Anda di halaman 1dari 12

PELANGGARAN DAN KEJAHATAN DI PASAR MODAL

Rico Arizona Putra 1706086152


Rika Masirila Septiari 1706086171
Rissa Zenotulus Putri 1706086184
Rizky Aprilia Puspita Sari 1706086190
Sandrina Amanda Natassia 1706086202

Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia


Kampus baru UI, Depok

ABSTRACT
Capital market plays important role in any country’s economic development, even often used
as indicator to measure a country’s welfare. It gives opportunities for the investors by
providing long term debt instruments which is a good option for the companies, government,
and individuals who experiencing funding issues. On the other side, the country also needs
investors to run the economic growth. In connection with that, investors’ involvement which
is closely related to investment security in the capital market has become one of investors’
considerations and lowered the amount of investors’ number, specifically in Indonesia. Other
than its natural risk in sale and purchase of bond that needs careful considerations and
strategies to calculate risk management, another issue that needs control from government is
crime and violation in capital market that is by far cause a big loss, both material and
immaterial, in Indonesia.
ABSTRAK
Pasar modal memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara, bahkan
seringkali dijadikan sebagai indikator kemajuan suatu negara. Peluang yang diberikan oleh
pasar modal dengan menyediakan dana bagi investor yang membutuhkan dana jangka
panjang menjadi salah satu pilihan bagi perusahaan, pemerintah, maupun individu ketika
mengalami masalah pendanaan dalam menjalankan usahanya. Di sisi lain, negara juga
membutuhkan peran serta investor dalam pasar modal untuk menggerakkan roda
perekonomian. Keterlibatan investor yang erat kaitannya dengan keamanan dalam
berinvestasi di pasar modal menjadi salah satu pertimbangan sekaligus faktor penyebab
rendahnya angka investor, khususnya di Indonesia. Selain memiliki resiko tersendiri dalam
jual-beli efek yang membuat investor perlu matang mempertimbangkan risk management,
resiko lainnya adalah kejahatan dan pelanggaran dalam bidang pasar modal yang sejauh ini,
di Indonesia, telah menimbulkan kerugian yang besar.

PENDAHULUAN
Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan
efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek.1 Keberadaan pasar modal telah menjadi salah satu
instrumen dalam menggerakan perekonomian dalam suatu negara. Dalam pasar modal baik
orang-perorangan maupun badan hukum berbagi instrumen keuangan jangka panjang yang
bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen

1
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, pasal 1 angka 13

1
derivative maupun instrumen lainnya. Dengan demikian orang-perorangan maupun badan
hukum memiliki pilihan sarana pendanaan yang luas. Terkait peranan pasar modal, ada 2
(dua) fungsi yang dijalankan oleh pasar modal, yang pertama sebagai sarana bagi pendanaan
usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dan dari masyarakat pemodal
(investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan
usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain. Kedua, pasar modal menjadi sarana
bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksa
dana, dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya
sesuai dengan karakteristik keuntungan dan resiko masing-masing instrumen.2
Keberlangsungan pasar modal dalam suatu negara ditentukan oleh keterlibatan investor,
sehingga secara tidak langsung semakin banyaknya investor yang bergabung dalam pasar
modal akan memberikan pengaruh bagi perekonomian negara. Di Indonesia sendiri,
berdasarkan grafik pertumbuhan Single Investor Identification (SID) yang direlease oleh
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada Juli 2017, jumlah SID terus mengalami
peningkatan sejak tahun 2012 yang berjumlah 281.256 investor hingga 1.025.414 pada Juli
2017. Sedangkan jumlah SID pada 2016 adalah 894.116 investor atau mengalami
peningkatan sebanyak 14,7% dari tahun 2016 ke tahun 2017.3 Secara komposisi, sebagian
besar investor pasar modal Indonesia merupakan investor perorangan local, dengan jumlah
993.181 investor atau 96% dari jumlah investor. Sayangnya, berdasarkan survei nasional
literasi keuangan OJK 2016, baru 29,66% penduduk Indonesia yang memiliki kategori “well
literate” atau memiliki pengetahuan keuangan.4 Walaupun jumlah investor mengalami
peningkatan, namun jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia, dapat dikatakan
bahwa pasar modal Indonesia masih sangat membutuhkan lebih banyak investor lagi untuk
turut menggerakkan perekonomian negara, terutama investor domestic.
Dalam lingkup Asia, angka market capitalization Indonesia pada tahun 2016 adalah 0.45
dengan komposisi kepemilikan sebagai berikut:5
- Perusahaan: 44%
- Pemerintah: 16%
- Institusi: 7%
- Individu: 3%
Sebagai perbandingan, Malaysia memiliki angka market capitalization 1.16 dengan
komposisi sebagai berikut:
- Perusahaan: 30%
- Pemerintah: 33%
- Institusi: 11%
- Individu: 8%
Sedangkan Singapura memiliki angka market capitalization 2.17 dengan komposisi sebagai
berikut:
- Perusahaan: 30%
- Pemerintah: 10%
- Institusi: 13%
- Individu: 14%
Dan Hong kong memiliki angka market capitalization 9.90 dengan komposisi sebagai
berikut:

