MODAL
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Pasar Modal
Disusun Oleh
Kelompok 7 Kelas 5 A
Singgih Pambagio
Rinni Dwiantari
Eva Fadilah
Wardatun Naddifah
FAKULTAS HUKUM
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad Saw yang kita nanti-
natikan syafaatnya di akhirat nanti.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan.............................................................................................26
3.2 Saran.......................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perkembangan perekonomian modern kita banyak mengenal terkait
bentuk-bentuk bisnis yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan, salah
satunya ialah pasar modal, Pasar modal merupakan kegiatan yang
berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan
publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek. Pasal modal menjadi wadah sekaligus
interaksi antar usahawan terkait kebutuhan investasi, Undang-Undang Pasar
Modal No. 8 Tahun 1995 Pasal 1 angka 13 memberikan arti dari pasar modal,
yaitu suatu kegiatan yang berkenaan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek, di
dalam pasar modal terdapat juga jenis-jenis surat berharga yang
diperdagangkan diantaranya ialah saham, reksadana, surat utang atau obligasi,
dan lain hal sebagainya.
Pasar modal dalam dunia perekonomian dipandang sebagai sarana bagi
para pemodal untuk menambah modal usahanya sekaligus meningkatkan
perekonomian pasar modal memiliki 2 fungsi yaitu di antaranya sebagai
sarana pendanaan usaha atau sarana perusahaan untuk mendapatkan dana dari
investor serta sebagai sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada
instrumen keuangan. Hal tersebut menjadi penting bagi perekonomian
Indonesia. Namun kegiata/aktivitas dalam pasar modal tidak luput dari
penyalahgunaan dan kejahatan seperti Penipuan, Manipulasi Pasar, dan
Perdagangan Orang Dalam demi menguasai perekonomian dalam bidang
pasar modal agar mendapatkan keuntungan besar dengan mengesampingkan
legal basic yang ada. Berdasarkan hal tersebut penulis mengangkat tema
terkait Kejahatan dan Pelanggaran di bidang pasar modal.
1
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kejahatan dibidang pasar modal?
2. Apa yang dimaksud dengan pelanggaran pasar modal?
3. Bagaimana sanksi terkait tindak pidana di bidang pasar modal?
4. Bagaimana penyelesaian sengketa dan perlindungan hukum pasar modal?
5. Bagaimana wewenang BAPEPAM dan pengawasan OJK dalam penegakan
hukum pasar modal?
6. Bagaimana perbedaan antara pelanggaran dan kejahatan di bidang pasar
modal?
PEMBAHASAN
3
4
Usur Unsur Kejahatan Dalam Pasar Modal Yang Terdapat Di Dalam UU No.
8 Tahun 1995
1
Jaringnews.com kredibel dan menebar optimism Kejahatan Modern Ancam Ekonomi dan Struktur
Negara (Selasa, 11 Desember 2012 14:08 WIB), diakses pada Maret 2013.
5
Melalui Undang Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang
selanjutnya disingkat menjadi UUPM tersebut, maka dapat dilihat bahwa
kategori kejahatan Pasar Modal pada Bab XI tentang Penipuan, Manipulasi
Pasar dan Perdagangan Orang Dalam, mulai dari Pasal 90 sampai dengan
Pasal
99. Yang dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kategori kejahatan Pasar Modal beserta
unsur-unsurnya, yaitu:
1. Panipuan (Fraud),
Pasal 90 UUPM mengatur secara implisit jenis kejahatan Pasar Modal
yaitu penipuan. Pengertian Penipuan Pasar Modal adalah apabila
terjadi misrepresentation dan informasi itu masuk ke pasar secara
cepat merubah harga suatu saham atau dengan kata lain informasi
tersebut salah. Unsur-Unsur Tindakan Kejahatan Pasar Modal yang
dilarang yang berupa penipuan yang terdapat di dalam Pasal 90 adalah:
a. Setiap Pihak;
Berdasarkan Pasal 1 Angka 23 UUPM, pihak yang dimaksud
adalah orang perorangan, perusahaan, usaha bersama, asosiasi, atau
kelompok yang terorganisasi.2
b. Menipu atau mengelabui pihak lain atau turut serta menipu atau
turut serta mengelabui pihak lain;
Berdasarkan PAsal 378 KUHP tentang Penipuan, maka unsur
unsur yang dikatakan penipuan adalah orang yang hendak
menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan cara melawan
hak, baik dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, baik
dengan tipu muslihat maupun perkataan bohong, membujuk orang
supaya memberikan barang, membuat hutang atau menghapus
piutang.3
c. Dengan mengunakan sarana atau cara apapun;
d. Membuat pernyataan tidak benar tentang fakta material atau tidak
mengungkapkan fakta material;
2
Republik Indonesia, Undang Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.
