhadap peraturan perundang-
undangan di bidang pasar modal merupakan hal yang rawan dilakukan oleh
pihak-pihak yang terlibat di pasar modal. Ada 3 (tiga) pola pelanggaran yang
lazim terjadi, yaitu:

a. Pelanggaran yang dilakukan secara individual;


b. Pelanggaran yang dilakukan secara berkelompok;
c. Pelanggaran yang dilakukan langsung atau berdasarkan perintah atau
pengaruh pihak lain.9

9
Defrando Sambuaga. (2016). Kejahatan dan Pelanggaran di Bidang Pasar Modal dan Penegakan
Hukumnya Ditinjau dari UU No. 8 Tahun 1995. Lex Privatum. Volume 4, Nomor 5. hlm. 159.
10

Selain itu, pelanggaran dalam kegiatan pasar modal memiliki berbagai sisi,
yaitu:

(1) Sisi pelakunya


Para pelaku pelanggaran dalam kegiatan pasar modal umumnya adalah
mereka yang berpendidikan cukup tinggi well-educated, bahkan seringkali
mereka memiliki back ground pendidikan Finance dan Law. Jarang sekali
pelakunya orang biasa/kebanyakan. Umumnya yang sangat berpotensi
melakukan pelanggaran adalah mereka yang menduduki posisi strategis
dalam perusahaan (seperti direksi, komisaris atau pejabat setingkat
manajer), dan para profesional seperti broker, penasehat investasi, akuntan
dan lawyer, atau bahkan emiten sendiri. Sehingga secara ekonomis para
pelaku pelanggaran adalah mereka yang sudah tergolong mampu untuk
memenuhi kebutuhan primer dan sekundernya. Hukum pidana
memasukkan pelanggaran bentuk ini sebagai kejahatan “kerah putih”.
(2) Cara kerjanya / pola pelanggarannya
Pola pelanggaran yang dilakukan dalam kegiatan pasar modal dapat
digolongkan ke dalam tiga pola, yaitu dilakukan secara individual, secara
berkelompok atau dengan cara memerintah orang lain baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pelanggaran yang dilakukan oleh
kelompok, bisa pula termasuk pelanggaran yang dilakukan oleh
perusahaan yang dikenal “corporate crime”.
(3) Akibat yang ditimbulkannya
Kasus pelanggaran di pasar modal dapat menimbulkan efek yang sangat
besar, berantai dan meluas. Kerugian yang diderita bukan saja terbatas
pada investor atau broker akan tetapi dapat menimbulkan kerugian kepada
pihak lain, baik secara ekonomis, yuridis, maupun psikologis. Secara
ekonomis kerugian materi yang diderita oleh korban, secara yuridis jika
tidak dapat diselesaikan akan menimbulkan kekurangan percayaan kepada
hukum dan penegak hukum. Secara psikologis akan berpengaruh terhadap
kepercayaan
11
masyarakat kepada pasar modal, bahkan terhadap perekonomian suatu
negara.
(4) Pengenaan sanksinya karakteristik yang khas dan unik.
Sebenarnya undang-undang khususnya Undang-Undang Pasar Modal
mengenakan sanksi yang sangat berat dan akumulatif terhadap pelaku
pelanggaran maupun kejahatan pasar modal. Sebagai contoh terhadap
delik penipuan menurut 378 KUH Pidana hanya diancam dengan
maksimal 4 tahun penjara, sedangkan bagi penipuan dalam pasar modal
Pasal 104-90, Pasal 90 UU Pasar Modal dikenakan hukuman penjara 10
tahun. Pasal 91- 92 tentang Perdagangan semua dapat dikenakan hukuman
penjara 10 tahun sedangkan Pasal yang hampir sama, Pasal 390 KUH
Pidana hanya mengancam dengan hukuman penjara maksimal 2 tahun 8
bulan.10
2.3 Sanksi-Sanksi yang Ditetapkan dalam UUPM

Ada 3 macam sanksi yang diterapkan dalam UU No. 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal, yaitu:11

a. Sanksi Administratif

Sanksi administratif adalah sanksi yang diberikan oleh OJK kepada pihak-
pihak yang dianggap melanggar peraturan perundang-undangan di bidang
pasar modal.
Pihak yang dapat dijatuhkan sanksi adalah:

1. Pihak yang memperoleh izin dari OJK.


2. Pihak yang memperoleh persetujuan dari OJK.
3. Pihak yang melakukan pendaftaran kepada OJK.

10
Neni Sri Imantiati dan Diana Wiyanti. (2000). Perlindungan Hukum Terhadap Investor Dan
Upaya Bapepam Dalam Mengatasi Pelanggaran Dan Kejahatan Pasar. MIMBAR: Jurnal Sosial
Dan Pembangunan. Volume 16, Nomor 4. hlm. 356.
11
Defrando Sambuaga, "Kejahatan dan Pelanggaran di Bidang Pasar Modal dan Penegakan
Hukumnya Dirinya dari UU No. 8 Tahun 1995" Jurnal Lex Privatum, Vol. 4 No. 5 Juni 2016, hlm.
161
12