2
http://www.idx.co.id/id-id/beranda/informasi/bagiinvestor/pengantarpasarmodal.aspx
3
http://www.ksei.co.id/publication/press-releases
4
https://economy.okezone.com/read/2017/06/04/278/1707278/penting-pasar-modal-indikator-kemajuan-
perekonomian-negara#lastread
5
OECD (2017), OECD Equity Markets Review: ASIA 2017, www.oecd.org/corporate/OECD-Equity-
Markets-Review-Asia-2017.pdf, hlm. 31 & 33

2
- Perusahaan: 21%
- Pemerintah: 25%
- Institusi: 13%
- Individu: 14%
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya investor di Indonesia, mulai dari
ketidakpahaman masyarakat tentang pasar modal, kondisi politik yang mempengaruhi pasar,
hingga kejahatan dan pelanggaran di pasar modal. Beberapa kejahatan yang umum terjadi
dalam pasar modal antara lain yakni insider trading, price manipulation, market
manipulation, unregistered broker, unregistered securitires, unfair trading, churning, margin
account dan lain-lain yang akan dibahas lebih lanjut dalam karya ilmiah ini. Lingkup
kejahatan-kejahatan tersebut sangat luas dan tidak menutup kemungkinan menggunakan
informasi dari “dalam”. Untuk itu regulasi beserta implementasi memegang pernanan penting
dalam keberlangsungan pasar modal. Di negara maju seperti Amerika Serikat, kesadaran
akan perlindungan terhadap investor terbilang tinggi sehingga menarik investor untuk
berinvestasi. Indonesia juga melalui lembaga-lembaga yang termasuk dalam Self Regulatory
Organization (SRO), pemerintah diharapkan mampu mengakomodasi isu dan permasalahan
tentang kejahatan dan pelanggaran di pasar modal.

PENGATURAN KEJAHATAN DIBIDANG PASAR MODAL


Terjadinya kejahatan dan pelanggaran di pasar modal diasumsikan berdasarkan
beberapa alasan, yaitu kesalahan pelaku, kelemahan aparat yang mencakup integritas dan
profesionalisme, dan kelemahan peraturan.6
Bila dilihat lebih lanjut tindak pidana dibidang Pasar Modal mempunyai karakteristik
yang khas, yaitu antara lain adalah “barang” yang menjadi obyek dari tindak pidana adalah
informasi, selain itu pelaku tindak pidana tersebut bukanlah mengandalkan kemampuan fisik
seperti halnya pencurian atau perampokan mobil, akan tetapi lebih mengandalkan pada
kemampuan untuk membaca situasi pasar serta memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi.
Tindak Pidana Pasar Modal merupakan aktifitasnya (tindak pidananya) terkait LANGSUNG
dalam ruang lingkup definisi Pasar Modal Pasal 1 angka 13 Undang- Undang Pasar Modal
No 8 Tahun 1995 (UUPM).7
Sebagaimana telah diatur dalam UUPM, maka dapat diketahui bahwa kategori
kejahatan Pasar Modal pada Bab XI terbagi atas penipuan, manipulasi pasar dan perdagangan
orang dalam, yang pengaturannya di mulai dari Pasal 90 sampai dengan Pasal 99. Ketiga
kategori tersebut akan dibahas lebih jelas melalui penjelasan dibawah ini:
1) Penipuan (Fraud)
Menurut apa yang telah diatur dalam Pasal 90 huruf c UUPM bahwa yang dimaksud
dengan penipuan adalah membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta materiil atau
tidak mengungkapkan fakta materiil agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan
mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk
menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau pihak lain atau
dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual efek.
Adapun dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dalam Pasal 390,
disebutkan, yaitu tindakan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan cara:
a. Melawan hukum
b. Menyiarkan kabar bohong yang menyebabkan harga barang-barang dagangan

6
Frank Fabozzi, et.al., Foundations of Financial Markets and Institutions, Third Edition,
7
The Indonesia Capital Market Institute, Modul Hukum dan Etika WPPE, Jakarta : Edisi 2016

