Anda di halaman 1dari 180

Askep

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2


“Sistem Endokrin”
OLEH:

KELOMPOK 2

KELAS D SEMESTER IV
1. Supriyadi Djafar 9. Meiti R. Nete
2. Zulkarnain H. Musa 10. Nurain Ramli
3. Auliya Nurkamiden 11. Nurfajriatika
Lihawa
4. Dewi P. Wiratma 12. Rini Rahim
5. Febi Soraya Lasanudin 13. Rizka Nur
6. Maylien E. Hasan 14. Sri Nova S.
Modamba
7. Meilan Igirisa 15. Yulya Shinta
Panju
8. Mega P. Sudirman

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

TA:2018

1|Diabetes Melitus
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Askep “Hipothyroid” ini dengan baik. 

Adapun Askep “Hipothyroid” ini telah saya usahakan semaksimal


mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan
bayak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan Askep ini. 

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu, dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberikan saran dan kritik kepada kami sehingga saya
dapat memperbaiki Askep ini.

            Akhirnya, kami sebagai penyusun mengharapkan semoga dari Askep ini
dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga bisa memberikan inspirasi
terhadap pembaca.

Gorontalo,  Februari 2019

Penyusun

2|Diabetes Melitus
Daftar isi

Kata Pengantar...............................................................................................i

Daftar Isi..........................................................................................................ii

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang........................................................................................1

1.2 Rumusan masalah..................................................................................4

1.3 Tujuan....................................................................................................4

BAB 2. KONSEP MEDIS

2.1 Definisi...................................................................................................5

2.2 Etiologi...................................................................................................5

2.3 Prognosis................................................................................................5

2.4 Manifestasi Klinis..................................................................................6

2.5 Klasifikasi..............................................................................................7

2.6 Patofisiologi...........................................................................................8

2.7 Komplikasi.............................................................................................10

2.8 Penatalaksanaan.....................................................................................11

BAB 3. KONSEP KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian..............................................................................................12

3.2 Diagnosa.................................................................................................15

3.3 Perencanaan...........................................................................................16

BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan............................................................................................49

4.2 Saran.......................................................................................................49

Daftar Pustaka

3|Diabetes Melitus
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh

ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena

penggunaan yang tidak efektik dari produksi hormone insulin tersebut. Hal ini

ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah. Saat sekarang ini, penyakit

DM mengalami peningkatan prevalensi diseluruh dunia. DM terdiri dari dua tipe

yaitu tipe pertama DM yang disebabkan keturuan dan tipe kedua disebabkan life

style atau gaya hidup. Secara umum hampir 80 % prevalensi diabetes mellitus

adalah DM tipe II, ini berarti gaya hidup atau life style yang tidak sehat menjadi

pemicu utama meningkatnya prevalensi DM menurut Depkes (2009).

World Health rganization (WHO) memperkirakan saat ini lebih dari 220 juta

orang diseluruh dunia menderita diabetes. Pada tahun 2004, sekitar 3,4 juta orang

meninggal dunia akibat tingginya kadar gula darah. Lebih dari 80% kematian

akibat diabetes terjadi di Negara dengan pendapatan rendah sampai menengah

(WHO, 2011). WHO juga memprediksi penderita diabetes akan menjadi sekitar

366 juta orang diseluruh dunia pada tahun 2030 (Depkes, 2009).

Sedangkan perolehan data Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan Indonesia

menempati urutan keempat kasus Diabetes Mellitus (DM) dengan jumlah pasien

terbesar di dunia menurut survei World Health Organization / WHO (2005).

Angka prevalensi DM di Indonesia sekitar 8,6 % dari total penduduk dan

diperkirakan pada tahun 1995 terdapat 4,5 juta pasien DM yang akan terus

4|Diabetes Melitus
meningkat menjadi 12,4 juta pasien pada tahun 2025. sedangkan perolehan data

Riskesdas tahun 2013 terjadi peningkatan prevalensi DM di 17 provinsi seluruh

Indonesia dari 1,1% tahun 2007 meningkat menjadi 2,1% di tahun 2013 dari total

penduduk sebanyak 250 juta. Dari data-data prevalensi kejadian diatas salah

satunya adalah provinsi Jawa Tengah dengan jumlah penderita DM tertinggi

sebanyak 509.319 jiwa di kota Semarang. (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah, 2011). Menurut data dari Depkes, jumlah pasien diabetes rawat inap dan

rawat jalan dirumah sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit

endokrin (Supari, 2006).

Ulkus kaki diabetik (UKD) merupakan salah satu komplikasi kronik diabetes

mellitus yang sering dijumpai dan ditakuti karena pengelolaannya sering

mengecewakan dan berakhir dengan amputasi, bahkan kematian. Kaki diabetik

ialah infeksi, ulserasi dan destruksi jaringan ikat dalam yang berhubungan dengan

neuropati dan penyakit vaskuler perifer pada tungkai bawah hiperglikemia pada

DM yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai komplikasi

kronis yaitu neuropati perifer dan angiopati. neuropati perifer dan angiopati,

mengakibatkan trauma ringan yang dapat menimbulkan ulkus pada penderita DM.

Ulkus DM mudah terinfeksi karena respon kekebalan tubuh pada penderita DM

biasanya menurun. Ketidaktahuan keluarga dan pasien membuat ulkus bertambah

parah dan menjadi gangrene yang terinfeksi (Decroli, 2008).

Salah satu gejala atau keluhan yang dirasakan oleh pasien yang menderita

luka ulkus Diabetes Mellitus adalah nyeri, rasa nyeri tersebut paling terasa pada

tungkai bawah dan kaki sebelah kanan dan kiri. Yang paling menyiksa dapat

5|Diabetes Melitus
menyebabkan nyeri berdenyut terus menerus. Biasanya timbul luka, luka timbul

spontan sering disebabkan karena trauma misalnya tertusuk duri, lecet akibat

pemakaian sandal yang sempit dan berbahan keras. Mulanya luka hanya kecil dan

meluas dalam waktu yang tidak begitu lama. Luka akan menjadi borok dan

menimbulkan bau yang disebut gas gangrene. (Anas, 2013).

Dampak serta komplikasi yang mungkin terjadi apabila rasa nyeri pada klien

tidak teratasi dengan baik dapat mengganggu kemampuan klien dalam melakukan

aktivitas sehari-hari, mengganggu istirahat, dapat menurunkan nafsu makan, serta

yang paling fatal dapat mengakibatkan kematian (Potter & Perry, 2006).

Nyeri ialah pengalaman sensori dan perasaan emosional tidak menyenangkan

yang disertai kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Nyeri merupakan

suatu kondisi dimana lebih dari sekedar sensasi yang disebabkan oleh stimulus

tertentu. Potter & Perry (2006) mengatakan Setiap individu pernah mengalami

nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri merupakan alasan yang umum mengapa

orang mencari perawatan kesehatan karena, nyeri mengganggu dan menyulitkan

lebih banyak orang dibanding penyakit yang lain. Menurut Brunner & Suddarth

(2008) Nyeri terjadi bersama dengan banyak proses penyakit atau bersamaan

dengan berbagai pengobatan. Nyeri merupakan sumber penyebab rasa tidak

nyaman pasien yang merupakan faktor utama penghambat kemampuan

mekanisme koping individu dan healing proses untuk pulih dari suatu penyakit.

Kolcaba (2012) mendefinisikan kenyamanan sebagai suatu keadaan yang harus

terpenuhi sebagai kebutuhan dasar manusia. Sehingga diharapkan perawat dapat

6|Diabetes Melitus
memberi asuhan keperawatan kepada klien diberbagai keadaan dan situasi untuk

menghilangkan nyeri dan dapat meningkatkan kenyamanan.

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana Konsep Medis Diabetes Melitus ?

2. Bagaimana Konsep Keperawatan Diabetes Melitus ?

1.3 Tujuan

1. Mendeskripsikan Konsep Medis Diabetes Melitus.

2. Mendeskripsikan Konsep Keperawatan Diabetes Melitus.

7|Diabetes Melitus
BAB 2

KONSEP MEDIS

2.1 Definisi

Diabetes melitus adalah kedaan hiperglikemi kronik yang terjadi karena

kelainan sekresi dan kerja insulin disertai dengan kelainan metabolik akibat

gangguan hormonal, herediter, infeksi virus, dan usia, dengan tanda-tanda

hiperglikemia dan glukosuria yang dapat menimbulkan komplikasi kronik mata,

ginjal, syaraf dan pembuluh darah. (Arif Mansjoer dkk, Askandar 2001).

2.2 Etiologi

Diabetes Melitus mempunyai etiologi yang heterogen, akan tetapi determinan

genetik biasanya memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain

yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM adalah :

1. Kelainan sel B pankreas, berkisar dari hilangnnya sel B sampai kegagalan sel b

melepas insulin.

2. Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel B, antara lain agen yang

dapat menimbulkan infeksi, diet diaman pemasukan karbohidrat dan gula yang

diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.

3. Gangguan sistem imunitas.

4. Kelainan insulin

2.3 Prognosis

Pasien dengan Diabetes Melitus tipe 1 dan tipe 2 beresiko komplikasi seperti

kehilangan penglihatan (Diabetic retinopathy), kerusakan pembuluh darah dan

saraf (Diabetic neuropathy), dan gangguan ginjal (Neuropathyc). Akan tetapi,

8|Diabetes Melitus
komplikasi dapat minimalkan dengan cara menjaga kadar glukosa darah dalam

kondisi normal melalui monitoring yang konsisten, dan diet. Pasien dengan

gestational diabetes melitus akan sembuh setelah melahirkan : namun mereka

beresiko menderita diabetes melitus tipe 2 dikemudian waktu dalam waktu hidup

mereka.

2.4 Manifestasi Klinis

Tipe I

1. Serangan cepat karena tidak ada insulin yang diproduksi.

2. Nafsu makan meningkat (polyphagia) karena sel-sel kekurangan energi,

sinyal bahwa perlu makan banyak.

3. Haus meningkat (polydipsia) karena tubuh berusaha membuang glukosa.

4. Urinasi meningkat (polyuria) karena tubuh berusaha membuang glukosa.

5. Berat badan turun karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel.

6. Sering infeksi karena bakteri hidup dari kelebihan glukosa.

7. Penyembuhan tertunda atau lama karena naiknya kadar glukosa di dalam

darah menghalangi proses kesembuhan.

Tipe II

1. Serangan lambat karena sedikit insulin diproduksi.

2. Haus meningkat (polydipsia) karena tubuh berusaha membuang glukosa.

3. Urinasi meningkat (polyuria) karena tubuh berusaha membuang glukosa.

4. Infeksi kandida karena bakteri hidup dari kelebihan glukosa.

5. Penyembuhan tertunda/lama karena naiknya kadar glukosa di dalam darah

menghalangi proses kesembuhan.

9|Diabetes Melitus
Gestational

1. Asimtomatik

2. Beberapa pasien mungkin mengalami haus yang meningkat atau

(polydipsia) karena tubuh berusaha membuang glukosa.

2.5 Klasifikasi

Klasifikasi dari Diabetes Melitus menurut Arief Mansoer (2001) adalah

sebagai berikut :

1. Diabetes tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/Diabetes

Mellitus Tergantung Insulin (DMTI). DM tipe ini disebabkan oleh distruksi

sel beta pulau langerhans akibat proses auto imun daan idiopatik.

2. Diabetes tipe 2 (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus

(NIDDM)/Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI). DM tipe

ini disebabkan karena kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin.

Resisitensi Insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang

pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi

glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini

sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi insulin, ketidakmampuan ini terlihat

dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa maupun pada

rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain, berarti

sel beta pankreas mengalami desentisiasi terhadap glukosa.

10 | D i a b e t e s M e l i t u s
2.6 Patofisiologi

Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah

satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut : berkurangnya pemakaian

glukosa oleh sel-sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa

darah, peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang

menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan

endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah, berkurangnya protein dalam

jaringan tubuh.

Defisiensi insulin membuat seseorang dapat mempertahankan kadar glukosa

plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia berat

yang melibihi ambang ginjal normal , akan timbul glikosuria karena tubulus-

tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria akan

mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuria, disertai kehilangan

sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi

dan timbul polidipsi.

Adanya glukosa yang keluar bersama urine akan menyebabkan pasien

mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta

cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi

sehingga pasien menjadi cepat lelah dan mengantuk yang disebabkan oleh

berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan

karbohidrat untuk nenergi. Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan

aterosklerosis, penebalan membrane basalis yang dan perubahan pada saraf

perifer, hal ini akan memudahkan terjadinya gangren.

11 | D i a b e t e s M e l i t u s
Pathway Reaksi autoimun Obesitas, usia, genetik

DM tipe 1 DM tipe 2

Sel ß pankreas hancur Jumlah sel pankreas

Reseptor tidak berikatan dengan insulin Anabolisme protein Viskositas darah

Glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel Kerusakan antibodi Aliran darah lambat
Glukosa yang berlebih melalui ginjal
Sistem imun Iskemik jaringan
Glukosa terjebak dalam vascular
Glukosuria Neuropati sensori perifer Risk. Perfusi jringan
Hiperglikemia (diabetes)
perifer tidak efektif
Klien tidak merasa sakit
Reabsorpsi cairan Sel-sel tubuh Kekebalan tubuh
ditubulus ginjal kekurangan Lipolisis Nekrosis luka
Hati merespon
terganggu glukosa dengan melakukan Risiko infeksi
glukoneogenesis Gliserol asam lemak Gagrene
Diuresis osmotik Proses
metabolisme Aterosklerosis
Poliuria Pemecahan glikogen otot
secara terus-menerus retina
ATP Kerusakan integritas
Dehidrasi jaringan
jantung Serebral
Massa otot Retina diabetik
Polidipsi Klien merasa
lemah BB Infark miokard Penyumbatan di otak
Gang
12 | Dpenglihatan
iabetes Melitus
Defisit nutrisi Risk. Perfusi jringan Risk. Perfusi jringan
miokard tidak efektif serebral tidak efektif Risiko cedera
2.7 Komplikasi

Meskipun komplikasi jangka panjang dari diabetes berkembang secara

bertahap, komplikasi bisa menyebabkan kecacatan permanen atau bahkan

mengancam jiwa. Beberapa komplikasi potensial diabetes meliputi :

1. Penyakit jantung dan pembuluh darah. Diabetes meningkatkan risiko

berbagai maslah kardiovaskular, termasuk penyakit arteri koroner dengan

nyeri dada (angina), serangan jantung, stroke, penyempitan arteri

(aterosklerosis), dan tekanan darah tinggi.

2. Kerusakan saraf (neuropati). Kelebihan gula dapat melukai dinding

pembuluh darah kecil (kapiler) terutama di kaki. Ini dapat menyebabkan

kesemutan, matirasa, rasa terbakar atau rasa sakit yang biasanya dimulai di

ujung jari kaki dan secara bertahap menyebar ke tubuh bagian atas. Gula

darah yang tidak terkontrol pada akhirnya dapat menyebabkan mati rasa

dibagian tubuh yang terkena. Kerusakan pada saraf yang mengontrol

pencernaan dapat menyebabkan masalah dengan mual, muntah, diare atau

sembelit.

3. Kerusakan ginjal (nefropati). Ginjal mengandung jutaan kluster pembuluh

darah kecil yang menyaring limbah dari darah. Diabetes dapat merusak

sistem penyaringan tersebut. Kerusakan parah dapat menyebabkan gagal

ginjal atau penyakit ginjal tahap akhir yang ireversibel, yang akhirnya

memerlukan dialisis atau transplantasi ginjal.

4. Kerusakan mata. Diabetes dapat merusak pembuluh darah retina (diabetic

retinopathy), berpotensi menyebabkan kebutaan. Diabetes juga

13 | D i a b e t e s M e l i t u s
meningkatkan risiko kondisi penglihatan serius lainnya, seperti katarak dan

glaukoma.

5. Kerusakan kaki. Kerusakan saraf di kaki atau aliran darah yang buruk ke

kaki meningkatkan risiko berbagai komplikasi kaki. Jika tidak diobati, luka

dan lecet bisa menjadi infeksi serius. Kerusakan parah mungkin

menyebabkan dilakukannya amputasikaki.

6. Gangguan pendengaran. Masalah pendengaran lebih sering terjadi pada

penderita diabetes.

7. Gangguan kulit. Diabetes dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap

masalah kulit, termasuk infeksi bakteri dan jamur.

8. Penyakit Alzheimer. Diabetes tipe 2 dapat meningkatkan risiko penyakit

Alzheimer. Semakin buruk kendali gula darah, semain besar risikonya.

2.8 Penatalaksanaan

1. Komunikasi, informasi, edukasi

2. Non farmakologi : Modifikasi lifestyle (diet dan aktivitas fisik)

3. Farmakologi : obat anti diabetik oral, insulin.

4. Transplantasi pankreas.

14 | D i a b e t e s M e l i t u s
BAB 3

KONSEP KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Identifikasi kebutuhan dasar yang mengalami gangguan

Kategori dan Subkategori Masalah Normal

Fisiologis Respirasi pernapasan cepat dan Nilai pernapasan normal

dalam , frekuensi 12-24 x/menit

meningkat (28 x/menit)


Sirkulasi takikardia, perubahan tekanan darah normal

tekanan darah (130/90 120/70 mmHg. Nilai nadi

mmHg) , nadi meningkat normal 60-100 x/menit.

120 x/menit, kulit panas,

kering dan kemerahan.


Nutrisi dan cairan kulit kering bersisik, kulit berstektur halus dan

turgor jelek (6 detik), lembut, turgor kulit normal

distensi abdomen, 2-5 detik.

muntah, napas bau

aseton.
Eliminasi urine pucat dan kuning, warna urin normal putih

poliuria, bening, frekuensi

berkemih normal 6-8 kali

dalam sehari.
Aktivitas dan istirahat takikardia dan takipnea denyut jantung normal 60-

pada keadaan istirahat 100 x/menit, nilai

15 | D i a b e t e s M e l i t u s
atau dengan aktivitas. pernapasan normal 12-24

x/menit
Neurosensori disorientasi, mengantuk, composmentis, tingkat

latergi, stupor/koma, memori normal, skala

gangguan memori, reflek tendon normal 2+.

refleks tendon menurun,

kejang.
Reproduksi dan gangguan kualitas ereksi, ereksi normal, tidak

Seksualitas peradangan pada daerah adanya peradangan di

vagina, dan orgasme daerah vagina, orgasme

menurun normal.

Psikologis Nyeri dan klien merasa tidak tidak adanya nyeri kepala

Kenyamanan nyaman dan terganggu

dengan nyeri kepala yang

sering muncul.
Integritas ego ansietas, peka rangsang. tidak merasa cemas.

Pertumbuhan dan penurunan berat badan IMT normal >18,5-24,9

perkembangan (IMT <18,5 kg/m2) kg/m2


Perilaku Kebersihan diri pemenuhan personal dapat mealukan

hygiene dibantu oleh pemenuhan personal

keluarga. Klien mandi hygiene tanpa bantuan

hanya dilap saja oleh orang lain.

keluarga.
Penyuluhan dan keluarga dengan diabetes lokasi penyuntikan

pembelajaran melitus, bagaimana insulin : perut, lengan atas,

16 | D i a b e t e s M e l i t u s
penggunaan obat anti paha, pinggul.

diabetik dan insulin,


Relasional Interaksi social interaksi dengan orang interaksi dengan orang

sekitar terbatas karena sekitaar baik.

klien berfokus pada

penyakitnya.
Lingkungan Keamanan dan memiliki gangguan penglihatan normal

proteksi penglihatan sehingga

klien beresiko untuk

jatuh.

3.2 Diagnosa

1. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan b.d Perubahan Pigmentasi, Perubahan

status nutrisi (kelebihan atau kekurangan), Kurang terpapar informasi

tentang upaya mempertahankan/ melindungi integritas jaringan d.d

Kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit, Perdarahan, kemerahan,

hematoma.

17 | D i a b e t e s M e l i t u s
2. Defisit Nutrisi b.d Peningkatan kebutuhan metabolisme, Faktor psikologis

(mis., stress, keengganan untuk makan) d.d badan menurun minimal 10%

dibawah rentang ideal, nafsu makan menurun

3. Risiko Infeksi dibuktikan dengan Penyakit kronis (misalnya diabete

melitus), Ketidakadekuatan pertahan tubuh primer: Kerusakan integritas

kulit

4. Risiko Cedera d.d Terpapar pathogen, Disfungsi autoimun, Kegagalan

mekanisme pertahanan tubuh.

5. Risiko perfusi jaringan tidak efektif d.d. Hiperglikemia, Gaya hidup kurang

gerak, Hipertensi.

