Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRAKTIK PINJAMAN

ONLINE DENGAN DISANDINGKAN PRAKTIK PINJAMAN


KONVENSIONAL

PROPOSAL

OLEH :
ARI PURWANTO
NPM. 18.81.0261

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
MUHAMAD ARSYAD AL BANJARI
BANJARMASIN
202
A. Judul : ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRAKTIK PINJAMAN

ONLINE DENGAN DISANDINGKAN PRAKTIK PINJAMAN

KONVENSIONAL

B. Latar Belakang

Sekarang ini manusia mempunyai kehidupan dengan segala aktivitas

yang tidak terlepas dari pertumbuhan teknologi. Pertumbuhan teknologi

informasi dan komunikasi lebih menyebabkan perubahan baik dibidang

sosial,ekonomi dan budaya yang berlangsung begitu pesat. Dengan

pertumbuhan teknologi yang sangat maju,dibidang finansial atau keuangan

juga memilki pertumbuhan kearah yang lebih efisien dan modern.1

Kemajuan teknologi dalam perekonomian nasional ini ditingkatkan

untuk mencapai kesejahteraan rakyat demi mewujudkan kehidupan

perekonomian yang lebih baik. Seiring dengan pertumbuhan era globalisasi

dewasa ini,segala macam aktivitas masyarakat tidak terlepas dari bantuan

teknologi. Begitu pula pada sektor keuangan yang kini mulai terintegrasi

dengan platform sistem elektronik tersebut.

Termasuk dari kemajuan dalam bidang keuangan saat ini adanya

adaptasi Financial Technology yang disingkat menjadi fintech. Fintech itu

sendiri berasal dari istilah financial Technology. Sesuai dari The National

Digital Research Centre(NDRC) fintech bagian dari suatu inovasi pada sektor
1
Edi Suprayitno, Nur Ismawati, ”Sistem informasi Fintech Pinjaman Online Berbasis web”,
Jurnal Sistem Informasi,Teknologi Informasi dan Komputer Volume 9, Nomor 2, Tahun 2008,
Halaman 100.
finansial. Tentunya ,inovasi finansial ini mendapat sentuhan teknologi

modern. Keberadaan fintech dapat mendatangkan proses transaksi keuangan

yang lebih praktis dan aman.

Bagian dari contoh platform jasa keuangan yang ditawarkan oleh

pelaku usaha fintech adalah pinjam meminjam berbasis online. Praktik bisnis

pinjaman meminjam online menghubungkan pemberi pinjaman dengan

peminjam secara online.2

Financial technology sebagai perantara dari pihak yang kelebihan dana

(surplus of funds) dengan pihak yang kekurangan dana (lack of funds) yang

mempunyai fungsi sebagai perantara keuangan masyarakat (financial

intermediary). Fintech atau layanan pinjam meminjam uang berbasis online,

berbeda dengan layanan pinjam meminjam uang sebagaimana diatur dalam

Pasal 1754 KUHPerdata. Pada perjanjian pinjam meminjam uang

sebagaimana diatur dalam Pasal 1754 KUHPerdata para pihak yang terlibat

adalah pemberi pinjaman dan penerima pinjaman dimana para pihak ini

mempunyai hubungan hukum secara langsung melalui perjanjian pinjam

meminjam. Pemberi pinjaman berkewajiban untuk memberikan kepada pihak

lain suatu jumlah tertentu barang yang menghabis karena pemakaian dengan

syarat bahwa penerima pinjaman akan mengembalikan dalam jumlah yang

sama dari macam dan keadaan yang sama pula. Sedangkan dalam layanan

fintech, pemberi pinjaman tidak bertemu langsung dengan penerima

pinjaman, bahkan diantara para pihak dapat saja tidak mengetahui atau
2
Raden Ani Eko Wahyuni,Bambang Eko Turisno, ”Praktik Finansial Teknologi Ilegal Dalam
Bentuk Pinjaman Online Ditinjau Dari Etika Bisnis”, Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia,
Volume 1, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 380.
mengenal karena dalam fintech ini ada wadah yang menghubungkan

