Anda di halaman 1dari 46

Tugas Makalah

“ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN TRAFFICKING”

Disusun oleh :
Kelompok 4

1. Widyawati Bau (841418075)


2. Fitriani Fikri (841418077)
3. Nimala Husain (841418086)
4. Irdahtullah Zainuddin (841418088)
5. Puspita Ayuba (841418104)
6. Rifani Boroma (841418111)

KEPERAWATAN KELAS C

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Kuasa, karena atas limpahan rahmat serta
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang membahas
mengenai materi Keperawatan Jiwa 2 tepat pada waktu yang ditentukan dengan
baik dan lancar.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa
2 yang selama penyusunan makalah ini kami banyak mendapat pengetahuan
tentang mata kuliah ini khususnya mengenai materi “Asuhan Keperawatan Pasien
Trafficking”.
Untuk itu, ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada selaku
dosen pengajar mata kuliah ini di Universitas Negeri Gorontalo, yang dalam hal
ini telah memberi pengetahuan dalam bentuk materi maupun pemikiran sehingga
dalam penyusunan makalah ini berjalan dengan lancar.
Kami selaku penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan makalah-makalah
selanjutnya.Semoga makalah ini dapat bermafaat bagi semua pihak khususnya
bagi teman-teman para pembaca.

Gorontalo, 17 Mei 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................... i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 3
1.3 Tujuan................................................................................................ 3
Bab II Tinjauan Teori
2.1 Definisi.............................................................................................. 4
2.2 Etiologi ............................................................................................. 7
2.3 Manifestasi Klinis............................................................................. 10
2.4 rentang masalah ................................................................................ 11
2.5 Pohon Masalah.................................................................................. 12
2.6 Diagnosa Keperawatan...................................................................... 12
2.7 Perencanaan Keperawatan................................................................. 13
2.8 Strategi Pelaksanaan.......................................................................... 30
BAB III Telaah Jurnal
3.1 Jurnal Internasional........................................................................... 36
3.2 Jurnal Nasional.................................................................................. 38
BAB IV Penutup
4.1 Simpulan............................................................................................ 42
4.2 Saran.................................................................................................. 42
Daftar Pustaka................................................................................................ 43

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Perdagangan orang (human trafficking) merupakan bentuk perbudakan
secara modern, terjadi baik dalam tingkat nasional dan internasional. Dengan
berkembangnya teknologi informasi, komunikasi dan transformasi maka modus
kejahatan perfagangan manusia semakin canggih. “perdagangan orang/manusia
bukan kejahatan biasa (extra ordinary), terorganisir (organized) dan lintas negara
(transnational), sehingga dapat dikategorikan sebagai (transnational), sehingga
dapat dikategorikan sebagai transnational organized crime (TOC).
Demikian canggihnya cara kerja perdagangan orang yang harus diikuti
dengan perangkat hukum yang dapat menjerat pelaku. Diperlukan instrumen
hukum secara khusus yang meliputi aspek pencegahan, perlindungan, rehabilitasi,
repratriasi, dan reintegrasi sosial. Kasus perdagangan orang yang terjadi, hampir
seluruh kasus yang ditemukan dalam perdagangan manusia korbannya adalah
perempuan dan anak. Diperkirakan setiap tahunnya 600.000-800.000 laki-
laki,perempuan dan anak-anak diperdagangkan menyeberangi perbatasan-
perbatasan internasional.
Dari berbagai macam kejahatan yang ada, msalah perdagangan orang sangat
kompleks, sehingga upaya pencegahan maupun penanggulangan korban
perdagangan harus dilakukan secara terpadu. Adapun beberapa faktor pendorong
terjadinya perdagangan orang antara lain meliputi kemiskinan, desakan kuat untuk
bergaya hidup materialistik, ketidakmampuan sistem pendidikan yang ada
maupun masyarakat untuk mempertahankan anak supaya tidak putus sekolah dan
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi serta petugas kelurahan dan kecamatan
yang membantu pemalsuan KTP.
Posisi indonesia saat ini belum meratifikasi protokol PBB tahun 2000
tentang human trafficking, namun indonesia telah melakukan berbagai upaya
pemberantasan perdagangan orang dengan melahirkan Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2007 tentang pemberantasan perdagangan orang, dimana dalam undang-

1
undang tersebut mencakup berbagai perdagangan orang seperti, prdagangan
perempuan untuk dilacurkan, perdagangan orang atau anak untuk tenaga kerja,
dan perdagangan anak khususnya bayi. Secara umum korban perdagangan orang
terutama perempuan yang dilacurkan dan pekerja anak adalah korban kriminal
dan bukan pelaku kriminal. Elemen perdagangan orang meliputi pelacuran
paksa, eksploitasi, seksual, kerja paksa mirip perbudakan, dan transplantasi organ
tubuh. Korban perdagangan orang memerlukan perlindungan, direhabilitasi, dan
dikembalikan kepada keluarganya.
Salah satu faktor tingginya kasus perdagangan orang yang pada umumnya
perempuan, disebabkan oleh dijanjikan pekerjaan dengan gaji tinggi diluar daerah,
dengan korban ada;ah kalangan perempuan usia remaja yang ingin mencari kerja.
Dimana, kasus perdagangan orang khususnya perempuan yang sangat tidak
manusiawi tersebut, merupakan praktik penjualan perempuan dari satu agen ke
agen berikutnya. Semakin banyak agen yang terlibat, maka semakin banyak pos
yang akan dibayar oleh perempuan tersebut, sehingga gaji mereka terkuras oleh
para agen tersebut.
Sebagian masyarakat cenderung mencari jalan pintas untuk bangkit dari
kemiskinan. Fenomena ini memunculkan keprihatinan, sehingga perlu adanya
langkah proaktif. Cara pintas yang diambil masyarakat kerap mengorbankan masa
depan generasi muda. Pengiriman tenaga kerja keluar daerah, seringkali tanpa
mempertimbangkan legalitas dari jalur pengiriman. Ada kecenderungan jalur
perdagangan orang diawali dengan berkedok penyaluran pembantu rumah tangga.

2
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah asuhan keperawatan ini adalah untuk
mengetahui berbagai hal yang berhubungan dengan gangguan kejiwaan yang ada
kaitannya dengan korban perdagangan manusia serta dapat merancang berbagai
cara untuk mengantisipasi masalah dengan menerapkan asuhan keperawatan pada
kasus perdagangan manusia berhubungan dengan kejiwaan.

1.3 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah asuhan keperawatan ini yaitu untuk
menambah ilmu pengetahuan kita mengenai gangguan kejiwaan seperti gangguan
konsep diri, depresi dan sebagainya yang ada pada klien korban perdagangan
manusia serta berfokus dalam mengetahui bagaimana cara penerapan asuhan
keperawatan yang tepat tergadap perdagangan manusia.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Perdagangan orang (trafficking) adalah bentuk modern dari perbudakan
manusia. Perdagangan orang juga merupakan salah satu bentuk perlakuan
terburuk dan pelanggaran harkat dan martabat manusia, dengan sendirinya
merupakan pelanggaran hak asasi manusia.
Perdagangan orang (trafficking) menurut definisi dari Pasal 3 Persatuan
Bangsa-Bangsa, berarti sebagai: Perekrutan, pengiriman, pemindahan,
penampungan, atau penerimaan seseorang, dengan ancaman atau penggunaan
kekerasan, atau bentuk-bentuk pemaksaan lain, penculikan, penipuan, kecurangan,
penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, atau memberi atau menerima
bayaran atau menfaat atau memperoleh ijin dari orang yang mempunyai
wewenang atas orang lain untuk tujuan eksploitasi. (Pasal 3 Protokol Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) Tahun 2000 untuk mencegah, menanggulangi dan
menghukum trafficking terhadap manusia, khususnya perempuan dan anak-anak;
suplemen Konvensi PBB mengenai kejahatan lintas batas negara) Perdagangan
orang merupakan suatu perbuatan pidana yang melanggar Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang. Dalam hal ini
hakhak seseorang untuk dapat hidup dengan layak telah dilanggar.
Hak tersebut merupakan hak asasi manusia yang hakiki, sehingga
perdagangan orang termasuk pelanggaran terhadap undang-undang hak asasi
manusia, dimana para pelaku akan dikenakan sanksi pidana. Untuk itu dalam
penerapan sanksi hukum bagi pelaku perdagangan orang perlu kajian dalam
sanksi berat yang terdapat dalam undang-undang tentang perdagangan orang, atau
undang-undang tentang hak asasi manusia. Tindak pidana perdagangan orang
dapat diketahui bahwa penanganan setiap kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia
saat terjadi keadaan darurat harus segera dilakukan berdasarkan peraturan keadaan
darurat yang penyelesaiannya dibatasi secara tegas, melalui pengadilan.
Berdasarkan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Tindak