3
c. Dana-dana atau surat-surat berharga menjadi turun naik
Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan.
Setelah menjabarkan kedua pasal diatas, sebenarnya penipuan pada pasar modal
dianggap sama seperti penipuan dalam tindak pidana umum. Akan tetapi karena penipuan
di pasar modal lebih memiliki potensi untuk menimbulkan kekacauan ekonomi secara
luas, dan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap perekonomian suatu negara, maka
UUPM memperlakukannya secara khusus, antara lain dengan ancaman hukuman yang
lebih tinggi terhadap jenis kejahatan ini.
Kasus yang pernah terjadi mengenai penipuan dalam ranah pasar modal yaitu Kasus
PT Sarijaya. Kasus ini dilatar belakangi oleh Penyelewengan dana 8.700 orang
nasabahnya sebesar 245 milyar rupiah yang dilakukan oleh Komisaris Utama PT Sarijaya
Permana Sekuritas yang bernama Herman Ramli. Penyalahgunaan dana tersebut dilakukan
dengan cara menggunakan 17 rekening fiktif untuk menampung dana nasabah yang pada
mulanya ditujukan untuk melakukan perdagangan di pasar saham. Akan tetapi dana yang
terkumpul di rekening tersebut dipindahkan ke rekening yang lainnya untuk tujuan yang
tidak ada kaitannya dengan jual beli saham. Pada dasarnya sebagai pemegang saham dan
komisaris, Herman Ramli seharusnya tidak mempunyai kewenangan untuk melakukan
pemindahan dana tersebut. Namun ternyata Herman Ramli memiliki akses untuk
melakukan tindakan itu.8
2) Manipulasi Pasar (Market Manipulation)
Dalam Pasal 91 UUPM yang dimaksudkan dengan manipulasi pasar adalah
tindakan yang dilakukan oleh setiap pihak secara langsung maupun tidak dengan
maksud untuk menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai perdagangan,
keadaan Pasar, atau harga efek di bursa efek.
Tindakan manipulasi harga dan manipulasi pasar merupakan suatu tindakan yang
dilarang karena, sebagaimana dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 91, masyarakat
pemodal sangat memerlukan informasi mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar,
atau harga efek di Bursa Efek yang tercermin dari kekuatan penawaran jual dan
penawaran beli efek sebagai dasar untuk mengambil keputusan investasi dalam efek.
Dengan kata lain, investor ingin apa yang terjadi di pasar memang cerminan dari
kekuatan penawaran dan permintaan, bukan merupakan sesuatu yang dibuat-buat
sehingga pasar dan harga yang tercermin seolah-olah merupakan keadaan yang
sebenarnya. Untuk itu, tindakan yang dapat menciptakan gambaran semu mengenai
kegiatan perdagangan, keadaan pasar atau harga efek dilarang dilakukan.9
Adapun dalam praktik perdagangan efek internasional dikenal beberapa kegiatan
yang dapat digolongkan sebagai manipulasi pasar, yaitu:
a. Marking the close
Merekayasa harga permintaan atau penawaran efek pada saat atau mendekati
saat penutupan perdagangan dengan tujuan membentuk harga efek atau harga
Pembukaan yang lebih tinggi pada harga perdagangan berikutnya.
b. Painting the tape
Kegiatan perdagangan antara rekening efek atau dengan rekening efek lain
yang masih berada dalam perusahaan satu pihak atau mempunyai keterkaitan
sedemikian rupa sehingga terjadi perdagangan semu. Pada dasarnya painting the
tape mempunyai kemiripan dengan marking the close namun dapat dilakukan setiap
saat.
8
The Indonesia Capital Market Institute, Op.cit, hlm 3
9
I Putu Gede Ary Suta, Menuju Pasar Modal Modern, (Jakarta: Yayasan Sad Satria Bhakti, 2000), hlm 176

4
c. Pembentukan harga berkaitan dengan merger, konsolidasi dan akuisisi

Melalui Pasal 55 UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas,
ditentukan bahwa pemegang saham yang tidak menyetujui rencana merger,
konsolidasi dan akuisisi berhak meminta pada perseroan untuk membeli saham
dengan harga yang wajar. Dalam hal ini, pemegang saham suatu perusahaan dapat
memanfaatkan kondisi berkaitan dengan merger, konsolidasi, dan akuisisi untuk
kepentingan pribadi melalui manipulasi pasar dengan menaikkan harga sesukanya
karena ia yakin bahwa berapapun harga yang ditawarkan, pasti akan disetujui oleh
perseroan.
d. Cornering the market
Merupakan pembelian efek dalam jumlah besar 
sehingga dapat menguasai
pasar. Praktik ini dapat dilakukan dengan cara short selling, yaitu menjual efek
dimana pihak penjual belum memiliki efeknya. Sering concerning dilakukan dengan
cara terlebih dahulu malakukan penjualan dengan tidak memiliki efek (short
selling), dengan cara meminjamkan efek dari concerning kepada pelaku short
selling, tatapi kemudian menarik kembali saham dalam pinjaman tersebutsehingga
pelaku short selling harus mencarinya di pasar. Hal ini dapat dilakukan karena BEJ
menetapkan jangka waktu penyelesaian transaksi T+3 (penjual wajib menyerahkan
efeknya pada hari ketiga setelah transaksi). Jika penjual gagal menyerahkan efek
pada T+3, maka yang bersangkutan harus membeli efek tersebut dipasar tunai yang
biasanya lebih mahal dari pada pasar regular.
e. Pools
Merupakan perhimpunan dana dalam jumlah besar oleh sekelompok investor
dimana dana tersebut dikelola oleh broker atau seseorang yang memahami kondisi
pasar. Manager dari pools membeli saham suatu perusahaan dan menjualnya kepada
anggota kelompok investor tersebut untuk mendorong frekuensi jual beli efek
sehingga dapat meningkatkan harga efek tersebut.
f. Wash Sales
Order beli dan order jual antara anggota asosiasi dilakukan pada saat yang
sama dimana tidak terjadi perubahan kepemilikan manfaat atas efek. Manipulasi
tersebut dilakukan dengan maksud bahwa mereka membuat gambaran dari aktivitas
pasar dimana tidak terjadi penjualan atau pembelian yang sesungguhnya. Transaksi
ini merupakan transaksi semu, yakni suatu transaksi saham yang tidak
mengakibatkan terjadinya peralihan saham secara riil.
3) Perdagangan Orang Dalam (Insider Trading)
Selain penipuan dan manipulasi pasar, kejahatan dalam ranah pasar modal ada
yang disebut juga dengan perdagangan orang dalam (insider trading). Pengaturan
mengenai hal tersebut dapat dilihat pada Pasal 95, 96 dan 97 UUPM yang mana
menjelaskan bahwa pihak yang mempunyai informasi orang dalam, baik dia merupakan
orang dalam atau bukan dilarang melakukan pembelian atau penjualan atas efek emiten
atau perusahaan publik dimaksud atau perusahaan lain yang melakukan transaksi
dengan emiten atau perusahaan publik yang bersangkutan.
Kasus perdagangan orang dalam (insider trading) dapat diidentikkan dengan
kasus pencurian. Bedanya, bila pada pencurian konvensional objeknya adalah benda
(materi) kepunyaan orang lain, pada insider trading objek pencurian adalah informasi
(yang umumnya) adalah milik si pencuri itu sendiri. Selain itu, bila pada pencurian
biasa yang menderita kerugian hanyalah pemilik barang, pada kasus insider trading
kerugian dapat menimpa banyak pihak. Mulai dari lawan transaksi, kredibilitas pasar,
kewibawaan regulator, hingga kepercayaan masyarakat dan dunia terhadap pasar pun