kepentingan keduanya.3

Pada masa sekarang pinjam meminjam berbasis online ini dianggap

menjadi suatu model solusi pembiayaan dengan cara financial technology

yang dianggap efektif dan efisien. Dari definisi diatas jelas bahwa dibuatnya

teknologi pinjam meminjam secara online ini untuk mempermudah

masyarakat untuk mendapatkan pinjaman tanpa harus terbatasi oleh ruang dan

waktu selama gadget seperti smartphone dan komputer yang digunakan dapat

terkoneksi internet. Selain itu proses pencairan pinjaman dan proses

pengembalian dengan sistem cicilan dilakukan melalui transfer ATM atau

bank sehingga tidak memakan waktu. Dengan kemudahan dan efesiensi ini

diharapkan menjadi solusi keuangan masyarakat.4

Kemudian suatu sebab pinjam meminjam berbasis online digemari

masyarakat adalah kesulitan dalam mengakses layanan keuangan formal

dengan berbagai persyaratan administrasi yang harus dipenuhi. Persyaratan

administrasi pinjaman online relatif lebih mudah jika dibandingkan dengan

pinjam meminjam pada layanan keuangan formal.5

Sebelum lahirnya teknologi pinjam meminjam uang berbasis online,

masyarakat mendapatkan peminjaman dari bank atau lembaga lainnya

melalui serangkaian prosedur yang lumayan panjang sampai dana tersebut

3
Ratna Hartanto dan Juliyani Purnama Ramli, “Hubungan Hukum Para Pihak dalam Peer
to Peer Lending”, Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, Volume 25, Nomor 2, Tahun 2018, Halaman
322.
4
Edi Suprayitno, Nur Ismawati, ”Sistem informasi Fintech Pinjaman Online Berbasis web”,
Jurnal Sistem Informasi,Teknologi Informasi dan Komputer, Volume 9, Nomor 2, 2008, Halaman
101.
5
Raden Ani Eko Wahyuni,Bambang Eko Turisno, Loc.cit
cair. Saat ini,dengan adanya aplikasi fintech, masyarakat yang akan

melakukan peminjaman dapat mendownload berbagai aplikasi atau bisa juga

dengan membuka website yang memberikan jasa pinjam meminjam.

Kemudahan tersebut memberikan daya tarik tersendiri sehingga banyak yang

memilih pinjam meminjam berbasis online. Perbandingan kedua pinjaman

tersebut cukup signifikan dimana bank biasa mencairkan dananya direntang

waktu 7 hingga 14 hari kerja,sedangkan layanan pinjam meminjam berbasis

online hanya dalam rentang 4 jam sampai 3 hari. Dari kedua perbandingan

diatas,pinjam meminjam berbasis online tentu menjadi pilihan masyarakat

baik dari akses kecepatan, tetapi disisi lain mempunyai resiko tersendiri.

Layanan keuangan pinjam meminjam berbasis online ini bisa digolongkan

sebagai lembaga keuangan bukan bank, contoh penyelenggara layanan

pinjam-meminjam secara online adalah adalah kredivo dan uang teman.

Kedua penyelenggara layanan pinjam-meminjam berbasis online tersebut

berbentuk perusahaan akan tetapi termasuk kedalam perusahaan penyedia

layanan keuangan bukan bank.

Percepatan dan pertumbuhan teknologi informasi seperti uraian diatas

memberikan dampak positif dan negatif bagi pertumbuhan peradaban umat

manusia. Teknologi informasi saat ini menjadi pedang bermata dua,karena

selain memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan

peradaban dunia, tapi sekaligus menjadi sasaran yang efektif dalam perbuatan

melawan hukum. Pertumbuhan teknologi dari aspek keuangan menjadi

tantangan baru bagi pemerintah dalam mengatur regulasinya.