Jenis sanksi administratif yang dapat dijatuhkan oleh Bapepam/OJK kepada


pihak-pihak tersebut di atas adalah:12

1. Peringatan tertulis;
2. Denda (Kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu);
3. Pembatasan Kegiatan usaha;
4. Pembekuan Kegiatan usaha;
5. Pencabutan izin usaha;
6. Pembatalan persetujuan;
7. Pembatalan pendaftaran;
Untuk sanksi denda, UUPM Pasal 102 Ayat 3 menyatakan bahwa sanksi
administratif diatur oleh PP No. 45 Tahun 1995. Besarnya jumlah sanksi
denda bervariasi yaitu:
1. Denda Rp500.000,00 (Lima ratus ribu rupiah) per hari dengan maksimal
Rp.500.000.000,00 (Lima Ratus juta rupiah).
2. Denda Rp100.000,00 (Seratus ribu rupiah) per hari dengan maksimal
Rp.100.000.000,00 (Seratus juta rupiah)
3. Denda Maksimal Rp500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah) untuk pihak
yang bukan orang perseorangan.
4. Denda Maksimal Rp100.000.000,00 (Seratus juta rupiah) untuk orang
perseorangan.

b. Sanksi Perdata
Sanksi perdata lebih banyak didasarkan pada UUPT di mana emiten atau
perusahaan publik harus patuh. UUPT dan UUPM mengadakan ketentuan
yang memungkinkan si pemegang saham untuk melakukan gugatan secara
perdata kepada setiap pengelola atau komisaris perusahaan yang tindakan
atau keputusannya itu menyebabkan kerugian pada perusahaan. Pasal 103

TICMI, Kejahatan di Bidang Pasar Modal (Penipuan, Manipulasi Pasar, dan Perdagangan
12

Orang Dalam), (Jakarta Selatan: TICMI, 2016), hlm. 20


13

Ayat (1) sanksi pidananya penjara maksimal 5 tahun, denda Rp.


5.000.000.000 (lima miliar rupiah). Pasal 103 Ayat (2) sanksi pidana

kurungan 1 tahun, denda Rp. 1.000.000.000 (satu miliar rupiah). Pasal 104
sanksi pidananya penjara 10 tahun, denda paling banyak Rp.
15.000.000.000 (lima belas miliar rupiah). Pasal 109 sanksi pidananya
kurungan paling lama 1 tahun dan denda maksimal Rp. 1.000.000.000 (satu
miliar rupiah).

c. Sanksi Pidana

UUPM (pasal 103-110) mengancam setiap pihak yang terbukti melakukan


tindak pidana di bidang pasar modal diancam hukuman pidana penjara
bervariasi antara satu sampai sepuluh tahun. Ancaman pidana dan denda
yang berat ini dapat dikatakan wajar karena mengingat kegiatan
perdagangan efek melibatkan banyak pemodal dan jumlah uang yang
sangat besar.

2.4 Penyelesaian Sengketa dan Perlindungan Hukum Pasar Modal

A. Penyelesaian Sengketa Pasar Modal


Mekanisme penyelesaian sengketa yang dipilih oleh pihak yang
bersengketa idealnya adalah mekanisme yang memberikan keuntungan
yang maksimal serta kerugian paling sedikit bagi mereka. Para pihak harus
dapat memperkirakan dengan baik strategi dalam menyelesaikan sengketa
sehingga memberikan solusi yang terbaik dengan perhitungan yang
matang. Secara umum, dikenal adanya penyelesaian sengketa secara
litigasi (melalui pengadilan formal) dan non-litigasi (diluar pengadilan
formal). Keduanya memiliki karakteristik yang berbeda.

Menurut Efa Laela Fakriah, cara penyelesaian sengketa (bisnis) jika dilihat
dari sudut pandang prosesnya dapat dilakukan melalui litigasi yang
merupakan mekanisme penyelesaian sengketa melalui jalur pengadilan
dengan menggunakan pendekatan hukum formal, atau secara non litigasi
yang merupakan mekanisme penyelesaian sengketa di luar pengadilan dan
tidak menggunakan pendekatan hukum formal. Dari sudut pandang
14

pembuat keputusan dapat dilakukan secara ajudikatif yaitu mekanisme


penyelesaian yang ditandai dengan kewenangan pengambilan keputusan
(pengambilan keputusan dilakukan oleh pihak ketiga dalam sengketa
diantara para pihak), secara konsensual/kompromi, melalui quasi ajudikatif
yaitu merupakan kombinasi antara unsur konsensual dan ajudikatif.

Pendekatan hukum formal mengatur penyelesaian sengketa tunduk pada


ketentuan hukum acara perdata sebagai hukum prosedur atau hukum
formil. Selanjutnya, apabila penyelesaian sengketa menggunakan
pendekatan hukum di luar pengadilan (non-formal), maka terdapat
berbagai metode penyelesaian sengketa secara yang dikenal secara teori
dan praktis.

