Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
Asuhan Keperawatan ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan Asuhan Keperawatan untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa II dengan judul “ Asuhan
Keperawatan Korban Trafficking”.
Penulis tentu menyadari bahwa Asuhan Keperawatan ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk tugas ini,
supaya Asuhan Keperawatan ini nantinya dapat menjadi lebih baik lagi.
Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada Asuhan
Keperawatan ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
membuat Asuhan Keperawatan ini.
Demikian, semoga dapat bermanfaat. Terima kasih.

Gorontalo, Februari 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................2
1.3 Tujuan ......................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI ....................................................................................................3
2.1 Definisi ......................................................................................................................3
2.2 Penyebab ..................................................................................................................3
2.3 Akibat yang ditimbulkan ........................................................................................6
2.4 Tanda dan Gejala ....................................................................................................8
2.5 Rentang Respon .......................................................................................................8
2.6 Pohon Masalah ........................................................................................................9
2.7 Diagnosa Keperawatan ...........................................................................................9
BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................................16
3.1 Jurnal Internasional ..............................................................................................16
3.2 Jurnal Nasional ......................................................................................................17
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................20
4.1 Simpulan.................................................................................................................20
4.2 Saran .......................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perdagangan orang (human trafficking) merupakan bentuk perbudakan
secara modern, terjadi baik dalam tingkat nasional dan internasional. Dengan
berkembangnya teknologi informasi, komunikasi dan transformasi maka
modus kejahatan perdangan manusia semakin canggih. “ Perdagangan
orang/manusia bukan kejahatan biasa (extra ordinary), terorganisir
(organized), dan lintas negara (transnational), sehingga dapat dikategorikan
sebagai transnational organized crime (TOC). (Capernito, Lyda Juall. 2012)
Perdagangan manusia atau dikenal juga dengan istilah human
trafficking merupakan bentuk perbudakan modern yang mengacu pada bentuk
eksploitasi seseorang. Berdasarkan data dari Komisi Nasional Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI) dalam Ana Sabhana Azmy (2012: 39-40), menyatakan
bahwa sebagaian besar daerah di Indonesia terindikasi sebagai daerah asal
korban trafficking, baik untuk dalam maupun di luar negeri. Daerah tersebut
meliputi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Naggroe Aceh Darussalam,
Kalimantan dan beberapa wilayah lainnya. Adapun yang menjadi lokasi tempat
tujuan perdagangan manusia diantaranya Arab Saudi, Hongkong, Malaysia,
dan negara-negara maju lainnya.
Ditinjau dari aspek penawaran dan jasa secara global, kejahatan ini
tidak terlepas dari adanya ketimpangan antara kesejahteraan ekonomi di negara
maju dibandingkan dengan negara modern. Disatu sisi negara maju memiliki
nilai tukar mata uang yang jauh lebih lebih tinggi, teknologi yang relatif cangih,
dan tingkat pendidikan yang cukup merata dengan kualitas baik. Namun disisi
lain mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan ketenagakerjaan lokal, khusunya
pada jenis pekerjaan kasar seperti asisten rumah tangga, buruh kasar dan
pekerjaan-pekerjaan lain yang memerlukan banyak tenaga namun tidak terlalu
banyak menguras pikiran.
Seiring berjalanya waktu, pekerja-pekerja kasar dengan bayaran murah
semakin diperlukan di negara maju. Disini terdapat hubungan simbiosis yang