Kegiatan pinjam meminjam berbasis online ini harus dibarengi dengan

payung hukum yang bersifat adil dan berkepastian hukum, agar menciptakan

persaingan yang sehat dan memberikan kenyamanan bagi kreditur maupun

debitur didalam kegiatan pinjam meminjam berbasis online ini. Kenyamanan

yang dimaksud adalah bahwa debitur mendapat garansi terkait dengan

kerahasiaan data diri maupun segala bentuk jaminannya oleh karena tersebar

dimuka umum sangat mudah melalui media online. Begitu pula dengan

kreditur yang wajib merasa tenang dan aman dalam menjalankan

usahanya,oleh karena proses pinjam meminjam berbasis online tidak

dilakukan dengan tatap muka langsung, sehingga proses pengecekan ataupun

pemeriksaan jaminan dan kemampuan membayar menjadi suatu hal yang

sangat sulit untuk di analisis.6

Contohnya pada 2017 tepatnya, salah satu pengguna jejaring sosial

mengeluhkan di jejaring sosialnya terkait penagihan pinjaman yang dinilai

menyalahgunakan data pribadi nasabah dengan mengakses kontak ponsel

nasabah apabila terjadi keterlambatan dan gagal membayar pinjaman.

Tentunya hal ini sangat meresahkan nasabah dan kontak ponsel yang

dihubungi oleh pihak pemberi layanan pinjam meminjam uang berbasis

online. Tidak hanya mengakses kontak ponsel peminjam yang terlambat

membayar, bahkan ada yang berupa terror, denda harian, hingga bunga yang

tinggi. Hal ini tentunya menjadi suatu permaasalahan, untuk itu peminjam

harus mendapatkan perlindungan mengenai haknya dalam hal ini

6
Istiqamah, “Analisis Pinjaman Online Oleh Fintech Dalam Kajian Hukum Perdata”,
Jurisprudentie, Volume 6, Nomor 2,Tahun 2019, Halaman 294.
perlindungan data diri atau dokumen pribadi yang diserahkan kepada si

pemberi pinjaman sebagai jaminan.7

Isu hukum lain yang menarik dilihat tentang pinjam meminjam uang

berbasis online ini yaitu si peminjam menggunakan data diri yang bukan

miliknya dalam melakukan transaksi pinjam meminjam uang berbasis online

ataupun si debitur atau peminjam dengan sengaja tidak melaksanakan

kewajibannya yaitu tidak membayar atau tidak mengembalikan pinjaman ke

kreditur atau si penyedia layanan jasa pinjam meminjam uang berbasis online

yang mana hal ini merugikan pihak kreditur atau penyedia layanan jasa

pinjam meminjam uang berbasis online.

Berbicara mengenai kepastian hukum seperti diatas maka tidak dapat

terlepas dari perjanjian atau kontrak para pihak yang didasari oleh adanya

kesepakatan, kemudian dalam pelaksanaan kontrak tentunya para pihak harus

didasarkan dengan sifat itikad baik, dikarenakan terhadap perbuatan ketika

akan melaksanakan perjanjian adalah sikap mental dari para pihak, dan juga

hak ini berkaitan dengan tujuan utama dari hukum yaitu menjamin kepastian

hukum bagi setiap orang.8

Di Indonesia sendiri peraturan mengenai pinjam meminjam berbasis

online belum diatur secara spesifik dalam undang-undang yang khusus

namun ada beberapa peraturan yang mengatur mengenai pelaksanaan dan

7
Femina, Diteror Debt Collector Karena Utang Pada Aplikasi Pinjaman Online,
https://www.femina.co.id/True-Story/diteror-debt-collector-karena-utang-pada-aplikasi-
pinjaman-online, Diakses pada tanggal 5 Februari 2022 pukul 21.18.
8
Raden Ani Eko Wahyuni,Bambang Eko Turisno, ”Praktik Finansial Teknologi Ilegal Dalam
Bentuk Pinjaman Online Ditinjau Dari Etika Bisnis”, Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia,
Volume 1, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 381.
penyelenggaran pinjam meminjam berbasis online ini,antara lain, sebagai

berikut :

a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

b. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 Perubahan atas Peraturan

Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan

Transaksi Elektronik

d. Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017 tentang

Penyelenggaraan Teknologi Finansial

e. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 tentang

Pinjam Meminjam Secara Online

f. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan 18/SEOJK.02/2017 tentang

Pelaksanaan Tata Kelola dan Manajemen Resiko Teknologi Informasi

pada Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi.

g. Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/17/PBI/2016 tentang Perubahan

Kedua atas PBI Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik.