Dalam gambaran penyelesaian sengketa secara umum pada berbagai


literatur disebutkan dua pola penyelesaian sengketa yaitu the binding
adjudicative procedure (penyelesaiannya dengan cara yang mengikat dan
terstruktur) dan the non-binding adjudicative procedure (pola
penyelesaiannya tidak mengikat). Kedua penyelesaian sengketa tersebut
berbeda antara satu dengan lainnya, perbedaannya terletak pada kekuatan
mengikat dari putusan yang dihasilkan oleh institusi tersebut. The binding
adjudicative procedure memiliki putusan yang mengikat para pihaknya,
sedangkan dalam the non-binding adjudicative procedure memiliki
putusan yang tidak mengikat para pihaknya, artinya dengan adanya
putusan tersebut para pihak dapat menyetujui atau menolak isi putusan
tersebut. Persamaan dari kedua pola penyelesaian sengketa tersebut sama-
sama memberikan putusan atau pemecahan dalam suatu kasus.

Di dalam hukum acara perdata dikenal para pihak yang memiliki kaitan
langsung dalam suatu perkara. Dalam hukum acara perdata inisiatif
mengenai ada atau tidak adanya perkara harus diambil oleh seseorang atau
beberapa orang yang merasa bahwa haknya atau hak mereka dilanggar
yaitu disebut dengan penggugat atau para penggugat. Walaupun terdapat
pihak yang secara nyata dirugikan oleh tindakan atau perbuatan orang lain
yang melanggar hukum, maka perkara baru ada ketika pihak yang
dirugikan
15

tersebut mengajukan inisiatif untuk menuntut haknya. Selama tidak ada


pihak yang menuntut atau berinisiatif untuk berperkara, maka tidak akan
ada sengketa beserta penyelesaian sengketanya. Dengan demikian, adanya
perkara perdata dimulai ketika adanya pengajuan gugatan melalui
pengadilan tingkat pertama. Proses beracara di pengadilan negeri pada
dasarnya terbagi dari 3 bagian, yaitu bagian pendahuluan/persiapan,
pemeriksaan di pegadilan dan pelaksanaan putusan.

Berdasarkan pengaturannya, UUPM mendefinisikan secara formal


mengenai pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan
Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang
berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi
yang berkaitan dengan Efek”. Pasar modal (capital market) sendiri
merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang
dapat diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa
dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal
merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan dan institusi lain (misalnya
pemerintah, swasta dan lain-lain) serta sebagai sarana bagi kegiatan
berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana
dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Instrumen
keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen
jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi,
waran, right, reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option,
futures, dan lain-lain. Salah satu kebijakan yang ditempuh pemerintah
adalah dengan mengaktifkan dan mendorong kegiatan pasar modal di
Indonesia agar semakin berkembang sebagai salah satu pilar indikator
keberhasilan ekonomi di samping perbankan dan investasi langsung
lainnya.

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, walaupun pasar modal


merupakan bidang yang highly regulated, akan tetapi memiliki potensi
pelanggaran yang cukup tinggi. Hal tersebut dikarenakan kegiatan pasar
modal senantiasa berkaitan dengan transaksi investasi dengan nilai
16

ekonomis yang tinggi. Para pelaku di pasar modal memiliki kepentingan


bisnis masing-masing yang kadangkala berbenturan dan merugikan pihak
lainnya.

Hukum pasar modal mengatur beberapa pelanggaran yang terdapat di


sektor pasar modal berdasarkan UUPM, yaitu:

1. Sanksi pelanggaran administratif sebagaimana dimaksud di dalam


Pasal 102 UUPM;
2. Sanksi pelanggaran pidana sebagaimana diatur di dalam Pasal 103
sampai dengan Pasal 110 UUPM; dan
3. Pelanggaran perdata sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 111 UUPM.

Pasal 111 UUPM mengatur bahwa setiap pihak yang menderita kerugian
sebagai akibat dari pelanggaran atas UUPM atau peraturan
pelaksanaannya dapat menuntut ganti kerugian, baik sendiri-sendiri
maupun bersama-sama dengan pihak lain yang memiliki tuntutan yang
serupa, terhadap pihak atau pihak-pihak yang bertanggung jawab atas
pelanggaran tersebut. Ketentuan tersebut selaras dengan aturan mengenai
perbuatan melanggar hukum di dalam Pasal 1365 KUHPerdata, yang
menyebutkan bahwa tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa
kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya
menerbitkan kerugian itu untuk mengganti kerugian tersebut. Dalam
kaitannya dengan kegiatan di pasar modal, siapapun pelaku pasar modal
yang “merasa” dirugikan secara hukum dapat mengajukan gugatan
perdata.

Selain perbuatan melanggar hukum sebagaimana dimaksud di dalam Pasal


111 UUPM Juncto. 1365 KUHPerdata sebagai diuraikan di atas, sengketa
perdata juga dapat ditimbulkan akibat adanya tindakan wanprestasi atas
suatu perjanjian. Sengketa ini mensyaratkan adanya pelanggaran terhadap
pasal-pasal perjanjian yang pernah dibuat oleh para pihak (baik secara
lisan maupun tulisan).
17

Walaupun pasar modal merupakan area bisnis yang sangat diatur dengan
lengkap, akan tetapi pada dasarnya pelanggaran hukum (perdata)
berpotensi mudah terjadi. Hal tersebut disebabkan kompleksitas dari
transaksi di pasar modal itu sendiri serta adanya kepentingan finansial
untuk memperoleh keuntungan yang besar dengan cara melanggar hukum.
Walaupun demikian, dalam beberapa kasus hukum yang dinilai merugikan
banyak investor, belum tercatat adanya gugatan ataupun penyelesaian
dalam bentuk lainnya yang diajukan oleh para investor yang diduga
mengalami kerugian.