6. Risiko perfusi miokard tidak efektif d.d. hipertensi, Kekurangan volume

cairan , Hiperglikemia.

7. Risiko perfusi serebral tidak efektif d.d Aterosklerosis aorta, Infark miokard

akut.

18 | D i a b e t e s M e l i t u s
3.3 Rencana intervensi keperawatan

NO DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL


1. Gangguan Integritas NOC 1. Perlindungan Infeksi 1. Perlindungan infeksi

Kulit/Jaringan (D.0129) 1. Penyembuhan Luka : Observasi : Observasi:

Kategori : Lingkungan Primer 1. Monitor kerentananan 1. Untuk mengetahui

Subkategori : Keamanan dan Kriteria hasil: terhadap infeksi seberapa sensitive pasien

Proteksi Setelah dilakukan tindakan Mandiri : terhadap infeksi

Definisi : keperawatan selama 3x24 2. Berikan perawatan kulit Mandiri:

Kerusakan kulit (dermis jam masalah penyembuhan yang tepat untuk area yang 2. Agar tidak terjadi infeksi

dan/atau epidermis) atau luka: Primer dapat teratasi mengalami edema pada kulit yang

jaringan (membran mukosa, dengan indikator : Kolaborasi : - mengalami edema.

kornea, fasia, otot, tendon, 1. Memperkirakan HE : Kolaborasi:-

tulang, kartilago, kapsul kondisi kulit (3) 3. Instruksikan pasien untuk HE:

sendi dan/atau ligamen). 2. Memperkirakan minum antibotik yang 3. Antibiotic dapat

19 | D i a b e t e s M e l i t u s
Gangguan Integritas kondisi tepi luka (3) diresepkan mencegah terjadinya

Kulit/Jaringan b.d Perubahan 3. Pembentukan bekas 2. Pengecekan Kulit infeksi pada luka.

Pigmentasi, Perubahan status luka (3) Observasi: 2. Pengecekan kulit

nutrisi (kelebihan atau Keterangan : 1. Monitor infeksi terutama di Observasi:

kekurangan), Kurang 1. Tidak ada daerah edema 1. Untuk mengetahui

terpapar informasi tentang 2. Terbatas Mandiri : seberapa parah infeksi

upaya mempertahankan/ 3. Sedang 2. Periksa kulit dan selaput yang terjadi

melindungi integritas 4. Besar lendir terkait dengan adanya Mandiri:

jaringan d.d Kerusakan 5. Sangat besar kemerahan, kehangatan 2. Pemeriksaan kulit dan

jaringan dan/atau lapisan 2. Keparahan Infeksi ekstrim, edema, atau selaput lendir dapat

kulit, Perdarahan, Kriteria hasil: drainase. membantu mengetahui

kemerahan, hematoma. Setelah dilakukan tindakan Kolaborasi : - keadaan umum pasien.

keperawatan selama 3x24 HE : Kolaborasi:-

jam masalah Keparahan 3. Ajarkan anggota keluarga HE:

20 | D i a b e t e s M e l i t u s
Infeksi dapat tertasi dengan atau pemberi asuhan 3. Agar keluarga maupun

idikator : menegenai tanda-tanda pemberi asuhan dapat

1. Kemerahan (3) kerusaakan kulit, dengan mengetahui dengan baik

2. Cairan luka yang tepat. tanda-tanda kerusakan

berbau busuk (3) 3. Perawatan Luka kulit.

3. Nyeri (3) Observasi : 3. Perawatan luka

Keterangn : 1. Monitor karakteristik Observasi:

1. Berat luka, termasuk 1. Untuk mengetahui

2. Cukup berat drainase, warna, tingkat keparahan luka

3. Sedang ukuran, dan bau Mandiri:

4. Ringan Mandiri : 2. Mencegah terjadinya

5. Tidak ada 2. Berikan rawatan insisi perluasan pada luka

pada luka, yang Kolaborasi: -

3. Pengetahuan diperlukan HE:

21 | D i a b e t e s M e l i t u s
Manajemen Infeksi Kolaborasi : - 3. Agar pasien atau anggota

Kriteria hasil: HE : keluarga melakukan

Setelah dilakukan tindakan 3. Anjurkan pasien atau perawatan luka dengan

keperawatan selama 3x24 anggota keluarga pada baik dan benar

jam masalah Pengetahuan prosedur perawatan

Manajemen Infeksi dapat luka

teratasi dengan idikator :

1. Tanda dan gejala infeksi

(3)

2. Prosedur pemantauan

untuk infeksi (3)

3. Pengaruh gizi pada

infeksi (3)

Keterangan:

22 | D i a b e t e s M e l i t u s
1. Tidak ada pengetahuan

2. Pengetahuan

terbatas

3. pengetahuan

sedang

4. pengetahuan

banyak

5. pengetahuan

sangat banyak
2 Defisit Nutrisi (D.0019) NOC 1. Penahapan diet 1. Penahapan diet

Kategori : Fisologis 1. Status nutrisi Observasi : Observasi:

Subkategori : Nutrisi dan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor toleransi 1. Untuk mengetahui

Cairan keperawatan selama 3x24 peningkatan diet seberapa banyak

Definisi : jam masalah status nutrisi Mandiri : peningkatan toleransi

asupan nutrisi tidak cukup dapat teratasi dengan 2. Temukan cara untuk bisa glukosa

23 | D i a b e t e s M e l i t u s
untuk memenuhi kebutuhan indikator : memasukkan makanan Mandiri:

metabolisme. 1. Asupan gizi (3) kesukaan pasien dalam diet 2. Agar diet dapat dilakukan

Defisit Nutrisi b.d 2. Asupan makanan (3) yang dianjurkan dengan baik tanpa

Peningkatan kebutuhan 3. Rasio berat badan/tinggi Kolaborasi : menyiksa pasien

metabolisme, Faktor badan (3) 3. Kolaborasikan dengan Kolaborasi:

psikologis (mis., stress, Keterangan : tenaga keshatan lain untuk 3. Peningkatan diet dapat

keengganan untuk makan) 1. Sangat menyimpang dari meningkatkan diet secepat membantu meningkatkan

d.d badan menurun minimal rentang normal mungkin jika tidak ada kesehatan pasien

10% dibawah rentang ideal, 2. Banyak menyimpang dari komplikasi HE: -

nafsu makan menurun rentang normal HE: - 2. Manajemen nutrisi

3. Cukup menyimpang dari 2. Manajemen nutrisi Observasi:

rentang normal Observasi : 1. Untuk mengetahui

4. Sedikit menyimpang dari 1. Monitor kecenderungan seberapa parahnya

rentang normal penurunan dan kenaikan kondisi pasien

24 | D i a b e t e s M e l i t u s
5. Tidak menyimpang dari berat badan Mandiri:

rentang normal Mandiri : 2. Perilaku caring perawat

2. Pengetahuan diet sehat 2. Bantu pasien untuk dapat membantu

Setelah dilakukan tindak an membuka kemasan makan, kesembuhan pasien

keperawatan selama 3x24 momotong makanan,dan Kolaborasi:-

jam masalah pengetahuan makan jika diperlukan HE:

diet sehat dapat teratasi Kolaborasi : - 3. Kelebihan natrium,

dengan indikator: HE: kalium, protein dan

1. Rekomendasi diet sehat 3. Anjurkan pasien terkait cairan dapat

untuk lemak,protein dan dengan kebutuhan diet memperburuk kondisi

karbohidrat (3) untuk kondisi sakit (yaitu pasien

2. Tujuan diet yang bisa untuk pasien dengan 3. Manajemen berat

dicapai (3) penyakit ginjal, pembatasan badan

3. Kisaran berat bedan yang natrium,kalium,protein dan Observasi:

25 | D i a b e t e s M e l i t u s
optimal (3) cairan 1. Agar kondisi pasien

Keterangan 3. Manajemen berat badan dapat terkontrol

1. Tidak ada pengetahuan Observasi : Mandiri:

2. Pengetahuan terbatas 1. Kaji motivasi pasien untuk 2. Mengetahui

3. Pengetahuan sedang mengubah pola makanan kelebihan/kekurangan

4. Pengetahuan banyak Mandiri: lemak dalam tubuh

5. Pengetahuan sangat 2. Hitung presentasi lemak pasien

banyak tubuh ideal pasien Kolaborasi:

3. Berat badan masa Kolaborasi: - 3. Agar pasien segera

tubuh HE: mungkin mengatasinya

Setelah dilakukan tindak an 3. Informasikan ke pasien jika secara mandiri

keperawatan selama 3x24 terdapat komunitas

jam masalah berat badan manajemen berat badan

masa tubuh dapat teratasi

26 | D i a b e t e s M e l i t u s
dengan indikator

1. Berat badan (3)

2. Presentasi lemak

tubuh (3)

3. Presentil tinggi (3)

Keterangan

1. Deviasi berat badan dari

kisaran normal

2. Deviasi yang cukup besar

dari kisaran normal

3. Deviasi sedang dari

kisaran normal

4. Deviasi ringan dari

kisaran normal

27 | D i a b e t e s M e l i t u s
5. Tidak ada deviasi dari

kisaran normal

3 Risiko Infeksi (D.0142) NOC 1. Kontrol Infeksi 1. Kontrol infeksi

Kategori : Lingkungan 1. Status Pernafasan : Obsevasi : - Observasi: -

Subkategori : Keamanan dan Ventilasi Mandiri : Mandiri:

proteksi Kriteria hasil: 1. Pastikan teknik 1. Jika perawatan luka

Definisi : Setelah dilakukan tindakan perawatan luka tidak tepat, akan timbul

Berisiko mengalami keperawatan selama 3x24 yang tepat masalah yang baru

peningkatan terserang jam masalah Status Kolaborasi : - Kolaborasi: -

organisme patogenik pernapasan dapat teratasi HE : HE:

dengan indikator : 2. Ajarkan pasien dan 2. Agar pasien dan keluarga

Risiko Infeksi d.d Penyakit 1. Frekuensi pernafasan (3) anggota keluarga tidak melakukan hal yang

kronis (misalnya diabete 2. Irama pernafasan (3) mengenai bagaimana dapat menyebabkan

melitus), Ketidakadekuatan 3. Kedalaman inspirasi (3) menghindari infeksi terjadinya infeksi

28 | D i a b e t e s M e l i t u s
pertahan tubuh primer: Keterangan : 3. Monitor Tanda-Tanda 3. Monitor tanda-tanda

Kerusakan integritas kulit 1. Deviasi berat dari kisaran Vital vital

normal Obsevasi : Observasi:

2. Deviasi yang cukup berat

dari kisaran normal

3. Deviasi sedang dari

kisaran normal

4. Deviasi ringan dari

kisaran normal

5. Tidak ada devasi dari

kisaran normal

2. Kontrol Resiko :

Proses Infeksi

Kriteria hasil:

29 | D i a b e t e s M e l i t u s
Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor irama dan laju 1. Untuk mengetahui

keperawatan selama 3x24 pernafasan (misalnya, keadaan umum pasien

jam masalah Kontrol Resiko kedalaman dan terutama pernapasan

: Proses Infeksi dapat kesimetrisan) Mandiri:

teratasi dengan indikator : Mandiri : 2. Agar tidak terjadi

1. Mengidentifikasi faktor 2. Periksa secara berkala kesalahan ketika

resiko infeksi (3) keakuratan instrumen yang menentukan tindakan

2. Mengidentifikasi tanda digunakan untuk yang akan diangkat.

dan gejala infeksi (3) perolehan data pasien Kolaborasi:-

3. Mengetahui perilaku Kolaborasi : - HE:-

yang berhubungan HE : - 3. Irigasi kulit

dengan resiko infeksi (3) 3. Irigasi Kulit Observasi:

Keterangan : Observasi : 1. Tingkat kenyamanan

1. Tidak pernah 1. Monitor respon pasien pasien sangat penting

30 | D i a b e t e s M e l i t u s
menunjukkan terhadap nyeri, toleransi, selama psrosedur

2. Jaranga menunjukan kenyamanan dan kecemasan Mandiri:

3. Kadang-kadang selama prosedur 2. Analgesic dapat

menunjukkan Mandiri : meredakan rasa sakit

4. Sering menunjukkan 2. Berikan analgesik sebelum Kolaborasi: -

5. Secara konsisten dilakukan perawatan luka, HE:

menunjukkan jika dibutuhkan 3. Perawatan dirumah akan

3. Integritas Jaringan : Kolaborasi : - sangat bermanfaat jika

Kulit & Membran HE : dilakukan sesuai

Mukosa Anjurkan pasien dan prosedur.

Kriteria hasil: keluarga untuk melakukan

Setelah dilakukan tindakan prosedur di rumah dengan

keperawatan selama 3x24 tehnik yang sesuai dan

jam masalah Integritas modifikasi yang diperlukan

31 | D i a b e t e s M e l i t u s
Jaringan : Kulit & Membran (tekanan untuk mencuci

Mukosa tangan sebelum dan

dapat teratasi dengan seseudah melakukan irigasi

indikator : ketika tehnik steril tidak

1. Suhu kulit (3) digunakan

2. Sensasi (3)

3. Elastisitas (3)

Keterangan :

1. Sangat terganggu

2. Banyak terganggu

3. Cukup terganggu

4. Sedikit terganggu

5. Tidak terganggu

32 | D i a b e t e s M e l i t u s
4 Risiko Perfusi Serebral NOC 1. Manajemen Edema 1. Manajemen edema

Tidak Efektif (D.0017) 1. Perfusi Jaringan Serebral serebral

Kategori : Fisiologis Serebral Observasi : Observasi:

Subkategori : Sirkulasi Kriteria hasil: 1. Monitor adanya 1. Untuk mengetahui tingkat

Definisi : Setelah dilakukan tindakan kebingungan, perubahan kesadaran pasien terhadap

Berisiko mengalami keperawatan selama 3x24 fikiran, keluhan pusing, lingkungan disekitar

penurunan sirkulasi darah ke jam masalah Perfusi Jaringan pingsan Mandiri:

otak Serebral dapat teratasi Mandiri : Agar tidak terjadi kejang yang

dengan indikator : 2. Berikan anti kejang, sesuai dapat menyebabkan

Risiko perfusi serebral tidak 1. Tekanan intrakranial (3) kebutuhan kerusakan jaringan

efektif d.d Aterosklerosis 2. Tekanan darah sistolik Kolaborasi : - Kolaborasi:-

aorta, Infark miokard akut (3) HE : - HE:-

Kondisi Klinis Terkait 3. Tekanan darah 2. Monitor Tekanan 2. Monitor tekanan

1. Stroke diastolik (3) Intrakranial intrakarnial

33 | D i a b e t e s M e l i t u s
2. Infark Miokard akut Keterangan : Observasi : Observasi:

1. Deviasi berat dari kisaran 1. Monitor tekanan aliran 1. Untuk mengetahui

normal darah otak intervensi apa yang akan

2. Deviasi yang cukup besar Mandiri : diambil

dari kisaran normal 2. Berikan ruang perawatan Mandiri:

3. Deviasi sedang dari agar meminimalkan 2. Meminimalisir nyeri atau

kisaran normal elevasi TIK kegelisahan yang

4. Deviasi ringan dari Kolaborasi : - dirasakan pasien

kisaran normal HE : Kolaborasi: -

5. Tidak ada deviasi dari 3. Berikan informasi kepada HE:

kisaran normal pasien dan keluarga/orang 3. Agar pasien tetap aman

2. Status Sirkulasi penting lainnya meskipun jauh dari tenaga

Kriteria hasil: 3. Monitor Neurologi kesehatan.

Setelah dilakukan tindakan Observasi : 3. Monitor neurologi

34 | D i a b e t e s M e l i t u s
keperawatan selama 3x24 1. Monitor tingkat kesadaran Observasi:

jam masalah Status Sirkulasi Mandiri : 1. Untuk mengetahui keadaan

dapat teratasi dengan 2. Catat keluhan sakit kepala pasien

indikator : Kolaborasi: Mandiri:

1. tekanan nadi (3) 3. Konsultasikan dengan 2. Untuk mengetahui

2. tekanan darah rata-rata rekan kerja untuk seberapa sering pasien

(3) mengkonfirmasi data mengeluh sakit kepala dan

3. saturasi oksigen (3) HE : - menentukan intervensi apa

Keterangan : yang akan diambil

1. Deviasi berat dari Kolaborasi:

kisaran normal 3. Agar tidak terjadi

2. Deviasi yang cukup kesalahan pada data pasien

besar dari kisaran HE: -

normal

35 | D i a b e t e s M e l i t u s
3. Deviasi sedang dari

kisaran normal

4. Deviasi ringan dari

kisaran normal

5. Tidak ada deviasi dari

kisaran normal

3. Kontrol Risiko : Stroke

Kriteria hasil:

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24

jam masalah Kontrol Risiko :

Stroke dapat teratasi dengan

indikator :

1. Mengembangkan strategi

36 | D i a b e t e s M e l i t u s
yang efektif dalam

mengontrol resiko (3)

2. Memonitor tekanan darah

(3)

3. Mengurangi asupan

makanan tinggi lemak

jenuh dan kolestrol

Keterangan :

1. Tidak pernah

menunjukkan

2. Jarang menunjukan

3. Kadang-kadang

menunjukkan

4. Sering menunjukkan

37 | D i a b e t e s M e l i t u s
5. Secara konsisten

menunjukkan

5 Risiko Cedera (D.0136) NOC 1. Manajemen 1. Manajemen lingkungan

Kategori : Lingkungan 1. Kejadian Jatuh Lingkungan: Observasi:

Subkategori : Keamanan dan Kriteria hasil: Keselamatan 1. Agar keselamatan pasien

Proteksi Setelah dilakukan tindakan Observasi : dapat terjamin

Definisi : keperawatan selama 3x24 1. Monitor lingkungan Mandiri:

Berisiko mengalami bahaya jam masalah Kejadian terhadap terjadinya 2. Karena lingkungan yang

atau kerusakan fisik yang Jatuh dapat teratasi dengan perubahan status aman sangat berpengaruh

menyebabkan seseorang indikator : keselamatan untuk kondisi pasien

tidak lagi sepenuhnya sehat1. Jatuh saat berdiri (3) Mandiri : Kolaborasi:

atau dalam kondisi baik. 2. Jatuh saat berjalan (3) 2. Bantu pasien saat 3. Karena lingkungan yang

3. Jatuh saat dipindahkan melakukan perpindahan ke aman sangat berpengaruh

Risiko Cedera dibuktikan (3) lingkungan yang lebih aman untuk kondisi pasien

38 | D i a b e t e s M e l i t u s
dengan Terpapar pathogen, Keterangan : (misalnya, rujukan untuk HE:

Disfungsi autoimun, 1. 10 dan lebih mempunyai asisten rumah 4. Agar tidak ada yang

Kegagalan mekanisme 2. 7-9 tangga) menyalahgunakan bahan

pertahanan tubuh 3. 4-6 Kolaborasi: berbahaya yang ada

Kondisi Klinis Terkait : 4. 1-3 3. Kolaborasikan dengan dilingkungan

1. Kejang 5. Tidak Ada lembaga lain untuk 2. Identifikasi resiko

2. Gangguan 2. Kadar Glukosa Darah meningkatkan keselamatan Observasi:

penglihatan Kriteria hasil: lingkungan (misalnya dinas 1. Untuk memperoleh data

Setelah dilakukan tindakan kesehatan, polisi, dan badan yang akurat tentang pasien

keperawatan selama 3x24 perlindungan lingkungan) dan riwayat penyakitnya.

jam masalah Kadar HE : Mandiri:

Glukosa Darah dapat 4. Edukasi individu dan 2. Agar tidak terjadi

teratasi dengan indikator : kelompok yang berisiko kesalahan dalam

1. Glukosa darah (3) tinggi terhadap bahan memenuhi kebutuhan

39 | D i a b e t e s M e l i t u s
2. Fruktosamia (3) berbahaya yang ada di sehari-hari

3. Urin glukosa (3) lingkungan Kolaborasi:

Keterangan : 2. Identifikasi Risiko HE:

1. Deviasi berat dari Observasi : 3. Untuk menentukan

kisaran normal 1. Kaji ulang riwayat intervensi apa yang akan

2. Deviasi yang cukup kesehatan masa lalu diambil untuk mengurangi

besar dari kisaran dan dokumentasikan faktor resiko.

normal bukti yang 3. Perawatan waktu istirahat

3. Deviasi sedang dari menujukkan adanya Observasi:

kisaran normal penyakit medis, 1. Menghindari terjadinya

4. Deviasi ringan dari diagnosa keperawatan hal-hal yang tidak

kisaran normal serta perawatannya diinginkan

5. Tidak ada deviasi dari Mandiri : Mandiri:

kisaran normal 2. Pertimbangkan status 2. Untuk mempermudah

40 | D i a b e t e s M e l i t u s
3. Fungsi Sensori : pemenuhan kebutuhan perawat melakukan