1
dianggap menguntungkan antara negara penyuplai dengan negara pengguna.
Upah yang dipandang rendah di negara maju adalah upah yang relatif tinggi di
negara berkembang. Sehingga, banyak pekerja kasar dari negara berkembang
kemudian memberanikan diri untuk mencari kehidupan yang lebih baik di
negara tujuannya. Harapan inilah yang dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan
human trafficking untuk merekrut korban dan menjadikan mereka sebagai
budak atau properti yang dapat diperjualbelikan. Mereka menyadari bahwa
para pekerja pasar ini tidak memiliki kemampuan dalam bidang bahasa,
pendidikan yang rendah serta miskin terhadap pengalaman berkaitan dengan
negara asing. Selain itu, persoalan gender berupa kondisi korban perdagangan
manusia yang rata-rata adalah perempuan dan anak-anak menjadikan mereka
rentan untuk diperdaya. (Capernito, Lyda Juall. 2012)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari trafficking?
2. Apa saja yang menjadi penyebab terjadinya trafficking?
3. Apa saja tanda dan gejala jika seseorang mengalami trafficking?
4. Bagaimna rentang respon dan pohon masalah terhadap trafficking?
5. Bagaimana diagnosa, intervensi untuk trafficking?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami apa pengertian dari trafficking
2. Untuk mengetahui dan memahami apa saja yang menjadi penyebab
terjadinya trafficking
3. Untuk mengetahui dan memahami apa saja tanda dan gejala jika seseorang
mengalami trafficking
4. Untuk mngetahui dan memahamibagaimna rentang respon dan pohon
masalah terhadap trafficking
5. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana diagnosa, intervensi untuk
trafficking

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Fenomena human trafficking (perdagangan manusia) merupakan salah
satu masalah kontemporer yang tengah mendapat perhatian serius.
Karakteristiknya bersifat represif dengan tujuan eksploitasi manusia (individu
atau kelompok). Luasnya pengaruh dan dampak ancaman yang ditimbulkan,
membuat isu human trafficking diklasifikasikan sebagai bentuk kejahatan luar
biasa (extra ordinary crime).
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Perdagangan Orang (PTPPO) mendefenisikan human
traficcking sebagai tindakan perekrutan, penampungan, pengangkutan,
pengiriman, pemindahan atau penerimaan seseorang. Modus sindikat
perdagangan manusia termanifestasi dalam beragam bentuk yaitu penculikan,
penggunaan kekerasan, penyekapan, penipuan, pemalsuan, penyalahgunaan
kekuasaan, memberi bayaran hingga penjeratan utang. Secara sederhana,
perdagangan manusia dapat dipahami sebagai suatu bentuk intimidasi terhadap
nilai dan kebebasan hak-hak dasar manusia. (Farhana 2010)
2.2 Penyebab
1. Kemiskinan
Masalah kemiskinan di Indonesia adalah fenomena sosial yang
sampai detik ini penanganannya dan solusinya yang secara konkrit belum
ada. Hal ini bukanlah persoalan yang baru bagi republik ini karena persoalan
kemiskinan adalah persoalan fenomena yang nampaknya menjadi bagian
dari kompleksnya berbagai persoalan di negeri ini. Dari berbagai macam
alasan dan penyebab kemiskinan yang timbul diantaranya minimnya
lapangan kerja, minimnya pengetahuan dan wawasan masyarakat akan
dunia ketenagakerjaan dan dunia usaha, juga persoalan faktor karena
banyaknya anggota keluarga yang tidak seimbang dengan penghasilan yang
didapatnya, jelas beberapa hal diatas sangat mempengaruhi akan adanya
kemiskinan.