4
Pidana Perdagangan Orang menyatakan bahwa: Tindak pidana perdagangan orang
dianggap dilakukan oleh korporasi apabila tindak pidana tersebut dilakukan oleh
orangorang yang bertindak untuk dan/atau atas nama korporasi atau untuk
kepentingan korporasi, baik berdasarkan hubungan kerja maupun hubungan lain,
bertindak dalam lingkungan korporasi tersebut baik sendiri maupun bersama-
sama.
Berdasarkan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 adalah
dasar hukum tertulis yang didalamnya memuat Hak- Hak Asasi Manusia
Indonesia serta kewajibankewajiban yang bersifat dasar pula, namun istilah
perkataan Hak Asasi Manusia itu sendiri sebenarnya tidak dijumpai dalam UUD
1945. Berbicara tentang hak asasi manusia maka yang pertama perlu ditinjau
pengertian dari negara hukum atau yang lebih sering disebut rule of law. Negara
hukum atau rule oflaw dalam arti menurut konsepsi dewasa ini, mempunyai sendi-
sendi yang bersifat universal, seperti pengakuan dan perlindungan terhadap hak-
hak asasi, legalitas dari pada tindakan Negara dalam arti tindakan aparatur Negara
yang dapat dipertanggug jawabkan secara hukum dan terjaminnya peradilan yang
bebas. Menurut Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) yang terdapat
didalam Pasal 7 menyebutkan bahwa: 36). orang sama didepan hukum dan berhak
atas perlindungan hukum yang sama tanpa diskriminasi apapun. Semua orang
berhak untuk mendapatkan perlindungan yang sama terhadap diskriminasi apapun
yang melanggar deklarasi ini dan terhadap segala hasutan untuk melakukan
diskriminasi tersebut. Sejalan perkembangan sosial politik dan hukum di
Indonesia, yang disebut dengan jaman reformasi, maka pemerintah telah membuat
perundang-undangan baru. Khusus untuk masalah hak asasi manusia pada
awalnya Indonesia hanya berpatokan pada ketentuan PBB (Perserikatan Bangsa-
Bangsa) yaitu theuniversal declaration of human right pada tanggal 10 desember
1948 sekarang bangsa Indonesia boleh bangga dengan disahkannya Undang-
undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Menurut Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, sebagaimana bunyi
pada Pasal 1 menyatakan bahwa: Hak asasi manusia (HAM) adalah seperangkat
hak yang melekat pada hakikat dan keberadaaan manusia sebagai makhluk tuhan

5
yang maha esa dan merupakan anugerahnya yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi,dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat martabat manusia. Hak asasi manusia
terbentuk dari tiga kata, yaitu hak, asasi, manusia. Hak berarti milik atau
kepunyaan. Hak juga didefinisikan sebagai kekuasaan untuk berbuat sesuatu. Asas
berarti pokok, dasar atau utama. Asasi berarti yang dasar atau yang pokok.
Manusia didefinisikan sebagai orang insan atau makhluk yang berakal budi.
Maka dengan demikian, hak asasi manusia dapat didefinisikan sebagai milik atau
kepunyaan yang bersifat mendasar atau pokok yang melekat pada seseorang
sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. hak asasi manusia dijabarkan atau
dikembangkan menjadi kewajiban-kewajiban dan hak-hak lainnya. Secara
mendasar hak asasi manusia meliputi hak untuk hidup, hak untuk merdeka dan
hak untuk memiliki sesuatu. Hak-hak asasi tersebut terus berkembang menurut
tingkat kemajuan budaya. Adapun hak asasi manusia dalam kehidupan dapat
dibedakan sebagai berikut: Hak asasi pribadi(personal right); Hak asasi politik
(political right); Hak asasi hukum (legal equality right); Hak asasi ekonomi
(property right); Hak AsasiPeradilan (procedural right); dan Hak asasi sosial
budaya (social culture right).

Human Trafficking Di Indonesia


Bedasarkan penulusuran literatur, dimensi perdagangan manusia terus meluas
hingga menyentuh sendi-sendi kehidupan sosial masyarakat indonesia.
International Organized For Migration (IOM) mencatat, pada periode maret 2005
hingga desember 2004, jumlah human trafficking di indonesia mencapai 6.651
orang. Dari jumlah itu, 82% adalah perempuan yang bekerja di dalam dan di luar
negeri sebagai tenaga kerja informal dan 18% merupakan laki-laki yang mayoritas
mengalami eksploitasi ketika bekerja sebagai anak buah kapal (ABK).

Humantraffickingdi Nusa Tenggara Timur


Bahaya human trafficking semakin menggejala hingga ke daerah. Salah satu
daerah yang menjadi objek kajian dalam pembahasan ini adalah Propinsi Nusa

6
Tenggara Timur (NTT). Kejahatan dan ancaman human trafficking tengah
menjadi isu aktual di NTT. Dalam beberapa tahun terakhir, NTT menempati
rangking teratas, didaulat sebagai daerah asal korban tindak pidana perdagangan
manusia. Upaya pemberantasan perdagangan orang di NTT tetap menjadi sorotan
oleh berbagai macam kalangan. Kemensos RI, memberi sinyal bahwa
permasalahan TKI di NTT sudah mencapai kondisi kronis, sehingga langkah
penanganan menjadi urgensi bersama. Secara umum, jumlah buruh migran dari
NTT bukan yang terbanyak di Indonesia, tetapi angka kasus human trafficking
dari NTT menurut data Bareskrim Polri tertinggi di Indonesia. Sejak Februari
2014, kasus perdagangan orang telah menjadi ‘titik api’ protes gerakan
masyarakat sipil di NTT.7 Human trafficking di NTT dapat dikatakan sudah
darurat karena banyak sekali warga NTT terutama kaum wanita berumur 15 tahun
ke atas yang dijadikan TKW ke luar negeri, khususnya Malaysia, Singapura,
Taiwan, dan negara-negara lain. Data Institute of Resource Governance andSocial
Change (IRGSC) bulan Januari sampai Desember 2015, terdapat 941 orang
menjadi korban, disinyalir ada tujuh jaringan perusahaan dan perorangan yang
terlibat. Tahun 2015 terdapat 1.667 TKW asal NTT yang menjadi korban
humantrafficking. Sementara, pada 2016, bulan Januari sampai Juli, ada sekitar
726 TKW yang masalah atau terindikasi praktek perdagangan manusia.
Kepolisian Daerah (Polda) Nusa Tenggara Timur (NTT) mencatat, 1.667 orang
calon tenaga kerja wanita (TKW) asal NTT dikirim keluar daerah secara illegal.
Para calon TKW rencananya akan dikirim oleh sejumlah jaringan perdagangan
manusia untuk bekerja di Medan dan Malaysia.9 Dengan kondisi ini, praktek
human trafficking menjadi fenomena baru yang cukup mengejutkan karena
sebelumnya, secara nasional, NTT belum pernah masuk dalam peringkat tertinggi
daftar kasus human trafficking di Indonesia.