B. Perlindungan Hukum Pasar Modal

1. Perlindungan Investor Melalui Prinsip Keterbukaan


Prinsip dasar Undang-Undang Pasar Modal adalah bahwa seharusnya
pemerintah tidak terlibat dalam keputusan investasi, sehingga peran
pemerintah dalam memberikan jaminan bahwa investor dapat
memperoleh informasi dan fakta-fakta yang relevan untuk membuat
suatu keputusan investasi. Di antara tujuan dan hukum pasar modal
adalah untuk menjamin terselenggaranya kegiatan pasar modal yang
teratur, wajar, dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan
masyarakat. Perlindungan pemodal adalah salah satu pilar yang sangat
penting, karena jika investor tidak mendapat perlindungan yang cukup
memadai, maka mereka, terutama investor kecil, enggan untuk
melakukan transaksi di bursa. Tanpa adanya jumlah investor yang
cukup banyak maka kegiatan pasar akan lesu dan fungsi dari pasar
modal tidak akan berkembang.13
Hukum Pasar Modal dengan demikian memberikan porsi yang sangat
penting terhadap perlindungan investor ini, perlindungan ini terutama
dilaksanakan melalui cara keterbukaan informasi yang biasa disebut
dengan full disclosure. Prinsip full disclosure yang sering juga disebut

Tavinayati dan Yulia Qamariyanti, Hukum Pasar Modal Di Indonesia, (Bandung:Sinar


13

Grafika,2009), hal. 24.


18
sebagai dasar dari disclosure regulation ini didasarkan pada dua asumsi
dasar, yaitu pertama investor adalah orang dewasa yang dapat membuat
keputusan terbaik untuk diri mereka sendiri. Seandainya semua
informasi telah sepenuhnya dibeberkan oleh emiten maka investor akan
dapat menentukan apakah membeli atau menjual sekuritas tertentu atau
tidak bertransaksi sama sekali. Karena mereka membuat keputusan
berdasarkan informasi yang cukup dan jelas maka mereka yang
bertanggung jawab atas akibat dari keputusan tersebut. Asumsi kedua
dari prinsip ini adalah bahwa keterbukaan informasi sangat unggul
untuk menghindari berbagai penyelewengan. Sebagaimana seorang
hakim agung di Amerika mengatakan “sunlight is the best disinfectant”
yang artinya matahari adalah pembasmi kuman terbaik. Ini berarti kalau
sistem telah benar-benar transparan maka berbagai kecurangan,
penyelewengan dan penipuan akan dapat dihindari.14
Prinsip full disclosure ini adalah bentuk perlindungan investor yang
dilakukan oleh pemerintah secara tidak langsung. Pemerintah atau
otoritas pasar modal dalam hal ini pada prinsipnya hanya berusaha
menjamin bahwa investor mendapat informasi selengkap dan sejelas
mungkin. Otoritas pasar modal akan mewajibkan emiten untuk selalu
memberikan informasi kepada informasi yang lengkap, jelas dan tepat
waktu (on time). Dalam hal ini otoritas pasar modal mewajibkan emiten
yang akan melakukan penawaran umum harus menyampaikan
pendaftaran, menyampaikan laporan regular dan juga menyampaikan
laporan setiap kejadian penting. Mengingat hampir seluruh investasi
memiliki resiko, maka selalu terdapat kemungkinan investor mengalami
kerugian. Dalam hal ini pemerintah harus menahan diri untuk
memberikan suatu pernyataan yang menjadi dasar keputusan investasi
karena apabila pemerintah melakukan hal tersebut berarti resiko
keputusan investasi beralih dari publik ke pemerintah.

14
Ibid, hal. 171
19
Prinsip full disclosure tersebut dapat di gambarkan sebagai berikut: 15

a. Pernyataan Pendaftaran (Registration Statements)


Undang-Undang Pasar Modal berpegang pada pentingnya
keterbukaan informasi investasi. Sebelum efek ditawarkan kepada
publik (penawaran umum), emiten dan penjamin pelasana emisi
harus menyampaikan pernyataan pendaftaran ke Bapepam.
Pernyataan pendaftaran terdiri dari seluruh informasi yang harus
dikemukan kepada publik. Pernyataan pendaftaran menjadi efektif
apabila bapepam mempertimbangkan bahwa seluruh informasi sudah
diungkapkan dan dipandang cukup.
Sebagaimana terdapat dalam Undang-Udang Pasar Modal dan
peraturan Bapepam, suatu pernyataan pendaftaran terdiri dari laporan
keuangan yang telah diaudit, gambaran umum perusahaan, uraian
tentang bisnis emiten, evaluasi tentang resiko usaha, keterangan
tentang penjaminan, legal opinion, sejarah umum perusahaan dan
keterangan-keterangan lain yang penting dan relevan. Akuntan
publik, konsultan hukum, penjamin emisi, profesi penunjang pasar
modal lainnya, sebagaimana terdapat dalam pernyataan pendaftaran,
bertanggung jawab penuh terhadap akurasi dan kelengkapan
informasi yang disajikan.
Bagian pernyataan pendaftaran yang disebut Prospektus harus
disebarluaskan kepada masyarakat pada saat penawaran umum.
Dokumen-dokumen yang disertakan dalam pendaftaran juga
merupakan dokumen public yang disimpan di Pusat Referensi Pasar
Modal – Bapepam. Sebagai media komunikasi antara perushaan
yang akan menawarkan efeknya kepada masyarakat dengan
masyarakat investor, pada saat melakukan pernyataan pendaftaran,
emiten harus membuat prospektus. Prospektus tersebut berisi tentang
latar

I Putu Gede Ary Suta, Menuju Pasar Modal Modern, (Jakarta:Yayasan SAD SATRIA
15

BHAKTI,2000), hal. 99.