3
Semakin meningkatnya jumlah pengangguran dan minimnya
lapangan pekerjaan, membuat masyarakat kita memutuskan untuk mencari
sumber penghidupan di luar negeri dengan menjadi imigran. Terlebih sejak
masa orde baru, transmigrasi ditetapkan sebagai kebijakan pemerintah dan
dijalankan di bawah pengawasan Departemen Transmigrasi mulai awal
1980-an pemerintah memperluas program transmigrasi ini dengan
memasukkan program ekspor tenaga kerja secara besar-besaran ke negara-
negara lain seperti Arab Saudi, negara- negara Timur Tengah, Malaysia,
Singapura, Hongkong, Brunei, Taiwan, dan Jepang.
2. Rendahnya tingkat pendidikan
Dalam hal ini pendidikan dirasakan sangat memegang peranan
penting, disamping perlunya sebuah ijazah pendidikan yang sangat tinggi
sebagai suatu persyaratan pendidikan yang cukup membuat seseorang dapat
memperoleh wawasan yang luas dan pengetahuan yang cukup dibandingkan
dengan yang berpendidikan rendah, meskipun bukan jaminan namun
dengan modal tersebut seseorang tidak mudah ditipu atau lebih kecil
kemungkinannya untuk dapat dikelabuhi, terutama jika menyangkut soal
dokumen, karena telah mempunyai kemampuan untuk membaca dokumen
tersebut dan mempelajarinya, meskipun awam akan prosedur administrasi,
akan tetapi dapat meminimalisir adanya penipuan atau kecurangan.
Adanya fenomena masalah rendahnya tingkat pendidikan ini efek
negatifnya dalam hal migrasi ditandai atau dapat dilihat, dimana didalam
negeri sendiri saja banyak ijazah yang tidak laku, apabila hanya pada tingkat
lulusan pendidikan SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) atau SLTA
(Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) yang ijazahnya sering tidak laku untuk
dijadikan syarat suatu pekerjaan di tanah air, selain itu rendahnya tingkat
pendidikan terlebih lagi bila hanya pada lulusan SD/sederajat, bahkan lebih
parah lagi malah buta huruf karena tidak pernah mengenyam pendidikan
sama sekali, sehingga hal ini sangat rawan dengan terjadinya penipuan,
pemalsuan dokumen, dan akan lebih memudahkan menjebak dan menjerat
korban, sesuai dengan tujuan si pelaku untuk mengeksploitasi atau bahkan

4
memperdagangkan sesuai keinginannya atau sesuai dengan pesanan
penadah atau pihak yang berkepentingan dengan hal tersebut (eksploitasi
dan perdagangan).
3. Dipaksa dengan kekerasan
Ini lebih condongnya anarkis secara terang-terangan, beban
psikologis lebih membekas, lapisan yang lebih biadab yaitu ditampilkan
pada korban secara paksa mereka mengikuti perintah yang tidak sesuai
dengan perkembangan pada umumnya mereka, sedangkan perempuan
kebanyakan sebagai budak seks dalam gerakan pagar besi, mucikari, germo,
majikan, dan lain-lain.
4. Pengaruh Globalisasi
Pemberitaan tetang trafficking (perdagangan manusia), pada
beberapa waktu terakhir ini di Indonesia semakin marak dan menjadi isu
yang aktual, baik dalam lingkup domistik maupun yang telah bersifat lintas
batas negara. Perdagangan manusia yang paling menonjol terjadi khususnya
yang dikaitkan dengan perempuan daan kegiatan industri seksual, ini baru
mulai menjadi perhatian masyarakat melalui media massa pada beberapa
tahun terkhir ini. Kemungkinan terjadi daalam skala kecil, atau dalam suatu
kegiatan yang teroganisir dengan sangat rapi. Merupakan sebagian dari
alasan-alasan yang membuat berita-berita perdagangan ini belum menarik
media massa pada masa lalu. Adapun pengaruh dari akibat globalisasi
dunia, Indonesia juga tidak dapat luput dari pengaruh keterbukaan dan
kemajuan di berbagai aspek teknologi, politik, ekonomi, dan sebagainya.
Kemajuan di berbagai aspek terebut membawa perubahan pula dalam segi-
segi kehidupan sosial dan budaya yang diacu oleh berbagai kemudahan
informasi.
Dampak negatif dari perubahan dan kemudahan tersebut menjadi
konsekuensi bagi munculnya permasalahan-permasalahan sosial termasuk
pada perempuann dan anak, salah satunya adalah berkembangnya
perdagangan seks pada anak. (Kebendaan, 2017)

5
2.3 Akibat yang ditimbulkan
Banyak akibat yang mereka alami, korban tidak hanya hanya dalam
bentuk fisik seperti luka, cacat, atau meninggal saja tetapi bagi mereka yang terkena
pelecahan seksual atau kekerasan tetapi juga dari segi psikologis. Tentu akan
ada akibat pada mental mereka yang akan berpengaruh pada kehidupan mereka.