2.2 ETIOLOGI
Terdapat aspek universal dibalik masalah human trafficking yang dialami
negara-negara di seluruh dunia. Penyebabnya adalah poverty, globalization, the
sex tourism industry, women’s rights and general global education levels. Korban

7
trafficking adalah mereka yang terpinggirkan, terutama kaum perempuan (kondisi
kemiskinan dan ketidakmandirian yang mereka alami). Kondisi-kondisi psikologis
dan masalah kemiskinan secara sistematis mendorong individu untuk melakukan
apapun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Berikut adalah faktor-faktor yang
dipandang sebagai penyebabterjadinya masalah human trafficking.
Adapun beberapa faktor penyebab Human Trafficking adalah sebagai
berikut:
a. Kemiskinan
Kemiskinan termasuk faktor utama yang mendorong orang untuk
melakukan apapun agar keluar dari keterbatasan yang dialami. Supply
side (sisi pasokan) dipengaruhi faktor kemiskinan yang dialami individu
(keterbatasan sarana dan akses kebutuhan hidup). Sisi permintaan
(demand side) mengacu pada industri komersial atau kegiatan yang
mengandalkan kemiskinan sebagai komoditas (individu diperdagangkan
secara ilegal) dengan tujuan mempertahankan profit atau keuntungan.
Berbagai pandangan lembaga atau organisasi secara mayoritas menyebut,
faktor utama dan akar penyebab perdagangan manusia adalah
dipengaruhi supply side akibat dari kemiskinan. Faktor kemiskinan
mendorong jutaan orang Indonesia melakukan migrasi, domestik maupun
internasional yang dipandang sebagai sebuah cara memperoleh
kehidupan yang baik bagi dirinya dan keluarga.13 Berdasarkan hasil
riset, sebuah studi di 41 negara menunjukkan bahwa keinginan untuk
meningkatkan kondisi ekonomi dan kurangnya kesempatan kerja adalah
salah satu alasan utama wanita mencari pekerjaan di luar negeri Pengaruh
kemiskinan tersebut melahirkan berbagai dampak sosial. Terdapat fakta
memprihatinkan, bahwa konsekuensi kemiskinan menempatkan posisi
perempuan sebagai pihak yang sangat beresiko terjebak kejahatan,
intimidasi, dan eksploitasi praktek perdagangan manusia.
b. Minimnya Tingkat pendidikan
Selain faktor ekonomi, rendahnya pemenuhan hak atas akses pendidikan
turut melatari munculnya korban kejahatan. Tingginya kasus

8
perdagangan ini tidak hanya disebabkan faktor kemiskinan atau ekonomi,
tetapi juga pada minimnya tingkat pembangunan Sumber Daya Manusia
(SDM) dalam bidang pendidikan. Resiko pengaruhnya pada tingkat
pendidikan yang minim, tamat SD atau bahkan tidak bersekolah.
Pengetahuan yang minim membuat mereka mudah ditipu dan diperdaya
sehingga mudah dijadikan korban human traficking. Dalam konteks ini,
bisa dikatakan kondisi ekonomi yang terbelakang dan SDM yang minim
menjadikan NTT sebagai propinsi “Darurat Manusia”, orang dengan
mudah ditipu akan mendapat kerja yang bagus dan diiming-dimingii gaji
yang tinggi. Situasi ini menjadikan sebagai lahan basah bagi para calo.
Studi kasus, seperti dialami Wilfrida Soic, wanita berumur 17 tahun yang
hanya mengenyam pendidikan sampai kelas 4 SD. Ia dijadikan korban
oleh pelaku dalam hal ini calo, secara terorganisir mengirimnya ke luar
negeri, tanpa membawa dokumen apa pun. Dalam kasusini, paspor
Wilfrida difasilitasi dan dibuat di Jakarta kemudian dikirim dari NTT
menuju Jakarta dan ke Singapura.
c. Faktor Ekonomi
Forrel menyatakan “Traffickers are motivated by money”, pelaku
perdaganganmanusia termotivasi oleh uang. Kalimat inihendak memberi
suatu pemahaman, bahwafaktor ekonomi menjadi salah satupenyebab
utama terjadinya kejahatan yangdilatarbelakangi kesenjangan ekonomi,
danlapangan kerja yang tidak memadai denganbesarnya jumlah
penduduk. Hal mendesakinilah yang mendorong seseorang
mencaripekerjaan meski harus keluar daerah. Kemiskinan dan rendahnya
kesempatan kerja mendorong jutaan penduduk Indonesia melakukan
migrasi di dalam dan keluar negeri guna menemukan cara agar dapat
menghidupi diri mereka dan keluarga. Selain kemiskinan, kesenjangan
tingkat kesejahteraan antar negara juga menjadi penyebab terjadinya
perdagangan manusia. Negara-negara yang tercatat sebagai penerima
korban perdagangan manusia dari Indonesia, mayoritas memiliki tingkat
kesejahteraan dan ekonomi lebih baik seperti Malaysia, Singapura,

9
Hongkong, Taiwan dan Saudi Arabia. Kesejahteraan ekonomi menjadi
tujuan mereka bermigrasi ke negara lain.
d. Pengangguran
Pengangguran sebagai salah satu penyebab maraknya korban
perdagangan manusia di Indonesia. Berbagai sumber mencatat, masalah
sosial berpengaruh besarterhadap kompleksitas kejahatan di indonesia.
Beberapa korban adalah mereka yang tidak mampu, atau dikategorikan
sebagai kelompok masyarakat rentan. Agenda forum Seminar
Perdagangan Orang yang digelar Komisi Perlindungan Perempuan dan
Anak Daerah (KPPAD) Provinsi Bali, Sabtu 29 Oktober 2016,
membahas tingginya presentase Kasus Perdagangan Manusia di Nusa
Tenggara Timur (NTT). Laporan Serikat Perempuan Indonesia (Seruni),
angka pengangguran yang tinggi menjadi salah satu pemicu terjadinya
eksodus buruh migran dari NTT. Pada kondisi ini, NTT berada dalam
posisi memprihatinkan, angka pengangguran mencapai angka 88 ribu
orang Seruni mencatat, terdapat 44 korban meninggal asal NTT akibat
tersangkut kasus perdagangan orang. Perempuan muda asal NTT, mudah
direkrut perusahaan jasa tenaga kerja menjadi buruh migran. Bahkan,
dari penelusuran yang dilakukan, faktor kemiskinan sebagai pendorong
sebagian orangtua di NTT mengizinkan anaknya direkrut bekerja di luar
negeri.

2.3 MANIFESTASI KLINIS


Trafficking adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan,
pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan,
penyalah gunaan kekuasaan atau posisi rentan , penjejeran utang atau memberi
bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang orang yang
memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara
maupun antar negara untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang
tereksploitasi. Korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan psikis,
mental, fisik, seksual, ekonomi, atau sosial yang diakibatkan tindak pidana

10
perdagangan orang. Setiap orang adalah orang perseorangan atau korporasi yang
melakukan tindak pidana perdagangan orang.
2.4 RENTANG RESPON

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep Harga Keracunan Depersonalisasi


Diri Diri Positif Diri Rendah Identitas
(Iskandar, 2014).

a. Respon adaptif
Menurut Eko (2014), respon adaptif adalah kemampuan individu dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapinya
1) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang
positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan
dapat diterima.
2) Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman
yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif
maupun yang negatif dari dirinya.
b. Respon Maladaptif
Menurut Eko (2014), respon maladaptif adalah respon yang diberikan
individu ketika dia tidakmampu lagi menyelesaikan masalah yang
dihadapi.
1) Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai
dirinya yang negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
2) Kerancuan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas
sehingga tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
3) Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu
mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu

11
berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa percaya
diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan orang lain.