5
turut dipertaruhkan.10
Kemungkinan terjadinya perdagangan dengan menggunakan informasi orang
dalam antara lain dapat dideteksi dari ada atau tidaknya orang dalam yang melakukan
transaksi atas efek perusahaan di mana yang bersangkutan menjadi orang dalam. Selain
itu, dapat pula dideteksi dari adanya peningkatan harga dan volume perdagangan efek
sebelum diumumkannya informasi material kepada publik dan terjadinya peningkatan
atau penurunan harga dan volume perdagangan yang tidak wajar.11
Kasus yang pernah terjadi berkenaan dengan insider trading ini yaitu kasus yang
dialami oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk diawali oleh fakta-fakta sebagai berikut:
Bermula pada jatuhnya dalam penjualan saham dibursa efek. Hal ini terjadi pada
periode 12 September 2006 sampai dengan 11 Januari 2007. Dalam rentang waktu
tersebut terdapat indikasi terjadinya pelanggaran terhadap Peraturan Hukum Pasar
modal. Dugaan tersebut terlihat dari penurunan secara signifikan harga saham PT
Perusahaan Gas Negara Tbk di Bursa Efek Jakarta yaitu sebanyak 23,36%, dari Rp
9.650,00 (harga penutupan pada tanggal 11 Januari 2006) menjadi Rp 7.400,00 per
lembar saham pada tanggal 12 Januari 2007.
Penurunan harga saham yang signifikan tersebut sangat erat hubungannya dengan
siaran pers yang dilakukan manajemen PT Perusahaan Gas Negara Tbk sehari sebelum
(11 Januari 2007). Dalam siaran pers tersebut dinyatakan bahwa terjadi koreksi atas
rencana besarnya volume gas yang akan dialirkan, yaitu mulai dari (paling sedikit) 150
MMSCFD menjadi 30 MMSCFD. Dan terdapat pernyataan bahwa tertundanya gas in
yang semula akan dilakukan pada akhir Desember 2006 tertunda menjadi Maret 2007.
Penundaan proyek komersialisasi pemipaan gas PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN)
dari Sumatra Selatan sampai Jawa Barat dan yang membuat informasi ini berhubungan
erat dengan kasus anjloknya harga saham PGN. Adanya bukti-bukti yang menunjuk
pada praktek transaksi saham perusahaan yang dilakukan oleh pihak orang dalam
perusahaan, yang terjadi pada periode 12 September 2006 sampai dengan 11 Januari
2007 menjadi alasan kuat mengapa kasus ini dikategorikan sebagai kejahatan pasar
modal yaitu insider trading.12

PENGATURAN PELANGGARAN DALAM BIDANG PASAR MODAL


Penggolongan tindak pidana menurut hukum nasional, dibedakan antara kejahatan
(misdriff) dan pelanggaran (overtrading). Wiryono Prodjodikoro13, merumuskan kejahatan
(misdriff) adalah suatu perbuatan yang tercela dan berhubungan dengan hukum, dalam artian
tidak lain dari pada “perbuatan melanggar hukum” sedangkan pelanggaran (overtrading)
berarti suatu perbuatan yang melanggar sesuatu, dan berhubungan dengan hukum yang tidak
lain dari pada “perbuatan melawan hukum.” Jadi sebenarnya arti kata dari kedua istilah
tersebut adalah sama, dilihat dari arti kata tidak dapat dilihat perbedaan antara kedua
golongan tindakan pidana ini. Perbedaan antara keduanya didasarkan kepada perbedaan
kuantitatif yaitu “kejahatan” pada umumnya diancam dengan ancaman hukuman lebih berat
daripada “pelanggaran”.14 Pelanggaran di bidang pasar modal merupakan suatu bentuk