Akibat psikologis merupakan luka permanen bagi korban perdagangan


manusia dari pada akibat yang ditimbulkan dalam hal fisik. Mereka mengalami
stress, trauma bahkan depresi setelah apa yang mereka alami. Rasa takut akan sering
muncul pada diri korban perdagangan manusia. Ciri lain yang tampak adalah
korban terkadang berfikir untuk bunuh diri, kepercayaan dan harga diri yang
kurang, selalu merasa bersalah, merasa takut, merasa ketakutan sering mimpi
buruk, kehilangan harga diri. Akibat psikologis yang terjadi pada korban
trafficking, diantaranya adalah:

1. Trauma
Sebagian besar korban perdagangan manusia akan mengalami trauma dari
akibat kekerasan atau pengalaman yang tidak menyenangkan bagi mereka.
Trauma adalah : “The essence of trauma is that it overwhelms thevictim’s
psychological and biological coping mechanisms. This occurs when internal
and external resourcesare inadequate to cope with the external threat.”
2. Pembatasan gerak
Yaitu kontrol yang dilakukan oleh para traffickers telah melampaui batas.
3. Multiple Trauma
Mengalami beberapa atau kronis peristiwa traumatis atau kasar telah
ditemukan memiliki efek yang lebihnegatif dari trauma tunggal. Sebuah
kecemasan korban dapat diungkap, karena banyak korban yang masih
menghadapi bahaya nyata terkait pengalaman perdagangan mereka bahkan
setelah terjadi eksploitasi.

6
4. Violence
Korban perdagangan pasti telah mengalami kekerasan baik sebelum dan
selama proses perdagangan. Kekerasan sebelum perdagangan terlihat pada
sebagian besar korban perdagangan untuk eksploitasi seksual.
5. Abuse
Hal ini biasanya digunakan oleh para traffickers bagi korban yang kurang
pengetahuaanya untuk dipengaruhi secara negatif agar mau melaksanakan
apa yang dia perintah.
6. Concurrent Symptoms
Setelah mengalami perdagangan sebagian besar wanita memiliki banyak
simultan masalah kesehatan fisik dan mental. Di antara korban perdagangan
gejala kesehatan fisik menyebabkan mereka merasa sakit dan tidak nyaman.
Beberapa gejala kesehatan mental mengalami lebih lama.
7. Physical symptoms
Kelelahan dan penurunan berat badan, gejala neurologis, dan
gastrointestinal adalah masalah yang paling sering dilaporkan. Banyak
korban perdagangan yang hanya memiliki sedikit waktu untuk tidur karena
dipaksauntuk melakukan aktivitas terus-menerus. Kurang tidur kronis atau
berkepanjangan tidak hanya mempengaruhi kemampuan individu untuk
berkonsentrasi dan berpikir jernih, tetapi juga melemahkan sistem
kekebalan tubuh dan kemampuan untuk menahan rasa sakit.
8. Post-traumatic stress disorder (PTSD)
PTSD adalah istilah yang menggambarkan gangguan kesehatan mental
yang disebabkan, sebagian, oleh satu atau lebih peristiwa traumatis.
Gangguan ini berlangsung dalam jangka waktu lama dalam gejala
psikologis yang parah dialami oleh mereka yang telah terkena pengalaman
yang telah memiliki efek traumatis pada mereka. Hampir semua orang yang
memiliki pengalaman traumatis akan memiliki perasaan shock, sedih
dan penyesuaian dan tidak semua orang yang mengalami peristiwa traumat
is akan menyebabkan PTSD. Karakteristik umum PTSD adalah kecenderu
ngan gejala menurun dari waktu ke waktu di sebagian orang. Studi korban

7
trafficking ( khususnya untuk eksploitasi seksual ) telah menemukan bahwa
korban menunjukkan banyak gejala PTSD. Pola penurunan dalam gejala
PTSD juga ditemukan dalam korban trafficking. PTSD tercermin dalam
studi tentang perdagangan orang adalah bahwa beberapa korban masih
memiliki beberapa gejala setelah perdagangan. (Farhana 2010)
2.4 Tanda dan Gejala
Bagi korban trafficking mereka akan mengalami keadaan psikologis berikut :
1. Stress
2. Trauma
3. Depresi
4. Rasa takut akan sering muncul pada diri korban perdagangan manusia.
5. Korban terkadang berfikir untuk bunuh diri
6. Kepercayaan dan harga diri yang kurang\
7. Selalu merasa bersalah
8. Merasa takut
9. Merasa ketakutan sering mimpi buruk
10. Kehilangan harga diri. (Farhana 2010)

