Anda di halaman 1dari 5

KASUS BABAK PENYISIHAN

Kota Surabaya terkenal dengan perekonomiannya yang maju karena letaknya yang
strategis. Selain itu, kota Surabaya juga dikenal sebagai daerah industri dan perdagangan.
Sehingga, pembangunan infrastruktur di Surabaya sangat pesat. Hal tersebut menjadi peluang
bagi PT Adinata Wijaya Karya (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
bergerak di bidang jasa konstruksi untuk menunjukkan kiprahnya di kota Surabaya. PT Adinata
Wijaya Karya (Persero) mulanya didirikan dengan nama NV Adinata Wijaya Karya
berdasarkan Akta Notaris No. 36 tanggal 11 Desember 1953 di Jl. Dr. Ir. H. Soekarno,
Mulyorejo, Kota Surabaya, yang selanjutnya diubah menjadi PN (Perusahaan Negara) Adinata
Wijaya Karya. Kemudian pada tahun 1971 terjadi perubahan status Perusahaan Negara Adinata
Wijaya Karya menjadi PT Adinata Wijaya Karya (Persero) yang bergerak di bidang konstruksi

Di tahun yang sama dengan perubahan status menjadi sebuah perseroan terbatas, PT
Adinata Wijaya Karya (Persero) menyelesaikan pembangunan Barokasih Tower yang pada saat
itu menjadi bangunan tertinggi di Surabaya. Atas keberhasilan proyek tersebut, PT Adinata
Wijaya Karya (Persero) memperoleh reputasi yang baik di antara penyedia jasa konstruksi,
oleh karenanya banyak proyek yang ditawarkan kepada PT Adinata Wijaya Karya (Persero).
Dalam dua dekade berselang, PT Adinata Wijaya Karya (Persero) menempuh diversifikasi
kegiatan usaha, yakni di bidang properti dan realti. Sehingga dalam kurun beberapa tahun, PT
Adinata Wijaya Karya (Persero) mulai berkembang dan membentuk beberapa anak perusahaan
dengan menggandeng mitra dari dalam dan luar negeri. Salah satu anak perusahaannya adalah
PT Sandya Wijaya Construction yang bergerak di bidang jasa konstruksi. PT Sandya Wijaya
Construction yang didirikan pada tahun 2001 berdasarkan akta notaris No. 71 oleh notaris
Jennifer Quartararo, S.H., M.Kn ini berkedudukan di Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan,
Airlangga, Kota Surabaya, dengan Ir. Gangga Sucisia Sutanto, S.E. M.T. sebagai direktur
utama. Sebesar 60% saham PT Sandya Wijaya Construction dimiliki oleh PT Adinata Wijaya
Karya (Persero) selaku induk perusahaan, M. Aqil Kamaluddin sebanyak 15%, Gangga Sucisia
Sutanto sebanyak 15%, dan PT Wildan Brouwer sebanyak 10%. Di tahun pertama berdirinya,
PT Sandya Wijaya Construction telah menerima berbagai proyek besar berkat reputasi baik
induk perusahaannya. Salah satunya adalah pembangunan gedung pusat perbelanjaan kota,
Mall Surabaya Galeria dengan Joint Operation Agreement dengan sebuah perusahaan asing
asal China yaitu Metawin Group.
Pada tahun 2007, PT Sandya Wijaya Construction berhasil menyelesaikan proyek
Aurellia Beach Resort, sebuah resor bertema kolonial mewah di tepi pantai Kenjeran,
Surabaya, dengan total kontrak proyek sebesar Rp 385.000.000.000,00. Kemudian pada 10
November 2013, PT Sandya Wijaya Construction melakukan Joint Operation Agreement untuk
pembangunan Plaza Malang di Kabupaten Malang yang merupakan sebuah proyek mall tepi
pantai yang bekerja sama dengan Perusahaan Konstruksi asal Selandia Baru, yakni Maui
Tawan Construction Ltd. Dalam hal pembangunan proyek senilai Rp300.000.000.000,00
tersebut, PT Sandya Wijaya Construction mengajukan sindikasi kredit kepada Bank Erlangga
sejumlah Rp178.000.000.000,00 dengan suku bunga 7,75% yang akan jatuh tempo pada 17
November 2018 dengan jaminan sertifikat Hak Guna Bangunan atas sebidang tanah seluas 4
Ha di daerah Gubeng, Surabaya. Bank Erlangga juga berperan sebagai Mandated Lead
Arranger di antara anggota sindikasi yaitu Bank Adin dan Bank Raharja.

