KELOMPOK 2
KELAS D SEMESTER IV
1. Supriyadi Djafar 9. Meiti R. Nete
2. Zulkarnain H. Musa 10. Nurain Ramli
3. Auliya Nurkamiden 11. Nurfajriatika
Lihawa
4. Dewi P. Wiratma 12. Rini Rahim
5. Febi Soraya Lasanudin 13. Rizka Nur
6. Maylien E. Hasan 14. Sri Nova S.
Modamba
7. Meilan Igirisa 15. Yulya Shinta
Panju
8. Mega P. Sudirman
TA:2018
1|Diabetes Melitus
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Askep “Hipothyroid” ini dengan baik.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu, dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberikan saran dan kritik kepada kami sehingga saya
dapat memperbaiki Askep ini.
Akhirnya, kami sebagai penyusun mengharapkan semoga dari Askep ini
dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga bisa memberikan inspirasi
terhadap pembaca.
Penyusun
2|Diabetes Melitus
Daftar isi
Kata Pengantar...............................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan....................................................................................................4
2.1 Definisi...................................................................................................5
2.2 Etiologi...................................................................................................5
2.3 Prognosis................................................................................................5
2.5 Klasifikasi..............................................................................................7
2.6 Patofisiologi...........................................................................................8
2.7 Komplikasi.............................................................................................10
2.8 Penatalaksanaan.....................................................................................11
3.1 Pengkajian..............................................................................................12
3.2 Diagnosa.................................................................................................15
3.3 Perencanaan...........................................................................................16
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................................49
4.2 Saran.......................................................................................................49
Daftar Pustaka
3|Diabetes Melitus
BAB 1
PENDAHULUAN
penggunaan yang tidak efektik dari produksi hormone insulin tersebut. Hal ini
ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah. Saat sekarang ini, penyakit
yaitu tipe pertama DM yang disebabkan keturuan dan tipe kedua disebabkan life
style atau gaya hidup. Secara umum hampir 80 % prevalensi diabetes mellitus
adalah DM tipe II, ini berarti gaya hidup atau life style yang tidak sehat menjadi
World Health rganization (WHO) memperkirakan saat ini lebih dari 220 juta
orang diseluruh dunia menderita diabetes. Pada tahun 2004, sekitar 3,4 juta orang
meninggal dunia akibat tingginya kadar gula darah. Lebih dari 80% kematian
(WHO, 2011). WHO juga memprediksi penderita diabetes akan menjadi sekitar
366 juta orang diseluruh dunia pada tahun 2030 (Depkes, 2009).
menempati urutan keempat kasus Diabetes Mellitus (DM) dengan jumlah pasien
diperkirakan pada tahun 1995 terdapat 4,5 juta pasien DM yang akan terus
4|Diabetes Melitus
meningkat menjadi 12,4 juta pasien pada tahun 2025. sedangkan perolehan data
Indonesia dari 1,1% tahun 2007 meningkat menjadi 2,1% di tahun 2013 dari total
penduduk sebanyak 250 juta. Dari data-data prevalensi kejadian diatas salah
sebanyak 509.319 jiwa di kota Semarang. (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah, 2011). Menurut data dari Depkes, jumlah pasien diabetes rawat inap dan
rawat jalan dirumah sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit
Ulkus kaki diabetik (UKD) merupakan salah satu komplikasi kronik diabetes
ialah infeksi, ulserasi dan destruksi jaringan ikat dalam yang berhubungan dengan
neuropati dan penyakit vaskuler perifer pada tungkai bawah hiperglikemia pada
kronis yaitu neuropati perifer dan angiopati. neuropati perifer dan angiopati,
mengakibatkan trauma ringan yang dapat menimbulkan ulkus pada penderita DM.
Salah satu gejala atau keluhan yang dirasakan oleh pasien yang menderita
luka ulkus Diabetes Mellitus adalah nyeri, rasa nyeri tersebut paling terasa pada
tungkai bawah dan kaki sebelah kanan dan kiri. Yang paling menyiksa dapat
5|Diabetes Melitus
menyebabkan nyeri berdenyut terus menerus. Biasanya timbul luka, luka timbul
spontan sering disebabkan karena trauma misalnya tertusuk duri, lecet akibat
pemakaian sandal yang sempit dan berbahan keras. Mulanya luka hanya kecil dan
meluas dalam waktu yang tidak begitu lama. Luka akan menjadi borok dan
Dampak serta komplikasi yang mungkin terjadi apabila rasa nyeri pada klien
tidak teratasi dengan baik dapat mengganggu kemampuan klien dalam melakukan
yang paling fatal dapat mengakibatkan kematian (Potter & Perry, 2006).
yang disertai kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Nyeri merupakan
suatu kondisi dimana lebih dari sekedar sensasi yang disebabkan oleh stimulus
tertentu. Potter & Perry (2006) mengatakan Setiap individu pernah mengalami
nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri merupakan alasan yang umum mengapa
lebih banyak orang dibanding penyakit yang lain. Menurut Brunner & Suddarth
(2008) Nyeri terjadi bersama dengan banyak proses penyakit atau bersamaan
mekanisme koping individu dan healing proses untuk pulih dari suatu penyakit.
6|Diabetes Melitus
memberi asuhan keperawatan kepada klien diberbagai keadaan dan situasi untuk
1.3 Tujuan
7|Diabetes Melitus
BAB 2
KONSEP MEDIS
2.1 Definisi
kelainan sekresi dan kerja insulin disertai dengan kelainan metabolik akibat
ginjal, syaraf dan pembuluh darah. (Arif Mansjoer dkk, Askandar 2001).
2.2 Etiologi
genetik biasanya memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain
1. Kelainan sel B pankreas, berkisar dari hilangnnya sel B sampai kegagalan sel b
melepas insulin.
2. Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel B, antara lain agen yang
dapat menimbulkan infeksi, diet diaman pemasukan karbohidrat dan gula yang
4. Kelainan insulin
2.3 Prognosis
Pasien dengan Diabetes Melitus tipe 1 dan tipe 2 beresiko komplikasi seperti
8|Diabetes Melitus
komplikasi dapat minimalkan dengan cara menjaga kadar glukosa darah dalam
kondisi normal melalui monitoring yang konsisten, dan diet. Pasien dengan
beresiko menderita diabetes melitus tipe 2 dikemudian waktu dalam waktu hidup
mereka.