20
belakang, kondisi perusahaan baik kondisi keuangan, status hukum
dan kekayaan yang dimiliki, resiko yang dihadapi serta rencana-
rencana perusahaan dimasa dating. Dalam prospektus tersebut,
dilarang menyajikan informasi yang tidak benar dan menyesatkan
yang dapat mengakibatkan investor salah dalam mengambil
keputusan investasi. Undang-Undang Pasar Modal menyatakan
bahwa menawarkan efek tanpa mengajukan pernyataan pendaftaran
kepada Bapepam atau melakukannya sebelum pernyataan
pendaftaran menjadi efektif, merupakan tindakan melawan hukum.

b. Continuing Disclosure
Setelah penawaran umum dinyatakan efektif, emiten tetap harus
menyampaikan informasi secara berkala dan fakta-fakta yang relevan
dan penting dan menyangkut kejadian-kejadian dalam perusahaan
yang dapat mempengaruhi keputusan investasi. Disclosure semacam
ini harus diumumkan kepada publik dan disampaikan kepada
Bapepam dan merupakan dokumen publik yang tersedia bagi siapa
saja yang memerlukan. Informasi yang perlu diungkapkan kepada
masyarakat investor oleh emiten pada dasarnya dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu informasi keuangan yang terdiri dari laporan tahunan
dan tengah tahunan dan informasi non keuangan yang berupa
informasi mengenai kejadian penting yang dapat mempengaruhi
keputusan investasi.
c. Kecukupan Informasi Perlindungan Yang Terbaik
Prinsip full disclosure terjadi juka informasi yang disampaikan
kepada investor merupakan informasi yang benar dan memadai bagi
investor, sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan investasi. Biasanya, informasi yang disampaikan emiten
masih berupa informasi yang memerlukan analisis dan interpretasi
agar dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi.
Misalnya, Investor perlu melakukan analisis terhadap laporan
keuangan baik antar pos laporan keuangan itu sendiri maupun
menganalisis
21
kencendrungan dari tahun ke tahun dan membandingkan dengan
laporan keuangan perusahaan sejenis lainnya. Apabila informasi
tidak memiliki waktu atau keinginan untuk menginformasikan lebih
lanjut, maka investor dapat meminta peunjuk dari perusahaan efek
atau penasehat investasi yang kompeten dalam bidangnya, pada
waktu yang sama orang dalam (insider trading) tidak mempunyai
keunggulan komperatif yang merugikan publik, karena mereka tidak
dapat membeli atau menjual saham perushaan sendiri sebelum
informasi yang mempengaruhi keputusan investasi diketahui publik.

d. Envorcement Terhadap Full Disclosure


Undang-Undang Pasar Modal mengatur beberapa cara agar
persyaratan full disclosure dapat diterapkan. Pertama, kealpaan,
kesalahan atau ketidakcukupan full disclosure dapat dijatuhkan
sanksi pidana bagi emiten, underwriter, direksi perusahaan,
komisaris pemegang saham utama, akuntan atau konsultan hukum
yang terlibat dalam penawaran umum. Sanksi ini beupa sanksi
pidana atau denda. Lebih lanjut, ketidakcukupan disclosure dapat
mengakibatkan dijatuhkannya hukuman perdata bagi pelaku-pelaku
tersebut. Atas keslahankesalahan tersebut, perusahaan efek tahu
representative-nya dapat dicabut izin dan dilarang beroperasi di pasar
modal, sedangkan penjualan sahamnya dapat dibekukan atau didelist
dari pasar modal.

Tidak hanya emiten dan pihak terkait yang secara terus menerus
menyampaikan informasi yang relevan dan penting, tetapi juga
pihak- pihak lain dilarang mengeluarkan pernyataan yang salah dan
menyesatkan sehubungan dengan efek tersebut untuk tujuan-tujuan
merugikan publik. Bapepam diberikan kewenangan berdasarkan
Undang-Undang Pasar Modal untuk melakukan investigasi atas
kejahatan di pasaar modal sehubungan dengan kasus-kasus yang
dicurigai mengandung ketidakcukupan disclosure.
22

e. Penyempurnaan Kebijakan
Kebijakan full disclosure atau keterbukaan yang dimuat dalam
UndangUndang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 merupakan
kelanjutan kebijaksanaan yang terdapat dalam Keputusan Presiden
Nomor 53 tahun 1990 dan Keputusan Menteri Keuangan No.
1548/KMK.013/1990 tahun 1990. Kebijakan disclosure ini sesuai
dengan standar internasional. Di Pasar Modal Indonesia, selain soal
kewajiban menyampaikan informasi seperti tersebut diatas, juga
diperlukan adanya good corporate governance, termasuk pemisahan
antara pemilik perusahaan dan pengelolanya. Perusahaan yang
memiliki manajemen terpisah dari pemiliknya diharapkan dapat
memberikan informasi yang lebih objektif dan lebih transparan. Hal
ini akan menjadi suatu kebutuhan untuk terciptanya pasar modal
yang fair dan efisien.16