Dalam penyelenggaran dan pelaksanaan praktik pinjam meminjam

berbasis online ini juga dibutuhkan pengawasan oleh lembaga-lembaga yang

bergerak dibidang keuangan dalam hal ini pengawasan dibebankan kepada

Otoritas Jasa Keuangan yang mempunyai wewenang untuk mengawasi

langsung pelaksanaan praktik pinjam meminjam berbasis online ini, serta

Bank Indonesia juga sebagai salah satu lembaga keuangan yang independen
mempunyai kewenangan terhadap pemberian izin kepada penyelenggara

pinjam meminjam berbasis online dan turut mengawasi pelaksanaannya.

Berdasarkan hal-hal diatas maka pembahasan lebih lanjut mengenai

penyelenggaraan pinjam meminjam berbasis online dianggap menarik,selain

karena belum ada regulasi Undang-Undang secara khusus membahas tentang

penyelenggaraan pinjam meminjam berbasis online ini juga menarik dibahas

secara teoritis mengenai pinjam meminjam berbasis online baik dilihat dari

segi subjek hukum, objek jaminan, resiko pelaksanaannya, hak dan kewajiban

para pihak, regulasi pinjam meminjam berbasis online dan pinjam meminjam

secara konvensional,bahkan perjanjian hingga bagaimana penyelesaian

hukum apabila terjadi wanprestasi dalam penyelenggaraan pinjam meminjam

berbasis online ini.

C. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan pada penulisan skripsi ini antara

lain,sebagai berikut:

1. Bagaimana ketentuan pelaksanaan pinjam meminjam berbasis online di

Indonesia?

2. Bagaimana perlindungan hukum mengenai hak dan kewajiban para pihak

dalam perjanjian pinjam meminjam berbasis online ?

3. Bagaimana penyelesaian hukum dalam hal terjadi wanprestasi pada

perjanjian pinjam meminjam berbasis online ?


D. Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini antara lain, sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui tentang ketentuan pelaksanaan pinjam meminjam

berbasis online di Indonesia

2. Untuk mengetahui tentang perlindungan hukum mengenai hak dan

kewajiban para pihak dalam perjanjian pinjam meminjam berbasis online

3. Untuk mengetahui tentang penyelesaian hukum apabila terjadi

wanprestasi pada perjanjian pinjam meminjam berbasis online

E. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan skripsi ini antara lain, sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

Untuk memberikan suatu pengetahuan,pengembangan penalaran, dan

wawasan mahasiswa atau kalangan akademis hingga masyarakat mengenai

hukum perdata pinjam meminjam khususnya pada pelaksanaan pinjam

meminjam yang dilakukan melalui media internet atau berbasis online

terutama berkaitan dengan peraturan yang berlaku yang nantinya

diharapkan mampu menjadi referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya.

2. Manfaat praktis

Untuk menjadi panduan ataupun referensi maupun sebagai masukan bagi

setiap orang yang akan melakukan transaksi pinjam meminjam berbasis

online ataupun sebagai bahan untuk memperdalam pengetahuan bagi


mahasiswa yang ingin mempelajari mengenai pinjam meminjam berbasis

online serta diharapkan dikemudian hari dapat menjadi perbandingan bagi

penulis lain yang meneliti lebih lanjut dan mendalam mengenai

permasalahan dalam penelitian ini.

F. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Empiris

Penelitian Raden Ayu (2019) Praktik Finansial Teknologi Ilegal

Dalam Bentuk Pinjaman Online Ditinjau Dari Etika Bisnis bahwa

Kemajuan teknologi berdampak bagi aspek kehidupan ekonomi

masyarakat. Munculnya finansial teknologi dalam bentuk pinjaman

online memberikan kemudahan untuk mendapatkan dana yang

diinginkan dengan waktu yang singkat dan mudah prosesnya. Penelitian

ini bertujuan untuk membahas praktik pinjaman online ilegal dari

perspektif etika bisnis. Metode penelitian yang digunakan adalah Yuridis

Normatif dengan spesifikasi penelitian deskriptif analitis. Pada praktik

Financial Technology (tekfin) yaitu pinjaman online ditemukan beberapa

masalah seperti munculnya pinjaman online illegal, tercatat sejak Januari

2018 hingga April 2019, Otoritas Jasa Keuangan telah memblokir 947

entitas tekfin berjenis pinjaman antar pihak (peer to peer lending) tak

berizin. Apabila dilihat dari perspektif etika bisnis, kegiatan pinjaman

online bisa dilakukan dengan saling menjaga kepercayaan yang memiliki

pengaruh besar terhadap reputasi perusahaan. Namun apabila perusahaan


tersebut ilegal dapat memicu terjadinya tindak pidana seperti penipuan,

pencucian uang atau penyalahgunaan data milik konsumen. Kondisi

tersebut dipicu oleh masih banyak masyarakat yang belum mengetahui

mengenai bisnis finansial teknologi

Penelitian Adi Guna (2020) PERLINDUNGAN HAK PENGGUNA

LAYANAN PINJAMAN ONLINE DALAM PERSPEKTIF HAK

ASASI MANUSIA (Protection of the Rights of Online Loan

Customers from a Human Rights Perspective)Tulisan ini bertujuan

untuk mengetahui pengaturan pinjaman online saat ini serta mengetahui

perlindungan terhadap hak pengguna layanan pinjaman online dalam

perspektif HAM. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian

normatif. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa pengaturan dan

pengawasan terhadap pinjaman online telah dilakukan melalui Otoritas

Jasa Keuangan. Akan tetapi belum terdapat regulasi tentang financial

teknology yang memberikan sanksi terhadap penyelenggara pinjaman

online ilegal. Pelanggaran HAM terjadi karena kompleksitas antara

kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai mekanisme pinjaman

online serta belum terdapat khusus yang mengatur Financial Technology

termasuk juga perlindungan terhadap penyalahgunaan data pribadi yang

merupakan suatu mekanisme administratif dalam melakukan transaksi

Financial Technology. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa

Perlindungan terhadap hak para pengguna layanan pinjaman online

masih belum optimal. Kondisi tersebut perlu mendapat perhatian


mengingat pengguna layanan memiliki hak dasar yang perlu

mendapatkan perlindungan, baik sebagai konsumen maupun sebagai

manusia yang sudah memiliki hak dasar sejak dilahirkan. Dengan

demikian perlu adanya sosialisasi mengenai pinjaman online,

penyusunan Undang-Undang Financial Technology sebagai dasar hukum

dalam melakukan penindakan terhadap pinjaman online illegal dan

penetapan Undang-Undang tentang Perlindungan Data Pribadi.

Martina (2020) transaksi pinjaman online ditinjau dari

undangundang Tentang informasi dan transaksi elektronik bahwa

Kredit bermasalah pada pinjaman online terdapat dua kepentingan saling

berbenturan, di satu sisi kreditur menuntut pembayaran hutang berikut

bunga dan denda. Di sisi lain debitur merasa dirugikan akibat ulah

kreditur yang menyalahgunakan data pribadi debitur untuk melakukan

teror dalam penagihan. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji tentang

mengenai perlindungan hukum bagi debitur pada transaksi pinjaman

dana online terkait data pribadi dan penyelesaian permasalahan kredit

macet dan permasalahan penyalahgunaan data pribadi yang dilakukan

kreditur online. Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis

normatif. Hasil penelitian, penulis menyimpulkan bahwa : pertama,

dalam ketentuan UU ITE, dan PM 20/2016, perlindungan terhadap data

pribadi telah diatur dalam Pasal 26 ayat (1) UU ITE, dan pada Pasal 26,

Pasal 27, Pasal 36 ayat (1) PM 20/2016. Kedua, meskipun kreditur

berhak atas pembayaran hutang (Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata), namun


menyalahgunakan data pribadi debitur termasuk perbuatan wanprestasi

(Pasal 1243 KUHPerdata Jo Pasal 1266 jo 1267 KUHPerdata) dan

kreditur dapat dikenakan sanksi administratif (Pasal 36 ayat (1) PM

20/2016), atau sanksi pidana (Pasal 27 ayat (1), (3), dan (4) jo Pasal 36 jo

Pasal 51 ayat (2),UU ITE), dan berhak menuntut ganti rugi (Pasal 1365

KUHPerdata).

