Anda di halaman 1dari 15

JURNAL ILMIAH

KEDUDUKAN OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM RANGKA


MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA INVESTOR ATAS
TERJADINYA MISLEADING PROSPECTUS DI PASAR MODAL

Program Studi Ilmu Hukum

Oleh:
TRI NURHIDAYATI APRIANA
D1A014329

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2018
HALAMAN PENGESAHAN JURNAL ILMIAH

KEDUDUKAN OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM RANGKA


MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA INVESTOR ATAS
TERJADINYA MISLEADING PROSPECTUS DI PASAR MODAL

Oleh:
TRI NURHIDAYATI APRIANA
D1A014329

Menyetujui:

Pembimbing Pertama,

Prof. Dr.H. Zainal Asikin, SH., SU.


NIP.19550815 198104 1 001
ABSTRAK

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai lembaga yang independen dan bebas
dari campur tangan pihak lain yang mempunyai fungsi menyelenggarakan sistem
pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di
dalam sektor jasa keuangan di Indonesia, mempunyai peranan yang paling penting
dalam melindungi investor atas terjadinya misleading prospectus di pasar modal.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif sehingga ditemukan peran OJK
dalam rangka memberikan perlindungan hukum atas terjadinya misleading
prospectus di pasar modal yaitu OJK kedudukan sebagai lembaga pengatur,
pembina, dan pengawas; pelaksana kewenangan sesuai fungai OJK yaitu Fungsi
Rule Making, Fungsi Adjudicatory, Fungsi Investigatory.
Kata Kunci: Otoritas Jasa Keuangan, Perlindungan Hukum, Prospektus.

ABSTRACT

The Financial Services Authority (OJK) as an independent institution free


from the interference of other parties with the function of establishing an
integrated regulatory and supervisory system on the overall activities within the
financial services sector in Indonesia, has the most important role in protecting
investors against misleading prospectus in the capital market. This research is a
type of normative research so that found the role of OJK in order to provide legal
protection for the misleading prospectus in the capital market that is OJK position
as regulator, supervisor and supervisor institution; implementing authority
according to OJK freak of Rule Making Function, Adjudicatory Function,
Investigatory Function.

Keywords: Financial Services Authority, Legal Protection, Prospectus.


A. PENDAHULUAN

Tujuan Negara Republik Indonesia termuat dalam Pembukaan Undang-

Undang Dasar (UUD) 1945 alenia ke-4 yang merupakan dasar konstitusi

Negara Republik Indonesia yaitu salah satunya “Memajukan Kesejahteraan

Umum”. Upaya untuk mewujudkan tujuan negara yaitu memajukan

kesejahteraan umum tersebut dilaksanakan melalui pembangunan nasional.

Pembangunan nasional adalah serangkaian upaya pembangunan yang

berkesinambungan dan meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan

maksud menuju situasi yang lebih baik.

Pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional memerlukan pembiayaan

yang sangat besar, menuntut partisipasi aktif dari pelaku usaha dan

masyarakat. Dukungan terhadap pembangunan ekonomi nasional tersebut

membutuhkan pengaturan mekanisme yang memungkinkan masyarakat dapat

berpartisipasi dalam pembangunan dengan cara ikut menyertakan modal.

Bersarkan hal tersebut, pemerintah mengambil kebijakan dengan membuka

pasar modal melalui Bursa Efek Indonesia.

Pasar modal dalam ekonomi suatu negara adalah suatu kebutuhan guna

mewujudkan pembangunan ekonomi nasional. Pasar modal dapat pula

menjadi alat ukur bagi perkembangan perekonomian di tanah air dan

cerminan tingkat kepercayaan investor terhadap perangkat hukum dan kinerja

pemerintah dalam dunia perekonomian.

Mengingat pentingnya peranan pasar modal terhadap perekonomian

Indonesia dan adanya permasalahan hukum yang dapat terjadi di pasar modal
maka, diperlukan perangkat hukum yang tegas dan jelas untuk mengaturnya.

Saat ini Indonesia memiliki Undang-Undang khusus yang mengatur tentang

pasar modal, yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar

Modal (selanjutnya disebut UUPM).

Salah satu keunggulan penting yang dimiliki Pasar Modal dibandingkan

dengan bank adalah bahwa untuk mendapatkan dana di Pasar Modal sebuah

perusahaan tidak perlu menyediakan agunan, sebagaimana dituntut oleh bank.

