Anda di halaman 1dari 11

PELAKSANAAN PEMINJAMAN UANG BERBASIS

FINANCIAL TECHNOLOGY PADA TRANSAKSI SHOPEE


PAYLATER DIKAITKAN DENGAN PERLINDUNGAN
KONSUMEN DI INDONESIA

NAMA : R IZKY
AMANDA NPM :
1803101010301

Ketua Bagian Keperdataan : Khairani, S. H., M. Hum.


Pembimbing/ Penguji 1 : Dr. Sri Walny Rahayu, S. H., M. Hum.
Dosen Penguji 2 : Dr. Sanusi Bintang, S. H., M. LIS, L. LM
Dosen Penguji 3 : Putra Iqbal, S. H., L. LM
LATAR BELAKANG
MASALAH
Berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (1) dan (5) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) disebutkan bahwa konsumen memiliki hak atas
kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa serta
hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sangketa
perlindungan konsumen secara patut. Namun dalam praktiknya jika mengacu pada norma di
atas, pelaksanaan peminjaman uang berbasis Financial Technology (FinTech) yang
menggunakan pembayaran Shopee Paylater berpotensi memunculkan kerugian konsumen.
Belum ada Undang-Undang yang mengatur secara spesifik mengenai perlindungan hak
konsumen yang menggunakan FintTech dan data pribadi konsumen di dalam UUPK,
sehingga penelitian ini perlu dilakukan.
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimanakah mekanisme perjanjian peminjaman uang berbasis Financial

Technology dalam transaksi Shopee Paylater menurut hukum positif di

Indonesia?

2. Apakah pelaksanaan transaksi Shopee Paylater sebagai metode

pembayaran dalam layanan peminjaman uang berbasis Financial

Technology memiliki kepastian hukum?

3. Apakah konsekuensi terhadap pelanggaran hak konsumen berdasarkan

POJK Nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang

Berbasis Teknologi Informasi?


TUJUAN PENELITIAN

A Untuk mengetahui dan menjelaskan mekanisme perjanjian peminjaman uang

berbasis Financial Technology dalam transaksi Shopee Paylater menurut

hukum positif di Indonesia.

B Untuk menganalisis dan menjelaskan kepastian hukum transaksi Shopee

Paylater sebagai metode pembayaran dalam peminjaman uang berbasis

Financial Technology.
C
Untuk mengetahui dan menjelaskan mengenai konsekuensi terhadap

pelanggaran hak konsumen berdasarkan POJK Nomor 77/POJK.01/2016

tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi.


METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian yuridis normatif yaitu penelitian
yang dilakukan dengan cara mengkaji bahan kepustakaan.

Pendekatan Penelitian
 Pendekatan Perundang-undangan (Statute Approach)
 Pendekatan Analitis (Analytical Approach)
 Pendekatan Konsep (Conceptual Approach)
METODE PENELITIAN

Tahap Penelitian & Bahan Peneltian


Tahap penelitian ini terdiri atas penelitian kepustakaan
dalam upaya mencari data sekunder dengan menggunakan
bahan hukum primer, sekunder dan tersier.

Analisis Data
Dalam penelitian ini data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan
menggunakan metode kualitatif. Tahap penelitian ini terdiri
atas penelitian kepustakaan dalam upaya mencari data
sekunder demgam menggunakan bahan hokum primer,
sekunder dan tersier.
HASIL PENELITIAN

A. Mekanisme Perjanjian Transaksi Shopee Paylater Menurut Hukum Positif


Indonesia

Mekanisme pelaksanaan tranksaksi Shopee Paylater sehingga terjadinya


hubungan hukum yang terjalin antara Shopee dengan konsumen tidak terlepas dari
Pasal 1320-1337 KUHPer mengenai syarat-syarat terjadinya suatu persetujuan yang
sah dan Pasal 1338-1341 mengenai akibat perjanjian. Berdasarkan Pasal 2 UUPK
mengenai asas perlindungan konsumen yang berasaskan manfaat, keadilan,
keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen, serta kepastian hukum.
Penyelanggaraan Shopee Payalater tidak boleh melanggar norma tersebut agar
terjaminnya hak hak konsumen sebagaimana yang disebutkann pada Pasal 4 UUPK.
Menurut Hukum Positif Indonesia transaksi Shopee Paylater merupakan kontrak
elektronik sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 1 Ayat (2) UU ITE.
HASIL PENELITIAN

B. Kepastian Hukum Shopee Paylater Sebagai Metode Pembayaran Dalam Dunia


Maya
Metode pembayaran yang menggunakan Aplikasi Shopee Paylater dalam
kebiasaannya dilakukan dan diterima sebagai alat pembayaran di Indonesia. Shopee
Paylater merupakan salah satu Fintech yang saat ini berkembang di Indonesia. Belum
ada Undang-Undang khusus yang mengatur penyelenggaraan FinTech di Indonesia.
Namun, dapat mengacu pada berapa UU serta peraturan terkait :
 UU Nomor 19 Tahun 2016 atas perubahan UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE)
 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem
Elektronik.
 Peraturan Bank Indonesia Nomor 19 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan
Teknologi Finansial.
 Peraturan Jasa Otoritas Keuangan Nomor 77 Tahun 2016 tentang Layanan Pinjam
Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi.
HASIL PENELITIAN

C. Konsekuensi Pelanggaran Hak Konsumen Di Dalam Dunia Maya

Sanksi terhadap pelanggaran konsumen didalam dunia maya berupa, keamanan


data pribadi yang mencakup pencemaran nama baik dan ancaman secara intimidatif
diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik mengenai Ketentuan Pidana. Selain sanksi pidana, Penyelenggara Sistem
Elektronik mengenai sanksi administratif yang diatur dalam Pasal 47 ayat (1) POJK
Nomor 77 Tahun 2016 yaitu sanksi administratif, berupa peringatan tertulis, denda,
pembatasan kegiatan usaha, dan pencabutan izin.
SARAN
1. Disarankan kepada DPRI untuk membuat Undang- Undang mengenai transaksi yg
dilakukan di dunia maya/ marketplace seiring berkembang pesat aplikasi/ fitur yang
ditawarkan dalam Financial Technology.

2. Disarankan kepada konsumen dalam pelaksanaan sistem pembayaran Shopee Paylater


agar lebih cerdas dan sadar terhadap hak-haknya sebagai konsumen seperti yang
tertuang pada Pasal 4 UUPK serta perlu adanya sosialisasi dan edukasi oleh berbagai
pihak seperti OJK maupun media massa online mengenai transaksi FinTech khususnya
pada Shopee Paylater.

3. Disarankan kepada OJK selaku pengawas dalam penyelenggaraan FinTech Peer to Peer
Lending untuk mengoptimalkan regulasi perangkat hukum untuk mengatur mengenai
mekanisme penyelesaian sengketa/persoalan hukum yang ditimbulkan oleh
Penyelenggara Fintech Peer to Peer Lending
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai