Anda di halaman 1dari 70

i

RINGKASAN
TANGGUNG JAWAB OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) PROVINSI
NTB DALAM MENGATASI PERMASALAHAN INVESTASI DIGITAL
ILEGAL YANG MERUGIKAN KONSUMEN DI LOMBOK
(Studi di PT FEC Shopping Indonesia)
Oleh: Maelavae Una Yukuri
Pembimbing: Kurniawan Dan Diman Ade Mulada

Terdapat sebuah kebutuhan yang mendesak untuk memastikan bahwa OJK


tidak hanya bertanggung jawab atas tugas dan wewenang yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan,
khususnya Pasal 9 ayat (3). Meskipun dalam pasal tersebut telah diuraikan
sejumlah tugas dan wewenang OJK, disayangkan bahwa dalam pasal tersebut juga
tidak secara eksplisit dijelaskan mengenai tanggung jawab OJK terhadap
konsumen, khususnya kelompok investor. Oleh karena itu, perlunya penegasan
atau perluasan dalam undang-undang tersebut untuk memastikan bahwa OJK
tidak hanya memfokuskan perhatian pada lembaga jasa keuangan, tetapi juga
memiliki peran yang kuat dalam melindungi hak dan kepentingan investor sebagai
pihak yang memiliki risiko yang harus ditanggung dalam rangka mencapai tujuan
investasi investor. Salah satu kasus yang hendak dikaji yakni dari PT FEC
Shopping Indonesia yang telah merugikan masyarakat, namun perlindungan
hukum yang diberikan belum optimal. Meskipun telah ada regulasi yang mengatur
perlindungan bagi konsumen atau investor, di mana korban seharusnya dapat
mendapatkan ganti rugi atas kerugian kekayaan atau penghasilan sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014, sayangnya masih banyak korban yang
belum memperoleh perlindungan yang memadai atau ganti rugi yang layak. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini, penulis melakukan analisis lebih lanjut terkait
perlindungan hukum bagi konsumen yang mengalami kerugian akibat melakukan
investasi digital ilegal, terutama yang terkait dengan PT FEC Shopping Indonesia.
Berdasarkan ini, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut: 1)
Bagaimana pengaturan perlindungan hukum bagi konsumen atas kerugian dalam
melakukan investasi digital ilegal menurut peraturan perundang-undangan
Indonesia? Dan 2) Bagaimana tanggung jawab Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
NTB dalam mengatasi kasus investasi digital ilegal PT FEC Shopping Indonesia
yang merugikan konsumen di Lombok?
Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif empiris dengan
metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan konseptual, pendekatan
perundangan-undangan dan pendekatan sosilogis. Sedangkan Bahan Hukum yang
digunakan Bahan hukum primer Bahan hukum sekunder dan Bahan hukum
tersier. Teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini
berasal dari sumber data kepustakaan dan data lapangan.
Adapun hasil penelitian ini bahwasanya pengaturan perlindungan hukum
bagi konsumen atas kerugian dalam melakukan investasi digital ilegal menurut
ii

peraturan perundang-undangan Indonesia diatur pada Undang-Undang Nomor 21


Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang Konsumen, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor I1 Tahun 2008 tentang
Informasi Dan Transaksi Elektronik, Keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor:
01/KDK.04/2013 tentang Satuan Tugas Waspada Investasi dan Pasal 378 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana. Pada keseluruhan aturan tersebut memberikan
penegasan bahwa penyelenggara investasi digital ilegal dapat diancam dengan
perkara pidana dan/atau perkara perdata melalui gugatan ganti apabila telah
melakukan aktivitas transaksi yang tidak berizin OJK dan menyebabkan
kerugikan bagi investor. Tanggung jawab Otoritas Jasa Keuangan (OJK) NTB
dalam mengatasi kasus investasi digital ilegal PT FEC Shopping Indonesia yang
merugikan konsumen di Lombok dilakukan dengan aktif menyebarkan informasi
bahwa PT FEC Shopping Indonesia merupakan investasi digital ilegal melalui
akun media sosial resminya. Selain itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) NTB juga
memfasilitasi sarana penyelesaian sengketa melalui Lembaga Alternatif
Penyelesaian Sengketa Sektor Jasa Keuangan (LAPS SJK) dengan metode
mediasi dan arbitrase
Adapun saran yang diberikan penulis yakni sebelum melakukan investasi,
disarankan bagi masyarakat Lombok untuk melakukan penelitian dan verifikasi
terhadap perusahaan atau entitas yang menawarkan investasi. Tujuannya adalah
untuk memastikan bahwa tempat investasi tersebut memiliki izin resmi dan diatur
oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Tindakan pencegahan ini dapat membantu
menghindari investasi ilegal yang berpotensi merugikan konsumen. Kantor OJK
NTB diharapkan untuk secara terus-menerus melakukan pemantauan dan evaluasi
terhadap langkah-langkah yang telah diimplementasikan guna menanggulangi
kasus investasi digital ilegal. Hal ini memungkinkan Kantor OJK Provinsi NTB
untuk terus meningkatkan efektivitas tindakan yang diambil, sejalan dengan
dinamika permasalahan yang terus berkembang.
iii

TANGGUNG JAWAB OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) PROVINSI


NTB DALAM MENGATASI PERMASALAHAN INVESTASI DIGITAL
ILEGAL YANG MERUGIKAN KONSUMEN DI LOMBOK
(Studi di PT FEC Shopping Indonesia)
MAELAVAE UNA YUKURI
D1A020316
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis tanggung jawab Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) Provinsi NTB dalam mengatasi permasalahan investasi digital
illegal yang merugikan konsumen di Lombok. Jenis penelitian ini yakni penelitian
hukum normative empiris. Adapun hasil penelitian bahwa pengaturan
perlindungan hukum bagi konsumen atas kerugian dalam melakukan investasi
digital ilegal menurut peraturan perundang-undangan Indonesia diatur pada
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Konsumen, Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor I1 Tahun 2008 tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik, Keputusan
Dewan Komisioner OJK Nomor: 01/KDK.04/2013 tentang Satuan Tugas
Waspada Investasi dan Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Tanggung jawab Otoritas Jasa Keuangan (OJK) NTB dalam mengatasi kasus
investasi digital ilegal PT FEC Shopping Indonesia yang merugikan konsumen di
Lombok dilakukan dengan aktif menyebarkan informasi bahwa PT FEC Shopping
Indonesia merupakan investasi digital ilegal melalui akun media sosial resminya
dan menyedikan sarana penyelsaian sengketa melalui Lembaga Alternatif
Penyelesaian Sengketa Sektor Jasa Keuangan (LAPS SJK).

Kata kunci : Otoritas Jasa Keuangan, Investasi Digital, Illegal


i
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zaman dahulu, manusia melakukan perdagangan dengan manusia lain

menggunakan sistem barter. Seiring perkembangan zaman serta kemajuan teknologi,

sistem barter tidak digunakan lagi sehingga ditemukanlah sistem pembayaran baru yaitu

dengan uang sebagai alat tukar dan pembayaran. Tetapi sistem pembayaran dengan uang

juga memiliki kelemahan dalam bertransaksi dengan negara lain yang memiliki mata

uang yang berberda.

Semakin berkembangnya zaman serta berkembangnya tenknologi, maka kebutuhan

masyarakat juga semakin meningkat dari hari ke hari sehingga masyarakat memerlukan

dana yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhannya. Karena hal tersebut maka

banyak masyarakat yang melakukan investasi yang bertujuan untuk memperoleh

keuntungan yang besar dimasa yang akan datang. Terutama investasi online banyak

digandrungi masyarakat karena dianggap lebih efisien dari segi waktu dan cara

mendapatkan keuntungannya karena bisa dilakukan hanya dengan menggunakan

smartphone.

Investasi merupakan menempatkan suatu dana pada satu atau lebih jenis aset pada

periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan atau peningkatan nilai

investasi di masa mendatang.1 Investasi sederhananya dapat diartikan sebagai kegiatan

penanaman aset atau dana yang bertujuan untuk mengembangkan atau melipatgandakan

1
Amalia Nuril Hidayati, “Investasi: Analisis dan Relevansinya Dengan Ekonomi Islam”, Jurnal
Ekonomi Islam, Vol. 8 No. 2, 2017, hal. 228-229.
3

harta.2 Investasi bertujuan untuk mendapat keuntungan di masa depan dan meningkatkan

aset yang dimilikinya.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan lembaga yang dibentuk berdasarkan

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 untuk mengawasi lembaga keuangan dan

mencegah terjadinya penghimpunan dana ilegal yang terjadi di masyarakat.

Penghimpunan dana dari masyarakat diawasi oleh OJK dengan edukasi dan perlindungan

bagi masyarakat sebagai konsumen dari jasa keuangan, perlindungan yang diberikan

untuk menjaga masyarakat dari hal-hal yang dapat merugikan masyarakat itu sendiri.

Dengan dibentuknya OJK, diharapkan dapat mendukung kepentingan sektor jasa

keuangan secara menyeluruh. Otoritas Jasa Keuangan, sebagai lembaga negara yang

bebas dari campur tangan pihak lain yang berfungsi sebagai sistem pengaturan dan

pengawasan terhadap keseluruhan di dalam sektor jasa keuangan di Indonesia,

mempunyai peranan penting dalam kasus investasi ilegal yang sedang berkembang saat

ini.

Meski sudah dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mencegah

terjadinya penghimpunan dana secara ilegal, tetapi masih banyak korban yang

mengalami kerugian atas praktik ilegal tersebut. Hal ini dikarenakan ketidaktahuan atau

kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap investasi, kebanyakan masyarakat hanya

berpacu untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dengan modal yang

sekecil-kecilnya. Masyarakat tidak mencari informasi apakah bentuk investasi seperti itu

memiliki izin dan sertifikasi dari OJK sebelumnya.

Investasi merupakan cara yang umum ditemukan oleh masyarakat, adanya

perusahaan berbentuk lembaga jasa keuangan yang memiliki hubungan kepemilikian di

2
Mardhiyah Hayati, “Investasi Menurut Perspektif Ekonomi Islam”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam,
Vol. 1 No. 1, 2016, hal. 67
4

sektor keuangan telah menambah kompleksitas transaksi dan interaksi antar lembaga jasa

keuangan di dalam sistem keuangan.3 Investasi dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu:

1. Aspek uang yang ditanamkan dan diharapkan, sehingga untuk menilai


kelayakan investasi digunakan pula konsep uang.
2. Aspek waktu sekarang dan masa yang akan datang, oleh karena itu untuk
menilai kelayakan investasi digunakan konsep waktu (time value of money).
3. Manfaat kelayakan dari aspek manfaat ini, maka penilaian kelayakan investasi
juga harus melihat dan biaya yang ditimbulkannya dengan menggunakan azas
manfaat (cost benefit ratio).4
Investasi ilegal merupakan investasi yang dimana konsumen atau pihak yang akan

berinvestasi akan diminta sejumlah uang untuk menanamkan modal dalam suatu

perusahaan yang sesungguhnya tidak pernah ada. Investasi ilegal atau yang sering

disebut dengan investasi bodong dilakukan dengan menjanjikan keuntungan yang sangat

besar kepada masyarakat tetapi prosedur maupun izinnya tidak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Orang yang menginvestasikan uangnya berasal dari berbagai

kalangan masyarakat. Dari sekian banyak orang yang berinvestasi, tujuan utamanya yaitu

ingin meraih keuntungan atau paling tidak mempertahankan kekayaan mereka kepada

pelaku bisnis. Namun tidak semua dapat meraih keuntungan tetapi malah menjadi korban

penipuan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.5

Salah satu kasus investasi online ilegal yang terjadi di NTB adalah PT FEC

Shopping Indonesia. PT FEC Shopping Indonesia diresmikan di NTB pada tanggal 16

Juli 2023 yang kantornya bertempat di Praya, Lombok Tengah. PT FEC Shopping

Indonesia diduga melakukan kegiatan penghimpunan dana masyarakat tanpa izin. PT

FEC diduga melakukan kegiatan perdagangan secara elektronik (e-commerce). Dimana

hal tersebut tidak sesuai dengan izin usaha yang dimilikinya. PT FEC diketahui sebagai

3
Jogiyanto Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi III, cet, I (Yogyakarta, 2003) hal. 5.
4
Henry Faizal Noor, Investasi, Pengelolaan Keuangan Bisnis dan Penegmbangan Ekonomi
Masyarakat, (Jakarta: Indeks, 2009) hal. 4.
5
Al Vionita Vivin Novarina, skripsi: “Upaya Polisi dalam Menanggulangi Tindak Pidana Penipuan
Berkedok Investasi Melalui Sistem Online” (Yogyakarta: UNY, 2014) hal. 1.
5

perusahaan penanaman modal asing dan mengajukan izin sebagai pedagang eceran yang

dimana hal tersebut tergolong risiko rendah. Hal ini sudah melanggar ketentuan Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan.

Modus yang dilakukan PT FEC Shopping Indonesia adalah masyarakat ditawarkan

untuk berinvestasi di FEC dengan deposit mulai dari 200 ribu rupiah dan mendapatkan

keuntungan jutaan rupiah dalam waktu singkat hanya dengan menggunakan smartphone.

Pihak yang ingin berinvestasi ditawarkan melakukan deposit 200 ribu rupiah untuk

membeli akun kemudian ditawarakan lagi membeli toko pada aplikasi tersebut sekitar

300 ribu rupiah agar mendapatkan keuntungan lebih besar dalam waktu yang singkat.

Pada kenyataannya, keuntungan yang didapatkan bukan dari hasil operasional

perusahaan melainkan dari uang investor itu sendiri dan investor berikutnya dengan

merekrut anggota baru.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi NTB menyatakan telah menerima

informasi ada sebanyak 80 ribu warga NTB yang menjadi korban investasi FEC dengan

total kerugian ditaksir mencapai 300 juta rupiah.

Pada tanggal 6 September 2023, Satgas PAKI mencabut izin usaha PT FEC

Sopping Indonesia dan kepastian pembekuan izin usaha PT FEC Shopping Indonesia

telah didapat setelah PT FEC diduga melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan izin

usaha yang dimilikinya.6

Banyak masyarakat yang tertipu dikarenakan minimnya kesadaran masyarakat

apakah FEC ini merupakan situs resmi atau sudah memilliki izin dari OJK atau tidak dan

membuka kesempatan bagi mafia investasi untuk menghimpun dana tak berizin.

6
M Haeruddin, “80 Ribu Warga NTB Jadi Korban Investasi FEC” (https://radarlombok.co.id/80-ribu-
warga-ntb-jadi-korban-investasi-fec.html, diakses pada 15 Oktober 2023)
6

Dalam suatu investasi, tanggung jawab OJK sangat diperlukan untuk melindungi

investor dari risiko yang harus ditanggung. Dalam undang-undang Nomor 21 Tahun

2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan pada Pasal 9 ayat (3) hanya dijelaskan tugas dan

wewenang dari OJK yaitu melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan,

perlindungan konsumen, dan tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan sebagaimana

dimaksud dalam peraturan perundang-undangan. Dalam pasal tersebut tidak dijelaskan

tanggung jawab OJK terhadap konsumen khususnya investor.

Berdasarkan pernyataan di atas, korban dari PT FEC Shopping Indonesia masih

banyak di dalam masyarakat tetapi perlindungan hukumnya belum maksimal. Meskipun

sudah ada hukum yang mengatur perlindungan terhadap konsumen atau investor yang

dimana korban akan mendapatkan perlindungan hukum berupa ganti kerugian atas

kehilangan kekayaan atau penghasilan yang dijamin oleh Undang-Undang Nomor 31

Tahun 2014, tetapi masih saja banyak korban yang belum mendapatkan perlidungan

yang layak atau ganti kerugiannya. Sehingga dalam penelitian ini, penulis juga akan

menganalisis mengenai perlindungan hukum terhadap konsumen atas kerugian

melakukan investasi ilegal terkhusus di PT FEC Shopping Indonesia.

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka penulis perlu melakukan

penelitian dengan judul “Tanggung Jawab Otoritas Jasa Keuangan (OJK) NTB

Dalam Mengatasi Permasalahan Investasi Digital Ilegal Yang Merugikan Konsumen

Di Lombok”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaturan perlindungan hukum bagi konsumen atas kerugian dalam

melakukan investasi digital ilegal menurut peraturan perundang-undangan Indonesia?


7

2. Bagaimana tanggung jawab Otoritas Jasa Keuangan (OJK) NTB dalam mengatasi

kasus investasi ilegal PT FEC Shopping Indonesia yang merugikan konsumen di

Lombok?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian
a) Untuk mengetahui pengaturan perlindungan hukum bagi konsumen atas kerugian

dalam melakukan investasi digital ilegal menurut peraturan perundang-undangan

Indonesia.

b) Untuk mengetahui tanggung jawab Otoritas Jasa Keuangan (OJK) NTB dalam

mengatasi kasus investasi ilegal PT FEC Shopping Indonesia yang merugikan

konsumen di Lombok.

2. Manfaat Penelitian
a) Manfaat akademis

Sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana ilmu hukum pada Fakultas

Hukum Universitas Mataram.

b) Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai penegakkan hukum

bisnis terhadap perlindungan bagi konsumen dalam melakukan investasi illegal

dalam menurut peraturan perundang-undangan.

c)Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi dalam

ilmu hukum mengenai perlindungan hukum bagi konsumen.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari penyimpangan isi, uraian, serta pokok permasalahan, sesuai

dengan latar belakang permasalahan maka perlu diberi batasan-batasan ruang lingkup
8

penelitian. Adapun ruang lingkup penelitian ini tentunya disesuaikan dengan

permasalahan yang ada, sehingga dibatasi dengan mengkaji dan menganalisis pengaturan

perundang-undangan perlindungan hukum terhadap konsumen yang melakukan investasi

ilegal dan tanggungjawab Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terhadap kasus investasi ilegal

PT FEC Shopping Indonesia yang merugikan konsumen di Lombok.

E. Orisinalitas Penelitian

Adapun penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan landassan yaitu dari hasil

penelitian yang dilakukan oleh:

No. Nama dan Judul Rumusan Masalah Perbedaan dan


i i

Persamaan i

1. Lalu Ahmad 1) Apa tanggung Dalam penelitian Lalu i i

Rendi Pradita
i jawab Otoritas Ahmad Rendi Pradita, i

Jasa Keuangan i beliau i menjelaskan i i

Skripsi dalam tentang


i bagaimana
mahasiswa memberikan i i tanggung jawab OJK
Fakultas Hukum perlindungan i pada investor di bursa i

Universitas hukum terhadap


i

i efek Indonesia serta


i i i i

Mataram Tahun Investor di Bursa i bagaimana bentuk i

2018, dengan Efek Indonesia? i

i i i perlindungan hukumnya.
i

Judul Penelitian 2) Apa bentuk


i i

i Sedangkan i dalam
“Tanggung Jawab perlindungan i penelitian ini membahas
i i i

Otoritas Jasa hukum yang bagimana tanggung


Keuangan Dalam
i

diberikan oleh i i jawab OJK pada investor i

Memberikan i

Otoritas i

Jasa di PT FEC Shopping i

Perlindungan
i

Keuangan i Indonesia serta i i

Hukum Terhadap terhadap Investor i

i i bagaimana perlindungan i

Investor di Bursa di Bursa Efek


i

i i hukum konsumen i

Efek Indonesia.”7
i

Indonesia?
i i

i menurut peraturan
i i

perundang-undangan.
i

2. Muhammad Iqbal 1) Bagaimanakah Dalam penelitian i i

upaya Muhammad Iqbal, beliau i

Skripsi perlindungan i menjelaskan i i

mahasiswa
7
Lalu Ahmad Rendi Pradita, Tanggung Jawab Otoritas Jasa Keuangan Dalam Memberikan
Perlindungan Hukum Terhadap Investor Di Bursa Efek Indonesia, Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas
Mataram, Mataram, 2018.
9

Fakultas Hukum hukum terhadap i perlindungan


i hukum
Universitas i korban investasi i terhadap investasi online
i i i

Lampung Tahun online melalui i i melalui binomo serta


i i

2023, dengan binomo apabila i faktor penghambat dalam i

Judul Penelitian ditinjau dalam


i i memberikan i i

“Analisis hukum possitif di perlindungan


i kepada i

Perlindungan
i Negara i korban investasi online. i i

Hukum Terhadap Indonesia? i i Sedangkan i dalam


Korban Investasi 2) Apakah faktor i penelitian ini membahas
i i i

8
Online Binomo.” penghambat
i i bagaimana tanggung
dalam jawab OJK terhadap i

memberikan i i korban serta bagaimana i

perlindungan i perlindungan hukumnya


i

hukum kepada i menurut perundang-


i i

korban investasi i undangan.


online? i

3. Rizki Adhyaksa 1) Bagaimana Dalam penelitian Rizki i i

pengaturan i Adhyaksa, beliau i

Skripsi hukum menjelaskan pengaturan


i i i

mahasiswa perlindungan data i hukum perlindungan data i

Fakultas Hukum pribadi di pribadi di Indonesia dan i

Universitas i

Indonesia? i bentuk i perlindungan i

Muhammadiyah 2) Bagaimana hukum terhadap i

Sumatera Utara bentuk


i

i konsumen atas data i

Tahun 2022, perlindungan i pribadi konsumen pada i

dengan
i Judul hukum terhadap i aplikasi pinjaman online i

Penelitian “Peran
i i

konsumen atas i

i serta peran OJK dalam


i i

dan Fungsi data pribadi perlindungan data pribadi


i

Otoritas Jasa konsumen pada i konsumen pinjaman i

Keuangan Dalam
i

aplikasi pinjaman online. Sedangkan dalam i i

Perlindungan
i

online? i penelitian ini membahas


i i i

Data Pribadi 3) Bagaimana peran i tentang


i bagaimana
Konsumen Pada OJK i

dalam tanggung jawab OJK


Aplikasi perlindungan data i terhadap korban investasi
i i

Pinjaman pribadi konsumen i online serta perlindungan i i i

Online.”9 pada
i

aplikasi hukum bagi konsumen i

pinjaman online? i yang menjadi korban i

dalam investasi online di i i

PT FEC Shopping i

8
Muhammad Iqbal, Analisis Perlindungan Hukum Terhadap Korban Investasi Online Binomo, Skripsi,
Fakultas Hukum, Universitas Lampung, Lampung, 2023.
9
Rizki Adhyaksa, Peran Dan Fungsi Otoritas Jasa Keuangan Dalam Perlindungan Data Pribadi
Konsumen Pada Aplikasi Pinjaman Online, Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara, Medan, 2022.
10

Indonesia.
i
11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang TanggungJawab

Tanggung jawab menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah keadaan wajib
i i i i i i i i

menanggung segala sesuatunya. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia terhadap


i i i i i i i i i i

perbuatannya yang disengaja atau yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti
i i i i i i i i

berbuat sebagai perwujudan kesadaran atau kewajiban. Tanggung jawab itu adalah
i i i i i i i i i i i

kewajiban yang harus dipikul sebagai akibat dari perbuatan pihak yang berbuat. Tanggung
i i i i i i i i i

jawab adalah ciri manusia yang beradab, manusia merasa bertanggung jawab karena ia i i i i i i i

menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari bahwa pihak lain
i i i i i i i i

memerlukan pengadilan atau pengorbanan.10


i i i i i i

Widagdho mendefinisikan Tanggung jawab adalah kesadaran manusia atas i i i i i

tingkahlaku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung
i i i i i i i i i

jawab juga berarti perbuatan sebagai wujud dari kesadaran akan kewajibannya. Tanggung
i i i i i i i i i i

jawab erat kaitannya dengan kewajiban. Kewajiban adalah sesuatu yang dibebankan
i i i i i i i i

terhadap seseorang. Kewajiban merupakan bandingan terhadap hak, dan dapat juga tidak
i i i i i i i i

mengacu terhadap hak. Maka tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggu ng jawab
i i i i i

terhadap kewajibannya.11
i i

10
Julista Mustamu, Pertanggungjawaban Hukum Pemerintah, Sasi: Jurnal Ilmiah Fakultas Hukum
Universitas Pattimura, Vol. 20 No. 2, 2014, hlm. 22.
11
Vinny Sara Gosal, Sofia E. Pangemanan, Dan Donald K. Monintja, Akuntabilitas Kepala Desa
Dalam Mencegah Penularan Pandemi Covid 19 Di Desa Tombatu 3 Selatan Kecamatan Tombatu Kabupaten
Minahasan Tenggara, Jurnal Governance, Vol. 1 No. 1, 2021, hlm. 6.
12

Tanggung jawab secara umum dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu
i i i i i i

accountability, responsbility, dan liability. Accountability merupakan tanggungj jawab


i i i i i i

yang berkaitan dengan keuangan atau kepercayaan. Responsbility merupakan tanggung


i i i i i i i i i i i

jawab dimana perlaku dapat dituntut berdasarkan peraturan perundang-undangan yang i i i i i i i i i i

berlaku. Sedangkan liability merupakan tanggung jawab hukum menurut hukum perdata,
i i i i i i i i i i i i i i

dimana kewajiban untuk membayar ganti rugi atas kerugian atau penderitaan yang diderita
i i i i i i i i i i i

oleh korban akibat perbuatan pelaku.12


i i i i i

Pada umumnya ada tiga jenis tanggung jawab, yaitu: i i i i i

1. Tanggung Jawab Atas Dasar Kesalahan (Based on Fault Liability), yaitu siapa i i i i i

saja yang telah melakukan kesalahan yang berakibat kerugian bagi orang lain, i i i i i i i

maka harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut dengan memberikan ganti i i i i i i i i i i i

rugi yang diderita oleh pihak yang dirugikan. Pihak yang dirugikan harus
i i i i i i

mengajukan gugatan dengan menunjukkan bukti-bukti yang mendukung


i i i i i i i i i i i i

gugatannya. i

2. Tanggung Jawab Atas Dasar Praduga Tidak Bersakah (Presumption of Liability), i i i i i

yaitu siapa saja yang dianggap bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh
i i i i i i i

pihak lain, kecuali apabila ia dapat me mbuktikan bahwa kerugian itu bukan i i i i i i i i

disebabkan oleh perbuatannya. Tanggung jawab ini beban pembuktiannya berada


i i i i i i i i i

pada pihak tergugat. i i

3. Tanggung Jawab Mutlak (Absolute Liability), yaitu pelaksanaan tanggung i i i i i i i

jawabnya tidak harus dibuktikan dengan adanya kesalahan dari si pelaku. i i i i i i

Sederhananya, tanggung jawab ini tidak perlu dibuktikan kenyataannya atau tidak,
i i i i i i i i

yang penting ada pihak yang dirugikan atas perbuatan pihak lain maka ia harus i i i i i

bertanggung jawab.13 i i

B. Tinjauan Umum Tentang Otoritas Jasa Keuangan

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa i i i i

Keuangan, menyatakan bahwa:


i i i

“Otoritas Jasa Keuangan, aadalah lembaga yang independen dan bebas dari i i i i i i i

campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang
i i i i i i i

pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud


i i i i i i i i

dalam undang-undang ini.” i i

12
K. Martono, Kamus Hukum Dan Regulasi Penerbangan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm.
306-307.
13
Sudiarto, Tanggung Gugat Pengangkut Terhadap Penumpang Dalam Kecelakaan Pesawat Udara
Pada Penerbangan Domestik, Pustaka Bangsa, Mataram, 2012, hlm. 24-25.
13

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah suatu lembaga negara yang dibentuk i i i i i i i i

berdasarkan Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 dan berfungsi sebagai sistem


i i i i i i i i

pengaturan dan pengawasan yang bergabung terhadap keseluruhan kegiatan dalam


i i i i i i i i i i i

kategori jasa keuangan. i i i

Berdasarkan Pasal 34 Undang Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Perubahan


i i i i i i i

Atas Undang Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Pemerintah
i i i i i i i

diamanatkan membentuk lembaga pengawas sektor jasa keuangan yang independen, i i i i i i i i i i i

selambat-lambatnya akhir tahun 2010 dengan nama Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
i i i i i

lembaga ini bertugas mengawasi industri perbankan, asuransi, dana pensiun, pasar modal,
i i i i i i i i i

modal ventura, i i dan perusahaan i i pembiayaan, i serta i badan-badan lain yang

menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat. 14


i i i i i

Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Pasal 4, OJK dibentuk dengan


i i i i i i i i i

tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan:


i i i i i i i i i i

1. Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel;


i i i i i i i i

2. Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan i i i i i i i i i i i i i

stabil; dan
3. Mampu melindungi kepentingan Konsumen dan masyarakat. i i i i i i i

Awal pembentukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berawal dari adanya keresahan i i i i i i i i

dari beberapa pihak dalam fungsi pengawasan bank Indonesia. Beberapa hal yang
i i i i i i i

melatarbelakangi pembentukan OJK, yaitu perkembangan industri sektor jasa keuangan


i i i i i i i i i i i i

dan amanat Pasal 34 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia yang i i i i i

dimana Undang-Undang ini merupakan respon dari krisis Asia terjadi pada 1997-1998
i i i i i i

yang berdampak sangat berat terhadap Indonesia.


i i i i

Secara perorangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memiliki masa jabatan yang
i i i i i

tidak dapat diberhentikan kecuali memenuhi alasan yang diatur dalam undang-undang i i i i i i i i i i

14
Adrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, Raih Asa Sukses, Jakarta, 2014, hlm. 38.
14

tentang lembaga jasa keuangan yang bergantung pada mekanisme seleksi transparan,
i i i i i i i i i i

akuntabel dan melibatkan partisipasi publik melalui suatu panitia seleksi yang unsur-
i i i i i i i i i i i i

unsurnya terdiri dari pemerintah, Bank Indonesia, dan sektor jasa keuangan.
i i i i i i i i i

Untuk melakukan tugas dan wewenangnya, lembaga jasa keuangan memiliki asas-
i i i i i i i i i i i

asas sebagai berikut: i i i

a. Asas independensi, yaitu bebas dalam mengambil keputusan dan pelaksanaan i i i i i i i i i i

fungsi, tugas, dan wewenang dengan tetap bertujuan pada peraturan perundang-
i i i i i i i i i i i i i

undangan yang berlaku.


i i i

b. Asas kepastian hukum, yaitu mengutamakan peraturan perundang-undangan dan i i i i i i i i i i i

keadilan dalam setiap penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan.


i i i i i i i

c. Asas kepentingan umum, yaitu dalam asas ini membela dan melindungu i i i i i i i i i i

kepentingan konsumen dan masyarakat serta memajukan kesejahtaraan


i i i i i i i i i

masyarakat.
d. Asas keterbukaan, yaitu terbuka pada hak masyarakat untuk memperoleh i i i i i i i i i i i

informasi yang benar, jujur, dan tidak membedalan dalam melakukan Otoritas i i i i i i i

Jasa Keuangan, dengan memperhatikan has asasi pribadi dan golongan, se rta i i i i i i

rahasia negara termasuk rahasia sebagaimana ditetapkan dalam peraturan i i i i i i i

perundang-undangan. i i i

e. Asas profesional, yaitu asas yang mengutamakan keahlian dalam pelaksanaan i i i i i i

tugas dan wewenang Otoritas Jasa Keuangan dan tetap berlandaskan pada kode
i i i i i i i i

etik dan ketentuan perundang-undangan.


i i i i i i i

f. Asas integritas, yaitu dimana asas ini mengacu pada nilai moral dalam setiap i i i i i

perilaku dan keputusan dalam penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan.


i i i i i i i i i i

g. Asas akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan setiap kegiatan dan hasil akhir i i i i i i i

dari setiap penyelenggaran kegiatan Otoritas Jasa Keuangan harus dapat i i i i i i i i

dipertanggungjawabkan kepada publik. i i i i

Sesuai dengan asas-asas diatas, lembaga jasa keuangan harus tersusun dengan
i i i i i i i i i i i

prinsip “check and balance”. Hal ini dapat terwujud dengan melakukan pemisahan yang i i i i i i i i i

jelas antara fungsi dan wewenang serta pengawasan yang dilakukan oleh Dewan
i i i i i i i i i

Komisioner melalui pembagian tugas yang jelas pencapaian terbentuknya lembaga jasa
i i i i i i i i i i i

keuangan. Tugas Dewan Komisioner antara lain terkait dengan kode etik, pengawasan
i i i i i i i i i i

internal melalui mekanisme dewan audit, edukasi perlindungan konsumen serta fungsu,
i i i i i i i i i i i i i i i i
15

tugas, dan wewenang pengawasan untuk sektor perbankan, pasar modal, peransuransian,
i i i i i i i i i i

dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya.15


i i i i i i i

C. Tinjauan Umum Tentang Investasi Ilegal

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, investasi diartikan sebagai penanaman uang


i i i i i i i i i

atau modal dalam suatu perusahaan dengan tujuan memperoleh keuntungan. Sornarajah
i i i i i i i i i i i i i i

mengartikan penanaman modal sebagai: the transfer of tangible or intangible assets from
i i i i i i i i

one country into another for the purpose of their use in that country to guarantee wealth
i i i i i i i i i i i i i i

under the total or patrial control of the owner of the asset.16


i i i i i i i

Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman i i i i i

Modal, menyatakan bahwa: i

“Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh
i i i i i i i

penanam modal dalam negeri maupun penanaman modal asing untuk melakukan
i i i i i i i i i i

usaha di wilayah Negara Republik Indonesia.”


i i i i i

Hukum investasi merupakan kodifikasi dan implementasi secara administratif dari


i i i i i i i i

kebijakan investasi nasional. Kebijakan investasi yang memperlihatkan pandangan


i i i i i i

pemerintah terhadap investasi yang harus sesuai dengan tujuan nasional dan juga hak dan
i i i i i i i i i i i

kewajiban untuk melindungi investor dan investasi yang dijelaskan melalui ketentuan
i i i i i i i i i i i i i

hukum investasi.17
i i i

Sumber hukum investasi antara lain:


i i i i i

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.


i i i i i

2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.


i i i i i i i

3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan


i i i i i i

Menengah. i i

4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus.18


i i i i i i i

15
Lalu Ahmad Rendi Praditia, Op.Cit, hlm. 23-24.
16
Mas Rahmah, Hukum Investasi, Prenada Media Group, Jakarta, 2020, hlm. 1.
17
Ibid, hlm. 21.
18
Ibid, hlm. 30.
16

Subjek hukum dalam investasi berupa:


i i i i i i i

a. Investor i

Subjek hukum dari investor berupa individu (natural person) dan badan hukum
i i i i i i i i i i i i

(legal person). Sebelumnya, investasi dilakukan oleh perorangan atau


i i i i i i i i i i

sekelompok individu yang tidak terkait dengan perusahaan untuk memperoleh


i i i i i i i i i i i i

keuntungan secara cepat. Saat ini, investasi asing banyak dilakukan oleh
i i i i i i i i

MNC/MNE. MNC merupakan perusahaan berbadan hukum atau tidak i i i i i i i i i

berbadan hukum yang terdiri dari perusahaan asing dan perusahaan afiliasi
i i i i i i i i

asingnya. Perusahaan induk merupakan aset perusahaan yang mengontrol aset i i i i i i i i i i

perusahaan lain yang ada di negara lain. Sedangkan perusahaan afiliasi asing
i i i i i i

merupakan perusahaan yang berbadan hukum dan/atau tidak berbadan hukum


i i i i i i i i i i i

yang dimana investor di suatu negara memiliki saham untuk mendirikan i i i i i i i i

perusahaan. Perusahaan afiliasi asing dari MNC terdiri dari:


i i i i i

1) Anak perusahaan (subssidiary), merupakan perusahaan berbadan hukum di i i i i i i i i i i

negara penerima investasi lebih dari 50 persen saham dengan hak suara i i i i i i i i i

dimiliki oleh perusahaan lain, dengan hak untuk mengganti aggota i i i i i i i

administratif, anggota pengurus, atau lembaga pengawas perusahaan. i i i i i i i i

2) An associate, merupakan perusahaan berbadan hukum di host state dengan i i i i i i i i i i

ketentuang investor memiliki saham paling sedikit 10 persen tetapi i i i i i i i i i

memiliki hak suara sebagai pemegang sahan tidak lebih dari 50 persen. i i i i i i i i

3) Cabang (a branch) merupakan perusahaan yang berbadan hukum host state i i i i i i i i

dalam mendirikan kantor tetap atau bekerjasama dengan nonbadan hukum. i i i i i i i i

MNC memiliki kemampuan untuk mendorong agar ketentuan peraturan i i i i i i i i i i i

perundang-undangan di host state atau internasional harus terjamin kepentingan


i i i i i i i i i i

dan melindungi investasinya. MNC juga memiliki kekuatan untuk menjamin i i i i i i i i i i

perlindungan atas investasi global dengan mendorong institusi internasional


i i i i i i i

seperti IMF dan bank dunia untuk menarik bantuan, pinjaman atau fasilitas lain
i i i i i i i i

kepada negara yang melanggar perlindungan investasinya.


i i i i i i

b. Perusahaan Negara (State Corporation)


i i i i

Perusahaan negara dibentuk berdasarkan pada kepentingan politik dan ideologi


i i i i i i i i i

bahwa negara memiliki fungsi untuk memberikan pelayanan kepada publik dan i i i i i i i i i i

bagi negara dengan konsep kesejahteraan rakyat menjadi tujuan negara. i i i i i i i i i i

Dengan dibentuknya perusahaan negara, maka keuntungan yang diperoleh dari


i i i i i i i i i i i

sektor tersebut tidak diambil alih ole h swasta namun dinikmati oleh negara
i i i i i i i i

untuk kesejahteraan masyarakat.19


i i i i i

Investasi di Indonesia telah berkembang dalam waktu kurang lebih 50 (lima puluh)
i i i i i i i i i i

tahun, dimana selama waktu tersebut kegiatan investasi di Indonesia dari investasi asing
i i i i i i i i i i

sampai dalam negeri telah berkembang dan memberikan kontribusi dalam mendukung i i i i i i i i i i i

pencapaian sasaran pembangunan nasional.


i i i

19
Ibid, hlm. 33-36.
17

Melakukan investasi online merupakan proses penanaman modal yang dilakukan


i i i i i i i i i

untuk mendanai sebuah perusahaan melalui online. Hal ini dapat dilakukan hanya dengan
i i i i i i i i i i i i

cara registrasi data diri dan nomor telepon yang dapat dihubungi. Karena perkembangan
i i i i i i i i

teknologi, maka investasi secara online ini banyak yang tertarik dikarenakan efisien dari
i i i i i i i i

segi waktu, cara penggunaan, dan cara mendapatkan keuntungannya.


i i i i i i i i

Kemunculan investasi secara digital dapat memudahkan masyarakat yang selama


i i i i i i i i

ini ingin berinvestasi, tetapi masih terkendala dengan prosedur yang rumit dan bingung i i i i i i i i i i

menginvestasikan uangnya dalam bentuk apa. Salah satu kemudahan dalam investasi
i i i i i i i i i

digital adalah mudahnya diakses melalui smartphone. Investasi secara digital ini bisa i i i i i i i

diakses melalui website atau aplikasi secara online. Hal ini dapat lebih praktis daripda
i i i i i i i i i

melakukan investasi secara offline. Meskipun demikian, investasi digital mempunyai


i i i i i i i i i i i

dampak negatif pada konsumen. Karena investasi digital ini dilakukan tanpa bertemu atau
i i i i i i i i i i

tanpa tatap muka langsung dan tidak saling mengenal antara investor dengan perusahaan i i i i i i i i

yang menawarkan investasi. i i

D. Tinjauan Umum tentang Ilegal

Ilegal adalah suatu perbuatan yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-
i i i i i i i i i i i i

undangan yang berlaku. Ilegal merujuk pada perbuatan melanggar hukum yang dapat
i i i i i i i i i i i i

mempengaruhi pandangan masyarakat. Ketika perbuatan tersebut dianggap ilegal, maka


i i i i i i i i i i

masyarakat akan menganggap hal tersebut tidak bermoral. i i i i i

Yang dimaksud tindakan yang tidak sesuai dengan peraturan peundang-undangan i i i i i i i i i

(ilegal) antara lain:


i

1. Fitech Ilegal i i

Fitech ilegal adalah financial teknologi/pinjaman online dalam fitur online yang tidak
i i i i i i

terdaftar dalam Otoritas Jasa Keuangan (OJK). sebagai perlindungannya, OJK


i i i i i i

mengeluarkan POJK Nomor 77 Tahun 2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam


i i i i i i

Uang Berbasis Teknologi Informasi.


i i i
18

2. Ilegal Fishing i

Ilegal fishing adalah suatu tindakan pencurian ikan yang dilakukan oleh nelayan atau
i i i i i i i i i

kapal yang tidak sah atau tidak memiliki izin, termasuk nelayan atau kapal asing. Hal i i i i i i

ini diatur dalam peraturan Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan jo
i i i i i i i

Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang


i i i i i i i i

Nomor 31 tentang Perikanan. i i

3. Ilegal Loggin i

Ilegal logging adalah kegiatan permanenan pohon hutan, pengangkutan, serta


i i i i i i i i

penjualan kayu maupun hasil olahan kayu yang tidak sah dan tidak memiliki izin dari
i i i i i i i

otoritas setempat. Hal ini diatur dalam peraturan Undang-Undang Nomor 18 Tahun i i i i i i i i

2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan.


i i i i i i i i

4. Ilegal Dumping i i

Ilegal dumping (pembuangan ilegal) adalah pembuangan limbah atau sampah di


i i i i i i i i

daerah yang tidak memiliki izin. Hal ini diatur dalam Pasal 104 Undang-Undang
i i i i i

Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup. i i i i i i i i

5. Human Trafficking i

Human trafficking adalah perdagangan manusia yang dilakukan oleh oknum tertentu.
i i i i i i i i i

Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan i i i i i i i

Tindak Pidana Perdagangan Orang.20 i

E. Tinjauan Umum tentang Konsumen

Konsumen adalah orang yang menggunakan atau mengonsumsi suatu barang atau
i i i i i i i i i i

jasa. Pasal 1 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan i i i i i i

Konsumen, menyatakan bahwa:


i i i

“konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam
i i i i i i i

masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun i i i i i i i

makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.” i i i i i

Sri Handayani menyatakan bahwa konsumen secara harfiah berarti seseorang yang i i i i i i i

membeli barang atau menggunakan jasa atau seseorang atau sesuatu perusahaan yang
i i i i i i i i i i i i i i

membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu, juga sesuatu atau seseorang
i i i i i i i i i i i i i i i i i i

yang menggunakan suatu persediaan atau sejumlah barang.21


i i i i i i i i i

Jenis-jenis konsumen adalah sebagai berikut:


i i i i i i i

20
Adv. Chyntya, “ILEGAL”, Diakses Pada
Https://Konspirasikeadilan.Id/Artikel/Ilegal6807#:~:Text=Ilegal%20Adalah%20Suatu%20tindakan%20%2F
%20perbuatan,Dengan%20perundang%2Dundangan%20yang%20berlaku, 8 Oktober 2023.
21
Vefiana Mafikasari, Minat Konsumen Pada Aksesoris Kalung Dari Limbah Kulit Swalan, Jurnal
Online Tata Busana, Vol. 06 No. 02, 2017, hlm. 8.
19