2.5 Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Kesepian Manipulasi

Otonomi Menarik Diri Impulsif

Kebersamaan Ketergantungan Narkisisme

Saling Ketergantungan

(Damaiyanti, mukhripah dan iskandar. 2014)

8
2.6 Pohon Masalah

Risiko Gangguan Persepsi


Sensori Halusinasi

Effect

Isolasi Sosial

Core problem

Harga Diri Rendah Kronik

Causa

(Damaiyanti, mukhripah dan iskandar. 2014)

2.7 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang diangkat adalah :
1. Isolasi Sosial
2. Harga Diri Rendah Kronik
3. Risiko Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi (Damaiyanti, mukhripah
dan iskandar. 2014)

9
Rencana Keperawatan Isolasi Sosial

(Damaiyanti, mukhripah dan iskandar. 2014)

Diagnosa Perencanaan
Intervensi Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria hasil
Isolasi Sosial 1. Klien dapat Ekspresi wajah Bina hubungan saling percaya dengan Hubungan saling percaya
membina bersahabat menunjukkan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik. merupakan dasar untuk
hubungan saling rasa senang, ada kontak a. sapa klien dengan ramah baik verbal maupun kelancaran hubungan interaksi
percaya mata, mau berjabat non verbal selanjutnya
tangan, mau menjawab b. perkenalkan diri dengan sopan
salam, klien mau duduk c. tanyakan nama lengkap klien dan nama
berdampingan dengan panggilan yang disukai klien
perawat, mau d. jelaskan tujuan pertemuan
mengutarakan masalah e. jujur dan menempati janji
yang dihadapi. f. tunjukkan sifat empati dari menerima klien
apa adanya.
g. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien

10
2. Klien dapat Klien dapat menyebutkan 1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku Diketahui penyebab akan dapat
menyebutkan penyebab menarik diri menarik diri dan tanda-tandanya dihubungkan dengan faktor
penyebab yang berasal dari : 2. Beri kesempatan kepada klien untuk resipitasi yang dialami klien
menarik diri 1. Diri sendiri mengungkapkan perasaan penyebab menarik
2. Orang lain diri atau tidak mau bergaul
3. Lingkungan 3. Diskusikan bersama klien tentang perilaku
menarik diri tanda-tanda serta penyebab yang
muncul
4. Berikan pujian terhadap kemampuan klien
dalam menggunakan peraasaannya
3. klien dapat 1. klien dapat 1. kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan Klien harus dicoba berinteraksi
menyebutkan menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain secara bertahap agar terbiasa
keuntungan keuntungan 2. beri kesempatan dengan klien untuk membina hubungan yang sehat
berhubungan dengan berhubungan dengan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan dengan orang lain
orang lain dan orang lain berhubungan dengan orang lain
kerugian tidak 3. diskusikan bersama klien tentang keuntungan
berhubungan dengan berhubungan dengan orang lain
orang lain

11
4. beri reinforcement positif terhadap
kemampuan pengungkapan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan orang lain

2. klien dapat 1. kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan Mengevaluasi manfaat yang
menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain dirasakan klien sehingga timbul
kerugian tidak 2. beri kesempatan kepada klien untuk motivasi berinteraksi
berhubungan dengan mengungkapkan perasaan tentang kerugian
orang lain tidak berhubungan dengan orang lain
3. dikusikan bersama klien tentang kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain
4. beri reinforcement positif terhadap
kemampuan pengungkapan perasaan tentang
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

4. klien dapat Klien dapat 1. kaji kemampuan klien membina hubungan


melaksanakan mendemontrasikan dengan orang lain
hubungan sosial hubungan sosial secara 2. dorong dan bantu klien untuk berhubungan
secara bertahap bertahap, antara : dengan orang lain melalui tahap :