Penglihatan sehari-hari tindakan dan mempercepat

Kriteria hasil: Kolaborasi : - kesembuhan pasien

Setelah dilakukan HE : Kolaborasi:

tindakan keperawatan 3. Instruksikan faktor 3. Agar pasien dengan mudah

selama 3x24 jam risiko dan rencana mengatasi masalah

masalah Fungsi untuk mengurangi kesehatan yang terjadi

Sensori : Penglihatan faktor risiko HE:

teratasi dengan 3. Perawatan Waktu 4. Agar tidak terjadi

indikator : Istirahat kesalahan dalam

1. Ketajaman Observasi : memberikan informasi

pandangan di 1. Pantau daya tahan

garis tengah (kiri) anggota keluarga yang

(3) merawat

41 | D i a b e t e s M e l i t u s
2. Ketajaman Mandiri :

pandangan di 2. Bangun hubungan

garis tengah terapeutik dengan

(kanan) (3) pasien dan keluarga

3. Respon terhadap Kolaborasi :

stimulus 3. Koordinasikan dengan

pandangan (3) relawan untuk

Keterangan : penyediaan layanan di

1. Sangat terganggu rumah

2. Banyak terganggu HE :

3. cukup terganggu 4. Ajarkan bagaimana

4. sedikit terganggu menghubungi

5. tidak terganggu penunggu pasien yang

biasanya
6 Risiko Perfusi Perifer 1. Perfusi Jaringan : 1. Manajemen 1. Manajemen

42 | D i a b e t e s M e l i t u s
Tidak Efektif (D.0015) Perifer Hiperglikemia hiperglikemia

Kategori : Fisiologis Kriteria hasil: Observasi : Observasi:

Subkategori : Sirkulasi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala 1. Untuk mengetahui tanda

Definisi : keperawatan selama 3x24 hiperglikemi: poliuria, dan gejala hiperglikemi

Berisiko mengalami jam masalah Perfusi polidipsi, polifagi, Mandiri:

penurunan sirkulasi darah Jaringan : Perifer dapat kelemahan letargi, malayse, 2. Agar pasien dapat

pada level kapiler yang dapat teratasi dengan indikator : pandangan kabur atau sakit memantau sendiri kadar

menggangu metabolisme 1. Pengisian kapiler jari (3) kepala glukosa jika suatu saat

tubuh. 2. Pengisian kapiler jari kaki Mandiri : tiba-tiba dibutuhkan

Risiko perfusi perifer (3) 2. Dorong pemantauan sendiri Kolaborasi:

tidak efektif d.d 3. Suhu kulit ujung kaki dan kadar glukosa darah 3. Untuk menentukan

Hiperglikemia, Gaya tangan (3) Kolaborasi: intervensi apa yang akan

hidup kurang gerak, Keterangan : 3. Konsultasikan dengan dilakukan

Hipertensi. 1. Deviasi berat dari kisaran dokter tanda dan gejala HE:

43 | D i a b e t e s M e l i t u s
Kondisi Klinis Terkait normal hiperglikemia yang menetap 4. Untuk menghindari hal-hal

1. Arterosklerosis 2. Deviasi yang cukup besar atau memburuk yang tidak diinginkan

2. Diabetes Melitus dari kisaran normal HE : 2. Pengajaran proses

3. Deviasi sedang dari 4. Instruksikan pada pasien penyakit

kisaran normal dan keluarga mengenai Observasi:

4. Deviasi ringan dari manajemen diabetes selama 1. Untuk mengetahui sejauh

kisaran normal periode sakit, termasuk mana pemahaman klien

5. Tidak ada deviasi dari penggunaan insulin, atau terkait penyakit yang

kisaran normal obat oral, monitor asupan spesifik

2. Keparahan Hipertensi cairan, penggantian Mandiri:

Kriteria hasil: karbohidrat, dan kapan 2. Penting bagi klien untuk

Setelah dilakukan tindakan mencari petugas kesehatan mengetahui tentang

keperawatan selama 3x24 sesuai kebutuhan penyakit yang diderita

jam masalah Keparahan 2. Pengajaran Proses Kolaborasi:

44 | D i a b e t e s M e l i t u s
Hipertensi dapat teratasi Penyakit 3. Agar data yang

dengan indikator : Observasi : dikumpulkan akurat

1. Kelelahan (3) 1. Kaji tingkat pengetahuan HE:

2. Denyut jantung tidak pasien terkait dengan proses 4. Agar tidak timbul

teratur (3) penyakit yang spesifik masalaah baru yang tidak

3. Sakit kepala (3) Mandiri : diinginkan karena

Keterangan : 2. Jelaskan patofisiologi disebabkan oleh efek

1. Berat penyakit dan bagaimana samping penanganan dari

2. Besar hubungannya dengan penyakit

3. Sedang anatomi dan fisiologi, 3. Manajemen sensasi

4. Ringan sesuai kebutuhan. perifer

5. Tidak Ada Kolaborasi : Observasi:

3. Perkuat informasi yang 1. Untuk mengetahui sejauh


3. Pengetahuan
diberikan dengan anggota mana peradangan yang
Manajemen Diabetes

45 | D i a b e t e s M e l i t u s
Kriteria hasil: tim kesehatan lain, sesuai terjadi pada vena

Setelah dilakukan tindakan kebutuhan. Mandiri:

keperawatan selama 3x24 HE : 2. Perubahan suhu yang

jam masalah Pengetahuan : 4. instruksikan pasien ekstrim sangat

Manajemen Diabetes dapat mengenai tindakan untuk berpengaruh terhadap

teratasi dengan indikator : mencegah/ meminimalkan kesehatan tubuh

1. Peran diet dalam efek samping penanganan Kolaborasi:

mengontrol kadar dari penyakit, sesuai HE:

glukosa darah (3) kebutuhan 3. Mengukur dengan

2. Pencegahan 3. Manajemen Sensasi thermometer akan

hiperglikemia (3) Perifer menghasilkan data yang

3. Penggunan insulin yang Observasi : lebih akurat disbanding

benar (3) 1. Monitor tromboflebitis dan hanya dengan menyentuh

Keterangan : tromboembli pada vena

46 | D i a b e t e s M e l i t u s
1. Tidak ada pengetahuan Mandiri :

2. Pengetahuan terbatas 2. Lindungi tubuh terhadap

3. Pengetahuan sedang perubahan suhu yang

4. Pengetahuan banyak ekstrim

5. Pengetahuan Kolaborasi : -

HE :

3. Instruksikan pasien dan

keluarga untuk mengukur

suhu air dengan termometer


7 Risiko Perfusi Miokard 1. Perfusi Jaringan : 1. Manajemen Risiko 1. Manajemen resiko

Tidak Efektif (D.0014) Kardiak Jantung jantung

Kategori : Fisiologis Kriteria hasil: Observasi : Observasi:

Subkategori : Sirkulasi Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kesiapan 1. Agar tidak terjadi

Definisi : Berisiko keperawatan selama 3x24 pasien untuk mempelajari kesalahan pasien dalam

mengalami penurunan jam masalah Perfusi gaya hidup yang memodifikasi hidupnya

47 | D i a b e t e s M e l i t u s
sirkulasi arteri koroner yang Jaringan : Kardiak dapat dimodifikasi (diet, Mandiri:

dapat mengganggu teratasi dengan indikator : merokonk, minuman 2. Untuk meredakan nyeri

metabolisme miokard 1. Denyut jantung apikal (3) beralkohol, olahraga dan yang dirasakan pasien

2. Denyut nadi radial (3) kadar kolestrol) Kolaborasi:

3. Tekanan darah sistolik Mandiri : 3. Memprioritaskan hal-hal

Risiko perfusi miokard tidak (3) 2. Lakukan terapi relaksasi, yang mengurangi resiko

efektif d.d Hipertensi , Keterangan : jika tepat dapat mempermudah

Kekurangan volume cairan , 1. Deviasi berat dari kisaran Kolaborasi : melakukan intervensi

Hiperglikemia. normal 3. Prioritaskan hal-hal yang selanjutnya

Kondisi Klinis Terkait : 2. Deviasi yang cukup besar mengurangi risiko (jantung) HE:

1. Diabetes Melitus dari kisaran normal dengan kolaborasi bersama 4. Agar tidak terjadi masalah

2. Hipertensi 3. Deviasi sedang dari pasien dan keluarga yang lebih serius pada

kisaran normal HE : jantung pasien

4. Deviasi ringan dari 4. Instruksikan pasien dan 2. Terapi oksigen

48 | D i a b e t e s M e l i t u s
kisaran norma; keluarga mengenai strategi Observasi:

5. Tidak ada deviasi dari diet jantung sehat 1. Untuk meminimalisir

kisaran normal (misalnya, rendah natrium, terjadinya hal-hal yang

2. Kontrol Risiko : rendah lemak, rendah membahayakan pasien

Penyakit kolestrol, tinggi serat, cairan Mandiri:

Kardiovaskular yang cukup, asupan kalori 2. Mewaspadai jika pasien

Kriteria hasil: yang tepat). tiba-tiba membutuhkan

Setelah dilakukan tindakan 2. Terapi oksigen oksigen

keperawatan selama 3x24 Observasi : Kolaborasi:

jam masalah Kontrol 1. Monitor kerusakan kulit 3. Penggunaan oksigen

Risiko : Penyakit terhadap adanya gesekan tambahan sangat

Kardiovaskular dapat perangkat oksigen membantu jika pasien

teratasi dengan indikator : Mandiri : membutuhkan

1. Mencari informasi terkait 2. Sediakan oksigen ketika HE:

49 | D i a b e t e s M e l i t u s
penyakit kardiovaskular pasien dibawa/ dipindahkan 4. Agar pasien tidak perlu ke

(3) Kolaborasi : pusat pelayanan kesehatan

2. Mengidentifikasi faktor 3. Konsultasi dengan tenaga jika tiba-tiba mengalami

resiko penyakit kesehatan lain mengenai sesak.

kardiovaskular (3) penggunaan oksigen

3. Mengenali faktor resiko tambahan selama kegiatan

individu terkait penyakit dan/atau tidur

kardiovaskular (3) HE :

Keterangan : 4. Anjurkan pasien dan

1. Tidak pernah keluarga mengenai

menunjukkan penggunaan oksigen di

2. Jarang menunjukkan rumah.

3. Kadang-kadang

menunjukkan

50 | D i a b e t e s M e l i t u s
4. Sering menunjukkan

5. Secara konsisten

menunjukkan

51 | D i a b e t e s M e l i t u s
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Diabetes melitus adalah kedaan hiperglikemi kronik yang terjadi karena

kelainan sekresi dan kerja insulin disertai dengan kelainan metabolik akibat

gangguan hormonal, herediter, infeksi virus, dan usia, dengan tanda-tanda

hiperglikemia dan glukosuria yang dapat menimbulkan komplikasi kronik mata,

ginjal, syaraf dan pembuluh darah. Diabetes melitus diklasifikasikan menjadi 2,

yaitu : Diabetes tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/Diabetes

Mellitus Tergantung Insulin (DMTI dan Diabetes tipe 2 (Non Insulin Dependent

Diabetes Melitus (NIDDM)/Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI).

4.2 Saran

Semoga askep ini dapat bermanfaat dan menjadi referensi bagi pembaca,

terutama dapat memberikan pemahaman tentang diabetes melitus. Perbaikilah

gaya hidup, perbanyaklah aktivitas agar terhindar dari diabetes melitus.

52 | H i p e r t i r o i d i s m e
Daftar pustaka

American Diabetes Association. (2015). Classification and Diagnosis of Diabetes.

Diabetes Care; Vol 38(Suppl. 1): S8-16

Bararah, Taqiyyah dkk. 2013. Asuhan Keperawatan : Panduan Lengkap Menjadi

Profesional Jilid 2. Jakarta : Prestasi Pustaka Raya Brunner &

Suddarth. (2010). Textbook of medical surgical nursing, eleventh

edition. Philadelpia : Lippincott William & Wilkins.

Desalu. OO, Salawu. FK, Jimoh. AK, Adekoya. AO, Busari. OA, Olokoba. AB, et

al. (2011). Diabetic foot care: Self reported knowledge and practice

among patients attending three tertiarty hospital in Nigeria. Ghana

Med J; 45(2): 60-5.

Digiulo, Mary. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Demystified. Yogyakarta :

Rapha Publishing Kardiyudiani, Ketut dkk. 2019. Keperawatan

Medikal Bedah 1. Yogyakarta : PT. Pustaka Baru.

Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2009, Rencana Asuhan Keperawatan,

(Edisi III), EGC, Jakarta.

Khasana, Alifatun. 2016. Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Aman dan

Nyaman. Sekolah Tinggi ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. (2015). Konsensus Pengendalian dan

Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia, PB. PERKENI.

Jakarta.

53 | H i p e r t i r o i d i s m e
Riyadi, Sujono. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

54 | H i p e r t i r o i d i s m e
Askep

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2


“Hiperthyroid”
OLEH:

KELOMPOK 2

KELAS D SEMESTER IV

1. Zulkarnain H. Musa
2. Dewi Pertiwi Wiratma
3. Febi Soraya Lasanudin
4. Rini Rahim
5. Sri Nova Sastya Modamba

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

TA:2018

55 | H i p e r t i r o i d i s m e
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Askep“Hipertiroidisme”ini dengan baik. 

Adapun Askep “Hipertiroidisme”ini telah saya usahakan semaksimal


mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan
bayak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan Askep ini. 

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh
karenaitu, dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-
lebarnya bagi pembaca yang ingin memberikan saran dan kritik kepada kami
sehingga saya dapat memperbaiki Askep ini.

            Akhirnya, kami sebagai penyusun mengharapkan semoga dari Askep ini
dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga bias memberikan inspirasi
terhadap pembaca.

Gorontalo,  Februari 2019

Penyusun

56 | H i p e r t i r o i d i s m e
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................i

Daftar Isi..........................................................................................................ii

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang........................................................................................1

1.2 Rumusanmasalah...................................................................................2

1.3 Tujuan....................................................................................................2

BAB 2. Konsep Medis

2.1 Definisi...................................................................................................3

2.2 Etiologi...................................................................................................3

2.3 Prognosis................................................................................................4

2.4 Manifestasi Klinis..................................................................................4

2.5 Klasifikasi..............................................................................................7

2.6 Patofisiologi...........................................................................................8

2.7 Komplikasi.............................................................................................11

2.8 Penatalaksanaan.....................................................................................11

BAB 3. Konsep Keperawatan

3.1 Pengkajian..............................................................................................15

3.2 Diagnosa.................................................................................................20

3.3 Perencanaan...........................................................................................21

DaftarPustaka

57 | H i p e r t i r o i d i s m e
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Tiroid lazim dikenal sebagai kelnjar gondok (tyroid gland). Letaknya

dileher bagian depan, tepatnya dibawah jakun. Kelenjar kecil ini biasanya

tidak kelihatan, sehingga sering dilupakan orang.

Kebanyakan orang tidak tertarik pada urusan tiroid. Mereka lebih suka

bercerita tentang diabetes atau mengikuti seminar mengenai jantung dan

stroke. Padahal, jika dicermati, satudari sepuluh orang ternyata memiliki

benjolan dileher. Bahkan dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG),

kemungkinan timbul pembesaran tiroid naik dua kali lipat (satu perlima). Di

Amerika Serikat dengan jumlah penduduk lebih dari 275 juta, diperkirakan

ada 27 juta orang mengidap berbagai kelainan kelenjar tiroid.

Dimulai tahun 1800-an, pembesaran tiroid dianggap sebagai suatu

pembengkakan dari saluran nafas dileher. Dulu, belum ada yang tahu pasti apa

peran dari benjolan leher itu. Ada yang menduga benjolan dileher itu suatu

pembesaran pita suara, ada yang mengira kelenjar getah bening, pembuluh

darah, atau suatu saluran makan. Hingga akhirnya penelitian-penelitian terus

dilakukan, bermacam-macam kelainan tiroid ditemukan. Tahun 1825

ditemukan oleh Parry, tahun 1835 oleh Graves, dan tahun 1840 oleh Van

Basedow, yang melaporkan penyakit yang ternyata sama, yaitu yang dikenal

sebagai hipertiroid. Kebanyakan darikita pasti pernah mendengar atau

58 | H i p e r t i r o i d i s m e
melihatnya, yaitu penderita akan mengalami jantung berdebar-debar, badan

semakin kurus, gemetaran, serta mata terbelalak. (Hans Tandra, 2011)

1.2 Rumusan masalah

1. Bagiamana defenisi hipertiroidisme ?

2. Bagainana etiologi hipertirodisme ?

3. Bagaimana prognosis hipertiroidisme ?

4. Apa saja manifestasi klinis hipertiroidisme ?

5. Apa saja klasifikasi/ stage dari hipertiroidisme ?

6. Bagaimana patofisiologi hipertiriodisme ?

7. Apa saja komplikasi dari hipertiroidisme ?

8. Bagaimana penatalaksanaan hipertiroidisme ?

9. Bagiamana pengkajian hipertiroidisme ?

10. Bagaimana intervensi keperawatan hipertiroidisme ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mendeskripsikan defenisi hipertiroidisme

2. Untuk mendeskripsikan etiologi hipertirodisme

3. Untuk mendeskripsikan prognosis hipertiroidisme

4. Untuk mendeskripsikan manifestasi klinis hipertiroidisme

5. Untuk mendeskripsikan klasifikasi/ stage dari hipertiroidisme

6. Untuk mendeskripsikan patofisiologi hipertiriodisme

7. Untuk mendeskripsikan komplikasi dari hipertiroidisme

8. Untuk mendeskripsikan penatalaksanaan hipertiroidisme

9. Untuk mendeskripsikan pengkajian hipertiroidisme

59 | H i p e r t i r o i d i s m e
10. Untuk mendeskripsikan intervensi keperawatan hipertiroidisme

60 | H i p e r t i r o i d i s m e
BAB II

KONSEP MEDIS

2.1 Defenisi Hipertiroidisme

Hipertiroid merupakan kelainan endokrin yang dapat dicegah seperti

kebanyakan kondisi tiroid, kelainan ini merupakan kelaianan yang sangat

menonjol pada wanita. Kelainan ini menyerang wanita empat kali lebih

banyak dari pada pria, terutama wanita mudah yang berusia antara 20-40

tahun. disini dapat dikarenakan dari proses menstruasi, kehamilan dan

menyusui itu sendiri menyebabkan hipermetabolisme sebagai akibat

peningkatan kerja daripada hormon tiroid. (dr.taufan nugroho, 2011)

Jumlah penderita hipertiroid terus meningkat. Hipertiroid merupakan

penyakit hormon yang menempati urutan kedua terbesar diindonesia setelah

diabetes. Posisi ini serupa dengan kasus di dunia.

Lebih dari 90% hipertiroid adalah akibat penyakit graves dan nodul tiroid

toksik.

2.2 Etiologi

Kelenjar tiroid mempreduksi T3 dan T4 dalam jumlah berlebihan yang

dapat disebabkan oleh suatu penyakit auto imun dimana sistim kekebalan

tubuh menyerang kelenjar tiroid. Penyebab lain dapat berupa tumor jinak

(Adenoma) yang mengakibatkan membesarnya kelenjar tiroid (goiter)

61 | H i p e r t i r o i d i s m e
atauptroduksi TSH, yang berlebihan oleh kelenjar pituitary disebabkan oleh

tumor pituitary. (Mary digiulio, dkk 2014)

2.3 Prognosis

Prognosis baik jika penyebab hipertiroid diberi medikasi ; akan tetapi,

hipertiroid merupakan suatu penyakit kronis. Tanda tanda seperti mata

menonjol (Eksoftalmus) tidak dapat dihindarkan. Lebih lanjut, operasi tiroid

dapat menyebabkan komplikasi. (Mary digiulio, dkk 2014)

2.4 Manifestasi klinis

1. Umum : BB turun, keletihan, apatis, berkeringat, tidak tahan panas.

Emosi : gelisah, iritabillitas, gugup, emosi labil, perilaku maniak, dan

perhatian menyempit.

2. kardiovaskuler : Palpitasi, sesak nafas, angina, gagal jantung, sinus

takikardi, distrimia, fibrilasi atrium, nadi kolaps.

3. Neuromuskuler : gugup, agitasi, tremor. Psikosis, kelemahan otot,

miopathy proximal, paralisis periodik, miastenia grafis.