2. Tinjauan Konseptual

a. Pengertian pinjam meminjam secara konvensional

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) makna dari

kata pinjam adalah memakai barang(uang dan sebagainya) orang

lain untuk waktu tertentu (kalau sudah sampai waktunya harus

dikembalikan).

Menurut ilmu fiqih, pinjam meminjam adalah transaksi

antara dua pihak. Misalnya orang yang menyerahkan uang kepada

orang lain secara sukarela, dan uang itu dikembalikan lagi kepada

pihak pertamadalam waktu yang berbeda, dengan hal yang serupa9

Pinjam meminjam merupakan salah satu bentuk perjanjian

pinjam meminjam antara pihak yang satu dengan pihak yang

lainnya dan objek yang diperjanjikan pada umumnya adalah uang.

Kedudukan pihak yang satu sebagai pihak yang memberikan

pinjaman, sedang pihak yang lain menerima pinjaman uang. Uang

yang dipinjamkan akan dikembalikan dalam jangka waktu tertentu

sesuai dengan yang diperjanjikan. Perjanjian pinjam meminjam


9
Abu sura’I Abdul Hadi, Bunga Bank Dalam Islam , Surabaya: Al-Ikhlas, 1993, Halaman 125.
uang termasuk kedalam pinjam meminjam, hal ini sebagaimana

diatur dalam bab ketiga belas buku ketiga KUH Perdata. Pasal

1754 KUH Perdata menyebutkan bahwa pinjam meminjam adalah

perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak

yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis

karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini

akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam keadaan

yang sama pula10

Berdasarkan Pasal 1754 KUH Perdata bahwa objek

perjanjian pinjam meminjam berupa barang-barang yang dapat

habis karena pemakaian. Oleh karena itu pihak yang meminjam

akan mengembalikan barang yang dipinjam dengan ukuran dan

nilai yang sama, begitu juga dengan uang yang dipinjam harus

dikembalikan dengan nilai yang sama dan dapat dibelanjakan.

Didalam pinjam meminjam terdapat dua pihak yang

melakukan perjanjian,yaitu pihak yang memberi pinjaman uang

dan pihak yang menerima pinjaman uang. Istilah yang sering

digunakan dalam hal tersebut adalah, untuk pihak yang

memberikan pinjaman adalah pihak yang berpiutang atau disebut

juga dengan kreditur, sedangkan pihak yang menerima pinjaman

disebut pihak yang berutang atau debitur.

b. Pengertian pinjam meminjam berbasis online

10
Gatot Supramono, Perjanjian Pinjam Meminjam, Ctk. Pertama, Kencana Prenada Media Grup,
Jakarta, 2013, Halaman 9.
Dalam hal pinjam meminjam berbasis online mempunyai

perbedaan sendiri dibandingkan dengan penjelasan pinjam

meminjam pada umumnya yang telah disebutkan diatas, pengertian

pinjam meminjam berbasis online itu sendiri yaitu disebutkan

dalam Pasal 3 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan atau POJK

Nomor. 77/POJK.01/2016 bahwa layanan pinjam meminjam uang

berbasis online atau teknologi infomasi adalah penyelenggaraan

layanan jasa keuangan untuk mempertemukan pemberi pinjaman

atau kreditur dengan penerima pinjaman atau debitur dalam rangka

melakukan perjanjian pinjam meminjam dalam mata uang rupiah

secara langsung melalui sistem elektronik menggunakan jaringan

internet. Dalam hal ini yang dimaksud dengan sistem elektronik

adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang

berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah,

menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan,

mengirimkan, dan/atau menyebarkan, informasi elektronik

dibidang layanan jasa keuangan. Sedangkan teknologi informasi

adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,

menyimpan, memproses, mengumumkan, menganalisis, dan/atau

menyebarkan informasi dibidang layanan jasa keuangan.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diartikan bahwa pinjam