3
KUHP karangan R. Soesilo.
6
Informasi atau fakta material adalah informasi atau fakta penting
dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat
mempengaruhi harga efek pada bursa efek dan atau keputusan
pemodal, calon pemodal atau pihak lain yang berkepentingan atas
informasi atau fakta tersebut.4
Peristiwa peristiwa yang dapat mempengaruhi harga saham harus
dilaporkan paling lambat 2 (dua) hari kerja.5 Berdasarkan unsur
unsur kejahatan Pasar Modal yang berupa penipuan di atas, maka
dapat diketahui bahwa setiap perbuatan semua pihak ataupun turut
serta, yang dilarang berdasarkan Pasal 90 UUPM atau memenuhi
unsur unsur dari pasal 90 tersebut maka dinamakan telah
melakukan kejahatan pasar modal yang berupa penipuan. Pihak
yang melakukan penipuan dikenakan ketentuan selain sanksi
administrative yaitu sanksi pidana penjara paling lama 10 tahun
dan denda paling banyak Rp15.000.000.000,00.6
2. Manipulasi Pasar
Selain tndak pidana penipuan, terdapat tindak pidana yang berupa
manipulasi pasar berdasarkan Pasal 91 dan Pasal 92 UUPM. Maka,
dapat dilihat ketentuan tentang unsur unsur yang dikatakan manipulasi
pasar yaitu sebagai berikut:
a. Setiap pihak baik sendiri maupun bersama-sama dengan pihak lain;
b. Dilarang melakukan tindakan atau melakukan dua transaksi di Efek
atau lebih, baik langsung maupun tidak langsung;
c. Dengan tujan untuk menciptakan gambaan semu atau menyesatkan
mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasarm atau harga Efek
di Bursa Efek, atau dengan tujuan menyebabkan harga efek di
bursa
4
Republik Indonesia, Undang Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Pasal 1 Angka 7.
5
Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-86/PM/1996 dan Peraturan No. X.KI, mengenai
keterbukaan informasi yang harus segera diumumkan kepada public.
6
Republik Indonesia, Undang Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Pasal 102 dan 104.
7
efek tetap, naik atau turun dengan tujuan mempengaruhi pihak lain
untuk membeli, menjual atau menahan.7
7
Republik Indonesia, Undang Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 91, Pasal 92.
8
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Pasal 104.
8
d. Special Alloments
Jika pihak underwriter sengaja mengalokasikan suatu sekuritas
pada IPO kepada para partner, officer, pekerja atau sahabat
dekatnya sehingga kelihatan seolah-olah saham tersebut
oversubscribed, sehingga kemudianharga saham menjadi
mahal.
e. Menciptakan Tranding Firms
Oleh underwiter sekuritas dialokasikan ke perusahaan tertentu
yang bukan anggota selling group. Selanjutnya perusahaan
tersebut menciptakan pasar untuk sekuritas yang bersangkutan
dengan menawarkan kembali sekuritas yang bersangkutan
kepada public dan setelah itu, akan diikuti oleh kegiatan
perdagangan dengan harga jauh di atas harga wajar.
f. Free Riding
Pembelian IPO yang berharap dapat menjualnya kembali
dengan harga tertentu yang mhaal dan akan membatalan
pembeliannya begitu suasana menjelang alokasi saham
kelihatan kurang menguntungkan.
g. Chanelling
Bahwa suatu IPO, sekuritas tersebut dialokasikan kepada
kelompok tertentu. Biasanya hal tersebut dianggap bermasalah
jika kelompok tertentu merupakan kelompok inder.
h. Margin
Suatu transaksi yang dilakukan sekuritas tertentu oleh pihak
tertentu, dimana ada pihak yang memberi kredit kepadanya
untuk membeli saham tersebut.
3. Perdagangan Oleh Orang Dalam
Unsur-Unsur suatu kejahatan pasar modal yang brupa praktek
perdagangan orang dalam dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Adanya orang dalam atau setiap pihak yang berusaha untuk
memperoleh informasi orang dalam dari orang ldalam secara
melawan hukum.
9
Berdasarkan penjelasan Pasal 95 UUPM, maka dapa diketahui
bahwa yang dimaksud dengan orang dalam adalah:
- Komisaris, direktur atau pegawai emiten atau perusahaan public;
- Pemegang saham utama emiten atau perusahaan public;
- Orang perorangan yang karena kedudukan atau profesinya atau
karena hubungan usahanya dengan emiten atau perusahaan.
Public memungkinkan orang tersebut memperoleh informasi
orang dalam.
4. Informasi yang Menyesatkan (Misleading Information)
Landasan hukum misleading information dalam UUPM dapat ditemui
pada pasal 80, 80, 93 UUPM. Berdasarkan ketentuan di dalam pasal 93
dan 94 UUPM, maka informasi yang menyesatkan merupakan jenit
kejahatan pasar modal yang lainnya selain yang telah disebutkan di
atas. Pengertian informasi yang menyesatkan adalah pernyataan
dengan membuat penghilangan fakta materiil, baik dalam dokumen
dokumen penawaran umum maupun dalam perdagangan saham.
9
Defrando Sambuaga. (2016). Kejahatan dan Pelanggaran di Bidang Pasar Modal dan Penegakan
Hukumnya Ditinjau dari UU No. 8 Tahun 1995. Lex Privatum. Volume 4, Nomor 5. hlm. 159.
10
Selain itu, pelanggaran dalam kegiatan pasar modal memiliki berbagai sisi,
yaitu:
Ada 3 macam sanksi yang diterapkan dalam UU No. 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal, yaitu:11
a. Sanksi Administratif
Sanksi administratif adalah sanksi yang diberikan oleh OJK kepada pihak-
pihak yang dianggap melanggar peraturan perundang-undangan di bidang
pasar modal.
Pihak yang dapat dijatuhkan sanksi adalah:
10
Neni Sri Imantiati dan Diana Wiyanti. (2000). Perlindungan Hukum Terhadap Investor Dan
Upaya Bapepam Dalam Mengatasi Pelanggaran Dan Kejahatan Pasar. MIMBAR: Jurnal Sosial
Dan Pembangunan. Volume 16, Nomor 4. hlm. 356.
11
Defrando Sambuaga, "Kejahatan dan Pelanggaran di Bidang Pasar Modal dan Penegakan
Hukumnya Dirinya dari UU No. 8 Tahun 1995" Jurnal Lex Privatum, Vol. 4 No. 5 Juni 2016, hlm.
161
12
1. Peringatan tertulis;
2. Denda (Kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu);
3. Pembatasan Kegiatan usaha;
4. Pembekuan Kegiatan usaha;
5. Pencabutan izin usaha;
6. Pembatalan persetujuan;
7. Pembatalan pendaftaran;
Untuk sanksi denda, UUPM Pasal 102 Ayat 3 menyatakan bahwa sanksi
administratif diatur oleh PP No. 45 Tahun 1995. Besarnya jumlah sanksi
denda bervariasi yaitu:
1. Denda Rp500.000,00 (Lima ratus ribu rupiah) per hari dengan maksimal
Rp.500.000.000,00 (Lima Ratus juta rupiah).
2. Denda Rp100.000,00 (Seratus ribu rupiah) per hari dengan maksimal
Rp.100.000.000,00 (Seratus juta rupiah)
3. Denda Maksimal Rp500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah) untuk pihak
yang bukan orang perseorangan.
4. Denda Maksimal Rp100.000.000,00 (Seratus juta rupiah) untuk orang
perseorangan.
b. Sanksi Perdata
Sanksi perdata lebih banyak didasarkan pada UUPT di mana emiten atau
perusahaan publik harus patuh. UUPT dan UUPM mengadakan ketentuan
yang memungkinkan si pemegang saham untuk melakukan gugatan secara
perdata kepada setiap pengelola atau komisaris perusahaan yang tindakan
atau keputusannya itu menyebabkan kerugian pada perusahaan. Pasal 103
TICMI, Kejahatan di Bidang Pasar Modal (Penipuan, Manipulasi Pasar, dan Perdagangan
12
kurungan 1 tahun, denda Rp. 1.000.000.000 (satu miliar rupiah). Pasal 104
sanksi pidananya penjara 10 tahun, denda paling banyak Rp.