12
K–P K–P
K–P–K K – P – P lain
K – P – Kel K – P – P lain – K lain
K – P – Klp K – P – Kel/Klp/Masy
3. beri reinforcement terhadap keberhasilan yang
telah dicapai
4. bantu klien untuk mengevaluasi manfaat
berhubungan
5. diskusikasi jadwal harian yang dapat
dilakukan bersama klien dalam mengisis
waktu
6. motivasi klien untuk mengikuti kegiatan
ruangan
7. beri reinforcement atas kegiatan klien dalam
ruangan
5. klien dapat 1. klien dapat 1. dorong klien untuk mengungkapkan
mengungkapkan mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang
perasaannya perasaannya setelah lain
setelah

13
berhubungan berhubungan dengan 2. diskusikan dengan klien tentang perasaan
dengan orang lain orang lain : manfaat berhubungan dengan orang lain
- diri sendiri 3. beri reinforcement positif atas kemampuan
- orang lain klien mengungkapkan klien manfaat
berhubungan dengan orang lain.
6. klien dapat Keterlibatan keluarga sangat
memberdayakan 1. keluarga dapat : 1. Bisa berhubungan saling percaya dengan mendukung terhadap proses
sistem pendukung - menjelaskan keluarga : perubahan perilaku klien
atau keluarga perasaannya - Salam, perkenalkan diri
mampu - menjelaskan cara - Sampaikan tujuan
mengembangkan merawat klien - Buat kontrak
kemampuan klien menarik diri - Eksplorasi perasaan keluarga
untuk - mendemontrasikan 2. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang:
berhubungan cara perawatan klien - Perilaku menarik diri
dengan orang lain menarik diri - Penyebab perilaku menarik diri
- berpartisipasi dalam - Akibat yang akan terjadi jika prilaku
perawatan klien menarik diri tidak ditanggapi
menarik diri - Cara keluarga menghadapi klien menarik diri

14
3. Dorong anggota keluarga untuk memberikan
dukungan kepada klien untuk berkomunikasi
dengan orang lain
4. Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan
bergantian menjenguk klien minimal satu
minggu sekali
5. Beri reinforcement atas hal-hal yang telah
dicapai oleh keluarga

15
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Jurnal Internasional
1. Human Trafficking of Women and Girls: Characteristics, Commonalities,
and Complexities
This special issue of Women & Therapy is devoted to an exploration of
human trafficking as a complex human rights violation with many
manifestations. Human trafficking is, paradoxically, a single thing—the violent
exploitation of another human being for profit or personal gain— and many
different things. The circumstances under which it occurs, the persons involved
(as perpetrators, as consumers, and as victims and survivors), the means of
trafficking, and the factors that contribute to the vulnerability of potential
victims are many and varied. There is simply no prototypical trafficking case
and no prototypical victim of this crime. The invited contributions to this issue
will provide the reader with a sense of the complexity and variability of this
important topic, as well as an under- standing of the common thread—
exploitation and the violation of human rights—that ties the field together
Human traffickers are a diverse group of people and utilize many
methods of coercion to exploit victims in a variety of settings, for a variety of
purposes, and for variable periods of time. For a number of reasons, estimates
of trafficking are difficult to ascertain (see Gozdziak & Bump, 2008; Laczko
& Gozdziak, 2005; and Task Force on Trafficking of Women and Girls, 2014,
for discussions of the methodological issues). Without strong baseline data,
care is warranted when determining who is most vulnerable. Nevertheless,
sufficient empirical research and information from service providers and law
enforcement exists to confidently state that structural inequities— including
poverty, gender-based violence, racism, class and caste-based dis- crimination,
and other forms of oppression and marginalization—place some individuals at
substantially greater risk. Therapists should be attuned to the risk factors and
vulnerabilities that will be explored in this issue, but also should remain open
and flexible to varied prior experiences and diverse presentations, as adhering