4. Gastrointestinal : BB menurun, nafsu makan meningkat, diare, steatore,

dan muntah

5. Reproduksi : Oligomenore, Amenore, Libido meningkat, Infertilitas.

6. Kulit : Pruritus, eritemapamaris, mixedemia pretibial, rambut tipis.

7. Struma : Difus dengan atau tanpa bising, nondosa.

62 | H i p e r t i r o i d i s m e
8. Mata : Periolbital puffines, lakrimasi meningkat, dan grittines of eyes,

kemosis (odema konjungtiva, proptosis, olserasi kornea, oftalmoplegia,

diplopia, edema pupil, penglihatan kabur) (dr.taufan nugroho, 2011)

2.5 Klasifikasi/stage

Dapat dibedakan berdasarkan penyebab terjadinya menjadi 2,yaitu :

a. Hipertiroid Primer : Terjadinya hipertiroid karena berasal dari kelenjar

tiroid itu sendiri, contohnya :

1) Penyakit grave

2) Functioning adenoma

3) Toxic multinodular goiter

4) Tirioditis

b. Hipertiroid Sekunder : Terjadinya hipertiroid berasal dari luar kelenjar

tiroid, contohnya :

1) Tumor hipofisis

2) Pemberian hormone tiroid dalam jumlah besar

3) Pemasukan iodium berlebihan. (Irna R.M. Sari, 2013)

2.6 Patofisiologi dan pathway

Beberapa penyebab-penyebab umum dari hipertiroid termasuk: Penyakit

graves functioning adenoma ( hot nodule) dan toxic multinodular goiter

(TMNG) pemasukan yang berlebihan dari hormone-hormon tiroid

pengeluaran yang abnormal dari TSH tiroiditis (peradangan kelenjar tiroid)

pemasukan yodium yang berlebihan.

63 | H i p e r t i r o i d i s m e
Penyakit graves: penyakit graves yang disebabkan oleh suatu aktivitas

yang berlebihan dari kelenjar tiroid yang disama ratakan, adalah penyebab

yang paling umum dari hipertiroid. Pada kondisi ini, kelenjar tiroid biasanya

adalah pengkhianat, yang berarti ia telah kehilangan kemampuannya untuk

merespon pada kontrol yang normal oleh kelenjar pituitary via TSH. Penyakit

graves diperkirakan adalah suatu penyakit autoimun dan antibodi-antibodi

yang adalah karakteristik-karakteristik dari penyakit ini mungkin ditemukan

dalam darah. Antibodi-antibodi ini termasuk thyroid stimulating

immunoglobin (TSI Antibodies), thyroid peroxidise antibodies (TPO), dan

antibodi-antibodi reseptor TSH. Pencetus-pencetus untuk penyakit grave

termasuk: stress, merokok, radiasi pada leher, obat-obatan dan organisme-

organisme yang menyebabkan infeksi seperti virus-virus.. Penyakit grave

mungkin berhubungan dengan penyakit mata ( grave ophthalnopathy) dan

luka-luka kulit (dermopathy ophthalnopathy) dapat terjadi sebelum, sesudah

atau pada saat yang sama dengan hipertiroid. Mata mungkin menonjol keluar

dan penglihatan ganda (double) dapat terjadi. Derajat dari ophthalnopathy

diperburuk pada mereka yang merokok. Kondisi kulit (dermopathy) adalah

jarang dan menyebabkan suatu ruam kulit yang tampak sakit, merah, tidak

halus yang tampak pada muka dari kaki-kaki. (Wijaya & Putri,2013)

Tiroiditis adalah peradangan pada kelenjar tiroid yang disebabkan oleh

infeksi bakteri,virus atau saat tubuh memproduksi antibodi yang dapat

merusak kelenjar tiroid. Kerusakan ini dapat menyebabkan produksi hormone

tiroksin yang berlebihan yang pada akhirnya menyebabkan hipertiroidisme.

64 | H i p e r t i r o i d i s m e
Pemasukan hormone-hormon tiroid yang berlebihan mengambil terlalu

banyak obat hormone tiroid sebenarnya adalah sungguh umum. Orang-orang

lain mungkin menyalahgunakan obat dalam suatu usaha untuk mencapai

tujuan-tujuan lain seperti menurunkan berat badan.

Pengeluaran abnormal dari TSH sebuah tumor di dalam kelenjar pituitary

mungkin menghasilkan suatu pengeluaran dari TSH (Tiroid Stimulating

Hormone) yang tingginya abnormal. Ini menjurus pada tanda yang berlebihan

pada kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormone-hormon tiroid. Kondisi ini

adalah sangat jarang dan dapat dikaitkan dengan kelainan-kelainan lain dari

kelenjar pituitary.

Suatu kelebihan yodium dapat menyebabkan hipertiroid. Hipertiroid

yang dipengaruhi diinduksi oleh yodium biasanya terlihat pada pasien-pasien

yang telah mempunyai kelenjar tiroid yang normal yang mendasarinya. Obat-

obat tertentu seperti amiodarone (Cordarone) yang digunakan dengan

perawatan persoalan-persoalan jantung mengandung suatu jumlah yodium

yang besar dan mungkin berkaitan dengan kelainan-kelainan fungsi tiroid.

(Wijaya & Putri,2013)

Hipertiroidisme ditandai dengan hilangnya pengaturan normal dari

sekresi TH. Oleh karena aksi TH bagi tubuh adalah stimulasi,

hipermetabolisme terjadi,dengan peningkatan aktivitas system saraf simpatik.

Jumlah berlebih dari TH menstimulasi system kardiologi dan meningkatkan

jumlah reseptor beta adrenergic penyebab takikardi, peningkatan curah

65 | H i p e r t i r o i d i s m e
jantung,volume sekuncup, respons adrenergic,dan aliran darah perifer.

Metabolisme meningkat tajam menyebabkan keseimbangan negative

nitrogen,deplesi lipid, dan defisiensi status nutrisi serta kehilangan berat

badan.

Hipertiroidisme juga menghasilkan gangguan sekresi dan metabolisme

hormone hypothalamus,hipofisis, dan gonad. (Black & Hawks.2014)

66 | H i p e r t i r o i d i s m e
Produksi T3 dan T4,
Pathway Hipertiroidisme Adenoma,Graves, Nodul Tiroid Toksi

Sekresi Hormon Tiroid


Berlebihan

HIPERTIROIDISME

Proses Pembakaran Lemak Metabolisme Meningkat Endapan metabolisme pada ekstra sel

Suplai Nutrisi Tidak Adekuat Peristaltik Usus Sistem Saraf Simpatik TSI merangsang sitem kekebalan tubuh

Berat Badan Reabsorbsi TD dan Nadi Gangguan jaringan dan otot ektra okuler

Defisit Nutrisi Frekuensi BAB Aritmia,Takikardi Gerakan kelopak mata lebih lambat

Diare Kompensasi Jantung Infiltrasi limfosit sel mast ke jaringan


orbital dan otot-otot mata
Lelah Jantung
Eksoptalmus

Sirkulasi
Resiko Kerusakan Integritas
Jaringan
Penurunan Curah Jantung
67 | H i p e r t i r o i d i s m e
2.7 Komplikasi

Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis

tirotoksik (Thyroid storm). Hal ini dapat berkembang secara spontan pada

pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid,

atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah

pelepasan HT dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia,

agitasi, tremor, hipertermia, (sampai 106 oF), dan, apabila tidak diobatai,

kematian.

Penyakit jantung hipertiroid, oftalmopati graves, dermopati graves, infeksi

karena agranulositosispada pengobatan dengan obat antitiroid, krisis tiroid.

(Hadi Purwanto,2016)

2.8 Penatalaksanaan

1. Obat Antitiroid

Tujuan pengobatan Hypertiroidisme adalah membatasi produksi hormon

tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau

merusak jaringan tiroid (yodium radiaktif, tiroidektomi subtotal)

digunakan dengan indikasi :

Obat diberikan dalam dosis besar pada pemulaan sampai eutiroidisme lalu

diberikan dosis rendah untuk mempertahankan eutiroidisme tabel obat

antitiroid yang sering digunakan.

Obat Dosis awal (mg/hari) Pemeliharaan (mg/hari)


Karbimazol 30-60 5-20

68 | H i p e r t i r o i d i s m e
Metimazol 30-60 5-20
Propiltiourasil 300-600 50-200

Ketiga obat ini mempunyai kerja imunosupresif dan dapat menurunkan

konsentrasi thyroid stimulating antibody (TSAb) yang bekerja pada sel

tiroid obat-obat ini umurnya diberikan sekitar 18-24 bulan. Pemakaian

obat-obat ini dapat menimbulkan efek samping berupa hypersensitivitas

dan agranulositosis. Apabila timbul hypersensitivitas maka obat diganti,

tetapi bila timbul agranulositosis maka obat dihentikan.

Pada pasien hamil biasanya diberikan propiltiourasil dengan dosis

serendah mungkin yaitu 200 mg/hari atau lebih lagi. Hypertiroidisme

berapa kali sembuh spontan pada kehamilan tua sehingga propiltiourasil

dihentikan obat-obat tambahan sebaiknya diberikan karena T4 mencegah

hypertiroidisme pada bayi yang baru lahir. Pada masa laktasi diberikan

propilourasil karena hanya sedikit sekali yang keluar dari air susu ibu.

Dosis yang dipakai 100-150 mg tiap 8 jam setelah pasien eutiroid, secara

klinis dan laboratorium, dosis diturunkan dan dipertahankan menjadi

2x50mg/hari. Kadar T4 diperthankan pada batas atas normal dengan dosis

propiltiourasil < 100 mg/hari. Apabila tiroktoksitosis tombul lagi, biasanya

pasca persalinan, propiltiourasil dinaikan sampai 300mg/hari.

2. Pengobatan dengan yodium radioaktif

Digunakan Y131 dengan dosis 5-12 mCi peroral. Dosis ini dapat

mengendalikan tirodoksitosis dalam 3 bulan, namun pasien menjadi

69 | H i p e r t i r o i d i s m e
hipertiroid pada tahun pertama. Efek samping pengobatan dengan yodium

radioaktif adalah hipotiroidisme, eksaserbasi hipotiroidisme dan tiroiditis

3. Tindakan operatif

Tiroidektomi subtotal efektif untuk mengatasi hipertiroidtisme indikasi

operasi adalah :

Sebelum operasi, biasanya pasien diberi obat anti tiroid sampai eutiroid

kemudian diberi cairan kaliumyodida 100-200 mg/hari atau cairan glugol

10-15 tetes/hari selama 10 hari sebelum dioperasi untuk mengurangi

vaskularisasi pada kelenjar tiroid

Obat ini diberikan untuk mengurangi gejala dan tanda hipertiroidisme

dosis diberikan 40-200 mg/hari yang dibagi atas 4 dosis. Pada orang lanjut

usia diberi mg/6 jam. Yodium terutama digunakan untuk persiapan

operasi, sesudah pengobatan dengan yodium radioaktif dan pada krisis

tiroid. Biasanya diberikan dalam dosis 100-300 mg/hari. Hipodat kerjanya

lebih cepat dibandingkan propiltiourasil dan sangat baik digunakan pada

keadaan akut krisis tiroid. Kerja hipodat adalah menurunkan konfersi T4

diperifer, menggunakan sintesis hormon tiroid serta mengurangi

pengeluaran hormon dari tiroid. Ditium mempunyai daya kerja seperti

yodium, namun tidak jelas keuntungannya dibandingkan dengan yodium.

Yodium dapat digunakan pada pasien dengan krisis tiroid yang alergi

terhadap yodium. (dr.taufan nugroho, 2011)

70 | H i p e r t i r o i d i s m e
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN

a. Identifikasikebutuhandasar yang mengalamigangguan

Kategori dan Subkategori Masalah Normal

Fisiologis Respirasi Sesak nafas Normalnya

pernafasan yaitu 14-

20x/menit

(buku pedoman

vital sign, 2016)


Sirkulasi Tekanan darah Tekanan darah

(TD) meningkat, normal untuk

palpitasi, Angina sistolik <120 dan

diastolik <80

mmHg

(the joint national

committe VII(JNC-

VII))
Nutrisi dan cairan BB menurun, Orang dewasa intake

nafsu makan cairan normalnya

meningkat, 2000-3000 ml/hari.

muntah Jika intake cairan

tidak adekuat atau

71 | H i p e r t i r o i d i s m e
pengeluaran yang

berlebihan

(urin/muntah ) tubuh

akan kekurangan

cairan. (Ni wayan

dwi

rosmalawati,2013)
Eliminasi Diare, muntah BAB/BAK teratur

dan normal

(Sunarsih

rahayu,2013 )
Aktivitas dan istirahat Tremor, lelah Bersemangat, giat,

dapat tidur normal

(Sunarsih

rahayu,2013)
Neurosensori Tremor Fungsi saraf motorik

dan sensorik baik

dengan tidak adanya

getaran sehignga

mampu melakukan

aktivitas
Reproduksi dan Oligomenore, Siklus Haid teratur

Seksualitas amenore, libido berkisar 28 hari

meningkat, dengan lama haid

infertilitas rata-rata 5 hari dan

72 | H i p e r t i r o i d i s m e
7 hari.
Psikologis Nyeri dan Kenyamanan Gelisah Merasa tentram,

lega, dan tidak

merasakan nyeri
Integritas ego Perilaku maniak Memiliki koping

yang baik dengan

mampu meredakan

emosi dan juga

tidak imerasa cemas

atau gelisah akan

sesuatu
Pertumbuhan dan Tidak ada Mengalami

perkembangan masalah pertumbuhan dan

perkembangan yang

normal sesuai

dengan fase fase

perkembangan.
Perilaku Kebersihan diri Tidak ada Pasien tampak rapi

masalah ketika dilakukan

pemeriksaan atau

pengkajian.
Penyuluhan dan Tidak ada maslah Memiliki

pembelajaran pengetahuan Terapi

hormone

tiroid/pengobatan

antitiroid

73 | H i p e r t i r o i d i s m e
Relasional Interaksi social Tidak ada Komunikasi pasien

masalah lancar, bisa mengerti

pembicaraan orang,

mampu memberikan

respon verbal, dan

berbicara sesuai

realita .
Lingkungan Keamanan dan proteksi Penglihatan Memiliki

kabur kemampuan

beradaptasi

dengan

lingkungan.

b. PemeriksaanLaboratorium

No Tes Definisi/Nilai normal Kelainan yang ditemukan

1. Pemeriksaan TSH merupakan hormon yang Penyakit graves

TSH diproduksi oleh kelenjar pituitari TSH di temukan dalam jumlah

di otak. Hormon ini berfungsi rendah yaitu kurang dari 0,27

untuk memicu sekresi hormon uIU/L

tiroid.
Hipertiroid sekunder

Nilai rujukan : 0,27-4,7 uIU/L TSH di temukan meningkat

yaitu lebih dari 4,7 uIU/L

2. Pemeriksaan T3 merupakan hormon tiroid Penyakit graves

74 | H i p e r t i r o i d i s m e
T3 alami yang penting untuk T3 di temukan meningkat yaitu

metabolisme normal. lebih dari 190 ng/dl

Nilai rujukan : 70- 190 ng/dl


Hipertiroid sekunder

T3 di temukan meningkat yaitu

lebih dari 190 ng/dl

3. Pemeriksaan Hormon tiroksin (T4) merupakan Penyakit graves

T4 hormon yang dihasilkan oleh T4 di temukan meningkat yaitu

kelenjar tiroid (gondok) yang lebih dari 12 ug/dl

terletak dibagian trakea.


Hipertiroid sekunder
Nilai rujukan : 5 - 12 ug/dl
T4 di temukan meningkat yaitu

lebih dari 12 ug/dl

4. Diagnosa Keperawatan

1. Defisit Nutrisi (00002)

Domain 2 : Nutrisi

Kelas 1 : Makan

2. Penurunan curah jantung (D.0008)

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Respirasi

3. Diare (D.0020)

Kategori: Fisiologis

Subkategori: Nutrisi dan Cairan

4. Resiko kerusakan integritas jaringan (D.0139)

75 | H i p e r t i r o i d i s m e
Kategori : Lingkungan

Subkategori : Keamanan dan Proteksi

76 | H i p e r t i r o i d i s m e
3.2 Rencana Intervensi Keperawatan

N Diagnosa keperawatan NOC NIC Rasional

O
1. Diare, berhubungan dengan 1. Eliminasi Usus 1. Manajemen Diare 1. Manajemen Diare

malabsorpsi, ditandai Setelah di lakukan tindakan Observasi

dengan defekasi lebih dari 3 keperawatan selama 3x24jam 1. Monitor tanda dan 1) Agar dapat

kali dalam 24 jam, feses masalah Eliminasi Usus dapat gejala diare mengetahui gejala

lembek atau cair, frekuensi teratasi dengan indikator: diare yang dialami

peristaltik meningkat 1) Pola eliminasi (3) Mandiri pasien

2) Kontrol gerakan usus (3) 2. Ukur diare/output 2) Untuk mengkaji

3) Warna feses (3) pencernaan berapa beratnya

Keterangan : diare

1) Sangat terganggu Kolaborasi

2) Banyak terganggu 3. Konsultasikan dengan 3) Untuk membantu

3) Cukup terganggu dokter jika tanda dan pengobatan lebih

77 | H i p e r t i r o i d i s m e
4) Sedikit terganggu gejala diare menetap lanjut pasien agar

5) Tidak terganggu diare teratasi dengan

2. Tingkat Nyeri tepat


HE
Setelah di lakukan tindakan
4. Instruksikan pasien atau
keperawatan selama 3x24jam 4) Agar dapat
keluarga untuk
masalah tingkat nyeri dapat mengetahui
mencatat warna,
teratasi dengan indikator: perkembangan
volume, frekuensi, dan
1) Nyeri yang dilaporkan kesehatan pasien
konsistensi tinja
(3)
2. Manajemen Obat
2) Panjangnya episode
Observasi
nyeri (3) 2. Manajemen Obat
1. Monitor efektifitas cara
3) Menggosok area yang
pemberian obat yang
terkena dampak (3) 1) Untuk mengontrol
sesuai
Keterangan : pemberian obat ke

78 | H i p e r t i r o i d i s m e
1) Berat Mandiri
pasien
2) Cukup berat 2. Kaji ulang pasien atau

3) Sedang keluarga secara berkala

4) Ringan mengenai jenis dan 2) Agar dapat

5) Tidak ada jumlah obat yang mengetahui jenis

3. Keparahan Gejala dikonsumsi dan dosis obat yang

Setelah di lakukan tindakan Kolaborsi diberikan ke pasien

keperawatan selama 3x24jam 3. Konsultasikan dengan

masalah Keparahan Gejala profesional perawatan 3) Agar pemberian dan

dapat teratasi dengan indikator: kesehatan lainnya untuk kerja obat pasien

1) Intensitas gejala (3) meminimalkan jumlah dapat terlaksana

2) Frekuensi gejala (3) dan frekuensi obat yang dengan baik dan

3) Menetapnya gejala (3) dibutuhkan agar tepat

Keterangan : didapatkan efek

79 | H i p e r t i r o i d i s m e
1) Berat terapeutik

2) Cukup berat HE

3) Sedang 4. Ajarkan pasien atau

4) Ringan anggota keluarga 4) Agar keluarga atau

5) Tidak ada mengenai metode pasien lebih paham

pemberian obat yang akan pemberian obat

sesuai yang baik dan benar


2. Defisit nutrisi, 1. Status nutrisi ; Asupan 1. Manajemen ganguan 1. Manajemen gangguan

Berhubungan dengan nutrisi makan makan

peningkatan kebutuhan Setelah dilakukan tindakan Observasi 1) Agar pasien tetap

metabolisme ditandai keperawatan 3x24 jam. 1. Monitor asupan kalori terkontrol dalam

dengan berat badan Masalah satus nutrisi ; asupan makanan harian asupan makanan

menurun minimal 10% nutrisi dapat diatasi dengan : sehari

dibawah rentan ideal, diare, 1. Asupan protein (3) Mandiri 2) Supaya klien tetap

rambut rontok 2. Asupan serat (3) 2. Tentukan pencapaian dalam perawatan

80 | H i p e r t i r o i d i s m e
3. Asupan vitamin (3) berat badan harian terkontrol dalam

Keterangan sesuai keinginan penyembuhan

1. Tidak adekuat 3. Batasi aktifitas fisik 3) Agar klien tetap

2. Sedikit adekuat sesuai kebutuhan untuk dalam keadaan berat

3. Cukup adekuat meningkatkan berat badan stabil

4. Sebagian besar badan

adekuat Kolaborasi 4) Agar klien dalam

5. Sepenuhnya adekuat 4. Rundingkan dengan tim kedaan yang

kesehatan lainnya setiap diinginkan dalam

hari terkait perawatan

2. Stasut nutrisi ; Energi perkembangan klien

Setelah dilakukan tindakan H.E

keperawatan 3x24 jam. Masalah -

satus nutrisi ; energi dapat

81 | H i p e r t i r o i d i s m e
diatasi dengan : 2. Manajemen nutrisi 2. Manajemen nutrisi