meminjam berbasis online mempunyai kesamaan definisi dengan

pinjam meminjam pada umumnya, yaitu satu pihak memberikan


pinjaman yang kemudian disebut sebagai kreditur dan satu pihak

lagi menerima pinjaman yang kemudian disebut sebagai debitur

yang mana debitur wajib untuk mengembalikan sejumlah utang

kepada debitur dalam jangka waktu yang ditentukan, namun

perbedaan mendasar diantara keduanya yaitu didalam pinjam

meminjam berbasis online para pihak tidak melakukan tatap muka

langsung untuk melakukan perjanjian pinjam meminjam melainkan

melalui perantara teknologi informasi atau secara online.

Kemudian pada tinjauan konseptual pada pinjam meminjam ialah

a. Pinjam-meminjam berdasarkan Pasal 1754 Burgerlijk werkboek

adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan

kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang

menghabis karena pemakaian,dengan syarat bahwa pihak yang

belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari

macam dan keadaan yang sama pula.

b. Pinjam-meminjam berbasis online adalah penyelenggaraan layanan

jasa keuangan untuk mempertemukan pemberi pinjaman dengan

penerima pinjaman dalam rangka melakukan perjanjian pinjam-

meminjam dalam mata uang rupiah secara langsung melalui sistem

elektronik menggunakan jaringan internet.

c. Perjanjian berdasarkan Pasal 1313 Burgerlijk werkboek adalah

suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan

dirinya terhadap satu orang lain atau lebih sedangkan menurut


Subekti suatu perjanjian didefinisikan sebagai suatu peristiwa

dimana seorang berjanji pada seorang lain atau dimana dua orang

itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.

d. Penjanjian/kontrak online yaitu suatu ikatan atau hubungan hukum

yang dilakukan secara elektronik yang mana didalamnya para

pihak saling berinteraksi dan menciptakan suatu interaksi.

G. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu

pengetahuan maupun teknologi. Hal ini disebabkan oleh karena penelitian

bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis,

dan konsisten,maka dari itu sudah seharusnya suatu sistematika penulisan

mengggunakan metode penelitian yang baik dan benar.11

Adapun penelitian yang digunakan oleh penulis dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

metode penelitian hukum normative (yuridis normative). Penelitian

hukum normatif yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara

meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka. Penelitian hukum

normatif ini juga disebut dengan penelitian hukum kepustakaan.

Penelitian hukum normatif mencakup didalamnya penelitian terhadap

11
Soerjono Soekanto,Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Rajawai Pers, Jakarta, 2013,
Halaman 1.
asas-asas hukum,penelitian terhadap sistematik hukum, perbandingan

hukum serta sejarah hukum.1

2. Sumber Data

Data dan sumber data yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah

data sekunder. Adapun data sekunder tersebut diperoleh dari:

a. Bahan hukum primer

Merupakan bahan hukum yang terdiri dari semua dokumen peraturan

yang mengikat,dan ditetapkan oleh pihak berwenang, yaitu peraturan

perundang-undangan. Baik dibidang hukum perdata maupun hukum

acara perdata, Antara lain:

1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

2) Undang-Undang nomor 19 Tahun 2016 tentang informasi dan

transaksi elektronik mperubahan dari Undang-Undang Nomor

11 Tahun 2008

3) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa

Keuangan

4) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016

tentang pinjaman online

5) Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017 tentang

penyelenggaraan teknologi finansial.

b. Bahan hukum sekunder

Merupakan bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai

bahan hukum primer,antara lain :


1) Rancangan undang-undang

2) Hasil-hasil penelitian

3) Jurnal

4) Modul

5) Majalah hukum.

c. Bahan hukum tersier

Merupakan bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder,antara lain :

1) Kamus

2) Ensiklopedia atau sumber internet.

3. Teknik Pengumpulan Data

Penulisan skripsi ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui

studi pustaka atau Library research. Studi pustaka merupakan suatu

metode pengumpulan data yang digunfakan untuk memperoleh data

sekunder dengan cara mengumpulkan dan menggali sumber-sumber yang

tertulis, baik dari instansi yang berhubungan, maupun literatur buku yang

relevan ke pembahasan penelitian yang digunakan demi kelengkapan

penelitian.