Tipe I
5. Berat badan turun karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel.
Tipe II
9|Diabetes Melitus
Gestational
1. Asimtomatik
2.5 Klasifikasi
sebagai berikut :
sel beta pulau langerhans akibat proses auto imun daan idiopatik.
ini disebabkan karena kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin.
glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini
10 | D i a b e t e s M e l i t u s
2.6 Patofisiologi
jaringan tubuh.
plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia berat
yang melibihi ambang ginjal normal , akan timbul glikosuria karena tubulus-
tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria akan
cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi
sehingga pasien menjadi cepat lelah dan mengantuk yang disebabkan oleh
11 | D i a b e t e s M e l i t u s
Pathway Reaksi autoimun Obesitas, usia, genetik
DM tipe 1 DM tipe 2
Glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel Kerusakan antibodi Aliran darah lambat
Glukosa yang berlebih melalui ginjal
Sistem imun Iskemik jaringan
Glukosa terjebak dalam vascular
Glukosuria Neuropati sensori perifer Risk. Perfusi jringan
Hiperglikemia (diabetes)
perifer tidak efektif
Klien tidak merasa sakit
Reabsorpsi cairan Sel-sel tubuh Kekebalan tubuh
ditubulus ginjal kekurangan Lipolisis Nekrosis luka
Hati merespon
terganggu glukosa dengan melakukan Risiko infeksi
glukoneogenesis Gliserol asam lemak Gagrene
Diuresis osmotik Proses
metabolisme Aterosklerosis
Poliuria Pemecahan glikogen otot
secara terus-menerus retina
ATP Kerusakan integritas
Dehidrasi jaringan
jantung Serebral
Massa otot Retina diabetik
Polidipsi Klien merasa
lemah BB Infark miokard Penyumbatan di otak
Gang
12 | Dpenglihatan
iabetes Melitus
Defisit nutrisi Risk. Perfusi jringan Risk. Perfusi jringan
miokard tidak efektif serebral tidak efektif Risiko cedera
2.7 Komplikasi
kesemutan, matirasa, rasa terbakar atau rasa sakit yang biasanya dimulai di
ujung jari kaki dan secara bertahap menyebar ke tubuh bagian atas. Gula
darah yang tidak terkontrol pada akhirnya dapat menyebabkan mati rasa
sembelit.
darah kecil yang menyaring limbah dari darah. Diabetes dapat merusak
ginjal atau penyakit ginjal tahap akhir yang ireversibel, yang akhirnya
13 | D i a b e t e s M e l i t u s
meningkatkan risiko kondisi penglihatan serius lainnya, seperti katarak dan
glaukoma.
5. Kerusakan kaki. Kerusakan saraf di kaki atau aliran darah yang buruk ke
kaki meningkatkan risiko berbagai komplikasi kaki. Jika tidak diobati, luka
penderita diabetes.
2.8 Penatalaksanaan
4. Transplantasi pankreas.
14 | D i a b e t e s M e l i t u s
BAB 3
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
aseton.
Eliminasi urine pucat dan kuning, warna urin normal putih
dalam sehari.
Aktivitas dan istirahat takikardia dan takipnea denyut jantung normal 60-
15 | D i a b e t e s M e l i t u s
atau dengan aktivitas. pernapasan normal 12-24
x/menit
Neurosensori disorientasi, mengantuk, composmentis, tingkat
kejang.
Reproduksi dan gangguan kualitas ereksi, ereksi normal, tidak
menurun normal.
Psikologis Nyeri dan klien merasa tidak tidak adanya nyeri kepala
sering muncul.
Integritas ego ansietas, peka rangsang. tidak merasa cemas.
keluarga.
Penyuluhan dan keluarga dengan diabetes lokasi penyuntikan
16 | D i a b e t e s M e l i t u s
penggunaan obat anti paha, pinggul.
penyakitnya.
Lingkungan Keamanan dan memiliki gangguan penglihatan normal
jatuh.
3.2 Diagnosa
hematoma.
17 | D i a b e t e s M e l i t u s
2. Defisit Nutrisi b.d Peningkatan kebutuhan metabolisme, Faktor psikologis
(mis., stress, keengganan untuk makan) d.d badan menurun minimal 10%
kulit
5. Risiko perfusi jaringan tidak efektif d.d. Hiperglikemia, Gaya hidup kurang
gerak, Hipertensi.
cairan , Hiperglikemia.
7. Risiko perfusi serebral tidak efektif d.d Aterosklerosis aorta, Infark miokard
akut.
18 | D i a b e t e s M e l i t u s
3.3 Rencana intervensi keperawatan
Subkategori : Keamanan dan Kriteria hasil: terhadap infeksi seberapa sensitive pasien
Kerusakan kulit (dermis jam masalah penyembuhan yang tepat untuk area yang 2. Agar tidak terjadi infeksi
dan/atau epidermis) atau luka: Primer dapat teratasi mengalami edema pada kulit yang
tulang, kartilago, kapsul kondisi kulit (3) 3. Instruksikan pasien untuk HE:
19 | D i a b e t e s M e l i t u s
Gangguan Integritas kondisi tepi luka (3) diresepkan mencegah terjadinya
Kulit/Jaringan b.d Perubahan 3. Pembentukan bekas 2. Pengecekan Kulit infeksi pada luka.
jaringan d.d Kerusakan 5. Sangat besar kemerahan, kehangatan 2. Pemeriksaan kulit dan
jaringan dan/atau lapisan 2. Keparahan Infeksi ekstrim, edema, atau selaput lendir dapat
20 | D i a b e t e s M e l i t u s
Infeksi dapat tertasi dengan atau pemberi asuhan 3. Agar keluarga maupun
21 | D i a b e t e s M e l i t u s
Manajemen Infeksi Kolaborasi : - 3. Agar pasien atau anggota
(3)
2. Prosedur pemantauan
infeksi (3)
Keterangan:
22 | D i a b e t e s M e l i t u s
1. Tidak ada pengetahuan
2. Pengetahuan
terbatas
3. pengetahuan
sedang
4. pengetahuan
banyak
5. pengetahuan
sangat banyak
2 Defisit Nutrisi (D.0019) NOC 1. Penahapan diet 1. Penahapan diet
Subkategori : Nutrisi dan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor toleransi 1. Untuk mengetahui
asupan nutrisi tidak cukup dapat teratasi dengan 2. Temukan cara untuk bisa glukosa
23 | D i a b e t e s M e l i t u s
untuk memenuhi kebutuhan indikator : memasukkan makanan Mandiri:
metabolisme. 1. Asupan gizi (3) kesukaan pasien dalam diet 2. Agar diet dapat dilakukan
Defisit Nutrisi b.d 2. Asupan makanan (3) yang dianjurkan dengan baik tanpa
psikologis (mis., stress, Keterangan : tenaga keshatan lain untuk 3. Peningkatan diet dapat
keengganan untuk makan) 1. Sangat menyimpang dari meningkatkan diet secepat membantu meningkatkan
d.d badan menurun minimal rentang normal mungkin jika tidak ada kesehatan pasien
24 | D i a b e t e s M e l i t u s
5. Tidak menyimpang dari berat badan Mandiri:
25 | D i a b e t e s M e l i t u s
optimal (3) cairan 1. Agar kondisi pasien
26 | D i a b e t e s M e l i t u s
dengan indikator
2. Presentasi lemak
tubuh (3)
Keterangan
kisaran normal
kisaran normal
kisaran normal
27 | D i a b e t e s M e l i t u s
5. Tidak ada deviasi dari