10
Jusuf Anwar, Penegakan Hukum dan Pengawasan Pasar Modal Indonesia (Seri Pasar Modal 2), (Jakarta:
PT. Alumni Bandung, 2008) hlm 34.
11
Hamud M. Balfas, Hukum Pasar Modal Indonesia, cet. 1, (Jakarta: Tatanusa, 2006), hlm. 453

12
The Indonesia Capital Market Institute, Op.cit, hlm 15-16
13
Wiryono Prodjodikoro, Asas-asas hukum Pidana di Indonesia, (Bandung: Eresco,1999), hal.31.
14
Ibid.,hal.32.

6
pelanggaran yang dikategorikan sebagai tindak pidana yang terjadi di lantai bursa. Dilihat
dari sisi pelakunya, pelanggaran di bidang pasar modal mempunyai pola-pola yang sering
terjadi, diantaranya15:
a. Pelanggaran yang dilakukan secara individual
b. Pelanggaran yang dilakukan secara berkelompok
c. Pelanggaran yang dilakukan langsung, berdasarkan perintah atau pengaruh pihak lain.
Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal telah menggariskan jenis-jenis
pelanggaran di bidang pasar modal. Dilihat dari sifatnya, pelanggaran di bidang pasar modal
dapat dibagi kedalam dua jenis, yaitu16:

1. Pelanggaran Administratif
Aturan mengenai pelanggaran administratif termuat dalam Bab X (Pasal 85 –
Pasal 89) Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Pelaku utama dan
lembaga penunjang pasar modal dalam ketentuan Pasal 85 Undang-Undang No. 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal, yaitu Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan,
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana, Perusahaan Efek, Penasihat
Investasi, Biro Administrasi Efek, Bank Kustodian, Wali amanat, dan Pihak lainnya
yang telah memperoleh izin, persetujuan atau pendaftaran dari Otoritas Jasa Keuangan
(OJK)17 wajib menyampaikan laporan kepada OJK. Bentuk pelanggaran yang termasuk
dalam pelanggaran administratif pada intinya berkaitan dengan kewajiban
menyampaikan laporan atau dokumen tertentu kepada OJK dan atau masyarakat.
Laporan ini menyangkut sema jenis laporan atau dokumen baik yang bersifat berkala
maupun insidentil lainnya, termasuk penyampaian informasi yang relevan mengenai
peristiwa atau kejadian yang dapat mempengaruhi harga saham di bursa efek dan atau
keputusan pemodal, calon pembeli, atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi
tersebut.

Contoh Kasus:
Pelanggaran Administratif yang dilakukan oleh PT Overseas Securities:18
a. PT Overseas Securities tidak melakukan pencatatan atas mutasi dana yang keluar
dari rekening Bank CIMB Niaga dengan nomor rekening 0850100674007 atas nama
PT Overseas Securities kepada Sdr. Djaja Mulia, PT Cita Makmur abadi dan Sdri.
Dewi Thamrin pada tanggal 10 Oktober 2014 sampai dengan 30 Desember 2014 ke
dalam buku besar (general ledger) Perseroan;
b. Melakukan pelanggaran karena perubahan pemegang saham PT Overseas Securities
belum disampaikan kepada OJK untuk mendapatkan persetujuan dan perubahan
pemegang saham PT Overseas Securities sebagaimana dinyatakan dalam Akta
Notaris Nomor 19, tanggal 19 Mei 2014 yang dibuat oleh Notaris Yurisa Martanti,
S.H., M.H. dilakukan tanpa persetujuan dari OJK;

15
M.Irsan Nasarudin,et.al,Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta:Kencana Prenada Media
Grup,2011),hal.272-273.
16
Ibid.,hal.273-274.
17
Pasal 55 Undang-Undang No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, sejak tanggal 31 Desember
2012, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal
beralih dari Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
18
Otoritas Jasa Keuangan, Pengumuman No. Peng-4/PM.1/2017 tentang Sanksi Administratif Terhadap PT
Overseas Securities Serta Pihak-Pihak Terkait, www.ojk.go.id/berita-dan-
kegiatan/pengumuman/Documents/Peng-4_Sanksi%20OS%20dan%20Pihak-pihak%20Terkait.pdf , diakses: 8
April 2017, pukul 16:45.