Salah satu lembaga yang berperan mengawasi kegiatan Pasar Modal

adalah Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut OJK) sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa

Keuangan. OJK mewajibkan emiten yang akan melakukan penawaran umum

untuk membuat prospektus yang berisi informasi mengenai keadaan emiten

secara jelas. Hal ini erat kaitannya dengan Prinsip Keterbukaan yang

diamanatkan oleh UUPM.

Saat ini tak jarang Emiten tidak memberikan infomasi mengenai

keadaan perusahaan yang sebenarnya (misleading prospectus) kepada

investor. Pemberian informasi yang menyesatkan (misleading information)

dilakukan dengan membuat pernyataan yang tidak benar tentang fakta

material atau tidak menggunakan fakta material agar pernyataan yang dibuat

menyesatkan tentang keadaan yang terjadi, dengan tujuan menguntungkan

atau menghindarkan untuk diri sendiri atau pihak lain ataupun untuk

mempengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual efek. Hal itu tentu saja

akan mengakibatkan kerugian bagi investor.


Akibat yang ditimbulkan dari adanya misleading prospectus dalam

prospektus adalah penyesatan informasi kepda pihak ketiga dalam mengambil

keputusan transaksi tidak didasari oleh data yang akurat yang mana pada

akhirnya menimbulkan kerugian dalam jumlah besar bagi pihak ketiga dan

hilangnya kepercayaan pihak ketiga di Pasar Modal. Selain itu peran OJK

yang di batasi oleh aturan membuat semakin lemahnya perlindungan hukum

bagi investor.

Hilangnya kepercayaan pihak investor di Pasar Modal mengakibatkan

menurunnya tingkat transaksi di bursa efek yang sangat mempengaruhi harga

indeks saham gabungan, investor melepaskan sahamnya di pasar, dan pada

akhirnya akan meruntuhkan kredibilitas pasar modal.


B. PEMBAHASAN

1. Kedudukan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Memberikan

Perlindungan Hukum Kepada Investor Atas Terjadinya Misleading

Prospectus Di Pasar Modal

Ada tiga hal yang melatarbelakangi pembentukan otoritas jasa

keuangan di Indonesia, permasalahan litas sektoral industri jasa keuangan,

dan amanat Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank

Indonesia (Pasal 34).

Sebelum Otoritas Jasa Keuangan, lembaga yang berwenang untuk

mengawasi pasar Modal adalah Badan Pengawas Pasar Modal

(Bapepepam). Namun kemudian peran Bapepam dialihkan kepada

Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana yang ditentukan dalam Bab XIII

Pasal 55 (1) Undang-Undang OJK bahwa sejak tanggal 31 Desember

2012, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan

jasa keuangan di sektor Pasar Modal yang dilaksanakan oleh Badan

Pengawas Pasar Modal (Bapepam) beralih kepada Otoritas Jasa

Keuangan.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ini dibentuk dengan tujuan agar

keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan:

a. Terselenggara secara teratur, adil, transparan dan akuntable.


b. Mampu mewujudkan sitem keuangan yang tumbuh secara
berkelanjutan dan stabil;
c. Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat
termasuk memberikan perlindungan terhadap pelanggar dan
kejahatan di sektor jasa keuangan seperti manipulasi dan
berbagai bentuk penggelapan dalam kegiatan jasa keuangan.
OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan

pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam

sektor jasa keuangan.

Bapepam yang kini telah digantikan perannya oleh Otoritas jasa

Keuangan (OJK) berperan untuk melakukan penyidikan, oleh karenanya

OJK dapat dikatakan sebagai polisi khusus di bidang pasar modal.

Kewenangan dalam hal penyidikan ini dapat dilakukan oleh OJK apabila

menurut pendapatnya telah terjadi pelanggaran terhadap perundang-

undangan di bidang pasar modal, yang mengakibatkan keuntungan bagi

pihak pelaku usaha dan mendatangkan kerugian bagi kepentingan

masyarakat selaku investor di pasar modal.

2. Upaya Hukum Yang dapat Ditempuh Oleh Investor Yang Dirugikan

Akibat Prospektus Yang Menyesatkan (Misleading Prospectus)

Apabila investor mengalami kerugian akibat dari adanya informasi

yang menyesatkan dalam prospektus, Undang-undang Pasar Modal

memberikan kesempatan bagi investor untuk menuntut ganti kerugian ke

pengadilan kepada emiten, penjamin emisi,akuntan publik, konsultan

hukum, dan pihak-pihak lain yang turut menandatangani dokumen

pernyataan pendaftaran yang syarat manipulasi.