1. Daya tahan (3) Observasi 1) Supaya pasien dalam

2. Penyembuhan 1. Identifikasi [adanya] kedaan perawatan

jaringan (3) alergi atau intoleransi yang terkontrol

3. Resistensi infeksi (3) makanan yang dimikli 2) Agar pasien tetap

Keterangan : pasien dalam keadaan nutrisi

1. Sangat menyimpang 2. Monitor kalori dan membaik

dari rentang normal asupan makanan 3) Agak klien dalam

2. Banyak menyimpang Mandiri kedaan nyaman

dari rentang normal 3. Berikan pilihan dalam pemberian

3. Cukup menyimpang makanan sambil pemilihan makanan

dari rentang normal menawarkan bimbigan yang sehat

4. Sedikit menyimpang terhadap pilihan

dari rentang normal [makanan] yang lebih

82 | H i p e r t i r o i d i s m e
5. Tidak menyimpang sehat jika, diperlukan

dari rentang normal Kolaborasi

- 4) Agar pasien tetap

H.E merasa senang

4. Anjurkan keluarga dalam pemilihan

membawa makanan makanan favorit

favorit pasien sementra

[pasien] berada di

rumah sakit atau

fasilitas perawatan, 3. Bantuan peningkatan

yang sesuai berat badan

3. Bantuan peningkatan berat

badan 1) Agar pasien

Observasi mendapatkan

83 | H i p e r t i r o i d i s m e
1. Monitor mual muntah perawatan

2. Monitor asupan kalori pencegahan

setiap hari 2) Agar pasien dalam

keadaan nutrisi

tercukupi

3) Suapaya pasien

Mandiri merasakan adanya

3. Bantu pasien untuk perawatan yang baik

makan atau suapi pasien dalam pemulihan

4. Berikan istirahat yang 4) Agar tetap terjaga

cukup stamina pasien

Kolaborasi

- 5) Supaya pasien

84 | H i p e r t i r o i d i s m e
H.E dalam kedaan nutrisi

5. Anjurkan pasien dan yang mencukupi

keluarga

merencanakan makan

3. Penurunan curah 1. Status sirkulasi 1. Manajemen asam basa 1. Manajemen asam basa

jantung, berhubungan Setelah di lakukan tindakan Observasi

dengan perubahan irama keperawatan selama 3x24jam 1. Monitor pola 1) Untuk mengetahui

jantung. Ditandai dengan masalah status sirkulasi dapat pernafasan perkembangan

palpitasi, lelah, teratasi dengan indikator: status pernafasan

bradikardia/takikardia, 1) Tekanan darah sistol (3) Mandiri pasien

tekanan darah 2) Tekanan darah diastol 2. Berikan terapi oksigen 2) Untuk

meningkat/menurun. (3) dengan tepat mempermudah

3) Tekanan nadi (3) Kolaborasi pasien dalam

Keterangan : - bernafas

85 | H i p e r t i r o i d i s m e
1) Deviasi berat dari

kisaran normal HE

2) Deviasi yang cukup 3. Instruksikan pasien atau 3) Agar pasien atau

besar dari kisaran normal keluarga mengenai keluarga

3) Deviasi sedang dari tindakan yang telah meminimalisirkan

kisaran normal disarankan untuk peningkatan asam

4) Devisi ringan dari mengatasi basa

kissran normal ketidakseimbangan

5) Tidak ada deviasi dari asam basa

kisaran normal

2. Perawatan jantung 2. Perawatan jantung

2. Status Jantung Paru Observasi

Setelah di lakukan tindakan 1. Monitor sesak nafas, 1) Untuk mengetahui

keperawatan selama 3x24jam kelelahan, takipnea dan adanya tanda dan

86 | H i p e r t i r o i d i s m e
masalah status jantung paru orthopnea gejala gangguan

dapat teratasi dengan indikator: pernafasan yang

1) Tekanan darah sistol (3) Mandiri dialami pasien

2) Tekanan darah diastol 2. Lakukan terapi 2) Untuk

(3) relaksasi sebagaimana memperlancar

3) Denyut nadi perifer (3) mestinya pernafasan jika

Keterangan : terjadi sesak dengan

1) Deviasi berat dari cara relaksasi nafas

kisaran normal dalam

2) Deviasi yang cukup

berat dari kisaran normal Kolaborasi 3) Agar pasien dan

3) Deviasi sedang dari 3. Rujuk ke program gagal keluarga akan lebih

kisaran normal jantung untuk dapat paham dan

4) Deviasi ringan dari mengikutio program mengetahui akan

87 | H i p e r t i r o i d i s m e
kisaran normal edukasi pada pentingnya menjaga

5) Tidak ada deviasi dari rehabilitasi jantung, kesehatan jantung

kisaran normal evaluasi dan dukungan dengan mengikuti

3. Status Pernafasan yang sesuai panduan program tersebut

Setelah di lakukan tindakan untuk meningkatkan

keperawatan selama 3x24jam aktivitas dan

masalah status pernafasaan membangun hidup

dapat teratasi dengan indikator: kembali sebagaimana

1) Frekuensi pernafasan (3) mestinya

2) Irama pernafasan (3) HE


4) Agar mempermudah
3) Kedalaman inspirasi (3) 4. Instruksikan pasien
pasien dan keluarga
Keterangan : dan keluarga mengenai
untuk melakukan
1) Deviasi berat daari tujuan perawatan dan
perawatan
kisaran normal bagaimana

88 | H i p e r t i r o i d i s m e
2) Deviasi yang cukup kemajuannya akan

berat dari kisaran normal diukur

3) Deviasi sdaang dari

kisaran normal

4) Deviasi ringan dari

kisaran normal

5) Tidka ada deviasi dari

kisaran normal

4. Risiko gangguan 1. Respon imun hipersensifitas 1. Kontrol infeksi 1. Kontrol infeksi

integritas kulit/jaringan. Setelah dilakukan tindakan Observasi

Dibuktikan dengan keperawatan 3x24 jam. Masalah - -

perubahan hormonal Respon imun hipersensifitas Kolaborasi

dapat diatasi dengan : - -

1. Perubahan kulit (3) Mandiri

89 | H i p e r t i r o i d i s m e
2. Reaksi alergi (3) 6. Bersihkan lingkungan 1) Agar pasien tetap

3. Vaskulitis (3) dengan baik setelah terjaga dari infeksi

Keterangan : digunakan untuk setiap dalam mobilitas

1. Berat pasien

2. Cukup berat 7. Berikan terapi antibiotic 2) Agar pasien tidak

3. Sedang yang sesuai mengalami

4. Ringan perubahan infeksi

5. Tidak ada HE

2. Status nutrisi 8. Ajarkan pasien dan 3) Supaya klien

Setelah dilakukan tindakan anggota keluarga mendapat perawatan

keperawatan 3x24 jam. Masalah mengenai bagaimana perubahan warna

satus nutrisi dapat diatasi menghindari infeksi dan suhu kulit

dengan : 2. Perlindungan infeksi

1. Asupan gizi (3) Observasi 2. Perlindungan infeksi

90 | H i p e r t i r o i d i s m e
2. Asupan cairan (3)
1. Monitor kerentanan
3. Hidrasi (3)
infeksi 1) Agar tetap dalam
Keterangan :
perawatan klinis
1. Sangat menyimpang Mandiri

dari rentang normal 2. Periksa kondisi setiap


2) Agar klien tidak
2. Banyak menyimpang sayatan bedah atau luka
mendapatkan
dari rentang normal yang cukup
kesalahan perawatan
3. Cukup menyimpang 3. Tingkatkan asupan
kulit
dari rentang normal nutrisi yang cukup

4. Sedikit menyimpang
3) Agar pasien tetap
dari rentang normal
terjaga dalam
5. Tidak menyimpang
perubahan mobilitas
dari rentang normal
nutrisi
Kolaborasi

4. Lapor dugaan infeksi

91 | H i p e r t i r o i d i s m e
pada personil pengendali 4) Supaya klien lebih

infeksi mendapatkan

perawatan

pengobatan lebih

HE optimal

3. Pengecekan kulit -

Observasi 3. pengecekan kulit

1. Monitor warna dan

suhu kulit

2. Monitor kulit untuk

adanya ruam dan lecet 1) Supaya klien

3. Monitor kulit untuk mendapat perawatan

adanya kekeringan yang perubahan warna dan

92 | H i p e r t i r o i d i s m e
berlebihan dan suhu kulit

kelembaban 2) Agar tetap dalam

perawatan klinis

3) Agar klien tidak

Mandiri mendapatkan

4. Periksa pakaian yang kesalahan perawatan

terlalu ketat kulit

Kolaborasi

- 4) Supaya klien dalam

HE kedaan baik dari

5. Ajarkan anggota goresan atau luka

keluar / memeberi

asuhan mengenai tanda-

tanda kerusakan kulit, 5) Agar anggota

93 | H i p e r t i r o i d i s m e
dengan tepat keluarga mampu

memberi perawatan

kerusakan kulit

dengan tepat

94 | H i p e r t i r o i d i s m e
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Hipertiroid merupakan kelainan endokrin yang dapat dicegah seperti

kebanyakan kondisi tiroid, kelainan ini merupakan kelaianan yang sangat

menonjol pada wanita. Etiologi hipertiroid ini adalah tumor jinak (Adenoma)

Dan Kelenjar tiroid mempreduksi T3 dan T4 dalam jumlah berlebihan.

Klasifikasi berdasarkan penyebab terjadinya hipertiroid menjadi 2, yaitu

Hipertiroid Primer dan Hipertiroid Sekunder.

Dari hasil data pengkajian didapatkan diagnosa medis hipertiroidisme dimana

akan diatasi dengan diagnosa keperawatan Diare, Resiko kerusakan integritas

jaringan, Penurunan curah jantung dan juga Defisit nutrisi

4.2 Saran

Dengan dibuatanya askep ini diharapkan nantinya akan memberikan manfaat

bagi para pembaca terutama pemahaman terhadapa penyakit hipertiroidisme serta

pengobatan dan penatalaksanaannya. Serta dapat dihindarkan dengan cara tidak

mengkonsumsi yodium secara berlebihan karena dapat terjadi radiasi pada leher

dan organisme yang dapat menyebabkan infeksi karena virus.

95 | H y p o t i r o i d
Daftar pustaka

Black,J.M., & Hawks,J.H (2014).Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis Untuk

Hasil Yang Diharapkan. Edisi 8. Jakarta :Salemba Medika

Digiulo, Mary Dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Demystified.Yogyakarta:

Rapha Publishing

Harioputro, Dhani Redhono. 2016. Buku Pedoman Ketarampilan Klinis Vital

Sign.Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Ni Wayan Dwi Rosmalawati.2013.Modul Kebutuhan Dasar Manusia (KDM 1)

Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan

Eliminasi : Badan PPSDM Kesehatan,Kemenks, RI

Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit

Dalam.Yogyakarta:Nuha Medika

Purwanto, Hadi.2016.Keperawatan Medikal Bedah II.Jakarta Selatan

Rahayu, Sunarsih.2013.Modul Kebutuhan Dasar Manusia II Asuhan Keperawatan

Pada Pasien Dengan Gangguan Kebutuhan Cairan Dan Nutrisi: Badan

PPSDM Kesehatan,Kemenks, RI

96 | H y p o t i r o i d
Tandra, Hans. 2011. Mencegah Dan Mengatasi Penyakit Tiroid Segala Sesuatu Yang

Harus Anda Ketahuibkelainan Kelenjar Gondok: Jakarta.Gramedia

Wijaya,A.S Dan Putri, Y.M.2013.Keperawatan Medikal Bedah 2. Kperawatan

Dewasa Teori Dan Contoh Askep.Yogyakarta : Nuha Medika

97 | H y p o t i r o i d
Askep

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2


“Hipothyroid”
OLEH:

KELOMPOK 2

KELAS D SEMESTER IV

6. Supriyadi Djafar
7. Mega P. Sudirman
8. Meiti R. Nete
9. Nurfajriatika Lihawa
10. Rizka nur

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

TA:2018

98 | H y p o t i r o i d
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Askep“Hiportiroidisme”ini dengan baik. 

Adapun Askep “Hiportiroidisme”ini telah saya usahakan semaksimal


mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan bayak terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan Askep ini. 

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karenaitu,
dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberikan saran dan kritik kepada kami sehingga saya dapat
memperbaiki Askep ini.

            Akhirnya, kami sebagai penyusun mengharapkan semoga dari Askep ini dapat
diambil hikmah dan manfaatnya sehingga bias memberikan inspirasi terhadap
pembaca.

Gorontalo,  Februari 2019

Penyusun

99 | H y p o t i r o i d
100 | H y p o t i r o i d
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Hipertiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya

hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan

tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormone tiroid berada di bawah nilai

optimal (Smeltzer, 2002)

Hipotiroidisme menyerang wanita lima kali lebih sering dibandingkan laki-

laki dan paling sering terjadi pada usia di antara 30 hingga 60 tahun. Dibedakan

hipotiroidisme klinis dan hipotiroidisme subklinik. Hipotiroidisme klinik ditandai

dengan kadar TSH tinggi dan kadar fT4 rendah, sedangkan pada hipotiroidisme

subklinis ditandai dengan TSH tinggi dan kadar fT4 normal, tanpa gejala atau ada

gejala sangat minimal. Hipotiroidisme merupakan kumpulan tanda dan gejala

yang manifestasinya tergantung pada: usia pasien, cepat tidaknya hipotiroidisme

terjadi, dan ada tidaknya kelainan lain (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2006).

Komplikasi yang terjadi apabila hipotiroidisme tidak diatasi dapat

menyebabkan koma miksedema (Engram, 1999).

101 | H y p o t i r o i d
Penggantian hormone-hormon tiroid seperti natrium levotiroksin (Synthroid),

natrium liotironin (Cytomel), dan diet rendah kalori merupakan penatalaksanaan

dari hipotiroidisme (Engram, 1999).

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana definisi dari hypotiroid ?

2. Bagaimana etiologi dari hypotiroid ?

3. Bagaimana prognosis dari hypotiroid ?

4. Bagaimana manifestasi dari hypotiroid ?

5. Bagaimana klasifikasi dari hypotiroid ?

6. Bagaimana patofisiologi dari hypotiroid ?

7. Bagaimana komplikasi dari hypotiroid ?

8. Bagaimana pentalaksanaan dari hypotiroid ?

9. Bagaimana asuhan keperawatan dari hypotiroid ?

1.3 Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari hypotiroid


2. Mahasiswa dapa mengetahui etiologi dari hypotiroid
3. Mahasaiswa dapat mengetahui prognosis dari hypotiroid
4. Mahasiswa dapat mengatahui manifestasi dari hypotiroid
5. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi dari hypotiroid
6. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi dari hypotiroid
7. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi dari hypotiroid
8. Mahasiswa dapat mengetahui pentalaksanaan dari hypotiroid
9. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan dari hypotiroid

102 | H y p o t i r o i d
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi

Hipotiroidisme adalah suatu keadaan hipometabolik akibat defisiensi hormone

tiroid yang dapat terjadi pada setiap umur.

2. Etiologi

Etiologi dari hipotiroidisme dapat digolongkan menjadi tiga tipe yaitu :

A. Hipotiroid primer

mungkin disebabkan oleh congenital dari tyroid (kretinism), sintesis hormone

yang kurang baik, defisiensi iodine (prenatal dan postnatal), obat anti tiroid,

pembedahan atau terapi radioaktif untuk hipotiroidisme, penyakit inflmasi

kronik seperti penyakit hashimoto, amylodosis dan sarcoidosis.

B. Hipotiroid sekunder

hipotiroid ekunder berkembang ketika adanya stimulasi yang tidak memadai

dari kelenjar tyroid normal, konsekwensinya jumlah tiroid stimulating

103 | H y p o t i r o i d
hormone (TSH) meningkat. Ini mungkin awal dari suatu malfungsi dari

pituitary atau hipotalamus. ini dapat juga disebabkan oleh resistensi perifer

terhadap hormone tiroid.

C. Hipotiroid tertier/pusat

Hipotiroid tertier dapat berkembang jika hipotalamus gagal untuk

memproduksi tiroid releasing hormone (TRH) dan akibatnya tidak dapat

distimulusi pituitary untuk mengeluarkan TSH. Ini mungkin berhubungan

dengan suatu tumor/lesi destruktif lainnya diarea hipotalamus. ada dua bentuk

utama dari goiter sederhana yaitu endemic dan sporadic. goiter endemic

prinsipnya disebabkan oleh nutrisi, defisiensi iodine, ini mengalah pada

“goiter belt” dengan karakteristik area geografis oleh minyak dan air yang

berkurang dan iodine

3. Prognosis

prognosis sempurna dengan penggantian hormone tiroid

4. Manifestasi klinis

A. Kulit dan rambut

1) kulit kering,pecah-pecah ,bersisik dan menebal

2) Pembengkakan ,tangan ,mata dan wajah

3) Rambut rontok,alokpeksia,kering dan pertumbuhannya buruk

4) Tidak tahan dingin

5) Pertumbuhan kuku buruk,kuku menebal

B. Muskuloskeletal

104 | H y p o t i r o i d
1) Volume otot bertambah,glosomegali

2) Kejang otot ,kaku ,paramitoni

3) Artalagia, dan efusi sinofial

4) Oateoporosis

5) Pertumbuhan tulang terhambat pada usia muda

6) Umur tulang tertinggal di bandingkan usia kronologis

7) Kadar fosfatase alkali menurun

C. Neurologik

1) Letargi dan mental menjadi lambat

2) Aliran darah otak menurun

3) Kejang, koma, dementia, fisikosis (gangguan memori, perhatian

kurang, penurunan reflek tengdon)

4) Ataksia (serebelum terkena)

5) Gangguan syaraf (carfal turnnel)

6) Tuli perseptif, rasa kecap, penciuman terganggu

D. Kardiorespiratorik

1) Bradikardi, distritmia, hipotensi

2) Curah jantung menurun, gagal jantung

3) Efusi pericardial (sedikit temponade sangat jarang)

4) Kardiomiopati dipembuluh darah, EKG menunjukkan gelombang

T  mendatar/inverse

105 | H y p o t i r o i d
5) Penyakit jantung iskemik

6) Hipotensialasi

7) Efusi pleural

8) Dipnea

E. Gastrointestinal

1) Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomen

2) Abtruksi usus oleh efusi pretoneal

3) Aklorhidria, anti body sel perietal gaster, anemia pernisiosa

F. Renalis

1) Aliran darah ginjal berkurang, GFR menurun

2)  Retensi air (volume plasma berkurang)

3) Hipokalsemia

G. Hematologi

1) Anemia normokrom normositik

2) Anemia mikrositik/ makrositik

3) Gangguan koagulasi ringan

H. Sistem endokrin

1) Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore/ masa

menstruasi yang panjang, menoragi dan glaktore dengan

hiperprolakten

2) Gangguan pentilasi

106 | H y p o t i r o i d
3) Gangguan hormone pertumbuhan dan respon ACTH, hipofisis

terhadap insulin akibat hipoklikemi

4) Gangguan sintesis kortison, kliren kortison menurun

5) Insufisiensi kelenjar adrenal autoinum

6) Fisikologis/ emosi: apatis, agitasi, depresi. Paranoid, menarik diri,

prilaku maniak.

7) Manifestasi klinis lainnya berupa: udema priorbita, wajah seperti bulan

(monfice), wajah kasar, suara sesak, pembesaran leher, lidah tebal,

sensitifitas terhadap opioid, haluran urin menurun, lemah, expresi

wajah kosong dan lemah(NANDA 2105 )

5. Klasifikasi

Klasifikasi Hipotiroid menurut penyebabnya :

A. Hipotiroidime primer (tiroidal)hipotiroidime primer (tiroidal) ini mengacu

kepada difungsi kelenjer tiroid itu sendiri. lebihdari 95% penderita

hipotiroidime mengalami hipotiroidime tipe ini.

B. Hipotiroidime sentral (hipotiroidime sekunder/pituitaria)adalah disfungsi

tiroide yang disebabkan oleh kelenjer hipofisis, hipolatamus, atau

keduanya.

C. Hipotiroidime tertier (hipotalamus)ditimbulkan oleh kelainan hipotalamus

yang mengakibatkan sekresi tsh tidak adikuat aktibat penurunan stimulasi

TRH.(Brunner&Suddarth:1300)Klasifikasi hipotiroid menurut usia :

107 | H y p o t i r o i d
D. Kretinisme (Hipotiroidisme congietal)adalah difisiensi tiroid yang diderita

sebelum atau segera sesudah lahir. pada keadaan ini, ibumungkin juga

menderita difisiensi tiroid.