1. Konsumen Organisasi (Organizational Consumer) i i i i

Konsumen organisasi merupakan jenis konsumen yang memakai atau membeli i i i i i i i i i i i

suatu barang dan/atau jasa untuk kebutuhan operasional organisasi terkait.


i i i i i i i i i i

2. Konsumen Perorangan (Personal Consumer) i i i i i i

Konsumen perorangan merupakan jenis konsumen yang memakai atau i i i i i i i i i i

membeli suatu barang dan/atau jasa untuk kebutuhan sendiri.22


i i i i i i i i i i i

Pada intinya, konsumen merupakan setiap orang yang memakai barang dan/atau i i i i i i i

jasa yang ada dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa i i i i i i i i i i

diperdagangkan kembali.
i i

Menurut Mochtar Kusumaatmadja Hukum konsumen merupakan keseluruhan


i i i i i i i i i i i i i i i

kaidah dan asas-asas yang mengatur hubungan dan masalah di berbagai pihak yang i i i i i

berkaitan dengan barang dan/jasa konsumen satu sama lain.23


i i i i i

Dalam UU Perlindungan Konsumen Pasal 5, dinyatakan bahwa ke wajiban i i i i i i i

konsumen sebagai berikut:


i i i i i

a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi pemakaian dan pemanfaatan


i i i i i i i i i

barang dan/atau jasa. Tujuannya adalah menjaga keamanan dan keselamatan i i i i i i i

bagi konsumen itu sendiri. Oleh karena itu, konsumen perlu membaca dan i i i i i i i i i i i i

meneliti label, etiket, kandungan barang dan jasa, serta tata cara
i i i i i i i

penggunaannya. i i

b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa.


i i i i i i

Itikad baik sangat diperlukan ketika konsumen akan melakukan transaksi. i i i i i i i

Dengan beritikad yang baik, kebutuhan konsumen akan barang dan/atau jasa
i i i i i i i i

yang diinginkannya bisa terpenuhi. i i i

c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati. Konsumen harus


i i i i i i i i i

membayar barang dan/atau jasa yang telah digunakan atau dibeli dengan nilai
i i i i i i i

tukar yang sudah disepakati.


i i i

d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara


i i i i i i i i i i i i i i i

patut. Ketika ada keluhan terhadap barang dan/atau jasa yang telah didapat,
i i i i i i i

konsumen perlul menyelesaikan masalah tersebut dengan pelaku usaha. Perlu


i i i i i i i i i i i i i i i i

diperhatikan agar penyelesaian masalah sebisa mungkin dilakukan dengan cara


i i i i i i i i

damai. Jika tida ada titik te ngah pada permasalahan tersebut, cara hukum dapat i i i i i i i

dilakukan sesuai dengan norma yang berlaku.24 i i i i i i

22
Novia Widya Utami, “Pengertian Konsumen, Perilaku, Hak, Dan Kewajibannya”, Diakses Pada
Https://Ajaib.Co.Id/Pengertian-Konsumen-Perilaku-Hak-Dan-Kewajibannya/, 8 Oktober 2023.
23
Dr. Kurniawan, SH,M.Hum, Hukum Perlindungan Konsumen (UB Press, 2011) hal. 42.
24
Happy Susanto, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, Transmedia Pusaka, Jakarat, 2008, hlm. 27.
20

Kewajiban diatas sangat berguna bagi konsumen untuk selalu waspada atau hati-
i i i i i i i i i i

hati dalam melakukan transaksi. Dengan cara itu, konsumen dapat terlindungi dari i i i i i i i i

kemungkinan-kemungkinan masalah yang akan menimpanya. Oleh karena itu, perhatian


i i i i i i i i i

pada kewajiban dengan perhatian terhadap hak-haknya sebagai konsumen sama


i i i i i i i

pentingnya.
i

Perilaku konsumen memiliki kepentingan khusus bagi setiap orang karena


i i i i i i i i i i i

beberapa alasan mempengaruhi perilaku, termasuk mereka yang kepentingannya adalah


i i i i i i i i i i i i i

pemasaran, pendidikan, dan perlindungan konsumen. Masing-masing pihak memberikan


i i i i i i i i

sesuatu yang bernilai kepada pihak lain yang bertujuan memenuhi kebutuhan mereka.
i i i i i i i i i i i i i i i i

Dalam pembelian uang ditukan dengan produk atau jasa yang ingin digunakan. Semua
i i i i i i i i i i

yang dilakukan produsen atau pemasar dapat diadaptasikan sesuai dengan permintaan
i i i i i i i i i

pasar dan perilaku konsumen. i i i i

Terdapat beberapa pendekatan untuk mengenali perilaku konsumen, sebagai


i i i i i i i i i i i i i i

berikut:
i i

1) Pendekatan interpretif. i i i i

Pendekatan ini menggunakan teknik observasi langsung yaitu dengan


i i i i i i i i i

wawancara yang dilakukan secara mendalam dan menyeluruh. Hal itu i i i i i i i i

dilakukan untuk mendapat kesimpulan mengenai makna suatu barang dan/atau


i i i i i i i i i i i

jasa bagi konsumen, serta perasaan yang dialami konsumen ketika i i i i i i i

menggunakan barang dan/atau jasa tersebut.


i i i i i i

2) Pendekatan Tradisional i i

Pendekatan ini menggunakan studi lapangan yaitu eksperimen yang disertai


i i i i i i i i i i

dengan survei yang bertujuan untuk menguji hipotesa penelitian yang berkaitan
i i i i i i i i i i i i i i

dengan teori. Kemudian menganalisa informasi, membuat keputusan, dan


i i i i i i i i i i

pengaruh sosial terhadap perilaku konsumen tersebut. Hal ini bertujuan untuk
i i i i i i i i i i i i i i i

mengembangkan teori dan metode yang relatif yang akan digunakan untuk
i i i i i i i i i

mengetahui atau menjelaskan perilaku konsumen serta pembuatan keputusan


i i i i i i i i i i i i i i i i

konsumen. i i

3) Pendekatan Sains Pemasaran i i i

Pendekatan ini menggunakan pengembangan teori dari Abraham Maslow yang


i i i i i i i

berisi tentang hierarki kebutuhan manusia yang kemudian diuji coba dengan
i i i i i i i i i i i
21

model Ilmu Matematika. Pendekatan betujuan untuk memprediksi moving rate


i i i i i i i i i i i i i

analysis atau pengaruh strategi marketing terhadap pilihan dan pola konsumsi.25
i i i i i i i

Ketiga pendekatan tersebut dapat digunakan oleh pemilik bisnis atau perusahaan.
i i i i i i i i i i i i

Semua pendekatan tersebut mempunyai nilai-nilai tertentu yang dapat memberikan


i i i i i i i i i i i i i i

pemahaman menganai perilaku konsumen. Semuanya tergantung dari jenis masalah yang
i i i i i i i i i i i

dihadapi oleh masing-masing bisnis dan perusahaan.i i i

Pentingnya pengaturan hak-hak konsumen melalui undang-undang merupakan


i i i i i i i i i i i

bagian dari penerapan sebagai suatu negara kesejahteraan di Indonesia. Undang-Undang


i i i i i i i i i i i i

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selain sebagai konstitusi politik juga
i i i i i i i i i

disebut sebagai konstitusi ekonomi, yaitu konstitusi yang mengandung ide negara
i i i i i i i i i i i

kesejahteraan yang berkembang karena pengaruh sosialisme sejak abad ke sembilan


i i i i i i i i i i i i

belas.26
i

25
M. Anang Firmansyah, Perilaku Konsumen (Sikap Dan Pemasaran), Budi Utama, 2018, hlm. 18.
26
Dr. Kurniawan, SH.M.Hum, Op.Cit, hal. 4.
22

BAB III

METODE PENELITIAN

Untuk membahas permasalahan dalam penelitian ini, diperlukan pedoman dalam


i i i i i i i i i

mempelajari, menganalisis, serta memahami permasalahan guna memperoleh gambaran


i i i i i i i i i i

secara nyata tentang hal yang diperlukan guna menemukan jawaban atas permasalahan
i i i i i i i i i

yang diangkat. Berkaitan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan kegiatan-kegiatan i i i i i i i i i i

dengan menggunakan metode sebagai berikut:


i i i i i i i i

A. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian hukum normatif


i i i i i i i i i i i i

empiris. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang mencakup tentang
i i i i i i i i i i i i

konsepsi hukum, asas hukum, dan kaidah hukum.27 Sedangkan penelitian hukum
i i i i i i i i i i i i

empiris adalah penelitian yang mengkaji penerapan peraturan perundang-undangan


i i i i i i i i i i i

berdasarkan konsep dan teori hukum untuk melihat secara langsung kenyataan di
i i i i i i i i i i i

lapangan.28 Oleh karena itu, pada penelitian normatif empiris ini, penulis akan i i i i i i i i

mengkaji tentang pengaturan perlindungan hukum bagi konsumen atas kerugian


i i i i i i i i i i i i

dalam melakukan investasi ilegal menurut peraturan perundang-undangan Indonesia


i i i i i i i i i i i i i

dan tanggung jawab Otoritas Jasa Keuangan NTB dalam mengatasi kasus investasi
i i i i i i

ilegal PT FEC Shopping Indonesia yang merugikan konsumen di Lombok.


i i i i i i i

B. Metode Pendekatan

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:


i i i i i i i i

27
Willa Wahyuni, “Tiga Jenis Metodologi Untuk Penelitian Skripsi Jurusan Hukum”, Diakses Pada
Https://Www.Hukumonline.Com/Berita/A/Tiga-Jenis-Metodologi-Untuk-Penelitian-Skripsi-Jurusan-Hukum-
Lt6458efc23524f/, 11 Oktober 2023.
28
Amirudin Dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2020, hlm. 133.
23

1. Pendekatan Perundang-Undang (Statute Approach), yaitu pendekatan yang


i i i i i i i i i i

dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang berkaitan


i i i i i i i i i i i

dengan isu hukum yang sedang diteliti.29


i i i i i i

2. Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach), yaitu suatu pendekatan yang


i i i i i i i i i i i

mengkaji pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang be rkembang di dalam


i i i

Ilmu Hukum30, dengan mempelajari pandangan-pandangan dan doktrin di dalam


i i i i i i

ilmu hukum, peneliti akan menemukan ide-ide yang melahirkan pengertian-


i i i i i i i i i i i i i

pengertian hukum, konsep-konsep hukum dan asas-asas hukum yang relevan


i i i i i i i i i i i i

dengan isu yang dihadapi.


i i

3. Pendekatan Sosiologis (Sosiologicol Approach), yaitu suatu landasan penelitian


i i i i i i i

untuk mempelajari hidup bersama dalam masyarakat.31


i i i i i i

C. Sumber dan Jenis Bahan Hukum/Data

1. Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah: i i i i i

a) Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang terdiri dari peraturan i i i i i i i i

perundang-undangan ayng berlaku seperti Undang-Undang Nomor 8 Tahun


i i i i i i i i i i

1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Nomor 25 Tahun


i i i i i i i i

2007 tentang Investasi, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang i i i i i i

Otoritas Jasa Keuangan, serta peraturan perundang-undangan lainnya yang i i i i i i i i

berkaitan dengan penelitian.


i i i i

b) Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang bukan berupa peraturan i i i i i i i i i i i i

perundang-undangan tetapi berupa buku-buku hukum, makalah, karya ilmiha,


i i i i i i i i i i i i

doktrin, dan data lainnya.

29
Ibid., hlm. 164.
30
Ibid, hlm. 166.
31
Ibid, hlm. 166.
24

c) Bahan hukum tersier adalah bahan hukum berupa penjelasan dari bahan i i i i i i i i i i

hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum, ensiklopedia,
i i i i i i i i i i i i i i i

dan internet. i i

2. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


i i i i i

a) Data primer yaitu data yang diperoleh langsung di lapangan oleh peneliti i i i i i i i i

sebagai obyek penulisan. Data primer ini diperoleh langsung dengan cara
i i i i i i i i i

melakukan wawancara dengan informan dan responden. Adapun informan


i i i i i i

pada penelitian ini adalah pihak yang me wakili Otoritas Jasa Keuangan
i i i i i

(OJK) NTB. Sedangkan responden adalah beberapa pihak terkait yang i i i i i i

dirugikan dalam kasus investasi ilegal pada PT FEC Shopping Indonesia di


i i i i i i

Lombok.

b) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui kepustakaan yang bersifat
i i i i i i i i i i i

mendukung data primer dalam bentuk dokumen atau literatur yang diperoleh
i i i i i i i i i i i i i

dari data resmi dari lokasi penelitian. i i i

D. Teknik Memperoleh Bahan Hukum/Data

Teknik yang dipergunakan untuk memperoleh data adalah:


i i i i i i i i

1. Dalam melakukan penelitian normatif, peneliti menggunakan teknik penelitian


i i i i i i i i i i i

kepustakaan (library research) yaitu data yang dikumpulkan dengan cara


i i i i i i i i

membaca dan mempelajari berbagai literatur yang berupa peraturan perundang-


i i i i i i i i i i i i

undangan,
i buku-buku, i i i i dan literatur-literatur i i i i yang menyangkut i i dengan i

permasalahan yang diteliti.


i i

2. Dalam melakukan penelitian empiris, peneliti menggunakan teknik penelitian


i i i i i i i i i i i i

lapangan (field research) yaitu pengumpulan data dengan cara wawancara seperti
i i i i i i i i i i

pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta pihak-pihak yang terkait dengan i i i i i

permasalahan yang diteliti yakni pihak responden.


i i i i
25

E. Analisis Bahan Hukum/Data

Setelah bahan hukum yang didapatkan sesuai dengan pengumpulan bahan


i i i i i i i i i i

hukum di atas, maka analisis yang dilakukan menggunakan metode kuantitatif, yaitu
i i i i i i i i i

dengan merangkai data yang telah dikumpulkan sehingga memperoleh suatu


i i i i i i i i i i i

gambaran mengenai masalah yang diteliti. Dengan peraturan perundang-undangan i i i i i i i i i

dapat ditarik kesimpulan pokok tentang permasalahan yang diteliti. i i i i i

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pengaturan Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Atas Kerugian Dalam


Melakukan Investasi Digital Ilegal Menurut Peraturan Perundang-Undangan
Indonesia

Salah satu peran utama hukum adalah memberikan perlindungan kepada warga
i i i i i i i i i i

masyarakat, khususnya kepada mereka yang berada dalam posisi yang lebih rentan akibat
i i i i i i i i

ketidakseimbangan dalam hubungan hukum atau kedudukan sosial. Hal ini juga berlaku
i i i i i i i i i i i i i

dalam ranah hukum internasional, di mana tujuan utamanya adalah melindungi subjek
i i i i i i i i i i

hukum privat dari potensi penyalahgunaan kekuasaan oleh pemerintah dalam suatu
i i i i i i i i i i i i

negara yang berfungsi sebagai subjek hukum publik.


i i i i i i i i i

Pada konteks hukum internasional, perlindungan terhadap subjek hukum privat i i i i i i i i i i i

menjadi suatu kebutuhan penting guna mencegah terjadinya penyalahgunaan otoritas


i i i i i i i i i i i i i

oleh pihak berwenang. Terutama, hal ini terkait dengan upaya untuk menjaga
i i i i i i i i i i i

keseimbangan kekuatan dan hak-hak individu di hadapan pemerintah sebagai entitas


i i i i i i i i i

hukum publik yang memiliki wewenang. Dengan demikian, aspek perlindungan dalam
i i i i i i i i i i i

hukum internasional mencakup mekanisme dan prinsip-prinsip hukum yang dirancang


i i i i i i i i i
26

untuk menjamin hak-hak individu dan subjek hukum privat, sehingga mereka tidak
i i i i i i i i i i i

menjadi objek penyalahgunaan kekuasaan oleh otoritas negara.


i i i i i i i i

Perlindungan hukum merupakan bentuk perlindungan yang diselenggarakan dan


i i i i i i i i i i i i

diberikan kepada subjek hukum sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
i i i i i i i i i i i i i i i i

Perlindungan ini memiliki dimensi yang luas, mencakup aspek preventif dan represif,
i i i i i i i i i i i i

serta dapat dinyatakan secara tertulis maupun tidak tertulis.32 Dengan kata lain, konsep
i i i i i i i i i i

perlindungan hukum mencerminkan gambaran yang kaya akan fu ngsi hukum dalam
i i i i i i i i i

memberikan keadilan, menjaga ketertiban, menegakkan kepastian hukum, memberikan


i i i i i i i i i i i i i

kemanfaatan, dan menciptakan kedamaian bagi segala kepentingan yang ada dalam
i i i i i i

masyarakat. 33

Pentingnya perlindungan hukum terletak pada upaya menciptakan lingkungan


i i i i i i i i i i

hukum yang adil, berkeadilan, dan berkepastian, yang pada gilirannya dapat me mberikan
i i i i i i i i

manfaat maksimal bagi masyarakat secara keseluruhan.34 Dengan adanya perlindungan i i i i i i i i

hukum, diharapkan segala bentuk kepentingan masyarakat dapat terlindungi dengan baik,
i i i i i i i i i i

sehingga tercipta harmoni dan kedamaian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
i i i i i i i i

Selain itu, pengertian lainnya mengenai perlindungan hukum merupakan segala


i i i i i i i i i i i i i

upaya untuk melindungi subjek-subjek hukum melalui peraturan perundang-undangan


i i i i i i i i i i i i i i i i i i

yang berlaku dan dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.35 Perlindungan


i i i i i i i i

hukum itu sendiri diberikan kepada subjek hukum sesuai dengan aturan hukum, baik itu
i i i i i i i i i i i i i i i i i

bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik secara tertulis maupun tidak
i i i i i i i i i i i i i

36
tertulis.
i i Dengan kata lain perlindungan hukum diartikan sebagai suatu gambaran
i i i i i i i i

32
Wahyu Simon Tampubolon, Upaya Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Ditinjau Dari Undang-
Undang Perlindungan Konsumen, Jurnal Ilmiah Advokasi, Vol. 04 No. 1, Maret 2016, hlm. 53.
33
Ibid.
34
Ibid., hlm. 54.
35
Sri Wahyuni S, Perlindungan Hukum Internet Service Provider Terhadap Penyalahgunaan Sistem
Secure Socket Sheel Oleh Pengguna Layanan Jasa Telekomunikasi, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin, Makassar, 2016, hlm. 17.
36
Wahyu Simon Tampubolon, Upaya Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Ditinjau Dari Undang-
Undang Perlindungan Konsumen, Jurnal Ilmiah Advokasi, Vol. 04 Nomor 1, 2016, hlm. 53.
27

tersendiri dari fungsi hukum yang memiliki konsep memberikan suatu keadilan,
i i i i i i i i i i i i

ketertiban, kepastian, kemanfaatan, dan kedamaian bagi segala kepentingan masyarakat.


i i i i i i i i

Hubungan hukum antara satu orang dengan orang lain akan menimbulkan suatu
i i i i i i i i i i

hak dan kewajiban yang berlawanan, di mana dalam hal ini perlindungan hukum sangat i i i i i i

diperlukan guna mengurangi konflik antar pihak. Dalam kaitannya de ngan proses jual
i i i i i i i i

beli suatu barang dan/atau jasa, di mana posisi konsumen dianggap masih sangat lemah,
i i i i i i i

maka hukum perlindungan konsumen sangat diperlukan guna melindungi hak-hak para
i i i i i i i i i i i

konsumen yang sangat memungkinkan menjadi korban dari para pelaku usaha yang
i i i i i i i i

curang.37 Perlindungan terhadap konsumen dipandang secara materiil maupun formal


i i i i i i i i i i

makin dirasa sangat penting, mengingat semakin majunya ilmu pengetahuan dan i i i i i i i i

teknologi yang merupakan motor penggerak bagi produktifitas dan efisiensi produsen
i i i i i i i i i i

atas barang dan/atau jasa yang dihasilkannya dalam rangka mencapai sasaran usaha. i i i

Dalam rangka mencapai tujuannya maka secara sadar maupun tidak sadar i i i i i i

konsumenlah yang rawan terkena dampaknya. Hukum perlindungan konsumen yang


i i i i i i i i i i

berlaku di Indonesia memiliki dasar hukum yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dasar
i i i i i i i i i i i

hukum yang pasti memberikan perlindungan terhadap hak-hak konsumen agar dapat
i i i i i i i i i

dilakukan dengan penuh optimisme. Pengaturan tentang hukum perlindungan konsumen


i i i i i i i i i i i i i i

telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan


i i i i i i i i

Konsumen atau yang selanjutnya disebut sebagai UUPK. Berdasarkan Pasal 1 angka 1
i i i i i i i i i i i

UUPK disebutkan bahwa:


i i i i

“Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian


i i i i i i i i

hukum untuk memberi perlindungan kepada Konsumen”


i i i i i i i i i i i

Kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen berupa


i i i i i i i i i i i i i i

perlindungan terhadap hak-hak konsumen, yang diperkuat melalui undang-undang


i i i i i i i i i i i

37
Rosalinda Elsina Latumahina, Aspek Hukum Pelindungan Data Pribadi Di Dunia Maya, Jurnal Gema
Aktulita, Vol. 3, No.2, 2014, hlm.4.
28

khusus, memberi harapan agar pelaku usaha tidak bertindak sewenang-wenang yang
i i i i i i i i i i i

38
selalu merugikan hak-hak konsumen.
i i i i i i Perlindungan konsumen yang dijamin oleh
i i i i i