16
too strictly to the identified risk factors may mislead or prevent identification.
(Hume & Sidun, 2017)
2. Identifying Victims of Human Trafficking on International and Domestic
Flights
The industry of human trafficking uses tactics of deception and
coercion to trick victims and border officials alike when moving individuals
from countries of origin, to countries of transit or destination. While preventing
or combating instances of human trafficking may not be the primary concern
of TSA or flight crew employees, these individuals are often the first people
who can detect a situation of trafficking during transport. That means that the
proper training for these individuals about how to identify and act on a situation
of human trafficking could save lives. It is apparent that the airline industry is
starting to move forward in combating human trafficking, with the critique of
the industry’s actions being that they are slow to take effect.
There is still a multitude of carriers that have not taken active steps to
combat the situation at large. Thus it is imperative that this research brings to
light the shortcomings of current literature on the transportation methods in the
human trafficking industry, and the shortcomings of the current training and
anti-human trafficking centered protocol on international and domestic flights.
Without further research and action from airlines, there will continue to be
victims of human trafficking on flights. (Gough, 2019)
3.2 Jurnal Nasional
1. Motif, Dampak Psikologis, Dan Dukungan Pada Korban Perdagangan
Manusia Di Nusa Tenggara Timur
Wanita dewasa di Nusa Tenggara Timur (NTT) rentan terhadap
kejahatan perdagangan manusia, baik dalam skala nasional maupun
internasional. Penelitian ini mendeskripsikan tentang motif, dampak
psikologis, dan dukungan yang dipersepsi oleh wanita dewasa dari NTT yang
berhasil bertahan hidup dari pengalaman menjadi korban perdagangan
manusia. Pendekatan kualitatif diaplikasikan dalam penelitian ini, dengan
analisis tematik sebagai teknik analisis. Partisipan adalah lima orang wanita

17
berusia antara 21–37 tahun yang dijadikan pekerja ilegal di luar NTT dan telah
kembali ke NTT. Ditemukan bahwa motif yang mendorong partisipan untuk
bekerja di luar NTT adalah motif ekonomi, keluarga, sosial, dan paksaan.
Dampak psikologis yang dialami adalah perilaku maladaptif, rasa sedih yang
mendalam dan tak berdaya, serta rasa malu oleh stigma. Dukungan yang
dimaknai secara positif adalah kesempatan untuk berbagi semangat dengan
sesama korban dan sesi konseling dengan praktisi kesehatan mental. Inisiatif
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan mental sangat dibutuhkan sebagai
dasar untuk melawan perdagangan manusia dan untuk mendukung korban.
(Psikologis, Manusia, & Timur, 2019)
2. Women Trafficking: Young Women’s Perspectives In West Java,
Indonesia
Provinsi Jawa Barat memiliki penduduk terbanyak di Indonesia,
merupakan penyumbang terbesar perdagangan perempuan. Perdagangan
perempuan menjadi ancaman pada semua tingkatan usia terutama remaja
perempuan. Namun terbatas informasi tentang persepsi remaja perempuan di
Jawa barat khususnya di daerah rural tentang perdagangan perempuan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi remaja perempuan
tentang efek dan pencegahan perdagangn perempuan di provinsi Jawa Barat.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif. Jumlah
responden sebanyak 361 remaja perempuan usia 15-17 tahun yang dipilih
menggunakan stratified random sampling. Data dikumpulkan dengan
menggunakan kuesioner, data dianalisis dengan distribusi frekuensi. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa 65% remaja perempuan berpersepsi
perdagangan perempuan dapat berdampak negatif bagi kesehatan perempuan,
71 % responden berpersepsi bahwa individu perlu melakukan pencegahan.
Namun persepsi berkaitan dengan dukungan sosial untuk pencegahan
perdagangan perempuan menunjukkan 70% responden berpersepsi tidak perlu.
Kesimpulan penelitian ini, remaja perempuan memiliki persepsi yang berbeda-
beda, dimana sebagian besar berpersepsi adanya dampak negatif dari
perdagangan perempuan pada kesehatan perempuan sehingga perlu melakukan