E. Hipotiroidisme juvenilisTimbul sesudah usia 1 atau 2 tahun

F. Miksedema adalah penumpukan mukopolisakarida dalam jaringan

supkutan dan intersisial lainnya.Meskipun meksedema terjadi pada

hipotiroidime yang sudah berlangsung lama dan bera,istilah tersebut hanya

dapat digunakan untuk menyatakan gejala ekstrim pada hipotiroidimeyang

berat(Suddart, 2000)

Smeltzer & Bare : Brunner and Suddar’t Textbook Of Medical Surgical

Nursing, Philadel-Phia :

6. Patofisiologi

Hipotiroid dapat terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang

rendah disebabkan oleh oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus

tinggi karena tidak adanya umpan balik negative baik dari TSH maupun HT.

Hipotiroid yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan

rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH. Hipotiroidisme menyebabkan kadar

tiroksin menurun dan merangsang hipofise anterior yang dapat menganggu

termoregulasi yang ada dihipotalamus sehingga toleransi terhadap dingin

menurun dan menyebabkan pasien merasakan kediginginan dan menggigil

hingga masalah ini dapat diangkat dengan diagnose Hipotermia.

Hipotiroidisme selain itu menyebabkan BMR menurun yang mengakibtkan

108 | H y p o t i r o i d
penurunan pada fugsi gastrointestinal yaitu peristaltic usus menurun sehingga

menyebabkan peningkatan absobsi cairan, masalah ini dapat diatasa dengan

diagnose konstipasi. Hipotiroidisme yang mengeluarkan tiroksin dan

triyodotironin yang menyebabkan suplai energy berkurang sehingganya

pasien merasakan cepat lelah dan letih, sehingga masalah ini dapat diatasi

dengan intoleran aktivitas. Hipotiroidisme juga dapat mengakibatkan

akumulasi mukopolisakardia didalam jaringan subkutan meningkat yang

menyebabkan miksedema atau perubahan pada jringan kulit sehingganya

masalah ini dapat diatasi dengan diagnose gangguan integritas kulit/jaringan.

Hipotiroidisme juga menyebabkan TSH merangsang kelenjar tiroid untuk

mensekresi kelenjar tiroid membesar sehingga menekan struktur dileher dan

dada yang menyebabkan disfagia gangguan respirasi sehingga terjadi depresi

ventilasi, pasien merasa sesak nafas, sehingga masalah ini dapat diatasi

dengan diagnose pola nafas tidak efektif

109 | H y p o t i r o i d
Malfungsi kelenjar tiroid

PATHWAY
gangguan hipotalamus

TRH dan TSH

Hormon tiroid

Hipotiroidisme

kadar tiroksin menurun Penekanan hormone tiroid Tiroksin dan triyodotironin Penumpukan TSH merangsang
mukopolisakardia kelenjar throid untuk
mensekresi
hipofise anterior
terangsang BMR menurun akumulasi
mukopolisakardia
dalam jaringan kelenjar tiroid membesar
penurunan fungsi GI suplai energy berkurang subkutan meningkat
mengganggu
termoregulasi yang ada
di hipotalamus Peristaltik usus menurun menekan struktur dileher
cepat lelah, letih
dan dada
Miksedema

Peningkatan absobri cairan Intoleran aktivitas


toleransi terhdap dingin
Gangguan integritas disfagia gangguan
menurun
kulit/jaringan respirasi

Konstipasi
kedinginan dan
menggigil pola nafas tidak efektif dipsnea depresi ventilasi
Hipotermi
110 | H y p o t i r o i d
7. Komplikasi

A. Koma miksedema adalah situasi yang menganam jiwa yang ditandai

dengan ekserbasi (perburukan)semua gejala hipotirodisme, termasuk

hipotermi tanpa menggigil,hipotensi,hipoglikemia,hipoventilasi dan

penurunan kesadaran yang menyebabkan koma.

B. Kematian dapat terjadi tanpa penggantian TH dan stabilitas gejala.

C. Ada juga resiko yang berkaitan dengan terapi defisiensi tiroid. Resiko ini

mencakup penggantian hormone yang berlebihan,ansietas,atrofi

otot,osreoporosis. Dan fibrilasi atrium. (crowin 2009)

8. Penatalaksanaan

Penanganan meliputi :

A. Terapi sulih hormone tiroid secara bertahap dengan preparat sinetik T4

dan kadang-kadang dengan T3

B. Pembedaan eksisi, kemoterapi, atau radiasi jika terdapat tumor kelenjar

tiroid.

Penatalaksaan Keperawatan Hipotiroidisme ( Smeltzer,2002)

A. Modifikasi Aktivitas

Penderita hipotiroidisme akan mengalami pengurangan tenaga da letargi

sedang hingga berat. Sebagai akibatnya, risiko komplikasi akibat

imobilitas akan meningkat. Kemampuan pasien untuk melakukan latihan

dan berperan dalam berbagai aktivitas menjadi terbatas akibat perubahan

111 | H y p o t i r o i d
pada status kardiovaskuler dan pulmonar yang terjadi akibat

hipotiroidisme.

B. Pemantauan yang berkelanjutan

Pemantauan TTV dan tingkat kognitif pasien dilakukan dengan ketat

selama penegakan diagnosis dan awal terapi untuk mendeteksi:

kemunduran status fisik serta gejala yang menunjukan peningkatan laju

metabolik akibat terapi yang melampaui kemampuan reaksi sistem

kardiovaskuler dan pernafasan, dan keterbatasaan atau komlikasi

miksedema yang berkelanjutan.

C. Pengaturan suhu

Pasien serinh mengalami gejala menggigil dan menderita intoleransi yang

ekstrim terhadap hawa dingin meskipun dia berada dalam ruangan bersuhu

nyaman atau panas. Ekstra pakaian dan selimut dapat diberikan, dan

pasien dilindungi terhadap hembusan angin, jika pasien ingin

menggunakan bantal pemanas atau selimut listrik untuk mengurangi

gangguan rasa nyaman dan gejala menggigil tersebut, perawat harus

menjelaskan bahwa penggunaan alat ini harus dihindari karena beresiko

menyebabkan vasodilatasi perifer, kehilangan panas tubuh yang lebih

lanjut dan kolabs vaskuler.

D. Dukungan emosional

Setelah kondisi hipotirodisme berhasil diobati dan semua gejalanya sudah

berkurang, pasien apat mengalami depresi dan rasa bersalah sebagai akibat

112 | H y p o t i r o i d
dari progresitifitas serta intensitas gejala yang timbul. Pasien dan

keluarganya harus diberitahu bahwa semua gejala tersebut serta

ketidakmampuan untuk mengenalinya sering terjadi dan merupakan

bagian dari kelainan itu sendiri. Pasien dan keluargannya mungkin

memerlukan bantuan dan konseling untuk mengatasi masalah dan reaksi

emosional yang muncul.

E. Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah

Pasien diberitahu untuk terus minumobat seperti yang diresepkan dokter

meskipun gejala sudah membaik. Instruksi tentang diet diberikan untuk

meningkatkan penurunan berat badan begitu pengobatan dimulai, untuk

mempercepat pemulihan pola defekasi normal. Akibat perlambatan

prosesmental pada hipotiroidisme, maka anggota keluarga harus

diberitahu dan dijelaskan tentang tujuan terapi, proga pengobatan serta

efek samping yang harus dilaporkan kepada dokter. Selain itu, semua

instruksi dan pedoman ini harus disampaikan pula secara tertulis kepada

pasien,kelurga,dan perawat kunjungan rumah.

F. Penggantian hormon dengan L-trikosen merupakan pengobatan terbaik

G. Terapi harus dimulai dengan dosis rendah(25µg)pada penderita tua dan

hipotiroidisme yang telah lama, kemudian dosis dinaikan berangsur-

angsur setiap beberapa minggu

H. Dosis pengganti pada kebanyakan penderita antara 150-200µg setiap hari

(3,5 µg/kg hari pada anak –anak)

113 | H y p o t i r o i d
I. Penderita dengan hiipotiroidisme sekunder membutuhkan pemeriksaan

fungsi hormon hipofisis yang lengkap,lebih baik oleh seorang ahli

endokrinologi

114 | H y p o t i r o i d
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Identifikasi kebutuhan dasara yang mengalami gangguan

Kategori dan Sub kategori Masalah Normal

Fisiologis Respirasi Sesak nafas Pola nafas bagus

tidak merasakan

sesak, Nilai

pernafasan normal

12-24x/mnt
Sirkulasi Bradikardi, hipotensi, Sirkulasi

dan curah jantung peredaran darah

menurun lancer, tekanan

darah normal

120/70 mmHg,

Nadi normal 60-

100x/mnt
Nutrisi dan cairan Peningkatan berat Metabolisme

badan akibat penurunan didalm tubuh

metabolisme Teratur
Eliminasi Penurunan peristaltic BAB teratur 2 atau

usus sehingga 3 kali sehari

115 | H y p o t i r o i d
menyebabkan

konstipasi
Aktivitas dan pasien lebih banyak Tidur atau istrahat

istirahat tidur, gerakan 5-8 jam per hari

melambat, kelemahan otot

berkurangnya reflek, normal

kelemahan otor

proksimal
Neuro sensori Pusing, gangguan Composmentis,

memori, perhatian tingkat memori

kurang, penurunan normal, skala

reflek tendon, reflek tendon 2+,

tidak merasakan

pusing
Reproduksi dan Wanita : terjadi Menstruasi normal

Seksualitas perubahan menstruasi dan tidak

seperti amnore, atau mengalami

masa mentruasi yang amenore

memanjang
Psikologis Nyeri dan Abdomen yang tegang Abdomen tidak

Kenyamanan atau nyeri tegang dan nyeri

(sedang/berat) dan pasien beraktivitas

tampak sangat berhati- seperti biasa tidak

116 | H y p o t i r o i d
hati terlalu Nampak

sangat berhati hat


Integritas ego Apatis, agitasi, depresi, Dapat berinteraksi

paranoid, menarik diri dengan normal dan

tidak menarik diri


Pertumbuhan dan Cacat mental (kerdil) Mengalami

perkembangan pertumbuhan yang

normal
Perilaku Kebersihan diri Mandi 1 kali sehari Mandi 2-3 kali

sehari

Penyuluhan dan Memberikan Dapat mengetahui

pembelajaran penyuluhan pada gejala gejala

keluarga dan pasien hipotiroidisme dan

hipotiroid bagaimana cara mencegahnya

cara mengobati gejala

yang timbul pada

pasien hipotiroidisme
Relasional Interaksi social Klien sangat sulit Lingkungan

membina hubungan dengan sekitar

sosialdenganlingkunga terjalin baik

nnya,
Lingkung Keamanan dan Pasien merasa lelah Pasien tidak

an proteksi sehingga aktivitasnya merasakan

117 | H y p o t i r o i d
harus dibatasi kelelahan

b. Pemeriksaan laboratorium

No Tes Definisi/Nilai normal Kelainan yang

ditemukan

1. TSH serum TSH (thyroid stimulating hormone) TSH menurun

adalah hormone yang dihasilkan (0,2-0,4 mg/dl)

oleh hipofosia anterior. TSH

berfungsi merangsang

memproduksi hormone tiroid

seperti T4 dan T3 melalui

reseptornya yang ada dipermukaan

sel. nilai normal TSH (0,4 – 6,0

mg/dl)

Triidothyronine (T3) adalah

hormone tiroid yang ada dalam

darah dengan kadar yang sedikit


T3 menurun
2. T3 serum mempunyai kerja yang singkat dan
(0,4-1,70
bersifar lebih kuat daripada
mg/dl)
tiroksin. nilai normal T3 (0,6-1,85

mg/dl)

118 | H y p o t i r o i d
Thyroxine (T4) didalam aliran

darah ada dalam bentuk free t4 dan

yang terikat dengan protein. nilai

normal T4 ((4,8 – 12,0 mg/dl)

T4 menurun

(3,2-10,0
3. T4 serum
mg/dl)

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Hipotermia b.d penurunan laju metabolisme b.d menggigil, kulit teraba

dingin b.d bradikardi

b. Intoleran aktivitas b.d kelemahan b.d mengeluh lelah b.d merasa lemah

c. Konstipasi b.d penurunan motilitas gastrointestinal b.d defekasi kurang dari 2

kali seminggu, pengeluaran feses lama dan sulit, feses keras, peristatik usus

menurun b.d distensi abdomen

119 | H y p o t i r o i d
d. Pola nafas tidak efektif b.d depresi pusat pernafasan b.d dispnea b.d tekanan

inspirasi menurun

e. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d kelembaban b.d kerusakan jaringan

dan/atau lapisan kulit

120 | H y p o t i r o i d
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan NOC NIC Rasional


Hipotermia b.d 1. Status kenyamanan : 1. Perawatan 1. Perawatan

penurunan laju fisik hipotermia hipotermia

metabolisme b.d 2. Kontrol risiko:


Observasi : Observasi:
menggigil, kulit teraba hipotermi
1. Monitor suhu
dingin b.d bradikardi
Kriteria hasil pasien 1. Agar dapat mengetahui

Setelah dilakukan menggunakan alat suhu pasien dengan

tindakan keperawatan selama pengukur dan rute benar.

3x24 jam masalah status yang paling tepat

kenyamanan teratasi dengan


Mandiri : Mandiri :
indikator :
2. Tempatkan pasien 2. Agar pasien
1. Kontrol terhadap
pada posisi mendapatkan posisi
gejala (3)
supine/terlentang nyaman dan dalam
2. Kesejahteraan fisik
minimalkan

121 | H y p o t i r o i d
(3) alkohol atau keadaan baik.

3. Posisi yang nyaman kafein

(3)
Kolaborasi : Kolaborasi :

Keterangan - -

1. Sangat terganggu Health education: Health education :

2. Banyak terganggu - -

3. Cukup terganggu 2. pengaturan suhu 2. pengaturan suhu

4. Sedikit terganggu Observasi : Observasi :

5. Tidak terganggu 1. Monitor suhu dan 1. Agar dapat

warna kulit mengeatahui suhu dan


Kriteria hasil
warna pasien dan
Setelah dilakukan Mandiri :
memudahkan dalam
tindakan keperawatan selama 2. gunakan matras
pemeriksaan.
3x24 jam masalah kontrol penghangat ,

risiko : hipotermi teratasi selimut hangat,

122 | H y p o t i r o i d
dengan indikator dan hangatkan Mandiri :

1. Mencari informasi lingkungan untuk 2. Supaya pasien tidak

terkait hipotermia meningkatkan merasakan kedinginan.

2. Mengidentifikasi suhu tubuh sesuai

factor risiko terkait kebutuhan


Kolaborasi :
hipotermia
kolaborasi: -
3. Mengenali factor
- Health education :
risiko individu
Health education : 3. Supaya pasien
terkait hipotermia
3. intruksikan pasien khususnya pasien lansia

Keterangan khusunya pasien dapat menghindari agar

1. Tidak pernah lansia mengenai tidak mengalami

menunjukkan tindakan untuk kedinginan dan

2. Jarang menunjukkan mencegah mencegah terjadinya

3. Kadang-kadang hipotermia karna hipotermia.

menunjukkan

123 | H y p o t i r o i d
4. Sering menunjukkan paparan dingin

5. Secara konsisten

menunjukkan

Intoleran aktivitas b.d 1. intoleransi terhadap 1. terapi aktivitas 1. terapi aktivitas

kelemahan b.d mengeluh aktivitas


observasi : observasi :
lelah b.d merasa lemah 2. daya tahan
1. monitor respon 1. agar perawat dapat

kriteria hasil emosi , fisik , mengetahui respon dari

setelah dilakukan sosial dan spiritual pasien sebelum

tindakan keperawatan selama terhadap aktivitas melakukan tindakan.

3x24 jam masalah intoleransi


mandiri: Mandiri :
terhadap aktivitas teratasi
2. berikan aktivitas 2. agar ketika pasien
dengan indikator
motorik untuk mengalami kejang otot
1. saturasi oksigen
mengurangi pasien dapat
ketika berktivitas(3)
kejang otot menguranginya dengan
2. frekuensi nadi ketika

124 | H y p o t i r o i d
beraktivitas (3) kolaborasi : melakukan gerakan-

3. frekuensi 3. berkolaborasi gerakan tertentu.

pernapasan ketika dengan ahli terapi


Kolaborasi :
beraktivitas (3) fisik , okupasi dan
3. agar dapat menambah
terapis
keterangan wawasan atau
rekreasional
1. sangat terganggu pengetahuan yang
dalam
2. banyak terganggu lebih.
perencanaan dan
3. cukup terganggu
Health education :
pemantauan
4. sedikit terganggu
4. agar pasien mau
program jika
5. tidak terganggu
melakukan dan terlibat
memang
kriteria hasil dalam suatu kelompok
diperlukan
setelah dilakukan yang bisa membuat dia
health education :
tindakan keperawatan selama lebih sehat.
4. instruksikan
3x24 jam masalah daya tahan
keluarga untuk

125 | H y p o t i r o i d
teratasi dengan indikator memberikan

1. melakukan aktivitas pujian positif

rutin (3) karena 2. Manajemen energi

2. aktivitas fisik (3) kesediaanya untuk


Observasi :
3. konsentrasi (3) terlibat dalam
1. Supaya perawat tau
kelompok
keterangan seperti apa

1. sangat terganggu 2.manajemen energi emosional dan

2. banyak terganggu Observasi : apakah pasien cepat

3. cukup terganggu 1. monitor sumber lelah atau tidak.

4. sedikit terganggu kegiatan olahraga


Mandiri :
5. tidak terganggu dan kelelahan
2. Agar pasien bisa
emosional yang
lebih tenang dan
dialami pasien
lebih rileks.

mandiri :

126 | H y p o t i r o i d
2. berikan kegiatan Kolborasi :

pengalihan yang

menenangkan 3. Agar makanan yang

untuk diterima oleh pasien

meningkatkan lebih bergizi.

relaksasi

kolaborasi : Health education :

3. konsulkan dengan 4. Supaya ketika

ahli gizi mengenai perawat tidak ada

cara atau pasien sudah

meningkatkan pulang ke rumah

asupan energi dan keluarga, atau orang

makanan terdekat dapat

membantu pasien
health education:
ketika mengalami

127 | H y p o t i r o i d
4. instruksikan kambuh.

pasien atau orang

terdekat dengan

pasien mengenai

kelelahan (gejala

yang mungkin

muncul dan

kekambuhan yang

mungkin nanti

akan muncul

kembali

Konstipasi b.d penurunan 1. eliminasi usus 1. Perlindungan 1. Perlindungan Infeksi

motilitas gastrointestinal 2. perawatan ostomi infeksi


Observasi :
b.d defekasi kurang dari 2 sendiri
Observasi : 1. Supaya perawat dapat
kali seminggu,
kriteria hasil 1. Monitor adanya mengetahui tindakan

128 | H y p o t i r o i d
pengeluaran feses lama setelah dilakukan tanda dan gejala apa yang akn

dan sulit, feses keras, tindakan keperawatan selama infeksi sistemik dilakukan.

peristatik usus menurun 3x24 jam masalah eliminasi dan local

b.d distensi abdomen usus teratasi dengan indikator


Mandiri : Mandiri :
1. pola eleminasi (3)
2. Berikan perawatan 2. Agar kulit tidak
2. kontrol gerakan usus(3)
kulit yang tepat mengalami kerusakan
3. warna fases (3)
untuk area yang lebih parah khussunya

keterangan : mengalami edema di daerah edema.

1. sangat terganggu
Kolaborasi : Kolaborasi :
2. banyak terganggu
- -
3. cukup terganggu
Health education Health education :
4. sedikit terganggu
3. Ajarkan pasien 3. Supaya pasien dan
5. tidak terganggu
dan keluarga keluarga tau

kriteria hasil bagaimana cara bagaimana menghindari

129 | H y p o t i r o i d
setelah dilakukan menghindari infeksi agar tidk terjadi

tindakan keperawatan selama infeksi infeksi yang lebih

3x24 jam masalah perawatan parah.


2.manajemen pengobatan
ostomi sendiri teratasi dengan
Observasi : 2.Manajemen pengobatan.
indikator
1. Monitor efek Observasi:
1. menjelaskan fungsi
samping obat 1. Agar perawat dapat
ostomi
mengetahui efek
Mandiri :
2. menjelaskan tujuan
samping dari setiap
2. Dorong pasien
ostomi
obat sebelum diberikan
untuk (bersedia
3. terlihat nyaman
ke paisien.
dilakukan uji
dengan adanya
skrining dalam Mandiri :
stoma
menentukan efek 2. Agar pasien mau
keterangan :
obat ) melakukan uji skrining
1. Tidak pernah
dalam menentukam
Kolaborasi :
menunjukkan

130 | H y p o t i r o i d
2. Jarang menunjukkan 3. Konsultasi dengan efek obat.