2.5 POHON MASALAH

Resiko mencederai
diri sendiri, orang Gangguan
lain atau lingkungan Pola Tidur

Gangguan persepsi sensori :


Hilang selera Menurunnya
Halusinasi
makan (Anoreksia) motivasi dalam

Isolasi Sosial : Menarik

Gangguan Konsep Diri :


Harga Diri Rendah

Koping individu inefektif

Respon Trauma

2.6 DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Harga Diri Rendah (HDR)
b. Isolasi Sosial
c. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi

12
2.7 PERENCANAAN KEPERAWATAN

PERENCANAAN
DIAGNOSIS
NO Tujuan
KEPERAWATAN Kriteria Hasil Intervensi Rasional
(TUK/TUM)
1 HARGA DIRI 1. Klien dapat 1.1 Eksperi wajah bersahabat 1.1.1 Bina hubungan saling Hubungan saling percaya
RENDAH KRONIK membina menunjukkan rasa percaya dengan merupakan dasar untuk
hubungan saling senang, ada kontak mata, mengungkapkan kelancaran hubungan
percaya mau berjabat tangan, mau prinsip komunikasi interaksi selanjutnya.
menjawab salam, klien terapeutik
mau duduk a. Sapa klien dengan
berdampingan dengan ramah baik verbal
perawat, mau maupun non verbal
mengutarakan masalah b. Perkenalkan diri
yang dihadapi dengan sopan
c. Tanyakan nama
lengkap klien dan
nama panggilan
yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan
pertemuan
e. Jujur dan menepati
waktu
f. Tunjukan sifat
empati dari
menerima klien apa
adanya

13
g. Beri perhatian
kepada klien dan
perhatikan
kebutuhan dasar
klien
h. Diskusikan
kemampuan dan
aspek positif yang
dimiliki klien

2. Klien dapat 2.1 Klien mengidentifikasi 2.1.1 Diskusikan Diskusikan tingkat


mengidentifikasi kemampuan dan aspek kemampuan dan kemampuan klien seperti
kemampuan dan positif yang dimiliki: aspek positif yang menilai realitas, kontrol
aspek positif a. Kemampuan yang dimiliki klien diri atau integritas ego
yang dimiliki dimiliki klien 2.1.2 Setiap bertemu klien sebagai dasar asuhan
b. Aspek positif hindarkan dari keperawatan.
keluarga memberi nilai negatif Reinforcement positif
c. Aspek positif 2.1.3 Utamakan memberi akan meningkatkan harga
lingkungan yang pujian yang realistik diri
dimiliki klien Pujian yang realistis
tidak menyebabkan
melakukan kegiatan
hanya karna ingin
mendapat pujian.

3. Klien dapat 3.1 Klien menilai 3.1.1 Diskusikan dengan Keterbukaann dan
menilai kemampuan yang dapat klien kemampuan pengertian tentang

14
kemampuan digunakan yang masih dapat kemampuan yang
yang digunakan digunakan selama dimiliki adalah prasarat
sakit. untuk berubah.
3.1.2 Diskusikan Pengertian tantang
kemampuan yang kemampuan yang
dapat dilanjutkan dimiliki diri motivasi
penggunaan untuk tetap
mempertahankan
penggunaannya.

4. Klien dapat 4.1 Klien membuat rencana 4.1.1 Rencanakan bersama Klien adalah individu
(menetapkan) kegiatan harian klien aktifitas yang yang bertanggung jawab
kegiatan sesuai dapat dilakukan setiap terhadap dirinya sendiri.
dengan hari sesuai Klien perlu bertindak
kemampuan kemampuan: secara realistis dalam
yang dimiliki d. Kegiatan mandiri kehidupannya.
e. Kegiatan dengan Contoh peran yang
bantuan sebagian dilihat klien akan
f. Kegiatan yang memotivasi klien untuk
membutuhkan total melaksanakan kegiatan.
4.1.2 Tingkatkan kegiatan
yang sesuai dengan
toleransi kondisi
klien.
4.1.3 Beri contoh cara
pelaksanaan kegiatann
yang boleh klien
lakukan.

15
5. Klien dapat 5.1 Klien melakukan 5.1.1 Beri kesempatan Memberikan kesempatan
melakukan kegiatan sesuai kondisi kepada klien untuk kepada klien mandiri
kegiatan sesuai sakit dan kemampuannya mencoba kegiatan dirumah
kondisi yang telah Reinforcement positif
direncanakan akan meningkatkan harga
5.1.2 Beri pujian atas diri. Memberikan
keberhasilan klien kesempatan kepada klien
5.1.3 Diskusikan untuk tetap melakukan
kemungkinan kegiatann yang biasa
pelaksanaan dirumah dilakukan.

6. Klien dapat 6.1 Klien memanfaatkan Mendorong keluarga


memanfaatkan sistem pendukung yang 6.1.1 Beri pendidikan untuk mampu merawat
sistem ada dikeluarga kesehatan pada klien mandiri dirumah
pendukung yang keluarga tentang cara Support system keluarga
ada merawat klien dengan akan sangat berpengaruh
harga diri rendah dalam mempercepat
kronik proses penyembuhan
6.1.2 Bantu keluarga Meningkatkan peran
memberikan dukungan serta keluarga dalam
selama klien dirawat merawat klien dirumah.

2 ISOLASI SOSIAL TUM : 1.1 Setelah 1x interaksi, klien 1.1.1 Bina hubungan saling Membina hubungan
Klien dapat menunjukkan tanda-tanda percaya dengan saling percaya dengan
berinteraksi dengan percaya kepada perawat : mengemukakan klien. Kontak yang jujur,
orang lain. a. Ekspresi wajah cerah, prinsip komunikasi singkat, dan konsisten
TUK 1 : tersenyum terapeutik : dengan perawat dapat

16
Klien dapat b. Mau berkenalan a. Mengucapkan membantu klien
membina hubungan c. Ada kontak mata salam terapeutik. membina kembali
saling percaya. d. Bersedia menceritakan Sapa klien dengan interaksi penuh percaya
perasaan ramah, baik verbal dengan orang lain.
e. Bersedia maupun non
mengungkapkan verbal.
masalah b. Berjabat tangan
dengan klien.
c. Perkenalkan diri
dengan sopan.
d. Tanyakan nama
lengkap klien dan
nama panggilan
yang disukai klien.
e. Jelaskan tujuan
pertemuan.
f. Membuat kontrak
topik, waktu, dan
tempat setiap kali
bertemu klien.
g. Tunjukkan sikap
empati dan
menerima klien
apa adanya.
h. Beri perhatian
kepada klien dan
perhatikan
kebutuhan dasar

17
klien.
TUK 2 : Kriteria evaluasi : 2.1.1 Tanyakan pada klien
Klien mampu 2.1 Klien dapat tentang :
menyebutkan menyebutkan minimal a. Orang yang tinggal
penyebab isolasi satu penyebab isolasi serumah atau
sosial. sosial. Penyebab sekamar dengan
munculnya isolasi klien.
sosial : diri sendiri, b. Orang yang paling
orang lain, dan dekat dengan klien
lingkungan. di rumah atau ruang
perawatan.
c. Hal apa yang
membuat klien
dekat dengan orang
tersebut.
d. Orang yang tidak
dekat dengan klien,
baik di rumah atau
di ruang perawatan.
e. Apa yang membuat
klien tidak dekat
dengan orang
tersebut.
f. Upaya yang sudah
dilakukan agar
dekat dengan orang
lain.