kisaran normal
Definisi : Setelah dilakukan tindakan perawatan luka tidak tepat, akan timbul
Berisiko mengalami keperawatan selama 3x24 yang tepat masalah yang baru
Risiko Infeksi d.d Penyakit 1. Frekuensi pernafasan (3) anggota keluarga tidak melakukan hal yang
kronis (misalnya diabete 2. Irama pernafasan (3) mengenai bagaimana dapat menyebabkan
28 | D i a b e t e s M e l i t u s
pertahan tubuh primer: Keterangan : 3. Monitor Tanda-Tanda 3. Monitor tanda-tanda
kisaran normal
kisaran normal
kisaran normal
2. Kontrol Resiko :
Proses Infeksi
Kriteria hasil:
29 | D i a b e t e s M e l i t u s
Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor irama dan laju 1. Untuk mengetahui
30 | D i a b e t e s M e l i t u s
menunjukkan terhadap nyeri, toleransi, selama psrosedur
31 | D i a b e t e s M e l i t u s
Jaringan : Kulit & Membran (tekanan untuk mencuci
2. Sensasi (3)
3. Elastisitas (3)
Keterangan :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
32 | D i a b e t e s M e l i t u s
4 Risiko Perfusi Serebral NOC 1. Manajemen Edema 1. Manajemen edema
Berisiko mengalami keperawatan selama 3x24 fikiran, keluhan pusing, lingkungan disekitar
otak Serebral dapat teratasi Mandiri : Agar tidak terjadi kejang yang
Risiko perfusi serebral tidak 1. Tekanan intrakranial (3) kebutuhan kerusakan jaringan
33 | D i a b e t e s M e l i t u s
2. Infark Miokard akut Keterangan : Observasi : Observasi:
34 | D i a b e t e s M e l i t u s
keperawatan selama 3x24 1. Monitor tingkat kesadaran Observasi:
normal
35 | D i a b e t e s M e l i t u s
3. Deviasi sedang dari
kisaran normal
kisaran normal
kisaran normal
Kriteria hasil:
indikator :
1. Mengembangkan strategi
36 | D i a b e t e s M e l i t u s
yang efektif dalam
(3)
3. Mengurangi asupan
Keterangan :
1. Tidak pernah
menunjukkan
2. Jarang menunjukan
3. Kadang-kadang
menunjukkan
4. Sering menunjukkan
37 | D i a b e t e s M e l i t u s
5. Secara konsisten
menunjukkan
Berisiko mengalami bahaya jam masalah Kejadian terhadap terjadinya 2. Karena lingkungan yang
atau kerusakan fisik yang Jatuh dapat teratasi dengan perubahan status aman sangat berpengaruh
tidak lagi sepenuhnya sehat1. Jatuh saat berdiri (3) Mandiri : Kolaborasi:
atau dalam kondisi baik. 2. Jatuh saat berjalan (3) 2. Bantu pasien saat 3. Karena lingkungan yang
Risiko Cedera dibuktikan (3) lingkungan yang lebih aman untuk kondisi pasien
38 | D i a b e t e s M e l i t u s
dengan Terpapar pathogen, Keterangan : (misalnya, rujukan untuk HE:
Disfungsi autoimun, 1. 10 dan lebih mempunyai asisten rumah 4. Agar tidak ada yang
Setelah dilakukan tindakan kesehatan, polisi, dan badan yang akurat tentang pasien
39 | D i a b e t e s M e l i t u s
2. Fruktosamia (3) berbahaya yang ada di sehari-hari
40 | D i a b e t e s M e l i t u s
3. Fungsi Sensori : pemenuhan kebutuhan perawat melakukan
(3) merawat
41 | D i a b e t e s M e l i t u s
2. Ketajaman Mandiri :
2. Banyak terganggu HE :
biasanya
6 Risiko Perfusi Perifer 1. Perfusi Jaringan : 1. Manajemen 1. Manajemen
42 | D i a b e t e s M e l i t u s
Tidak Efektif (D.0015) Perifer Hiperglikemia hiperglikemia
Subkategori : Sirkulasi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala 1. Untuk mengetahui tanda
penurunan sirkulasi darah Jaringan : Perifer dapat kelemahan letargi, malayse, 2. Agar pasien dapat
pada level kapiler yang dapat teratasi dengan indikator : pandangan kabur atau sakit memantau sendiri kadar
menggangu metabolisme 1. Pengisian kapiler jari (3) kepala glukosa jika suatu saat
tidak efektif d.d 3. Suhu kulit ujung kaki dan kadar glukosa darah 3. Untuk menentukan
Hipertensi. 1. Deviasi berat dari kisaran dokter tanda dan gejala HE:
43 | D i a b e t e s M e l i t u s
Kondisi Klinis Terkait normal hiperglikemia yang menetap 4. Untuk menghindari hal-hal
1. Arterosklerosis 2. Deviasi yang cukup besar atau memburuk yang tidak diinginkan
5. Tidak ada deviasi dari penggunaan insulin, atau terkait penyakit yang
44 | D i a b e t e s M e l i t u s
Hipertensi dapat teratasi Penyakit 3. Agar data yang
2. Denyut jantung tidak pasien terkait dengan proses 4. Agar tidak timbul
45 | D i a b e t e s M e l i t u s
Kriteria hasil: tim kesehatan lain, sesuai terjadi pada vena
46 | D i a b e t e s M e l i t u s
1. Tidak ada pengetahuan Mandiri :
5. Pengetahuan Kolaborasi : -
HE :
Subkategori : Sirkulasi Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kesiapan 1. Agar tidak terjadi
Definisi : Berisiko keperawatan selama 3x24 pasien untuk mempelajari kesalahan pasien dalam
mengalami penurunan jam masalah Perfusi gaya hidup yang memodifikasi hidupnya
47 | D i a b e t e s M e l i t u s
sirkulasi arteri koroner yang Jaringan : Kardiak dapat dimodifikasi (diet, Mandiri:
dapat mengganggu teratasi dengan indikator : merokonk, minuman 2. Untuk meredakan nyeri
metabolisme miokard 1. Denyut jantung apikal (3) beralkohol, olahraga dan yang dirasakan pasien
Risiko perfusi miokard tidak (3) 2. Lakukan terapi relaksasi, yang mengurangi resiko
Kekurangan volume cairan , 1. Deviasi berat dari kisaran Kolaborasi : melakukan intervensi
Kondisi Klinis Terkait : 2. Deviasi yang cukup besar mengurangi risiko (jantung) HE:
1. Diabetes Melitus dari kisaran normal dengan kolaborasi bersama 4. Agar tidak terjadi masalah
2. Hipertensi 3. Deviasi sedang dari pasien dan keluarga yang lebih serius pada
48 | D i a b e t e s M e l i t u s
kisaran norma; keluarga mengenai strategi Observasi:
49 | D i a b e t e s M e l i t u s
penyakit kardiovaskular pasien dibawa/ dipindahkan 4. Agar pasien tidak perlu ke
kardiovaskular (3) HE :
3. Kadang-kadang
menunjukkan
50 | D i a b e t e s M e l i t u s
4. Sering menunjukkan
5. Secara konsisten
menunjukkan
51 | D i a b e t e s M e l i t u s
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
kelainan sekresi dan kerja insulin disertai dengan kelainan metabolik akibat
Mellitus Tergantung Insulin (DMTI dan Diabetes tipe 2 (Non Insulin Dependent
4.2 Saran
Semoga askep ini dapat bermanfaat dan menjadi referensi bagi pembaca,
52 | H i p e r t i r o i d i s m e
Daftar pustaka
Desalu. OO, Salawu. FK, Jimoh. AK, Adekoya. AO, Busari. OA, Olokoba. AB, et
al. (2011). Diabetic foot care: Self reported knowledge and practice
Jakarta.