UUPK adalah adanya kepastian hukum terhadap segala perolehan kebutuhan


i i i i i i i i i i i i

konsumen. Kepastian hukum itu meliputi segala upaya berdasarkan hukum untuk
i i i i i i i i i i i i i i i

memberdayakan konsumen memperoleh atau menentukan pilihannya atas barang


i i i i i i i i i i i

dan/atau jasa yang merupakan kebutuhannya serta mempertahankan dan membela hak-
i i i i i i i i i i i

haknya apabila dirugikan oleh pelaku usaha. 39 i i i i i

Baik itu pelaku usaha dan juga konsumen sama-sama memerlukan i i i i i i i i i i

perlindungan hukum, agar terciptanya rasa aman dan tenang dalam melakukan suatu
i i i i i i i i i i

perjanjian karena eksistensi dari perlindungan hukum adalah menjamin kepastian


i i i i i i i i i i

hukum mengenai hak dan kewajiban yang diperuntukkan bagi para pihak baik itu
i i i i i i i i i

pelaku usaha maupun pihak konsumen. Hukum memiliki tujuan untuk menjamin
i i i i i i i i i i i i i i i

adanya kepastian, kemanfaatan dan kepastian. Tanpa adanya hukum tujuan dari i i i i i i i

keamanan dan ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara tidak akan
i i i i i i i i

tercapai, oleh karena penting adanya perlindungan hukum bagi para pihak termasuk
i i i i i i i i i i

dalam melaksanakan suatu transaksi bisnis. i i i

Salah satu aktivitas bisnis yang memerlukan perlindungan hukum yang i i i i i i i i

signifikan adalah kegiatan investasi. Konsep investasi, seperti yang dijelaskan oleh i i i i i i i i

Jogiyanto, melibatkan penundaan konsumsi saat ini untuk digunakan dalam produksi i i i i i i i i

yang efisien selama suatu periode tertentu. 40 Selanjutnya, pemahaman investasi yang
i i i i i i i i i i i i i i

lebih luas, sebagaimana dinyatakan oleh Sharpe et al., melibatkan pengorbanan


i i i i i i i i

38
Yusuf Shofie, Pelaku Usaha, Konsumen Dan Tindak Pidana Korporasi, Ghalia Indonesia,
Jakarta,2002, hlm. 31.
39
Gunawan Widjaya Dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, Pustaka Gramedia
Utama, Jakarta, 2003, hlm. 98.
40
Jogiyanto, Teori Portofolio Dan Analisis Investasi, Cet. 1, Ed. III, BPFE, Yogyakarta, 2003, hlm. 5
29

sejumlah dolar pada saat ini u ntuk mendapatkan nilai dolar yang le bih besar di masa
i i i i i i i

depan. 41 i

Menurut Sukirno, yang dikutip oleh Chairul Nizar dan kawan-kawan, kegiatan
i i i i i i i i

investasi yang dilakukan secara berkelanjutan oleh masyarakat memiliki dampak positif
i i i i i i i i

yang cukup luas. Selain meningkatkan kegiatan ekonomi, investasi juga berkontribusi
i i i i i i i i i i i

pada peningkatan kesempatan kerja, pertumbuhan pendapatan nasional, dan kenaikan


i i i i i i i i i

taraf kemakmuran masyarakat.42 Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat dikethaui


i i i i i i i i i

bahwasanya perlindungan hukum yang kuat dalam konteks investasi menjadi sangat i i i i i i i i

penting untuk mendukung kelangsungan dan perkembangan positif dalam aktivitas


i i i i i i i i i i

ekonomi dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Dengan demikian, melalui


i i i i i i i i i i i i i

kebijakan perlindungan hukum yang baik, investasi dapat menjadi salah satu pendorong
i i i i i i i i i

utama pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.


i i i i i i i i i

Dalam aktivitas investasi pada umumnya dikenal dua bentuk investasi yaitu: i i i i i i i i i

1. Investasi nyata (Real Investment) secara umum melibatkan asset berwujud i i i i i i i i i i i i

seperti tanah, mesin-mesin, dan pabrik. i i i i

2. Investasi keuangan (Financial Investment) melibatkan kontrak tertulis, i i i i i i i i

seperti saham biasa (common stock) dan obligasi (bond). 43


i i

Dalam konteks dua bentuk investasi tersebut, maka hal ini memperkuat i i i i i i i i i i i

argumen bahwa pada perekonomian primitif, sebagian besar investasi cenderung


i i i i i i i i i i

bersifat nyata, sedangkan pada perekonomian modern, trennya beralih lebih ke arah
i i i i i i i i i

investasi keuangan. 44 i i i

Dalam proses pelaksanaan investasi, tentunya membutuhkan regulasi-regulasi i i i i i i i i i i i i

yang mengatur terkait perlindungan hukum bagi para pihak. Bentuk perlindungan
i i i i i i i i i i i

hukum yang paling nyata adalah adanya institu si-institusi penegak hukum seperti
i i i i i i i i i i

pengadilan, kepolisian dan lembaga penyelesaian sengketa di luar pengadilan (non-


i i i i i i i i i i

41
William F Sharpe, At All, Investasi, PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta, 2005, hlm. 11.
42
Ibid., hlm. 12.
43
Irham Fahmi, Pengantar Pasar Modal, Alfabeta, Bandung, 2012, hlm. 55.
44
Sharpe, Op.Cit, hlm.7.
30

litigasi) lainnya. Hal ini sejalan dengan pengertian hukum menurut Soedjono i i i i i i i i i i

Dirdjosisworo yang menyatakan bahwa hukum memiliki pengertian beragam dalam i i i i i i i

masyarakat dan salah satu yang paling nyata dari pengertian tentang hukum adalah i i i i i i

adanya institusi-institusi penegak hukum.45 i i i i i i

Perlindungan hukum sangat erat kaitannya dengan aspek keadilan. Menurut


i i i i i i i i i i i

pendapat Soediman Kartohadiprodjo, pada hakikatnya tujuan adanya hukum adalah


i i i i i i

mencapai keadilan. Maka dari itu adanya perlindungan hukum merupakan salah satu
i i i i i i i i i i

medium untuk menegakkan keadilan salah satunya penegakan keadilan di bidang


i i i i i i i i i i i

ekonomi khususnya pasar modal. Penegakan hukum dalam bentuk perlindungan hukum
i i i i i i i i i i i i i

dalam kegiatan ekonomi bisnis khususnya pasar modal tidak bisa dilepaskan dari aspek
i i i i i i

hukum46 khususnya mengenai perseroan terbatas, karena perlindungan hukum dalam


i i i i i i i i i i i i i i

pasar modal melibatkan para pihak pelaku pasar modal terutama pihak emiten, investor i i i i i i i i

dan lembaga-lembaga penunjang kegiatan pasar modal yang mana para pihak te rsebut
i i i i i i i i

didominasi oleh subjek hukum berupa badan hukum berbentuk perseroan terbatas.47 i i i i i i i i i i i i i i i

Subjek hukum dalam hukum perdata terdapat dua subjek hukum, yaitu subjek
i i i i i i i i i i i i i i i i

hukum orang pribadi dan subjek hukum berupa badan hukum.Subjek hukum orang
i i i i i i i i i i i i i i

pribadi atau natuurlijke persoon adalah orang atau manusia yang telah dianggap cakap
i i i i i i i i

menurut hukum. Orang sebagai subjek hukum merupakan pendukung atau pembawa
i i i i i i i i i i i i i i i i i

hak sejak ia dilahirkan hidup sampai ia mati walaupun ada pengecualian bahwa bayi
i i i i i i i

yang masih dalam kandungan ibunya dianggap telah menjadi sebagai subjek hukum i i i i i i i i i

sepanjang kepentingannya mendukung untuk itu.48


i i i i i i i i i

45
Made Dan Dwi Juliana, Perlindungan Hukum Terhadap Investor Bila Terjadi Insider Trading Dalam
Pasar Modal, Kertha Wicara, Vol. 2 No. 8 2013, hlm. 1–5.
46
Sutantya R. Hadhikusuma Dan Sumantoro, Pengertian Pokok Hukum Perusahaan: Bentuk-Bentuk
Perusahaan Yang Berlaku Di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, hlm. 5-8.
47
Ibid.
48
Liana E Susanti, Economic Law Creation Beautiful Global Indonesia, Bestuur, Vol. 7 No.1 2019,
hlm. 47–53
31

Selanjutnya, subjek hukum dalam hukum perdata lainnya adalah badan hukum
i i i i i i i i i i i

atau rechts persoon. Badan hukum merupakan kumpulan manusia pribadi atau pula
i i i i i i i i i i i i

dapat merupakan kumpulan dari badan hukum. Pembagian badan hukum ada dua
i i i i i i i i i i

bentuk, yaitu badan hukum publik atau Publiek Rechts Persoon dan badan hukum
i i i i i i i i i i i i i

privat atau Privaat Rechts Persoon. Menurut Satjipto Rahardjo, hukum melindungi
i i i i i i i i i i

kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan kekuasaan kepadanya untuk


i i i i i i i i i i i

bertindak dalam rangka kepentingannya secara terukur. 49


i i i i i i i

Melihat pentingnya perlindungan hukum bagi para korban investasi bodong,


i i i i i i i

maka dalam beberapa aturan hukum yang ada di Indonesia terdapat pengaturan hukum i i i i i i i i i i i

yang mengatur mengenai perlindungan hukum bagi para investor terkait dengan
i i i i i i i i i i i

permasalahan investasi digital ilegal. Adapun beberapa aturan hukum diantaranya:


i i i i i i i i i

a. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan


i i i i i i

Sebagai salah satu lembaga yang memiliki kewenangan dalam memberikan


i i i i i i i i

pengaturan hukum terkait dengan keuangan yang ada di Indonesia. Otoritas Jasa
i i i i i i i i i

Keuangan dalam melaksanakan tugas pengawasan dan pengaturan di sektor jasa


i i i i i i i i

keuangan dalam perlindungan hukum bagi masyarakat, diatur dalam Pasal 28


i i i i i i i

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, yang


i i i i i i

menyatakan bahwa: i

“Untuk perlindungan konsumen dan masyarakat, OJK berwenang


i i i i i i i i

melakukan tindakan pencegahan kerugian Konsumen dan masyarakat, yang


i i i i i i i i

meliputi : i i

1) Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat atas i i i i i

karakteristik sektor jasa keuangan, layanan, dan produknya; i i i i i

2) Meminta lembaga jasa keuangan untuk menghentikan kegiatannya i i i i i i i i i

apabila kegiatan tersebut berpotensi merugikan masyarakat; i i i i i i i i

3) Tindakan lain yang dianggap perlu dan sesuai dengan ketentuan i i i i i i i i

peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan. i i i i i i i i

49
Dian Husna Fadlia Dan Yunanto, Peran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dalam Perlindungan Hukum
Bagi Investor Atas Dugaan Investasi Fiktif, Law Reform, Vol. 11 No. 2 2015, hlm. 207.
32

Selain mengacu pada ketentuan Pasal 28 di atas, lebih lanjut mengenai


i i i i i i i i i i

perlindungan hukum yang bersifat preventif dapat dilihat pada Pasal 29 U ndang-
i i i i i i i i

Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, OJK melakukan
i i i i i i i

pelayanan pengaduan Konsumen yang meliputi:


i i i i i i i

a) Menyiapkan perangkat yang memadai untuk pelayanan pengaduan i i i i i i i i

Konsumen yang dirugikan oleh pelaku di Lembaga Jasa Keuangan; i i i i i i i i i

b) Membuat mekanisme pengaduan Konsumen yang dirugikan oleh pelaku i i i i i i i i i i i i

di Lembaga Jasa Keuangan; dan i i i

c) Memfasilitasi penyelesaian pengaduan Konsumen yang dirugikan oleh i i i i i i i i i i

pelaku di Lembaga Jasa Keuangan sesuai dengan peraturan i i i i i i i i i i

perundangundangan di sektor jasa keuangan. i i i i i i

Berdasarkan ketentuan Pasal tersebut, perlindungan hukum yang dilakukan


i i i i i i i i i i i i

oleh OJK terhadap konsumen bersifat preventif dan represif, sejalan dengan tugas
i i i i i i i i i i i i

OJK sebagai regulator dan pengawas sektor jasa keuangan. Dalam konteks
i i i i i i i i

preventif, OJK berwenang memberikan informasi, edukasi, dan meminta lembaga


i i i i i i i i i i

jasa keuangan untuk menghentikan kegiatan yang berpotensi merugikan


i i i i i i i i i i i

masyarakat. Pasal 28 memberikan landasan hukum untuk tindakan preventif ini. i i i i i i i i

Pasal ini juga memungkinkan OJK untuk mengambil tindakan represif, terutama i i i i i i i i i i

setelah menerima pengaduan masyarakat sebagai konsumen yang merasa dirugikan


i i i i i i i i i i i

akibat investasi digital ilegal. Dengan menggunakan wewenangnya, OJK dapat i i i i i i i

mencabut izin usaha perusahaan yang terlibat dalam investasi digital ilegal dan
i i i i i i i i

memberikan sanksi guna mencegah kerugian masyarakat secara lebih luas. Dengan
i i i i i i i i i i i

demikian, peran OJK dalam memberikan perlindungan hukum tidak hanya terfokus
i i i i i i i i i i

pada edukasi dan pencegahan, tetapi juga melibatkan tindakan tegas untuk menjaga
i i i i i i i i i i i

keamanan dan keadilan di sektor jasa keuangan.


i i i i i

b. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Konsumen


i i i i i i

Sebagai undang-undang yang mengatur secara khusus perlindungan hukum


i i i i i i i i i i i i

bagi konsumen, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan i i i i i i i i


33

Konsumen (UUPK) memiliki peran yang sangat signifikan dalam merinci dan
i i i i i i i

mengatur perlindungan hukum khusus bagi konsumen. Melalui ketentuan-


i i i i i i i i i i i i i i i

ketentuannya, UUPK menyusun aturan hukum secara cermat yang mencakup aspek
i i i i i i i i i i i i i i i i

preventif dan represif, terutama dalam konteks perlindungan terhadap konsumen


i i i i i i i i i i i i

yang mengalami kerugian akibat terlibat dalam investasi digital ilegal.


i i i i i i

Wajud nyata dari diaturnya perlindungan hukum represif dalam UUPK bagi
i i i i i i i i i i

konsumen adalah dengan diaturnya hak-hak konsumen pada ketentuan Pasal 4 yang
i i i i i i i i i

diantaranya sebagai berikut: i i i

1) Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi i i i i i i

barangdan/atau jasa; i

2) Hak untuk memilih dan mendapatkan barang dan/atau jasa sesuai dengan nilai
i i i i i i i i

tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;


i i

3) Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan i i i i i i

barang dan/atau jasa; i

4) Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
i i i i i i i

digunakan; i

5) Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian i i i i i i i i i

sengketa perlindungan konsumen secara patut;


i i i i i i i i

6) Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen; i i i i i i i

7) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak i i i i i i i i i i

diskriminatif;
8) hak untuk mendapatkan kompensai, ganti rugi, dan/atau penggantian, apabila
i i i i i i i

barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak i i i i i i i

sebagaimana mestinya;
i i

9) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. i i i i i i i i i

Selain dalam bentuk adanya pengaturan hak-hak bagi konsumen,


i i i i i i i

perlindungan hukum yang bersifat preventif ini diketahui dengan adanya penegasan
i i i i i i i i i i i i

dalam UUPK terkait dengan adanya tangggung jawab dari pelaku usaha apabila
i i i i i i i i

konsumen dirugikan saat mengkonsumsi jasa atau produknya khususnya dalam hal
i i i i i i i i i

ini produk investasi digital ilegal sebagaimana diatur dalam Pasal 19 UUPK yang
i i i i i i i

menyatakan:
i

(1) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, i i i i i i i i i i

pencermaran, dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. i i i i i

(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayang (1) dapat berupa i i i i i

pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenisi i i i i i i i


34

atau setara nilainya, atau perawatan Kesehatan dan/atau pemberian i i i i i i i i i

santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan i i i i i i i i i i i i

yang berlaku. i i

(3) Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari
i i i i i i i

setelah tanggal transaksi. i i

(4) Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
i i i i i

tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan i i i i i i i

pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan.i i i i i i i i i

Sedangkan apabila dalam Pasal 19 tidak te rlaksana, pelaku usaha dapat


i i i i i

melakukan pertanggungjawaban kepada konsumen yang dirugikan sesuai dengan


i i i i i i i i i i i

Pasal 45 ayat (1) pada UUPK yang menyatakan: i i i

“setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui


i i i i i i i i i i i

Lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan


i i i i i i i i i i

pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan


i i i i i i i i i i

umum” i i

Selain perlindungan hukum preventif, dalam UUPK juga mnegatur


i i i i i i i i i i i i

perlindungan hukum bersifat represif bagi konsumen dengan diaturnya metode


i i i i i i i i i i i i i

penyelesaian sengketa yang dapat digunakan oleh konsumen apabila pelaku usaha
i i i i i i i i i i i i

tidak melakukan ganti rugi sebagaimana diatur pada Pasal 19 UUPK tersebut. Dalam
i i i i i i i i i i

hal ini, pengguna aplikasi atau konsumen dapat melakukan gugatan ganti rugi
i i i i i i i i i

melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen atau mengajukan ke badan


i i i i i i i i i i i i i

peradilan di tempat kedudukan konsumen sebagaimana diatur dalam Pasal 23


i i i i i i i i i

UUPK.
i i

Berdasarkan pasal di atas, maka disimpu lkan bahwasanya pengguna


i i i i

aplikasi investasi digital ilegal yang telah dirugikan tetapi tidak memperoleh haknyai i i i i i i i

dapat mengajukan gugatan pada lembaga Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen


i i i i i i i i i i i

(BPSK) apabila hendak menyelesaikan permasalahan tersebut melalui jalur non i i i i i i i i i i i

litigasi. BPSK, sebagai lembaga yang memiliki kewenangan untuk menangani dan i i i i i i i i

menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen, memiliki opsi


i i i i i i i i i i i

penyelesaian melalui mediasi, konsiliasi, atau arbitrase. Definisi dari mediasi,


i i i i i i i i i i
35

konsiliasi, dan arbitrase dalam konteks perlindungan konsumen tidak dijelaskan i i i i i i i

secara spesifik dalam UU Perlindungan Konsumen. Namun, penjelasan lebih lanjut


i i i i i i i i i i i i i

mengenai hal ini terdapat dalam Keputusan Menperindag No. 350 Tahun 2001
i i i i i i i i i

tentang Tugas dan Wewenang BPSK. Dalam keputusan tersebut, mediasi diartikan
i i i i i i i i i i i

sebagai proses penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan, dengan BPSK


i i i i i i i i i i i i

berperan sebagai penasehat, dan penyelesaiannya diserahkan kepada para pihak yang
i i i i i i i i i i

bersengketa. Konsiliasi merupakan proses yang serupa dengan mediasi, namun


i i i i i i i i i i i

perbedaannya terletak pada peran BPSK yang hanya mempertemukan para pihak
i i i i i i i i i

yang bersengketa. Sedangkan arbitrase adalah proses penyelesaian sengketa


i i i i i i i i i i i

konsumen di luar pengadilan, di mana para pihak yang be rsengketa sepenuhnya


i i i i i i i i i i

menyerahkan penyelesaian sengketa kepada BPSK.


i i i i i i i i

Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) diatur dalam Bab XI i i i i i i i i

Pasal 49 hingga Pasal 58 UUPK No. 8 Tahun 1999. Menurut Pasal 49 ayat (1), i i i i i i

pemerintah memiliki kewajiban untuk membentuk badan penyelesaian sengketa


i i i i i i i i i i i i i i

konsumen di Daerah Tingkat II guna menyelesaikan sengketa konsumen di luar


i i i i i i i i i i i i

pengadilan. Badan ini berperan sebagai peradilan kecil atau Small Claim Court,
i i i i i i i i

yang bertujuan untuk mempercepat proses persidangan, memberikan keputusan yang


i i i i i i i i i i i i i i i

sederhana, dan mengurangi biaya sejalan dengan prinsip peradilan. Keputusan harus
i i i i i i i i i i i

dihasilkan dalam waktu maksimal 21 hari kerja (sesuai Pasal 55 UUPK) dan tidak i i i i i i

ada proses banding yang dapat memperlambat pelaksanaan keputusan (sesuai Pasal
i i i i i i i i i

56 dan Pasal 58 UUPK). Para pihak yang terlibat dalam sengketa dapat secara i i i i i i

mandiri menyelesaikan proses tersebut, dan biaya yang dikeluarkan untuk i i i i i i i i i i i

persidangan sangat terjangkau. 50


i i i

50
Arif Rahman, Penyelesaian Sengketa Konsumen Melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
(BPSK) Kota Serang, AJUDIKASI : Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 2 No. 1, 2018, hlm. 26.
36

Putusan yang dikeluarkan oleh Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen


i i i i i i i i i i i i

(BPSK) dapat berupa perdamaian antara konsumen dan pelaku usaha, penolakan i i i i i i i i i

terhadap gugatan konsumen, atau pengabulan gugatan konsumen. Dengan demikian,


i i i i i i i i i i i i

penyelesaian sengketa konsumen melalui lembaga BPSK memiliki potensi untuk


i i i i i i i i i i i i i i

memberikan perlindungan hukum yang efektif bagi konsumen terhadap praktik-


i i i i i i i i i i i

praktik kecurangan yang dilakukan oleh pelaku usaha. Proses penyelesaian sengketa
i i i i i i i i i i i i i

melalui BPSK memiliki keunggulan dalam memberikan kemudahan bagi konsumen.