7
c. PT Overseas Securities mencatatkan nilai saldo rekening Bank pada formulir V.D.5-
6 baris 24 atas akun rekening Bank CIMB Niaga dengan nomor rekening
0850100674007 atas nama PT Overseas Securities tidak sesuai dengan saldo akhir
hari sebagaimana tercatat dalam rekening Koran Bank dimaksud yang menyebabkan
sekurang-kurangnya sejak tanggal 3 Desember 2014 sampai dengan 6 Maret 2015
atau selama 61 hari kerja berturut-turut, nilai Modal Kerja Bersih Disesuaikan
(MKBD) PT Overseas Securities tidak memenuhi ketentuan nilai minimum MKBD
yang dipersyaratkan.
Terhadap PT Overseas Securities, OJK mengenakan sanksi administratif berupa
pencabutan izin usaha sebagai Perantara Pedagang Efek dan Penjamin Emisi Efek
karena PT Overseas Securities terbukti melakukan pelanggaran. Dengan dicabutnya
izin usaha perusahaan efek tersebut, maka PT Overseas Securities dilarang melakukan
kegiatan sebagai Perantara Pedagang Efek dan Penjamin Emisi Efek.

2. Pelanggaran Teknis
Pelanggaran teknis merupakan pelanggaran yang berkaitan dengan masalah
perizinan, persetujuan dan pendaftaran ke OJK.
a. Wakil Penjamin Emisi Efek, wakil Perantara Efek, atau Wakil manajer Investasi
yang melakukan kegiatan tanpa memperoleh izin OJK.19
b. Perusahaan Efek yang bertindak sebagai Manajer Investasi atau Pihak terafiliasinya
menerima imbalan dalam bentuk apapun, baik langsung maupun tidak langsung,
yang dapat mempengaruhi Manajer Investasi yang bersangkutan untuk membeli atau
menjual Efek untuk Reksa Dana.20
c. Pihak yang tidak mematuhi atau menghambat pelaksanaan pemeriksaan terhadap
pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran.21
Berkaitan dengan pelanggaran dalam bidang pasar modal, dalam penanganannya
terdapat 3 jenis sanksi yang dapat diberlakukan, yakni sanksi administratif, sanksi
pidana, dan sanksi perdata.
1. Sanksi Administratif
Sanksi administratif adalah sanksi yang dikenakan oleh OJK kepada pihak-
pihak yang dianggap melanggar peraturan perundang-undangan di bidang pasar
modal. Sanksi Administratif hanya dikenakan terhadap pelanggaran, tidak untuk
tindak kejahatan. Pihak yang dapat dijatuhkan sanksi adalah pihak yang memperoleh
iin dari OJK, Pihak yang memperoleh persetujuan dari OJK, dan pihak yang
melakukan pendaftaran kepada OJK. Jenis sanksi administratif yang dapat
dijatuhkan oleh OJK kepada pihak-pihak tersebut diatas adalah22:
a. Peringatan tertulis;
b. Denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu;
c. Pembatasan kegiatan usaha;
d. Pembekuan kegiatan usaha
e. Pencabutan izin usaha;
f. Pembatalan persetujuan;
g. Pembatalan pendaftaran.

19
Indonesia, Undang-Undang Pasar Modal, UU No. 8 Tahun 1995, LN No. 1995/64, TLN No. 3608, Pasal
32 jo. Pasal 103 ayat (2).
20
Ibid.,Pasal 42 jo. Pasal 105.
21
Ibid.,Pasal 100 jo. Pasal 109.
22
Ibid.,Pasal 102 ayat (2).

8
Terkait sanksi denda, menurut ketentuan Pasal 102 ayat (3) Undang-Undang
No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, sanksi administratif diatur oleh Peraturan
Pemerintah No. 45 Tahun 1995. Besarnya jumlah sanksi denda bervariasi, yaitu:
a. Denda Rp500.000,00/hari dengan maksimal Rp500.000.000,00
b. Denda Rp100.000,00/hari dengan maksimal Rp100.000.000,00
c. Denda Maksimal Rp500.000.000 untuk pihak yang bukan orang perseorangan
d. Denda Maksimal Rp100.000.000,00 untuk orang perseorangan.
2. Sanksi Pidana
Sanksi Pidana untuk tindakan pelanggaran, dalam Undang-Undang No. 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal diatur dalam Ketentuan:
a. Pasal 103 ayat (2), Sanksi Pidana kurungan 1 tahun dan denda Rp1.000.000.000;
b. Pasal 105, Sanksi Pidana kurungan 1 tahun dan denda Rp1.000.000.000;
c. Pasal 109, Sanksi Pidana kurungan paling lama 1 tahun dan denda maksimal
Rp1.000.000.000;