53 | H i p e r t i r o i d i s m e
Riyadi, Sujono. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
54 | H i p e r t i r o i d i s m e
Askep
KELOMPOK 2
KELAS D SEMESTER IV
1. Zulkarnain H. Musa
2. Dewi Pertiwi Wiratma
3. Febi Soraya Lasanudin
4. Rini Rahim
5. Sri Nova Sastya Modamba
TA:2018
55 | H i p e r t i r o i d i s m e
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Askep“Hipertiroidisme”ini dengan baik.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh
karenaitu, dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-
lebarnya bagi pembaca yang ingin memberikan saran dan kritik kepada kami
sehingga saya dapat memperbaiki Askep ini.
Akhirnya, kami sebagai penyusun mengharapkan semoga dari Askep ini
dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga bias memberikan inspirasi
terhadap pembaca.
Penyusun
56 | H i p e r t i r o i d i s m e
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.2 Rumusanmasalah...................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................2
2.1 Definisi...................................................................................................3
2.2 Etiologi...................................................................................................3
2.3 Prognosis................................................................................................4
2.5 Klasifikasi..............................................................................................7
2.6 Patofisiologi...........................................................................................8
2.7 Komplikasi.............................................................................................11
2.8 Penatalaksanaan.....................................................................................11
3.1 Pengkajian..............................................................................................15
3.2 Diagnosa.................................................................................................20
3.3 Perencanaan...........................................................................................21
DaftarPustaka
57 | H i p e r t i r o i d i s m e
BAB I
PENDAHULUAN
dileher bagian depan, tepatnya dibawah jakun. Kelenjar kecil ini biasanya
Kebanyakan orang tidak tertarik pada urusan tiroid. Mereka lebih suka
kemungkinan timbul pembesaran tiroid naik dua kali lipat (satu perlima). Di
Amerika Serikat dengan jumlah penduduk lebih dari 275 juta, diperkirakan
pembengkakan dari saluran nafas dileher. Dulu, belum ada yang tahu pasti apa
peran dari benjolan leher itu. Ada yang menduga benjolan dileher itu suatu
pembesaran pita suara, ada yang mengira kelenjar getah bening, pembuluh
ditemukan oleh Parry, tahun 1835 oleh Graves, dan tahun 1840 oleh Van
Basedow, yang melaporkan penyakit yang ternyata sama, yaitu yang dikenal
58 | H i p e r t i r o i d i s m e
melihatnya, yaitu penderita akan mengalami jantung berdebar-debar, badan
1.3 Tujuan
59 | H i p e r t i r o i d i s m e
10. Untuk mendeskripsikan intervensi keperawatan hipertiroidisme
60 | H i p e r t i r o i d i s m e
BAB II
KONSEP MEDIS
menonjol pada wanita. Kelainan ini menyerang wanita empat kali lebih
banyak dari pada pria, terutama wanita mudah yang berusia antara 20-40
Lebih dari 90% hipertiroid adalah akibat penyakit graves dan nodul tiroid
toksik.
2.2 Etiologi
dapat disebabkan oleh suatu penyakit auto imun dimana sistim kekebalan
tubuh menyerang kelenjar tiroid. Penyebab lain dapat berupa tumor jinak
61 | H i p e r t i r o i d i s m e
atauptroduksi TSH, yang berlebihan oleh kelenjar pituitary disebabkan oleh
2.3 Prognosis
perhatian menyempit.
dan muntah
62 | H i p e r t i r o i d i s m e
8. Mata : Periolbital puffines, lakrimasi meningkat, dan grittines of eyes,
2.5 Klasifikasi/stage
1) Penyakit grave
2) Functioning adenoma
4) Tirioditis
tiroid, contohnya :
1) Tumor hipofisis
63 | H i p e r t i r o i d i s m e
Penyakit graves: penyakit graves yang disebabkan oleh suatu aktivitas
yang berlebihan dari kelenjar tiroid yang disama ratakan, adalah penyebab
yang paling umum dari hipertiroid. Pada kondisi ini, kelenjar tiroid biasanya
merespon pada kontrol yang normal oleh kelenjar pituitary via TSH. Penyakit
atau pada saat yang sama dengan hipertiroid. Mata mungkin menonjol keluar
jarang dan menyebabkan suatu ruam kulit yang tampak sakit, merah, tidak
halus yang tampak pada muka dari kaki-kaki. (Wijaya & Putri,2013)
64 | H i p e r t i r o i d i s m e
Pemasukan hormone-hormon tiroid yang berlebihan mengambil terlalu
Hormone) yang tingginya abnormal. Ini menjurus pada tanda yang berlebihan
adalah sangat jarang dan dapat dikaitkan dengan kelainan-kelainan lain dari
kelenjar pituitary.
yang telah mempunyai kelenjar tiroid yang normal yang mendasarinya. Obat-
65 | H i p e r t i r o i d i s m e
jantung,volume sekuncup, respons adrenergic,dan aliran darah perifer.
badan.
66 | H i p e r t i r o i d i s m e
Produksi T3 dan T4,
Pathway Hipertiroidisme Adenoma,Graves, Nodul Tiroid Toksi
HIPERTIROIDISME
Proses Pembakaran Lemak Metabolisme Meningkat Endapan metabolisme pada ekstra sel
Suplai Nutrisi Tidak Adekuat Peristaltik Usus Sistem Saraf Simpatik TSI merangsang sitem kekebalan tubuh
Berat Badan Reabsorbsi TD dan Nadi Gangguan jaringan dan otot ektra okuler
Defisit Nutrisi Frekuensi BAB Aritmia,Takikardi Gerakan kelopak mata lebih lambat
Sirkulasi
Resiko Kerusakan Integritas
Jaringan
Penurunan Curah Jantung
67 | H i p e r t i r o i d i s m e
2.7 Komplikasi
tirotoksik (Thyroid storm). Hal ini dapat berkembang secara spontan pada
atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah
agitasi, tremor, hipertermia, (sampai 106 oF), dan, apabila tidak diobatai,
kematian.
(Hadi Purwanto,2016)
2.8 Penatalaksanaan
1. Obat Antitiroid
tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau
Obat diberikan dalam dosis besar pada pemulaan sampai eutiroidisme lalu
68 | H i p e r t i r o i d i s m e
Metimazol 30-60 5-20
Propiltiourasil 300-600 50-200
hypertiroidisme pada bayi yang baru lahir. Pada masa laktasi diberikan
propilourasil karena hanya sedikit sekali yang keluar dari air susu ibu.
Dosis yang dipakai 100-150 mg tiap 8 jam setelah pasien eutiroid, secara
Digunakan Y131 dengan dosis 5-12 mCi peroral. Dosis ini dapat
69 | H i p e r t i r o i d i s m e
hipertiroid pada tahun pertama. Efek samping pengobatan dengan yodium
3. Tindakan operatif
operasi adalah :
Sebelum operasi, biasanya pasien diberi obat anti tiroid sampai eutiroid
dosis diberikan 40-200 mg/hari yang dibagi atas 4 dosis. Pada orang lanjut
Yodium dapat digunakan pada pasien dengan krisis tiroid yang alergi
70 | H i p e r t i r o i d i s m e
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
20x/menit
(buku pedoman
diastolik <80
mmHg
committe VII(JNC-
VII))
Nutrisi dan cairan BB menurun, Orang dewasa intake
71 | H i p e r t i r o i d i s m e
pengeluaran yang
berlebihan
(urin/muntah ) tubuh
akan kekurangan
dwi
rosmalawati,2013)
Eliminasi Diare, muntah BAB/BAK teratur
dan normal
(Sunarsih
rahayu,2013 )
Aktivitas dan istirahat Tremor, lelah Bersemangat, giat,
(Sunarsih
rahayu,2013)
Neurosensori Tremor Fungsi saraf motorik
getaran sehignga
mampu melakukan
aktivitas
Reproduksi dan Oligomenore, Siklus Haid teratur
72 | H i p e r t i r o i d i s m e
7 hari.