i i i i i i i i i i i i

Dibandingkan dengan proses litigasi yang melibatkan pengadilan, penyelesaian i i i i i i i

sengketa melalui BPSK lebih mudah dan cepat. 51


i i i i i i i

Konsumen tidak perlu menghadapi kerumitan dan lamanya proses


i i i i i i i i

persidangan, serta biaya yang tinggi. Dengan memilih BPSK sebagai alternatif
i i i i i i

penyelesaian sengketa, konsumen dapat mendapatkan kepastian hukum secara


i i i i i i i i i i i i

efisien dan efektif. Selain itu, melalui BPSK, konsumen memiliki akses yang lebih
i i i i i i i i i i i i i

mudah untuk menyelesaikan sengketanya dengan pelaku usaha. BPSK menyediakan


i i i i i i i i i i i i i i

mekanisme yang ramah konsumen, dengan prosedur yang sederhana dan jelas. Hal
i i i i i i i i i i

ini memungkinkan konsumen untuk mengajukan gugatan atau melakukan mediasi


i i i i i i i i i i i i i

dengan cara yang lebih terjangkau dan dapat diakses oleh semua pihak.52
i i i i i i i i

Dalam praktiknya, BPSK berperan sebagai lembaga penyelesaian sengketa i i i i i i i i i

yang independen dan netral. Keputusan yang dikeluarkan oleh BPSK didasarkan
i i i i i i i i i i

pada fakta-fakta yang diajukan oleh konsumen dan pelaku usaha, serta berdasarkan i i i i i i i i i

pertimbangan hukum yang objektif. Hal ini memberikan keyakinan kepada


i i i i i i i i

konsumen bahwa penyelesaian sengketa yang dilakukan melalui BPSK akan


i i i i i i i i i i

51
Rida Ista Sitepu Dan Hana Muhamad, Efektifitas Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (Bpsk)
Sebagai Lembaga Penyelesaian Sengketa Konsumen Di Indonesia, Jurnal Rechten: Riset Hukum Dan Hak
Asasi Manusia, Vol.3 No.2, 2021, hlm.11.
52
Hanum Rahmaniar Helmi, Eksistensi BPSK Dalam Memutus Sengketa Konsumen Di Indonesia,
JURNAL ADHAPER, Vol. 1, No. 1, 2015, hlm.15.
37

53
didasarkan pada keadilan dan kepastian hukum. i i i i Dengan demikian, penyelesaian
i i i i i

sengketa konsumen melalui BPSK merupakan pilihan yang menguntungkan bagi


i i i i i i i i i i i

konsumen dalam mendapatkan kepastian hukum dan perlindungan terhadap


i i i i i i i i i

kecurangan dalam hubungan konsumen-pelaku usaha. Proses yang mudah dan cepat,
i i i i i i i i i i i i

serta biaya yang lebih terjangkau menjadikan BPSK sebagai alternative yang
i i i i i i i i

menarik dan efektif dalam menyelesaikan sengketa konsumen.


i i i i i i i i i i

Berdasarkan pada uraian penyelesaian sengketa yang dapat dilakukan oleh


i i i i i i i i i

konsumen pada BPSK merupakan saran penyelesaian snegketa yang dapat


i i i i i i i i i

memudahkan pemenuhan hak-hak konsumen. Akan tetapi, konsumen tidak hanya


i i i i i i i i i i

dibatasi untuk melakukan penyesaian sengketa hanya pada Lembaga BPSK ini i i i i i i i i i

sebagaimana diatur pada Pasal 23 UUPK, melainkan apabila pengguna ingin


i i i i i i i

menyelesaikan permasalahannya melalui jalur litigasi, maka dapat dilakukan


i i i i i i i i

gugatan ganti rugi pada wilayah hukum pengadilan negeri pengguna investasi digital
i i i i i i i i i i

ilegal (konsumen). Hal ini menegaskan bahwa ada beberapa jalur penyelesaian
i i i i i i i i i i i

sengketa yang dapat diambil oleh konsumen, yang mencakup opsi melalui lembaga
i i i i i i i i i i

khusus seperti BPSK atau melalui proses litigasi di pengadilan negeri yang
i i i i i i i i i i i

berkompeten.
i i i

c. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Undang-Undang 11


i i i i i i i i

Tahun 2008 tentang Transaksi Elektronik


i i i i

Telah disebutkan dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang 19 Tahun 2016


i i i i i i

tentang Transaksi Elektronik ( yang selanjutnya disebut sebagai UU ITE) bahwa


i i i i i i i i i i i

informasi elektronik dan/ atau dokumen elektronik dan/ atau hasil cetaknya i i i i i i i i i

merupakan alat bukti hukum yang sah. Dan ditegaskan kembali dalam Pasal 5 ayat
i i i i i i i

(2) UU ITE bahwa informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/ atau
i i i i i i i i i i i

hasil cetaknya merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum
i i i i i i i i i i i

53
Ibid., hlm.16.
38

Acara yang berlaku di Indonesia. Di dalam Pasal 9 UU ITE juga telah disebutkan i i i i i i i i i i

salah satu kewajiban pelaku usaha yang menawarkan produk melalui Sistem i i i i i i i i i i

Elektronik harus menyediakan informasi yang lengkap dan benar berkaitan dengan
i i i i i i i i i

syarat kontrak, produsen, dan produk yang ditawarkan. Mengenai asas itikad baik i i i i i

juga ditegaskan di dalam Pasal 17 ayat (2) UU ITE yang berbunyi :


i i i i i i i

“Para pihak yang melakukan transaksi elektronik sebagaimana dimaksud pada i i i i i i

ayat (1) wajib beritikad baik dalam melakukan interaksi dan/atau pertukaran i i i i i i i

informasi elektronik dan/ atau dokumen elektronik selama transaksi i i i i i i i i

berlangsung.”
i i

Mengenai perbuatan-perbuatan yang dilarang telah diatur dalam BAB VII


i i i i i i i i

UU ITE, salah satunya dalam Pasal 30 ayat (2) yang menyatakan bahwa:
i i i i i

“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses
i i i i i i i i i

komputer dan/ atau sistem elektronik dengan cara apa pun dengan tujuan i i i i i i i i i i i

untuk memperoleh Informasi Elektronik dan/ atau Dokumen Elektronik.”


i i i i i i i i i i i i

Lebih lanjut terkait dengan upaya yang dapat dilakukan oleh para pihak
i i i i i i i

yang dirugikan akibat dari penyelenggaraan sistem elektronik dapat dilihat pada
i i i i i i i

Pasal 38 UU ITE yang menyatakan bahwa: i i i i

(1) Setiap Orang dapat mengajukan gugatan terhadap pihak yang i i i i i

menyelenggarakan Sistem Elektronik dan/atau menggunakan Teknologi i i i i i i i i i i

Informasi yang menimbulkan kerugian. i i i i

(2) Masyarakat dapat mengajukan gugatan secara perwakilan terhadap pihak i i i i i i

yang menyelenggarakan Sistem Elektronik dan/atau menggunakan i i i i i i i i i

Teknologi Informasi yang berakibat merugikan masyarakat, sesuai dengan


i i i i i i i

ketentuan Peraturan Perundang-undangan. i i i i i i i i

Dengan merujuk pada ketentuan yang tercantum dalam Pasal 28 UU ITE di


i i i i i i i i i i i i

atas, para investor yang mengalami kerugian akibat praktik investasi digital ilegal i i i i i i

yang dijalankan melalui sistem elektronik memiliki hak dan kewajiban untuk i i i i i i i i i

mengajukan gugatan secara perdata, sebagaimana diperinci dalam Pasal 39 ayat (1)
i i i i i i i

UU ITE. Proses penyelesaian konflik melalui gugatan perdata ini dirancang untuk
i i i i i i i i i i i i i

memberikan solusi hukum yang memadai dan memulihkan hak investor yang
i i i i i i i i i

terdampak.
i
39

Selain itu, pada Pasal 39 ayat (2) mengamanatkan bahwa pihak-pihak yang
i i i

terlibat dalam sengketa tersebut memiliki opsi lain untuk menyelesaikan


i i i i i i i i i i i i

perselisihan melalui proses arbitrase atau melibatkan lembaga penyelesaian


i i i i i i i i i i i i

sengketa alternatif lainnya, sesuai dengan peraturan dan undang-undang yang


i i i i i i i i i i

berlaku. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa pemberian alternatif


i i i i i i i i i

penyelesaian sengketa tersebut bertujuan memberikan fleksibilitas kepada para


i i i i i i i i i i i i i i i

pihak dalam memilih metode penyelesaian yang paling sesuai dengan dinamika i i i i i i i i i

dan kompleksitas sengketa yang dihadapi. Seluruh regulasi ini mencerminkan i i i i i i i i i i

komitmen legislatif untuk membentuk suatu kerangka hukum yang adaptif, i i i i i i i i i i i i

memungkinkan pihak-pihak terlibat untuk menentukan strategi penyelesaian


i i i i i i i i i i i i

sengketa yang efektif dan sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan hukum dalam
i i i i i i i i i i

konteks investasi digital ilegal melalui jalur elektronik.


i i i i i i i i

d. Keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor: 01/KDK.04/2013 tentang Satuan


i i i i i i i

Tugas Waspada Investasi


i i

Keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor: 01/KDK.04/2013 merupakan


i i i i i i i

dasar hukum dibentuknya Satuan Tugas Waspada Investasi yang merupakan forum
i i i i i i i i i i

koordinasi antar Kementerian dan Lembaga dalam rangka pencegahan dan i i i i i i

penanganan dugaan tindakan melawan hukum di bidang penghimpunan dana


i i i i i i i

masyarakat dan pengelolaan investasi. Satgas Waspada Investasi beranggotakan 12 i i i i i

Kementerian/Lembaga yaitu:
i i i i i

a. Otoritas Jasa Keuangan (Ketua dan Sekretariat); i i i i i i

b. Bank Indonesia; i

c. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, termasuk Bappebti;


i i i i i i i i i i

d. Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia;


i i i i i i i

e. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik


i i i i i i i i i i

Indonesia i

f. Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia; i i i i i i i i

g. Kementerian Agama Republik Indonesia; i i i i i i

h. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik


i i i i i i i i i i

Indonesia; (sebelumnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan i i i i i i i i i i


40

Republik Indonesia serta Kementerian Riset, Teknologi dan Perguruan


i i i i i i i i i i i i

Tinggi Republik Indonesia) i i i

i. Kejaksaan Republik Indonesia;


i i i i

j. Kepolisian Negara Republik Indonesia;


i i i i i

k. Kementerian Investasi Republik Indonesia/ Badan Koordinasi Penanaman


i i i i i i i i

Modal; dan
l. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan.
i i i i

Satgas Waspada investasi dibentuk sebagai respon pemerintah untuk i i i i i i i i i

mencegah dan menanggulangi maraknya pengumpulan dana berkedok investasi


i i i i i i i i i i

yang merugikan masyarakat. Dalam melaksanakan tugasnya Satgas Waspada


i i i i

investasi akan melakukan perlindungan hukum preventif kepada masyarakat


i i i i i i i i i i

(investor) dengan cara melakukan koordinasi antara anggota Satgas Waspada


i i i i

Investasi dalam rangka meningkatkan edukasi dan pemahaman mengenai ruang


i i i i i i i i

lingkup transaksi keuangan yang berpotensi merugikan masyarakat; sosialisasi


i i i i i i i

kepada komponen masyarakat, penegak hukum, pemerintah daerah dan akademisi,


i i i i i i i i i i

mengidentifikasikan dan mengevaluasi serta tindakan yang diperlukan terhadap


i i i i i i i i i

tawaran-tawaran investasi melalui berbagai sarana pemasaran tidak terbatas kepada i i i i i i i

penyampaian melalui internet danmengefektifkan sarana pengaduan Satgas Waspada


i i i i i i i i i i

Investasi. i

Selain usaha perlindungan hukum secara preventif, dalam Keputusan


i i i i i i i i i i i i

Dewan Komisioner OJK Nomor: 01/KDK.04/2013 Satgas Waspada Investasi juga


i i i i

melakukan tindakan perlindungan konsumen secara kuratif dengan melakukan


i i i i i i i i i i i

kerjasama dalam penerbitan ijin keramaian/penyelenggaraan kegiatan penawaran


i i i i i i i i i

investasi; melakukan pembinaan berupa peringatan terhadap perusahaan yang


i i i i i i i i i i

melakukan penawaran investasi yang berpotensi merugikan masyarakat agar


i i i i i i i i

mendapatkan ijin dan beroperasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


i i i i i i i i i i i

Bentuk perlindungan lain yang dilakukan oleh Satgas Waspada investasi


i i i i i i i

adalah dengan cara represif yang mana Satgas Waspada Investasi tidak hanya
i i i i
41

menjadi lembaga yang melakukan edukasi kepada masyarakat untuk memberikan


i i i i i i i i i i i

pengetahuan atau literasi tentang investasi sehingga mencegah kerugian akibat


i i i i i i i i i i i i

investasi bodong namun juga sebagai lembaga pengaduan masyarakat yang telah
i i i i i i i i

dirugikan akibat praktek semacam ini. Satgas Waspada Inve stasi memiliki
i i i i i

kewenangan untuk melakukan tindakan hukum terhadap organisasi yang diadukan


i i i i i i i i i i

oleh masyarakat yang merupakan Organisasi investasi bodong.


i i i i

e. Delik Penipuan Pada Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana


i i i i i i i

Pada kasus investasi digital ilegal yang merugikan masyarakat khususnya i i i i i i i

investor, tentunya hal ini telah termasuk dalam suatu tindak pidana penipuan.
i i i i i i i i i i

Pengertian pokok tindak pidana penipuan, yang rumusannya dapat dilihat dalam
i i i i i i

Pasal 378 KUHP, yaitu sebagai berikut: i i i i i

“Barangsiapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau i i i i i i i i

orang lain dengan maksud melawan hak , baik dalam memakai nama palsu i i i i i

atau keadaan palsu, baik akal dan tipu muslihat, maupun dengan karangan-
i i i i i i i i

karangan perkataan-perkataan bohong, membujuk orang supaya i i i i i i

memberikan sesuatu barang, membuat hutang atau menghapuskan piutang,


i i i i i i i i i i i i

dihukum karena penipuan dengan pidana penjara selama-lamanya empat


i i i i i i i i i

tahun. “ i

Berdasarkan ketentuan Pasal 378 KUHP tersebut diatas, maka tindak


i i i i i i i i

pidana penipuan dalam arti pokok mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:


i i i i i i i i i i i

b. Unsur-unsur objektif yang terdiri dari :


i i i i i i

1) Menggerakkan; i i

2) Orang lain;
3) Untuk menyerahkan suatu barang atau benda; i i i i i i i i

4) Untuk memberi hutang; i i i i i

5) Untuk menghapus piutang; i i i i i

6) Dengan menggunakan daya upaya seperti: memakai nama palsu, i i i i i i i i

Martabat palsu, dengan tipu muslihat, dan rangkaian kebohongan. i i i i i

c. Unsur-unsur subjektif yang terdiri dari:


i i i i i i i

1) Dengan maksud; i i

2) Untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, dan i i i i i i i

3) Secara melawan hukum. 54 i i i i

54
Tongat, Hukum Pidana Materiil, UMM Press, Malang, 2003, hlm. 72.
42

Mengacu pada Pasal 378 KUHP unsur-unsur esensial dari tindak pidana
i i i i i i i i i

penipuan, maka dapat penulis simpulkan bahwasanya secara objektif, penipuan


i i i i i i i i i

melibatkan tindakan yang menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang


i i i i i i i

atau benda, memberikan hutang, atau menghapus piutang, dengan menggunakan


i i i i i i i i i i i i

daya upaya seperti nama palsu, merendahkan martabat, tipu muslihat, dan i i i i i i i i

rangkaian kebohongan lainnya. Sementara itu, secara subjektif, penipuan i i i i i i i i i

melibatkan tindakan dengan maksud tertentu, yaitu untuk menguntungkan diri


i i i i i i i i i i i i

sendiri atau orang lain, dan dilakukan secara melawan hukum. Dengan
i i i i i i i i

menggabungkan unsur-unsur ini, Pasal 378 KUHP memberikan landasan hukum


i i i i i i i i i i i

yang jelas untuk menilai dan menindak tindak pidana penipuan dengan i i i i i i i i

memperhatikan kedua aspek tersebut.


i i i i i i i i

Berdasarkan beberapa aturan hukum yang telah diuraikan di atas, investor yang
i i i i i i i i i

terlibat dalam investasi digital ilegal memiliki dasar hukum yang dapat memberikan
i i i i i i i i

perlindungan terhadap kerugian yang mungkin mereka alami. Perlindungan hukum ini
i i i i i i i i i i i i

dapat ditemukan dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasai i i i i i

Keuangan (OJK) memberikan kewenangan kepada OJK untuk mengawasi dan mengatur
i i i i i i i i i i i i

sektor keuangan, termasuk investasi. Selain itu, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
i i i i i i i i i i i

tentang Perlindungan Konsumen turut memberikan landasan perlindungan terhadap


i i i i i i i i i i i i

konsumen yang menjadi pihak terdampak dalam investasi digital ilegal.


i i i i i i

Lebih lanjut, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Transaksi


i i i i i i

Elektronik turut memberikan aspek hukum terkait investasi digital ilegal yang dilakukan
i i i i i i i i i i i i i

melalui transaksi elektronik, mengukuhkan perlindungan bagi para pelaku transaksi.


i i i i i i i i i i i

Kemudian, Keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor: 01/KDK.04/2013 tentang Satuan


i i i i i i i i i

Tugas Waspada Investasi memberikan landasan tindakan preventif dan penegakan hukum
i i i i i i i i i i

dalam menghadapi praktik investasi digital ilegal. Terakhir, dalam Pasal 378 Kitab
i i i i
43

Undang-Undang Hukum Pidana, yang memberikan dasar bagi penuntutan tindak pidana
i i i i i i i i i

penipuan terkait investasi digital ilegal


i i i i i

Berdasarkan aturan tersebut, maka investor dapat menggunakan berbagai


i i i i i i i i i

peraturan hukum yang telah dijelaskan sebagai dasar utama untuk memperoleh
i i i i i i i i i i i i i

perlindungan terhadap potensi kerugian yang mungkin timbul akibat terlibat dalam
i i i i i i i i i

investasi digital ilegal. Dalam konteks ini, pembentukan kerangka hukum menjadi suatu
i i i i i i i i i i i i

upaya yang komprehensif yang dilakukan sebagai bentuk tanggungjawab negara, dengan
i i i i i i i i i i

melibatkan beragam aspek regulasi yang dirancang untuk memberikan kepastian hukum
i i i i i i i i i i i i

sekaligus perlindungan hukum yang maksimal bagi para pe laku investasi. Dengan
i i i i i i i i i i

demikian, kesinambungan aturan-aturan tersebut menjadi landasan yang kuat dan kokoh,
i i i i i i i i i i

memberikan jaminan bahwa pelaksanaan investasi dilakukan sesuai dengan ketentuan


i i i i i i i i i i i

yang telah ditetapkan dan dengan demikian mengurangi risiko kerugian yang mungkin
i i i i i i i i i

terjadi.
i

Selain pentingnya aturan hukum yang dapat dijadikan dasar untuk memberikan
i i i i i i i i i

perlindungan hukum bagi investor, terdapat beberapa langkah menurut penulis yang dapat
i i i i i i i i i i i i i

dilakukan oleh semua masyarakat sebagai upaya terhindar dari tindakan penipuan yang
i i i i i i i i i

dilakukan oleh investasi digital ilegal yakni:


i i i i

Dalam rangka mencegah tindakan penipuan yang sering terkait dengan investasi i i i i i i i i

digital ilegal, di bawah ini disajikan beberapa langkah yang dapat diambil oleh semua
i i i i i i

anggota masyarakat, yang diantaranya sebagai berikut: i i i

1) Penelitian Mendalam i i i

Calon investor hendaknya melakukan penelitian menyeluruh dan i i i i i i i i i i

analisis terkait opsi investasi yang hendak diminati. Hal ini tentunya dapat i i i i i

dilakukan dengan memeriksa riawat dan rekam jejak perusahaan atau individu
i i i i i i i i i i

yang menyediakan kesempatan investasi. Lebih lanjut, apabila investasi i i i i i i i i


44

dilakukan melalui platform aplikasi yang baru -baru ini muncul, maka kehati-
i i i i i i i i

hatian menjadi aspek yang esensial dan harus menjadi prioritas utama yang i i i i i i i

harus dipegang teguh oleh investor. Dengan demikian, langkah-langkah ini


i i i i i i i i

diambil untuk memastikan bahwa setiap keputusan investasi yang diambil i i i i i i i i

didasarkan pada informasi yang dapat dipe rcaya dan mendasar, sehingga i i i

potensi risiko dapat diminimalkan dan hasil inve stasi dapat dicapai dengan
i i i

lebih efektif dan aman.


i i i

2) Verifikasi Legalitas
i i

Sebelum mengambil keputusan untuk melakukan investasi, terutama


i i i i i i i i i i i i i i

jika investasi tersebut berbasis digital, investor disarankan untuk melakukan


i i i i i i i i i i

langkah-langkah pemeriksaan yang cermat guna memastikan bahwa investasi i i i i i i

yang akan dijalankan telah memperoleh izin resmi dari lembaga otoritas yang i i i i i i

berwenang. Proses ini melibatkan verifikasi legalitas baik perusahaan maupun


i i i i i i i i i i

individu yang menawarkan kesempatan investasi tersebut, dan seyogyanya


i i i i i i i i i

memastikan bahwa entitas tersebut telah terdaftar sesuai dengan ketentuan


i i i i i i i i i i i i i

hukum yang berlaku. Dengan melakukan tahapan-tahapan ini, investor dapat


i i i i i i i i

meningkatkan tingkat kepercayaan dan mengurangi risiko terkait dengan


i i i i i i i

potensi investasi yang belum terjamin keabsahannya.