3. Sanksi Perdata
Sanksi Perdata dalam bidang pasar modal lebih banyak mengacu pada
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dimana emiten dan
perusahaan publik harus tunduk kepada Undang-Undang tersebut. Undang-Undang
Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Pasar Modal membuat peraturan yang
memungkinkan pemegang saham untuk melakukan gugatan perdata kepada setiap
pengelola atau komisaris perusahan yang tindakan atau keputusannya menyebabkan
kerugian perusahaan. Pengaturan mengenai gugatan perdata tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Gugatan Perbuatan Melawan Hukum
Pasal 111 Undang-Undang Pasar Modal menyatakan bahwa setiap pihak
baik secara sendiri-sendiri maupun bersama dengan pihak lain mengajukan
tuntutan ganti rugi kepada pihak yang bertanggungjawab atas pelanggaran
peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Pasal ini senada dengan
yang diatur dalam Pasal 1365 KUHperdata mengenai perbuatan melawan hukum.
b. Gugatan Wanprestasi atas Perjanjian
Gugatan karena adanya wanprestasi mensyaratkan adanya pelanggaran
terhadap perjanjian yang telah dibuat oleh para pihak (baik secara lisan maupun
tulisan).
c. Gugatan berdasarkan Pasal 85 ayat (2) Undang-Undang Perseroan Terbatas untuk
direksi dan Pasal 98 Undang-Undang Perseroan Terbatas untuk komisaris
perseroan terbuka
Dalam hal pelanggaran di bidang pasar modal dilakukan oleh direksi
maupun komisaris perseroan dalam melaksanakan tugas jabatannya, Undang-
Undang Perseroan Terbatas menganut sistem pertanggungjawaban pada
perseroan karena ia merupakan badan hukum, tetapi jika pelanggaran tersebut
dilakukan oleh pengurus perseroan, maka pertanggungjawabannya tidak
dibebankan kepada perseroan, melainkan kepada direksi dan komisaris perseroan.

PENYELESAIN MASALAH JIKA TERJADI KEJAHATAN DAN PELANGGARAN


DI BIDANG PASAR MODAL
Pemerintah Indonesia melalui otoritas publik di pasar modal yaitu Badan Pengawas
Pasar Modal-Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) yang saat ini telah beralih ke Otoritas Jasa

9
Keuangan (OJK), berupaya mengatasi dan mencegah tindak kejahatan di pasar modal
Indonesia, dengan cara:23
a. Tindakan Preventif yaitu dengan menertibkan dan membina pelaku pasar modal dalam
bentuk aturan, pedoman, bimbingan, dan pengarahan.
b. Tindakan Represif yaitu dengan menuntaskan kejahatan di bidang pasar modal dalam
bentuk pemeriksaan, penyidikan, dan penerapan sanksi-sanksi.
Tindakan Preventif dilakukan dalam upaya pencegahan, sedangkan Tindakan Represif
diambil apabila pelanggaran atau kejahatan dalam pasar modal itu telah terjadi. Hal ini
dilakukan dalam rangka penegakan hukum. Diharapkan penegakan hukum di pasar modal
dapat lebih menunjukkan wibawanya sehingga tercipta rasa percaya yang tinggi di hati
pemodal.24
Sesuai dengan ketentuan peralihan dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tentang
Otoritas Jasa Keuangan (UU OJK) Pasal 55, maka Bapepam-LK sekarang telah digantikan
oleh OJK. Lebih lanjut lagi pada Pasal 70 UU OJK, maka dasar bertindak OJK sebagai
pemegang otoritas tertinggi di bidang pasar modal tetap merujuk pada UU Pasar Modal
sepanjang tidak bertentangan atau telah diganti dengan UU OJK.
Seperti yang telah disebutkan diatas, dalam rangka menyelesaiakan pelanggaran atau
kejahatan di bidang pasar modal, maka ada 3 bentuk tindakan yang dilakukan:
1. Pemeriksaan
Tindakan pemeriksaan yang dimaksud disini adalah pemeriksaan terhadap setiap
pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap perundang-
undangan di bidang pasar modal.25 Kemudian, sesuai dengan Pasal 100 ayat (2) UU Pasar
Modal, wewenang tersebut meliputi:
a. Meminta keterangan dan atau konfirmasi dari Pihak yang diduga melakukan atau
terlibat dalam pelanggaran terhadap Undang-undang ini dan atau peraturan
pelaksanaannya atau Pihak lain apabila dianggap perlu;
b. Mewajibkan Pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap
Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya untuk melakukan atau tidak
melakukan kegiatan tertentu;
c. Memeriksa dan atau membuat salinan terhadap catatan, pembukuan, dan atau dokumen
lain, baik milik Pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap
Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya maupun milik Pihak lain apabila
dianggap perlu; dan atau
d. Menetapkan syarat dan atau mengizinkan Pihak yang diduga melakukan atau terlibat
dalam pelanggaran terhadap Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya
untuk melakukan tindakan tertentu yang diperlukan dalam rangka penyelesaian
kerugian yang timbul.
Pemeriksaan lebih lanjut diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal. Data,
informasi, bahan, dan atau keterangan lain yang dikumpulkan dalam rangka pemeriksaan
tersebut sudah dapat digunakan oleh Bapepam-LK, sekarang OJK, untuk menetapkan
sanksi administratif apabila pelanggaran hanya bersifat administratif saja. Namun, apabila

23
M. Irsan Nasarudin, et. al., Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2004), hlm. 257.
24
Megawati Muljana dan Andy P. Tambunan., Panduan Ujian dan Latihan Soal Profesi Pasar Modal,
(Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2003), hlm. Xiii.
25
Indonesia, Undang-Undang Pasar Modal, UU No. 8 Tahun 1995, LN. Tahun 2001, TLN No. 4168, Ps.
100.

