Anda di halaman 1dari 12

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP NASABAH DALAM

LAYANAN PINJAM MEMINJAM BERBASIS TEKNOLOGI


(Studi di Otoritas Jasa Keuangan Kota Malang)
Diajukan untuk memenuhi nilai Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Metode Penelitian
dan Penulisan Hukum Dosen Pengampu:
Herlin Wijayati, S.H., M.H.

Anindita Purnama Ningtyas, S.H., M.H.

Oleh:
SOPHIA ADIBA
NIM. 175010101111109
TARRA AULIA SHAFANNA
NIM. 175010107111136

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG
DAFTAR ISI

A. JUDUL……………………………………………………………....3
B. LATAR BELAKANG……………………………………………....3
C. RUMUSAN MASALAH…………………………………….……..4
D. TUJUAN PENELITIAN……………………………………….…..4
E. MANFAAT PENELITIAN………………………………....……...5
F. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………....5
G. METODOLOGI PENELITIAN…………………………………..8
H. JADWAL PENELITIAN………………………………..………...11
I. DAFTAR PUSTAKA……………………………………………...12

2
A. JUDUL
PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP NASABAH DALAM LAYANAN PINJAM
MEMINJAM BERBASIS TEKNOLOGI (Studi di Otoritas Jasa Keuangan)

B. LATAR BELAKANG
Salah satu bagian dari era disrupsi teknologi informasi adalah pinjaman ​online ​atau ​peer
to peer lending​. Pinjaman ​online ​adalah penyelenggaraan perjanjian pinjam-meminjam yang
membantu pemberi pinjaman bertemu dengan penerima pinjaman melalui jaringan internet.
Pinjaman ​online kini tengah tumbuh subur di Indonesia. Berdasarkan data Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), pada Januari 2019 tercatat jumlah peminjam layanan pinjam online sebanyak
5,16 juta orang. Dilihat dari manfaatnya, Pinjaman ​online dapat menjadi penyelamat di kondisi
mendesak bagi penduduk yang bertempat tinggal di wilayah terpencil untuk mendapat pinjaman
online secara cepat.
Untuk mengawasi jalannya penyelenggaraan ​fintech ​di Indonesia OJK kemudian
membentuk Satuan Tugas Pengembangan Inovasi Digital Ekonomi dan Keuangan. Selanjutnya
OJK mengeluarkan pengaturan mengenai ​fintech yaitu Peraturan OJK Nomor 77/POJK.01/2016
tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi (LPMUBTI) pada
tanggal 29 Desember 2016. Tercatat hingga Juni 2019 setidaknya ada 4.500 aduan terkait
pinjaman ​online​ di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta.
Dengan latar belakang tersebut maka dalam kesempatan kali ini, penulis mengangkat
judul yaitu “​PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP NASABAH DALAM LAYANAN
PINJAM MEMINJAM BERBASIS TEKNOLOGI”.

C. RUMUSAN MASALAH
Dapat kita rumuskan rumusan masalah dari uraian latar belakang di atas, sebagai berikut:
1. Apa saja permasalahan yang lahir dalam pemberian fasilitas kredit ​fintech​?
2. Bagaimana perlindungan konsumen terhadap nasabah dalam layanan pinjam meminjam
berbasis teknologi?
3. Bagaimana upaya OJK dalam mengatasi permasalahan kredit berbasis teknologi?

3
D. TUJUAN PENELITIAN

E. MANFAAT PENELITIAN

F. SISTEMATIKA PENULISAN

G. TINJAUAN PUSTAKA
a. Tinjauan umum tentang Layanan Pinjam Meminjam berbasis Teknologi Informasi
Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi (LPMUBTI) turut
memberi andil dalam pembangunan dan perekonomian nasional.