i i i i i i

3) Berhati-hati Terhadap Janji Keuntungan Besar


i i i i i i

Perlu ditekankan untuk senantiasa menghadirkan kewaspadaan dan


i i i i i i i i

kritis dalam menghadapi tawaran investasi yang menjanjikan keuntungan i i i i i i

yang terlalu besar atau tidak realistis dalam jangka waktu singkat. Tindakan
i i i i i i

hati-hati dan analisis mendalam sangat diperlukan ketika dihadapkan pada i i i i

penawaran investasi yang terkesan terlalu baik untuk menjadi kenyataan,


i i i i i i i i i i

karena seringkali hal tersebut dapat menjadi indikasi potensial adanya risiko
i i i i i i i
45

atau praktik investasi yang kurang etis. Oleh karena itu, sebaiknya selalu
i i i i i i i i i i

melibatkan pertimbangan matang dan kajian menyeluruh sebelum terlibat


i i i i i i i i i i

dalam investasi semacam itu, sehingga dapat meminimalkan potensi kerugian i i i i i i i i

dan melindungi kepentingan finansial dengan lebih efektif.


i i i i i i i i

4) Secara berkala memantau Informasi OJK


i i i i

Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dalam prakteknya, seringkali i i i i

mengambil langkah tegas terhadap investasi digital ilegal dengan menerbitkan


i i i i i i i i

surat keputusan yang menyatakan pencabutan izin atau deklarasi ilegalnya


i i i i i i i i i i

investasi tersebut. Informasi terkait tindakan tersebut kemudian disampaikan


i i i i i i i i i i

secara publik melalui situs web resmi OJK. Oleh karena itu, para investor
i i i i i i i i i i i

dapat tetap terhubung dengan perkembangan terbaru melalui langganan berita


i i i i i i i i i i i i

dan peringatan yang secara rutin dikeluarkan oleh OJK.


i i i i i i

Dengan memanfaatkan informasi yang tersedia pada situs web resmi


i i i i i i i

OJK, investor dapat memperoleh pemahaman mendalam mengenai investasi i i i i i i i i i

digital ilegal yang diidentifikasi dan diberikan status ilegal oleh otoritas i i i i i i

keuangan. Berlangganan berita dan peringatan dari OJK menjadi sarana


i i i i i i

efektif untuk menjaga investor agar tetap terinformasi dan waspada terhadap
i i i i i i i i i

potensi risiko serta kebijakan terkini yang berkaitan dengan investasi di pasar
i i i i i i i

keuangan. Melalui upaya ini, OJK tidak hanya berperan sebagai penegak
i i i i i i i i i i

hukum keuangan, tetapi juga sebagai penyedia informasi yang memastikan


i i i i i i i i i i

para pemangku kepentingan, termasuk investor, dapat mengambil langkah-


i i i i i i i i

langkah yang tepat untuk melindungi kepentingan finansial mereka. i i i i i i i i i


46

Penerapan langkah-langkah ini diharapkan dapat me mberikan kontribusi positif


i i i i i

dalam melindungi masyarakat dari risiko potensi penipuan yang terkait dengan praktik
i i i i i i i

investasi digital ilegal. Selain itu, langkah-langkah tersebut diupayakan untuk


i i i i i i i i i i

memberikan perlindungan yang lebih komprehensif terhadap aspek finansial masyarakat,


i i i i i i i i i

dengan tujuan utama untuk mengurangi kemungkinan kerugian yang mungkin timbul
i i i i i i i i i i i i i i

akibat terlibat dalam investasi yang tidak sah. Dengan pemahaman yang mendalam
i i i i i

terhadap prinsip-prinsip keuangan dan peraturan yang berlaku, diharapkan masyarakat


i i i i i i i

dapat lebih berwaspada dan cerdas dalam mengambil keputusan investasi, sehingga
i i i i i i i i i

dapat meningkatkan tingkat keamanan dan kestabilan finansial masyarakat dalam jangka
i i i

panjang.

B. Tanggung Jawab Otoritas Jasa Keuangan (OJK) NTB Dalam Mengatasi Kasus

Investasi Ilegal PT FEC Shopping Indonesia Yang Merugikan Konsumen Di

Lombok

Keberadaan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari
i i i i i

dinamika perekonomian negara ini. Sejak awal, pembentukan OJK dipicu oleh i i i i i i i i i

ketidakpuasan beberapa pihak terhadap fungsi pengawasan yang dilakukan oleh Bank
i i i i i i i i i

Indonesia. Keputusan untuk mendirikan lembaga pengawas jasa keuangan dengan


i i i i i i i i i i i i

karakteristik sebagai super body, seperti yang diwujudkan dalam bentuk Otoritas Jasa
i i i i i i i i i i

Keuangan (OJK), dipengaruhi oleh fakta bahwa fungsi pengawasan perbankan yang
i i i i i i i i

dilakukan oleh Bank Indonesia mengalami kegagalan yang menyebabkan munculnya


i i i i i i i i i

berbagai kasus kejahatan perbankan.55


i i i i

Guncangan ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997-1998 menyebabkan


i i i i i i i

sejumlah bank mengalami kesulitan keuangan bahkan hingga kebangkrutan, yang


i i i i i i i i i

kemudian menimbulkan keraguan terhadap efektivitas pengawasan yang dilakukan oleh


i i i i i i i i i i i i

55
Adrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, Raih Asa Sukses, Jakarta, 2014, hlm. 37.
47

Bank Indonesia. Harapan timbul bahwa reformasi di sektor hukum perbankan akan i i i i i i i

berfungsi sebagai solusi untuk mengatasi krisis tersebut dan sekaligus menciptakan
i i i i i i i i i i i i i

mekanisme pencegahan terhadap potensi permasalahan di masa depan.56


i i i i i i i i

Rencana pendirian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebenarnya sudah terselip sejak
i i i i i i i i i i

tahun 1999. Gagasan ini muncul sebagai tanggapan terhadap perintah yang tertera dalam
i i i i i i i i

Pasal 34 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, di mana i i i i i

pembentukan Lembaga Pengawas Jasa Keuangan (LPJK) diamanatkan untuk mengawasi


i i i i i i i i i i

keseluruhan aktivitas di sektor jasa keuangan Indonesia. Meskipun OJK seharusnya


i i i i i i i i i i i i

berdiri pada tahun 2002, realisasinya baru terlaksana pada tanggal 22 November 2011,
i i i i i i i

yakni setelah berlalunya 12 tahun. Penundaan ini terjadi karena terdapat perbedaan
i i i i i i i i i i i i

pendapat di kalangan berbagai pihak terkait keberadaan OJK sebagai lembaga


i i i i i i i

superbody.57
i i

Harapan timbul dengan lahirnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bahwa tidak akan i i i i

ada lagi permainan saling lempar tanggung jawab dalam pengawasan, seperti yang i i i i i i

terjadi pada kasus Bank Century dan Anta Boga Sekuritas antara Bank Indonesia dan
i i i i i i i

Bapepam-LK. Keterbukaan dan kepastian akan diwujudkan melalui OJK, yang terbentuk
i i i i i i i i i i i i

berdasarkan Undang-Undang 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Undang-


i i i i i i i i

Undang tersebut secara tegas menetapkan peralihan fungsi pengaturan dan pengawasan
i i i i i i i i i i i i i

perbankan dari Bank Indonesia ke OJK mulai 31 Desember 2013, sementara tugas dan
i i i i i i i i i i

wewenang Bapepam-LK dialihkan ke OJK pada tanggal 31 Desember 2012. 58 Dengan


i i i i i i i i

demikian, OJK menjadi lembaga yang memiliki otoritas tunggal dalam melakukan
i i i i i i i

pengawasan di sektor jasa keuangan, mengakhiri ketidakpastian yang mungkin muncul


i i i i i i i i i

dalam tanggung jawab pengawasan antara lembaga keuangan sebelumnya. i i i i i i i i

56
Ibid.
57
Iswi Hariyani, et.all, Capital Market Top Secret Ramuan Sukses Bisnis Pasar Modal Indonesia, Andi,
Yogyakarta, 2017, hlm. 79.
58
Ibid, hlm. 80.
48

Dalam konteks kelembagaan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) beroperasi secara i i i i i i i i

independen di luar lingkup pemerintahan dan Bank Indonesia. Oleh karena itu, OJK
i i i i i i i i i i i

tidak tergabung dalam struktur pemerintah dan Bank Indonesia. Meski demikian, perlu
i i i i i i i i i i i

dicatat bahwa kemungkinan adanya elemen-elemen perwakilan dari pemerintah dan i i i i i i i i i i i

Bank Indonesia tidak dapat diabaikan. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa pada i i i i

hakikatnya, OJK bertindak sebagai otoritas di sektor jasa keuangan yang memiliki i i i i i i

hubungan erat dan keterkaitan dengan otoritas lain, khususnya otoritas fiskal yang
i i i i i i i i

diwakili oleh pemerintah melalui Menteri Keuangan, serta keterkaitan dengan otoritas i i i i i i i i i i i i i

moneter secara ex-officio.59. i i i i

Penempatan pejabat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang berasal dari unsur
i i i i i i i i

pemerintah dan Bank Indonesia (ex-officio) diintegrasikan dalam upaya koordinasi,


i i i i i i

kolaborasi, dan penyelarasan kebijakan di sektor fiskal, moneter, dan jasa keuangan. i i i i i i i i

Kehadiran pejabat ex-officio menjadi suatu keharusan untuk menjamin perlindungan


i i i i i i i i i i i i i

terhadap kepentingan nasional, terutama dalam konteks persaingan global dan


i i i i i i i

kesepakatan internasional. Hal ini juga mendukung kebutuhan akan koordinasi yang
i i i i i i i i i i

efektif dan pertukaran informasi guna menjaga serta memelihara stabilitas sistem
i i i i i i i i i i

keuangan secara holistik.60


i i i

Otoritas Jasa Keuangan yang merupakan sebuah entitas lembaga yang bersifat i i i i i i i i i

independen dengan fungsi, tugas, dan wewenang yang luas dalam mengatur, mengawasi,
i i i i i i i i i i i i

melakukan pemeriksaan, dan menyelidiki seluruh sektor jasa keuangan di Indonesia.


i i i i i i i i i i i i i

Wilayah tanggung jawab OJK mencakup sektor perbankan, pasar modal, perasuransian, i i i i i i i

dana pensiun, dan lembaga jasa keuangan lainnya. Sebagai sebuah lembaga yang berdiri
i i i i i i i i i i

independen, OJK memiliki peran krusial dalam menjaga stabilitas, integritas, dan
i i i i i i i i

59
Aulina Putri Prasafi, Perlindungan Hukum Terhadap Investor Yang Menginvestasikan Dananya Pada
Perusahaan Investasi Yang Tidak Terdaftar Di Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Skripsi, Fakultas Hukum
Universitas Jember, Jember, 2020, hlm. 22.
60
Ibid, hlm. 22.
49

transparansi dalam sistem keuangan Indonesia. 61 Dengan tugas dan tanggung jawabnya i i i i i i i

yang komprehensif, OJK memainkan peran penting sebagai pengawas dan pengatur i i i i i i i i i

dalam memastikan berfungsinya sektor jasa keuangan secara efisien dan sesuai dengan
i i i i i i i i i i i i

standar peraturan yang berlaku. i i i i

OJK memiliki tugas utama dalam menyelenggarakan sistem pengaturan dan i i i i i i i i i

pengawasan yang terintegrasi terhadap seluruh kegiatan yang terdapat dalam sektor jasa
i i i i i i i i i i

keuangan. Tanggung jawab OJK mencakup pengawasan terhadap sektor perbankan,


i i i i i i i i i

pasar modal, dan lembaga keuangan lainnya. 62 Dengan demikian, OJK berperan sebagai i i i i i i i i

entitas pengawas yang komprehensif, memastikan bahwa semua aspek dalam sektor jasa
i i i i i i i i i

keuangan beroperasi sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.


i i i i i i i i i i i i i i

Sebagai entitas yang memiliki independensi penuh sebagai Otoritas Pengawas


i i i i i i i i i i

Lembaga Jasa Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan memegang peran utama dalam
i i i i i i i i i

melaksanakan beberapa fungsi esensial. Pertama, Otoritas Jasa Keuangan bertanggung


i i i i i i i i i i i

jawab untuk melakukan pengawasan terhadap peraturan dan ketentuan yang berlaku di
i i i i i i i i i i i i i

lingkungan forum stabilitas keuangan. Fungsi ini mencakup pemantauan dan evaluasi
i i i i i i i i i i i

terhadap aturan main yang diterapkan dalam konteks stabilitas keuangan secara
i i i i i i i

keseluruhan. 63
i i i i

Selanjutnya, Otoritas Jasa Keuangan memiliki peran strategis dalam menjaga


i i i i i i i i

stabilitas sistem keuangan. Tugas ini mencakup upaya-upaya preventif dan responsif i i i i i i i i i i i

untuk mencegah atau mengatasi potensi ketidakstabilan yang dapat timbul di dalam
i i i i i i i i i

sistem keuangan. 64 Oleh karena itu, Otoritas Jasa Keuangan diberi tanggung jawab untuk
i i i i i i i i i i i i

61
Azhary Hamzah Nasution, Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Kejahatan Perbankan,
Skripsi, Fakultas Hukum Airlangga, Surabaya, 2018, hlm. 10.
62
Masyithoh, Peranan OJK Dalam Pengawasan Perbankan Syariah Di Kota Jambi, Skripsi Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Islam, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, 2018, hlm. 14.
63
Ibid, hlm. 15.
64
Ibid, hlm. 16.
50

merancang dan mengimplementasikan kebijakan serta langkah-langkah yang mendukung


i i i i i i i i i

stabilitas tersebut. i i i

Terakhir, Otoritas Jasa Keuangan juga memiliki wewenang untuk melakukan


i i i i i i i i i i i

pengawasan terhadap entitas non-bank. Pengawasan ini mencakup berbagai kegiatan di


i i i i i i i i

sektor pasar modal, perbankan, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan
i i i i i i i i

65
berbagai lembaga jasa keuangan lainnya.
i i i i Dengan demikian, Otoritas Jasa Keuangan
i i i i

memastikan bahwa setiap kegiatan di berbagai sektor tersebut berlangsung sesuai dengan
i i i i i i i i i i i i i

ketentuan peraturan yang berlaku, dengan tujuan utama menjaga integritas dan kestabilan
i i i i i i i i i i i i i i

sistem keuangan secara keseluruhan.


i i i i i i i i

Selain peran, tujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dapat diketahui melalui
i i i i i i i i i i

Pasal 4 Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Pasal i i i i i i

tersebut secara tegas menyatakan bahwa pembentukan OJK bertujuan untuk menjamin
i i i i i i i i i i i i i i i

agar keseluruhan aktivitas di sektor jasa keuangan dapat berjalan dengan tertib, adil,
i i i i i i i i i i

transparan, dan akuntabel. Lebih lanjut, OJK berkomitmen untuk menciptakan sistem i i i i i i i i i i

keuangan yang dapat berkembang secara berkelanjutan dan stabil, sekaligus memberikan
i i i i i i i i i i i i

perlindungan kepada konsumen dan masyarakat.


i i i i i

Mengacu pada bunyi Pasal 4 di atas, diketahui bahwasanya visi dari pemerintah
i i i i i i i

dalam pembentukan OJK adalah menciptakan lingkungan keuangan yang sehat, teratur,
i i i i i i i i i i

dan adil, dengan tujuan agar masyarakat dapat mempercayai dan merasa aman dalam i i i i i i

berpartisipasi dalam kegiatan keuangan. Pasal tersebut menunjukkan fokus OJK tidak
i i i i i i i i i i i

hanya pada aspek pengaturan dan pengawasan, tetapi juga pada aspek perlindungan i i i i i i i i i

konsumen dan pembangunan sistem keuangan yang berkelanjutan.


i i i i i i i i i i

Tidak hanya itu, sebagai lembaga yang memiliki peran penting dalam melindungi i i i i i i i i

konsumen di sektor keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memiliki wewenang yang
i i i i i i i i i i

luas dalam mengawasi investasi. Wewenang OJK dapat dijabarkan dengan


i i i i i i

65
Ibid, hlm. 16.
51

memperhatikan beberapa sektor, khususnya Sektor Perbankan dan Sektor Keuangan.


i i i i i i i i i i i i

Adapun rincian wewenang OJK dalam mengawasi investasi dapat dilihat pada kedua
i i i i i i i

sektor tersebut.
i i i i

1. Sektor Perbankan i i

Pengaturan dan pengawasan di Sektor Perbankan, sebagaimana diatur dalam


i i i i i i i

Pasal 7 UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, melibatkan i i i i i i i

tugas dan tanggung jawab dalam tiga aspek utama, yaitu aspek kelembagaan,
i i i i i i i i

aspek kesehatan bank, dan aspek kehati-hatian. Dengan demikian, OJK


i i i i i i i

memiliki peran yang sangat signifikan dalam me mastikan kestabilan dan


i i i i

integritas sektor perbankan. i i i

2. Sektor Keuangan i i i

Di sektor keuangan, OJK memiliki kewenangan yang mencakup berbagai i i i i i i i i i

aspek, antara lain: i

a) Menetapkan kebijakan operasional pengawasan pada kegiatan jasa i i i i i i

keuangan. i i

b) Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilakukan oleh Kepala i i i i i i i

Eksekutif. i i i

c) Melakukan pengawasan pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, i i i i i i i i i i

dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, dan/atau pihak i i i i i i i

penunjang kegiatan jasa keuangan sesuai dengan peraturan perundang- i i i i i i i i i i i i

undangan di sektor tersebut. i i i i i

d) Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau i i i i i i i i i i

pihak tertentu. i i i

e) Menunjuk pengelola statuer dan menetapkan penggunaan pengelola statuer. i i i i i i i i i i i i i i i

f) Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melanggar peraturan i i i i i i

di sektor jasa keuangan. i i i

g) Memberikan atau mencabut izin usaha, izin orang perseorangan, efektifnya i i i i i i i i i i

pernyataan pendaftaran, surat tanda terdaftar, persetujuan melakukan i i i i i i i i i i

kegiatan usaha, pengesahan, persetujuan atau penetapan pembubaran, i i i i i i i i i i i i i

penetapan lain, dan penetapan lainnya. 66 i i i i

Berdasarkan uraian di atas, bahwasanya melalui wewenang-wewenang tersebut,


i i i i i i i i i i i

OJK berperan aktif dalam menjaga stabilitas, integritas, dan kepatuhan terhadap
i i i i i i i

peraturan di sektor keuangan, memastikan perlindungan yang efektif terhadap konsumen,


i i i i i i i i i i i i i

dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjaga kesehatan dan kinerja sektor
i i i i i i i i i i

keuangan secara keseluruhan.


i i i i i i i

Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sendiri dibagi menjadi dua jenis, yakni i i i i i i

kantor Regional dan kantor OJK yang tersebar di seluruh Indonesia. Sesuai dengan
i i i i i i i i i i

66
Bambang Murdadi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Pengawas Lembaga Keuangan Baru Yang Memiliki
Kewenangan Penyidikan, Jurnal Value Added, Vol. 8 No. 2 2012, hlm. 34.
52

ketentuan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan,


i i i i i i i i i

kepala kantor regional dilantik dan bekerja sesuai dengan amanat undang-undang, serta
i i i i i i i i i i

bertanggung jawab atas fungsi pengaturan dan pengawasan perbankan yang sebelumnya
i i i i i i i i i i

dilakukan oleh Bank Indonesia. Kantor OJK secara keseluruhan telah mendirikan 33
i i i i i i i i i i

kantor berdasarkan jumlah provinsi yang ada di Indonesia.67


i i i

Pada dasarnya, setiap kantor OJK yang berjumlah 33 Kantor OJK (KOJK) i i i

memiliki fungsi, tugas, dan peran yang serupa, yaitu menyelenggarakan sistem
i i i i i i i i i i i

pengaturan dan pengawasan terintegrasi terhadap seluruh kegiatan di sektor jasa


i i i i i i i i i i i

keuangan. Tugas utama setiap kantor OJK mencakup pengaturan, pengawasan, dan
i i i i i i i i i i

penyelidikan di bidang perbankan, Pasar Modal, Industri Keuangan Non-Bank (termasuk


i i i i i i i i

asuransi, dana pensiun, pengadaian, perusahaan pinjaman kredit daerah (jamkrida), dan
i i i i i i i i

lainnya), serta pengawasan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.68 Dengan demikian,


i i i i i i i

OJK ini memiliki mandat untuk melindungi konsumen, dan kantor OJK di daerahi i i i i i i i

diharapkan dapat menjadi pusat informasi dan pengaduan masyarakat. i i i i

Tidak hanya itu, keberadaan kantor OJK di daerah juga juga sebagai langkah untuk i i i i i i i i i

meningkatkan pengawasan industri perbankan di daerah tersebut, termasuk penguatan


i i i i i i i i i i i i

Bank Pembangunan Daerah dan BPR milik Pemerintah daerah. Secara umum, setiap
i i i i i i i i i i

kantor OJK memiliki fungsi dan peran yang serupa, yaitu melaksanakan pengaturan dan i i i i i i i i i

pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan, pasar modal, dan
i i i i i i i

sektor IKNB, serta memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada
i i i i i i i i i i i i

konsumen.69 i i

67
Admin OJK, Kontak Kami, Diakses Pada Https://Ojk.Go.Id/Id/Contact.Aspx 29 Januari 2024 Pukul
10:00 Wita.

68
M. Rizal Afriandani, Kedudukan Dan Peran Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Perwakilan Nusa
Tenggara Barat (NTB) Dalam Menanggulangi Investasi Ilegal, Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas Mataram,
2023, hlm.57.