18
2.1.2 Diskusikan dengan
klien penyebab isolasi
sosial atau tidak mau
bergaul dengan orang
lain.
2.1.3 Beri pujian terhadap
kemampuan klien
dalam
mengungkapkan
perasaan.
TUK 3 : Kriteria evaluasi : 3.1.1 Tanyakan kepada Perbedaan seputar
Klien mampu 3.1 Klien dapat menyebutkan klien tentang : manfaat hubungan sosial
menyebutkan keuntungan dalam a. Manfaat hubungan dan kerugian isolasi
keuntungan berhubungan sosial, sosial sosial membantu klien
berhubungan sosial seperti : b. Kerugian isolasi mengidentifikasi apa
dan kerugian dari a. Banyak teman social yang terjadi pada dirinya,
isolasi sosial. b. Tidak kesepian sehingga dapat diambil
c. Bisa diskusi langkah untuk mengatasi
d. Saling menolong masalah ini.
3.2 Klien dapat menyebutkan 3.1.2 Diskusikan bersama Penguatan
kerugian menarik diri, klien tentang manfaat (reinforcement) dapat
seperti : berhubungan sosial membantu meningkatkan
a. Sendiri dan kerugian isolasi harga diri klien.
b. Kesepian sosial.
c. Tidak bisa diskusi a. Beri pujian
terhadap
kemampuan klien

19
dalam
mengungkapkan
perasaannya.

TUK 4 : Kriteria evaluasi : 4.1.1 Observasi perilaku Kehadiran orang yang


Klien dapat 4.1 Klien dapat klien ketika dapat dipercaya memberi
melaksanakan melaksanakan hubungan berhubungan sosial. klien rasa aman dan
hubungan sosial sosial secara bertahap 4.1.2 Jelaskan kepada klien terlindungi.
secara bertahap. dengan : cara berinteraksi Setelah dapat berinteraksi
a. Perawat dengan orang lain. dengan orang lain dan
b. Perawat lain 4.1.3 Berikan contoh cara memberi kesempatan
c. Klien lain berbicara dengan klien dalam mengikuti
d. Keluarga orang lain. aktifitas kelompok, klien
e. Kelompok 4.1.4 Beri kesempatan klien merasa lebih berguna dan
mempraktikkan cara rasa percaya diri klien
berinteraksi dengan dapat tumbuh kembali.
orang lain yang
dilakukan dihadapan
perawat.
4.1.5 Bantu klien
berinteraksi dengan
satu orang, teman,
atau anggota keluarga.
4.1.6 Bila klien sudah
menunjukkan
kemajuan, tingkatkan
jumlah interaksi
dengan dua, tiga,

20
empat orang dan
seterusnya.
4.1.7 Beri pujian untuk
setiap kemajuan
interaksi yang telah
dilakukan klien.
4.1.8 Latih klien bercakap-
cakap dengan anggota
keluarga saat
melakukan kegiatan
harian dan kegiatan
rumah tangga.
4.1.9 Latih klien bercakap-
cakap saat melakukan
kegiatan sosial,
misalnya : belanja ke
warung, ke pasar, ke
kantor pos, ke bank,
dan lain-lain.
4.1.10 Siap mendengarkan
ekspresi perasaan
klien setelah
berinteraksi dengan
orang lain. Mungkin
klien akan
mengucapkan
keberhasilan atau
kegagalannya. Beri

21
dorongan terus-
menerus agar klien
tetap semangat
meningkatkan
interaksinya.
TUK 5 : Kriteria evaluasi : 5.1.1 Diskusikan dengan Ketika klien merasa
Klien mampu 5.1 Klien dapat menjelaskan klien tentang dirinya lebih baik dan
menjelaskan perasaannya setelah perasaannya setelah mempunyai makna,
perasaannya setelah berhubungan sosial berhubungan sosial interaksi sosial dengan
berhubungan sosial. dengan : dengan : orang lain dapat
a. Orang lain a. Orang lain ditingkatkan.
b. Kelompok b. Kelompok
5.1.2 Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya.
TUK 6 : Kriteria hasil : 6.1.1 Disukusikan Ketika klien merasa
Klien mendapat 6.1 Keluarga dapat pentingnya peran serta dirinya lebih baik dan
dukungan keluarga menjelaskan tentang: keluarga sebagai mempunyai makna,
dalam memperluas a. Isolasi sosial beserta pendukung untuk interaksi sosial dengan
hubungan sosial. tanda dan gejalanya. mengatasi perilaku orang lain dapat
b. Penyebab dan akibat isolasi sosial. ditingkatkan.
dari isolasi sosial. 6.1.2 Diskusikan potensi Dukungan dari keluarga
c. Cara merawat klien keluarga untuk merupakan bagian
menarik diri. membantu klien penting dari rehabilitasi
mengatasi perilaku klien.
isolasi sosial.
6.1.3 Jelaskan pada

22
keluarga tentang :
a. Isolasi sosial
beserta tanda dan
gejalanya
b. Penyebab dan
akibat isolasi sosial
c. Cara merawat klien
isolasi sosial
6.1.4 Latih keluarga cara
merawat klien isolasi
sosial.
6.1.5 Tanyakan perasaan
keluarga setelah
mencoba cara yang
dilatihkan.
6.1.6 Beri motivasi
keluarga agar
embantu klien untuk
bersosialisasi.
3 GANGGUAN 1. Klien dapat 1.1 Ekspresi wajah 1.1.1 Bina hubungan saling Hubungan saling percaya
PERSEPSI SENSORI : membina bersahabat, percaya dengan merupakan dasar untuk
HALUSINASI hubungan saling menunjukkan rasa mengungkapkan kelancaran hubungan
percaya senang, ada kontak mata, prinsip komunikasi interaksi selanjutnya
mau berjabat tangan, terapeutik :
mau menyebutkan nama, a. Sapa klien dengan
mau menjawab salam, ramah baik verbal
klien mau duduk maupun nonverbal
berdampingan dengan b. Perkenalkan diri

23
perawat, mau dengan sopan
mengutarakan masalah c. Tanyakan nama
yang dihadapi. lengkap klien dan
nama panggilan
yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan
pertemuan
e. Jujur dan menepati
janji
f. Tunjukkan sikap
empati dan
menerima klien
apa adanya
g. Beri perhatian pada
klien dan
perhatikan
kebutuhan dasar
klien
2.1 Klien dapat 2.1.1 Adakah kontak sering Kontak sering tapi
menyebutkan waktu, isi, dan singkat secara singkat selain membina
frekuensi timbulnya bertahap. hubungan saling percaya,
halusinasi juga dapat memutuskan
halusinasi.
2.2 Klien dapat 2.2.1 Observasi tingkah Mengenal perilaku pada
mengungkapkan laku klien terkait saat halusinasi timbul
perasaan terhadap dengan memudahkan perawatan
halusinasi. halusinasinya ; bicara dalam melakukan
dan tertawa tanpa intervensi.

24
stimulus, memandang
ke kiri atau ke kanan
atau ke depan seolah-
olah ada teman bicara
2. Klien dapat 2.2.2 Bantu klien mengenali Mengenal halusinasi
mengenali halusinasinya. memungkinkan klien
halusinasinya. a. Jika menemukan untuk menghindarkan
yang sedang factor pencetus
halusinasi, timbulnya halusinasi.
tanyakan apakah
ada suara yang
didengar
b. Jika klien
menjawab ada,
lanjutkan: apa yang
dikatakan
c. Katakana bahwa
perawat percaya
klien mendengar
suara itu, namun
perawat sendiri
tidak
mendengarnya
(dengan nada
bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi)
d. Katakana bahwa

25
klien ada juga yang
seperti klien.
2.2.3 Diskusikan dengan Dengan mengetahui
klien waktu, isi, dan frekuensi
a. Situasi yang munculnya halusinasi
menimbulkan atau mempermudah tindakan
tidak menimbulkan keperawatan klien yang
halusinasi akan dilakukan perawat.
b. Waktu dan
frekuensi
terjadinya
halusinasi (pagi,
siang, sore dan
malam atau jika
sendiri, jengkel
atau sedih)
2.2.4 Diskusikan dengan Untuk mengidentifikasi
klien apa yang pengaruh halusinasi
dirasakan jika terjadi klien
halusinasi (marah atau
takut, sedih, senang,)
beri kesempatan
mengungkapkan
perasaannya.