Keberhasilan PT Sandya Wijaya Construction terus berlanjut, hingga pada tahun 2014,
PT Sandya Wijaya Construction menerima penghargaan sebagai 100 Fastest Growing
Company Award 2014 dalam kategori Sub Sektor Konstruksi Bangunan pada Sektor Properti,
Real Estate dan Konstruksi Bangunan. Pada tahun 2015 terjadi pergantian struktur di dalam
perusahaan, salah satunya Aqil Kamaluddin, S.E, M.BA. yang diangkat sebagai direktur utama.
Pada masa jabatannya, Aqil Kamaluddin S.E., M.BA memiliki gaya kepemimpinan baru yang
dinilai kurang mampu memimpin PT Sandya Wijaya Construction sehingga mempengaruhi
etos kerja para karyawan di perusahaan tersebut. Pada Mei 2015, PT Sandya Wijaya
Construction berhasil memenangkan tender berupa pembangunan Wonderful Indonesia Park
yang berlokasi di Jakarta Selatan yang merupakan tender dari Pesona Indonesia Group. Dalam
pengerjaan proyek tersebut PT Sandya Wijaya Construction menelan biaya proyek sebesar
Rp800.375.198.000,00 di mana untuk membiayai proyek tersebut PT Sandya Wijaya
Construction mengajukan kredit sindikasi ke Bank Zentana dengan bunga sebanyak 7,7 %
dengan menggunakan jaminan saham PT Ghiffari Group sebanyak 30% yang dimiliki oleh PT
Sandya Wijaya Construction yang akan jatuh tempo pada bulan Juli 2020. Proyek ini
berdasarkan kontrak ditentukan akan memulai tahap pengerjaan pada Januari 2016 dan
rampung pada Juni 2018.
Pada Juli 2018, PT Sandya Wijaya Construction kembali memenangkan tender proyek
berupa pembangunan Gelanggang Olahraga Pertiwi di Kota Sidoarjo yang merupakan tender
dari Pemerintah Kota Sidoarjo. Sesuai dengan kontrak, proyek ini akan mulai dibangun pada
Januari 2019 dan rampung pada Juli 2022. Untuk membiayai proyek tersebut, PT Sandya
Wijaya Construction mengajukan sindikasi kredit ke Bank Jedidah yang merupakan bank asing
cabang Saudi Arabia dan sekaligus menjadikannya sebagai Mandated lead arranger di antara
anggota sindikasi yakni Bank Dharma Utama dan Bank Mahendra. Kredit sindikasi tersebut
jatuh tempo pada September 2023. Selain mengajukan pinjaman dana, PT Sandya Wijaya
Construction juga melakukan penyewaan alat berat berupa dua crane, tiga bulldozer, dan lima
dump truck kepada PT Anda Gloria yang jatuh tempo pada bulan Agustus 2020.

Tahun 2019 menjadi tahun yang kurang beruntung bagi PT Sandya Wijaya
Construction, satu tahun setelah serah terima Wonderful Indonesia Park, Gedung Chandra yang
merupakan gedung terbesar, ambruk sehingga tidak dapat berfungsi. Kemudian dampak
lainnya adalah Jalan Kyai Haji Dimas yang berdekatan dengan Gedung Chandra menjadi
ambles, rumah warga dan toko sekitar Gedung Chandra menjadi rusak parah karena tertimpa
reruntuhan bangunan, dan sejumlah warga sekitar luka-luka karena terkena puing-puing
bangunan.

Atas peristiwa tersebut PT Sandya Wijaya Construction bersama-sama dengan Pesona


Indonesia Group sepakat menunjuk Angeline Regita, S.T. , M.T. dan rekan sebagai penilai ahli
jasa konstruksi. Pada Agustus 2019, penilai ahli menyampaikan hasil penilaiannya, yakni:

1. Menetapkan sebab-sebab terjadinya kegagalan bangunan adalah kesalahan PT Sandya


Wijaya Construction dalam membuat konstruksi untuk basement, yang menyebabkan
struktur dinding penahan tanah sisi barat Jalan Kyai Haji Dimas tidak mampu menahan
akumulasi beban jalan dan jalan menjadi ambles. Selain itu terdapat kesalahan desain
dalam pembangunan pondasi yang mengakibatkan pondasi menjadi lemah dan tidak
mampu menahan beban sehingga Gedung Candra menjadi roboh;