4. Analisis Data

Dalam menganalisis data penulisan skripsi ini digunakan metode

kwalitatif.. Pendekatan ini berawal dari gagasan para ahli, kerangka teori,
ataupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, pendekatan ini

juga menyorot terhadap masalah serta usaha pemecahannya.

H. Sistematika Penulisan

Secara sistematis skripsi ini terbagi atas lima bab yang tiap-tiap bab terdiri

atas beberapa sub bab yang saling berhubungan. Adapun sistematika

penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

Bab i mengenai pendahuluan,berisikan tentang gambaran umum yang berisi

latar belakang pemikiran penulis sehingga mengangkat judul skripsi ini,

pemasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, tujuan penelitian, manfaat

penelitian,keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian, serta

sistematika penulisan skripsi.

Bab ii mengenai ketentuan pelaksanaan pinjam-meminjam berbasis online,

berisi tentang pengertian pinjam meminjam secara konvensional dan berbasis

online, aturan hukum perjanjian pinjam-meminjam berbasis online serta tata

cara pelaksanaan perjanjian pinjam meminjam berbasis online.

Bab iii mengenai perlindungan hukum mengenai hak dan kewajiban para

pihak dalam perjanjian pinjam-meminjam berbasis online.

Bab iv mengenai penyelesaian hukum dalam hal wanprestasi, berisi tentang

penerapan asas-asas perjanjian pada kontrak online,penggunaan kontrak

online dalam transaksi pinjam-meminjam berbasis online, serta penyelesaian

hukum apabila terjadi wanprestasi dalam pinjam meminjam berbasis online.


Bab v mengenai kesimpulan dan saran, merupakan bagian penutup dari

rangkaian bab-bab sebelumnya dalam penulisan skripsi ini. Bab ini berisi

tentang kesimpulan dan saran atas setiap permasalahan yang dikemukakan.


DAFTAR PUSTAKA

Abu sura’I Abdul Hadi, Bunga Bank Dalam Islam , Surabaya: Al-Ikhlas, 1993,
Halaman 125.
Edi Suprayitno, Nur Ismawati, ”Sistem informasi Fintech Pinjaman Online
Berbasis web”, Jurnal Sistem Informasi,Teknologi Informasi dan Komputer
Volume 9, Nomor 2, Tahun 2008, Halaman 100.
Edi Suprayitno, Nur Ismawati, ”Sistem informasi Fintech Pinjaman Online
Berbasis web”, Jurnal Sistem Informasi,Teknologi Informasi dan Komputer,
Volume 9, Nomor 2, 2008, Halaman 101.
Femina, Diteror Debt Collector Karena Utang Pada Aplikasi Pinjaman Online,
https://www.femina.co.id/True-Story/diteror-debt-collector-karena-utang-
pada-aplikasi-pinjaman-online, Diakses pada tanggal 5 Februari 2022 pukul
21.18.
Gatot Supramono, Perjanjian Pinjam Meminjam, Ctk. Pertama, Kencana Prenada
Media Grup, Jakarta, 2013, Halaman 9.
Istiqamah, “Analisis Pinjaman Online Oleh Fintech Dalam Kajian Hukum
Perdata”, Jurisprudentie, Volume 6, Nomor 2,Tahun 2019, Halaman 294.
Raden Ani Eko Wahyuni,Bambang Eko Turisno, ”Praktik Finansial Teknologi
Ilegal Dalam Bentuk Pinjaman Online Ditinjau Dari Etika Bisnis”, Jurnal
Pembangunan Hukum Indonesia, Volume 1, Nomor 3, Tahun 2019,
Halaman 380.
Ratna Hartanto dan Juliyani Purnama Ramli, “Hubungan Hukum Para Pihak
dalam Peer to Peer Lending”, Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, Volume
25, Nomor 2, Tahun 2018, Halaman 322.
Soerjono Soekanto,Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Rajawai Pers,
Jakarta, 2013, Halaman 1.

Anda mungkin juga menyukai