69
Ibid., hlm.58.
53

Kantor OJK yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian skripsi ini adalah i i i i i

Kantor Otoritas Jasa Keuangan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), yang terletak di i i i i i i

Jalan Yos Yudarso No.4 Ampenan, Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat i i i i

(NTB). Fokus penelitian ini tertuju pada peran dan fungsi Kantor OJK Provinsi NTB i i i i i i i i

dalam menjalankan tugasnya sebagai lembaga pengawas dan pengatur di sektor jasa
i i i i i i i i

keuangan, dengan alamat kantor di Ampenan, Kota Mataram, NTB.70


i i i i

Walaupun pada dasarnya kewenangan dari Kantor Otoritas Jasa Keuangan Provinsi
i i i i i i

Nusa Tenggara Barat (NTB) adalah mengawasi pelaksanaan kegiatan keuangan yang ada
i i i i i i i

di wilayah NTB telah sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, sehingga meminimalisir i i i i i i i i i i i

terjadinya kerugian-kerugian yang dialami oleh konsumen. Akan tetapi, hal ini ada
i i i i i i i i i

praktiknya belum dalam menyelesaikan permasalahan kegiatan bisnis khususnya i i i i i i i i i

kegiatan investasi digital ilegal yang digunakan berbasis aplikasi yang salah satu
i i i i i i

contonya baru-baru ini terjadi pada aplikasi PT. FEC Shoping Indonesia. i i i i i

Future E-Commerce (FEC) Shopping Indonesia merupakan suatu badan usaha


i i i i i i i i i i i i i

yang memiliki izin usaha sebagai pedagang eceran dengan Klasifikasi Baku Lapangan
i i i i i i i i

Usaha Indonesia (KLBI). Dalam deskripsi izin usaha FEC di sebutkan bahwa FEC
i i i i i i i i

memperdagangkan berbagai perlengkapan rumah tangga dari tekstil, peralatan listrik dan
i i i i i i i i

juga penerangan. 71 Pada kenyataannya FEC diketahui melakukan aktivitas pengumpulan


i i i i i i i i i i i i

dana dari mayarakat mengatasnamakan investasi. Aktivitas penghimpunan dana yang i i i i

berkedok investasi ini merupakan suatu tindakan illegal, hal ini dikarenakan aktivitas ini
i i i i i i i i i

tidak sesuai dengan izin usaha yang dimiliki oleh FEC. Oleh karenanya, berdasarkan
i i i i i i i i i

analisa penulis didapatkan bahwa FEC seolah menawarkan investasi Mata Uang Digital
i i i i i i i

(Cryptocurrency). i i

70
Admin OJK, Kontak Kami, Diakses Pada Https://Ojk.Go.Id/Id/Contact.Aspx 29 Januari 2024 Pukul
10:00 Wita.
71
Kurniawan Eka Mulyana, Satgas Pemberantasan Izin Ilgela Cabut Izin PT.FEC Shooping, Diakses
Pada Https://Www.Kompas.Tv/Ekonomi/445109/Satgas-Pemberantasan-Aktivitas-Keuangan-Ilegal-Cabut-Izin-
Usaha-Pt-Fec-Shopping-Ini-Sebabnya?Page=All 22 Februari 2024 Pukul 22:00 Wita.
54

Perlu digaris bawahi bahwa penyimpulan jenis investasi yang penulis sebutkan di
i i i i i i i i i i

atas berdasarkan informasi yang penulis dapatkan dari korban investasi illegal ini. Salah
i i i i i

satu korban yang berhasil penulis wawancarai berinisial MB dan berasal dari Lombok
i i i i i i

Tengah, berdasarkan hasil wawancara penulis terkait kasus ini menyatakan bahwa:
i i i i i i i

“ Kasus ini awalnya bermula dari saya yang ditawari te man untuk melakukan
i i i i i i i i

investasi pada sebuah aplikasi yang bernama PT. FEC Shoping Indonesia, awalnya
i i i i i i

saya hanya memasukkan uang sebesar Rp.5.000.000 ( Lima Juta Rupiah) dan i i i i i i i

belum satu minggu saya sudah menerima bunga atau keuntungan yang kurang
i i i i i i i i i i i i i

lebih mencapai Rp.2.000.000. Hal ini lantas me mbuat saya memasukkan uang
i i i i i i i

lebih banyak lagi dan bisa dikatakan uang tabungan saya waktu itu saya masukkan
i i i i i i

semua. Kemudian saya mengetahui bahwa apabila membawa orang untuk join ke
i i i i i i i i i i i

dalam investasi ini, maka kita akan memperoleh keuntungan yang sangat besar i i i i i i i i

pula, sehingga saya mengajak teman dan juga keluarga untuk bergabung. Tetapi
i i i i i i i i i i i i

belum sampai 1 bulan saya serta yang saya ajak bergabung, investasi ini telah
i i i i i i i i

menipu kami dan merugikan kami dengan total kurang lebih sebesar Rp.
i i i i i i i i i

394.000.000 (Tiga Ratus Sembilan Puluh Empat Juta Rupiah).”72 i i i i i i i

Berdasarkan hasil wawancara diatas terlihat bahwa korban melakukan investasi


i i i i i

dengan proses yang sangat sederhana, yakni:


i i i i

1) Melakukan deposit uang di Bank yang dimiliki oleh korban;


i i i i i

2) Melakukan top up pada aplikasi PT. FEC;


i i i i

3) Melakukan investasi dalam aplikasi PT. FEC;


i i i i

4) Mendapatkan keuntungan dari investasi yang dilakukan;


i i i i i i

5) Menarik keuntungan yang didapatkan dari aplikasi;


i i i i

Jika dianalisa berdasarkan keterangan korban MB dan juga penjabaran langkah- i i i i i

langkah-langkah investasi di atas, maka diketahui bahwa satu-satunya jenis investasi i i i i i i i

yang sesuai adalah investasi cryptocurrency. Cryptocurrency adalah merupakan suatu


i i i i i i i i i i i

teknologi dengan dasar Blockchain yang digunakan sebagai mata uang digital, mata uang
i i i i i i

ini tidak memiliki bentuk fisik dan berbasis block data serta diikat oleh Hash sebagai
i i i i i i i

72
Hasil Wawancara Dengan Bapak MB, Responden Pertama, Wawancara Dilakukan Pada Kediaman
Bapak MB Lombok Tengah, Tanggal 6 Januari 2024 Pukul 10:00 Wita.
55

validasinya serta tidak memiliki Underlaying assets serta tidak adanya kontrol dari i i i i i i

Lembaga resmi seperti OJK.73


i i i i

Dalam jenis investasi ini investor hanya harus melakukan pembelian mata uang
i i i i i i i i i

asing tanpa harus mendapatkan protofolio seperti dalam investasi pasar modal (Saham)74 i i i i i

atau utang surat dalam investasi obligasi (terdapat underlying assets).75 Selain itu waktu
i i i i i i i i i i i

return benefit dari korban dalam kasus ini terbilang sangat cepat. Hal ini hanya dapat
i i i i i i i

terjadi apabila investor melakukan investasi cryptocurrency yang mana mata uang yang
i i i i i i i i

dimiliki dapat dijaul kapanpun ketika investor merasa bahwa dengan menjual asetnya i i i i i i i i i

dapat mendatangkan keuntungan. Dalam investasi lain seperti invetasi waralaba uatu
i i i i i i i i i i

deposito return benefit hanya dapat didapatkan dalam waktu yang cukup lama.76
i i i i i i i i

Namun perlu dicatat bahwa berdasarkan keterangan korban terdapat suatu


i i i i i i i i i

keanehan dalam investasi illegal yang dijalankan oleh PT. FEC jika memang investi
i i i i i i i i

yang dilakukan adalah cryptocurrency. Seperti yang penulis jabarkan sebelumnya dalam
i i i i i i i i i i

investasi cryptocurrency terdapat suatu tahapan dimana investor dapat menjual asetnya
i i i i i i i i i i

secara individu kapanpun investor menghendaki. Akan tetapi, dalam kasus ini korban
i i i i i i i i

sepertinya tidak menjual asetnya secara individu kemudian mendapatkan keuntungan.


i i i i i i i i i i i i i

Oleh karenanya, seolah ada pihak lain yang memonopoli investasi dari korban dan
i i i i i

menciptakan fatamorgana bahwa investasi dari korban dikelola secara otomatis dalam
i i i i

invetasi yang penulis duga adalah cryptocurrency tanpa melibatkan korban, yang
i i i i i i i

kemudian korban akan mendapatkan keuntungan secara otomatis.


i i i i i i i

Pada daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) investasi online PT. FEC telah menarik
i i i i i i i i

perhatian masyarakat. Awalnya, bisnis ini dipromosikan se bagai peluang investasi yang
i i i i i

73
Wu, J., Liu, J., Zhao, Y., dan Zheng, Z, Analysis of cryptocurrency transactions from a network
perspective: An overview, Journal of Network and Computer Applications, Vol.1 No.11, 2021, hlm.190.
74
K Pakpahan, Strategi Investasi Di Pasar Modal, The Winners, Vol.4 No.2, 2003, hlm.138-147.
75
T Sitorus, Pasar Obligasi Indonesia: Teori dan Praktik, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2023,
hlm.10.
76
Rahadi, D. R., dan Stevanus, Y, Persepsi Dan Pengambilan Keputusan Milenial Terhadap Instumen
Investasi Masa Depan: Studi Literatur. INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis Dan Manajemen Indonesia, Vol.3 No.2,
2020, hlm.163.
56

menjanjikan keuntungan besar. Namun sayangnya, berbagai laporan kerugian mulai


i i i i i i i i i i

muncul, dan banyak anggota masyarakat mengalami kesulitan dalam menarik dana yang
i i i i i i

mereka investasikan melalui aplikasi bisnis online tersebut. Sehingga hal ini
i i i i i i i i i i

menyebabkan para korban melaporkan kasus ini kepada Polda NTB, dengan dua orang
i i i i i i i

tersangka yakni pembesar yang merupakan mentor dan pembesar dari PT FEC Shopping
i i i i i i i i i

Indonesia wilayah Lombok yang bernama Surya dan Damar. 77


i i i

Dalam konteks kasus ini, jumlah korban yang terkena dampak mencapai sekitar i i i i i i i

94.000 orang. 78 Namun, untuk menentukan secara pasti total kerugian yang dialami oleh i i i i i i i i i i

seluruh korban di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB), belum dapat dipastikan dengan
i i i i i i i i

akurat. Hal ini karena data tersebut belum dikeluarkan melalui laporan berita, dan juga
i i i i i i i i i i i i i

belum tersedia data resmi yang dikeluarkan oleh Kantor Otoritas Jasa Keuangan Provinsi
i i i i i i i i i i

Nusa Tenggara Barat (NTB). Meskipun demikian, dapat diakui bahwa kerugian yang
i i i i i i i i

dihadapi oleh para korban dari kasus ini tentunya tidak sedikit. Selain korban Bapak i i i i i i

MB, terdapat korban lainnya yang merupakan responden kedua penulis yang bernama
i i i i i i i i i i

Bapak DH, beliau menyatakan bahwa: i i i

“ Pada kasus ini saya memang tergiur karena keuntungan yang ditawarkan oleh i i i i i i i i i

investasi tersebut sangat besar, terlebih lagi apabila kita mengajak orang-orang
i i i i i i i i

untuk ikut. Hal inilah yang membuat orang-orang menganggap saya sebagai pelaku
i i i i i i i i i

tetapi pada kenyataanya saya juga korban dan mengalami kerugian sekitar Rp.
i i i i i i i

800.000.000 (Delapan Ratus Juta Rupiah). Sehingga kita sedang melakukan upaya i i i i i i i i i

hukum kepada polda NTB, agar kasus ini dapat selesai dan kita semua sebagai
i i i i i i i i i

korban memperoleh hak kita masing-masing”79 i i i

Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan korban investasi PT. FEC
i i i i i i i

didapatkan bahwa kasus investasi pada PT. FEC Shopping Indonesia telah menimbulkan i i i i i i i

dampak serius terhadap masyarakat yang menjadi korban. Awalnya, Bapak MB tergoda i i i i i

77
Idham Halik Dan Andi Hartik, ASN Di Lombok Tengah Jadi Korban Bisnis Investasi FEC, Rugi Rp
394 Juta, Diakses Pada Https://Regional.Kompas.Com/Read/2023/09/11/150105278/Asn-Di-Lombok-Tengah-
Jadi-Korban-Bisnis-Investasi-Fec-Rugi-Rp-394-Juta?Page=Al 10 Januari 2024 Pukul 20:00 Wita.
78
Admin,Negara Harus Bertanggungjawab Atas Kasus Penipuan Fec Shopping Indonesia, Diakses Pada
Https://Lombokfokus.Com/Negara-Harus-Tanggung-Jawab-Kasus-Penipuan-Fec-Shopping-Indonesia 16
Januari 2024 Pukul 11:00 Wita.
79
Hasil Wawancara Dengan Bapak DH, Responden Kedua Wawancara Dilakukan Pada Kediaman
Bapak DH,Tanggal 30 Desember 2023 Pukul 16:40 Wita.
57

untuk berinvestasi karena penawaran keuntungan besar, namun setelah memasukkan


i i i i i i i i i i i i i i i

uang tabungannya dan mengajak orang lain bergabung, ia dan orang-orang yang ia ajak
i i i i i

mengalami kerugian finansial mencapai Rp. 394.000.000. Bapak DH korban kedua,


i i i i i i

menyatakan bahwa meskipun dianggap sebagai pelaku, ia juga sebenarnya korban dan
i i i i i i i i i

mengalami kerugian sekitar Rp. 800.000.000. Keduanya sedang berupaya hukum kepada
i i i i i i i i i i i i

Polda NTB agar kasus ini dapat selesai dan hak-hak mereka sebagai korban dapat i i i i i i

dipulihkan. i

Kesaksian dari dua korban di atas mencerminkan perlunya kesadaran hukum di


i i i i i i i i i

kalangan masyarakat terkait i investasi i yang terlihati menggiurkan, i i serta i

mendemonstrasikan pentingnya penegakan hukum untuk melindungi masyarakat dari


i i i i i i i i i i i

skema penipuan serupa. Kerugian finansial yang signifikan ini menunjukkan dampak
i i i i i i i i i i

serius dari kasus ini terhadap masyarakat yang menjadi korban. Selain itu kasus ini
i i i i i i i i

memberikan gambaran kurangnya literasi digital khususnya terkait dengan investasi.


i i i i i i i i i

Perlu diingat bahwa investasi (legal infestation) merupakan suatu tindakan yang beresiko
i i i i i i i i i i i

yang sewaktu-waktu dapat memberikan keuntungan dan menyebabkan kerugian. Oleh


i i i i i i i i i i i i i

karena itu pengetahuan mendalam (indepth knowledge) merupakan suatu modal penting
i i i i i i i i i i i i i i

yang wajib dimiliki oleh setiap orang yang ingin terjuan dalam dunia investasi. i i i i i i

Pada kasus yang peneliti kaji diatas, terlihat bahwa kerugian yang dialami oleh
i i i i i i i

para korban yang menyentuh diangka yang pantastis, maka hal ini te ntunya i i i i i

membutuhkan bentuk tanggung jawab dari Kantor Otoritas Jasa Ke uangan Provinsi Nusa
i i i i i i i i i

Tenggara Barat (NTB) sebagai Lembaga perwakilan Otoritas Jasa Keuangan. Untuk
i i i i i i i i

mengetahui bentuk tanggungjawab Kantor Otoritas Jasa Keuangan Provinsi Nusa


i i i i i i i i i

Tenggara Barat (NTB) dalam mengatasi permasalahan investasi digital ilegal yang ada di
i i i i i

wilayah NTB Rico Rinaldy selaku kepala Kantor OJK Nusa Tenggara Barat yang i i i i i

mengatakan bahwa:i
58

“Sebagai perwakilan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di wilayah Nusa Tenggara


i i i i i i

Barat, kami mengakui bahwa permasalahan investasi digital ilegal yang merugikan i i i i i i i

masyarakat masih menjadi perhatian serius. Dalam menghadapi tantangan ini, i i i i i

Kantor OJK Nusa Tenggara Barat telah mengimplementasikan dua strategi utama, i i i i i i i i i

yaitu upaya preventif dan upaya represif. Upaya preventif kami fokus pada
i i i i i i i i i i i

sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. Melalui kegiatan ini, kami berupaya i i i i i i i i

memberikan pemahaman mendalam kepada masyarakat seputar karakteristik


i i i i i i i i

investasi bodong. Tujuannya adalah agar masyarakat dapat me ngidentifikasi


i i i i i

praktik investasi digital ilegal tersebut dan mengambil langkah pencegahan yang i i i i i i i i

diperlukan. Sosialisasi dan edukasi ini dianggap sebagai langkah awal yang krusial
i i i i i i

untuk melibatkan seluruh lapisan masyarakat dalam perlindungan terhadap risiko


i i i i i i i i i

investasi digital ilegal. Di sisi lain, upaya represif yang kami lakukan melibatkan
i i i i i i i

penyediaan fasilitas pelayanan penyelesaian sengketa. Kami menyadari pentingnya


i i i i i i i i i i

memberikan wadah bagi masyarakat yang merasa dirugikan akibat investasi digital
i i i i i

ilegal untuk melaporkan dan menyelesaikan sengketa mereka. Dengan


i i i i i i i i i i i i

menyediakan fasilitas ini, kami berharap dapat memberikan solusi yang efektif dan
i i i i i i i i

efisien dalam menanggapi permasalahan yang timbul akibat investasi digital ilegal.
i i i i i i i

Selain itu, kami juga aktif terlibat dalam penyelesaian kasus investasi digital ilegal
i i i i i i i i i i

secara keseluruhan, bertindak sebagai mitra penegak hukum dan lembaga terkait
i i i i i i i i i i i i i

untuk mengatasi masalah ini secara tuntas. Melalui kombinasi upaya preventif dan
i i i i i i i i i i

represif, Kantor OJK Nusa Tenggara Barat berkomitmen untuk mengurangi


i i i i i i i i i i

dampak negatif investasi digital ilegal dan memberikan perlindungan hukum yang i i i i i i i i i

optimal kepada masyarakat.”80 i

Setelah mengatahui bentuk tanggung tanggungjawab yang dilakukan oleh Kantor


i i i i i i i i i i

Otoritas Jasa Keuangan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dalam mengatasi i i i i i

maraknya permasalahan investasi digital ilegal yang merugikan masyarakat di Provinsi i i i i i

Nusa Tenggara Barat (NTB), Kantor Otoritas Jasa Ke uangan (OJK) telah memfokuskan
i i i i i i i

upaya preventifnya melalui langkah-langkah sosialisasi dan edukasi. Melalui instrumen


i i i i i i i i i i i

utama ini, Kantor OJK Provinsi NTB berupaya memberikan pemahaman yang mendalam
i i i i i i i

kepada masyarakat terkait karakteristik investasi bodong. Pendekatan ini sejalan dengan
i i i i i i i i

visi OJK untuk meningkatkan literasi keuangan di kalangan masyarakat sebagaimana i i i i i i i

diatur pada ketentuan Pasal 28 UU OJK yang menyatakan bahwa:


i i i i i i i

“Untuk perlindungan Konsumen dan masyarakat, OJK berwenang melakukan


i i i i i i i i i i

tindakan pencegahan kerugian Konsumen dan masyarakat, yang meliputi: i i i i i i i i

a. Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat atas karakteristik i i i i i i

sektor jasa keuangan, layanan, dan produknya; i i i i

b. Meminta Lembaga Jasa Keuangan untuk menghentikan kegiatannya apabila i i i i i i i i i

kegiatan tersebut berpotensi merugikan masyarakat; dan i i i i i i i i

80
Hasil Wawancara Dengan Rico Rinaldy, Kepala Kantor OJK Nusa Tenggara Barat, Wawancara
Dilakukan Pada Kantor OJK Nusa Tenggara Barat Tanggal 17 Januari 2024 Pukul 15:10 Wita.
59

c. Tindakan lain yang dianggap perlu sesuai dengan ketentuan peraturan i i i i i i i i i i

perundang-undangan di sektor jasa keuangan”


i i i i i i

Berdasarkan ketentuan bunyi Pasal 28 di atas, diketahui bahwasanya dengan


i i i i i i i i

memberikan informasi dan edukasi masyarakat akan mengetahui karakteristik dan


i i i i i i i i

produk di sektor jasa keuangan. Meskipun demikian, implementasi upaya preventif ini
i i i i i i i i i i i i

masih dihadapkan pada berbagai kendala, yang menyebabkan investasi digital ilegal i i i i i i

terus merugikan masyarakat NTB. Sebagai tanggapan terhadap tantangan ini, OJK terus
i i i i i i i i

berkomitmen untuk mengoptimalkan dan meningkatkan efektivitas langkah-langkah


i i i i i i i i

sosialisasi dan edukasi yang telah diterapkan. Dengan demikian, OJK berharap dapat i i i i i i i

mencapai hasil yang lebih signifikan dalam melibatkan masyarakat dalam upaya
i i i i

pencegahan investasi bodong, sehingga risiko kerugian dapat diminimalkan dan


i i i i i i

keamanan finansial masyarakat dapat terjaga dengan lebih baik.


i i i i

Selain berperan dalam aspek preventif, kehadiran peran represif Kantor Otoritas
i i i i i i i i i i

Jasa Keuangan (OJK) Provinsi NTB menjadi semakin penting ketika investasi bodong
i i i i i i i

menimbulkan kerugian yang signifikan bagi masyarakat. Se bagai bagian dari upaya
i i i i i i

represif, fasilitas penyelesaian sengketa menjadi sarana yang sangat relevan, memberikan
i i i i i i i i i i i i

wadah bagi individu atau kelompok masyarakat yang merasa dirugikan untuk i i i i i i i

melaporkan kasus-kasus tersebut dan memperoleh keadilan.