Psikologis Nyeri dan Kenyamanan Gelisah Merasa tentram,
merasakan nyeri
Integritas ego Perilaku maniak Memiliki koping
mampu meredakan
sesuatu
Pertumbuhan dan Tidak ada Mengalami
perkembangan yang
normal sesuai
perkembangan.
Perilaku Kebersihan diri Tidak ada Pasien tampak rapi
pemeriksaan atau
pengkajian.
Penyuluhan dan Tidak ada maslah Memiliki
hormone
tiroid/pengobatan
antitiroid
73 | H i p e r t i r o i d i s m e
Relasional Interaksi social Tidak ada Komunikasi pasien
pembicaraan orang,
mampu memberikan
berbicara sesuai
realita .
Lingkungan Keamanan dan proteksi Penglihatan Memiliki
kabur kemampuan
beradaptasi
dengan
lingkungan.
b. PemeriksaanLaboratorium
tiroid.
Hipertiroid sekunder
74 | H i p e r t i r o i d i s m e
T3 alami yang penting untuk T3 di temukan meningkat yaitu
4. Diagnosa Keperawatan
Domain 2 : Nutrisi
Kelas 1 : Makan
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
3. Diare (D.0020)
Kategori: Fisiologis
75 | H i p e r t i r o i d i s m e
Kategori : Lingkungan
76 | H i p e r t i r o i d i s m e
3.2 Rencana Intervensi Keperawatan
O
1. Diare, berhubungan dengan 1. Eliminasi Usus 1. Manajemen Diare 1. Manajemen Diare
dengan defekasi lebih dari 3 keperawatan selama 3x24jam 1. Monitor tanda dan 1) Agar dapat
kali dalam 24 jam, feses masalah Eliminasi Usus dapat gejala diare mengetahui gejala
lembek atau cair, frekuensi teratasi dengan indikator: diare yang dialami
Keterangan : diare
77 | H i p e r t i r o i d i s m e
4) Sedikit terganggu gejala diare menetap lanjut pasien agar
78 | H i p e r t i r o i d i s m e
1) Berat Mandiri
pasien
2) Cukup berat 2. Kaji ulang pasien atau
dapat teratasi dengan indikator: kesehatan lainnya untuk kerja obat pasien
2) Frekuensi gejala (3) dan frekuensi obat yang dengan baik dan
79 | H i p e r t i r o i d i s m e
1) Berat terapeutik
2) Cukup berat HE
metabolisme ditandai keperawatan 3x24 jam. 1. Monitor asupan kalori terkontrol dalam
dengan berat badan Masalah satus nutrisi ; asupan makanan harian asupan makanan
dibawah rentan ideal, diare, 1. Asupan protein (3) Mandiri 2) Supaya klien tetap
80 | H i p e r t i r o i d i s m e
3. Asupan vitamin (3) berat badan harian terkontrol dalam
81 | H i p e r t i r o i d i s m e
diatasi dengan : 2. Manajemen nutrisi 2. Manajemen nutrisi
82 | H i p e r t i r o i d i s m e
5. Tidak menyimpang sehat jika, diperlukan
[pasien] berada di
Observasi mendapatkan
83 | H i p e r t i r o i d i s m e
1. Monitor mual muntah perawatan
keadaan nutrisi
tercukupi
3) Suapaya pasien
Kolaborasi
- 5) Supaya pasien
84 | H i p e r t i r o i d i s m e
H.E dalam kedaan nutrisi
keluarga
merencanakan makan
3. Penurunan curah 1. Status sirkulasi 1. Manajemen asam basa 1. Manajemen asam basa
dengan perubahan irama keperawatan selama 3x24jam 1. Monitor pola 1) Untuk mengetahui
Keterangan : - bernafas
85 | H i p e r t i r o i d i s m e
1) Deviasi berat dari
kisaran normal HE
kisaran normal
86 | H i p e r t i r o i d i s m e
masalah status jantung paru orthopnea gejala gangguan
87 | H i p e r t i r o i d i s m e
kisaran normal edukasi pada pentingnya menjaga
88 | H i p e r t i r o i d i s m e
2) Deviasi yang cukup kemajuannya akan
kisaran normal
kisaran normal
kisaran normal
89 | H i p e r t i r o i d i s m e
2. Reaksi alergi (3) 6. Bersihkan lingkungan 1) Agar pasien tetap
1. Berat pasien
5. Tidak ada HE
90 | H i p e r t i r o i d i s m e
2. Asupan cairan (3)
1. Monitor kerentanan
3. Hidrasi (3)
infeksi 1) Agar tetap dalam
Keterangan :
perawatan klinis
1. Sangat menyimpang Mandiri
4. Sedikit menyimpang
3) Agar pasien tetap
dari rentang normal
terjaga dalam
5. Tidak menyimpang
perubahan mobilitas
dari rentang normal
nutrisi
Kolaborasi
91 | H i p e r t i r o i d i s m e
pada personil pengendali 4) Supaya klien lebih
infeksi mendapatkan
perawatan
pengobatan lebih
HE optimal
3. Pengecekan kulit -
suhu kulit
92 | H i p e r t i r o i d i s m e
berlebihan dan suhu kulit
perawatan klinis
Mandiri mendapatkan
Kolaborasi
keluar / memeberi
93 | H i p e r t i r o i d i s m e
dengan tepat keluarga mampu
memberi perawatan
kerusakan kulit
dengan tepat
94 | H i p e r t i r o i d i s m e
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
menonjol pada wanita. Etiologi hipertiroid ini adalah tumor jinak (Adenoma)
4.2 Saran
mengkonsumsi yodium secara berlebihan karena dapat terjadi radiasi pada leher
95 | H y p o t i r o i d
Daftar pustaka
Rapha Publishing
Dalam.Yogyakarta:Nuha Medika
PPSDM Kesehatan,Kemenks, RI
96 | H y p o t i r o i d
Tandra, Hans. 2011. Mencegah Dan Mengatasi Penyakit Tiroid Segala Sesuatu Yang
97 | H y p o t i r o i d
Askep
KELOMPOK 2
KELAS D SEMESTER IV
6. Supriyadi Djafar
7. Mega P. Sudirman
8. Meiti R. Nete
9. Nurfajriatika Lihawa
10. Rizka nur
TA:2018
98 | H y p o t i r o i d
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Askep“Hiportiroidisme”ini dengan baik.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karenaitu,
dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberikan saran dan kritik kepada kami sehingga saya dapat
memperbaiki Askep ini.
Akhirnya, kami sebagai penyusun mengharapkan semoga dari Askep ini dapat
diambil hikmah dan manfaatnya sehingga bias memberikan inspirasi terhadap
pembaca.