2.5 Wewenang BAPEPAM dan Pengawasan oleh OJK dalam Penegakan


Hukum Pasar Modal

Peranan Bapepam menegakkan hukum Pasar Modal dalam buku


Yulfasnih, terdiri dari tiga fungsi yakni fungsi rule making, adjudicatory, dan
fungsi investigatory.17 Dengan keluarnya Undang – Undang No.21 Tahun
2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan atau selanjutnya disingkat dengan OJK,
yang menghendaki adanya pemusatan fungsi pengawasan institusi keuangan
Indonesia dalam satu lembaga yaitu OJK yang mencakup lembaga keuangan
bank dan non bank, hal ini sesuai dengan pasal 6 UU No 21 tahun 2011 huruf
b. Dalam menegakkan hukum pasar modal OJK memiliki wewenang
diantaranya ialah:

I Putu Gede Ary Suta, Menuju Pasar Modal Modern, (Jakarta:Yayasan SAD SATRIA
16

BHAKTI,2000), hal. 102.


17
Yulfasni, Hukum Pasar Modal, Jakarta: Badan Penerbit Iblam, 205, hlm. 119-120.)
23
1. Fungsi rule making atau membuat aturan main bagi para pelaku pasar
modal yang disebut juga quasi legislative. Di dalam pasal 3 dan
penjelasannya dalam UUPM jo UU No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas
Jasa Keuangan pasal 5 dan pasal 8. dapat kita lihat bahwa OJK yang
berhak untuk membuat peraturan -peraturan yang berkaitan dengan
aktivitas di Pasar Modal. Kewenangan OJK dalam fungsi Rule Making
diantaranya ialah :
a. menetapkan peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini;
b. menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
c. menetapkan peraturan dan keputusan OJK;
d. menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa
keuangan
e. menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan.18
2. Fungsi adjudicatory yang merupakan pelaksanaan dari wewenang OJK
sebagai otoritas pengawas. Fungsi Pasar Modal yang lainnya adalah dalam
bidang pengawasan. Dalam menjalankan fungsi pengawasan oleh OJK
dilaksanakan oleh Anggota Dewan Komisioner ( Kepala Eksekutif
Pengawas Pasar Modal) yang melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada
Dewan Komisioner. Di dalam bidang pengawasan, wewenang yang
dimiliki oleh OJK berupa:
a. melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan
Konsumen, dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan,
pelaku, dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana
dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan;
b. memberikan dan/atau mencabut izin usaha terkait pengesahan,
persetujuan dan penetapan pembubaran;
c. Menetapkan sanksi administratif

18
Undang-undang No 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan
24
d. memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan
dan/atau pihak tertentu
e. melakukan penunjukan pengelola statuter dan menetapkan
penggunaan pengelola statuter19
3. Fungsi investigatory yang merupakan pelaksanaan dari wewenang
khusus yang dipunyai OJK sebagai penyidik terhadap pelanggaran yang
terjadi di bursa. Hal ini sesuai dengan pasal 49 UU No 21 tahun 2011
menyatakan bahwa "Selain Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik
Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang lingkup tugas dan
tanggung jawabnya yang meliputi pengawasan sektor jasa keuangan di
lingkungan OJK, diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana
dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana."20

2.6 Perbedaan Pelanggaran dan Kejahatan Dibidang Pasar Modal

Kejahatan di pasar modal berarti tindakan-tindakan penyelewengan

yang
terjadi di dalam sedangkan pelanggaran merupakan hal-hal teknis yang terjadi
tidak dengan semestinya dalam pasar modal.21 Bentuk-bentuk kejahatan atau
boleh dikategorikan tindak pidana di bidang pasar modal adalah seperti
penipuan, dan manipulasi pasar yang terdiri lagi atas marking the close; painting
the tape; pembentukan harga berkaitan dengan merger, konsolidasi atau akusisi;
cornering the market; pools; wash sales dan perdagangan orang dalam di
samping itu ada juga beberapa tindakan pidana pasar modal yang lain.
Sedangkan pelanggaran di pasar modal merupakan pelanggaran yang sifatnya
teknis dan administratif seperti masalah perizinan, persetujuan dan pendaftaran.
Perbedaan pelanggaran dan kejahatan antara lain adalah dalam hal
pengaturannya, kejahatan diatur dalam Buku II, pelanggaran diatur dalam buku
III KUHP. Dalam hal sifatnya, kejahatan bersifat Rechdelicten artinya