18
pencegahan, namun sebagian besar berpersepsi keterlibatan dukungan sosial
terhadap pencegahan perdagangan perempuan tidak diperlukan. Diperlukan
strategi dan metode yang tepat untuk meningkatkan peran dukungan sosial
dalam pencegahan perdagangan perempuan, dan peningkatan pengetahuan
serta kesadaran masyarakat terhadap ancaman perdagangan perempuan di Jawa
Barat. (Soedirman, 2018)
3. Pemetaan Jaringan Sosial dan Motif Korban Human Trafficking pada
Perempuan Pekerja Seks Komersial
Tingginya laju pertumbuhan penduduk serta pertumbuhan ekonomi,
menjadikan kawasan seperti DKI Jakarta menjadi salah satu tujuan
didatangkannya para korban human trafficking (terutama perempuan dan anak-
anak) dari luar wilayah Jabodetabek. Mereka dibawa terutama perempuan
untuk dijadikan Pekerja Seks Komersial (PSK). Hal ini bisa dilihat dengan
bertambahnya jumlah tempat panti pijat plus atau spa plus yang menawarkan
para perempuan PSK. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan bentuk
jaringan sosial pada kasus human trafficking perempuan yang dijadikan PSK
dan menjelaskan motif apa yang membuat mereka menjadi korban human
trafficking untuk dijadikan perempuan PSK di Wilayah DKI Jakarta. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan untuk jenis penelitian ini
adalah fenomenologi. Lokasi penelitian di DKI Jakarta, namun Kepulauan
Seribu tidak termasuk dan waktu penelitian berlangsung selama 5 bulan (Juni
sampai Oktober 2017). Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan
bentuk jaringan sosial yang terbentuk adalah jaringan sosial parsial dan
jaringan sosial kepentingan. Sementara itu, motif atau latar belakang penyebab
informan menjadi korban human trafficking dan kemudian dijadikan PSK,
yaitu: Pertama, motif kemiskinan. Kedua, motif sulitnya akses lapangan kerja.
Ketiga, motif pendidikan. Keempat, motif masalah keluarga. Kelima, motif
praktek budaya pernikahan dini yang berdampak pada perceraian.
(Dalimoenthe, 2018)

19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Fenomena human trafficking (perdagangan manusia) merupakan salah
satu masalah kontemporer yang tengah mendapat perhatian serius.
Karakteristiknya bersifat represif dengan tujuan eksploitasi manusia (individu
atau kelompok). Luasnya pengaruh dan dampak ancaman yang ditimbulkan,
membuat isu human trafficking diklasifikasikan sebagai bentuk kejahatan luar
biasa (extra ordinary crime). (Farhana 2010)
4.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak
berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah inidan penulisan
makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya

20
DAFTAR PUSTAKA

Capernito, Lyda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed. 13. Jakarta :
EGC
Dalimoenthe, I. (2018). Pemetaan Jaringan Sosial dan Motif Korban Human
Trafficking pada Perempuan Pekerja Seks Komersial. Jupiis: Jurnal
Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 10(1), 91.
https://doi.org/10.24114/jupiis.v10i1.8430
Damaiyanti, mukhripah dan iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung :
Refika Aditama
Farhana. 2010 . Aspek Hukum Perdagangan Orang di Indonesia. Jakarta : Sinar
Grafika
Gough, E. (2019). Identifying Victims of Human Trafficking on International and
Domestic Flights. UF Journal of Undergraduate Research, 20(1).
https://doi.org/10.32473/ufjur.v20i1.106165
Hume, D. L., & Sidun, N. M. (2017). Human Trafficking of Women and Girls:
Characteristics, Commonalities, and Complexities. Women and Therapy,
40(1–2), 7–11. https://doi.org/10.1080/02703149.2016.1205904
Kebendaan, P. J. (2017). Telaah yuridis perkembangan regulasi dan usaha
pergadaian sebagai pranata jaminan kebendaan, 2(35).
https://doi.org/10.23920/jbmh.v2n1.7
Psikologis, D., Manusia, P., & Timur, T. (2019). Motif, Dampak Psikologis dan
Dukungan pada Korban Perdagangan Manusia di Nusa Tenggara Timur,
(March). https://doi.org/10.24854/jpu02019-218
Soedirman, J. K. (2018). Jurnal Keperawatan Soedirman, Volume 13, No.1, March
2018, 13(1), 27–31.

21

Anda mungkin juga menyukai