Akan tetapi investor hany adapat mengajukan tuntutan ganti

kerugian apabila saat menginvestasikan dananya, investor tidak

mengetahui bahwa informasi yang terdapat pada prospektus tersebut

menyesatkan, tetapi apabila sebelumnya investor sudah mengetahui


ketidakakuratan informasi tersebut, maka ia tidak dapat menuntut ganti

kerugian, sebagaimana terdapat dalam Pasal 81 Ayat (2) UUPM.

Selanjutnya bentuk-bentuk upaya hukum yang dapat dilakukan

investor ebagai pihak yang dirugikan akibat dari informasi yang tidak

benar, menyesatkan (misleading prospectus) yaitu:

a. Pidana

Upaya pemidanaan dilakukan dengan mengajukan laporan


polisi terhadap oknum atau orang (bukan perusahaan) yang
melakukan dugaan tindak pidana. Namun demikian, upaya
hukum ini dimaksudkan untuk memberikan efek jera atau
hukuman kepada si pelaku secara pribadi. Sanksi pidana dalam
konteks ini berupa hukuman penjara yang akan dijatuhkan oleh
Pengadilan. Dasar hukum mengenai ketentuan pidana atas
pelanggaran dalam pasar modal diatur dalam Pasal 103 sampai
dengan Pasal 110 UUPM.

b. Perdata

Upaya hukum perdata adalah pengajuan gugatan melalui


pengadilan atau lembaga arbitrase yang dimaksudkan untuk
meminta ganti kerugian atau pengembalian uang dari pihak
yang menimbulkan kerugian. Gugatan dapat diajukan pada
pengadilan yang berada sesuai domisili Tergugat.

c. Administratif

Upaya hukum administratif adalah melalui pengajuan laporan


kepada Otoritas Jasa Keuangan atas krugian yang di alami.

Saat investor mengalami kerugikan akibat dari tindakan misleading

prospectus yang dilakukan perusahaan emiten guna untuk tujuan

mendapat banyak keuntungan, maka investor dapat mengajukan laporan

atas tindakan yang dilakukan perusahaan emiten tersebut kepada Otoritas

Jasa Keuangan (OJK) selaku lembaga pengawas pasar modal. Untuk

diberikan sanksi secara administratif, perusahaan emiten haruslah terbukti


melakukan tindakan misleading prospectus yang kemudian merugikan

investor. Tentunya sanksi administratif ini hanya dapat diberikan oleh

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selaku lembaga pengawas pasar modal.

Lain halnya dengan investor yang ingin mendapat ganti kerugian dengan

menempuh jalur perdata maupun jalur lainnya seperti jalur pidana guna

memberikan efek jera juga pelajaran bagi perusahaan investor lainnya

agar tidak lagi melakukan tindakan misleading prospectus ini, maka

investor akan mengajukan gugatan ataupun laporan ke Kepolisian.

Tentunya peran dari Otoritas Jasa Keuangan dalam jalur perdata maupun

pidana hanyalah sebagai saksi dalam kasus tersebut. Bukti-bukti yang

sudah di kumpulkan oleh OJK akan digunakan untuk menguatkan tuntutan

investor atas perusahaan emiten.


C. PENUTUP

1. Kedudukan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Rangka Memberikan

Perlindungan Hukum Kepada Investor Atas Terjadinya Misleading

Prospectus Di Pasar Modal yaitu diatur secara normatif dalam Pasal 3

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal yaitu

kewenangan Bapepam (yang saat ini telah di gantikan perannya oleh

Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan Pasal 55 Undang-undang Nomor 21

Tahun 2011 Tentang Otoritas jasa Keuangan) sebagai lembaga pengatur,

pembina, dan pengawas; pelaksana kewenangan sesuai fungai OJK yaitu

Fungsi Rule Making, Fungsi Adjudicatory, Fungsi Investigatory,

pelaksanaan kewenangan untuk melakukan pemeriksaan (Pasal 100

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal) dan

penyidikan (Pasal 101 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang

Pasar Modal). Selain itu kedudukan dari Otoritas Jasa Keuangan ini dapat

dilihat dalam penjelasan Pasal 34 Undang-Undang N0. 3 Tahun 2004,

yaitu Otoritas Jasa Keuangan bersifat independen dalam menjalankan

tugasnya dan kedudukannya berada di luar pemerintah dan berkewajiban

menyampaikan laporan kepada BPK dan DPR.