19
Ibid.
20
Ibid.
21
Sambuaga, Defandro. 2016. Kejahatan dan Pelanggaran di Bidang Pasar Modal dan Penegakan
Hukumnya Ditinjau dari UU No. 8 Tahun 1995. Jurnal Lex Privatum. Vol 4, No. 5, Hal. 162.
25

masyarakat sudah menganggap bahwa perbuatan itu jahat, misalnya mencuri,


membunuh. Sedangkan pelanggaran bersifat Wet delicten artinya undang-
undang mengatur bahwa perbuatan itu merupakan pelanggaran, dan dari
sanksinya: kejahatan, sanksinya lebih berat, sedangkan pelanggaran sanksinya
lebih ringan. Kejahatan pasar modal adalah suatu bentuk pelanggaran yang
dikategorikan sebagai tindak pidana yang terjadi di lantai bursa. Jenis
kejahatan ini dikelompokkan ke dalam kejahatan ekonomi atau “white collar
crime”.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kejahatan di pasar modal berarti tindakan-tindakan penyelewengan yang


terjadi di dalam, sedangkan pelanggaran merupakan hal-hal teknis yang terjadi
tidak dengan semestinya dalam pasar modal. Bentuk-bentuk kejahatan atau
boleh dikategorikan tindak pidana di bidang pasar modal adalah seperti
penipuan, dan manipulasi pasar yang terdiri, dan perdagangan orang dalam. Di
samping itu ada juga beberapa tindakan pidana pasar modal yang lain.
Sedangkan pelanggaran di pasar modal merupakan pelanggaran yang sifatnya
teknis dan administratif seperti masalah perizinan, persetujuan, dan
pendaftaran di BAPEPAM/OJK. BAPEPAM merupakan pengawas dan
penegak hukum dalam bidang pasar modal dengan memiliki beberapa tugas
dan fungsi tentunya. Dengan terbentuknya OJK kita melangkah ke
optimalisasi pengawasan keuangan di Indonesia.

3.2 Saran

Pemerintah diharapkan semakin berupaya menjaga iklim perekonomian


negara untuk tetap kondusif yang membuat investor khususnya dalam bidang
pasar modal memiliki kepastian hukum dalam melakukan aktifitas mereka.
Dengan kondusifnya hukum di negara ini, secara otomatis dapat
mengembangkan pula perekonomian Negara kita. Dan sebaiknya wewenang
OJK ditambah untuk dapat memberikan sanksi pidana. OJK harus cermat
dalam melakukan fungsi pengawasan di bidang pasar modal karena
menginggat banyaknya kasus kejahatan pasar modal ini.

26
DAFTAR PUSTAKA

Imantiati, Neni Sri dan Diana Wiyanti. 2000. Perlindungan Hukum Terhadap
Investor Dan Upaya Bapepam Dalam Mengatasi Pelanggaran Dan
Kejahatan Pasar. MIMBAR: Jurnal Sosial Dan Pembangunan. Volume 16,
Nomor 4. hlm. 334-369.

I Putu Gede Ary Suta. 2000. Menuju Pasar Modal Modern, Jakarta: Yayasan SAD
SATRIA BHAKTI, hal. 102.

Sambuaga, Defrando. 2016. Kejahatan dan Pelanggaran di Bidang Pasar Modal


dan Penegakan Hukumnya Ditinjau dari UU No. 8 Tahun 1995. Lex
Privatum. Volume 4, Nomor 5. hlm. 156-163.

Tavinayati dan Yulia Qamariyanti. 2009. Hukum Pasar Modal Di Indonesia,


Bandung: Sinar Grafika, hal. 24.

TICMI. 2016. Kejahatan di Bidang Pasar Modal (Penipuan, Manipulasi Pasar, dan
Perdagangan Orang Dalam). Jakarta Selatan: TICMI.

Undang-undang No 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa

Keuangan Undang Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal

Witiya. 2013. Kajian Yuridis atas Kejahatan Pasar Modal di Bursa Efek Indonesia
Menurut UU N.o 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. (Skripsi, Universitas
Sumatera Utara, 2013).

Yulfasni. Hukum Pasar Modal. Jakarta: Badan Penerbit Iblam, 205, hlm. 119-120.)
NOTULENSI TANYA JAWAB PRESENTASI KELOMPOK 7