Penyusun
99 | H y p o t i r o i d
100 | H y p o t i r o i d
BAB I
PENDAHULUAN
hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan
tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormone tiroid berada di bawah nilai
laki dan paling sering terjadi pada usia di antara 30 hingga 60 tahun. Dibedakan
dengan kadar TSH tinggi dan kadar fT4 rendah, sedangkan pada hipotiroidisme
subklinis ditandai dengan TSH tinggi dan kadar fT4 normal, tanpa gejala atau ada
terjadi, dan ada tidaknya kelainan lain (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2006).
101 | H y p o t i r o i d
Penggantian hormone-hormon tiroid seperti natrium levotiroksin (Synthroid),
1.3 Tujuan
102 | H y p o t i r o i d
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
2. Etiologi
A. Hipotiroid primer
yang kurang baik, defisiensi iodine (prenatal dan postnatal), obat anti tiroid,
B. Hipotiroid sekunder
103 | H y p o t i r o i d
hormone (TSH) meningkat. Ini mungkin awal dari suatu malfungsi dari
pituitary atau hipotalamus. ini dapat juga disebabkan oleh resistensi perifer
C. Hipotiroid tertier/pusat
dengan suatu tumor/lesi destruktif lainnya diarea hipotalamus. ada dua bentuk
utama dari goiter sederhana yaitu endemic dan sporadic. goiter endemic
“goiter belt” dengan karakteristik area geografis oleh minyak dan air yang
3. Prognosis
4. Manifestasi klinis
B. Muskuloskeletal
104 | H y p o t i r o i d
1) Volume otot bertambah,glosomegali
4) Oateoporosis
C. Neurologik
D. Kardiorespiratorik
T mendatar/inverse
105 | H y p o t i r o i d
5) Penyakit jantung iskemik
6) Hipotensialasi
7) Efusi pleural
8) Dipnea
E. Gastrointestinal
F. Renalis
3) Hipokalsemia
G. Hematologi
H. Sistem endokrin
hiperprolakten
2) Gangguan pentilasi
106 | H y p o t i r o i d
3) Gangguan hormone pertumbuhan dan respon ACTH, hipofisis
prilaku maniak.
5. Klasifikasi
keduanya.
107 | H y p o t i r o i d
D. Kretinisme (Hipotiroidisme congietal)adalah difisiensi tiroid yang diderita
sebelum atau segera sesudah lahir. pada keadaan ini, ibumungkin juga
berat(Suddart, 2000)
Nursing, Philadel-Phia :
6. Patofisiologi
rendah disebabkan oleh oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus
tinggi karena tidak adanya umpan balik negative baik dari TSH maupun HT.
108 | H y p o t i r o i d
penurunan pada fugsi gastrointestinal yaitu peristaltic usus menurun sehingga
pasien merasakan cepat lelah dan letih, sehingga masalah ini dapat diatasi
ventilasi, pasien merasa sesak nafas, sehingga masalah ini dapat diatasi
109 | H y p o t i r o i d
Malfungsi kelenjar tiroid
PATHWAY
gangguan hipotalamus
Hormon tiroid
Hipotiroidisme
kadar tiroksin menurun Penekanan hormone tiroid Tiroksin dan triyodotironin Penumpukan TSH merangsang
mukopolisakardia kelenjar throid untuk
mensekresi
hipofise anterior
terangsang BMR menurun akumulasi
mukopolisakardia
dalam jaringan kelenjar tiroid membesar
penurunan fungsi GI suplai energy berkurang subkutan meningkat
mengganggu
termoregulasi yang ada
di hipotalamus Peristaltik usus menurun menekan struktur dileher
cepat lelah, letih
dan dada
Miksedema
Konstipasi
kedinginan dan
menggigil pola nafas tidak efektif dipsnea depresi ventilasi
Hipotermi
110 | H y p o t i r o i d
7. Komplikasi
C. Ada juga resiko yang berkaitan dengan terapi defisiensi tiroid. Resiko ini
8. Penatalaksanaan
Penanganan meliputi :
tiroid.
A. Modifikasi Aktivitas
111 | H y p o t i r o i d
pada status kardiovaskuler dan pulmonar yang terjadi akibat
hipotiroidisme.
C. Pengaturan suhu
ekstrim terhadap hawa dingin meskipun dia berada dalam ruangan bersuhu
nyaman atau panas. Ekstra pakaian dan selimut dapat diberikan, dan
D. Dukungan emosional
berkurang, pasien apat mengalami depresi dan rasa bersalah sebagai akibat
112 | H y p o t i r o i d
dari progresitifitas serta intensitas gejala yang timbul. Pasien dan
efek samping yang harus dilaporkan kepada dokter. Selain itu, semua
instruksi dan pedoman ini harus disampaikan pula secara tertulis kepada
113 | H y p o t i r o i d
I. Penderita dengan hiipotiroidisme sekunder membutuhkan pemeriksaan
endokrinologi
114 | H y p o t i r o i d
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
tidak merasakan
sesak, Nilai
pernafasan normal
12-24x/mnt
Sirkulasi Bradikardi, hipotensi, Sirkulasi
darah normal
120/70 mmHg,
100x/mnt
Nutrisi dan cairan Peningkatan berat Metabolisme
metabolisme Teratur
Eliminasi Penurunan peristaltic BAB teratur 2 atau
115 | H y p o t i r o i d
menyebabkan
konstipasi
Aktivitas dan pasien lebih banyak Tidur atau istrahat
kelemahan otor
proksimal
Neuro sensori Pusing, gangguan Composmentis,
tidak merasakan
pusing
Reproduksi dan Wanita : terjadi Menstruasi normal
memanjang
Psikologis Nyeri dan Abdomen yang tegang Abdomen tidak
116 | H y p o t i r o i d
hati terlalu Nampak
normal
Perilaku Kebersihan diri Mandi 1 kali sehari Mandi 2-3 kali
sehari
pasien hipotiroidisme
Relasional Interaksi social Klien sangat sulit Lingkungan
nnya,
Lingkung Keamanan dan Pasien merasa lelah Pasien tidak
117 | H y p o t i r o i d
harus dibatasi kelelahan
b. Pemeriksaan laboratorium
ditemukan
berfungsi merangsang
mg/dl)
mg/dl)
118 | H y p o t i r o i d
Thyroxine (T4) didalam aliran
T4 menurun
(3,2-10,0
3. T4 serum
mg/dl)
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
b. Intoleran aktivitas b.d kelemahan b.d mengeluh lelah b.d merasa lemah
kali seminggu, pengeluaran feses lama dan sulit, feses keras, peristatik usus
119 | H y p o t i r o i d
d. Pola nafas tidak efektif b.d depresi pusat pernafasan b.d dispnea b.d tekanan
inspirasi menurun
120 | H y p o t i r o i d
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
121 | H y p o t i r o i d
(3) alkohol atau keadaan baik.
(3)
Kolaborasi : Kolaborasi :
Keterangan - -
2. Banyak terganggu - -
122 | H y p o t i r o i d
dengan indikator dan hangatkan Mandiri :
menunjukkan
123 | H y p o t i r o i d
4. Sering menunjukkan paparan dingin
5. Secara konsisten
menunjukkan
124 | H y p o t i r o i d
beraktivitas (3) kolaborasi : melakukan gerakan-
125 | H y p o t i r o i d
teratasi dengan indikator memberikan
mandiri :
126 | H y p o t i r o i d
2. berikan kegiatan Kolborasi :
pengalihan yang
relaksasi
membantu pasien
health education:
ketika mengalami
127 | H y p o t i r o i d
4. instruksikan kambuh.
terdekat dengan
pasien mengenai
kelelahan (gejala
yang mungkin
muncul dan
kekambuhan yang
mungkin nanti
akan muncul
kembali
128 | H y p o t i r o i d
pengeluaran feses lama setelah dilakukan tanda dan gejala apa yang akn
dan sulit, feses keras, tindakan keperawatan selama infeksi sistemik dilakukan.