1. Data pribadi di aplikasi pinjaman ​online

4. Proses persetujuan lama

Alasan mengapa banyaknya masyarakat tertarik melakukan pinjaman online karena adanya
harapan yang tinggi bahwa dengan melakukan pinjaman ​online p​ ersetujuan cepat cair, nyatanya
banyak sekali nasabah yang mengeluh dengan lamanya proses pencairan dan tidak adanya
response mengenai disetujui atau tidaknya atas pengajuan pinjaman ​online.

5. Biaya Tunggakan

Ketika debitur terlambat membayar pinjaman, maka munculah resiko biaya administrasi
penagihan karena perusahaan pinjaman online meminta biaya atas keterlambatan pembayaran
(late fee).​ Jumlah biaya penagihan biasanya cukup besar dibandingkan dengan ​plafon​ pinjaman,
masalahnya mengenai ketentuan biaya yang harus dibayar apabila nasabah menunggak tidak
diatur secara jelas dalam website beberapa perusahaan pinjaman online. Oleh karena itu sebelum
calon nasabah ingin melakukan pinjaman online pastikan untuk membaca dengan teliti soal
kewajiban jika nasabah terlambat membayar tunggakan pinjaman.

4
6. Pinjaman ​Online Illegal

Fenomena yang terjadi di lapangan saat ini banyak sekali layanan yang menawarkan pinjaman
online​ tetapi masyarakat belum mengetahui bahwa adanya pinjaman online ​illegal​ karena tidak
semua perusahaan pinjaman ​online​ tersebut sudah terdaftar di OJK. Oleh karena itu untuk
mencegah adanya calon nasabah yang menggunakan pinjaman kepada perusahaan pinjaman
online illegal​, calon nasabah sebaiknya mengecek terlebih dahulu perusahaan pinjaman ​online
​ JK.
mana sajakah yang sudah terdaftar di OJK atau sudah legal melalui situs​ website O

OJK memberikan solusi untuk para debitur pinjaman online yang sudah terlanjur melakukan
pinjaman kepada perusahaan pinjaman online illegal dengan tiga cara yaitu1:

1. Restrukturisasi pinjaman, masyarakat bisa melakukan penjadwalan ulang


2. Minta untuk pengurangan bunga, cara ini dapat dilakukan oleh masyarakat sehingga
muncul kemungkinan agar nasabah dapat membayar sesuai kemampuannya
3. Lapor polisi, apabila nasabah ditagih dengan cara yang tidak menyenangkan seperti
dengan ancaman, teror, dilecehkan nasabah dapat membuat laporan ke polisi.2

b. Tinjauan umum tentang ​Bentuk Badan Usaha dan Modal serta Kegiatan Usaha
Pinjam Meminjam berbasis Teknologi Informasi berdasarkan ​POJK 77/2016.

Kegiatan Usaha penyelenggara berdasarkan pasal 5 POJK 77/2016 diantaranya mencakup


menyediakan dan mengelola serta mengoperasikan Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis
Teknologi Informasi dari pihak Pemberi Pinjaman kepada pihak Penerima Pinjaman. Sumber
dana pinjaman ini berasal dari pihak Pemberi Pinjaman. Singkatnya pengertian dari Pemberi
Pinjaman ini adalah orang dan/atau badan hukum, dan/atau badan usaha yang mempunyai
piutang sedangkan pengertian Penerima Pinjaman adalah orang dan/atau badan hukum yang

1
Gentur Putro Aji, https://www.cekaja.com/info/3-solusi-ojk-jika-tak-mampu-bayar-utang-pinjol-ilegal/,
diakses pada tanggal 2 Oktober, 11.33 WIB
2
https://duwitmu.com/kta/resiko-pinjaman-online/, diakses pada tanggal 27 September 2019 pukul 3.30
WIB

5
mempunyai utang karena adanya perjanjian Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis
Teknologi Informasi ini.