15.000.000.000 (lima belas miliar rupiah). Pasal 109 sanksi pidananya
kurungan paling lama 1 tahun dan denda maksimal Rp. 1.000.000.000 (satu
miliar rupiah).
c. Sanksi Pidana
Menurut Efa Laela Fakriah, cara penyelesaian sengketa (bisnis) jika dilihat
dari sudut pandang prosesnya dapat dilakukan melalui litigasi yang
merupakan mekanisme penyelesaian sengketa melalui jalur pengadilan
dengan menggunakan pendekatan hukum formal, atau secara non litigasi
yang merupakan mekanisme penyelesaian sengketa di luar pengadilan dan
tidak menggunakan pendekatan hukum formal. Dari sudut pandang
14
Di dalam hukum acara perdata dikenal para pihak yang memiliki kaitan
langsung dalam suatu perkara. Dalam hukum acara perdata inisiatif
mengenai ada atau tidak adanya perkara harus diambil oleh seseorang atau
beberapa orang yang merasa bahwa haknya atau hak mereka dilanggar
yaitu disebut dengan penggugat atau para penggugat. Walaupun terdapat
pihak yang secara nyata dirugikan oleh tindakan atau perbuatan orang lain
yang melanggar hukum, maka perkara baru ada ketika pihak yang
dirugikan
15
Pasal 111 UUPM mengatur bahwa setiap pihak yang menderita kerugian
sebagai akibat dari pelanggaran atas UUPM atau peraturan
pelaksanaannya dapat menuntut ganti kerugian, baik sendiri-sendiri
maupun bersama-sama dengan pihak lain yang memiliki tuntutan yang
serupa, terhadap pihak atau pihak-pihak yang bertanggung jawab atas
pelanggaran tersebut. Ketentuan tersebut selaras dengan aturan mengenai
perbuatan melanggar hukum di dalam Pasal 1365 KUHPerdata, yang
menyebutkan bahwa tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa
kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya
menerbitkan kerugian itu untuk mengganti kerugian tersebut. Dalam
kaitannya dengan kegiatan di pasar modal, siapapun pelaku pasar modal
yang “merasa” dirugikan secara hukum dapat mengajukan gugatan
perdata.
Walaupun pasar modal merupakan area bisnis yang sangat diatur dengan
lengkap, akan tetapi pada dasarnya pelanggaran hukum (perdata)
berpotensi mudah terjadi. Hal tersebut disebabkan kompleksitas dari
transaksi di pasar modal itu sendiri serta adanya kepentingan finansial
untuk memperoleh keuntungan yang besar dengan cara melanggar hukum.
Walaupun demikian, dalam beberapa kasus hukum yang dinilai merugikan
banyak investor, belum tercatat adanya gugatan ataupun penyelesaian
dalam bentuk lainnya yang diajukan oleh para investor yang diduga
mengalami kerugian.
14
Ibid, hal. 171
19
Prinsip full disclosure tersebut dapat di gambarkan sebagai berikut: 15
I Putu Gede Ary Suta, Menuju Pasar Modal Modern, (Jakarta:Yayasan SAD SATRIA
15
b. Continuing Disclosure
Setelah penawaran umum dinyatakan efektif, emiten tetap harus
menyampaikan informasi secara berkala dan fakta-fakta yang relevan
dan penting dan menyangkut kejadian-kejadian dalam perusahaan
yang dapat mempengaruhi keputusan investasi. Disclosure semacam
ini harus diumumkan kepada publik dan disampaikan kepada
Bapepam dan merupakan dokumen publik yang tersedia bagi siapa
saja yang memerlukan. Informasi yang perlu diungkapkan kepada
masyarakat investor oleh emiten pada dasarnya dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu informasi keuangan yang terdiri dari laporan tahunan
dan tengah tahunan dan informasi non keuangan yang berupa
informasi mengenai kejadian penting yang dapat mempengaruhi
keputusan investasi.
c. Kecukupan Informasi Perlindungan Yang Terbaik
Prinsip full disclosure terjadi juka informasi yang disampaikan
kepada investor merupakan informasi yang benar dan memadai bagi
investor, sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan investasi. Biasanya, informasi yang disampaikan emiten
masih berupa informasi yang memerlukan analisis dan interpretasi
agar dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi.
Misalnya, Investor perlu melakukan analisis terhadap laporan
keuangan baik antar pos laporan keuangan itu sendiri maupun
menganalisis
21
kencendrungan dari tahun ke tahun dan membandingkan dengan
laporan keuangan perusahaan sejenis lainnya. Apabila informasi
tidak memiliki waktu atau keinginan untuk menginformasikan lebih
lanjut, maka investor dapat meminta peunjuk dari perusahaan efek
atau penasehat investasi yang kompeten dalam bidangnya, pada
waktu yang sama orang dalam (insider trading) tidak mempunyai
keunggulan komperatif yang merugikan publik, karena mereka tidak
dapat membeli atau menjual saham perushaan sendiri sebelum
informasi yang mempengaruhi keputusan investasi diketahui publik.