1. sangat terganggu
Kolaborasi : Kolaborasi :
2. banyak terganggu
- -
3. cukup terganggu
Health education Health education :
4. sedikit terganggu
3. Ajarkan pasien 3. Supaya pasien dan
5. tidak terganggu
dan keluarga keluarga tau
129 | H y p o t i r o i d
setelah dilakukan menghindari infeksi agar tidk terjadi
130 | H y p o t i r o i d
2. Jarang menunjukkan 3. Konsultasi dengan efek obat.
3. Kadang-kadang professional
agar dapat
didapatkan efek
teraupetik
Health education
Health education :
4. Ajarkan pasien
4. Supaya pasien atau
atau anggota
keluarga tidak salah
keluarga
131 | H y p o t i r o i d
mengenai metode dalam pembrian obat.
pemberian obat
sesuai
Pola nafas tidak efektif 1. Status neurologi 1. manajemen jalan 1. Manajemen jalan nafas.
indikator : mestinya
Mandiri
1. Kesadaran (3)
mandiri 2. Agar dapat
2. Kontrol motor
2. posisikan untuk meringankan sesak
sentral (3)
meringankan napas
3. Fungsi sensorik dan
132 | H y p o t i r o i d
motorik cranial (3) sesak napas
Kolaborasi
Keterangan kolaborasi
-
1. sangat terganggu -
Health education
2. banyak terganggu Health education
3. Agar klien dapat
3. cukup terganggu 3. instruksikan
melakukan batuk
4. sedikit terganggu bagaimana agar
efektif dengan benar
5. tidak terganggu bisa melakukan
batuk efektif
kriteria hasil
2. Manajemen asma
Setelah dilakukan 2.manajemen asma
indikator :
mandiri Mandiri
1. menghilangakn
2. berikan 2. Agar obat dapat bekerja
133 | H y p o t i r o i d
konsep kesehatan pengobatan sesuai dengan dosisnya
memberikan
134 | H y p o t i r o i d
pengobatan asma
di sekolah
135 | H y p o t i r o i d
Gangguan integritas 1. respon alergi : local 1. perawatan ostom 1. perawatan ostom
136 | H y p o t i r o i d
4. ringan n dan atau menetap atau
atau memburuk
kriteria hasil
elektrolit
keterangan
tambahan seperti
1. sangat terganggu
yang ditunjukan
2. banyak terganggu 2. perawatan ostomi
137 | H y p o t i r o i d
3. cukup terganggu 2.perawatan ostomi observasi
eleminasi
mandiri
diri
kolaborasi
kolaborasi -
- Health education
138 | H y p o t i r o i d
mengenai diet eliminasi
diharapkan dalam
fungsi eliminasi
139 | H y p o t i r o i d
140 | H y p o t i r o i d
BAB I
PENDAHULUAN
hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan
tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormone tiroid berada di bawah nilai
laki dan paling sering terjadi pada usia di antara 30 hingga 60 tahun. Dibedakan
dengan kadar TSH tinggi dan kadar fT4 rendah, sedangkan pada hipotiroidisme
subklinis ditandai dengan TSH tinggi dan kadar fT4 normal, tanpa gejala atau ada
terjadi, dan ada tidaknya kelainan lain (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2006).
141 | H y p o t i r o i d
1.5 Rumusan masalah
1.6 Tujuan
PEMBAHASAN
9. Definisi
142 | H y p o t i r o i d
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan hipometabolik akibat defisiensi hormone
10. Etiologi
D. Hipotiroid primer
yang kurang baik, defisiensi iodine (prenatal dan postnatal), obat anti tiroid,
E. Hipotiroid sekunder
hormone (TSH) meningkat. Ini mungkin awal dari suatu malfungsi dari
pituitary atau hipotalamus. ini dapat juga disebabkan oleh resistensi perifer
F. Hipotiroid tertier/pusat
dengan suatu tumor/lesi destruktif lainnya diarea hipotalamus. ada dua bentuk
utama dari goiter sederhana yaitu endemic dan sporadic. goiter endemic
143 | H y p o t i r o i d
prinsipnya disebabkan oleh nutrisi, defisiensi iodine, ini mengalah pada
“goiter belt” dengan karakteristik area geografis oleh minyak dan air yang
11. Prognosis
J. Muskuloskeletal
11) Oateoporosis
K. Neurologik
144 | H y p o t i r o i d
8) Aliran darah otak menurun
L. Kardiorespiratorik
T mendatar/inverse
14) Hipotensialasi
16) Dipnea
M. Gastrointestinal
N. Renalis
145 | H y p o t i r o i d
1) Aliran darah ginjal berkurang, GFR menurun
3) Hipokalsemia
O. Hematologi
P. Sistem endokrin
hiperprolakten
2) Gangguan pentilasi
prilaku maniak.
146 | H y p o t i r o i d
13. Klasifikasi
keduanya.
sebelum atau segera sesudah lahir. pada keadaan ini, ibumungkin juga
berat(Suddart, 2000)
147 | H y p o t i r o i d
Smeltzer & Bare : Brunner and Suddar’t Textbook Of Medical Surgical
Nursing, Philadel-Phia :
14. Patofisiologi
rendah disebabkan oleh oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus
tinggi karena tidak adanya umpan balik negative baik dari TSH maupun HT.
pasien merasakan cepat lelah dan letih, sehingga masalah ini dapat diatasi
148 | H y p o t i r o i d
Hipotiroidisme juga menyebabkan TSH merangsang kelenjar tiroid untuk
ventilasi, pasien merasa sesak nafas, sehingga masalah ini dapat diatasi
149 | H y p o t i r o i d
Malfungsi kelenjar tiroid
PATHWAY
gangguan hipotalamus
Hormon tiroid
Hipotiroidisme
kadar tiroksin menurun Penekanan hormone tiroid Tiroksin dan triyodotironin Penumpukan TSH merangsang
mukopolisakardia kelenjar throid untuk
mensekresi
hipofise anterior
terangsang BMR menurun akumulasi
mukopolisakardia
dalam jaringan kelenjar tiroid membesar
penurunan fungsi GI suplai energy berkurang subkutan meningkat
mengganggu
termoregulasi yang ada
di hipotalamus Peristaltik usus menurun menekan struktur dileher
cepat lelah, letih
dan dada
Miksedema
Konstipasi
kedinginan dan
menggigil pola nafas tidak efektif 150 | H y pdepresi
dipsnea o t i r ventilasi
oid
Hipotermi
15. Komplikasi
F. Ada juga resiko yang berkaitan dengan terapi defisiensi tiroid. Resiko ini
16. Penatalaksanaan
Penanganan meliputi :
tiroid.
J. Modifikasi Aktivitas
151 | H y p o t i r o i d
pada status kardiovaskuler dan pulmonar yang terjadi akibat
hipotiroidisme.