c. Tinjauan umum tentang Batasan Pemberian Pinjaman Dana dan Ketentuan


Besaran Bunga serta Denda Keterlambatan berdasarkan POJK 77/2016
Yang seringkali calon penerima pinjaman ​online ​tidak perhatikan adalah besaran bunga
pinjaman serta denda atas keterlambatan, umumnya kedua hal ini telah diatur dalam perjanjian
antara pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman yang dituangkan dalam dokumen
elektronik.
d. Tinjauan umum tentang Langkah Hukum Keterlambatan berdasarkan ​POJK
77/2016.
Sudah menjadi tanggung jawab pihak debitur untuk mengupayakan penyelesaian utang
utang tersebut dengan meyakinkan pihak kreditur dalam menempuh upaya-upaya secara
administrasi terlebih dahulu untuk menyelesaikan kredit yang bermasalah sebelum pihak kreditur
melakukan gugatan ke pengadilan. Dikutip dari buku Djumhana, beliau menjelaskan
penyelesaian secara administrasi perkreditan antara lain dengan cara-cara berikut:3

e. Tinjauan umum tentang Perlindungan Konsumen


Sebelum pembahasan yang lebih rinci setiap orang meliputi pemakai barang dan/atau jasa
yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun
makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan disebut dengan Konsumen.4 Dalam upaya
menjamin kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen maka dibuatlah
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen.5 Beberapa hak-hak
konsumen tersebut yang harus dipenuhi antara lain:

1. Hak mendapatkan kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam menggunakan


barang/jasa
2. Hak akan memilih barang yang sesuai dengan apa yang diperjanjikan

3
4
5

6
3. Hak mendapatkan informasi yang benar atas kondisi barang yang diperjanjikan
4. Hak akan didengar mengenai keluhannya terhadap barang/jasa yang digunakan
5. Hak akan mendapatkan perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa yang layak
6. Hak akan mendapat pembinaan mengenai layanan pinjam meminjam berbasis teknologi
7. Hak akan diperlakukan dengan adil
8. Hak akan mendapatkan kompensasi, apabila barang/jasa tidak sesuai dengan apa yang
telah diperjanjikan
9. Hak-hak yang diatur dalam perundang-undangan.

Hak-hak diatas pada intinya adalah demi menjaga keamanan dan keselamatan konsumen,
sehingga apabila terdapat penyimpangan yang merugikan terhadap konsumen, konsumen berhak
akan memperoleh advokasi, kompensasi hingga ganti rugi. Jika ada hak, maka konsumen
memiliki kewajiban yang harus dipenuhi pula. Konsumen sebelum melakukan perjanjian
​ emiliki
mula-mula wajib membaca informasi mengenai layanan pinjam meminjam ​online, m
itikad baik dalam melakukan transaksi pinjam meminjam, membayar sesuai dengan biaya yang
sudah disepakati, dan mengikuti upaya hukum penyelesaian sengketa perlindungan konsumen.

Terdapat 2 pilihan dalam menangani sengketa konsumen, yaitu menggugat pelaku usaha
melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha
(Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen) ui mediasi, arbitrase, dan konsiliasi. Gugatan yang
sudah diajukan ke BPSK akan ditindaklanjuti dan diberi putusan oleh BPSK. Putusan ini bersifat
final, mengikat, dan tidak dapat dilakukan banding dan kasasi. Akan tetapi berdasarkan Pasal 54
Ayat (3) UUPK putusan tersebut dapat diajukan upaya hukum ke pengadilan Negeri.

G. METODOLOGI PENELITIAN
1. Metode Pendekatan

7
2. Jenis Penelitian
3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kota Malang karena OJK
merupakan badan hukum yang mengatur Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi
Informasi (LPMUBTI). Banyak masyarakat Malang yang melakukan pinjam meminjam berbasis
teknologi terutama pengusaha kecil maupun pengusaha menengah demi menunjang usaha
mereka, sehingga penelitian di OJK Kota Malang dianggap berkaitan erat satu sama lain dan
merupakan pilihan yang tepat.