2. Upaya Hukum Yang Dapat Ditempuh oleh Investor Apabila Mendapatkan

Informasi Yang Tidak Benar (Misleding Prospectus) yaitu dapat melalui

upaya hukum jalur, Pertama, Pidana dengan cara pelaporan kepada pihak

yang berwajib sebagai penegak hukum dengan ancaman sanksi penjara,

Kedua, Perdata, dengan cara mengajukan gugatan ke pengadilan dengan


ancaman sanksi ganti kerugian, Ketiga, Administratif, dengan cara

pelaporan kepada OJK sebagai lembaga pengawas pasar modal atas

kerugian yang dialami dan dapat dikenakan sanksi berupa peringatan

tertulis, denda, yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu,

pembatasan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha, pencabutan izin

usaha.
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

A. Abdurrahman, Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan.


Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 1991.

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta:


PT Grafindo Persada, 2004.

----------, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Edisi Revisi). Jakarta: Raja


Grafindo, 2016, hlm. 164-166.

Balfas, Hamud M, Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Tatanusa, 2006.

Budiarto, Agus, Pengantar Hukum Pasar Modal. Yogyakarta: Universitas


Mataram PRESS, 2004.

----------, Hukum Pasar Modal & Otoritas Jasa Keuangan Di Bidang Pasar
Modal, Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum UNRAM, Mataram,
2017.

Dana, Yayasan Mitra, Penuntun Pelaku Pasar Modal Indonesia. Jakarta:


1991.

Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhrudin, Pasar Modal Indonesia:


Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: Salemba 4, 2009.

Fakhruddin, M. dan M. Sopian Hadianto, Perangkat Dan Model Analisis


Investasi Di Pasar Modal, Jakarta: PT. Gramedia, 2001.

Fuady, Munir, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum). Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 1996.

Gisymar, Najib A., Insider Trading dalam Transaksi Efek. Bandung: Citra
Aditya Bakti, 1999.

Husnan, Suad, Manajemen Keuangan Teori Dan Penerapan (Keputusan


Jangka Pendek), Edisi: 4. Yogyakarta: BPFE UGM, 1997.

Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka, 1989.

Martelana dan Maya malinda, Pengantar Pasar Modal, ANDI Yogyakarta,


Yogyakarta, 2011.
Nasarudin, M. Irsan dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia.
Jakarta: Kencana, 2004.

Nasution, Bismar, Keterbukaan Dalam Pasar Modal. Jakarta, 2001.

Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Bali Pustaka,


1989.

Pramono, Nindyo, Hukum PT Go Public dan Pasar Modal. Yogyakarta:


ANDI Yogyakarta, 2013.

Pranasari, Kiki dan Andrianus Meliala, Praktek Pemberian Keterangan Yang


Tidak Benar. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Salim, Rasyid, Hermansyah, Ahmad Jalis, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan.


Jakarta: Kencana, 2005.

Soehino, Ilmu Negara. Yogyakarta: Liberty, 2008.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Normatif : Suatu Tinjauan


Singkat, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.

Suta, I Putu Gede Ary, Menuju Pasar Modal Modern, Yayasan SAD
SATRIA BHAKTI, Jakarta, 2000.

Sutedi, Adrian, Segi-Segi Hukum Pasar Modal. Jakarta: Ghalia Indonesia,


2009.
----------, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan. Jakarta: Raih Asa Sukses,
2014.

Tavinayati dan Yulia Qumariyanti, Hukum Pasar Modal. Jakarta: Sinar


Grafika, 2009.

Untung, Budi, Hukum Bisnis Pasar Modal. Yogyakarta: Andi offset, 2011.

Widjaja, Gunawan dan Jojo, Seri Pengetahuan Pasar Modal: Penerbitan


Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali Amanat Dalam
Pasar Modal, Edisi Pertama, Cetakan Pertama. Jakarta: Kencana,
2006.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 1976 tentang Pasar


Modal
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 1990 tentang Pasar
Modal

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995, Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar


Modal

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan

C. Internet

http://yayangsetiani9595.blogspot.co.id/2016/05/pihak-pihak-dalam-pasar-
modal.html di akses pada Sabtu, 21 April 2018

https://www.zonareferensi.com/manfaat-pasar-modal/. Diakses tanggal 28


Maret 2018.

D. Karya Tulis Ilmiah

Munirah Ramdania, Peran Dan Fungsi Prospektus Sebagai Bentuk


Perlindungan Hukum Bagi Investor Menurut Undang-Undang No. 8
Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. Mataram: Fakultas Hukum
Universitas Mataram, 2014.

Baiq Ervina, Perlindungan Hukum Bagi Investor Berdasarkan Undang-


Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. Mataram:
Fakultas Hukum Universitas Mataram, 2013.

Anda mungkin juga menyukai