Tidak hanya emiten dan pihak terkait yang secara terus menerus
menyampaikan informasi yang relevan dan penting, tetapi juga
pihak- pihak lain dilarang mengeluarkan pernyataan yang salah dan
menyesatkan sehubungan dengan efek tersebut untuk tujuan-tujuan
merugikan publik. Bapepam diberikan kewenangan berdasarkan
Undang-Undang Pasar Modal untuk melakukan investigasi atas
kejahatan di pasaar modal sehubungan dengan kasus-kasus yang
dicurigai mengandung ketidakcukupan disclosure.
22
e. Penyempurnaan Kebijakan
Kebijakan full disclosure atau keterbukaan yang dimuat dalam
UndangUndang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 merupakan
kelanjutan kebijaksanaan yang terdapat dalam Keputusan Presiden
Nomor 53 tahun 1990 dan Keputusan Menteri Keuangan No.
1548/KMK.013/1990 tahun 1990. Kebijakan disclosure ini sesuai
dengan standar internasional. Di Pasar Modal Indonesia, selain soal
kewajiban menyampaikan informasi seperti tersebut diatas, juga
diperlukan adanya good corporate governance, termasuk pemisahan
antara pemilik perusahaan dan pengelolanya. Perusahaan yang
memiliki manajemen terpisah dari pemiliknya diharapkan dapat
memberikan informasi yang lebih objektif dan lebih transparan. Hal
ini akan menjadi suatu kebutuhan untuk terciptanya pasar modal
yang fair dan efisien.16
I Putu Gede Ary Suta, Menuju Pasar Modal Modern, (Jakarta:Yayasan SAD SATRIA
16
18
Undang-undang No 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan
24
d. memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan
dan/atau pihak tertentu
e. melakukan penunjukan pengelola statuter dan menetapkan
penggunaan pengelola statuter19
3. Fungsi investigatory yang merupakan pelaksanaan dari wewenang
khusus yang dipunyai OJK sebagai penyidik terhadap pelanggaran yang
terjadi di bursa. Hal ini sesuai dengan pasal 49 UU No 21 tahun 2011
menyatakan bahwa "Selain Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik
Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang lingkup tugas dan
tanggung jawabnya yang meliputi pengawasan sektor jasa keuangan di
lingkungan OJK, diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana
dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana."20
yang
terjadi di dalam sedangkan pelanggaran merupakan hal-hal teknis yang terjadi
tidak dengan semestinya dalam pasar modal.21 Bentuk-bentuk kejahatan atau
boleh dikategorikan tindak pidana di bidang pasar modal adalah seperti
penipuan, dan manipulasi pasar yang terdiri lagi atas marking the close; painting
the tape; pembentukan harga berkaitan dengan merger, konsolidasi atau akusisi;
cornering the market; pools; wash sales dan perdagangan orang dalam di
samping itu ada juga beberapa tindakan pidana pasar modal yang lain.
Sedangkan pelanggaran di pasar modal merupakan pelanggaran yang sifatnya
teknis dan administratif seperti masalah perizinan, persetujuan dan pendaftaran.
Perbedaan pelanggaran dan kejahatan antara lain adalah dalam hal
pengaturannya, kejahatan diatur dalam Buku II, pelanggaran diatur dalam buku
III KUHP. Dalam hal sifatnya, kejahatan bersifat Rechdelicten artinya
19
Ibid.
20
Ibid.
21
Sambuaga, Defandro. 2016. Kejahatan dan Pelanggaran di Bidang Pasar Modal dan Penegakan
Hukumnya Ditinjau dari UU No. 8 Tahun 1995. Jurnal Lex Privatum. Vol 4, No. 5, Hal. 162.
25
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
Imantiati, Neni Sri dan Diana Wiyanti. 2000. Perlindungan Hukum Terhadap
Investor Dan Upaya Bapepam Dalam Mengatasi Pelanggaran Dan
Kejahatan Pasar. MIMBAR: Jurnal Sosial Dan Pembangunan. Volume 16,
Nomor 4. hlm. 334-369.
I Putu Gede Ary Suta. 2000. Menuju Pasar Modal Modern, Jakarta: Yayasan SAD
SATRIA BHAKTI, hal. 102.
TICMI. 2016. Kejahatan di Bidang Pasar Modal (Penipuan, Manipulasi Pasar, dan
Perdagangan Orang Dalam). Jakarta Selatan: TICMI.
Witiya. 2013. Kajian Yuridis atas Kejahatan Pasar Modal di Bursa Efek Indonesia
Menurut UU N.o 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. (Skripsi, Universitas
Sumatera Utara, 2013).
Yulfasni. Hukum Pasar Modal. Jakarta: Badan Penerbit Iblam, 205, hlm. 119-120.)
NOTULENSI TANYA JAWAB PRESENTASI KELOMPOK 7