L. Pengaturan suhu
ekstrim terhadap hawa dingin meskipun dia berada dalam ruangan bersuhu
nyaman atau panas. Ekstra pakaian dan selimut dapat diberikan, dan
M. Dukungan emosional
berkurang, pasien apat mengalami depresi dan rasa bersalah sebagai akibat
152 | H y p o t i r o i d
dari progresitifitas serta intensitas gejala yang timbul. Pasien dan
efek samping yang harus dilaporkan kepada dokter. Selain itu, semua
instruksi dan pedoman ini harus disampaikan pula secara tertulis kepada
153 | H y p o t i r o i d
R. Penderita dengan hiipotiroidisme sekunder membutuhkan pemeriksaan
endokrinologi
154 | H y p o t i r o i d
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
4. PENGKAJIAN
tidak merasakan
sesak, Nilai
pernafasan normal
12-24x/mnt
Sirkulasi Bradikardi, hipotensi, Sirkulasi
darah normal
120/70 mmHg,
100x/mnt
Nutrisi dan cairan Peningkatan berat Metabolisme
metabolisme Teratur
Eliminasi Penurunan peristaltic BAB teratur 2 atau
155 | H y p o t i r o i d
menyebabkan
konstipasi
Aktivitas dan pasien lebih banyak Tidur atau istrahat
kelemahan otor
proksimal
Neuro sensori Pusing, gangguan Composmentis,
tidak merasakan
pusing
Reproduksi dan Wanita : terjadi Menstruasi normal
memanjang
Psikologis Nyeri dan Abdomen yang tegang Abdomen tidak
156 | H y p o t i r o i d
hati terlalu Nampak
normal
Perilaku Kebersihan diri Mandi 1 kali sehari Mandi 2-3 kali
sehari
pasien hipotiroidisme
Relasional Interaksi social Klien sangat sulit Lingkungan
nnya,
Lingkung Keamanan dan Pasien merasa lelah Pasien tidak
157 | H y p o t i r o i d
harus dibatasi kelelahan
d. Pemeriksaan laboratorium
o ditemukan
berfungsi merangsang
mg/dl)
mg/dl)
158 | H y p o t i r o i d
Thyroxine (T4) didalam aliran
T4 menurun
(3,2-10,0
3. T4 serum
mg/dl)
5. DIAGNOSA KEPERAWATAN
b. Intoleran aktivitas b.d kelemahan b.d mengeluh lelah b.d merasa lemah
kali seminggu, pengeluaran feses lama dan sulit, feses keras, peristatik usus
d. Pola nafas tidak efektif b.d depresi pusat pernafasan b.d dispnea b.d tekanan
inspirasi menurun
159 | H y p o t i r o i d
e. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d kelembaban b.d kerusakan jaringan
160 | H y p o t i r o i d
6. INTERVENSI KEPERAWATAN
161 | H y p o t i r o i d
(3) alkohol atau keadaan baik.
(3)
Kolaborasi : Kolaborasi :
Keterangan - -
7. Banyak terganggu - -
162 | H y p o t i r o i d
dengan indikator dan hangatkan Mandiri :
menunjukkan
163 | H y p o t i r o i d
9. Sering menunjukkan paparan dingin
menunjukkan
164 | H y p o t i r o i d
beraktivitas (3) kolaborasi : melakukan gerakan-
165 | H y p o t i r o i d
teratasi dengan indikator memberikan
mandiri :
166 | H y p o t i r o i d
6. berikan kegiatan Kolborasi :
pengalihan yang
relaksasi
membantu pasien
health education:
ketika mengalami
167 | H y p o t i r o i d
8. instruksikan kambuh.
terdekat dengan
pasien mengenai
kelelahan (gejala
yang mungkin
muncul dan
kekambuhan yang
mungkin nanti
akan muncul
kembali
168 | H y p o t i r o i d
pengeluaran feses lama setelah dilakukan tanda dan gejala apa yang akn
dan sulit, feses keras, tindakan keperawatan selama infeksi sistemik dilakukan.
6. sangat terganggu
Kolaborasi : Kolaborasi :
7. banyak terganggu
- -
8. cukup terganggu
Health education Health education :
9. sedikit terganggu
6. Ajarkan pasien 6. Supaya pasien dan
10. tidak terganggu
dan keluarga keluarga tau
169 | H y p o t i r o i d
setelah dilakukan menghindari infeksi agar tidk terjadi
170 | H y p o t i r o i d
7. Jarang menunjukkan 7. Konsultasi dengan efek obat.
8. Kadang-kadang professional
agar dapat
didapatkan efek
teraupetik
Health education
Health education :
8. Ajarkan pasien
8. Supaya pasien atau
atau anggota
keluarga tidak salah
keluarga
171 | H y p o t i r o i d
mengenai metode dalam pembrian obat.
pemberian obat
sesuai
Pola nafas tidak efektif 3. Status neurologi 2. manajemen jalan 3. Manajemen jalan nafas.
indikator : mestinya
Mandiri
4. Kesadaran (3)
mandiri 5. Agar dapat
5. Kontrol motor
5. posisikan untuk meringankan sesak
sentral (3)
meringankan napas
6. Fungsi sensorik dan
172 | H y p o t i r o i d
motorik cranial (3) sesak napas
Kolaborasi
Keterangan kolaborasi
-
6. sangat terganggu -
Health education
7. banyak terganggu Health education
6. Agar klien dapat
8. cukup terganggu 6. instruksikan
melakukan batuk
9. sedikit terganggu bagaimana agar
efektif dengan benar
10. tidak terganggu bisa melakukan
batuk efektif
kriteria hasil
4. Manajemen asma
Setelah dilakukan 2.manajemen asma
indikator :
mandiri Mandiri
4. menghilangakn
5. berikan 5. Agar obat dapat bekerja
173 | H y p o t i r o i d
konsep kesehatan pengobatan sesuai dengan dosisnya
memberikan
174 | H y p o t i r o i d
pengobatan asma
di sekolah
175 | H y p o t i r o i d
Gangguan integritas 3. respon alergi : local 2. perawatan ostom 3. perawatan ostom
176 | H y p o t i r o i d
9. ringan n dan atau menetap atau
atau memburuk
kriteria hasil
elektrolit
keterangan
tambahan seperti
6. sangat terganggu
yang ditunjukan
7. banyak terganggu 4. perawatan ostomi
177 | H y p o t i r o i d
8. cukup terganggu 2.perawatan ostomi observasi
eleminasi
mandiri
diri
kolaborasi
kolaborasi -
- Health education
178 | H y p o t i r o i d
mengenai diet eliminasi
diharapkan dalam
fungsi eliminasi
179 | H y p o t i r o i d
Daftar Pustaka
Rapha Publishing
Smeltzer & Bare (2009) Brunner and Suddar’t Textbook Of Medical Surgical
Nursing, Philadel-Phia
Elizabeth J. Crowin. (2009). Buku saku patofisiologi corwin. Jakarta: Aditya Media
Kowalak JP, Welsh W, Mayer B 2011, Buku Ajar Patofisiologi, Alih bahasa oleh
Anderson price, loraine McCarty Wilson : alih bahasa Brahm U. Pendit (et.
al.) : editor edisi bahasa Indonesia huriawati hartono (et.al) rd. 6 – Jakarta:
EGC, 2009
180 | H y p o t i r o i d