10
pelanggaran tersebut telah mengarah kepada tindak pidana, perlu ditindaklanjuti dengan
melakukan penyidikan.26
2. Penyidikan
Menurut Pasal 101 UU Pasar Modal, penyidikan dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri
Sipil (PPNS), dengan kewenangan-kewenangan sebagai berikut:
a. menerima laporan, pemberitahuan, atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak
pidana di bidang Pasar Modal;
b. melakukan penelitian atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan tindak
pidana di bidang Pasar Modal;
c. melakukan penelitian terhadap Pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam tindak
pidana di bidang Pasar Modal;
d. memanggil, memeriksa, dan meminta keterangan dan barang bukti dari setiap Pihak yang
disangka melakukan, atau sebagai saksi dalam tindak pidana di bidang Pasar Modal;
e. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan
tindak pidana di bidang Pasar Modal;
f. melakukan pemeriksaan di setiap tempat tertentu yang diduga terdapat setiap barang bukti
pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang
yang dapat dijadikan bahan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang Pasar Modal;
g. memblokir rekening pada bank atau lembaga keuangan lain dari Pihak yang diduga
melakukan atau terlibat dalam tindak pidana di bidang Pasar Modal;
h. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang
Pasar Modal; dan
i. menyatakan saat dimulai dan dihentikannya penyidikan.

3. Sanksi
Pemberian sanksi berdasarkan UU Pasar Modal terbagi 2:
(1) Sanksi Administratif
Jenis sanksi admisnitratif yang dapat dijatuhkan berdasarkan Pasal 102 UU Pasar
Modal adalah:
a. peringatan tertulis;
b. denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu;
c. pembatasan kegiatan usaha;
d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pencabutan izin usaha;
f. pembatalan persetujuan; dan
g. pembatalan pendaftaran.
(2) Sanksi Pidana
Pengaturan sanksi pidana dalam UU Pasar Modal diatur pada Pasal 103 sampai
dengan Pasal 110. Hukuman yang dikenakan dapat berupa kurungan 1 (satu) tahun
hingga pidana penjara 10 (sepuluh) Tahun, tergantung kepada pelanggaran yang
dilakukan.
Selain kedua sanksi diatas, dimungkinkan juga adanya sanksi perdata yang
berasal dari gugatan perdata, sebagaimana dijelaskan dalam bagian penjelasan UU
Pasar Modal Pasal 100 ayat (2) paragraf ke-2.

26
Jusuf Anwar, Penegakan Hukum dan Pengawasan Pasar Modal Indonesia: Seri Pasar Modal 2, (Jakarta:
PT. ALUMNI Bandung, 2008) hlm. 162.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hamud M. Balfas, Hukum Pasar Modal Indonesia, cet. 1, (Jakarta: Tatanusa, 2006)

I Putu Gede Ary Suta, Menuju Pasar Modal Modern, (Jakarta: Yayasan Sad Satria Bhakti,
2000)

Jusuf Anwar, Penegakan Hukum dan Pengawasan Pasar Modal Indonesia (Seri Pasar
Modal 2), (Jakarta: PT. Alumni Bandung, 2008).

M.Irsan Nasarudin,et.al,Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta:Kencana Prenada


Media Grup,2011)

Megawati Muljana dan Andy P. Tambunan., Panduan Ujian dan Latihan Soal Profesi
Pasar Modal, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2003)
The Indonesia Capital Market Institute, Modul Hukum dan Etika WPPE, Jakarta : Edisi
2016
Wiryono Prodjodikoro, Asas-asas hukum Pidana di Indonesia, (Bandung: Eresco,1999)
JURNAL
Frank Fabozzi, et.al., Foundations of Financial Markets and Institutions, Third Edition,

INTERNET
http://www.idx.co.id/id-id/beranda/informasi/bagiinvestor/pengantarpasarmodal.aspx

http://www.ksei.co.id/publication/press-releases

https://economy.okezone.com/read/2017/06/04/278/1707278/penting-pasar-modal-
indikator-kemajuan-perekonomian-negara#lastread

www.oecd.org/corporate/OECD-Equity-Markets-Review-Asia-2017.pdf OECD (2017),


OECD Equity Markets Review: ASIA 2017,

www.ojk.go.id/berita-dan-kegiatan/pengumuman/Documents/Peng-
4_Sanksi%20OS%20dan%20Pihak-pihak%20Terkait.pdf Otoritas Jasa Keuangan,
Pengumuman No. Peng-4/PM.1/2017 tentang Sanksi Administratif Terhadap PT Overseas
Securities Serta Pihak-Pihak Terkait.

UNDANG-UNDANG
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (LEMBARAN NEGARA
REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1995 NOMOR 64. TAMBAHAN LEMBARAN
NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3608)

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan (LEMBARAN


NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 NOMOR 111. TAMBAHAN
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5253)

12

Anda mungkin juga menyukai