4. Jenis Dan Sumber Data


5. Teknik Memperoleh Data
Cara memperoleh data dalam penelitian ini adalah dengan teknik:
a. Pengumpulan Data Primer
Teknik pengumpulan data primer ini menggunakan teknik wawancara dengan yang bertujuan
untuk mendapatkan informasi data dari narasumber. Jenis wawancara yang digunakan adalah
wawancara langsung untuk mendapatkan data yang benar dan akurat dari narasumber.
Wawancara dilakukan secara sistematis dengan cara menyusun pertanyaan-pertanyaan yang
terarah menyesuaikan dengan tema yang akan diangkat dalam penelitian ini.

b. Pengumpulan Data Sekunder


Pengumpulan data sekunder diperoleh dengan cara melakukan studi kepustakaan berupa buku
literatur, peraturan perundang-undangan, studi dokumentasi dengan cara meringkas
dokumen-dokumen serta memanfaatkan internet untuk mencari materi yang berhubungan dengan
penelitian ini.

6. Populasi dan Sampel

8
Populasi adalah kawasan generalisasi yang terdiri atas; objek/subjek yang memiliki
beberapa ciri dan individualitas yang ditentukan oleh peneliti yang kemudian akan dipelajari dan
diberi kesimpulan.6 Sedangkan, sampel adalah taraf dari individualitas yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Apabila populasi besar, dan tidak memungkinkan untuk peneliti menganalisis
semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat memakai sampel yang diambil dari populasi
itu7. Dalam penelitian ini populasi dan sampel adalah seluruh pegawai OJK di Kota Malang dan
masyarakat Kota Malang yang berprofesi sebagai pengusaha kecil dan menengah.

7. Teknik Analisis Data

6
Sugiyono, 2017, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, hlm. 80
7
Sugiyono, 2017, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, hlm. 81

9
H. JADWAL PENELITIAN

Kegiatan Bulan Minggu ke -

1. Persiapan September Minggu ke-1

2. Terjun ke lapangan September Minggu ke-2

3. Pengumpulan data September Minggu ke-3

4. Analisis data September Minggu ke-4

5. Penyusunan laporan September Minggu ke-5

10
I. DAFTAR PUSTAKA
Literatur:

Sugiyono, 2017, ​Metode Penelitian Pendidikan​, Bandung: Alfabeta

I Made Winartha, ​Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi,​ Yogyakarta: C.V Andi Offset

Sudikno Mertokusumo, 2003, ​Mengenal Hukum, Suatu Pengantar,​ Yogyakarta : Universitas


Atmajaya Yogyakarta

Poerwadarminta,​ 2​ 001,​ Kamus Besar Bahasa Indonesia,​ Jakarta: Balai Pustaka

Peraturan Perundang-undangan:
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 77/POJK.01/2016 Tentang Layanan Pinjam
Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi (LPMUBTI).

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

11
Internet:
Diakses dari
https://www.finansialku.com/apa-itu-industri-financial-technology-fintech-indonesia/ pada
tanggal 11 September 2019 Pukul 23.20 WIB.

Muliaman D. Hadad, Ph. D, “Financial Technology (FinTech) di Indonesia”​,


http://www.ibs.ac.id/img/doc/MDH%20-%20FinTech%20IBS%20June%202017.pdf, (diakses
pada 22 September 2019, pukul 13.08).

Diakses dari
https://www.cermati.com/artikel/pinjaman-tanpa-jaminan-syarat-syarat-yang-mesti-diketahui
pada tanggal 27 September 2019 Pukul 04.42 WIB.

Diakses dari
https://www.cekaja.com/info/3-solusi-ojk-jika-tak-mampu-bayar-utang-pinjol-ilegal/ pada
tanggal 02 Oktober 2019 pukul 11.34 WIB

Diakses dari https://duwitmu.com/kta/resiko-pinjaman-online/ pada tanggal 27 September 2019


pukul 3.30 WIB

12

Anda mungkin juga menyukai