1. Yang Bertanya: Fina Suthia Zahara


Pertanyaan: Apa bedanya penipuan dengan manipulasi pasar?
Yang Menjawab: Egy Vita Erliana
Jawaban:
Unsur-Unsur Tindakan Kejahatan Pasar Modal yang dilarang yang berupa
penipuan yang terdapat di dalam Pasal 90 adalah:
a. Setiap Pihak;
Berdasarkan Pasal 1 Angka 23 UUPM, pihak yang dimaksud adalah orang
perorangan, perusahaan, usaha bersama, asosiasi, atau kelompok yang
terorganisasi.
b. Menipu atau mengelabui pihak lain atau turut serta menipu atau turut serta
mengelabui pihak lain;
Berdasarkan Pasal 378 KUHP tentang Penipuan, maka unsur unsur yang
dikatakan penipuan adalah orang yang hendak menguntungkan diri sendiri
atau orang lain dengan cara melawan hak, baik dengan memakai nama
palsu atau keadaan palsu, baik dengan tipu muslihat maupun perkataan
bohong, membujuk orang supaya memberikan barang, membuat hutang
atau menghapus piutang.
c. Dengan mengunakan sarana atau cara apapun;
d. Membuat pernyataan tidak benar tentang fakta material atau tidak
mengungkapkan fakta material;
Sementara dalam pasal 90 dan 91 UUPM, unsur unsur yang dikatakan
manipulasi pasar yaitu sebagai berikut:
a. Setiap pihak baik sendiri maupun bersama-sama dengan pihak lain;
b. Dilarang melakukan tindakan atau melakukan dua transaksi di Efek atau
lebih, baik langsung maupun tidak langsung;
c. Dengan tujan untuk menciptakan gambaan semu atau menyesatkan
mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasarm atau harga Efek di Bursa
Efek, atau dengan tujuan menyebabkan harga efek di bursa efek tetap, naik
atau turun dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk membeli,
menjual atau menahan.
2. Yang Bertanya: Ryan Prianggih
Pertanyaan: Apa yang dimaksud dengan white collar crime atau kejahatan kera
putih? dan apa saja contoh lainnya?
Yang Menjawab: Rinni Dwiantari
Jawaban:
White collar crime atau kejahatan kera putih adalah tindak kecurangan
seseorang yang memiliki posisi dan wewenang cukup tinggi pada sektor
pemerintahan maupun swasta. Kejahatan ini biasanya dimotivasi secara
finansial dan biasanya dilakukan oleh para profesional dalam bidang bisnis dan
aparat pemerintah. kejahatan ini sangat sulit tersentuh oleh hukum karena
terjadi dalam lingkungan yang tertutup. Berikut ini merupakan beberapa contoh
kejahatan yang termasuk ke dalam kategori “White Collar Crime” adalah
sebagai berikut:
a. Persaingan curang dalam bisnis,
b. Insider Trading di Pasar Modal,
c. Manipulasi pasar di Pasar Modal,
d. Akuisisi Internal,
e. Spionase dan pencurian data bisnis,
f. Caplok mencaplok perusahaan,
g. Money Laundering,
h. Penipuan dan pemalsuan,
i. Neraca dan pembukuan yang tidak benar,
j. Penggelapan dan korupsi,
k. Penggelapan pajak,
l. Kejahatan asuransi,
m. Cek kosong,
n. Pemalsuan kartu kredit,
o. Kejahatan terhadap konsumen,
p. Pembajakan hak milik intelektual,
q. Kejahatan terhadap lingkungan,
r. Kejahatan komputer dan internet,
s. Suap menyuap kelas tinggi,
t. dll.
3. Yang Bertanya: Tabina Rafa Sulthanah
Pertanyaan: Sebenernya apa sih karakteristik dari pelanggaran dan kejahatan
pasar modal ini?
Yang Menjawab: Tarina Mei Ratna Sari dan Wardatun Naddifah
Jawaban:
Perkembangan komunikasi dan teknologi, mempengaruhi pelanggaran dalam
kegiatan pasar modal. Terutama kualitas dan modus operandinya. Pelanggaran
dalam kegiatan pasar modal memiliki berbagai sisi, yaitu:
a. Sisi pelakunya; Pelaku pelanggaran dan kejahatan dalam kegiatan pasar
modal ini umumnya adalah mereka yang memiliki latar belakang
pendidikan yg cukup tinggi. Yaitu mereka yg menduduki kedudukan
strategis di perusahaan (seperti direksi, komisaris atau pejabat setingkat
manajer), dan para profesional seperti broker, penasehat investasi, akuntan
dan lawyer, atau bahkan emiten sendiri. Sehingga secara ekonomis para
pelaku pelanggaran adalah mereka yang sudah tergolong mampu untuk
memenuhi kebutuhan primer dan sekundernya.
f. Cara kerjanya/pola pelanggarannya; Pola pelanggaran yang dilakukan oleh
si pelaku dalam kegiatan pasar modal ini ada 3 pola, yaitu dilakukan secara
individual, secara berkelompok atau dengan cara memerintah orang lain
baik secara langsung maupun tidak langsung.
g. Akibat yang ditimbulkannya; Kasus pelanggaran di pasar modal dapat
menimbulkan efek yang sangat besar. Kerugian yang diderita bukan saja
terbatas pada investor atau broker akan tetapi dapat menimbulkan kerugian
kepada pihak lain, baik secara ekonomis, yuridis, maupun psikologis.
Secara ekonomis kerugian materi yang diderita oleh korban, secara yuridis
jika tidak dapat diselesaikan akan menimbulkan kekurangan kepercayaan
kepada hukum dan penegak hukum. Secara psikologis akan berpengaruh
terhadap kepercayaan masyarakat kepada pasar modal, bahkan terhadap
perekonomian suatu negara.
h. Pengenaan sanksinya; Sebenarnya Undang-Undang Pasar Modal
mengenakan sanksi yang berat dan akumulatif terhadap pelaku pelanggaran
maupun kejahatan pasar modal. Sebagai contoh terhadap delik penipuan
menurut 378 KUHPidana hanya diancam dengan maksimal 4 tahun penjara,
sedangkan bagi penipuan dalam pasar modal Pasal 90, Pasal 90 UU Pasar
Modal dikenakan hukuman penjara 10 tahun. Pasal 91-92 tentang
Perdagangan semua dapat dikenakan hukuman penjara 10 tahun sedangkan
Pasal yang hampir sama, Pasal 390 KUHPidana hanya mengancam dengan
hukuman penjara maksimal 2 tahun 8 bulan.

Anda mungkin juga menyukai