3. Klien dapat 3.1 Klien dapat 3.1.1 Identifikasi brsama Upaya untuk
mengontrol menyebutkan tindakan klien cara tindakan memutuskan siklus
halusinasinya yang bias dilakukan yang dilakukan jika halusinasi sehingga

26
untuk mengendalikan terjadi halusinasi halusinasi tidak berlanjut
halusinasinya. (tidur, marah,
menyibukan diri dll)
3.2 Klien dapat 3.2.1 Diskusikan manfaat Reinforcement positif
menyebutkan cara baru cara yang dilakukan akan meningkatkan
klien, jika bermanfaat harga diri klien
beri pujian
3.3 Klien dapat memilih 3.3.1 Diskusikan cara baru Memberikan alternative
cara mengatasi untuk memutuskan pilihan bagi klien untuk
halusinasinya seperti atau mengontrol mengontrol halusinasi
yang telah didiskusikan halusinasi :
dengan klien. a. Katakana “ Saya
saya tidak mau
dengar kamu”
(pada saat
halusinasi terjadi)
b. Menemui orang
lain
(perawat/teman/an
ggota keluarga)
untuk bercakap-
cakap atau
mengatakan
halusinasi yang
terdengar.
c. Membuat jadwal
kegiatan sehari-
hari agar halusinasi

27
yang terdengar.
d. Minta
keluarga/teman/
perawat jika
Nampak bicara
sendiri
3.3.2 Bantu klien memilih Memotivasi dapat
dan melatih cara meningkatkan kegiatan
memutus halusinasi klien untuk mencoba
secara bertahap memilih salah satu cara
mengendalikan
halusinasi dan dapat
meningkatkan harga diri
klien

4. Klien dapat 4.1 klien dapat membina 4.1.1 Anjurkan klien untuk Untuk mendapatkan
dukungan dari hubungan saling percaya memberi tahu bantuan keluarga
keluarga dalam dengan perawat keluarga jika mengontrol halusinasi.
mengontrol 4.2 keluarga dapat mengalami halusinasi. Untuk mengetahui
halusinasi. menyebutkan pengertian, 4.2.1 Diskusikan dengan pengetahuan keluarga
tanda dan kegiatan untuk keluarga (pada saat dan meningkatkan
mengendalikan berkunjungan/pada kemampuan pengetahuan
halusinasi saat kunjungan tentang halusinasi
rumah):
a. Gejala halusinasi
yang dialami klien.
b. Cara yang dapat
dilakukan klien

28
dan keluarga untuk
memutus
halusinasi.
c. Cara merawat
anggota keluarga
untuk memutus
halusinasi di
rumah, beri
kegiatan, jangan
biarkan sendiri,
makan bersama,
berpergian
bersama.
d. Beri informasi
waktu follow up
atau kapan perlu
mendapat bantu:
halusinasi
terkontrol dan
risiko mencederai
orang lain.
Dengan menyebutkan
5. Klien dapat 5.1 Klien dan keluarga dapat 5.1.1 Diskusikan dengan dosis, frekuensi dan
memanfaatkan menyembuhkan manfaat, klien dan keluarga menfaat obat.
obat dengan dosis dan efek samping tentang dosis,
baik obat. frekuensi manfaat
5.2 Klien dapat obat Diharapkan klien
mendemonstrasikan 5.2.1 Anjurkan klien minta melaksanakan program

29
penggunaan obat secara sendiri obat pada pengobatan, menilai
benar perawat dan kemampuan klien dalam
merasakan pengobatannya sendiri.
manfaatnya Dengan mengetahui efek
5.3 Klien dapat informasi 5.3.1 Anjurkan klien bicara samping obat klien akan
tentang efek samping dengan dokter tentang tahu apa yang harus
obat manfaat dan efek dilakukan setelah minum
samping obat yang obat
dirasakan Program pengobatan
5.4 Klien dapat memahami 5.4.1 Diskusikan akibat dapat berjalan sesuai
akibat berhenti minum berhentiminum obat rencana
obat. tanpa konsultasi Dengan mengetahui
5.5 Klien dapat 5.5.1 Bantu klien prinsip penggunaan obat,
menyebutkan prinsip 5 menggunakan obat maka kemandirian klien
benar penggunaan obat dengan prinsip benar untuk pengobatan dapat
ditingkatkan secara
bertahap.

30
RENCANA KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH KRONIK

DALAM BENTUK STRATEGI PELAKSANAAN

No Pasien Keluarga
. SP1P SP1K
1. Mengidentifikasi kemampuan dan Mendiskusikan masalah yang
aspek positif yang dimiliki klien. dirasakan keluarga dalam merawat
2. Membantu klien menilai klien di rumah.
kemampuan klien yang masih dapat Menjelaskan pengertian, tanda dan
digunakan. gejala harga diri rendah yang dialami
3. klien beserta proses terjadinya.
Membantu klien memilih atau Menjelaskan cara-cara merawat klien
menetapkan kegiatan yang akan dengan harga diri rendah.
4. dilatih sesuai dengan kemampuan
klien. Mendemonstrasikan cara merawat
5. Melatih klien sesuia dengan klien dengan harga diri rendah.
kemampuan yang dimiliki. Memberi kesempatan kepada
6. Memberikan pujian yang wajar keluarga untuk mempraktikkan cara
terhadap keberhasilan klien. merawat klien dengan harga diri
Menganjurkan klien memasukan rendah.
dalam jadwal kegiatan harian.
SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan Melatih keluarga mempraktikkan
harian klien. cara merawat langsung kepada klien
2. Melatih klien melakukan kegiatan harga diri rendah.
3. lain.
Menganjurkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
SP3K
Membantu perencanaan pulang
bersama keluarga dan membuat
jadwal aktivitas di rumah termasuk

31
minum obat (discharge planning).
Menjelaskan follow up klien setelah
pulang.

RENCANA KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL

DALAM BENTUK STRATEGI PELAKSANAAN

No Pasien Keluarga
. SP1P SP1K
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi Mendiskusikan masalah yang
sisoal pasien. dirasakan keluarga dalam merawat
2. Berdikusi dengan klien tentang pasien.
keuntungan berinteraksi dengan Menjelaskan pengertian, tanda dan
orang lain. gejala isolasi sosial yang dialami
3. Berdiskusi dengan klien tentang klien beserta proses terjadinya.
kerugian berinteraksi dengan orang Menjelaskan cara-cara merawat
4. lain. klien dengan isolasi sosial.
Mengajarkan klien cara berkenalan
5. dengan satu orang.
Manganjurkan klien memasukan
kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam kegiatan
harian.
SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Melatih keluarga mempraktikkan
pasien. cara merawat klien dengan isolasi
2. Memberikan kesempatan kepada sosial.
klien mempraktikkan cara Melatih keluarga mempraktikkan
berkenalan dengan satu orang. cara merawat langsung kepada klien
3. Membantu klien memasukkan isolasi sosial.
kegiatan latihan berbincang-bincang

32
dengan orang lain sebagai salah satu
kegiatan harian.
SP3P SP3K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Membantu keluarga membuat
pasein. jadwal aktivitas di rumah termasuk
minum obat (discharge planning).
2. Memberikan kesempatan kepada Menjelaskan follow up klien setelah
klien mempraktikkan cara pulang.
berkenalan dengan dua orang atau
lebih.
3. Manganjurkan klien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian.