2. Menetapkan tidak berfungsinya keseluruhan Gedung Chandra;


3. Menetapkan pihak yang bertanggung jawab atas kegagalan bangunan adalah PT Sandya
Wijaya Construction sebagai penyedia jasa serta tingkat dan sifat kesalahan yang
dilakukan;
4. Menetapkan besarnya kerugian, serta usulan besarnya ganti rugi sebesar
Rp300.000.000.000,00 yang harus dibayar oleh PT Sandya Wijaya Construction sebagai
pihak yang melakukan kesalahan;
5. Menetapkan jangka waktu pembayaran kerugian hingga 17 Agustus 2020

Atas permasalahan yang terjadi, PT Sandya Wijaya Construction harus mengganti rugi
sebesar nominal yang ditetapkan tenaga ahli. Lalu, terhadap warga sekitar yang terdampak, PT
Sandya Wijaya Construction dan warga bersepakat untuk menempuh jalur mediasi dengan
hasil kesepakatan berupa ganti rugi sejumlah uang. PT Sandya Wijaya Construction juga
berjanji akan memberikan santunan kepada korban akibat kejadian tersebut yang terdiri dari 11
orang meninggal dunia dan 21 orang luka-luka yang mana pembayarannya baru diselesaikan
sebesar 25% dari keseluruhan dan sisanya akan dibayar paling lambat 15 bulan kemudian.
Tidak hanya itu, PT Sandya Wijaya Construction dengan itikad baiknya dan bekerja sama
dengan Pemerintah Kota Sidoarjo memperbaiki Jalan Kyai Haji Dimas yang ambles
menggunakan kas PT Sandya Wijaya Construction.

Sehubungan dengan semakin luasnya penyebaran wabah Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) yang telah ditetapkan sebagai pandemi global oleh World Health Organization
(WHO) pada tanggal 11 Maret 2020, dikeluarkanlah Instruksi Presiden Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2020 tentang Refocussing Kegiatan, Realokasi Anggaran, serta Pengadaan
Barang dan Jasa dalam Rangka Percepatan Penangan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19),
bentuk diperlukan langkah-langkah cepat, tepat, fokus, terpadu, dan sinergi antar
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah untuk melakukan refocussing kegiatan,
realokasi anggaran serta pengadaan barang dan jasa dalam rangka percepatan penanganan
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Proyek GOR Pertiwi pun terkena imbasnya, pada
Mei 2020, proyek GOR Pertiwi dihentikan karena anggaran yang seharusnya digunakan untuk
melanjutkan proyek, direalokasikan oleh pemerintah untuk pelayanan kesehatan bagi pasien
COVID-19 yang terbilang cukup tinggi di Kota Sidoarjo. Kejadian ambruknya Gedung
Chandra di Wonderful Indonesia Park membuat tingkat kepercayaan masyarakat terhadap PT
Sandya Wijaya Construction menurun sehingga tidak ada satupun proyek yang ditawarkan
kepada perusahaan tersebut.

Pada pertengahan November 2020, 150 pekerja dari PT Sandya Wijaya Construction
melakukan aksi demonstrasi di depan kantor PT Sandya Wijaya Construction dikarenakan upah
kerja yang belum dibayar selama empat bulan. Buruh proyek pun ikut menagih upah atas
pekerjaannya yang belum dilunasi. Selain itu, PT Sandya Wijaya Construction juga tak mampu
untuk melunasi pembayaran utang-utang kepada Bank Zentana atas pinjaman dana proyek
Wonderful Indonesia Park yang jatuh tempo pada Juli 2020 serta utang berupa pelunasan
santunan kepada korban atas ambruknya Gedung Chandra di Wonderful Indonesia Park pada
tahun 2019 silam. Hal ini diperparah dengan jatuh tempo atas sewa alat berat dengan PT Anda
Gloria pada bulan Agustus 2020. Berbagai upaya untuk menagih hutang telah dilakukan,
namun tidak mendapat tanggapan yang serius dari PT Sandya Wijaya Construction. PT Sandya
Wijaya Construction menyampaikan kepada para krediturnya, bahwa PT Sandya Wijaya
Construction belum sanggup melunasi utang-utangnya saat ini dikarenakan mangkraknya
pembangunan GOR Pertiwi sejak tahun 2019 yang membuat keuangan PT Sandya Wijaya
Construction mengalami krisis dan likuiditas memburuk. Pada akhirnya, salah satu krediturnya
mengajukan Permohonan Pailit atau PKPU kepada PT Sandya Wijaya Construction di
Pengadilan Niaga pada pengadilan Negeri.

Anda mungkin juga menyukai