3. Kadang-kadang professional

menunjukkan kesehatan lainnya


Kolaborasi :
4. Sering menunjukkan untuk
3. Agar dapat
5. Secara konsisten meminimalkan
meminimalkan jumlah
menunjukkan jumlah dan
dan frekuensi obat yang
frekuensi obat
dibutuhkan
yang dibutuhkan

agar dapat

didapatkan efek

teraupetik

Health education
Health education :
4. Ajarkan pasien
4. Supaya pasien atau
atau anggota
keluarga tidak salah
keluarga

131 | H y p o t i r o i d
mengenai metode dalam pembrian obat.

pemberian obat

sesuai

Pola nafas tidak efektif 1. Status neurologi 1. manajemen jalan 1. Manajemen jalan nafas.

b.d depresi pusat 2. Pencegahan aspirasi nafas


Observasi :
pernafasan b.d dispnea b.d
Kriteria hasil observasi 1. Agar dapat mengetahui
tekanan inspirasi menurun
Setelah dilakukan 1. observasi monitor status pernapasan dan

tindakan keperawatan selama status pernapasan oksigen

3x24 jam masalah status dan oksigenasi

neurologi teratasi dengan sebagaimana

indikator : mestinya
Mandiri
1. Kesadaran (3)
mandiri 2. Agar dapat
2. Kontrol motor
2. posisikan untuk meringankan sesak
sentral (3)
meringankan napas
3. Fungsi sensorik dan

132 | H y p o t i r o i d
motorik cranial (3) sesak napas

Kolaborasi
Keterangan kolaborasi
-
1. sangat terganggu -
Health education
2. banyak terganggu Health education
3. Agar klien dapat
3. cukup terganggu 3. instruksikan
melakukan batuk
4. sedikit terganggu bagaimana agar
efektif dengan benar
5. tidak terganggu bisa melakukan

batuk efektif
kriteria hasil
2. Manajemen asma
Setelah dilakukan 2.manajemen asma

tindakan keperawatan selama Observasi Observasi

3x24 jam masalah pencegahan 1. monitor reaksi 1. Agar mengetahui reaksi

aspirasi teratasi dengan asma asma

indikator :
mandiri Mandiri
1. menghilangakn
2. berikan 2. Agar obat dapat bekerja

133 | H y p o t i r o i d
konsep kesehatan pengobatan sesuai dengan dosisnya

personal sebelumnya dengan tepat dan

2. mengenali realitas atau sesuai

situasi kesehatan kebijakan dan

3. melaporkan harga petunjuk proedur


Kolaborasi
diri yang positil
kolaborasi -

keterangan - Health education

1. tidak pernah dilakukan Health education : 3. Agar klien dan keluarga

2. jarang dilakukan 3. informasikan klien dapat mengetahui

3. kadang-kadang atau keluarga kebijakan dan prosedur

dilakukan mengenai pengobatan asma di

4. sering dilakukan kebijakan dan sekolah

5. secara konsisten prosedur untuk

dilakukan membawa dan

memberikan

134 | H y p o t i r o i d
pengobatan asma

di sekolah

135 | H y p o t i r o i d
Gangguan integritas 1. respon alergi : local 1. perawatan ostom 1. perawatan ostom

kulit/jaringan b.d 2. termogulasi


observasi : observasi
kelembaban b.d kerusakan
kriteria hasil 1. monitor 1. agar dapat mengetahui
jaringan dan/atau lapisan
setelah dilakukan manifestasi dari manifestasi dari
kulit
tindakan keperawatan selama ketidakseimbanga ketidakseimbangan

3x24 jam masalah respon alergi n elektrolit elektrolit

: local teratasi dengan indikator


mandiri mandiri
1. nyeri sinus (3)
2. berikan cairan 2. agar kien mendapatkan
2. nyeri kepala (3)
yang sesuai cairan yang sesuai dosis
3. konjungtivtis (3)
kolaborasi kolaborasi
keterangan :
3. konsultasikan 3. agar dapat mengetahui
1. berat
dengan dokter jika tanda dan gejala
2. cukup berat
tanda dan gejala ketidakseimbangan dan
3. sedang
ketidakseimbanga elektrolit apakah

136 | H y p o t i r o i d
4. ringan n dan atau menetap atau

5. tidak ada elektrolit menetap memburuk

atau memburuk
kriteria hasil

setelah dilakukan health education health education

tindakan keperawatan selama 4. instruksikan 4. agar paien dan keluarga

3x24 jam masalah termogulasi pasien dan mengetahui alas dan

teratasi dengan indikator keluarga pembatasan cairan ,

1. merasa merinding (3) mengenai alas an tindakan hidrasi atau

2. berkeringat saat panas pembatasan cairan administrasi elektrolit

(3) , tindakan hidrasi , ambahan

3. menggili saat dingin atau administrasi

elektrolit
keterangan
tambahan seperti
1. sangat terganggu
yang ditunjukan
2. banyak terganggu 2. perawatan ostomi

137 | H y p o t i r o i d
3. cukup terganggu 2.perawatan ostomi observasi

4. sedikit terganggu Observasi 1. agar mengetahui pola

5. tidak ada 1. monitor pola eliminasi

eleminasi
mandiri

mandiri 2. agar pasien dapat

2. bantu pasien melakukan perawatan

dalam perawatan diri

diri
kolaborasi

kolaborasi -

- Health education

Health education : 3. agar pasien dan orang

3. instruksikan terdekat dapat

pasien atau orang mengetahui diet yang

terdekat lainnya tepat dalam fungsi

138 | H y p o t i r o i d
mengenai diet eliminasi

yang tepat dan

diharapkan dalam

fungsi eliminasi

139 | H y p o t i r o i d
140 | H y p o t i r o i d
BAB I

PENDAHULUAN

1.4 Latar belakang

Hipertiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya

hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan

tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormone tiroid berada di bawah nilai

optimal (Smeltzer, 2002)

Hipotiroidisme menyerang wanita lima kali lebih sering dibandingkan laki-

laki dan paling sering terjadi pada usia di antara 30 hingga 60 tahun. Dibedakan

hipotiroidisme klinis dan hipotiroidisme subklinik. Hipotiroidisme klinik ditandai

dengan kadar TSH tinggi dan kadar fT4 rendah, sedangkan pada hipotiroidisme

subklinis ditandai dengan TSH tinggi dan kadar fT4 normal, tanpa gejala atau ada

gejala sangat minimal. Hipotiroidisme merupakan kumpulan tanda dan gejala

yang manifestasinya tergantung pada: usia pasien, cepat tidaknya hipotiroidisme

terjadi, dan ada tidaknya kelainan lain (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2006).

Komplikasi yang terjadi apabila hipotiroidisme tidak diatasi dapat

menyebabkan koma miksedema (Engram, 1999).

Penggantian hormone-hormon tiroid seperti natrium levotiroksin (Synthroid),

natrium liotironin (Cytomel), dan diet rendah kalori merupakan penatalaksanaan

dari hipotiroidisme (Engram, 1999).

141 | H y p o t i r o i d
1.5 Rumusan masalah

10. Bagaimana definisi dari hypotiroid ?

11. Bagaimana etiologi dari hypotiroid ?

12. Bagaimana prognosis dari hypotiroid ?

13. Bagaimana manifestasi dari hypotiroid ?

14. Bagaimana klasifikasi dari hypotiroid ?

15. Bagaimana patofisiologi dari hypotiroid ?

16. Bagaimana komplikasi dari hypotiroid ?

17. Bagaimana pentalaksanaan dari hypotiroid ?

18. Bagaimana asuhan keperawatan dari hypotiroid ?

1.6 Tujuan

10. Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari hypotiroid


11. Mahasiswa dapa mengetahui etiologi dari hypotiroid
12. Mahasaiswa dapat mengetahui prognosis dari hypotiroid
13. Mahasiswa dapat mengatahui manifestasi dari hypotiroid
14. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi dari hypotiroid
15. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi dari hypotiroid
16. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi dari hypotiroid
17. Mahasiswa dapat mengetahui pentalaksanaan dari hypotiroid
18. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan dari hypotiroid
BAB II

PEMBAHASAN

9. Definisi

142 | H y p o t i r o i d
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan hipometabolik akibat defisiensi hormone

tiroid yang dapat terjadi pada setiap umur.

10. Etiologi

Etiologi dari hipotiroidisme dapat digolongkan menjadi tiga tipe yaitu :

D. Hipotiroid primer

mungkin disebabkan oleh congenital dari tyroid (kretinism), sintesis hormone

yang kurang baik, defisiensi iodine (prenatal dan postnatal), obat anti tiroid,

pembedahan atau terapi radioaktif untuk hipotiroidisme, penyakit inflmasi

kronik seperti penyakit hashimoto, amylodosis dan sarcoidosis.

E. Hipotiroid sekunder

hipotiroid ekunder berkembang ketika adanya stimulasi yang tidak memadai

dari kelenjar tyroid normal, konsekwensinya jumlah tiroid stimulating

hormone (TSH) meningkat. Ini mungkin awal dari suatu malfungsi dari

pituitary atau hipotalamus. ini dapat juga disebabkan oleh resistensi perifer

terhadap hormone tiroid.

F. Hipotiroid tertier/pusat

Hipotiroid tertier dapat berkembang jika hipotalamus gagal untuk

memproduksi tiroid releasing hormone (TRH) dan akibatnya tidak dapat

distimulusi pituitary untuk mengeluarkan TSH. Ini mungkin berhubungan

dengan suatu tumor/lesi destruktif lainnya diarea hipotalamus. ada dua bentuk

utama dari goiter sederhana yaitu endemic dan sporadic. goiter endemic

143 | H y p o t i r o i d
prinsipnya disebabkan oleh nutrisi, defisiensi iodine, ini mengalah pada

“goiter belt” dengan karakteristik area geografis oleh minyak dan air yang

berkurang dan iodine

11. Prognosis

prognosis sempurna dengan penggantian hormone tiroid

12. Manifestasi klinis

I. Kulit dan rambut

1) kulit kering,pecah-pecah ,bersisik dan menebal

2) Pembengkakan ,tangan ,mata dan wajah

3) Rambut rontok,alokpeksia,kering dan pertumbuhannya buruk

4) Tidak tahan dingin

5) Pertumbuhan kuku buruk,kuku menebal

J. Muskuloskeletal

8) Volume otot bertambah,glosomegali

9) Kejang otot ,kaku ,paramitoni

10) Artalagia, dan efusi sinofial

11) Oateoporosis

12) Pertumbuhan tulang terhambat pada usia muda

13) Umur tulang tertinggal di bandingkan usia kronologis

14) Kadar fosfatase alkali menurun

K. Neurologik

7) Letargi dan mental menjadi lambat

144 | H y p o t i r o i d
8) Aliran darah otak menurun

9) Kejang, koma, dementia, fisikosis (gangguan memori, perhatian

kurang, penurunan reflek tengdon)

10) Ataksia (serebelum terkena)

11) Gangguan syaraf (carfal turnnel)

12) Tuli perseptif, rasa kecap, penciuman terganggu

L. Kardiorespiratorik

9) Bradikardi, distritmia, hipotensi

10) Curah jantung menurun, gagal jantung

11) Efusi pericardial (sedikit temponade sangat jarang)

12) Kardiomiopati dipembuluh darah, EKG menunjukkan gelombang

T  mendatar/inverse

13) Penyakit jantung iskemik

14) Hipotensialasi

15) Efusi pleural

16) Dipnea

M. Gastrointestinal

1) Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomen

2) Abtruksi usus oleh efusi pretoneal

3) Aklorhidria, anti body sel perietal gaster, anemia pernisiosa

N. Renalis

145 | H y p o t i r o i d
1) Aliran darah ginjal berkurang, GFR menurun

2)  Retensi air (volume plasma berkurang)

3) Hipokalsemia

O. Hematologi

1) Anemia normokrom normositik

2) Anemia mikrositik/ makrositik

3) Gangguan koagulasi ringan

P. Sistem endokrin

1) Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore/ masa

menstruasi yang panjang, menoragi dan glaktore dengan

hiperprolakten

2) Gangguan pentilasi

3) Gangguan hormone pertumbuhan dan respon ACTH, hipofisis

terhadap insulin akibat hipoklikemi

4) Gangguan sintesis kortison, kliren kortison menurun

5) Insufisiensi kelenjar adrenal autoinum

6) Fisikologis/ emosi: apatis, agitasi, depresi. Paranoid, menarik diri,

prilaku maniak.

7) Manifestasi klinis lainnya berupa: udema priorbita, wajah seperti bulan

(monfice), wajah kasar, suara sesak, pembesaran leher, lidah tebal,

sensitifitas terhadap opioid, haluran urin menurun, lemah, expresi

wajah kosong dan lemah(NANDA 2105 )

146 | H y p o t i r o i d
13. Klasifikasi

Klasifikasi Hipotiroid menurut penyebabnya :

G. Hipotiroidime primer (tiroidal)hipotiroidime primer (tiroidal) ini mengacu

kepada difungsi kelenjer tiroid itu sendiri. lebihdari 95% penderita

hipotiroidime mengalami hipotiroidime tipe ini.

H. Hipotiroidime sentral (hipotiroidime sekunder/pituitaria)adalah disfungsi

tiroide yang disebabkan oleh kelenjer hipofisis, hipolatamus, atau

keduanya.

I. Hipotiroidime tertier (hipotalamus)ditimbulkan oleh kelainan hipotalamus

yang mengakibatkan sekresi tsh tidak adikuat aktibat penurunan stimulasi

TRH.(Brunner&Suddarth:1300)Klasifikasi hipotiroid menurut usia :

J. Kretinisme (Hipotiroidisme congietal)adalah difisiensi tiroid yang diderita

sebelum atau segera sesudah lahir. pada keadaan ini, ibumungkin juga

menderita difisiensi tiroid.

K. Hipotiroidisme juvenilisTimbul sesudah usia 1 atau 2 tahun

L. Miksedema adalah penumpukan mukopolisakarida dalam jaringan

supkutan dan intersisial lainnya.Meskipun meksedema terjadi pada

hipotiroidime yang sudah berlangsung lama dan bera,istilah tersebut hanya

dapat digunakan untuk menyatakan gejala ekstrim pada hipotiroidimeyang

berat(Suddart, 2000)

147 | H y p o t i r o i d
Smeltzer & Bare : Brunner and Suddar’t Textbook Of Medical Surgical

Nursing, Philadel-Phia :

14. Patofisiologi

Hipotiroid dapat terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang

rendah disebabkan oleh oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus

tinggi karena tidak adanya umpan balik negative baik dari TSH maupun HT.

Hipotiroid yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan

rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH. Hipotiroidisme menyebabkan kadar

tiroksin menurun dan merangsang hipofise anterior yang dapat menganggu

termoregulasi yang ada dihipotalamus sehingga toleransi terhadap dingin

menurun dan menyebabkan pasien merasakan kediginginan dan menggigil

hingga masalah ini dapat diangkat dengan diagnose Hipotermia.

Hipotiroidisme selain itu menyebabkan BMR menurun yang mengakibtkan

penurunan pada fugsi gastrointestinal yaitu peristaltic usus menurun sehingga

menyebabkan peningkatan absobsi cairan, masalah ini dapat diatasa dengan

diagnose konstipasi. Hipotiroidisme yang mengeluarkan tiroksin dan

triyodotironin yang menyebabkan suplai energy berkurang sehingganya

pasien merasakan cepat lelah dan letih, sehingga masalah ini dapat diatasi

dengan intoleran aktivitas. Hipotiroidisme juga dapat mengakibatkan

akumulasi mukopolisakardia didalam jaringan subkutan meningkat yang

menyebabkan miksedema atau perubahan pada jringan kulit sehingganya

masalah ini dapat diatasi dengan diagnose gangguan integritas kulit/jaringan.

148 | H y p o t i r o i d
Hipotiroidisme juga menyebabkan TSH merangsang kelenjar tiroid untuk

mensekresi kelenjar tiroid membesar sehingga menekan struktur dileher dan

dada yang menyebabkan disfagia gangguan respirasi sehingga terjadi depresi

ventilasi, pasien merasa sesak nafas, sehingga masalah ini dapat diatasi

dengan diagnose pola nafas tidak efektif

149 | H y p o t i r o i d
Malfungsi kelenjar tiroid

PATHWAY
gangguan hipotalamus

TRH dan TSH

Hormon tiroid

Hipotiroidisme

kadar tiroksin menurun Penekanan hormone tiroid Tiroksin dan triyodotironin Penumpukan TSH merangsang
mukopolisakardia kelenjar throid untuk
mensekresi
hipofise anterior
terangsang BMR menurun akumulasi
mukopolisakardia
dalam jaringan kelenjar tiroid membesar
penurunan fungsi GI suplai energy berkurang subkutan meningkat
mengganggu
termoregulasi yang ada
di hipotalamus Peristaltik usus menurun menekan struktur dileher
cepat lelah, letih
dan dada
Miksedema

Peningkatan absobri cairan Intoleran aktivitas


toleransi terhdap dingin
Gangguan integritas disfagia gangguan
menurun
kulit/jaringan respirasi

Konstipasi
kedinginan dan
menggigil pola nafas tidak efektif 150 | H y pdepresi
dipsnea o t i r ventilasi
oid
Hipotermi
15. Komplikasi

D. Koma miksedema adalah situasi yang menganam jiwa yang ditandai

dengan ekserbasi (perburukan)semua gejala hipotirodisme, termasuk

hipotermi tanpa menggigil,hipotensi,hipoglikemia,hipoventilasi dan

penurunan kesadaran yang menyebabkan koma.

E. Kematian dapat terjadi tanpa penggantian TH dan stabilitas gejala.

F. Ada juga resiko yang berkaitan dengan terapi defisiensi tiroid. Resiko ini

mencakup penggantian hormone yang berlebihan,ansietas,atrofi

otot,osreoporosis. Dan fibrilasi atrium. (crowin 2009)

16. Penatalaksanaan

Penanganan meliputi :

C. Terapi sulih hormone tiroid secara bertahap dengan preparat sinetik T4

dan kadang-kadang dengan T3

D. Pembedaan eksisi, kemoterapi, atau radiasi jika terdapat tumor kelenjar

tiroid.

Penatalaksaan Keperawatan Hipotiroidisme ( Smeltzer,2002)

J. Modifikasi Aktivitas

Penderita hipotiroidisme akan mengalami pengurangan tenaga da letargi

sedang hingga berat. Sebagai akibatnya, risiko komplikasi akibat

imobilitas akan meningkat. Kemampuan pasien untuk melakukan latihan

dan berperan dalam berbagai aktivitas menjadi terbatas akibat perubahan

151 | H y p o t i r o i d
pada status kardiovaskuler dan pulmonar yang terjadi akibat

hipotiroidisme.

K. Pemantauan yang berkelanjutan

Pemantauan TTV dan tingkat kognitif pasien dilakukan dengan ketat

selama penegakan diagnosis dan awal terapi untuk mendeteksi:

kemunduran status fisik serta gejala yang menunjukan peningkatan laju

metabolik akibat terapi yang melampaui kemampuan reaksi sistem

kardiovaskuler dan pernafasan, dan keterbatasaan atau komlikasi

miksedema yang berkelanjutan.

L. Pengaturan suhu

Pasien serinh mengalami gejala menggigil dan menderita intoleransi yang

ekstrim terhadap hawa dingin meskipun dia berada dalam ruangan bersuhu

nyaman atau panas. Ekstra pakaian dan selimut dapat diberikan, dan

pasien dilindungi terhadap hembusan angin, jika pasien ingin

menggunakan bantal pemanas atau selimut listrik untuk mengurangi

gangguan rasa nyaman dan gejala menggigil tersebut, perawat harus

menjelaskan bahwa penggunaan alat ini harus dihindari karena beresiko

menyebabkan vasodilatasi perifer, kehilangan panas tubuh yang lebih

lanjut dan kolabs vaskuler.

M. Dukungan emosional

Setelah kondisi hipotirodisme berhasil diobati dan semua gejalanya sudah

berkurang, pasien apat mengalami depresi dan rasa bersalah sebagai akibat

152 | H y p o t i r o i d
dari progresitifitas serta intensitas gejala yang timbul. Pasien dan

keluarganya harus diberitahu bahwa semua gejala tersebut serta

ketidakmampuan untuk mengenalinya sering terjadi dan merupakan

bagian dari kelainan itu sendiri. Pasien dan keluargannya mungkin

memerlukan bantuan dan konseling untuk mengatasi masalah dan reaksi

emosional yang muncul.

N. Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah

Pasien diberitahu untuk terus minumobat seperti yang diresepkan dokter

meskipun gejala sudah membaik. Instruksi tentang diet diberikan untuk

meningkatkan penurunan berat badan begitu pengobatan dimulai, untuk

mempercepat pemulihan pola defekasi normal. Akibat perlambatan

prosesmental pada hipotiroidisme, maka anggota keluarga harus

diberitahu dan dijelaskan tentang tujuan terapi, proga pengobatan serta

efek samping yang harus dilaporkan kepada dokter. Selain itu, semua

instruksi dan pedoman ini harus disampaikan pula secara tertulis kepada

pasien,kelurga,dan perawat kunjungan rumah.

O. Penggantian hormon dengan L-trikosen merupakan pengobatan terbaik

P. Terapi harus dimulai dengan dosis rendah(25µg)pada penderita tua dan

hipotiroidisme yang telah lama, kemudian dosis dinaikan berangsur-

angsur setiap beberapa minggu

Q. Dosis pengganti pada kebanyakan penderita antara 150-200µg setiap hari

(3,5 µg/kg hari pada anak –anak)

153 | H y p o t i r o i d
R. Penderita dengan hiipotiroidisme sekunder membutuhkan pemeriksaan

fungsi hormon hipofisis yang lengkap,lebih baik oleh seorang ahli

endokrinologi

154 | H y p o t i r o i d
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

4. PENGKAJIAN

c. Identifikasi kebutuhan dasara yang mengalami gangguan

Kategori dan Sub kategori Masalah Normal

Fisiologis Respirasi Sesak nafas Pola nafas bagus

tidak merasakan

sesak, Nilai

pernafasan normal

12-24x/mnt
Sirkulasi Bradikardi, hipotensi, Sirkulasi

dan curah jantung peredaran darah

menurun lancer, tekanan

darah normal

120/70 mmHg,

Nadi normal 60-

100x/mnt
Nutrisi dan cairan Peningkatan berat Metabolisme

badan akibat penurunan didalm tubuh

metabolisme Teratur
Eliminasi Penurunan peristaltic BAB teratur 2 atau

usus sehingga 3 kali sehari

155 | H y p o t i r o i d
menyebabkan

konstipasi
Aktivitas dan pasien lebih banyak Tidur atau istrahat

istirahat tidur, gerakan 5-8 jam per hari

melambat, kelemahan otot

berkurangnya reflek, normal

kelemahan otor

proksimal
Neuro sensori Pusing, gangguan Composmentis,

memori, perhatian tingkat memori

kurang, penurunan normal, skala

reflek tendon, reflek tendon 2+,

tidak merasakan

pusing
Reproduksi dan Wanita : terjadi Menstruasi normal

Seksualitas perubahan menstruasi dan tidak

seperti amnore, atau mengalami

masa mentruasi yang amenore

memanjang
Psikologis Nyeri dan Abdomen yang tegang Abdomen tidak

Kenyamanan atau nyeri tegang dan nyeri

(sedang/berat) dan pasien beraktivitas

tampak sangat berhati- seperti biasa tidak

156 | H y p o t i r o i d
hati terlalu Nampak

sangat berhati hat


Integritas ego Apatis, agitasi, depresi, Dapat berinteraksi

paranoid, menarik diri dengan normal dan

tidak menarik diri


Pertumbuhan dan Cacat mental (kerdil) Mengalami

perkembangan pertumbuhan yang

normal
Perilaku Kebersihan diri Mandi 1 kali sehari Mandi 2-3 kali

sehari

Penyuluhan dan Memberikan Dapat mengetahui

pembelajaran penyuluhan pada gejala gejala

keluarga dan pasien hipotiroidisme dan

hipotiroid bagaimana cara mencegahnya

cara mengobati gejala

yang timbul pada

pasien hipotiroidisme
Relasional Interaksi social Klien sangat sulit Lingkungan

membina hubungan dengan sekitar

sosialdenganlingkunga terjalin baik

nnya,
Lingkung Keamanan dan Pasien merasa lelah Pasien tidak

an proteksi sehingga aktivitasnya merasakan

157 | H y p o t i r o i d
harus dibatasi kelelahan

d. Pemeriksaan laboratorium

N Tes Definisi/Nilai normal Kelainan yang

o ditemukan

1. TSH serum TSH (thyroid stimulating hormone) TSH menurun

adalah hormone yang dihasilkan (0,2-0,4 mg/dl)

oleh hipofosia anterior. TSH

berfungsi merangsang

memproduksi hormone tiroid

seperti T4 dan T3 melalui

reseptornya yang ada dipermukaan

sel. nilai normal TSH (0,4 – 6,0

mg/dl)

Triidothyronine (T3) adalah

hormone tiroid yang ada dalam

darah dengan kadar yang sedikit


T3 menurun
2. T3 serum mempunyai kerja yang singkat dan
(0,4-1,70
bersifar lebih kuat daripada
mg/dl)
tiroksin. nilai normal T3 (0,6-1,85

mg/dl)

158 | H y p o t i r o i d
Thyroxine (T4) didalam aliran

darah ada dalam bentuk free t4 dan

yang terikat dengan protein. nilai

normal T4 ((4,8 – 12,0 mg/dl)

T4 menurun

(3,2-10,0
3. T4 serum
mg/dl)

5. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Hipotermia b.d penurunan laju metabolisme b.d menggigil, kulit teraba

dingin b.d bradikardi

b. Intoleran aktivitas b.d kelemahan b.d mengeluh lelah b.d merasa lemah

c. Konstipasi b.d penurunan motilitas gastrointestinal b.d defekasi kurang dari 2

kali seminggu, pengeluaran feses lama dan sulit, feses keras, peristatik usus

menurun b.d distensi abdomen

d. Pola nafas tidak efektif b.d depresi pusat pernafasan b.d dispnea b.d tekanan

inspirasi menurun

159 | H y p o t i r o i d
e. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d kelembaban b.d kerusakan jaringan

dan/atau lapisan kulit

160 | H y p o t i r o i d
6. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan NOC NIC Rasional


Hipotermia b.d 3. Status kenyamanan : 2. Perawatan 2. Perawatan

penurunan laju fisik hipotermia hipotermia

metabolisme b.d 4. Kontrol risiko:


Observasi : Observasi:
menggigil, kulit teraba hipotermi
3. Monitor suhu
dingin b.d bradikardi
Kriteria hasil pasien 3. Agar dapat mengetahui

Setelah dilakukan menggunakan alat suhu pasien dengan

tindakan keperawatan selama pengukur dan rute benar.

3x24 jam masalah status yang paling tepat

kenyamanan teratasi dengan


Mandiri : Mandiri :
indikator :
4. Tempatkan pasien 4. Agar pasien
4. Kontrol terhadap
pada posisi mendapatkan posisi
gejala (3)
supine/terlentang nyaman dan dalam
5. Kesejahteraan fisik
minimalkan

161 | H y p o t i r o i d
(3) alkohol atau keadaan baik.

6. Posisi yang nyaman kafein

(3)
Kolaborasi : Kolaborasi :

Keterangan - -

6. Sangat terganggu Health education: Health education :

7. Banyak terganggu - -

8. Cukup terganggu 2. pengaturan suhu 2. pengaturan suhu

9. Sedikit terganggu Observasi : Observasi :

10. Tidak terganggu 4. Monitor suhu dan 4. Agar dapat

warna kulit mengeatahui suhu dan


Kriteria hasil
warna pasien dan
Setelah dilakukan Mandiri :
memudahkan dalam
tindakan keperawatan selama 5. gunakan matras
pemeriksaan.
3x24 jam masalah kontrol penghangat ,

risiko : hipotermi teratasi selimut hangat,

162 | H y p o t i r o i d
dengan indikator dan hangatkan Mandiri :

4. Mencari informasi lingkungan untuk 5. Supaya pasien tidak

terkait hipotermia meningkatkan merasakan kedinginan.

5. Mengidentifikasi suhu tubuh sesuai

factor risiko terkait kebutuhan


Kolaborasi :
hipotermia
kolaborasi: -
6. Mengenali factor
- Health education :
risiko individu
Health education : 6. Supaya pasien
terkait hipotermia
6. intruksikan pasien khususnya pasien lansia

Keterangan khusunya pasien dapat menghindari agar

6. Tidak pernah lansia mengenai tidak mengalami

menunjukkan tindakan untuk kedinginan dan

7. Jarang menunjukkan mencegah mencegah terjadinya

8. Kadang-kadang hipotermia karna hipotermia.

menunjukkan

163 | H y p o t i r o i d
9. Sering menunjukkan paparan dingin

10. Secara konsisten

menunjukkan

Intoleran aktivitas b.d 3. intoleransi terhadap 2. terapi aktivitas 3. terapi aktivitas

kelemahan b.d mengeluh aktivitas


observasi : observasi :
lelah b.d merasa lemah 4. daya tahan
5. monitor respon 5. agar perawat dapat

kriteria hasil emosi , fisik , mengetahui respon dari

setelah dilakukan sosial dan spiritual pasien sebelum

tindakan keperawatan selama terhadap aktivitas melakukan tindakan.

3x24 jam masalah intoleransi


mandiri: Mandiri :
terhadap aktivitas teratasi
6. berikan aktivitas 6. agar ketika pasien
dengan indikator
motorik untuk mengalami kejang otot
4. saturasi oksigen
mengurangi pasien dapat
ketika berktivitas(3)
kejang otot menguranginya dengan
5. frekuensi nadi ketika

164 | H y p o t i r o i d
beraktivitas (3) kolaborasi : melakukan gerakan-

6. frekuensi 7. berkolaborasi gerakan tertentu.

pernapasan ketika dengan ahli terapi


Kolaborasi :
beraktivitas (3) fisik , okupasi dan
7. agar dapat menambah
terapis
keterangan wawasan atau
rekreasional
6. sangat terganggu pengetahuan yang
dalam
7. banyak terganggu lebih.
perencanaan dan
8. cukup terganggu
Health education :
pemantauan
9. sedikit terganggu
8. agar pasien mau
program jika
10. tidak terganggu
melakukan dan terlibat
memang
kriteria hasil dalam suatu kelompok
diperlukan
setelah dilakukan yang bisa membuat dia
health education :
tindakan keperawatan selama lebih sehat.
8. instruksikan
3x24 jam masalah daya tahan
keluarga untuk

165 | H y p o t i r o i d
teratasi dengan indikator memberikan

4. melakukan aktivitas pujian positif

rutin (3) karena 4. Manajemen energi

5. aktivitas fisik (3) kesediaanya untuk


Observasi :
6. konsentrasi (3) terlibat dalam
5. Supaya perawat tau
kelompok
keterangan seperti apa

6. sangat terganggu 2.manajemen energi emosional dan

7. banyak terganggu Observasi : apakah pasien cepat

8. cukup terganggu 5. monitor sumber lelah atau tidak.

9. sedikit terganggu kegiatan olahraga


Mandiri :
10. tidak terganggu dan kelelahan
6. Agar pasien bisa
emosional yang
lebih tenang dan
dialami pasien
lebih rileks.

mandiri :

166 | H y p o t i r o i d
6. berikan kegiatan Kolborasi :

pengalihan yang

menenangkan 7. Agar makanan yang

untuk diterima oleh pasien

meningkatkan lebih bergizi.

relaksasi

kolaborasi : Health education :

7. konsulkan dengan 8. Supaya ketika

ahli gizi mengenai perawat tidak ada

cara atau pasien sudah

meningkatkan pulang ke rumah

asupan energi dan keluarga, atau orang

makanan terdekat dapat

membantu pasien
health education:
ketika mengalami

167 | H y p o t i r o i d
8. instruksikan kambuh.

pasien atau orang

terdekat dengan

pasien mengenai

kelelahan (gejala

yang mungkin

muncul dan

kekambuhan yang

mungkin nanti

akan muncul

kembali

Konstipasi b.d penurunan 3. eliminasi usus 2. Perlindungan 2. Perlindungan Infeksi

motilitas gastrointestinal 4. perawatan ostomi infeksi


Observasi :
b.d defekasi kurang dari 2 sendiri
Observasi : 4. Supaya perawat dapat
kali seminggu,
kriteria hasil 4. Monitor adanya mengetahui tindakan

168 | H y p o t i r o i d
pengeluaran feses lama setelah dilakukan tanda dan gejala apa yang akn

dan sulit, feses keras, tindakan keperawatan selama infeksi sistemik dilakukan.

peristatik usus menurun 3x24 jam masalah eliminasi dan local

b.d distensi abdomen usus teratasi dengan indikator


Mandiri : Mandiri :
4. pola eleminasi (3)
5. Berikan perawatan 5. Agar kulit tidak
5. kontrol gerakan usus(3)
kulit yang tepat mengalami kerusakan
6. warna fases (3)
untuk area yang lebih parah khussunya

keterangan : mengalami edema di daerah edema.

6. sangat terganggu
Kolaborasi : Kolaborasi :
7. banyak terganggu
- -
8. cukup terganggu
Health education Health education :
9. sedikit terganggu
6. Ajarkan pasien 6. Supaya pasien dan
10. tidak terganggu
dan keluarga keluarga tau

kriteria hasil bagaimana cara bagaimana menghindari

169 | H y p o t i r o i d
setelah dilakukan menghindari infeksi agar tidk terjadi

tindakan keperawatan selama infeksi infeksi yang lebih

3x24 jam masalah perawatan parah.


2.manajemen pengobatan
ostomi sendiri teratasi dengan
Observasi : 2.Manajemen pengobatan.
indikator
5. Monitor efek Observasi:
4. menjelaskan fungsi
samping obat 5. Agar perawat dapat
ostomi
mengetahui efek
Mandiri :
5. menjelaskan tujuan
samping dari setiap
6. Dorong pasien
ostomi
obat sebelum diberikan
untuk (bersedia
6. terlihat nyaman
ke paisien.
dilakukan uji
dengan adanya
skrining dalam Mandiri :
stoma
menentukan efek 6. Agar pasien mau
keterangan :
obat ) melakukan uji skrining
6. Tidak pernah
dalam menentukam
Kolaborasi :
menunjukkan

170 | H y p o t i r o i d
7. Jarang menunjukkan 7. Konsultasi dengan efek obat.

8. Kadang-kadang professional

menunjukkan kesehatan lainnya


Kolaborasi :
9. Sering menunjukkan untuk
7. Agar dapat
10. Secara konsisten meminimalkan
meminimalkan jumlah
menunjukkan jumlah dan
dan frekuensi obat yang
frekuensi obat
dibutuhkan
yang dibutuhkan

agar dapat

didapatkan efek

teraupetik

Health education
Health education :
8. Ajarkan pasien
8. Supaya pasien atau
atau anggota
keluarga tidak salah
keluarga

171 | H y p o t i r o i d
mengenai metode dalam pembrian obat.

pemberian obat

sesuai

Pola nafas tidak efektif 3. Status neurologi 2. manajemen jalan 3. Manajemen jalan nafas.

b.d depresi pusat 4. Pencegahan aspirasi nafas


Observasi :
pernafasan b.d dispnea b.d
Kriteria hasil observasi 4. Agar dapat mengetahui
tekanan inspirasi menurun
Setelah dilakukan 4. observasi monitor status pernapasan dan

tindakan keperawatan selama status pernapasan oksigen

3x24 jam masalah status dan oksigenasi

neurologi teratasi dengan sebagaimana

indikator : mestinya
Mandiri
4. Kesadaran (3)
mandiri 5. Agar dapat
5. Kontrol motor
5. posisikan untuk meringankan sesak
sentral (3)
meringankan napas
6. Fungsi sensorik dan

172 | H y p o t i r o i d
motorik cranial (3) sesak napas

Kolaborasi
Keterangan kolaborasi
-
6. sangat terganggu -
Health education
7. banyak terganggu Health education
6. Agar klien dapat
8. cukup terganggu 6. instruksikan
melakukan batuk
9. sedikit terganggu bagaimana agar
efektif dengan benar
10. tidak terganggu bisa melakukan

batuk efektif
kriteria hasil
4. Manajemen asma
Setelah dilakukan 2.manajemen asma

tindakan keperawatan selama Observasi Observasi

3x24 jam masalah pencegahan 4. monitor reaksi 4. Agar mengetahui reaksi

aspirasi teratasi dengan asma asma

indikator :
mandiri Mandiri
4. menghilangakn
5. berikan 5. Agar obat dapat bekerja

173 | H y p o t i r o i d
konsep kesehatan pengobatan sesuai dengan dosisnya

personal sebelumnya dengan tepat dan

5. mengenali realitas atau sesuai

situasi kesehatan kebijakan dan

6. melaporkan harga petunjuk proedur


Kolaborasi
diri yang positil
kolaborasi -

keterangan - Health education

6. tidak pernah dilakukan Health education : 6. Agar klien dan keluarga

7. jarang dilakukan 6. informasikan klien dapat mengetahui

8. kadang-kadang atau keluarga kebijakan dan prosedur

dilakukan mengenai pengobatan asma di

9. sering dilakukan kebijakan dan sekolah

10. secara konsisten prosedur untuk

dilakukan membawa dan

memberikan

174 | H y p o t i r o i d
pengobatan asma

di sekolah

175 | H y p o t i r o i d
Gangguan integritas 3. respon alergi : local 2. perawatan ostom 3. perawatan ostom

kulit/jaringan b.d 4. termogulasi


observasi : observasi
kelembaban b.d kerusakan
kriteria hasil 5. monitor 5. agar dapat mengetahui
jaringan dan/atau lapisan
setelah dilakukan manifestasi dari manifestasi dari
kulit
tindakan keperawatan selama ketidakseimbanga ketidakseimbangan

3x24 jam masalah respon alergi n elektrolit elektrolit

: local teratasi dengan indikator


mandiri mandiri
4. nyeri sinus (3)
6. berikan cairan 6. agar kien mendapatkan
5. nyeri kepala (3)
yang sesuai cairan yang sesuai dosis
6. konjungtivtis (3)
kolaborasi kolaborasi
keterangan :
7. konsultasikan 7. agar dapat mengetahui
6. berat
dengan dokter jika tanda dan gejala
7. cukup berat
tanda dan gejala ketidakseimbangan dan
8. sedang
ketidakseimbanga elektrolit apakah

176 | H y p o t i r o i d
9. ringan n dan atau menetap atau

10. tidak ada elektrolit menetap memburuk

atau memburuk
kriteria hasil

setelah dilakukan health education health education

tindakan keperawatan selama 8. instruksikan 8. agar paien dan keluarga

3x24 jam masalah termogulasi pasien dan mengetahui alas dan

teratasi dengan indikator keluarga pembatasan cairan ,

4. merasa merinding (3) mengenai alas an tindakan hidrasi atau

5. berkeringat saat panas pembatasan cairan administrasi elektrolit

(3) , tindakan hidrasi , ambahan

6. menggili saat dingin atau administrasi

elektrolit
keterangan
tambahan seperti
6. sangat terganggu
yang ditunjukan
7. banyak terganggu 4. perawatan ostomi

177 | H y p o t i r o i d
8. cukup terganggu 2.perawatan ostomi observasi

9. sedikit terganggu Observasi 4. agar mengetahui pola

10. tidak ada 4. monitor pola eliminasi

eleminasi
mandiri

mandiri 5. agar pasien dapat

5. bantu pasien melakukan perawatan

dalam perawatan diri

diri
kolaborasi

kolaborasi -

- Health education

Health education : 6. agar pasien dan orang

6. instruksikan terdekat dapat

pasien atau orang mengetahui diet yang

terdekat lainnya tepat dalam fungsi

178 | H y p o t i r o i d
mengenai diet eliminasi

yang tepat dan

diharapkan dalam

fungsi eliminasi

179 | H y p o t i r o i d
Daftar Pustaka

Digiulo, Mary DKK 2014 Keperawatan Medikal Bedah Dernystified Yogyakarta

Rapha Publishing

Smeltzer & Bare (2009) Brunner and Suddar’t Textbook Of Medical Surgical

Nursing, Philadel-Phia

Elizabeth J. Crowin. (2009). Buku saku patofisiologi corwin. Jakarta: Aditya Media

Kowalak JP, Welsh W, Mayer B 2011, Buku Ajar Patofisiologi, Alih bahasa oleh

Andry Hartono, Jakarta: EGC

Purwanto, Hadi 2016 Keperawatan medical bedah II Jakarta selatan

Price, Sylvia Anderson, patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit / sylvia

Anderson price, loraine McCarty Wilson : alih bahasa Brahm U. Pendit (et.

al.) : editor edisi bahasa Indonesia huriawati hartono (et.al) rd. 6 – Jakarta:

EGC, 2009

180 | H y p o t i r o i d

Anda mungkin juga menyukai