RENCANA KEPERAWATAN KLIEN

GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI

DALAM BENTUK STRATEGI PELAKSANAAN

STRATEGI PELAKSANAAN
SP1P SP1K
1) Mengidentifikasi jenis halusinasi 1) Mendiskusikan masalah yang
klien. dirasakan keluarga dalam merawat
2) Mengidentifikasi isi halusinasi klien.
klien. 2) Meberikan pendidikan kesehatan
3) Mengidentifikasi waktu halusinasi tentang pengertian halusinasi, jenis
klien. halusinasi yang dialami klien, tanda
4) Mengidentifikasi frekuensi dan gejala halusinasi, serta proses
halusinasi klien. terjadinya halusinasi.
5) Mengidentifikasi situasi yang dapat 3) Menjelaskan cara merawat klien
menimbulkan halusinasi klien. dengan halusinasi.
6) Mengidentifikasi respon klien
terhadap halusinasi klien.

33
7) Mengajarkan klien menghardik
halusinasi.
8) Menganjurkan klien memasukkan
cara menghardik ke dalam kegiatan
harian.
SP2P SP2K
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan 1) Melatih keluarga mempraktikan
harian klien. cara merawat klien dengan
2) Melatih klien mengendalikan halusinasi
halusinasi dengan cara bercakap- 2) Melatih keluarga melakukan cara
cakap dengan orang lain. merawat langsung kepada klien
3) Menganjurkan klien memasukkan halusinasi.
kedalam jadwal kegiatan harian.
SP3P SP3K
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan 1) Membantu keluarga membuat
harian klien. jadwal aktivitas dirumah termasuk
2) Melatih klien mengendalikan minum obat (discharge planning).
halusinasi dengan cara melakukan 2) Menjelaskan Pollow Up klien
kegiatan. setelah pulang.
3) Menganjurkan klien memasukkan
kedalam jadwal kegiatan harian.
SP4P
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien.
2) Memberikan penkes tentang
penggunaan obat secara teratur.
3) Menganjurkan klien memasukkan
kedalam jadwal kegiatan harian.

34
BAB III
TELAAH JURNAL
3.1 JURNAL INTERNASIONAL
a. Jurnal 1
Judul : The trafficking of woman and children in nigeria an analysis
of the new anti-trafficking legislation and its application.
Nigeria is a country of destination for boys trafficked from Benin for the
purpose of forced labour in Nigeria's granite quarries. Nigeria is also said
to be a country of transit for some forms of trafficking within the West
African Sub Region.
Several factors contribute to the pervasiveness and rising escalation ofthe
trafficking ofwomen and children both globally and in Nigeria. In fact
the aspect of the subject of trafficking in persons relating to its causes
and purposes is the most discussed issue among academic commentators;
and there is an emerging consensus that globalization is a major
contributing factor. Some commentators have approached the debate on
the causes of trafficking from the perspective of what they have referred
to as "the push and pull factors"Y In using this approach, commentators
highlight the causes of human trafficking from both the demand and the
supply angles.
In Nigeria, the NAPTIP-Sponsored research mentioned earlier has
identified what it called "multiple causation" as responsible for the
prevalence and escalation of human trafficking nationally. The research
strongly cautioned against the concentration of attention on the role of
poverty in sustaining the egregious violation ofthe most fundamental
ofhuman rights, to the exclusion of other factors. While conceding to the
fact that many victims ofhuman trafficking are indeed propelled by
poverty and ignorance, the research pointed out that others are motivated
by greed and the search for adventure.

35
b. Jurnal 2
Judul : The victim handling of human trafficking through economi
independence.
Models to handle victims of Human Trafficking needs to socialize to
society with the aims for people to understand about human trafficking
and countermeasures. The implementations,made as formal and informal.
Formal socialization was conducted through cooperation with various
parties including government, universities or non governmental. Informal
socialization was conducted during a meeting with mothers of social
gathering, the lecturers at the break, there was a meeting in the
community.
Implementation of socialization as follows: first, cooperation with
P2TP2A to all Principal and Teacher of Guidance and Counseling in the
district of Cianjur (Cianjur North, Central and South Cianjur, Cianjur).
Second, Implicated by Tourism Department on abolition workshop of
trafficking in persons, sexual exploitation of children and drugs. Third,
having implicated by BKBPP in the discussion of child protection
activities issues in Cianjur. Fourth, Socialixation in the University
Suryakancana both formal and informal. Fifth, supervisor of KKN
equipped with pocket book to understand trafficking for dissemination in
village. Sixth, Doing dissemination to students of Law Faculty in
cooperation with lecturer supervising the subjects related to the problem
of human trafficking for example criminal law, human rights law,
employment law, HTN, state law, and etc. Seventh, socialization to
Meeting of Regional Leaders (MUSPIDA) Cianjur Regency. Eighth,
Socialization to society at KKN. Ninth, socialization informally during
the social gathering, family gathering, and recitals,seminar at UNSUR. In
socialization handling trafficking victims,there are several obstacles
which emerge that is approached to government and society socialization
must consider the moral and ethical.

36
Models to handle victims of Human Trafficking which can be applied in
Cianjur, namely through the strengthening of capital, such as giving
assistance to victims of both stimulant and cash assistance in the form of
skills training. Strengthening program is implemented by the
Government of Cianjur regency in cooperation with stakeholders, such as
budget provision in budget and in partnership with the skills. Technique
of socialization of Victims Handling Model of Human Trafficking in
Cianjur is in cooperation with local government, related institutions,
community leaders and students conducting KKN so as to reach wider
community.

3.2 JURNAL NASIONAL


a. Jurnal 1
Judul : HUMAN TRAFFICKING DI NUSA TENGGARA TIMUR
Fenomena human trafficking (perdagangan manusia) merupakan salah
satu masalah kontemporer yang tengah mendapat perhatian serius.
Karakteristiknya bersifat represif dengan tujuan eksploitasi manusia
(individu atau kelompok). Luasnya pengaruh dan dampak ancaman yang
ditimbulkan, membuat isu human trafficking diklasifikasikan sebagai
bentuk kejahatan luar biasa (extra ordinary crime).
International organization for migration (IOM) mencatat, pada periode
maret 2015 hingga 2014, jumlah human trafficking di indonesia
mencapai 6.651 orang. Dari jumlah itu, 82% adalah perempuan yang
bekerja di dalam dan di luar negeri sebagai tenaga kerja informal dan 18
persen merupakan laki-laki yang mayoritas mengalami eksploitasi ketika
bekerja sebgai anak buah kapal (ABK).
Terdapat aspek universal dibalik masalah human trafficking yang dialami
negara-negara diseluruh dunia, penyebabnya adalah: proverty.
Globalization, the sex tourism industry, women’s rights, and general
global education levels. Korban trafficking adalah mereka yang
terpinggirkan, terutama kaum perempuan (kondisi kemiskinan dan

37
ketidakmandirian yang mereka alami). Kondisi-kondisi psikologis dan
masalah kemiskinan secara sistematis mendorong individu untuk
melakukan apapun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Fenomena human trafficking merupakan masalah sosial yang
mengganggu stabilitas kehidupan masyarakat. Dampak-dampak nyata
yang dapat dianalisis dari korban perdagangan orang utamanya
mengakibatkan mental dissorder (gangguan mental) karena efek trauma
psikologis. Contohnya trauma merupakan masalah psikologis yang
dialami individu atau kelompok atas perbuatan traumatis yang
dialaminya. Jenis-jenis masalahnya dapat berupa tindak kekerasan,
penyiksaan dan perbuatan represif lain yang memberikan tekanan
psikologis.