i i i i i i i i i i

Adanya fasilitas penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh Kantor Otoritas Jasa i i i i i i i

Keuangan (OJK) Provinsi NTB sejalan dengan amanat yang ditetapkan oleh Pasal 30 UU
i i i i i i i i

OJK yang menyatakan bahwasanya: i

(1) Untuk perlindungan konsumen dan masyarakat, OJK berwenang melakukan


i i i i i i i i i i

pembelaan hukum, yang meliputi: i i i i i i

a. Memerintahkan atau melakukan tindakan tertentu kepada Lembaga Jasa i i i i i i i i i i

Keuangan untuk menyelesaikan pengaduan Konsumen yang dirugikan i i i i i i i i i i i i

Lembaga Jasa Keuangan dimaksud; i i i i

b. Mengajukan gugatan: i i i

1. Untuk memperoleh kembali harta kekayaan milik pihak yang dirugikan i i i i i i i i

dari pihak yang menyebabkan kerugian, baik yang berada di bawah i i i i i


60

penguasaan pihak yang menyebabkan kerugian dimaksud maupun di i i i i i i i i i

bawah penguasaan pihak lain dengan itikad tidak baik; dan/atau i i i i

2. Untuk memperoleh ganti kerugian dari pihak yang menyebabkan i i i i i i i i i

kerugian pada Konsumen dan/atau Lembaga Jasa Keuangan sebagai i i i i i i i i i

akibat dari pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di sektor i i i i i i i

jasa keuangan. i i

(2) Ganti kerugian sebagaimana dimaksud ayat 91) huruf b angka 2 hanya i i i i i i

digunakan untuk pembayaran ganti kerugian kepada pihak yang dirugikan.


i i i i i i i i

Selain itu, Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi NTB juga aktif terlibat
i i i i i i

dalam penanganan kasus investasi bodong bersama Tim Satuan Tugas Pemberantas
i i i i i i i i

Aktiviasi Keuangan Ilegal (Satgas PAKI) yang sebelumnya Bernama Satuan Tugas
i i i i i i i i i

Waspada Investasi. Proses ini melibatkan berbagai tahapan, termasuk analisis mendalam i i i i i i i

terhadap kasus-kasus yang dilaporkan. Pemeriksaan bersama dengan pihak kepolisian


i i i i i i i i

juga menjadi bagian integral dari upaya penanganan, di mana OJK bekerja sama dalam
i i i i i i i

mengumpulkan bukti dan informasi terkait. Jika dalam tahap penyelidikan terbukti
i i i i i i i i i

bahwa kegiatan usaha lembaga jasa keuangan tersebut merugikan masyarakat, OJK
i i i i i i i i i i

memiliki kewenangan untuk mengambil tindakan lebih lanjut, termasuk penghentian


i i i i i i i i i i i i

kegiatan usaha dan pencabutan izin jika diperlukan.


i i i i i i

Lebih jauh, Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi NTB melakukan upaya
i i i i i i i

pencegahan melalui berbagai kegiatan sosialisasi dan edukasi untuk mencegah terjadinya
i i i i i i i i i i i i i

investasi digital ilegal. Beberapa contoh kegiatan tersebut meliputi:


i i i i i i i i i i

1. Penyuluhan Publik i i i i

OJK menyelenggarakan penyuluhan publik secara berkala untuk memberikan i i i i i i i i i i i i i

pemahaman tentang investasi yang legal dan aman serta mengenali tanda-tanda
i i i i i i i

investasi digital ilegal. i i

2. Kampanye Media Massa i i


61

OJK menggunakan media massa seperti OJK-televisi untuk menyampaikan i i i i i i i i i i

pesan-pesan penting terkait investasi digital ilegal dan cara menghindarinya.


i i i i i i i

3. Penerbitan Materi Edukasi


i i i i i

OJK menerbitkan berbagai materi edukasi seperti brosur, buku, dan leaflet i i i i i i i i i i i i i

yang dapat diakses oleh masyarakat untuk memahami lebih dalam tentang i i i i i i i

investasi yang aman dan legal. i i

4. Pelatihan dan Workshop i

OJK juga mengadakan pelatihan dan workshop khusus untuk para investor,
i i i i i i i i

agen penjual, dan masyarakat umum agar mereka memahami risiko investasi
i i i i i i i i i

digital ilegal dan cara melapor jika menemui investasi yang mencurigakan. 81 i i i i i i i i

Melalui kombinasi peran preventif dan represifnya, OJK berupaya memberikan


i i i i i i i i i i i

perlindungan yang holistik dan efektif bagi masyarakat terkait risiko investasi digital
i i i i i i

ilegal. Secara keseluruhan, Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi NTB
i i i i i i i i

berkomitmen untuk melindungi masyarakat dari risiko investasi bodong dengan


i i i i i i i i

melibatkan peran preventif dan represif. Meskipun tantangan dan keterbatasan masih
i i i i i i i i i i

ada, langkah-langkah ini diharapkan dapat me mbentuk landasan perlindungan hukum i i i i i i i

yang kuat, menciptakan kepercayaan masyarakat pada sektor jasa keuangan, dan
i i i i i i i

meningkatkan integritas sistem keuangan secara keseluruhan.


i i i i i i i i i i

Hal menarik yang banyak menjadi pertanyaan masyarakat dalam kasus yang
i i i i

menjadi objek penelitian skripsi ini yakni kasus Investasi digital ilegal PT. FEC Shoping
i i i i i i i i

Indonesia adalah kenapa OJK tidak dapat mengantisipasi investasi illegal ini.
i i i i i

Berdasarkan analisa penulis hal ini dikarenakan oleh tipe investasi illegal yang
i i i i i i i i

ditawarkan oleh PT. FEC yang seolah merupakan investasi cryptocurrency. i i i i i i i i

Cryptocurrency yang merupakan mata uang digital tidak memiliki bentuk fisik dan
i i i i i i i i

81
Admin OJK, Puncak Bulan Inklusi Keuangan Di NTB. Diakses Pada https://ojk.go.id/id/berita-dan-
kegiatan/siaran-pers/Pages/Puncak-Bulan-Inklusi-Keuangan-di-NTB.aspx 22 Februari 2024 Pukul 10:00 Wita.
62

berbasis block data serta diikat oleh hash sebagai validasinya serta tidak memiliki
i i i i i i

Underlaying assets,82 sehingga hal ini tidak terkontrol oleh Lembaga resmi seperti OJK.
i i i i i i i i i i

Selain itu izin usaha dari PT. FEC juga bukan merupakan izin untuk pengumpulan dana
i i i i i i i i i i i i i

masyarakat dalam bentuk apapun sehingga tidak tersentuh oleh OJK. i i i i i i i i

Namun demikian Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi NTB tetap
i i i i i

memberikan tanggung jawab dalam kasus ini. Tanggungjawab yang dilakukan oleh
i i i i i i i

Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi NTB atas kasus ini sebagaimana i i i i

diungkapkan oleh Rico Rinaldy selaku kepala Kantor OJK Nusa Tenggara Barat yang
i i i i i i i

mengatakan bahwa: i

“ Terkait kasus PT. FEC Shoping Indonesia yang pada September 2023 tidak hanya
i i i i i i i

terjadi di wilayah NTB saja, tetapi kasus juga terjadi lain seperti di Provinsi
i i i i i i i

Sumatera Selatan dan merugikan masyakarat di sana. Se hingga dengan adanya


i i i i i i i

aduan dari masyarkat, maka OJK dan Satu an Tugas Pembantasan Aktivitas
i i i i

Keuangan Ilegal (PAKI) harus turun tangan dan menutup operasional PT FEC
i i i i i i i i i i i

Shopping Indonesia, yang kemudian berimplikasi dicabutnya izin usaha PT FEC i i i i i i i

Shopping Indonesia pada hari Senin, tanggal 4 September 2023. Sehingga, sebagai i i i i i i i

bentuk Lembaga perwakilan OJK di daerah, langkah yang dilakukan oleh Kantor
i i i i i i i

OJK Nusa Tenggara Barat adalah dengan aktif melakukan penyebaran informasi i i i i i i i

melalui akun media sosial resmi OJK NTB bahwa PT. FEC Shoping Indonesia
i i i i i i i

merupakan investasi digital ilegal dan memfasilitasi sarana penyelesaian sengeketa


i i i i i i i i i i i

di OJK NTB melalui Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Sektor Jasa i i i i i i i i i i

Keuangan (LAPS SJK), apabila terdapat konsumen yang ingin mengadukan


i i i i i i i

permasalahan kasus ini pada Kantor OJK Nusa Tenggara Barat.”83


i i i i

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa tanggung


i i i i i i i

jawab yang diberikan kepada Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi NTB dalam i i i i

menangani kasus investasi digital ilegal PT. FEC Shopping Indonesia tidak hanya
i i i i i i

diemban dengan serius, tetapi juga dengan upaya yang terukur dan strategis. Upaya ini
i i i i i i i i i i i i i

mencakup kegiatan proaktif dalam menyebarkan informasi melalui akun media sosial
i i i i i i i i i

resmi Kantor OJK Provinsi NTB.


i

82
Wu, J., Liu, J., Zhao, Y., dan Zheng, Z, Analysis of cryptocurrency transactions from a network
perspective: An overview, Journal of Network and Computer Applications, Vol.1 No.11, 2021, hlm.190.
83
Hasil Wawancara Dengan Rico Rinaldy, Kepala Kantor OJK Nusa Tenggara Barat, Wawancara
Dilakukan Pada Kantor OJK Nusa Tenggara Barat Tanggal 17 Januari 2024 Pukul 15:10 Wita.
63

Informasi yang disampaikan melalui media sosial Kantor OJK Provinsi NTB i i i

memiliki tujuan utama untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada
i i i i i i i i i i i i

masyarakat mengenai karakteristik investasi digital ilegal yang dilakukan oleh PT FEC i i i i i i i i

Shopping Indonesia. Dengan pemberian penekanan bahwa PT FEC Shopping Indonesia i i i i i i i i

merupakan investasi digital ilegal, Kantor OJK Provinsi NTB NTB berkomitmen untuk
i i i i i i i i

memberikan wadah penyelesaian sengketa melalui Lembaga Alternatif Penyelesaian


i i i i i i i i i i i i i i

Sengketa Sektor Jasa Keuangan (LAPS SJK) kepada konsumen yang merasa dirugikan
i i i i i i i i i i

oleh praktik ilegal tersebut.


i i i i i

Adanya wadah penyelesaian sengketa oleh konsumen dalam penyelesaian i i i i i i i i i i i

sengeketa yang dapat dilakukan oleh konsumen yakni Lembaga Alternatif Penyelesaian
i i i i i i i i i i i i

Sengketa Sektor Jasa Keuangan (LAPS SJK), hal ini se bagaimana juga telah diatur pada
i i i i i i i i i

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor


i i i i i i i i i

Keuangan, terkait penyelesaian sengketa oleh lembaga atau badan penyelesaian sengketa
i i i i i i i i i i i i i i i i

yang mendapat persetujuan dari otoritas sektor keuangan, yang dalam hal ini adalah
i i i i i i i i

LAPS SJK.84

LAPS SJK berkedudukan di wilayah Jakarta Selatan dan dibentuk oleh tiga i i i i i i i i

Organisasi Swadaya Regulasi (Self-Regulatory Organizations) dan sembilan belas i i i i i i i

asosiasi di sektor jasa keuangan dengan tujuan untuk menyediakan sarana penyelesaian i i i i i i i i i i i i i

sengketa alternatif. LAPS SJK telah memperoleh persetujuan dari Otoritas Jasa
i i i i i i i i i i i

Keuangan (OJK) pada tanggal 29 Desember 2020 untuk menjalankan fungsinya. Selain
i i i i i i i i i i

itu, LAPS SJK juga tunduk pada pengawasan yang dilakukan oleh OJK.85
i i i i i i i

Susunan organisasi OJK terdiri dari beberapa entitas, pertama Rapat Umum
i i i i i i i i i

Anggota (RUA) yang terdiri dari Rapat Umum Anggota Tahunan (RUAT) dan Rapat i i i i i i

84
Admin OJK, Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa, Diakses pada
https://ojk.go.id/id/kanal/edukasi-dan-perlindungan-konsumen/pages/lembaga-alternatif-penyelesaian-
sengketa.aspx 12 Maret 2024 Pukul 12:00 Wita.
85
Ibid.
64

Umum Anggota Luar Biasa (RUALB), yang merupakan pemegang kekuasaan tertinggi
i i i i i i i i i i i

dalam struktur LAPS SJK. Kedua, Dewan Pengawas memiliki tanggung jawab i i i i i i i i

mengawasi tindakan kepengurusan yang dilakukan oleh Pengurus LAPS SJK, yang
i i i i i i i i i i

jumlahnya 10 orang dan menjabat secara ex officio karena jabatannya sebagai Direktur
i i i i i i i i

Utama SRO atau Ketua/Ketua Umum Asosiasi. Ketiga, Pengurus LAPS SJK yang terdiri
i i i i i i i i i i i i i

dari 3 orang yakni Himawan E Subuantoro sebagai Ketua, Tri Legono Yanuarachmari i i i i i i i i

sebagai Sekretaris dan Erdianto Sigit Cahyono sebagai Bendahara, yang bertugas
i i i i i i i i

menjalankan operasional sehari-hari dibantu oleh pegawai Sekretariat LAPS SJK dengan
i i i i i i i i i

fungsinya masing-masing. Keempat, Komite Etik yang saat ini sedang dalam proses
i i i i i i i

pengangkatan anggota, bertugas mengawasi perilaku Mediator dan Arbiter agar sesuai
i i i i i i i i i i

dengan Kode Etik yang telah ditetapkan. Kelima, Mediator dan Arbiter yang masing-
i i i i i i i i

masing berjumlah 50 orang dan 12 orang untuk sektor konvensional serta 39 orang dan
i i i i i i i

12 orang untuk sektor syariah, memiliki peran penting dalam penyelesaian sengketa.86
i i i i i i i i i i i

Meskipun pusat Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di Sektor Jasa


i i i i i i i i i i i

Konstruksi (LAPS SJK) berlokasi di Jakarta, namun sebagai bagian dari inisiatif untuk
i i i i i i

memperluas aksesibilitas, LAPS SJK telah menerapkan metode penyelesaian sengketa


i i i i i i i i i i i i i i

daring (Online Dispute Resolution). Hal ini memungkinkan konsumen dan Pusat i i i i i i i i i i

Informasi dan Konsultasi Jasa Konstruksi (PUJK) di seluruh Indonesia untuk mengakses i i i i i i i i i i i

layanan penyelesaian sengketa yang disediakan oleh LAPS SJK. Di samping itu , LAPS
i i i i i i i i

SJK juga membuka peluang untuk melakukan penyelesaian sengketa langsung di daerah,
i i i i i i i i i i i i i i i i

dengan mempertimbangkan tingkat kompleksitas sengketa yang dihadapi.87


i i i i i i

Dalam penyelesaian sengketa di LAPS SJK ini, terdapat tiga cara metode i i i i i i i i

penyelesaian sengketa yang dilakukan yakni mediasi, arbitrase, dan pemberian pendapat
i i i i i i i i i i i

86
Admin LPAS SJK, Struktur Organisasi, Diakses pada https://lapssjk.id/struktur-organisasi/ 12 Maret
2024 Pukul 12:00 Wita.
87
Admin OJK, Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa, Diakses pada
https://ojk.go.id/id/kanal/edukasi-dan-perlindungan-konsumen/pages/lembaga-alternatif-penyelesaian-
sengketa.aspx 12 Maret 2024 Pukul 12:00 Wita.
65

yang mengikat. Mediasi, sebagai salah satu cara penyelesaian sengketa, melibatkan pihak
i i i i i i i i i i

ketiga yang disebut mediator, yang bertugas membantu para pihak yang bersengketa
i i i i i i i i i i i

untuk mencapai kesepakatan tanpa melalui proses peradilan. 88


i i i i i i i i i

Sementara itu, arbitrase, merupakan metode penyelesaian sengketa perdata di luar


i i i i i i i i i i i i i i i

peradilan, yang didasarkan pada perjanjian tertulis antara pihak-pihak yang bersengketa
i i i i i i i

untuk menyelesaikan sengketa melalui putusan yang diberikan oleh arbiter setelah
i i i i i i i i i i i i i i i i

pemeriksaan kasus. Selain itu, pemberian pendapat yang mengikat merupakan


i i i i i i i i i i i

permintaan dari pihak-pihak yang terlibat dalam suatu perjanjian untuk mendapatkan
i i i i i i i i

pandangan resmi atau pendapat hukum tentang suatu masalah yang berkaitan dengan i i i i i i i i i i

ketentuan perjanjian tersebut, seperti penafsiran ketentuan yang ambigu atau perubahan
i i i i i i i i i i i i i i i i i

pada ketentuan yang terkait dengan peristiwa-peristiwa baru yang timbul dalam
i i i i i i i i i

pelaksanaan perjanjian.89
i i

Dalam proses penyelesian sengketa yang dilakukan di LAPS SJK, terdapat i i i i i i i i

beberapa tahapan yang harus dilalui oleh konsumen, yang dijelaskan pada gambar
i i i i i i i i

sebagai berikut:
i i i

Gambar 1 Alur Penyelesaian Sengketa Di LAPS SJK

Sumber: https://ojk.go.id/id.

88
Ibid.
89
Ibid.
66

Dari ilustrasi di atas, diperoleh pemahaman bahwa proses penyelesaian sengketa di i i i i i i i i i i

LAPS SJK melibatkan penyampaian permohonan penyelesaian sengketa, yang bisa i i i i i i i i

dilakukan i melalui i i Aplikasi Portal Perlindungan i i Konsumen i i (APPK) di

https://kontak157.ojk.go.id/ atau secara langsung ke LAPS SJK. Tahap verifikasi i i i i i

dilakukan dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja. Selanjutnya, berdasarkan ketentuan
i i i i i i i i i i i i

LAPS SJK, penyelesaian sengketa melalui mediasi harus diselesaikan dalam waktu 30 i i i i i i i i i i i i

(tiga puluh) hari setelah kedua belah pihak sepakat untuk melaksanakan mediasi di LAPS
i i i i i i i i i i i i

SJK. Sedangkan untuk arbitrase, penyelesaiannya memakan waktu 180 (seratus delapan
i i i i i i i i i i i i

puluh) hari setelah arbiter tunggal ditunjuk atau majelis arbitrase terbentuk. Namun,
i i i i i i i i i i i i i i i

periode tersebut dapat diperpanjang sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan
i i i i i i i i i i i i i i i

LAPS SJK.90

Hasil dari proses penyelesaian mediasi dapat berupa kesepakatan perdamaian i i i i i i i i i i

antara pihak yang bersengketa i i i atau i kondisi deadlock i yang menunjukkan i i i

ketidakmampuan untuk mencapai kesepakatan. Selanjutnya, dalam proses penyelesaian


i i i i i i i i i i i i i

sengketa menggunakan metode pendapat mengikat, dihasilkan sebuah putusan yang


i i i i i i i i i i i i

bersifat mengikat bagi pihak yang terlibat dalam sengketa tersebut. Kemudian, pada
i i i i i i i i i i

metode penyelesaian sengketa melalui arbitrase, dihasilkan dua jenis putusan, yaitu
i i i i i i i i i i i i i i i

putusan arbitrase yang merupakan keputusan akhir dari proses arbitrase dan akta van
i i i i i i i i i i

dading yang merupakan kesepakatan tertulis antara para pihak yang terlibat dalam i i i i i i i

arbitrase mengenai penyelesaian sengketa. i i i i i i i i

Sementera itu, pada praktiknya terdapat beberapa kriteria yang telah ditetapkan
i i i i i i i i i i

oleh OJK terkait dengan permasalahan apa saja yang dapat diselesaikan di LAPS SJK
i i i i i i

yang mencakup beberapa faktor. Pertama, pengaduan harus telah mengalami upaya
i i i i i i i i i i i

penyelesaian oleh Pusat Informasi dan Konsultasi Jasa Konstruksi (PUJK), namun
i i i i i i i i i

ditolak oleh konsumen atau belum mendapatkan tanggapan dari pihak yang diadu kan.
i i i i i i i i

90
Ibid.
67

Kedua, sengketa yang diajukan tidak sedang dalam proses penyelesaian atau belum
i i i i i i i i i i i i i

pernah diputuskan oleh lembaga peradilan, arbitrase, atau lembaga alternatif


i i i i i i i i i i

penyelesaian sengketa lainnya. Ketiga, sengketa yang ditangani oleh LAPS SJK harus
i i i i i i i i i i

bersifat keperdataan. Namun, LAPS SJK juga dapat menangani sengketa lain yang telah
i i i i i i i i i

mendapat persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 91


i i i i i i i

Dengan adanya penjebatan antara konsumen yang dirugikan atas kasus FEC
i i i i i i i i

dengan LAPS SJK yang dilakukan oleh OJK Provinsi NTB, merupakan langkah tersebut
i i i i i i i i

diambil sebagai upaya konstruktif dan responsif dari Kantor OJK Provinsi NTB untuk
i i i i i i

menjembatani masyarakat NTB yang ingin me laporkan atau mengadukan permasalahan


i i i i i i i

terkait kasus investasi digital ilegal PT FEC Shopping Indonesia. Dengan menyediakan
i i i i i i i i i

sarana penyelesaian sengketa, Kantor OJK Provinsi NTB berharap dapat memberikan
i i i i i i i i

solusi yang adil dan efektif bagi para pihak yang te rdampak, sekaligus menunjukkan
i i i i i i i i i

keterlibatan aktif lembaga dalam menanggapi permasalahan di bidang investasi digital


i i i i i i

ilegal. i

91
Ibid.

Anda mungkin juga menyukai