b. Jurnal 2
Judul : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN
TRAFFICKING ANAK DAN PEREMPUAN
Perempuan dan anak adalah kelompok yang paling banyak menjadi
korban tindak pidana trafficking. Menurut wahyu susilo sebagaimana
dikutip oleh dadang abdullah, perdagangan perempuan dan anak
merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk dan tindak kekerasan
yang dialami perempuan dan anak. Menurut Undang-undang No.21
Tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang
yang dimaksud adalah “tindakan perekrutan, pengangkutan,
penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang
dengan ancaman kekerasan, penculikan, penyekapan, atau memberi
bayaran atau manfaat sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang
memegang kendali atas orang lain tersebut.”
Perlindungan hukum terhadap korban tindak pidana trafficking semakin
mendapatkan tempatnya dengan disahkan Undang-undang Nomor 21
than 2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang.
Ketentuan mengenai perlindungan korban diatur secara khusus dalam

38
pasal 53, pasal 43 Undang-undang nomor 21 tahun 2007 mengatur
ketentuan mengenai perlindungan sanksi dan korban dalam tindak pidana
trafficking dilaksanakan berdasarkan undang-undang nomor 13 tahun
2006 tentang perlindungan sanksi dan korban kecuali ditentukan lain
dalam undang-undang.
Hukum bertujuan untuk memberikan keadilan dan kepastian hukum.
Dalam hukum pidana dikenal dengan adanya cara yang memberikan
perlindungan hukum terhadap korban kejahatan, yaitu yang dikenal
dengan model perlindungan hukum melalui “procedural right
model”(model hak-hak procedural) dan “service model” (model
pelayanan). Pada model yang pertama, yaitu procedural right model,
korban kejahatan diletakkan dalam proses penyelesaian kasus yang
menyebabkan menjadi pihak yang dirugikan, baik pada tingkat
penuntutan, dengan harapan agar jaksa lebih memperhatikan korban
dengan seksama.

c. Jurnal 3
Judul : Perdagangan Orang (Trafficking) sebagai pelanggaran Hak
Asasi Manusia
Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia
secara kodrati, universal dan abadi sebagai anugerah tuhan yang maha
esa, meliputi hak untuk hidup, hak berkeluarga, hak mengembangkan
diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak berkomunikasi, hak keamanan,
dan kesejahteraan yang oleh karena itu tidak boleh diabaikan atau
dirampas oleh siapapun. Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang
hak asasi manusia masalah perlindungan hak-hak wanita dan hak-hak
anak ternyata lebih mendapat perhatian yang lebih besar. Perempuan
sering menjadi korban kekerasan karena seksualitasnya sebagai
perempuan.
Menurut Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) yang
terdapat didalam pasal 7 menyebutkan bahwa: orang sama didepan

39
hukum dan berhak atas perlindungan hukum yang sama tanpa
diskriminasi apapun yang melanggar deklerasi ini dan terhadap segala
hasutan untuk melakukan diskriminasi tersebut. Hak asasi manusia
terbentuk dari tiga kata yaitu hak,asasi,manusia. Hak berarti milik atau
kepunyaan. Hak juga didefinisikan sebagai kekuasaan untuk berbuat
sesuatu. Asas berarti yang dasar atau pokok. Manusia didefinisikan
sebagai orang insan atau makhluk yang berakal budi.
Problem trafficking bukanlah pengalaman baru yang hadir begitu saja
pada masa kini. Pada masa kolonial, hal itu telah terjadi misalnya migrasi
tenaga kerja pada satu titik tertentu. Penduduk lokal dipindahkan, baik
secara paksa maupun sukarela melalui jalur perbudakan, perdagangan,
karena utang, atau pun perpindahan yang dilakukan negara dalam hal
kriminal atau pengasingan politik. Meski demikian, ada perbedaan
mendasar dengan trafficking paa era kontemporer dewasa ini.
Dengan mengutip pendapat Windo Widodo berikut ini : dalam arus
migrasi yang terus berlangsung dewasa ini, terdapat fenomena lain yang
disebut dengan “feminasi trafficking” yang didominasi kaum perempuan
dan anak-anak gadis. Pekerjaan yang dilakoni mereka pun bersifat dan
berciri pada dirty, no dignity, dangerous. Mereka, yakni kaum perempuan
dan anak-anak gadis, dijadikan objek paling empuk perdagangan manusia
tersebut.

40
BAB 1V
PENUTUP

4.1 SIMPULAN
Trafficking merupakan masalah klasik yang sudah ada sejak kebudayaan
manusia itu ada dan terus terjadi sampai dengan hari ini. Penyebab utamanya
adalah kurang informasi akan adanya trafficking, kemiskinan, rendahnya tingkat
pendidikan serta keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat terutama mereka
yang berada dipedesaan, sulitnya lapangan pekerjaanselain itu juga masih
lemahnya pelaksanaan hukum di indonesia tentang perdagangan orang. Situasi ini
terbaca oleh pihak calo, sponsor, rekruter, untuk mengambil manfaat dari keadaan
ini dengan mengembangkan praktek trafficking di tempat-tempat yang
diindikasikan mudah menjerat para korbannya dengan cara berpura-pura sebagai
agen penyalur lapangan pekerjaan. Untuk memberantas dan mengurangi
trafficking memerlukan juga kerjasama lintas negara serta peningkatan kualitas
pendidikan dan keterampilan. Selain itu penyediaan perangkat hukum yang
memadai untuk skala internasional, regional bahkan lokal juga penegakan hukum
oleh aparat hukum untuk menghambat laju pergerakan jaringan trafficking.
Bahkan tindakan pemberian sanksi yang berat terhadap perilaku dan perlindungan
terhadap korban juga harus diperhatikan.

4.2 SARAN
Hal-hal yang harus dilakukan jika kita menemui atau ada teman yang
menjadi korban trafficking kita harus berikan dukungan secara penuh, kumpulkan
bukti-bukti dengan mencatat tanggal tempat kejadi serta ciri-ciri pelaku, pilih
orang yang dapat dipercaya keluarga untuk menceritakan permasalahan yang

41
terjadi & pinta tolong untuk melaporkan kepada pihak yang berwajib, laporkan ke
pihak yang berwajib dan minta bantuan kepada lembaga bantuan hukum (LBH).

DAFTAR PUSTAKA

HUMAN TRAFFICKING DI NUSA TENGGARA TIMUR oleh Ever Scor Rider


Daniel, Nandang mulyana, Badhi wibhawa. Volume 7 nomor 1. Di
askses pada hari minggu, 24 februari 2019 pukul 22.30 WITA

PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK KORBAN TRAFFICKING oleh Anis


Soraya, Binahayati Rusidi, Maulana Irfan Volume 7 nomor 3 di akses
pada hari minggu, 24 februari 2019 pukul 22.50 WITA

Jurnal Pendidikan ilmu ilmu sosial PERDAGANGAN ORANG


(TRAFFICKING) SEBAGAI PELANGGARAN HAK ASASI
MANUSIA oleh Riswan Munthe. Di akses pada hari minggu, 24
februari 2019 pukul 23.00 WITA.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN TRAFFICKING ANAK


DAN PEREMPUAN oleh Dadang Abdullah, Volume IX nomor 2. Di
akses pada hari senin, 25 februari 2019 pukul 20.30 WITA

Nuraeny henny dan tantri kirana utami. 2016 .Jurnal dinamika hukum.
Volume.16 no.2“The trafficking of woman and children in Nigeria an
analysis of the new anti-trafficking legislation and its application”
dikutip dari
http://dinamikahukum.fh.unsoed.ac.id/index.php/JDH/article/view/481/4
42 (di akses pada tanggal 20 februari 2019 pukul 12.54 WITA)

Rabiu sani shatsari. 2013. Jurnal perundang-undangan. Volume 92. No. 113
dalam The victim handling of human trafficking through economi
independence di kutip dari

42
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jupiis/article/view/3126
( diakses pada tanggal 20 februari 2019 pukul 15.09 WITA)

43

Anda mungkin juga menyukai